PENGARUH KONDISI KEUANGAN, DEBT DEFAULT, KUALITAS
AUDIT DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP
PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Yuli Nurhayati, S.E.,M.Si., Ak
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Rawas
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan, debt default, kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia. Hipotesis yang diuji adalah (1) pengaruh kondisi keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern (2) pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern (3) pengaruh kualitas audit terhadap penerimaan opini audit going concern dan (4) pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Data yang diolah dan dianalisis adalah data sekunder yaitu data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah diaudit oleh auditor independen tahun 2007-2011. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi logistic. Proses penghitungan dilakukan bantuan program SPSS for Windows Versi 19.
Hasil dari penelitian adalah kondisi keuangan dan debt default berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh tehadap penerimaan opini audit going concern.
Kata kunci: kondisi keuangan, debt
default, kualitas audit, pertumbuhan perusahaan dan opini audit going concern
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Memburuknya pergerakan dunia
bisnis dapat mengakibatkan
kelangsungan hidup (going concern)
satuan usaha terganggu bahkan
dapat mengarah pada likuidasi atau
kebangkrutan. Kelangsungan hidup
dengan kemampuan manajemen
membawa satuan usaha tersebut
untuk bertahan hidup selama
mungkin. Oleh karenanya adalah
wajar jika kesalahan pertama
ditujukan kepada pihak manajemen.
Namun, tuduhan kesalahan juga
sangat berpotensi melebar hingga ke
auditor (Ishak, 1999).
Kelangsungan hidup (going
concern) perusahaan dapat dilihat
dari Opini Audit Laporan Keuangan.
Laporan keuangan merupakan hasil
akhir dari proses akuntansi yang
menyajikan informasi yang berguna
untuk pengambilan keputusan
berbagai pihak dalam Karyanti dan
Pratolo (2009). Auditee yang
mempunyai rasio pertumbuhan
penjualan yang positif
mengindikasikan bahwa auditee
dapat mempertahankan posisi
ekonominya dan lebih dapat
mempertahankan posisi ekonominya
dan lebih dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya (Istiana,
2010).
Opini audit going concern
sangat berguna untuk pemakai
laporan keuangan. Masalah timbul
ketika banyak auditor yang salah
dalam memberikan opini audit going
concern (Mayangsari, 2003). Tidak
adanya prosedur penetapan status
going concern yang terstruktur yang
menyebabkan terjadinya kegagalan
audit. Pada kenyataannya, masalah
going concern merupakan hal yang
kompleks dan terus ada, sehingga
diperlukan penelitian- penelitian yang
berkaitan dengan going concern
sebagai tolak ukur yang pasti untuk
menentukan status going concern
pada perusahaan yang harus dapat
diuji agar dalam keadaan ekonomi
yang fluktuatif status going concern
tetap dapat diprediksi. Hasil penelitian
Mirna dan Januarti (2007) menguji
kualitas audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concern sesuai dengan
Setyarno dkk. (2006). Berdasarkan
uraian di atas penulis bermaksud
untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul “pengaruh kondisi
keuangan, debt default, kualitas audit
dan pertumbuhan perusahaan
terhadap penerimaan opini audit
going concern pada perusahaan
Rumusan Masalah
Berdasarkan penelitian
terdahulu maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh kondisi keuangan, debt
default, kualitas audit, dan
pertumbuhan perusahaan terhadap
penerimaan opini audit going concern
pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh kondisi
keuangan, debt default, kualitas audit,
dan pertumbuhan perusahaan
terhadap penerimaan opini audit
going concern pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
Telaah Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976)
mendefinisikan hubungan keagenan
sebagai suatu kontrak, dimana satu
orang atau lebih (prinsipal) meminta
pihak lainnya (agen) untuk
melaksanakan sejumlah pekerjaan
atas nama prinsipal, yang melibatkan
pendelegasian beberapa wewenang
pembuatan keputusan kepada agen.
Jika kedua pihak yang terlibat dalam
kontrak tersebut berusaha untuk
memaksimalkan utilitas mereka,
maka ada kemungkinan bahwa agen
tidak akan selalu bertindak untuk
kepentingan terbaik prinsipal. Dengan
tujuan memotivasi agen, maka
prinsipal merancang kontrak
sedemikan rupa sehingga mampu
mengakomodasi kepentingan
pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak
keagenan.
Kondisi Keuangan
Manajemen sering dihadapkan
pada kegagalan dalam membesarkan
perusahaan. Akibatnya kelangsungan
hidup (going concern) perusahaan
kedepan tidak jelas. Perusahaan
menjadi tidak sehat atau sakit,
bahkan berkelanjutan mengalami
krisis yang berkepanjangan. Kondisi
ini dapat mengakibatkan kearah
kebangkrutan atau likuidasi ataupun
insolvabilitas. Kebangkrutan
(bankruptcy) diartikan sebagai
kegagalan perusahaan dalam
untuk menghasilkan laba (Supardi
dan Mastuti, 2003).
Menurut Martin (1995) dalam
Supardi dan Mastuti (2003), sebuah
perusahaan yang mengalami
kebangkrutan didefinisikan ke dalam
beberapa pengertian, yaitu:
1. Kegagalan Ekonomi (Economic
distress)
Kegagalan dalam arti ekonomi
biasanya berarti perusahaan
kehilangan uang atau pendapatan
sehingga tidak mampu menutupi
biayanya sendiri, ini berarti tingkat
labanya lebih kecil dari kewajiban.
Kegagalan terjadi bila arus kas
sebenarnya dari perusahaan tersebut
jauh di bawah arus kas yang
diharapkan. Bahkan kegagalan juga
berarti bahwa tingkat pendapatan
atas biaya historis dari investasinya
lebih kecil daripada biaya modal
perusahaan yang dikeluarkan atau
sebuah investasi tersebut.
2. Kegagalan atau kesulitan
Keuangan (Financial Distress)
Pengertian financial distress
mempunyai makna kesulitan dana
baik dalam arti dana dalam
pengertian kas dalam pengertian
modal kerja. Pengertian asset liablility
management sangat berperan dalam
pengaturan untuk menjaga agar
perusahaan tidak terkena financial
distress.
Sedangkan menurut Hanafi dkk.
(2000), financial distress yang
dihadapi perusahaan bisa
digambarkan diantara dua titik
ekstrim, yaitu: kesulitan keuangan
jangka pendek (technical insolvency)
sampai dengan tingkat yang
insolvabel (actual insolvency).
Perusahaan yang mengalami
technical insolvency akan segera
mengalami kesulitan keuangan
karena segera menghadapi tagihan
para krediturnya. Sedangkan
perusahaan yang insolvabel tapi tidak
menghadapi kesulitan jangka pendek
masih dapat bekerja dengan baik,
sehingga masih mempunyai
kesempatan untuk memperbaiki
solvabilitasnya, namun apabila tidak
berhasil maka perusahaan tersebut
akan mengalami kesulitan keuangan
pula.
Financial distress terjadi
dialami oleh perusahaan. Plat dan
Plat (2002) mendefinisikan financial
distress sebagai tahap penurunan
kondisi keuangan yang terjadi
sebelum terjadinya kebangkrutan
atau likuidasi. Sedangkan Foster
(1986) mendefinisikan financial
distress sebagai suatu masalah
likuidasi yang tidak dapat
diselesaikan tanpa adanya
restrukturisasi.
Debt Default
Debt default merupakan
kegagalan debitor (perusahaan) untuk
membayar hutang pokoknya atau
bunganya pada waktu jatuh tempo
(Chean dan Church, 1992). Dalam
PSA 30, going concern yang banyak
digunakan auditor dalam memberikan
keputusan opini audit adalah
kegagalan memenuhi pembayaran
hutangnya (default). Auditor hanya
perlu berkonsentrasi pada identifikasi
indikator-indikator yang lebih jelas
dari potensi masalah going concern.
Indikator going concern yang banyak
digunakan auditor dalam memberikan
keputusan opini audit adalah
kegagalan dalam memenuhi
kewajiban utangnya (default).
Manfaat status default hutang
sebelumnya telah diteliti oleh Chen
dan Church (1992) yang menemukan
hubungan yang kuat status default
terhadap going concern setelah
peristiwa-peristiwa yang
menyarankan bahwa opini seperti itu
mungkin telah sesuai, biaya
kegagalan untuk mengeluarkan opini
going concern ketika perusahaan
dalam keadaan default tinggi sekali.
Karenanya, diharapkan status default
dapat meningkatkan kemungkinan
auditor mengeluarkan laporan going
concern. Sebuah perusahaan dapat
dikategorikan dalam keadaan default
hutangnya bila salah satu kondisi
dibawah ini terpenuhi (Chen dan
Church, 1992), yaitu :
1. Perusahaan tidak dapat atau lalai
dalam membayar hutang pokok
atau bunga.
2. Persetujuan perjanjian hutang
dilanggar, jika pelanggaran
perjanjian tersebut tidak dituntut
atau telah dituntut kreditor untuk
3. Perusahaan sedang dalam proses
negosiasi restrukturisasi hutang
yang jatuh tempo.
Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan
suatu kemungkinan (joint probability)
dimana seorang auditor akan
menemukan dan melaporkan
pelanggaran yang ada dalam sistem
akuntansi kliennya (Kusharyanti,
2003: 25). Penelitian Karyanti dan
Pratolo (2009) menilai kualitas auditor
berdasarkan pengelompokan auditor
The Big Four dan non The Big Four,
dikarenakan salah satu KAP The Big
Five yaitu Arthur Andersen telah
dinyatakan collaped. Berdasarkan
penelitian – penelitian terdahulu,
proksi yang sering digunakan untuk
menilai kualitas audit adalah dengan
menilai reputasi Kantor Akuntan
Publik yaitu dengan menggunakan
skala Kantor Akuntan Publik. Dalam
penelitian ini, auditor hanya dinilai
dari skala atau reputasinya dengan
menggunakFian The Big Four dan
non The Big Four (setyarno dkk,
2006 dan Ramadhany, 2004).
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan
mengindikasikan kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan usahanya.
Pertumbuhan perusahaan dapat
diproksikan dengan rasio
pertumbuhan penjualan. Rasio ini
mengukur seberapa baik perusahaan
mempertahankan posisi ekonominya,
baik dalam industrinya maupun dalam
kegiatan ekonomi secara keseluruhan
(Weston & Copeland, 1995).
Perusahaan yang mengalami
pertumbuhan, menunjukkan aktivitas
operasional perusahaan berjalan
dengan semestinya sehingga
perusahaan dapat mempertahankan
posisi ekonominya dan kelangsungan
hidupnya. Sementara perusahaan
dengan rasio pertumbuhan penjualan
negatif berpotensi besar mengalami
penurunan laba sehingga manajemen
perlu untuk mengambil tindakan
perbaikan agar tetap dapat
mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Penjualan merupakan
kegiatan operasi utama perusahaan.
Penpjualan perusahaan yang
memberi peluang perusahaan untuk
memperoleh peningkatan laba. Oleh
karena itu, semakin tinggi rasio
pertumbuhan penjualan perusahaan
akan semakin kecil kemungkinan
auditor untuk menerbitkan opini audit
going concern (Setyarno dkk, 2006).
Laba yang tinggi pada umumnya
menandakan arus kas yang tinggi
(Weston & Bringham, 1993) dan
Altman (1984) mengemukakan
bahwa, perusahaan dengan negatif
growth mengindikasikan
kecenderungan yang lebih besar
kearah kebangkrutan sehingga
perusahaan yang laba tidak akan
mengalami kebangkrutan. Karena
kebangkrutan merupakan salah satu
dasar bagi auditor untuk memberikan
opini audit going concern.
Opini Audit
Menurut (Standar
Profesional Akuntan Publik PSA 29
SA Seksi 508, 2011), ada lima jenis
pendapat akuntan yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa
pengecualian (Unqualified Opinion)
2. Pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan bahasa
penjelasan yang ditambahkan
dalam laporan audit bentuk baku
(Unqualified Opinion with
Explanatory Language).
3. Pendapat wajar dengan
pengecualian (Qualified Opinion)
4. Pendapat tidak wajar (Adverse
Opinion)
5. Pernyataan tidak memberikan
pendapat (Disclaimer Opinion)
Opini Audit Going Concern
Pengertian Opini Audit Going
Concern
Rahayu (2007) menyatakan
bahwa istilah going concern dapat
diinterpretasikan dalam dua hal, yang
pertama adalah going concern
sebagai konsep dan yang kedua
adalah going concern sebagai opini
audit. Sebagai konsep, istilah going
concern dapat diinterpretasikan
sebagai kemampuan perusahaan
mempertahankan kelangsungan
usahanya dalam jangka panjang.
Sebagai opini audit, istilah opini
going concern menunjukkan auditor
kemampuan perusahaan untuk
melanjutkan usahanya dimasa
mendatang.
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menguji secara
empiris variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi kemungkinan
penerimaan opini audit going concern
pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Digunakan
jenis data sekunder untuk
mendapatkan informasi mengenai
semua variabel dalam penelitian ini.
Adapun sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang terdiri dari
pengumuman BEI, laporan auditor
independen dan laporan tahunan
untuk tahun 2007 - 2011. Data ini
diperoleh dari website BEI pada
http.//www.idx.co.id dan ICMD
(Indonesian Capital Market Directory).
Metode Pengumpulan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2007 -
2011. Sampel adalah bagian dari
jumlah maupun karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2007: 73). Teknik yang
digunakan dari probability sampling
adalah simple random sampling, yaitu
pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Dalam penelitian
ini terdapat kriteria dalam
pengambilan sampel, dikarenakan
pada kenyataannya terdapat data
perusahaan yang secara keseluruhan
disajikan lengkap pada setiap
tahunnya. Pertimbangannya adalah:
(1) Perusahaan manufaktur yang
terdaftar secara berturut-turut
selama periode pengamatan
dari tahun 2007 - 2011.
(2) Perusahaan manufaktur yang
menerbitkan laporan
keuangannya yang telah diaudit
oleh auditor independen dari
tahun 2007 - 2011.
(3) Perusahaan manufaktur yang
laporan keuangannya diterbitkan
pada laporan ICMD dari tahun
Kondisi Keuangan (ZSCORE)
Penghitungan financial distress
menggunakan model Altman yaitu
dengan rumus:
Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5
Dimana:
X1 = Current Assets –Current Liabilities / Total Assets
X2 = Retained Earning / Total Assets
X3 = EBIT / Total Assets
X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Debt
X5 = Sales / Total Assets
Debt Default (DEFAULT)
Debt default atau kegagalan
membayar hutang didefinisikan
sebagai kelalaian atau kegagalan
debitor (perusahaan) untuk
membayar hutang pokok atau
bunganya pada saat jatuh tempo
(Chen dan Church, 1992). Informasi
kelalaian atau kegagalan membayar
hutang pokok atau bunganya pada
saat jatuh tempo diperoleh dari
catatan atas laporan keuangan.
Pengukuran variabel menggunakan
variabel dummy, untuk berstatus debt
default maka diberi tanda 1,
sedangkan jika tidak maka diberi
tanda 0.
Kualitas audit (KAP)
Kualitas audit didefinisikan
sebagai variabel yang menunjukkan
skala atau besaran auditor
independen pada kantor akuntan
publik (KAP). Kualitas audit ini
menggunakan ukuran dari besar atau
kecilnya KAP. Kantor akuntan publik
(KAP) dipilih dari buku Direktori IAI
tahun 2002 yang terdiri atas empat
KAP terbesar di Jakarta dan
berafiliasi dengan kantor akuntan
asing dan kantor akuntan nasional.
menggunakan variabel dummy, yaitu
diberikan kode 1 jika KAP berafiliasi
dengan KAP the big four, dan
diberikan kode 0 jika KAP tidak
berafiliasi dengan KAP the big four
(Setyarno dkk, 2006, Ramadhany,
2004).
Pertumbuhan Perusahaan
Dalam penelitian ini
pertumbuhan perusahaan diproksikan
dengan rasio pertumbuhan penjualan
(Setyarno dkk 2006). Rasio
pertumbuhan penjualan digunakan
untuk mengukur kemampuan auditee
dalam pertumbuhan tingkat penjualan
adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan penjualan = ��� � � � ℎ −��� � � � ℎ −1
��� � � � ℎ −1
Dimana:
Penjualan bersih t = Penjualan bersih tahun sekarang
Penjualan bersih t-1 = Penjualan bersih tahun sebelumnya
Adapun model regresi logistik yang diajukan:
Dimana:
b0 = Konstanta
b1-b4 = Koefisien
GC = Opini Going Concern (1 Jika opini GC dan 0 jika Opini NGC)
ZSCORE = Kondisi Keuangan, dihitung dengan Zscore
DEFAULT = Default hutang (1 jika perusahaan default, dan 0 jika tidak)
KAP = Kualitas audit (1 jika diaudit KAP besar, dan 0 jika KAP kecil)
SALE = Pertumbuhan perusahaan ( dihitung dengan tingkat penjualan)
€ = kesalahan / gangguan
ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif Data Variabel
Penelitian
Data yang digunakan dalam
penelitian ini diambil dari laporan
auditor independen dan laporan
keuangan perusahaan. Hasil tabulasi
data untuk variabel dependen dan
independen disajikan pada lampiran
2. Statistik deskriptif masing-masing
data variabel penelitian disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1
Statistik Deskriptif Data Variabel Penelitian
No Variabel Frekuensi %
1 Opini Audit going concern (Y)
Non going concern 215 79.6 Going concern 55 20.4
2 Kondisi keuangan (X1)
non financial distress
164 60.7
financial distress 106 39.3
3 Kelalaian membayar hutang/Debt Default (X2)
Tidak termasuk 218 80.7 Termasuk 52 19.3
4 Kualitas audit (X3)
Non KAP-The Big Four
169 62.6
KAP- The Big Four 101 37.4
5 Pertumbuhan perusahaan (X4)
Rata-rata 0.317063 Standar Deviasi 3.260823 Minimum -1.000000 Maksimum 53.39550
Sumber : Lampiran 1 dan 2, Hasil pengolahan data primer, 2013
Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik telah
dilakukan, diantaranya menilai
kelayakan model regresi, menilai
keseluruhan model (overall model fit),
koefisien determinasi (nagelkerke r
square), tabel klasifikasi, dan uji
multikolinearitas (Lampiran 3).
Sehingga model regresi logistik dapat
dibentuk dengan melihat pada nilai
estimasi parameter dalam Output
Variables in The Equation. Model
regresi yang terbentuk berdasarkan
Output Variables in The Equation adalah sebagai berikut ini.
Tabel 2
Output Variables in The Equation
B S.E. Wald Df Sig. Ste
p 1a
X1 2,665 1,163 5,250 1 ,022 X2 8,227 1,406 34,224 1 ,000 X3 ,858 1,000 ,736 1 ,391 X4 ,645 1,130 ,325 1 ,568 Constant -5,998 1,297 21,384 1 ,000 Sumber: Lampiran 3, data primer yang diolah. 2013
Model Regresi Logistik Yang
Terbentuk
Model regresi logistik yang
terbentuk berdasarkan nilai estimasi
parameter dalam Out Variables in
The Equation adalah sebagai berikut
ini.
���−���� = b0 + b1 ZSCORE + b2 DEFAULT + b3 KAP + b4SALE + €
���−���� = -5,998+ 2,665ZSCORE+ 8,227DEFAULT+ 0,858KAP+0,645SALE+ε
Pada model regresi logistic di
atas, model terbentuk adalah model
semi log karena hanya variabel
dependennya yang dilog-kan
sedangkan variabel independennya
tidak dilog-kan.
Pengujian terhadap hipotesis
yang telah diungkapkan pada Bab II
dilakukan dengan analisis statistik.
Pengujian hipotesis dalam penelitian
ini merupakan uji satu sisi yang
dilakukan dengan cara
membandingkan tingkat signifikasi
(sig) dengan tingkat kesalahan (α) =
5%. Apabila sig < α maka dapat
dikatakan variabel bebas
berpengaruh signifikan pada variabel
terikat. Hasil pengujian hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Pengaruh Kondisi Keuangan
Pada Penerimaan Opini
Audit Going Concern
Berdasarkan hasil analisis
estimasi parameter dari model pada
Tabel 4.2 Output Variabel in the
Equation, hasil pengujian
menunjukkan variabel kondisi
keuangan (X1) mempunyai nilai
koefisien regresi (B) bertanda positif
(+) sebesar 2,665 pada tingkat
signifikan 0,05 atau tingkat
kepercayaan 95% diperoleh nilai
p-value variabel kondisi keuangan (X1)
sebesar 0,022. Hasil ini memberi
bukti bahwa secara statistik
perusahaan yang mengalami financial
distress berpengaruh negatif
signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concern, ditolak.
2. Pengaruh Kelalaian Membayar
Hutang (Debt Default) Pada
Penerimaan Opini Audit Going
Concern
Berdasarkan hasil analisis
estimasi parameter dari model pada
Tabel 4.2 Output Variabel in the
Equation. Hasil pengujian
menunjukkan variabel kelalaian
membayar hutang (debt default) (X2)
mempunyai nilai koefisien regresi
bertanda positif (+) sebesar 8,227
dengan p-value (sig) 0,000 lebih kecil
dari 0,05. Hasil ini memberi bukti
bahwa secara statistik debt default
berpengaruh positif terhadap
penerimaan opini audit going
concern, diterima.
3. Pengaruh Kualitas Audit Pada
Penerimaan Opini Audit Going
Concern
Berdasarkan hasil analisis
estimasi parameter dari model pada
Tabel 4.2 Output Variabel in the
Equation. Hasil pengujian
(X3) mempunyai nilai koefisien regresi
bertanda positif (+) sebesar 0,858
dengan p-value (sig) sebesar 0,391
lebih besar dari 0,05. Hasil ini
memberi bukti bahwa bahwa kualitas
audit berpengaruh positif terhadap
penerimaan opini audit going
concern, ditolak.
4. Pengaruh Pertumbuhan
Perusahaan Pada Penerimaan
Opini Audit Going Concern
Berdasarkan hasil analisis
estimasi parameter dari model pada
Tabel 4.2 Output Variabel in the
Equation. Hasil pengujian
menunjukkan variabel pertumbuhan
perusahaan (X4) mempunyai nilai
koefisien regresi bertanda positif (+)
sebesar 0,645 dengan p-value (sig)
0,568 lebih besar dari 0,05. Hasil ini
memberi bukti bahwa secara statistik
pertumbuhan perusahaan
berpengaruh positif terhadap
penerimaan opini audit going
concern, tidak dapat diterima.
Kesimpulan
Dari hasil analisis data dengan
menggunakan model regresi logistik
pada bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa kondisi keuangan dan
debt default berpengaruh positif
signifikan, kualitas audit dan
pertembuhan perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going
concern.
2. Variabel kondisi keuangan
perusahaan berpengaruh negatif
signifikan terhadap penerimaan
opini audit going concern berarti
semakin kondisi keuangan
perusahaan dalam keadaan
financial distress maka semakin
besar kemungkinan perusahaan
menerima opini audit going
concern. Variabel debt deVfault
berpengaruh positif signifikan
terhadap penerimaan opini audit
going concern berarti semakin
perusahaan mendapat status
debt default dari auditor maka
semakin besar kemungkinan
perusahaan menerima opini audit
gong concern. variabel kualitas
audit tidak berpengaruh terhadap
concern berarti tidak ada
perbedaan kualitas audit apabila
perusahaan diaudit oleh the big
four/ non the big four terhadap
penerimaan opini audit going
concern. Variabel pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit
going concern berarti semakin
tinggi rasio pertumbuhan
penjualan belum tentu
perusahaan tidak menerima opini
audit going concern karena
peningkatan penjualan bersih
tidak menjamin peningkatan laba
bersih setelah pajak yang
diterima oleh auditee.
Saran
Peneliti yang akan datang disarankan
untuk :
1. Memasukkan variabel tambahan
seperti rotasi auditor dan rasio
keuangan yang lain sehingga hasil
penelitian akan lebih bisa
memprediksi penerbitan opini audit
going concern dengan lebih tepat.
2. Jumlah tahun pengamatan lebih
diperpanjang sehingga dapat
melihat kecenderungan trend trend
penerbitan opini audit going
concern oleh auditor dalam jangka
panjang dengan tetap
memperhatikan pembedaan antara
periode krisis moneter dengan
periode kondisi ekonomi normal.
DAFTAR PUSTAKA
Altman, Edward I, 1984. The Success of Business Failure Model, Prediction Model: An International Survey. Journal of Banking and Practice and Theory. Hlm. 1-15 Foster, George. 1986. Financial
Statement Analysis. Prentice Hall, Engelewood Cliffs, New Jersey.
Hanafi, Mamduh, M. dan Halim Abdul. 2000. Analisa Laporan Keuangan. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Ishak, Muhammad. 1999. Going Concern dan Tanggung Jawab Auditor. Media Akuntansi. No. 2/ Th. I/ Agustus.
Istiana, Siti. 2010. Pengaruh Kualitas Audit, Opinion Shopping, Debt Default, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern.Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. XI No. 1, Januari 2010: 74-87.
Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3, No. 4: 305-360.
Karyanti dan Suryo Pratolo. 2009. Pengaruh Kualitas Auditor, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit TahunSebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan dan Debt Default Terhadap kemungkinan Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol X No. 1, Januari, hal 16-29
Kusharyanti. 2003. Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan Kemungkinan Topik Penelitian di Masa Datang . Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember). Hal 25 - 60.
Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Kualitas Audit dan Independensi terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya: 16-17 Oktober
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Juniarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.
Ramadhany, Alexander. 2004.
Analisis fakt or-Faktor Yang Mempengaruhi
Penerimaan opini Going Concern Pada Perusahaan manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Jurnal MAKSI: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Rahayu, Puji. 2007. Assessing Going concern Opinion: A Study Based on Financial and Non-Financial Information. Simposium Nasional
Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli.
Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti, dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini audit tahun sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang: 23-26 Agustus.
Sugiono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-10. Bandung: Alfabeta.
Supardi dan Mastuti, Sri. 2003.
“Validitas Penggunaan Z-score Altman Untuk Menilai Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan Go Public di Bursa
Efek Jakarta”. Jurnal Kompak.
No. 7. Hal 68-93.