• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Pendidikan Islam Indonesia docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Eksistensi Pendidikan Islam Indonesia docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Eksistensi Pendidikan Islam Indonesia

“Ditujukan untuk memenuhi tugas”

Mata Kuliah

: Ilmu Pendidikan

Dosen

: Ahmad Fuadi, M.Pd.I

Jurusan

: Tarbiyah - PAI (II-B)

Di susun Oleh

Kelompok 10 ( Sepuluh )

Novia Iriani

Siti Nafsiah

Dwi Indah Kurnia

Khairiyan Azhari

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH

MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen Ahmad Fuadi, M.Pd.I mata kuliah ilmu Pendidikan Islam yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Eksistensi Pendidikan Islam di Indonesia ” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.

(3)

Tanjung Pura, Mei, 2016

Tim Penyusun Kelompok10(Sepuluh)

DAFTAR IS

(4)

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan...1

BAB II...2

PEMBAHASAN...2

A. Pengertian Eksistensi...2

B. Eksistensi Pendidikan Islam di Indonesia...2

C. Peran Lembaga Islam Terhadap Eksistensi Pendidikan...3

1. Masjid dan Surau...3

2. Pondok Pesantren...4

3. Madrasah...8

4. Perguruan Tinggi Agama Islam...9

BAB III...11

PENUTUP...11

A. Kesimpulan...11

Daftrar Pustaka...12

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian yang inhern dalam kehidupan manusia. Dan, manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Karena hal itulah, maka pendidikan merupakan sebuah proses yang sangat vital dalam kelangsungan hidup manusia. Tak terkecuali pendidikan Islam, yang dalam sejarah perjalanannya memiliki berbagai dinamika. Eksistensi pendidikan Islam senyatanya telah membuat kita terperangah dengan berbagai dinamika dan perubahan yang ada.

Berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia, sangat erat kaitannya dengan kedatangan Islam itu sendiri ke Indonesia. sudah barang tentu ingin mempelajari dan mengetahui, lebih mendalami tentang ajaran-ajaran Islam. Dari sinilah mulai timbul pendidikan Islam, di mana pada mulanya mereka belajar di rumah-rumah, langgar/surau, masjid dan kemudian berkembang menjadi pondok pesantren. Setelah itu, baru timbul sistem madrasah yang teratur sebagaimana yang kita kenal sekarang ini.1

B.Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Eksisitensi Pendidikan ?

2. Bagaimana Eksestensi pendidikan Islam di Indonesia?

C.Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Eksistensi Pendidikan. 2. Untuk mengetahui Eksistensi Pendidikan di Indonesia.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Eksistensi

Secara etimologi, , eksistensi berasal dari bahasa Inggris yaitu excitence; dari bahasa latin existereyang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan aktual. Dari kata ex berarti keluar dan Sister yang berarti muncul atau timbul. Beberapa pengertian secara terminologi, yaitu pertama, apa yang ada, kedua, apa yang memiliki aktualitas (ada), dan ketiga adalah segala sesuatu (apa saja) yang di dalam menekankan bahwa sesuatu Pemahaman secara umum, eksistensi berarti keberadaan.Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa eksisitensi adalah keberadaan suatu objek atau munculnya suatu peradaban.

B. Eksistensi Pendidikan Islam di Indonesia

Dari pengertian diatas berarti Eksisitensi pendidikan islam di Indonesia adalah keberadaan pendidikan islam di Indonesia atau munculnya pendidikan islam di Indonesia. Menurut Zuhairini menyatakan bahwa pada awal berkembangnya Islam di Indonesia, pendidikan Islam dilaksanakan secara informal. Sambil berdagang, masyarakat menyiarkan agama Islam kepada orang-orang yang mengelilinginya yaitu mereka yang membeli barang-barang dagangannya. Didikan dan ajaran Islam mereka diberikan dengan perbuatan, contoh dan tiru teladan. Mereka berlaku sopan santun, ramah tamah, tulus ikhlas, amanah dan kepercayaan dan lain-lain. Dengan demikian tertariklah penduduk negeri hendak memeluk agama Islam. Pendidikan dan pengajaran Islam secara informal ternyata membawa hasil yang baik sekali dan bahkan menakjubkan. Karena dengan berangsur-angsur tersiarlah agama Islam di seluruh kepulauan Indonesia.2

(7)

Adapun faktor-faktor mengapa agama Islam dapat tersebar dengan cepat di seluruh Indonesia pada waktu itu adalah sebagai berikut:

a. Agama Islam tidak sempit dan tidak berat, melakukan aturan-aturannya,

bahkan mudah diturut oleh segala golongan umat manusia, bahkan untuk masuk Islam cukup dengan mengucapkan 2 kalimat syahadat saja,

b. sedikit tugas dan kewajiban dalam Islam,

c. penyiaran Islam dilakukan dengan berangsur-angsur,

d. penyiaran Islam dilakukan dengan cara kebijaksanaan dan cara yang

sebaik-baiknya,

e. penyiaran Islam dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum.

Sistem pendidikan informal ini terutama yang berjalan dengan lingkungan keluarga sudah dikaui keampuhannya dalam menanamkan sendi-sendi agama dalam jiwa anak-anak. Anak-anak dididik dengan ajaran-ajaran agama sejak kecil dalam keluarganya. Usaha-usaha pendidikan di masyarakat, yang kelak dikenal dengan pendidikan nonformal ternyata mampu menyediakan kondisi yang sangat baik dalam menunjang keberhasilan pendidikan Islam dan memeberi motivasi yang kuat bagi umat Islam untuk menyelenggarakan pendidikan agama yang lebih baik dan sempurna.

C. Peran Lembaga Islam Terhadap Eksistensi Pendidikan

Yang mempengaruhi Eksisitensi pendidikan Islam di Indonesia atau berkembangnya pendidikan Islam di IndonesiaTerdapat lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia menurut Enung K. Rukiati dan Fenti Hikmawati (2006: 101-131) sebagai berikut.3

1. Masjid dan Surau

Sebagai lembaga pendidikan, masjid berfungsi sebagai penyempurna pendidikan dalam keluarga, agar selanjutnya anak mampu melaksanakan tugas-tugas hidup dalam masyarakat dan lingkungannya. Pada mulanya, pendidikan di

(8)

langgar atau di masjid, dalam arti sederhana dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan formal dan sekaligus lembaga pendidikan sosial.

Al-Abdi dalam bukunya Almadlehal menyatakan bahwa masjid merupakan tempat terbaik untuk kegiatan pendidikan. Dijadikannya masjid sebgai lembaga pendidikan akan menghidupkan sunnah-sunnah Islam, menghilangkan bid’ah-bid’ah, mengemangkan hukum-hukum Tuhan, serta menghilangkan stratifikasi rasa dan status ekonomi dalam pendidikan .Dengan demikian, masjid merupakan lembaga kedua setelah keluarga, yang jenjang pendidikannya terdiri dari sekolah menengah dan sekolah tinggi dalam waktu yang sama Implikasi masjid sebagai lembaga pendidikan Islam menurut Abdurrakhman yang dikutip oleh Enung K. Rukiati dan Fenti Hikmawati adalah:4

a) Mendidik anak untuk tetap beribadah kepada Allah swt.

b) Menanamkan rasa cinta pada ilmu pengetahuan, dan menanamkan solidaritas

sosial serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial, dan warga negara.

c) Memberi rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi

rohani manusia melalui pendidikan kesabaran, keberanian, kesadaran, perenungan, optimisme, dan pengadaan penelitian.

Surau dan masjid mempunyai peranan dan fungsi penting, tidak hanya untuk tempat beribadah tetapi juga berbagai kegiatan lain dalam memfungsikan masjid sebagai Islamic Centre telah diupayakan dan dilaksanakan sekarang ini. Dalam hal ini, fungsi dan masjid akan lebih efektif bila di dalamnya disediakan fasilitas-fasilitas terjadinya proses belajar-mengajar. Fasilitas yang dimaksud adalah: 1. Perpustakaan,

2. Ruang diskusi yang digunakan untuk berdiskusi segala persoalan, seperti

masalah pendidikan, sosial, ekonomi, politik budaya, dan lain-lain.

(9)

3. Ruang kuliah baik digunakan untuk training remaja, atau juga untuk

‘madrasah diniyah’, yang oleh Omar Amin Hoesin distilahkan ‘sekolah masjid’.5

2. Pondok Pesantren

Pesantren dilahirkan atas dasar kewajiban dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama atau da’i. Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah “tempat belajar para santri”, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang tebuat dari bambu. Di samping itu, kata “pondok” juga berasal dari bahasa Arab “Funduq” yang berarti hotel atau asrama.

Pembangunan suatu pesantren didorong oleh kebutuhan masyarakat akan adanya lembaga pendidikan lanjutan, namun demikian, faktor guru yang memenuhi persyaratan keilmuan yang diperlukan sangat menentukan tumbuhnya suatu pesantren. Pada awalnya, pesantren ini merupakan pengakuan dari masyarakat akan keunggulan dan ketinggian ilmu seorang guru atau kiai. Karena keinginan masyarakat sekitar bahkan luar daerah untuk menuntut ilmu dari guru tersebut, maka mereka datang kepadanya untuk belajar.

Dari perspektif kependidikan, pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang tahan terhadap berbagai gelombang modernisasi. Dengan kondisi demikian itu, kata Azyumardi Azra, menyebabkan pesantren tetap survive sampai hari ini. Sejak dilancarkannya perubahan atau modernisasi pendidikan Islam di berbagai dunia Islam, tidak banyak lembaga-lembaga pendidikan tradisional yang mampu bertahan. Kebanyakan lenyap setelah tergusur oleh ekspansi sistem pendidikan umum dan sekuler.6Nilai-nilai progresif dan inovatif sebagai suatu

strategi untuk mengejar ketertinggalan dari model pendidikan lain. Dengan

5 Syahidin. Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid. (Bandung : Alfabeta. 2003)hl,57

(10)

demikian, pesantren mampu bersaing dan sekaligus bersanding dengan sistem pendidikan modern.

Mekanisme kerja pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam pendidikan pada umumnya, yaitu:

1. Memakai sistem tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibandingkan

dengan sekolah modern sehingga terjadi hubungan dua arah antara santri dan kiai.

2. Kehidupan pesantren menampakkan semangat demokrasi karena mereka

praktis bekerja sama mengatasi problema nonkurikuler mereka.

3. Para santri tidak mengidap penyakit simbiosis, yaitu perolehan gelar ijazah

karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal itu karena tujuan utama mereka hanya ingin mencari keridhaan Allah swt. semata.

4. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme,

persaudaraan, penamaan rasa percaya diri, dan keberanian hidup.

5. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintahan,

sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.

Sementara itu, pesantren mempunyai ciri khas dan sekaligus menunjukkan unsur-unsur pokoknya yang membedakan dengan lembaga pendidikan lainnya, yaitu:

1. Pondok;

Merupakan tempat tinggal kiai bersama para santri dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, merupakan pembeda dengan lembaga pendidikan yang berlangsung di masjid atau di langgar. Dalam perkembangannya, pondok lebih menonjol fungsinya sebagai tempat pemondokkan atau asrama, dan setiap santri dikenakan semacam sewa atau iuran untuk pemeliharaan pondok tersebut.

(11)

Sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar.masjid merupakan unsur pokok kedua dari pesantren, disamping digunakan sebagi tempat untuk melakukan shalat berjamaah setiap waktu shalat, berfungsi juga sebagi tempat belajar-mengajar. Pada sebagian pesantren, masjid berfungsi sebgai tempat I’tikaf dan melaksanakan latihan-latihan atau suluk dan dzikir

3. Santri;

a. Santri Mukim ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan

menetap dalam pondok pesantren.

b. Santri Kalong ialah santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar

pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren.

4. Kiai;

Merupakan tokoh sentral dalam pesantren yang memberikan pengajaran. Karena itu, kiai merupakan salah satu unsur yang paling dominan dalam kehidupan suatu pesantren. Gelar kiai diberikan oleh masyarakat kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan mendalam tentang agama Islam dan memiliki serta memimpin pondok pesantren, serta mengajarkan kitab-kitab klasik kepada para santri.

5. Kitab-Kitab Islam Klasik;

Di pesantren diajarkan kitab-kitab klasik yang dikarang para ulama terdahulu, mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan agama Islam dan bahasa Arab. Pelajaran dimulai dengan kitab-kitab tentang berbagai macam ilmu yang mendalam, serta tingkatan suatu pesantren dan pengajarannya, biasanya diketahui dari jenis kitab-kitab yang diajarkan.7

Pondok pesantren memiliki model-model pengajaran yang bersifat nonklasikal, yaitu model sistem pendidikan dengan menggunakan metode pengajaran sorogan dan wetonan atau bendungan (menurut istilah dari Jawa Barat).

Sorogan disebut juga sebagai cara mengajar per kepala, yaitu setiap santri mendapat kesempatan tersendiri untuk memperoleh pelajaran secara langsung dari

(12)

kiai. Dengan cara ini, pelajaran diberikan oleh pembantu kiai yang disebut “badal”.

Dengan metode Bandungan atau Halaqah dan sering juga disebut Wetonan, para santri duduk di sekitar kiai dengan membentuk lingkaran. Kiai maupun santri dalam halaqah tersebut memegang kitab masing-masing. Kiai membacakan teks kitab, kemudian menerjemahkannya kata demi kata, dan menerangkan maksudnya. Santri menyimak kitab masing-masing dan mendengarkan dengan seksama terjemahan dan penjelasan-penjelasan kiai. Kemudian, santri mengulang dan mempelajari kembali secara sendiri-sendiri.

Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga berfungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran keagamaan. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah, sekolah umum, perguruan tinggi) dan non-formal. Sebagai lembaga sosial, pesantren menampung anak-anak dari segala lapisan masyarakat muslim tanpa membeda-bedakan status sosial. Sebagai lembaga penyiaran keagamaan, masjid pesantren juga berfungsi sebagai masjid umum, yakni sebagai tempat belajar agama dan ibadah bagi para jama’ah.8

Meskipun pesantren tidak mengenal evaluasi secara formal, dengan pengajaran secara halaqah ini, kemampuan para santri dapat diketahui.

3. Madrasah

Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai latar belakang, di antaranya:

1. Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam

2. Usaha penyempurnaan terhadap sistem pendidikan yang lebih memungkinkan

lulusannya memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum, misalnya masalah kesamaan kesempatan kerja dan perolehan ijazah

(13)

3. Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam, khususnya santri

yang terpukau pada Barat sebagai sistem pendidikan modern dari hasil akulturasi.

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia, sekitar permulaan abad ke-20, dan secara garis besar dikelompokkan kepada dua hal, yaitu keadaan bangsa Indonesia dan faktor kondisi luar negeri.

Perpaduan antara sistem pada pondok pesantren atau pendidikan langgar dan sistem yang berlaku pada sekolah-sekolah modern merupakan sistem pendidikan dan pengajaran yang dipergunakan di madrasah. Proses prpaduan tersebut berlangsung secara berangsur-angsur dan mengikuti sistem klasikal.

Bahkan, kemudian lahirlah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem perjenjangan dan bentuk-bentuk sekolah modern, seperti Madrasah Ibtidaiyah sama dengan Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiayah sama dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Madrasah Aliyah sama dengan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kurikulum madrasah dan sekolah-sekolah agama masih mempertahankan agama sebagai mata pelajaran pokok, walaupun dengan persentase yang berbeda. Pada waktu pemerintah Republik Indonesia, Kementrian Agama yang mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap sistem pendidikan madrasah melalui kementrian agama, merasa perlu menentukan kriteria madrasah. Kriteria yag ditetapkan oleh Menteri Agama untuk madrasah-madrsah yang berada dalam wewenangnya adalah harus memberikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok, paling sedikit 6 jam seminggu.9

Pengetahuan umum yang diajarkan di madrsaha adalah;

(14)

1. Membaca dan menulis (huruf latin), bahsa Indonesia

2. Berhitung

3. Ilmu bumi

4. Sejarah Indonesia dan dunia

5. Olahraga dan kesehatan.

Selain mata pelajaran agama dan bahasa Arab serta yang disebutkan di atas, juga diajarkan berbagai keterampilan sebagai bekal para lulusannya terjun ke masyarakat.

Agar madrasah mendapat bantuan material dan bimbingan dari pemerintah, kementrian agama mengeluarkan peraturan Menteri Agama No. 1 tahun 1952. Menurut ketentuan ini, yang dinamakan madrasah ialah “tempat pendidikan yang telah diatur sebagai sekolah dan memuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok pengajaran”. Berdasarkan ketentuan tersebut, jenjang pendidikan pada madrasah tersusun sebagai berikur.

1. Madrasah Rendah atau Madrasah Ibtidaiyah, lama pendidikan 6 tahun

2. Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama atau Madrasah Tsanawiyah, lama

pendidikan 3 tahun

3. Madrasah Lanjutan Atas atau Madrasah Aliyah, lama pendidikan 3 tahun.

Dan kesemuanya itu memegang ilmu pengetahuan agama Islam sebagai pokok pengajaran sertamemberikan pengajaran umum sekurang-kurangnya 30% dari jumlah jam pengajaran seluruhnya seminggu.

4. Perguruan Tinggi Agama Islam

(15)

Pada tahun 1945, tepatnya 8 Juli 1945 dengan bantuan pemerintah pendudukan Jepang, di saat peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammada saw. didirikan sekolah tinggi Islam di Jakarta. Tujuan pendirian lembaga pendidikan tinggi ini pada mulanya adalah menghasilkan alim ulama yan intelek, yaitu mereka yang mempelajari ilmu pengetahuan agama Islam secara luas dan mendalam, serta mempunyai pengetahuan umum yang diperlukan dalam masyarakat modern sekarang.10

Kemudian, pada tanggal 22 Maret 1948, Sekolah Tinggi Islam (STI) diubah menjadi University Islam Indonesia dengan beberapa fakultas, yaitu:

1. Fakultas agama

2. Fakultas hukum

3. Fakultas ekonomi

4. Fakultas pendidikan.

Pada tanggal 22 Januari 1950, sejumlah pemimpin Islam dan para ulama juga mendirikan sebuah universitas Islam di Solo. Pada tahun itu juga, fakultasa agama yang semula ada di University Islam Indonesia Yogyakarta diserahkan ke pemerintah, yakni Kementrian Agama yang kemudian dijadikan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) dengan PP No. 34 tahun 1950, yang kemudian menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Universitas Islam Solo dan UII Yogyakarta pada tanggal 20 Februari 1951 diatukan dengan nama Universitas (dulu University) Islam indonesia atau UII yang sejak saat itu mempunyai cabang pada kedua kota tersebut.

(16)

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pendidikan Islam di Indonesia sejatinya berlangsung sejak masuknya Islam di Indonesia dengan masjid sebagai pusat peribadatan dan tempat belajar. Setelah penggunaan masjid cukup optimal, maka muncullah pesantren yang kemudian menjadi akar pendidikan Islam di Indonesia. Sistem yang digunalkan adalah sistem pendidikan informal. Karena pada waktu itu masanya perdagangan, maka sambil berdagang, masyarakat menyiarkan agama Islam kepada orang-orang yang mengelilinginya yaitu mereka yang membeli barang-barang dagangannya. Didikan dan ajaran Islam mereka diberikan dengan perbuatan, contoh dan tiru teladan. Mereka berlaku sopan santun, ramah tamah, tulus ikhlas, amanah dan kepercayaan dan lain-lain. Kemudian isi pendidikan yang digunakan adalah belajar membaca al-Quran, pelajaran dan praktek salat, pelajaran ketuhanan (teologis) atau ketauhidan yang pada garis besarnya berpusat pada sifat dua puluh.

(17)

DAFTRAR FUSTAKA

Azyumardi, Azra. 1999,Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru. Ciputat: Logos.

Fadjar, Malik. 1998Madrasah dan Tantangan Modernitas .Bandung: Mizan. Nizar, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Rukiati, Enung K dan Fenti Hikmawati. 2006. Sejarah Pendidikan di Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang dilakukan oleh para ilmuan muslim untuk mengatasi masalah dikotomi ini adalah pengintegrasian antara ilmu-ilmu umum dan ilmu –ilmu agama yang kita

Sedangkan tujuan khususnya adalah mempersiapkan peserta didik para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan, serta dalam

1223/2 (PP) © 2014 Hak Cipta BPSBPSK Lihat halaman sebelah SULIT. - Berdamping dengan alim ulamak dan orang yang faham agama [1m] supaya kita akan mendapat

Pada hakikatnya ulama merupakan orang yang memiliki ilmu pengetahuan, tidak terbatas pada pengetahuan agama namun juga pengetahuan lainnya yang bisa saja pengetahuan agama

Menghendaki (menganugerahkan) suatu rumah tangga yang baik (sakninah), diberikannya kecenderungan mempelajari ilmu-ilmu agama; yang muda-muda menghormati yang tua-tua;

1) Pendidikan agama diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat. 2) Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat (misalnya sumatera, Kali- mantan dan lain-lain) maka

1) Pendidikan agama diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat. 2) Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat (misalnya sumatera, Kali- mantan dan lain-lain) maka

Adapun lembaga pondok pesantren masa depan dan mencerahkan minimal mempunyai lima fungsi, pertama sebagai lembaga keagamaan yang mengajarkan ilmu-ilmu agama: kedua, sebagai