1 PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
TERHADAP KINERJA ORGANISASI (Studi Pada UMKM Konfeksi di Kota Bukittinggi)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas
Oleh:
Rahmad Ikhsan 1210522013
Dosen Pembimbing Dr. Yulihasri, SE, MBA
PROGRAM STUDI S1 MANAJAMEN FAKULTAS EKONOMI
5 KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Penerapan Total Quality Management (TQM) Terhadap Kinerja Organisasi (Studi Pada UMKM Konfeksi di Kota Bukittinggi). Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari tahap awal sampai pada tahap akhir penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi:
1. Bapak Dr. Harif Amali Rivai, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas yang telah memberikan dukungan kepada saya menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Andalas;
2. Ibu Dr. Verinita, SE, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Bapak Hendra Lukito, SE, MM, PhD, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen yang telah menfasilitasi dari tahap penulisan proposal hingga pelaksanaan seminar hasil;
3. Bapak Dr. Donard Games, SE, M.Bus (Adv), selaku Kepala Program Studi S1 Jurusan Manajemen yang telah menfasilitasi dari tahap penulisan proposal hingga pelaksanaan seminar hasil;
4. Bapak Dr. Yulihasri, SE, MBA selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
5. Bapak Hafis Rahman, SE, MSBS, Ph.D dan Arief Prima Johan, SE, M.Sc yang telah berkenan sebagai tim penguji seminar hasil;
6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral;
6 Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu.
7 Foto 2*3
berwarna
No. Alumni Universitas
Rahmad Ikhsan No. Alumni Fakultas
a) Tempat/Tgl Lahir : Sawahlunto / 06 Januari 1994 b) Nama Orang Tua : Herman
Riva’i c) Fakultas : Ekonomi d) Jurusan : Manajemen e) No Bp : 1210522013 f) Tanggal Lulus : 17 April 2017 g) Predikat Lulus : Memuaskan h) IPK : 3.05 i) Lama Studi : 4 tahun 8 bulan j) Alamat Orang Tua : Gurun Aur, Kubang Putiah, Kab. Agam
PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA
ORGANISASI
(STUDI PADA UMKM KONFEKSI DI KOTA BUKITTINGGI) Skripsi oleh Rahmad Ikhsan
Pembimbing : Dr. Yulihasri, SE, MBA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja organisasi pada UMKM konfeksi di kota Bukittinggi. Yang mengkaji pengaruh variabel komitmen manajer, manajemen tenaga kerja, kualitas informasi, fokus konsumen dan pemberdayaan karyawan terhadap kinerja organisasi. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan aplikasi SmartPLS 3.2.6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel komitmen manajer, manajemen tenaga kerja, fokus konsumen berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi dan variabel kualitas informasi, pemberdayaan karyawan berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja organisasi pada UMKM konfeksi di kota Bukittinggi.
Kata Kunci : TQM, komitmen manajer, manajemen tenaga kerja, pemberdayaan karyawan, kualitas informasi, fokus konsumen, kinerja organisasi
Skripsi telah dipertahankan di depan sidang penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal 17 April 2017
Abstrak telah di setujui oleh :
Tanda
Ketua Jurusan Manajemen
Dr.Verinita,SE.MSi
NIP. 197208262003122004 Tanda
Tangan
8
No. Alumni Fakultas Nama Tanda Tangan
9
BAB II.TINJAUAN LITERATUR ... 10
2.1.Landasan Teori ... 10
2.1.1.Pengertian Total Quality Management ... 10
2.1.2.Konsep Total Quality Management ... 11
2.1.3.Komitmen Manajer ... 14
2.1.4.Kualitas Informasi ... 17
2.1.5.Manajemen Tenaga Kerja ... 20
2.1.6.Pemberdayaan Karyawan ... 22
2.1.7.Fokus Konsumen ... 25
2.1.8.Kinerja Organisasi ... 27
2.1.9.Defenisi UMKM ... 29
2.2.Pengembangan Hipotesis ... 30
2.3.Kerangka Pemikiran ... 33
2.4.Penelitian Terdahulu ... 34
BAB III.METODE PENELITIAN ... 36
3.1.Desain Penelitian ... 36
3.2.Populasi dan Sampel ... 36
3.2.1.Populasi Penelitian ... 36
3.2.2.Sampel Penelitiam ... 37
3.3.Teknik Pengambilan Sampel ... 38
3.4.Jenis dan Sumber Data ... 38
3.4.1.Data Primer ... 38
3.4.2.Data Skunder ... 39
3.5.Metode Pengumpulan Data ... 39
3.6.Defenisi Operasional Variabel ... 39
3.7.Teknik Analisis Data ... 42
3.7.1.Uji Validitas ... 42
10
4.1.Analisis Pengembalian Kuesioner ... 45
4.2.Gambaran Umum Identitas Responden ... 45
4.2.1.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46
4.2.2.Karakteristik Berdasarkan Usia ... 46
4.2.3.Pendidikan Terakhir ... 47
4.2.4.Kedudukan Dalam Perusahaan ... 48
4.2.5.Masa Berwirausaha ... 48
4.4.Deskripsi Variabel Penelitian ... 51
4.4.1.Kinerja Organisasi ... 51
4.4.2.Komitmen Manajer ... 53
4.4.3.Pemberdayaan Karyawan ... 54
4.4.4.Manajemen Tenaga Kerja ... 55
4.6.Pembahasan Hasil Penelitian... 69
4.6.1.Pengaruh Komitmen Manajer Terhadap Kinerja Organisasi ... 69
4.6.2.Pengaruh Manajemen Tenaga Kerja Terhadap Kinerja Organsiasi ... 70
4.6.3.Pengaruh Pemberdayaan Karyawan Terhadap kinerja Organisasi ... 71
4.6.4.Pengaruh Kualitas Informasi Terhadap Kinerja Organisasi ... 73
4.6.5.Pengaruh Fokus Konsumen Terhadap Kinerja Organisasi ... 75
BAB V.PENUTUP ... 77
5.1.Kesimpulan... 77
5.2.Implikasi Penelitian ... 78
5.3.Keterbatasan Penelitian ... 82
11
DAFTAR PUSTAKA ... 84
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang berkembang, salah satunya bidang yang mengalami perkembangan adalah bidang perekonomian, bidang perekonomian merupakan bidang yang bertujuan meningkatkan taraf hidup dan mensejahterakan masyarakat Indonesia, sehingga banyak permasalahan yang muncul, seperti masalah di bidang usaha dan industri. Banyaknya permasalahan industri mendorong pemerintah untuk fokus dalam meningkatkan kualitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada, karena UMKM merupakan salah satu aspek penting penunjang perekonomian dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Eksistensi UMKM memang tidak dapat diragukan lagi karena terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca krisis ekonomi. Disisi lain, UMKM juga menghadapi banyak sekali permasalahan, yaitu terbatasnya modal kerja, sumber daya manusia yang rendah, dan minimnya penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi (Sudaryanto & Hanim, 2002).
2 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki berbagai keunggulan dibandingkan industri lain, dimana UMKM mampu memperluas lapangan pekerjaannya dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas kepada masyarakat, serta berperan dalam proses pemerataan pendapatan (Ardiana et al., 2010). Ini membuktikan bahwa UMKM berperan aktif dalam pemerataan ekonomi masyarakat, sebagai salah kegiatan wirausaha yang menghasilkan laba, menambah lapangan pekerjaan, serta memberdayakan keterampilan masyarakat dalam berwirausaha.
Meskipun Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peluang yang besar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011, faktanya UMKM masih memiliki kendala dalam kegiatan operasional, keuangan dan pengembangan kinerja, salah satu permasalahan di bidang UMKM yang penting disebabkan oleh faktor kualitas produk, ditambah dengan kendala lain yang dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan prospek usaha yang kurang jelas serta perencanaan, visi dan misi yang belum mantap. Hal ini terjadi karena umumnya UMKM bersifat income gathering yaitu hanya menaikkan pendapatan, dengan ciri-ciri sebagai berikut: merupakan usaha milik keluarga, menggunakan teknologi yang masih relatif sederhana, kurang memiliki akses permodalan, dan tidak ada pemisahan modal usaha dengan kebutuhan pribadi (Sudaryanto et al., 2014).
3 menciptakan kinerja yang optimal, salah satu cara meningkatkan kinerja ialah dengan menerapkan aplikasi Total Quality Management (TQM).
Penerapan Total Quality Management (TQM) menjadi landasan dalam menggunakan strategi dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dimana TQM menjadi prioritas dalam menciptakan kinerja yang optimal dengan cara meningkatkan kualitas organisasi. Studi empiris yang menguji pengaruh TQM terhadap kinerja perusahaan telah banyak dilakukan penelitan sebelumnya, Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa TQM sebagai salah satu strategi terbaik untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Prayheogo & Devie, 2014).
Menurut Munizu (2010) Total Quality Management (TQM)) telah menjadi salah satu aspek penting dalam persaingan di pasar global. Setiap perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya melalui perbaikan berkelanjutan pada aktivitas bisnis yang berfokus pada konsumen, yakni meliputi keseluruhan organisasi dan penekanan pada fleksibilitas serta kualitas. Oleh karena itu, guna dalam mencapai tujuan perusahaan, perusahaan harus meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan dengan memperbaiki sistem manajemen, serta menjadikan TQM sebagai prioritas strategi organisasi.
4 dan unggul dalam persaingan global dengan menghasilkan kualitas terbaik pada sektor perusahaan. Untuk menghasilkan kualitas terbaik perlu adanya perbaikan yang berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki komponen komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan TQM (Sularso & Murdianjo, 2010).
Menggunakan aplikasi Total Quality Management (TQM) dalam perusahaan berimplikasi terhadap aspek sumber daya manusia didalam organisasi, aspek sumber daya manusia menjadi kunci dalam penerapan kualitas, yang diaplikasikan oleh stakeholder di dalam lingkungan organisasi, terbukti sejak tahun 1980 an TQM mampu meningkatkan kinerja perusahaan dan TQM merupakan paradigma baru dalam menjalankan bisnis yang berupaya memaksimumkan daya saing organisasi melalui fokus kepada kepuasan konsumen, keterlibatan karyawan dan perbaikan secara berkesinambungan atas kualitas produk, jasa, manusia, proses dan organisasi (Krejewski & Riztsman, 2006).
Kinerja merupakan salah satu variabel penting bagaimana kita mengukur tingkat produktivitas serta pertumbuhan suatu perusahaan, kinerja merupakan aplikasi dari aktivitas organisasi yang berpedoman terhadap visi dan misi organisasi, bagaiamana proses organisasi mancapai tujuan, memperoleh keuntungan dan menerapkan visi dan misi dalam mencapai tujuan perusahaan.
5 perusahaan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki, memaksimalkan produksi, memperbaiki sistem manajemen perusahaan, dan meningkatkan pertumbuhan perusahaan (Prayhoego & Devie, 2013).
Pada kenyataannya kinerja yang optimal perusahaan merupakan salah satu output dari Total Quality Management (TQM), dimana dengan adanya TQM mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan kinerja baik secara profitabilitas maupun operasional perusahaan. Peningkatan secara profitabilitas terjadi apabila perusahaan mampu menghasilkan keuntungan, penjualan serta profitabilitas. Peningkatan secara operasional terjadi apabila perusahaan mampu mengoptimalkan sumber daya manusia dan sumber daya alam dengan efisien, kemudian menghasilkan output yang berkualitas (Prayhoego & Devie, 2013).
Dalam menciptakan kinerja perusahaan yang optimal, Total Quality Management (TQM) menjadi strategi dalam peningkatan kualitas dan kinerja organisasi, dengan adanya penerapan TQM ini membuat organisasi lebih memfokuskan kualitas organisasi sebagai pedoman dan talok ukur dari peningkatan kinerja, karena faktor kualitas dinilai menjadi suatu faktor yang sangat dipertimbangkan dalam menjalankan suatu perusahaan atau organisasi.
6 perekonomian daerah. Peneliti tertarik dengan TQM, karena dengan adanya strategi TQM mampu meningkatkan kinerja serta kualitas organisasi. Dengan adanya penelitian ini bermanfaat bagi UMKM konfeksi dan menjadi teori dalam peningkatan kualitas dan kinerja usaha konfeksi yang ada di kota Bukittinggi, sehingga UMKM bisa berkembang.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan praktek penerapan Total Quality Management yang ditinjau dari 6 variabel, dan menggunakan konsep dari Munizu (2011) yang mengkaji praktik dari variabel TQM terhadap kinerja organisasi. Variabel TQM yang digunakan pada penelitian ini menggunakan variabel dari Prayhoego & Devie (2013) yang terdiri dari variabel komitmen manajer, manajemen tenaga kerja, pemberdayaan karyawan, kualitas informasi, fokus konsumen dan kinerja organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Banyaknya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) konfeksi yang ada di kota Bukittinggi membuat usaha konfeksi perlu meningkatkan kualitas usahanya, karena dinilai jika usaha semakin banyak tentu akan memunculkan persaingan usaha antar sesama usaha konfeksi, jadi dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas perusahaan perlu meningkatkan kinerja, sehingga mampu bertahan dari tekanan bisnis sesama industri serta mampu meningkatkan kualitas organisasi dan membuat usaha bertahan dan mampu berkembang.
7 untuk meningkatkan kinerjanya, dengan demikian rumusan masalah pada penelitian ini adalah.
1. Apakah penerapan komitmen manajer berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi ?
2. Apakah penerapan manajemen tenaga kerja berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi ?
3. Apakah penerapan pemberdayaan karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi ?
4. Apakah penerapan kualitas informasi berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi ?
5. Apakah penerapan fokus konsumen berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi ?
1.3 Tujuan Penelitan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Total Quality Management (TQM) yang terdiri dari variabel berikut,
1. Mengetahui pengaruh komitmen manajer terhadap kinerja organisasi. 2. Mengetahui pengaruh manajemen tenaga kerja terhadap kinerja
organisasi.
3. Mengetahui pengaruh pemberdayaan karyawan terhadap kinerja organisasi.
8 1.4 Manfaat Penelitian
1. Akademik
a. Menambah pengetahuan tentang pengaruh Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja organisasi pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) konfeksi. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil objek UMKM konfeksi yang ada di kota Bukittinggi.
b. Memberikan sumbangan pemikiran untuk pertimbangan penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Praktikal
Diharapkan dapat memberikan masukan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) konfeksi di kota Bukittinggi, agar memperhatikan pengaruh penerapan Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja organisasi .
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari:
Bab 1 Pendahuluan
Bab I menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
9 Bab III Metodologi Penelitian
Bab III menjelaskan tentang jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, defenisi operasional variabel penelitian dan teknik analisis data.
Bab IV Analisis Data dan Pembahasan
Bab IV berisi tentang hasil dan pembahasan penelitian berupa gambaran hasil penelitian tentang pengaruh variabel Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja organisasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Bab V Penutup
10 BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Total Quality Management
Total Quality Management (TQM) dapat diartikan sebagai sebuah pendekatan dalam meningkatkan kualitas secara sistematis dengan menggunakan banyak dimensi dan telah diaplikasikan secara luas oleh banyak perusahaan, dengan tujuan meningkatkan kinerja seperti kualitas, produktivitas dan profitabilitas (Munizu, 2010).
Kemudian konsep Total Quality Management (TQM) sendiri disamping sebagai filosofi dan prinsip prinsip manajemen, juga merupakan seperangkat strategi dan praktik yang dapat digunakan dalam meningkatkan daya saing dan kinerja perusahaan melalui pemenuhan kebutuhan dan kepuasan pelanggan (Prayhoego & Devie, 2013).
11 Dalam manjalankan praktik Total Quality Management (TQM), praktik ini lebih berfokus terhadap kualitas, bagaimana manajer perusahaan secara konsisten menjalankan usaha untuk memaksimumkan daya saing organiasasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan (Sularso & Murdijanto, 2004).
Dalam berbagai literatur manajemen operasi diketahui bahwa perusahaan diseluruh dunia telah menerapkan Total Quality Management (TQM) selama beberapa dekade terakhir. Disamping itu, telah banyak penelitian dilakukan oleh para pakar yang fokus pada konsep TQM dengan menggunakan atau meninjaunya dari berbagai area atau konteks yang berbeda (Munizu, 2010).
2.1.2. Konsep Total Quality Management
Konsep Total Quality Management (TQM) merupakan suatu sistem manajemen yang difokuskan pada seluruh orang atau tenaga kerja, mempunyai bagian untuk meningkatkan kepuasan pada pelanggan dengan memberikan kualitas yang sesuai dengan standar perusahaan, dengan biaya pencapaian lebih rendah dari nilai suatu produk atau jasa. Dalam konsep ini diperlukan suatu komitmen dari setiap anggota dalam organisasi atau perusahaan (Nasution, 2005).
Dalam menjalankan Total Quality Management, ada beberapa metode
yang populer dalam menjalankan aplikasinya, menurut Jasuri (2014) ada dua
metode Total Quality Management (TQM) yang paling populer saat ini, yaitu:
1. Metode W. Edwards Deming, metode ini dinilai sebagai bapak gerakan TQM.
Metodenya dikenal dengan Deming Cycle (siklus deming). Siklus ini model
12 berkaitan, yakni Plan-Do-Check-Act (PDAC). Keempat elementersebut dapat
dideskripsikan sebagai berikut.
a. Mengembangkan rencana perbaikan (plan). Rencana ini disusun
berdasarkan prinsip 5W 1H (what, why, who, when, where, dan how) yang
dibuat secara jelas dan terperinci, serta menetapkan sasaran maupun target
yang harus dicapai.
b. Melaksanakan rencana (do). Rencana yang telah tersusun dilaksanakan
secara bertahap, mulai dari skala kecil, dan pembagian tugas secara merata
sesuai kapasitas dan kemampuan dari setiap personil. Selama proses
pelaksanaan harus ada pengendalian, sebagai upaya agar seluruh rencana
dilaksanakan dengan sebaik mungkin dan sasarannya dapat dicapai.
c. Memeriksa hasil yang dicapai (check). Elemen ini mengacu kepada
penetapan apakah pelaksanaan TQM berada pada jalur yang ditetapkan,
sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang
direncanakan. Alat atau perlengkapan yang dapat digunakan dalam
memeriksa yaitu diagram, histogram, dan diagram kontrol.
d. Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (action). Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, didasarkan pada hasil analisis. Penyesuaian
berkenaan dengan standarisasi prosedur baru guna menghindari timbulnya
kembali masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan
13 2. Metode Joseph M. Juran. Juran mengemukakan empat konsep dalam metode
TQM. Keempat konsep itu meliputi:
a. Juran’s three basic steps top progress. Terkait konsep ini, Juran
mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara kualitas dengan daya
saing. Tiga langkah yang dimaksudkan adalah mencapai perbaikan
terstruktur atas dasar kesinambungan yang dikombinasikan dengan
dedikasi dan keadaan mendesak, mengadakan program pelatihan secara
luas dan membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat
manajemen yang lebih tinggi.
b. Juran’s ten steps to quality improvement. Pada konsep kedua ini,
dikemukakan sepuluh langkah untuk memperbaiki kualitas, yakni
membentuk kesadaran terhadap kebutuhan perbaikan dan peluang untuk
melakukan perbaikan, menetapkan tujuan perbaikan, mengorganisasikan
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, menyediakan pelatihan,
melaksanakan proyek-proyek untuk memecahkan masalah, melaporkan
perkembangan, memberikan penghargaan, mengkomunikasikan hal-hal
yang dicapai, menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai dan
memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem
reguler organisasi atau perusahaan.
c. The pareto principle. Dalam konsep ini, menerapkan prinsip yang
dikemukakan oleh Pareto, yakni organisasi harus memusatkan energi pada
penyisihan sumber masalah yang sedikit namun vital (Vital Few Sources)
14 d. The Juran trilogy. Menurut konsep keempat ini, terdapat tiga fungsi utama
manajerial, yaitu: perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, dan
perbaikan kualitas.
2.1.3. Komitmen Manajer
Seperti yang kita ketahui manajer adalah pihak yang bertanggung jawab
atas penyediaan pedoman umum bagi kegiatan sistem informasi. Dan tingkat dari
dukungan yang diberikan oleh manajemen tersebut bagi sistem informasi
organisasi menjadi suatu faktor yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan semua kegiatan yang berkaitan dengan kinerja perusahaan (Hashmi,
2004).
Selain itu seorang manajer dalam manjalankan tugasnya menjamin
ketersediaan, keakuratan, keamanan informasi serta pengaturan organisasi yang
baik serta dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuan. Katz, (1955)
mengemukakan keterampilan yang dimiliki seorang manajer.
1. Ketermpilan konseptual (conceptional skill)
Manajer harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide,
gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut
kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan
gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja
yang konkret, biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning, Oleh
karena itu, keterampilan konseptual juga merupakan keterampilan untuk membuat
15 2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konseptual, manajer juga perlu dilengkapi dengan
keterampilan berkomunikasi, komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan
oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpin. Dengan komunikasi yang
persuasif dan bersahabat membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian
mereka akan bersikap terbuka kepada atasan.
3. Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan dasar bagi manajer tingkat rendah.
Keterampilan teknis ini merupakan keterampilan untuk mengerjakan suatu
perkerjaan di lapangan.
Pada dasarnya penerapan komitmen manajer sangat penting dalam
mencapai tujuan organisasi, oleh karena itu dalam menjalankan organisasinya
peranan menajer sangat perlu dipahami manajer untuk mancapai kinerja yang
optimal. Menurut Widjaja (1993), peranan manajer adalah sebagai berikut
1. Para manajer berkerja dengan dan melalui orang lain yang ada di dalam
organisasi yang berperan langsung atau tidak langsung dalam mencapai
tujuan organisasi.
2. Para manajer berperan sebagai saluran komunikasi dalam organisasi
untuk saling membantu dalam melakukan fungsi fungsi manajemen.
3. Para manajer berperan sebagai penanggungjawab organisasi sehingga
bertanggungjawab terhadap karyawan.
4. Para manajer mempunyai kewajiban menjaga keserasian dan
16 bersaing dan berlawanan yang menurut waktu dan sumber daya yaitu
barang dan manusia yang biasanya dalam keadaan terbatas.
5. Para manajer harus berfikir realistis dan konsepsional dalam cara
pemecahan masalah dan memandang segala sesuatu dalam organisasinya
secara integral.
6. Para manajer harus mampu berperan sebagai penengah terutama bila dia
dihadapi kepada perbedaan dan pertentangan pikiran, pendapat, dan
pandangan di antara para anggota organisasi terutama yang dapat
menurunkan semangat dan produktivitas kerja.
7. Para manajer harus dapat menumbuhkan semangat kerjasama dan
hubungan baik dengan siapa pun dalam organisasi untuk memperoleh
dukungan dan partisipasi mereka.
8. Para manajer mewakili organisasinya dalam hubungan dengan pihak
manapun diluar organisasinya.
9. Para manajer berperan sebagai pelambang bagi citra organisasinya.
10. Para manajer harus mampu mengatasi hal hal sulit dengan resiko kerja
yang besar dalam keadaan yang berubah ubah.
Dalam menjalankan organisasi, peranan dan komitmen manajer sangat
penting, karena manajer menjadi pemimpin yang akan membawa organisasi
mencapai tujuannya, dengan adanya komitmen seorang manajer, semua anggota
organisasi pasti akan bekerja semaksimal mungkin dan peran seorang manajer
dalam memberi arahan terhadap pekerjaan karyawan, komitmen manajer dalam
17 dukungan kepada karyawan dan upaya yang dilakukan manajer dalam
menjalankan organisasi.
Selain itu dalam penerapan Total Quality Managament (TQM), manajer
merupakan penggerak dalam manjalankan aplikasi Total Quality Management,
karena manajer memiliki wewenang sebagai kunci dalam menjalankan organisasi.
Sesuai dengan pendapat Hasibuan (2006), yaitu tugas utama seorang manajer
ialah Managerial Cycle (siklus pengambilan keputusan), membuat rencana,
menyusun organisasi, pengarahan organisasi, pengendalian dan pelaporan. Jadi
komitmen manajer adalah prioritas utama dalam menjalankan TQM, dalam
meningkatkan kinerja suatu organisasi.
2.1.4. Kualitas Informasi
Seperti yang kita ketahui bahwa perencanaan informasi merupakan bagian
dari sistem informasi yang penting dalam pengendalian organisasi, informasi yang
berkualitas manjadi pedoman bagi manajer dalam pengendalian aktivitasnya serta
pengendalian lingkungan, sehingga perusahaan mampu mencapai tujuannya.
Informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan oleh manajer harus
merupakan informasi yang memiliki kualitas atau karakteristik yang baik dan
pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja secara keseluruhan (Widarsono, 2007).
Menurut Jogiyanto (1999) menjelaskan bahwa informasi didefenisikan
sebagai hasil dari suatu pengolahan data dalam bentuk yang bermanfaat dan
berarti bagi penerima yang menggambarkan suatu kejadian nyata yang digunakan
dalam pengambilan keputusan. Jadi dapat disimpulkan informasi berguna dalam
18 Quality information (kualitas informasi) merupakan ukuran penting dalam pengambilan keputusan, pengawasan kualitas, perencanaan kualitas, dan ukuran tersebut memberikan pengaruh langsung terhadap kualitas produk, pengumpulan data secara sistematis yang membantu menyelesaikan masalah dalam pengambilan keputusan, perencanaan kualitas, dan pengawasan kualitas yang berpengaruh terhadap kualitas produk di tangan konsumen akhir (Widjaya & Suryawan (2014).
Kualitas informasi memiliki dua kategori yaitu shop floor dan cross functional. Dimana shop floor berkaitan dengan hubungan komunikasi dua arah antara manajer dengan karyawan itu sendiri yang dapat menjadi sarana bagi karyawan berbagi ide dan kemampuan dalam perbaikan kualitas secara berkala. Sedangkan cross functional berkaitan dengan adanya koordinasi, upaya pengembangan produk yang baru, dan interaksi dengan konsumen (Widjaya & Suryawan (2014).
Menurut Sutabri (2012), menjelaskan bahwa kualitas suatu informasi
berpedoman kepada 3 hal yaitu:.
a. Akurat (accuracy) : Informasi harus bebas dari kesalahan kesalahan dan
tidak menyesatkan. Akurat berarti informasi harus sesuai dengan
kebenarannya
b. Tepat waktu (time lines): informasi yang datang kepada penerima tidak
boleh terlambat, dalam artian informasi harus disampaikan sesuai dengan
waktu yang tepat, sehingga memberikan manfaat kepada penerima dan
pemberi informasi.
19 Dalam mengaplikasikan kualitas informasi, terdapat beberapa karakteristik
informasi yang sangat penting untuk dipahami, adapun karakteristik informasi
menurut Widarsono (2007) adalah sebagai berikut,
a. Karakteristik informasi relevan yaitu informasi dikatakan relevan bila
informasi dapat mengurangi ketidakpastian, meningkatkan kemampuan
para pengambil keputusan untuk membuat prediksi, mengkonfirmasi,
mengoreksi ekspektasi dimasa lalu.
b. Karakteritik informasi reliable / keandalan, yaitu informasi dikatakan
terpercaya bila informasi bebas dari kesalahan dan bias, serta secara akurat
menjelaskan kejadian atau aktivitas organisasi.
c. Karakteristik informasi aggregation / lengkap dan ringkas yaitu dikatakan
sempurna atau utuh secara lengkap dan ringkas, bila informasi tersebut
tidak meninggalkan aspek aspek penting yang melatarbelakangi suatu
kejadian atau aktivitas yang diukur.
d. Karakteristik informasi timely / tepat waktu yaitu informasi dikatakan
tepat waktu bila informasi tersebut tersedia pada waktu bila informasi
tersedia pada waktu pengambilan keputusan serta menggunakannya untuk
membuat keputusan.
e. Karakteristik informasi Understandable / dapat dipahami yaitu informasi
dikatakan dapat dipahami bila informasi disajikan dalam format yang
berguna dan mudah dipahami.
f. Karakteristik informasi Verifiable / dapat diverifikasi yaitu informasi
dikatakan dapat diuji bila dua orang yang berpengetahuan secara
20 Pada kenyataannya penerapan kualitas informasi sangat bermanfaat bagi
organisasi dalam menerapkan Total Quality Management (TQM), dimana
organisasi memanfaatkan informasi secara luas dalam menjalankan organisasi
berupa informasi terhadap produk serta kualitasnya, informasi mengenai database
pelanggan dan kebutuhan pelanggan, dan informasi mengenai karyawan dalam
beroperasi sehingga bermanfaat bagi organisasi dalam pengendalian aktivitasnya
yang nantinya mampu mempengaruhi peningkatan kinerja usaha atau perusahaan.
2.1.5. Manajemen Tenaga Kerja
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Bab 1 Ayat 2 disebutkan
bahwa tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja, setiap
orang yang mampu dalam melakukan pekerjaan guna mencapai tujuan, yaitu
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat.
Pada dasarnya manajemen tenaga kerja memiliki panduan prinsip prinsip,
yaitu pelatihan, pemberdayaan pekerja, kerjasama tim, rencana yang memadai
untuk perekrutan karyawan, pelatihan karyawan yang harus dilaksanakan. Dengan
adanya prinsip tenaga kerja membuat tenaga kerja mempunyai keterampilan atau
kemampuan untuk berpartisipasi dalam proses perbaikan (Martinez-Lorente et al.,
2000) dalam (Prayhoego & Devie, 2013).
Menurut Pangabean (2004) program pendidikan tenaga kerja dapat
dilakukan untuk kepentingan organisasi, adapun tujuan pendidikan tenaga kerja
21 1. Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan tenaga kerja.
2. Meningkatkan moral tenaga kerja, dengan keterampilan dan keahlian yang
sesuai dengan pekerjaan .
3. Memperbaiki kinerja tenaga kerja atau karyawan yang bekerja secara tidak
memuaskan, karena kurangnya keterampilan dapat diminimalkan melalui
program pelatihan dan pengembangan.
4. Membantu tenaga kerja dalam menghadapi perubahan perubahan, baik
perubahan struktur organisasi, teknologi, maupun sumberdaya manusia.
Melalui pelatihan dan pengembangan karyawan diharapkan dapat secara
efektif menggunakan teknologi baru. Manajer di semua bidang harus
secara konstan mengetahui kemajuan teknologi yang membuat organisasi
berfungsi secara lebih efektif.
5. Peningkatan karier tenaga kerja atau karyawan. Dengan pelatihan dan
pengembangan, memberikan kesempatan meningkatkan karier karyawan
sehingga keterampilan dan prestasi kerja karyawan manjadi lebih baik.
6. Meningkatkan jumlah balas jasa yang dapat diterima tenaga kerja atau
karyawan.
Dalam aplikasi Total Quality Management (TQM), manajemen tenaga
kerja menjadi variabel penting dalam peningkatan mutu dan kualitas tenaga kerja,
dilakukan program pendidikan agar karyawan memiliki potensi dan kualitas yang
baik dalam bekerja yang berdampak terhadap kinerja organisasi. Ukil (2016)
menjelaskan bahwa pelatihan mendorong dan memotivasi karyawan dalam
organisasi untuk meningkatkan kinerja yang berkelanjutan sehingga tercipta
22
2.1.6. Pemberdayaan Karyawan
Proses pemberdayaan karyawan menurut Cacioppe (1998) dalam Fadzilah
(2006) adalah proses dimana manajemen memberikan keleluasaan pada
karyawannya untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan yang akan
menuju pada keberhasilan organisasi. Pemberdayaan ini dilaksanakan dengan
menggali potensi diri karyawan dalam melaksanakan perkerjaan.
Seperti yang kita ketahui pemberdayaan karyawan dapat didefenisikan
sebagai satu aspek peningkatan mutu tenaga kerja dimana para manajer
melakukan program pendidikan dan pelatihan terhadap karyawan, dalam
meningkatkan peforma dan keunggulan dalam bekerja. Selain itu pemberdayaan
ini memberikan manfaat dalam manajemen karier karyawan itu sendiri dan
menambah keahlian karyawan dalam bekerja. Menurut Karakoc & Yilmaz (2009)
dalam Ukil, (2016) menjelaskan bahwa pemberdayaan karyawan merupakan salah
satu cara paling efektif dalam meningkatkan kinerja karyawan, dimana
memungkinkan karyawan di setiap tingkat untuk meningkatkan tipe berfikir dan
kemampuan untuk meningkatkan kualitas kerja dan kinerja organisasi.
Selain itu dalam aplikasi pemberdayaan karyawan terdapat pihak yang
berpengaruh penting terhadap pemberdayaan. Sesuai dengan pendapat Mulyadi
(2007) tentang pihak yang berkepentingan terhadap Perwujudan pemberdayaan
karyawan yaitu:
1. Manajer yang bertanggung jawab menjadikan karyawan berkualitas, dalam
artian dapat menumbuhkan kepercayaan manajer, bahwa karyawan dapat
dipercaya untuk melaksanakan pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah
23 2. Karyawan yaitu terdiri atas paradigma pemberdayaan karyawan,
kayakinan dasar, dan nilai nilai dasar yang melandasi pemberdayaan,
manajer perlu memandang karyawan sebagai modal yang secara optimal
mampu memberikan kontribusi dalam mewujudkan visi dan misi
organisasi.
Menurut Mulyadi (2007) pemberdayaan karyawan akan terwujud jika dilandasi
dengan 3 kayakinan,
1. Subsidarity. Prinsip subsidiarity maksudnya adalah karyawan harus
bekerja sesuai dengan posisi dan jabatannya dan tidak boleh melakukan
tugas diluar wewenang dari karyawan itu sendiri. Dengan kata lain,
mengambil tanggungjawab orang lain merupakan suatu kesalahan karena
keadaan ini akhirnya menjadikan orang tersebut tidak terampil.
2. Karyawan pada dasarnya baik. Inti pemberdayaan karyawan adalah
keyakinan bahwa orang pada dasarnya baik. Manajer melakukan
pemberdayaan dengan memberikan pelatihan dan teknologi yang memadai
kepada karyawan, memberikan arah yang benar, dan membiarkan
karyawan mengerjakan semua yang dapat dikerjakan sesuai dengan posisi
dan jabatan.
3. Trust base relationship. Maksudnya adalah pemberdayaan karyawan
menekankan aspek kepercayaan yang diletakkan oleh manajemen kepada
karyawan. Dari pemberdayaan karyawan, hubungan berbasis kepercayaan
(trust based relationship) yang diberikan oleh manajemen kepada
karyawan, atau sebaliknya kepercayaan yang di bangun oleh karyawan
24 Menurut Mulyadi (2001; 162) keyakinan dasar yang perlu dimiliki oleh para
manajer untuk mewujudkan mindset pemberdayaan karyawan adalah,
1. Karyawan adalah manusia. Manajer harus memandang sisi manusia dalam
diri karyawan, bukan hanya sisi pekerjaannya, karena karyawan adalah
orang yang usahanya menentukan kesuksesan suatu perusahaan yang
membuat produk dan menyediakan jasa bagi konsumen. Setiap orang di
pandang memiliki kemampuan untuk memahami dan memberikan
kontribusi dalam mewujudkan visi perusahaan. Manajer harus memandang
karyawannya sebagai pribadi yang pantas memikul tanggungjawab kerja.
2. Pemberdayaan adalah keyakinan bahwa orang pada dasarnya baik.
Sebagai manusia yang berakal sehat dan makhluk yang berfikir, orang
memiliki kecendrungan berhasil dalam pekerjaannya. Manajer
memberikan pemberdayaan dengan memberikan pelatihan dan teknologi
yang memadai kepada karyawan, memberikan arah yang benar, dan
membiarkan karyawan untuk mengerjakan semua yang dapat dikerjakan
oleh mereka dan mendukung usaha karyawan dengan menghilangkan
hambatan apa pun yang mencegah terwujudnya kinerja.
3. Satu aspek organisasi yang paling merusak pemberdayaan adalah
berjenjangnya tingkat manajerial. Dalam pemberdayaan karyawan,
tanggungjawab atas pekerjaan dikembalikan ke tangan karyawan. Dengan
demikian karyawan memperoleh motivasi yang lebih besar terhadap
pekerjaan mereka. Organisasi memperoleh penghematan yang signifikan
dengan penghilangan jenjang manajemen yang menyebabkan aspek
25 4. Tugas manajer adalah menyediakan pelatihan, teknologi, dan dukungan
bagi karyawan. Manajer harus melihat karyawan yang memiliki
kesempatan yang harus dikembangkan dan diperluas untuk tujuan
pemberian layanan kepada konsumen. Manajer bertanggungjawab untuk
menyediakan teknologi memadai dan pelatihan bagi karyawan untuk
memungkinkan mereka mengerjakan tugas secara maksimal.
2.1.7. Fokus Konsumen
Seperti yang kita ketahui fokus konsumen sendiri merupakan faktor yang
penting dalan mengkaji kebutuhan, keinginan serta kepuasan pelanggan.
Kebutuhan pelanggan dan kepuasan mereka harus selalu diingat oleh perusahaan,
hal ini diperlukan untuk mengindentifikasi kebutuhan dan tingkat kebutuhan
konsumen (Martinez-lorente et al., 2000) dalam (Prayhoego & Devie, 2013).
Pada kenyataannya konsep fokus konsumen tidak terlepas dari konsep
costumer behavior (prilaku konsmen) dan costumer relationship (hubungan
konsumen) dimana konsep ini memiliki kesamaan yaitu aplikasi pengetahuan
tentang pengetahuan terkini mengenai para pelanggan secara konsisten untuk
keperluan perancangan produk dan jasa yang dikomunikasikan secara efektif
dalam rangka membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen. Jadi
dalam hubungan ini diharapkan terjadi hubungan jangka panjang yang
berkesinambungan yang saling menguntungkan antara pihak perusahaan dengan
pihak konsumen (Muchtar, 2000).
Jadi dapat disimpulkan hubungan pelanggan menjadi fokus utama
bagimana menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan untuk tetap
26 costumer behavior (prilaku konsumen), dan membangun costumer relationship
(hubungan pelanggan) (Muchtar, 2000).
Fokus konsumen sendiri jika kita kaji dari aspek costumer behavior
(prilaku konsumen) merupakan proses yang dilalui seseorang dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pasca konsumsi produk dan
jasa, maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya (Schiffman &
Kanuk, 2000).
Menurut Prasetijo & Ihalauw (2005), costumer behavior (prilaku
konsumen) merupakan studi tentang bagaiamana pembuat keputusan (decision
units) individu, kelompok, organisasi, membuat keputusan keputusan pembelian
dan melakukan transaksi dengan perusahaan. Jadi dapat dipahami bahwa
perusahaan harus mampu memahami produk yang dibutuhkan konsumen sehingga
perusahaan menciptakan produk sesuai keinginan, kualitas dan kebutuhan
konsumen.
Fokus konsumen jika dilihat dari aspek hubungan pelanggan (costumer
relationship) adalah kajian dimana perusahaan menciptakan hubungan jangka
panjang dengan konsumen dengan berfokus terhadap mempertahankan pelanggan
yang berkaitan dengan proses yang digunakan perusahaan dalam berinteraksi,
menciptakan nilai yang baru terhadap konsumen, mengindentifikasi prospek
pelanggan dan berinteraksi secara individu dalam meningkatkan pengetahuan
tentang kebutuhan pelanggan (Ersi & Samuel, 2014).
Jadi dapat disimpulkan dalam penerapan Total Quality Management
27 memiliki variabel fokus konsumen dimana perusahaan melihat aspek hubungan
dengan konsumen secara luas yaitu dari segi hubungan dan prilaku konsumen.
Perusahaan perlu memahami konsumen secara keseluruhan, apa yang dibutuhkan
konsumen, bagaimana prilaku membeli konsumen dan hubungan konsumen
dalam jangka panjang, yang akan mempengaruhi hubungan perusahaan dengan
pelanggan dan mampu mempengaruhi kinerja perusahaan
2.1.8. Kinerja Organisasi
Defenisi kinerja adalah keberhasilan pusat pertanggungjawaban atau
personil dalam mewujudkan sasaran stratejik yang telah ditetapkan dengan adanya
proses yang dilaksanakan. Pencapaian kinerja dalam suatu perusahaan sering
diukur dari sudut pandang masing masing stakeholder yaitu dengan melihat
tingkat pencapaian tujuan perusahaan(Tumpubolon, 2007).
Seperti yang kita ketahui kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau kelompok orang dalam organisasi. Bekerja sesuai wewenang
dan tanggungjawab masing masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melangar hukum dan sesuai moral dan etika
(Prawirosentono, 1999).
28 Armstrong, (2003) menyatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan hal yang sangat penting untuk dapat memperbaiki pelaksanaan kerja yang dapat dicapai, menurutnya ada 4 jenis pengukuran yaitu,
a) Kualitas, yaitu memperbaiki tingkat kesalahan. b) Kuantitas, yaitu jumlah pekerjaan yang dihasilkan.
c) Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu tingkat ketidakhadiran. d) Kerjasama orang lain dalam bekerja.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa kinerja organisasi atau kinerja perusahaan merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan manajer/pengusaha, Dalam pengertian bebas, kinerja (performance) dapat diartikan sebagai suatu pencapaian hasil kerja sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku pada masing masing organisasi kerja (Ardiana et al., 2010).
Parasuraman et al., (1985) mengemukakan ukuran kinerja dalam dimensi kualitas sebagai berikut:
a) Kehandalan, yakni mencakup konsistensi kinerja dan kehandalan dalam pelayanan, akurat, benar dan tepat.
b) Daya tanggap, yaitu keinginan dan kesiapan para pegawai dalam menyediakan pelayanan tepat waktu.
c) Kompetensi, yaitu merupakan kemampuan dan kekuatan dalam mencapai kinerja yang maksimal
29 e) Kesopanan, yaitu mencakup kesopansantunan, rasa hormat, perhatian dan
bersahabat dengan pengguna layanan.
f) Komunikasi, yaitu kemampuan menjelaskan dan menginformasikan pelayanan kepada pengguna dengan baik.
Menurut Prayheogo & Devie (2013) pengukuran kinerja organisasi dapat
dilihat dari indikator berikut yaitu, kemampuan memenuhi marketshare,
kemampuan dalam menciptakan produk baru, perusahaan mampu beroperasi
dengan output yang maksimal, tingkat produktivitas yang tinggi dan mampu
memenuhi kebutuhan konsumen
2.1.9 Defenisi UMKM
Pengertian UMKM menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 dan
Badan Pusat Statistik (BPS).
A. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008.
1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik perorangan atau badan usaha
milik perorangan dengan ketentuan sebagai berikut,
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 tidak
termasuk tanah dan bangunan.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00.
2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan perorangan dengan ketentuan sebagai berikut,
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 sampai Rp
500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan.
30 3. Usaha Menengah, yaitu usaha produktif perorangan atau badan usaha
dengan ketentuan sebagai berikut,
a. Memilik kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 sampai Rp
10.000.000.000,00.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00
sampai Rp 10.000.000.000,00.
B. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
Defenisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja menurut Badan Pusat
Statistik yaitu, usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5
orang sampai 19 orang, usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai 99
orang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Undang-Undang No.20 Tahun
2008 UMKM dikategorikan sebagai usaha mikro, kecil dan menengah, dimana
defenisi dan ketentuan UMKM banyak sekali sumber dan keterangan yang
berbeda, jadi peneliti mengambil sumber BPS dan Undang Undang sebagai acuan
UMKM dalam penelitian ini sehingga menjadi landasan dalam menentukan
kriteria usaha pada penelitian kali ini.
2.3 Pengembangan Hipotesis dan Penelitian Terdahulu
31 terhadap kinerja perusahaan dan terdapat pengaruh signifikan antara keunggulan bersaing terhadap kinerja perusahaan.
Dan penelitian ini mendukung penelitian Munizu (2010) berjudul praktek Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja karyawan, dimana Praktek Total Quality Management terdiri dari lima variabel. Dan hasilnya terdapat pengaruh signifikan antara kepemimpinan (leadership) Terhadap kinerja karyawan, terdapat pengaruh signifikan antara perencanaan strategis (strategic planning) terhadap kinerja karyawan, terdapat pengaruh signifikan fokus pelanggan (costumer focus) terhadap kinerja karyawan, terdapat pengaruh signifikan informasi dan analisis (information and analysis) terhadap kinerja karyawan dan terdapat pengaruh signifikan manajemen sumber daya manusia (people management) terhadap kinerja organisasi.
Dengan demikian maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut;
H1 : Komitmen manajer berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi
Komitmen manajer merupakan dimensi utama dalam penerapan Total Quality Management (TQM), dukungan dan komitmen manajer menjadi pilar utama dalam kesuksesan aplikasi Total Quality Management. Berhasil tidaknya penerapan TQM sangat ditentukan peran dan komitmen manajer, ini dibuktikan dengan adanya penelitian oleh Novianto (2015) tentang pengaruh komitmen manajer dan implementasi TQM terhadap kinerja manajerial dimana terdapat pengaruh positif signifikan antara komitmen manajer terhadap kinerja manajerial.
32 pengaruh kualitas kerja dan komitmen organisasi terhadap kinerja pegawai, hasil penelitian ini membuktikan bahwa adanya pengaruh signifikan antara kualitas kerja terhadap kinerja pegawai.
H3 : Pemberdayaan karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi Beberapa peneliti mengkaji hubungan antara pengaruh pemberdayaan karyawan dengan kinerja orgnasiasi, dalam penelitian Fadzilah, (2006) tentang analisis pengaruh pemberdayaan karyawan dan self of efficacy terhadap kinerja karyawan, hasil penelitian ini membuktikan bahwa adanya pengaruh positif antara pemberdayaan karyawan dengan kinerja karyawan.
H4 : Kualitas informasi berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi
Kualitas informasi menjadi salah satu dimensi dalam TQM, dimana kualitas informasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi, ini dibuktikan dengan adanya penelitan oleh Widjaya & Suryawan, (2015) tentang pengaruh Total Quality Management (TQM) dan Quality Management Information (QMI) terhadap kinerja perusahaan dan hasilnya terhadap pengaruh positif antara Quality Management Information terhadap kinerja perusahaan.
H5 : Fokus konsumen berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi
33 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka Pemikitan Total Quality Management
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka diatas, variabel Total Quality Management (TQM) yaitu komitmen manajer, manajemen tenaga kerja, pemberdayaan karyawan, kualitas informasi dan fokus kepada konsumen akan mempengaruhi kinerja organisasi. Rangkuman hipotesis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1. Rangkuman Hipotesis
Hipotesis 1 Komitmen manajer berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi
Hipotesis 2 Manajemen tenaga kerja berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi
Hipotesis 3 Pemberdayaan karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja organiasi
Hipotesis 4 Kualitas informasi berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi
Hipotesis 5 Fokus konsumen berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi
Manajemen Tenaga Kerja Komitmen Manajer
Pemberdayaan Karyawan
Kualitas Informasi
Fokus Konsumen
34 4 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
1 Callystha Prayhoego dan Devie (2013)
1.Terdapat pengaruh signifikan antara Total Quality Management terhadap keunggulan bersaing.
2. Terdapat pengaruh signifikan antara Total Quality Management terhadap kinerja perusahaan.
3.Terdapat pengaruh signifikan antara keunggulan bersaing terhadap kinerja perusahaan.
Information (QMI) terhadap kinerja perusahaan.
1.Terdapat pengaruh signifikan Total Quality Management terhadap kinerja perusahaan.
2.Terdapat pengaruh signifikan Quality Management Information terhadap kinerja perusahaan.
3.Terdapat pengaruh signifikan Total Quality Management terhadap Quality Management Information.
3 Snezana Topalovic (2014) Implementasi Total Quality Management (TQM)
1.Komitmen manajer berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
2.Kesopanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen.
3.Responsibilas berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen.
35
No Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
4 Hiras Paribu (2009) Pengaruh komitmen persepsi dan penerapan pilar dasar
1. Terdapat pengaruh positif penerapan pilar dasar TQM terhadap kinerja manajerial
5 Musran Munizu (2011) Praktek Total Quality Management (TQM) dan
1.Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
2.Perencanaan strategis berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
3.Fokus pada pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
4.Pengaruh informasi dan analisis berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
5.Manajemen SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
36 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menjelaskan sifat hubungan tertentu, menentukan perbedaan antar kelompok, atau kebebasan (indepedensi) dua atau lebih faktor dalam suatu situasi yang sama (Sekaran, 2006).
Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu data penelitian berupa angka angka yang didapat dari penyebaran kuisioner. Peneliti melakukan pengujian hiptesis untuk melihat hubungan antara variabel indipenden dengan variabel dependen. Jenis investigasi yang penulis gunakan adalah hubungan korelasional. Tingkat intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah minimal yaitu mempelajari peristiwa sebagaimana adanya (Sekaran 2006).
3.2 Popolasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Menurut Sekaran (2006) populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal, minat ingin peneliti investigasi. Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah UMKM konfeksi yang ada di kota Bukittinggi.
37 Karena jumlah populasi UMKM konfeksi di kota Bukittinggi tidak diketahui seberapa banyak jumlahnya, maka peneliti menggunakan metode Hair dalam mencari sampel yang berdasarkan populasi penelitian, metode Hair digunakan jika jumlah dari populasi penelitian tidak diketahui jumlahnya dan tidak terdapat data mengenai jumlah dari popilasi penelitian.
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan subkelompok populasi atau sebagian dari populasi yang dipilih (Sekaran, 2006). Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan target untuk melakukan sebuah penelitian atau memilih beberapa elemen dalam populasi (Cooper, 2006).
38 3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini penulis melakukan teknik pengambilan sampel dengan metoda non-probability dengan teknik purposive sampling. Karena probabilitas dalam populasi tidak diketahui jumlahnya, purposive sampling dipilih karena pengambilan sampel dalam hal ini terbatas pada orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan (Sekaran, 2006). Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini :
1. Sampel yang diambil merupakan UMKM konfeksi di kota Bukittinggi. 2. Sampel yang diambil hanya pemilik/manajer dari usaha konfeksi di kota
Bukittinggi.
3.4 Jenis dan Sumber Data 3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat langsung dari responden. Dalam hal ini data diperoleh secara langsung dengan membagi kuesioner kepada pemilik usaha konfeksi di kota Bukittinggi. Data primer mengacu kepada informasi yang diperoleh dari awal peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi (Sekaran, 2006).
39 3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, baik berupa keterangan maupun literatur yang ada hubungannya dalam penelitian yang sifatnya melengkapi atau mendukung data primer.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Kuesioner yang penulis sebar pada penelitian ini memiliki tiga bagian, yaitu pada bagian pertama tentang identitas responden bagian kedua tentang identitas perusahaan dan bagian ketiga berupa pertanyaan yang berkaitan dengan variabel penelitian.
3.6 Definisi Operasional Variabel
40 Tabel 3.1 Tabel Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Dimensi Referensi
Komitmen manajer
Komitmen manajer merupakan salah satu penentu dalam penerapan aplikasi Total Quality
Management (TQM), komitmen manajer dalam penerapan TQM, senantiasa menjadi pioneer, pendorong, bertanggungjawab atas produk dan menjadi pemimpin dalam organisasi
Manajemen tenaga kerja memiliki panduan terhadap pelatihan, peningkatan kualitas tenaga kerja,
kerjasama tim, pelatihan,perekrutan dan partisipasi dalam perbaikan kualitas
Pemberdayaan merupakan tindakan meningkat kualitas karyawan dengan cara memberikan pendidikan dan pelatihan terhadap pekerjaan yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas kerja karyawan
Informasi mengenai kualitas menjadi bagian dari sistem manajemen dalam meningkatkan kinerja organisasi
1.Informasi kualitas produk
2.Informasi karyawan 3.Informasi konsumen
41
Variabel Konsep Variabel Indikator Dimensi Referensi
Fokus konsumen
Perusahaan memahami fokus konsumen, hubungan konsumen dengan tujuan mampu memahami kebutuhan dan mampu memenuhi kebutuhan konsumen, serta memiliki hubungan jangka panjang dengan konsumen
Tingkat yang menunjukkan seberapa jauh
42 3.7 Teknik Analisis Data
Pengujian pada penelitian ini menggunakan program SmartPLS 3.2.6. Terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, uji struktural, dan pengujian hipotesis. Dapat dijabarkan sebagai berikut:
3.7.1 Uji Validitas
Salah satu skala pengukuran dikatakan valid bila mampu melakukan apa yang harusnya dilakukan dan mengukur apa yang sebenarnya diukur (Sekaran, 2006). Uji validitas bertujuan untuk mengukur kualitas instrumen yang digunakan dan menunjukkan kevalidan suatu instrumen serta seberapa baik suatu konsep dapat didefenisikan oleh suatu ukuran (Hair et al., 2008).
Validitas dapat diuji dan dievaluasi berdasarkan convergent validity dan discriminant validity.
1. Convergent validity
bertujuan untuk mengetahui validitas setiap hubungan antara indikator dengan variabel latennya. Syarat minimum dianggap memenuhi valid ialah skor loading factor ≥ 0.50, suatu indikator dianggap memiliki tingkat validitas tinggi apabila memiliki nilai outer loading yang lebih dari 0.70. Namun untuk penelitian tahap awal, indikator yang memiliki outer loading 0.50 sampai 0.60 masih dapat diterima (Ghozali, 2012).
2. Discriminant validity
43 blok ukuran lainnya, dan dikatakan bahwa konsruk memiliki discriminant validity yangtinggi.
Nilai dari discriminant validity dapat juga dengan memperhatikan nilai dari Average Variance Extracted (AVE), dimana AVE memenuhi syarat jika nilai lebih besar dari 0.50.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur reliable atau handal tidaknya kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel atau mengukur tingkat tingkat konsistensi dari instrumen penelitian. Uji reliabilitas dilakukan dengan cara melihat nilai composite realibility tersebut akan menunjukkan nilai yang bagus jika memiiki nilai diatas 0.70 (Ghozali, 2012).
3.7.3 Stuktural (Inner model)
Pemeriksaan terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai R-Square. Penilaian model dengan SmartPLS dimulai dengan melihat R-Square untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan nilai R-Square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantive.
3.7.4 Uji Hipotesis
45 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Pengembalian Kuesioner
Penelitian ini dilakukan menggunakan data primer dengan penyebaran kuesioner kepada responden penelitian. Responden penelitian ini adalah pemilik/manajer dari UMKM konfeksi yang ada di kota Bukittinggi. Analisis pengembalian kuesioner adalah sebagai berikut,
Tabel 4.1 Hasil Analisis Pengembalian Kuesioner
No Keterangan Jumlah Persentase
1 Kuesioner yang disebar 125 100%
2 Kuesioner yang dikembaikan 125 100%
3 Kuesioner yang diolah 125 100%
4 Total kuesioner yang dapat diolah 125 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Dari tabel yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari dari 125 kuesioner yang disebar tidak ada kuesioner yang tidak kembali, dari kuesioner yang dikembalikan juga tidak terdapat kuesioner yang tidak dapat diolah, sehingga persentase penulis menganalisis kuesioner yang disebar adalah 100 %.
4.2 Gambaran Umum Identitas Responden
46 4.2.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 125 kuesioner yang disebar, didapatkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut,
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki laki 53 42.4 %
2 Perempuan 72 57.6 %
Jumlah 125 100 %
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
4.2.2. Karakteristik Berdasarkan Usia
Karakteristik usia dikelompokkan berdasarkan responden yang berusia kecil dari 25 tahun, usia 25-35 tahun, usia 36-45 tahun. Usia 46-55 tahun dan responden yang berusia 55 tahun keatas. Hasilnya adalah sebagai berikut,
4.3 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Persentase
1 <25 th 3 2.4%
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
47 sebanyak 12 orang dengan persentase 9.6% dan responden berumur kecil dari 25 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 2.4%. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas pemilik usaha konfeksi di kota Bukittinggi adalah pemilik usaha dengan usia 36-45 tahun.
4.2.3 Pendidikan Terakhir
Dari setiap kuesioner yang disebarkan pada UMKM konfeksi di kota Bukittinggi, terdapat 125 kuesioner yang memenuhi kriteria dan dikutsertakan dalam pengajian. Berikut pengelompokan respoden berdasarkan pendidikan terakhir responden :
4.4 Tabel Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan
terakhir Frekuensi Persentase
1 SD 11 8.8%
2 SMP 28 22.4%
3 SMA 65 52 %
4 S1 6 4.8%
5 D3 15 12%
Jumlah 125 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
48 4.2.4 Kedudukan Dalam Perusahaan
Tabel 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Kedudukan Dalam Perusahaan
No Kedudukan Frekuensi Persentase 1 Pemilik sekaligus manajer 117 93.6%
2 Manajer / pengelola 8 6.4%
Jumlah 125 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa total keseluruhan responden berjumlah 125 orang, responden dengan kedudukan sebagai pemilik sekaligus manajer UMKM diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan kedudukan sebagai manajer atau pengelola. Responden dengan kedudukan sebagai pemilik sekaligus manajer berjumlah 117 orang (93.6%) sedangkan responden dengan kedudukan sebagai pengelola sekaligus manajer di UMKM berjumlah 8 orang (6.4%). Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah pemilik dari UMKM konfeksi.
4.2.5 Masa Berwirausaha
Tabel 4.6 Identitas Responden Berdasarkan Masa Wirausaha
No Masa wirausaha Frekuensi Persentase
1 < 5 tahun 0 0%
2 1 - 5 tahun 16 12.8%
3 > 5 tahun 109 87.2%
Jumlah 125 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
49 responden yang memiliki pengalaman berwirausaha lebih dari 5 tahun berjumlah 109 orang (87.2%), jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden telah berwirausaha dalam rentang waktu yang lama yaitu lebih dari 5 tahun.
4.3 Identitas Perusahaan
Berikut ini adalah data identitas perusahaan yang didapat dari pengisian kuesioner bagian (2) yang didalamnya terdapat informasi mengenai bentuk usaha, lama usaha dijalanakan, jumlah karyawan dan perkiraan penghasilan pertahun.
4.3.1 Bentuk Usaha
Tabel 4.7 Identitas Perusahaan Berdasarkan Bentuk Usaha
No Bentuk usaha Frekuensi Persentase 1 Perorangan 123 98.4%
2 CV 2 1.6%
Jumlah 125 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar usaha UMKM konfeksi yang ada di kota Bukittinggi adalah usaha perorangan yakni hampir seluruh usaha dengan jumlah 123 usaha (98.4%). Dan ada 2 usaha konfeksi yang berbentuk CV dengan persentase 1.6% dari total keseluruhan usaha yang berjumlah 125 usaha.
4.3.2 Lama Usaha Dijalankan
Tabel 4.8 Identitas Perusahaan Berdasarkan Lama Usaha Dijalanakan
No Lama usaha Frekuensi Persentase
1 <1 tahun 0 0%
2 1-5 tahun 30 24%
3 6-10 tahun 27 21.6% 4 >10 tahun 68 54.4%
Jumlah 125 100%
50 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa usaha tergolong sudah sangat lama yaitu lebih dari 10 tahun dengan jumlah 68 usaha (54.4%), sedangkan usaha yang berumur 1-5 tahun berjumlah 30 usaha (24%), usaha yang berumur 6-10 tahun berjumlah 27 usaha (21.6%) dan tidak terdapat usaha baru <1 tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan data, mayoritas pemilik usaha konfeksi yang diteliti ialah responden yang usahanya sudah berjalan lebih dari 10 tahun.
4.3.3 Jumlah Karyawan
Tabel 4.9 Identitas Perusahaan Berdasarkan Jumlah Karyawan
No Jumlah karyawan Frekuensi Persentase
1 < 5 orang 76 60,8%
2 5-19 orang 42 33,6%
3 20-99 orang 7 5,6%
Jumlah 125 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa usaha yang memiliki jumlah karyawan <5 orang berjumlah 76 usaha (60.8%), sedangkan usaha yang memiliki jumlah karyawan 5-19 orang berjumlah 42 usaha (33.6%), dan usaha yang memiliki jumlah karyawan 20-99 orang berjumlah 7 usaha (5.6%), jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden usaha konfeksi ialah usaha yang memiliki jumlah karyawan yang rata-rata sebanyak 5 orang.
4.3.4 Penghasilan Usaha
Tabel 4.10 Identitas Usaha Berdasarkan Omset Usaha
No Omset usaha Jumlah Persentase 1 < Rp 300.000.000,00 94 75,2%