• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS ISLAM RIAU FAKILTAS ILMU SOS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UNIVERSITAS ISLAM RIAU FAKILTAS ILMU SOS"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Pa

g

e

1

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

FAKILTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

TEORI ADMINISTRASI PUBLIK

PERKEMBANGAN ADMINISTRASI NEGARA DI INDONESIA PADA AWAL REFORMASI SAMPAI 2005

TUGAS KELOMPOK

Diajukan Untuk Memenuhui Salah Satu Syarat Penyusunan Tugas Kelompok Mata Kuliah Teori Administrasi Publik Semester III (Tiga)

Program Studi Administrasi Publik Pada fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

DOSEN PENGAMPU : Bapak Dr.H.Tarmizi Yussa,MA DISUSUN OLEH : KELOMPOK III

WALPAJRI ILHAMI PUTRA ( KETUA ) : 157110599

YESI RATNA SARI ( SEKRETARIS ) :157110565

YULIANI ( BENDAHARA ) :157110253

SHILA NINDYA ARIF :157110274

SILVIA RAHMI :157110580

SUSRI MURTI :157110370

SUPRYANDI :157110005

WISNU MIMBAR MAULANA :157110479

WIRIDONA :157110450

ZIKRI ABDILLAH : 157110470

YUNITA SARI :157110514

KELAS : Administrasi Publik D/III (2015)

PROGRAM ADMINISTRASI PUBLIK

(2)

Pa

g

e

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penulis ucapkan kehadiaran tuhan yang maha esa, atas limpahan karunianya dan rahmatnya tim penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah teori administrasi public semester tiga , dengan dosen pengampu Dr.H.Tarmizi Yussa,MA. Makalah ini berisi tentang “ administrasi public Perkembangan Pada Periode Awal Reformasi Sampai 2005” .Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.H.Tarmizi Yussa,MA .Sebagai dosen pengampu mata kuliah teori administrasi public

2. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan dalam pendidikan perkuliahan ini

3. Rekan-rekan seperjuangan, administrasi public D 2015 yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini disusun dari beberapa literature yaitu dari buku dan media buku, berupa karya tulis ilmiah mengenai administrasi public Perkembangan Pada Periode Awal Reformasi Sampai 2005. Tim penulis menyadari hambatan dan tantangan yang ditemui dalam menyusun makalah ini, serta keterbatasan pemikiran Tim penulisan sendiri. Untuk itu kritikan dan saran dari pembaca sangat kami harapkan, guna penyempurnaan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini menjadi acuan dalam penulisan makalah selanjutnya.

Pekanbaru, November 2016

(3)

Pa

g

e

3

DAFTAR ISI Kata

Pengantar……… ……… i

Daftar isi

……… ………. ii

Absensi Kehadiran Diskusi Kelompok

……….. iii

BAB I Pendahuluan

……… ……… 1

1.1Latar

Belakang……… ……….. 1

1.2Lokus dan

Fokus……… ……….. 1

1.3Rumusan

Masalah……… ……….... 2

1.4Tujuan……… ………. 2

BAB II Studi kepustakaan 2.1 Konsep Administrasi 2.2 Konsep Administrasi public

(4)

Pa

g

e

4

BAB II Pembahasan

2.1 Perkembangan Administrasi Negara di Indonesia pada Awal Reformasi Sampai 2005

BAB IV Penutup 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran

ABSENSI KEHADIRAN DISKUSI KELOMPOK III

MATA KULIAH : TEORI ADMINISTRASI PUBLIK

DOSEN PENGAMPU : Dr.H.Tarmizi Yussa,MA

PROGRAM STUDI : ADMINISTRASI PUBLIK D (2015)

N

O NAMA NPM NOV’1PERTEMUAN DISKUSI KET

6 NOV’16 NOV’16 NOV’16

1. Walpajri Ilhami

Putra

157110599

2. Yesi Ratna Sari 157110565

3. Sufriyandi 157110055

4. Sheila Nindia 157110274

5. Yunita Sari 157110514

6. Susri murti 157110370

7. Silvia Rahmi 157110580

(5)

Pa

g

e

5

9. Wiridona Riski 157110450

1

0. Yuliyani 157110253

1 1.

Wisnu Mimbar M.

157110470

1 2

Pekanbaru, November 2016

Koodinator Kelompok III

Walpajri ilhami putra

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

(6)

Pa

g

e

6

Pada awal perkembangannya, kajian administrasi publik sangat erat kaitannya dengan negara, bahkan administrasi publik diidentikan pula dengan birokrasi, sebagaimana dikatakan Nicholas Henry dalam “Public Administration and

Public Affairs” (1975), bahwa “For the letter part of the twentieth century, the public

bureaucracy has been the locus of public policy formulation and the major

determinant of where this country is going”. Dalam tulisannya itu Henry

menggunakan istilah “birokrasi publik” untuk menyebut “administrasi publik”. Gejala perkembangan masyarakat sebagai akibat dari adanya globalisasi, memaksa semua pihak, terutama birokrasi pemerintah melakukan revisi, perbaikan, dan mencari alternatif baru tentang sistem administrasi yang lebih cocok dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman.

Karena itu, dalam membahas mengenai reformasi administrasi publik, maka kita perlu mengidentifikasi dan memahami terlebih dahulu berbagai kecenderungan yang berkembang saat ini yang terkait dengan penyelenggaraan administrasi publik, baru kemudian menguraikan berbagai konsep reformasi administrasi publik yang dapat diterapkan untuk mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan tersebut.

1.2 Locus dan Focus

Administrasi publik locus administrasi publik merupakan bagaimana pengelolaan pemerintahan terhadap ketepatan dan kecermatan mengutamakan kepentingan masyarakat publik dan sesegera memutuskan kebijakan publik jika terdpat malah dalam masyarakat

(7)

Pa

g

e

7

Lokus adalah tempat yang menggambarkan dimana ilmu tersebut berada dalam ini lokus dari ilmu administrasi publik adalah kepentingan publik ( urusan publik ) dan teori organisasi.

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Apa defenisi Adminstrasi publik ?

2. Bagaimana Administrasi publik di indonesia ?

3. Bagaimana perkembangan administrasi publik di indonesia pada awal reformasi sampai tahun 2005 ?

1.4 TUJUAN

1. Untuk mengetahui defenisi administrasi

2. Untuk mengetahui administrasi ublik di indonesia

3. Untuk mengetahui perkembangan administrasi publik di indonesia pada awal reformasi sampai tahun 2015

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 KONSEP ADMINISTRASI

(8)

Pa

g

e

8

pemerintahan, pengelolahan “. Di italia disebut administrazione, sedangkan prancis, inggris dan amerika serikat disebut administration. Pengertian tersebut kemudian berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan zaman.

Di indonesia kita mengenal dan memahami “ administrasi” dari dua bahasa yang berbeda dengan makna yang berbeda pula. Pertama , administratie dari bahasa belanda yang kita kenal sejak awal masuknya pengaruh system administrasi publik klasik ( system administrasi Negara perancis atau system administrasi Negara eropa barat continental) yang dibawa oleh pemerintahan jajahan belanda. Istilah administratie dalam bahasa belanda mencakup pengertian stelselmatige verkrijging, enverwerking van gegevens ( dalam bahasa Indonesia tersebut “ tata usaha” atau “ administrasi dalam arti sempit” dan bestuur en beheer sekaligus. Bestuur adalah manajemen akan kegiatan –kegiatan organisasi dan beheer adalah manajemen akan sumber dayanya ( finansial , personel, materiil, gudang dan sebagainya).”Prof. DR.H. Wirman Syafri, M.Si ; study tentang administrasi publik; hal :03”

Pengertian administrasi menurut para ahli :

”Prof.Dr.Sondang P.Siagian.M.P.A”. Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan keputusan keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.” Prof.Dr.Sondang P.Siagian.M.P.A ;administrasi pembangunan; hal :4”

Menurut Syamsi(1985:10) Administrasi adalah seluruh kegiatan dalam setiap usaha, kerja sama,yang dilakukan oleh sekelompok atau lebih orang orang secara bersama sama dan simultan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan .

Dwight waldo(1971) Administrasi adalah suatu bentuk daya upaya yang koopratif yang mempunyai tingkat rasionaliteit yang tinggi.

The liang gie(1980:9) Administrasi secara luas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

(9)

Pa

g

e

9

Terminologi public administration ini berasal dari Amerika serikat dan inggris yang pada awalnya di ahli bahasakan menjadi ilmu administrasi publik. Jauh sebelumnya orang mempergunakan istilah ilmu pemerintahan untuk menyebut subjek ini, namun perlu diketahui bahwa ilmu pemerintahan tidak betul – betul sama dengan ilmu administrasi publik. Istilah ilmu pemerintahan merupakan terjemahan yang dipandang ekuivalen ( mengandung pengertian yang sama) dengan istilah “ bestuurskunde, bestuurswetenschap atau bestuursleer” dalam bahasa belanda. Istilah ini di impor keindonesia dari eropa barat continental pada zaman pemerintahan colonial belanda. Apabila di lacak lebih jauh , dilam bahasa jerman juga ditemukan istilah yang dipergunakaan untuk menujuk subjek yang sama, yakni verwalttungslehre. Disamping ilmu pemerintahan, berkembang pula istilah – istilah yang ekuivalen dengan ilmu pemerintahan seperti ilmu tata praja, ilmu administrasi tata praja, ilmu administrasi tata pemerintahan dan yang terakhir berkembang adalah istilah kybernologi. Apabila orang mempergunakan konsep analisi structural fungsional dan konsep kebudayaan, orang tidak akan dapat memberikan batasan yang tepat tentang public administration. Konsep analisis structural fungsional memusatkan perhatian kepada pola – pola pengalamn manusia yang ajek atau rutin ( universal ), sedangkan konsep kebudayaan menitikberatkan pada keragaman pengalamn manusia ( berbeda ruang dan waktu).

Sehubungan dengan itu, konsep analisis sruktural fungsional

menyediakan alat untuk membahas gejala – gejala yang ajek, sementara konsep kebudayaan menyediakan alat untuk mempelajari gejala – gejala yang selalu berubah – ubah. Namun demikian, kedua konsep tersebut dapat dipergunakan untuk memahami makna dan implikasi pengertian istilah administrasi public. “Prof. DR.H. Wirman Syafri, M.Si ; study tentang administrasi publik; hal :16-17”

(10)

Pa metode – metode , prinsip dasar, atau pun cara memecahkan suatu masalah, yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada kurun waktu tertentu ( khun, 1970). Paradigm suatu ilmu akan berubah apabila paradigm tersebut mengalami krisis, kurang berwibawa, tidak lagi mendapat dukungan, atau pun dipandang tidak mampu diatasi susatu problema keilmuan ( anumalies) sehingga para digma tersebut digantikan oleh paradigma baru yang lahir kemudian.

Bercdasarkan kajian yang dilakukan oleh Frederickson (1976), dalam ilmu administrasi public terdapat enam paradigma dalam pertumbuhannya, yaitu :

1. Paradigma 1 adalah birokrasi klasik

2. Paradigma 2 adalah birokrasi neo – klasik. 3. Paradigma 3 adalah kelembagaan

4. Paradigma 4 adalah hubungan kemanusian 5. Paradigma 5 adalah pilihan pablik

6. Paradigma 6 adalah administrasi Negara baru. 2.3 KONSEP REFORMASI ADMINISTRASI

Dalam buku Reformasi administrasi kajian pemerintahan dan presiden, yang dimaksud dengan reformasi adalah perbaikan atau perubahan bentuk, sedangkan administrasi berkaitan dengan organisasi dan manajemen pemerintahan yang mencangkup seluruh domain kekuasaan negara, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Jadi reformasi administrasi adalah perbaikan atau perubahan atas organisasi manajemen pemerintahan negara dari bentuk yang berlaku sebelumnya.

(11)

Pa administrasi publik yang selama ini telah hilang dengan mengembalikannya kepada jati diri aslinya, di mana melayani kepentingan masyarakat tanpar es er ve merupakan tujuan utamnya.

Maka dari itu, segala praktik penyelenggaraan public administration yang terjadi pada masa sebelumnya harus dirombak total, karena sudah tidak sesuai dengan semangat zaman dan tidak kompatibel dengan perspektif baru penyelenggaraan negara yang bersifat demokratis. Hal ini secara tersirat juga diamini oleh pemerintahan setelah Orde Baru, di mana jargon demokratisasi birokrasi (pelayanan publik) sebagai fokus kegiatan administrasi publik sering disuarakan oleh aktor-aktor pemerintah.

Kini setelah 10 tahun lebih pemerintahan otoriter tumbang, bagaimana pelaksanaan adminsitrasi publik di Indonesia? Tampaknya, waktu selama itu masih belum membuat penyelenggaraan administrasi publik beranjak dari masa transisi. Pemerintah masih sering menyuarakan jargon reformasi birokrasi dan good governance. Ini artinya, selama ini pemerintah belum berhasil mereformasi administrasi publik secara total. Miftah Thoha dalam Administrasi Publik Kontemporer mengemukakan pandangannya terhadap penyelenggaraan administrasi publik dewasa ini:

Kelembagaan dan sistem administrasi negara kita hingga sekarang ini masih seperti yang direformasi oleh Presiden Soeharto. Belum ada perubahan sedikitpun. Susunan dan struktur organisasi kelembagaan birokrasi pemerintah masih seperti dulu. Sementara itu lingkungan strategis nasional dan global baik politik maupun ekonomi telah mengalami perubahan yang dahsyat.

(12)

Pa

g

e

1

2

Ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang tecermin dari hasil jajak pendapat tersebut sebaiknya tidak kita telan mentah-mentah, melainkan seharusnya kita kritisi pula. Indonesia merupakan masyarakat multikultur. Sebagaimana ciri dominan masyarakat multikultur, seingkali apriori buruk sangka dan stereotip negatif mengakibatkan kebanyakan warga masyarakat lebih memosisikan lembaga birokrasi dan personel anggotanya dalam kesan yang kurang atau tidak baik atau buruk, ketimbang dalam posisi in between di antara yang baik dan yang buruk. Kebiasaan itu juga menyebabkan masyarakat kehilangan kemampuan untuk tidak selalu mengutamakan nilai-nilai dan idealisasi berbasis kultur dominan dalam menilai segala sesuatunya.

Salah satu contoh konkrit adalah apabila kita bermaksud mengkaji kinerja birokrasi, kita terbiasa membandingkan dengan kinerja birokrasi di AS atau negara maju lainnya. Perbandingan ini karena masyarakat mempunyai keinginan, hasrat, dan tuntutan agar kualitas pengabdian dan pelayanan birokrasi, sama seperti kualitas pengabdian dan pelayanan publik di negara maju. (Tapi apa salahnya? Pemerintah sendiri sejak era Soekarno sudah berusaha untuk mengadopsi sistem administrasi AS.) Padahal dalam mencoba memotret kinerja birokrasi, sebaiknya yang kita pakai adalah kondisi dan fakta sebagaimana adanya (das sein) dan juga didasarkan kepada berbagai pertimbangan yang membedakan secara substansial dan material antara birokrasi kita dengan birokrasi di negara lain. Apabila pertimbangan tersebut menjadi acuan bagi masyarakat, maka akan terlihat bahwa pembandingan antara Indonesia dengan negara maju tersebut tidaklah relevan dan terlampau jomplang karena kondisi bangunan administasi publik di Indonesia yang belum mapan dan belum jelas.

(13)

Pa

g

e

1

3

(seharusnya) dikatakan sudah melewati masa transisi dan pembelajaran dari yang buruk menjadi ideal.

Ketidakpuasan masyarakat yang tecermin dalam jajak pendapat tersebut tidak boleh diabaikan dan harus dijadikan bahan refleksi karena salah satu ciri dari administrasi publik adalah usaha yang dilakukannya sangat tergantung dari penilaian mata rakyat banyak19. Sementara itu, Gerald E. Caiden seperti dikutip oleh Suharyanto juga mengungkapkan bahwa salah satu karakter pokok dari administrasi publik adalah banyak yang diharapkan darinya20. Oleh karenanya, wajar pula apabila masyarakat mempunyai standar yang tinggi dalam menilai kinerja birokrasi. Maka apabila didapatkan kesimpulan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik oleh masyarakat dinilai tidak memuaskan dan tidak memenuhi standar yang mereka harapkan, kiranya pemerintah harus menindaklanjutinya dengan tepat dan bijaksana.

Mengapa perubahan administrasi publik yang diharapkan itu tak kunjung terjadi? Miftah Thoha dalam Administrasi Publik Kontemporer memberikan pendapat pribadinya mengenai hal ini:

Mulai pemerintahan reformasi yang dilakukan di awal tahun 1998, saya mempunyai pandangan bahwa pemerintah kita hingga kini belum pernah melakukan reformasi dan bahkan pemerintah yang silih berganti itu kurang perhatiannya terhadap sistem dan tata laksana administrasi negara kita. Apa visi pemerinah terhadapreformasi atau perubahan sistem administrasi negara sampai sekarang saya belum mengetahui secara jelas.

(14)

Pa

g

e

1

4

Jika kita membaca berita-berita mengenai birokrasi yang marak belakangan, memang jelas terlihat bagaimana seseunguhnya kapasitas birokrasi kita. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membentuk tim khusus yang menangani rekening liar di sejumlah departemen dan instansi negara, yang akan mulai bekerja awal Januari 2009. Dilaporkan bahwa ada lebih dari 10 departemen yang dilaporkan melakukan tindak pidana korupsi dengan menggunakan rekening liar23. Selain itu, BUMN Pertamina sebagai produsen dan distributor tunggal tabung LPG mengalami kekacauan manajemen sehingga terjadi kelangkaan LPG di sejumlah daerah.

Dari kejadian tersebut dapat pula disimpulkan, seringkali tidak terjadi sinkronisasi antara kebijakan pemerintah dengan pengimplementasiannya di lapangan oleh aparatur publik. Pemerintah telah menerbitkan UU tentang penertiban rekening liar, namun justru kenyataannya ditengarai ada ribuan rekening liar yang dimiliki berbagai departemen dan instansi pemerintah. Dalam konteks kasus kelangkaan LPG, pemerintah memaksa rakyat untuk melakukan konversi dari minyak tanah ke LPG namun kenyataannya justru pemerintah melalui Pertamina kedodoran untuk menyelenggarakan pengadaan tabung LPG secara tepat dan lancar. “ L. Misbah Hidayat;

reformasi administrasi: hal 01”

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan ilmu administrasi negara di Indonesia pada awal priode reformasi sampai 2005

(15)

Pa waldo tahun 1968, 35 tahun yang lalu mencatat bahwa perubahan yang sedang berlangsung saat itu sebenarnya merefleksi suatu identitas krisis dalam pembentukan suatu disiplin ilmu pengetahuan termasuk ilmu administrasi negara ini.

Pada dasa warsa terakhir ini perjuangan untuk menunjukkan keunikan dan keaslian administrasi negara terus berlangsung bahkan beberapa akademisi mengatakan semakin intensif. Di Indonesia dilihat dari perspektif akademis kelihatannya administrasi negara masih banyak mengopi perkembangan yang terjadi di negara-negara maju. Sementara dilihat dari program kegiatan dari pemerintahan dan reformasi administrasi pemerintahan sudah ada kemajuan dan perkembangan semenjak Bung Karno dan Suharto. Adapun sekarang ini tampaknya masih berada dalam kondisi transisi belum menunjukkan arah yang jelas kemana reformasi administrasi akan di arahkan. [Buku : Ilmu Administrasi Publik Kontemporer : 55]

Overview singkat terhadap perkembangan sejarah administrasi negara modern perlu disinggung disini guna memahami tingkat perkembangannya hingga saat ini. Ilmu administrasi negar dilahirkan pada akhir abad ke-19, ketika perhatian akademisi mulai tertarik mengamati kegiatan-kegiatan suatu negara(the business of the state). Revolusi yang mengubah administrasi negara menjadi suatu ilmu dan profesi yang independent, aslinya tidak bisa dipisahkan dari upaya dan visi yang amat berpengaruh dari tokoh Woodrow Wilson (1887) dan Frank J. Goodnow (1900). Dua tokoh pemikir ini yang pertama kali diantara tokoh-tokoh lain.

(16)

Pa

Secara teoritis, perkembangan ilmu administrasi negara di indonesia tidak ada yang istimewa, bahkan mengikuti perkembangan di negara maju lainnya. Apa yang terjadi di Amerika misalnya, di impor oleh para pakar di indonesia di introduksi sebagai barang baru. Penelitian di bidang ini belum banyak yang mengenalkan temuan baru.

3.2 Administrasi Negara di Indonesia Pada Masa Reformasi

Munculnya Era Reformasi ini menyusul jatuhnya pemerintah Orde Baru tahun 1998. Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.

Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya.

Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era Reformasi". Masih adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde Baru".

(17)

Pa

g

e

1

7

menyelenggarakan kekuasaannya berdasarkan kedaulatan rakyat. Berbeda dengan masa sebelumnya dimana kedaulatan negara lebih menonjol, sejak reformasi 1999 kedaulatan rakyat menjadi kata kunci dalam penyelenggaraan administrasi. Negara bukan lagi dianggap sebagai satu satunya aktor yang secara ekslusif berperan dalam mencapai tujuan nasional. Dalam era reformasi, sistem demokrasi menuntut adanya kekuasaan yang terdesentralisir dimana masing masing komponen memiliki otonomi relatif terhadap komponen yang lain dengan maksud agar tidak ada satu pun elemen dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dapat mendominasi kelompok yang lain. Sebagai konsekuensinya negara merupakan hanya salah satu mekanisme yang bersandingan dengan mekansime pasar (private

sector) dan mekanisme sosial (civil-society) untuk memecahkan masalah

pelayanan publik. Administrasi merupakan sarana koordinasi dari negara, masyarakat dan dunia usaha untuk mencapai tujuan nasional.

Hal ini sebagaimana kita lihat dalam praktek administrasi pada era reformasi. Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia tahun 1997 menjadi pendorong perubahan besar dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Melalui Tap MPR no XV Tentang Pokok Pokok reformasi pemerintah era reformasi dituntut untuk melakukan penataan untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis dan bersih dari KKN. Perubahan tersebut secara formal yang mewakil seluruh komponen bangsa baik dari kelompok poliik, daerah dan fungsional. Berakhirnya kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara diikuti dengan perubahan Presiden yang bukan lagi menjadi mandataris MPR, tetapi merupakan Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara yang dipilih langsung oleh rakyat.

Perubahan tersebut dimaksud untuk menciptakan sistem check and

balance. Kedua, perubahan amandemen IV mendorong terciptanya sistem

(18)

Pa Namun dengan amandemen ke IV, pemerintahan menjadi terdesentralisir. Hal ini terlihat dari pembatasan kekuasaan presiden..yang harus berbagai kekuasaan dengan DPR dan berbagai lembaga negara lainnya. Pada tataran hubungan pusat daerah, amandemen konstitusi mengatur pemberian otonomi yang luas kepada daerah. Amandemen IV menciptakan konfigurasi sistem administrasi yang terdesentralisir sebagai sarana untuk menjamin terselenggaranya demokrasi. Upaya penguatan sistem keseimbangan kekuasaan juga dilkaukan dalam hubungan antara negara dan rakyat. Hal ini terlihat dari sembilan pasal tambahan yang mengatur khusus tentang perlindungan hak asasi manusia.

Berbagai perubahan paradigma pemerintahan dalam era reformasi telah mengakhiri warisan sistem administrasi pada masa lalu yang dibangun berdasarkan pada model birokrasi monocratique. Namun model alternatif yang sering disebut dengan model post-weberian itu hingga saat ini masih mencari bentuk. Keadaan ini sedikit banyak menciptakan berbagai kerancuan mengenai arah perubahan dan pembangunan sistem administrasi negara di era reformasi. Ketidakjelasan arah dan fokus dalam membangun sistem administrasi negara Indonesia di era reformasi ini akan menjadi penghambat besar dalam menciptakan sistem administrasi negara yang tangguh berhadapan dengan tuntutan perbaikan kinerja pemerintah maupun tantangan persaingan global di tingkat internasional.

Setiap perubahan selalu ditandai dengan ketidakpastian. Beberapa masalah yang muncul dalam perubahan tersebut terutama adalah masalah korupsi, ancaman integrasi nasional, dan buruknya pelayanan publik.

(19)

Pa

g

e

1

9

mutu penyelenggaraan pemerintahan (governance), reformasi di Indonesia menunjukkan hasil yang belum menggembirakan.

 tingkat partisipasi dan akuntabiltas pemerintah Voice & Accountability,

 Political Stability and Lack of Violence,

 Efektifitas pemerintahan (Government Effectiveness),

 kualitas regulasi (Regulatory Quality),

 Penegakan hukum (Rule of Law),

 Pengendalian terhadap korupsi (Control of corruption)

Dari keenam indikator tersebut hanya tingkat partisipasi dan akuntabilitas pemerintah yang menunjukkan perbaikan signifikan. Untuk indikator yang lain, tata penyelenggaraan pemerintahan menunjukkan hasil dibawah kondisi tahun 1996. Ini artinya bahwa kinerja pemerintah pada era reformasi adalah masih ada di bawah masa orde baru yang sering menjadi sasaran kritik oleh para pendukung reformasi.

Tahun 2008 IPK Indonesia berada diurutan ke-126 dengan skors. 2,6, atau naik sekitar 0,3 dibandingkan IPK 2007 lalu. Tahun lalu bahkan merosot dari 2,4 ditahun 2006, menjadi 2,3 ditahun 2007. Tetapi Indonesia masih merupakan 71 negara yang indeksnya dibawah 3. Demikian halnya dengan hasil survey PERC tahun 2008 menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara nomor tiga terkorup di Asia.

Masalah yang lain adalah problem integrasi. Sejak pemberlakuan kebijakan otonomi daerah, ancaman terhadap integrasi semakin menguat. Hal ini terlihat dari tuntutan untuk melepaskan diri dari NKRI, tuntutan pemekaran darah yang didorong oleh motif primordialisme dan sebagainya. Dalam proses pemekaran tersebut para pegawai negeri bahkan menjadi salah satu aktor pendukung utamanya.

(20)

Pa (amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

 Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama UUD 1945

 Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua UUD 1945

 Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga UUD 1945

 Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat UUD 1945

Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan Pasal II Aturan Tambahan terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Tentang sistem pemerintahan negara republik Indonesia dapat dilihat di dalam pasal-pasal sebagai berikut :

1. Negara Indonesia adalah negara Hukum.

(21)

Pa

Sistem Konstitusional pada era reformasi (sesudah amandemen UUD 1945) berdasarkan Check and Balances. Perubahan UUD 1945 mengenai penyelenggaraan kekuasaan negara dilakukan untuk mempertegas kekuasaan dan wewenang masing-masing lembaga-lembaga negara, mempertegas batas-batas kekuasaan setiap lembaga negara dan menempatkannya berdasarkan fungsi-fungsi penyelenggaraan negara bagi setiap lembaga negara. Sistem yang hendak dibangun adalah sistem “check and balances”, yaitu pembatasan kekuasaan setiap lembaga negara oleh undang-undang dasar, tidak ada yang tertinggi dan tidak ada yang rendah, semuanya sama diatur berdasarkan fungsi-fungsi masing-masing.

Atas dasar semangat itulah perubahan pasal 1 ayat 2, UUD 1945 dilakukan, yaitu perubahan dari “Kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR”, menjadi “Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Ini berarti bahwa kedaulatan rakyat yang dianut adalah kedaulatan berdasar undang-undang dasar yang dilaksanakan berdasarkan undang-undang dasar oleh lembaga-lembaga negara yang diatur dan ditentukan kekuasaan dan wewenangnya dalam undang-undang dasar. Oleh karena itu kedaulatan rakyat, dilaksanakan oleh MPR, DPR, DPD, Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, BPK dan lain-lain sesuai tugas dan wewenangnya yang diatur oleh UUD. Bahkan rakyat secara langsung dapat melaksanakan kedaulatannya untuk menentukan Presiden dan Wakil Presidennya melalui pemilihan umum.

Pada era reformasi diadakan tata urutan terhadap peraturan perundang-undangan sebanyak dua kali, yaitu :

Menurut TAP MPR III Tahun 2000:

(22)

Pa

g

e

2

2

Menurut UU No. 10 Tahun 2004:

1) UUD 1945

2) UU/PERPU

3) Peraturan Pemerintah

4) Peraturan Presiden

5) Peraturan Daerah

3. Sistem Pemerintahan

Sistem ini tetap dalam frame sistem pemerintahan presidensial, bahkan mempertegas sistem presidensial itu, yaitu Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen, akan tetap bertanggung kepada rakyat dan senantiasa dalam pengawasan DPR. Presiden hanya dapat diberhentikan dalam masa jabatannya karena melakukan perbuatan melanggar hukum yang jenisnya telah ditentukan dalam Undang-Undang Dasar atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden. DPR dapat mengusulkan untuk memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya manakala ditemukan pelanggaran hukum yang dilakukan Presiden sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar.

4. Kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) bahwa MPR terdiri dari anggota DPR dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). MPR berdasarkan Pasal 3, mempunyai wewenang dan tugas sebagai berikut :

 Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.

 Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.

 Dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa

(23)

Pa

Masih relevan dengan jiwa Pasal 3 ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2). Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Pada awal reformasi Presiden dan wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR (Pada Pemerintahan BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri untuk masa jabatan lima tahun. Tetapi, sesuai dengan amandemen ketiga UUD 1945 (2001) presiden dan wakil presiden akan dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.

6. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Dengan memperhatikan pasal-pasal tentang kekuasaan pemerintahan negara (Presiden) dari Pasal 4 s.d. 16, dan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 19 s.d. 22B), maka ketentuan bahwa Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR masih relevan. Sistem pemerintahan negara republik Indonesia masih tetap menerapkan sistem presidensial.

7. Menteri negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden yang pembentukan, pengubahan dan pembubarannya diatur dalam undang-undang (Pasal 17).

Presiden sebagai kepala negara, kekuasaannya dibatasi oleh undang-undang. MPR berwenang memberhentikan Presiden dalam masa jabatanya (Pasal 3 ayat 3). Demikian juga DPR, selain mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan menyatakan pendapat, juga hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas (Pasal 20 A ayat 2 dan ayat 3).

BAB PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

(24)

Pa

g

e

2

4

melemah dan semakin besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. Publik mengharapkan bahwa dengan terjadinya reformasi, akan diikuti pula dengan perubahan besar pada desain kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, baik yang menyangkut dimensi kehidupan politik , sosial, ekonomi, maupun kultural.

3.2 SARAN

Untuk terjadinya perubahan administrasi publik ,maka di harapkan agar pemerintah untuk benar benar memperhatikan dan melakukan reformasi terhadap system dan tata laksana administrasi Negara kita. Menetapkan visi pemerintahan terhadap reformasi atau perubahan system administrasi Negara secara jelas,perlu juga dilakaukan.pemerintah harus mempunyai komitmen yang serius dalam melakukan reformasi administrasi.

(25)

Pa

g

e

2

5

1. Reformasi Administrasi, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007. Pengarang BacHarudin Jusuf Habibie

2. Reformsi Administrasi Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden. Pengarang L Misbah Hidayat

3. Reformasi Administrasi Konsep Dimensi dan Strategi. Pengarang Soesilo Zauhar

Penerbit Bumi Aksara

4. Pokok-Pokok Administrasi dan Implementasinya Pengarang Dr Hj Amin Ibrahim M.A

Penerbit Reflika Aditama

5. IIlmu Administrasi Publik Kontemporer Pengarang Miftah Toha

Penerbit Perdana Media Grup

6. Quo Vadis Administrasi Negara Indonesia Pengarang, Mason C. Hoadley

Penerbit Graha Ilmu

Referensi

Dokumen terkait

Kehadiran umat Katolik di dalam pemerintahan Desa Banjarasri, khususnya sebagai kepala desa dan Kepala Dukuh, adalah bagian dari sumbangan keterlibatan Gereja bagi

Akan tetapi, jika skalar yang dikalikan dengan angka negatif, maka disamping besarnya berubah, arah vektor pun menjadi kebalikannya (berputar sebesar 1800),vektor negatif dari

Terkait batas nilai bilangan dominasi jarak- k, penelitian telah dilakukan antara lain oleh Tian [1] dan Meierling [2] untuk graf pohon, sedangkan Sridharan [3] lebih

adalah bila debit rembesan besar nilai FK akan kecil bila debit rembesan kecil maka FK akan besar. Selain itu parameter kohesi, sudut geser dalam, serta bobot

Use of hyperspectral remote sensing re fl ectance in extracting the spectral volume absorption coe ffi cient for phytoplankton in coastal water: remote sensing relationships for

Biaya produksi yang tinggi pada usahatani padi berkaitan erat dengan penggunaan input yang dilakukan oleh petani.. Keterbatasan modal yang umumnya dialami patani, tampaknya

Untuk mengetahui apakah metode problem based learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIIA semester I MTs Negeri Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo Tahun

Berdasarkan hasil penelitian tersebut telah diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan sewa-menyewa (ijarah) yaitu tentang menyewakan kembali rumah sewaan pada kontrakan