Vol. 1, No. 1, Mei 2009, 67 - 83
Studi ini mempelajari bagaimana pengaruh dari keputusan penerapan strategi modal kerja terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan pada 14 perusahaan yang terdaftar secara terus menerus pada indeks LQ45 periode Januari 2004-Januari 2008 karena LQ45 adalah kumpulan 45 perusahaan yang memiliki likuiditas yang terbaik pada bursa efek Indonesia. Bahan untuk penelitian ini adalah laporan keuangan yang diunduh dari www.Reuters.com. Dengan menggunakan metoda analisis dekriptif ternyata bahwa penerapan strategi modal kerja bervariasi antara satu perusahaan dengan yang lain. Hubungan yang terjadi bertanda positif yang berarti bahwa kebijakan manajemen aktiva lancar yang relative agresif akan diimbangi dengan kebijakan manajemen pendanaan yang relatif konservatif. Dengan menggunakan uji ANOVA dan Tukey’s HSD ternyata bahwa memang terdapat perbedaan penerapan strategi modal kerja baik pada manajemen aktiva lancar maupun pasiva lancar. Selain itu, kebijakan manajemen modal kerja juga berpengaruh nyata dan signifikan terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan. Hasil lainnya menunjukkan bahwa walaupun praktik manajemen aktiva lancar yang ada cenderung bervariasi, manajemen pendanaan yang digunakan cenderung konservatif untuk semua perusahaan yang diteliti pada periode Januari 2004-Januari 2008.
Kata Kunci : Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Ukuran Perusahaan
PENDAHULUAN
Investasi pada modal kerja merupakan definisi tradisional yang digunakan perusahaan
untuk menyebutkan besarnya dana yang ditanamkan pada sisi aktiva lancar
perusahaan. Semakin besar aktiva lancar, semakin likuid perusahaan tersebut.
Besarnya jumlah modal kerja tidak terlepas dari motif yang biasanya mendasari
besarnya jumlah modal kerja yaitu motif transaksi, motif pencegahan dan motif
spekulasi (Levi Sarnat, 1994:185). Helfert berpendapat bahwa investasi pada modal
kerja sebaiknya dianggap sebagai komitmen jangka panjang (1997, 1997:63)
sementara Keown et all. menyatakan bahwa sebaiknya investasi pada modal kerja ini
dilakukan dengan prinsip hedging (2001:489).
LQ45 merupakan indeks yang memuat perusahaan-perusahaan publik yang dinilai
paling likuid dan mempunyai kapitalisasi pasar terbesar pada Bursa Efek Indonesia.
Sangat menarik bagi peneliti untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari
68 dan likuiditas perusahaan yang diteliti terutama karena sampel yang diambil adalah
perusahaan atau emiten yang selalu ada pada daftar indeks LQ45 pada periode tahun
2004 – 2007.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana praktek manajemen modal
kerja pada perusahaan yang bertahan pada indeks LQ45 dan bagaimana
hubungannya dengan tingkat likuiditas perusahaan.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan ditinjau pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan strategi kebijakan modal kerja pada perusahaan yang
ditinjau.
2. Bagaimana hubungan antara kebijakan modal kerja pada aktiva lancar dan
pasiva lancar pada perusahaan yang ditinjau.
3. Apakah terdapat perbedaan dalam penerapan strategi modal kerja pada
kelompok perusahaan tersebut.
4. Bagaimana pengaruh penerapan modal kerja terhadap likuiditas dan ukuran
perusahaan selama kurun waktu penelitian.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan strategi kebijakan modal kerja pada perusahaan
yang ditinjau.
2. Untuk mengetahui hubungan antara kebijakan modal kerja pada aktiva lancar
dan pasiva lancar perusahaan yang ditinjau.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dalam penerapan strategi modal
kerja pada perusahaan yang ditinjau.
4. Untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi kebijakan modal kerja
terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan selama kurun waktu penelitian.
Tinjauan Pustaka
Strategi modal kerja biasanya merefleksikan suatu usaha untuk mempertahankan
hubungan antara kelangsungan aset suatu perusahaan dan jatuh temponya hutang
yang digunakan untuk mendanai aset tersebut (Levi Sarnat, 1994:181). Pernyataan ini
menandakan adanya hubungan kausalitas antara aset dan kewajiban suatu
69 yang sudah ditetapkan, dalam hal ini adalah meningkatkan kemakmuran para
pemegang saham yang diwakili oleh naiknya harga saham suatu perusahaan.
Modal kerja terdiri dari dua konsep utama yaitu modal kerja bersih dan modal kerja
kotor. Disebut sebagai modal kerja kotor adalah semua akun yang termasuk di dalam
aktiva lancar, dalam hal ini adalah kas dan setara kas, persediaan dan piutang. Modal
kerja bersih, dilain pihak adalah selisih antara aktiva lancar dengan pasiva lancar (Van
Horne, 1995:204; Levi Sarnat, 1994:180). Sebagai bagian dari aktiva lancar, modal
kerja dapat dikatakan relatif likuid dan mempunyai karakteristik sebagai berikut (Levi
Sarnat, 1994:180-181):
1. Berjangka waktu pendek, biasanya kurang dari satu tahun,
2. Mudah diubah ke dalam bentuk aktiva lancar yang lain.
3. Jumlah modal kerja tergantung dari sinkronisasi antara produksi, penjualan dan
penagihan produk.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka kebutuhan modal kerja biasanya dibiayai
dengan sumber dana jangka pendek. Ada tiga pola umum dalam pendanaan modal
kerja ini, yaitu pertama kebijakan agresif pada aktiva dan pasiva dengan karakteristik
level aktiva lancar rendah dan level pasiva lancar tinggi yang berakibat tingginya
tingkat profit serta risiko yang menyertainya (Gitman, 1981:186, Van Horne,
1994:208-211). Strategi yang lain adalah strategi konservatif pada aktiva dan pasiva lancar
dengan karakteristik level aktiva lancar yang tinggi dan level pasiva lancar rendah yang
berakibat profit dan risiko yang ada menjadi lebih rendah (Gitman, 1982:186, Van
Horne, 1994:208-211). Strategi yang terakhir adalah strategi maturitas dengan
karakteristik level aktiva lancar dan pasiva lancar berimbang (Gitman, 1981:186; Van
Horne, 1994:208-211; Keown, 2001:489). Helfert berpendapat bahwa sebaiknya
investasi pada modal kerja dianggap sebagai komitmen jangka panjang (1997:63)
yang mengisyaratkan bahwa modal kerja sebaiknya dibiayai dengan sumber dana
70 Gambar 1 Prinsip Maturitas (Sumber: Van Horne, 1994:209)
Gambar 2 Strategi Agresif (Sumber: Van Horne, 1994:212)
Gambar 3 Strategi Konservatif (Sumber: Van Horne, 1994:211)
J
um
lah
J
u
m
la
h
J
u
m
la
71 Penerapan strategi modal kerja tersebut di atas berkaitan dengan kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek perusahaan. Hal ini tidak
terlepas dari tingkat aktiva lancar perusahaan dimana semakin tinggi aktiva lancar
yang dimiliki perusahaan semakin mudah baginya untuk menyelesaikan kewajiban
jangka pendeknya. Dengan kata lain, apabila tingkat modal kerja perusahaan
meningkat, risiko perusahaan terhadap likuiditasnya menjadi lebih kecil dan tentu saja,
merupakan daya tarik yang sangat bagus bagi para pemberi pinjaman jangka pendek.
Sebaliknya, apabila pasiva lancar semakin besar, akan menaikkan tingkat risiko
perusahaan terhadap likuditasnya. Berdasarkan hal ini maka perusahaan harus
berupaya untuk dapat menentukan tingkat modal kerja yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dan tentu saja berhubungan dengan investasi yang dilakukan pada aktiva
lancar.
Penelitian Terdahulu
Filbeck dan Krueger (2005) menggarisbawahi pentingnya manajemen modal kerja
yang efisien dengan meneliti kebijakan manajemen modal kerja pada 32 industri
non-finansial di USA. Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antar industri dalam penerapan modal kerja. Selain itu, penerapan modal kerja antar
industri ini juga berubah secara signifikan pada waktu penelitian. Studi yang serupa
dilakukan oleh Gombola dan Ketz (1983), Soenen (1993), Maxwell et al. (1998), dan
Long et al. (1993).
Weinraub dan Visscher (1998) mendiskusikan agresif konservatifnya kebijakan
manajemen modal kerja dengan menggunakan data per kuartal untuk periode tahun
1984-1993 pada perusahan di Amerika. Studi ini mempelajari 10 kelompok industri
yang berbeda dalam penerapan kebijakan modal kerja agresif atau konservatif.
Weinraub dan Visscher berkesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dan
signifikan dalam penerapan kebijakan modal kerja ini dan berlaku stabil selama
periode penelitian. Studi ini juga menunjukkan adanya korelasi negatif dan signifikan
antara kebijakan asset dan pendanaan dan penerapan kebijakan manajemen aset
yang relatif agresif diimbangi dengan kebijakan pendanaan yang relatif konservatif.
Raheman (2006) menyelidiki tentang pengaruh manajemen modal kerja terhadap
profitabilitas pada 94 perusahaan di Pakistan yang terdaftar pada Islamabad Stock
Exchange (ISE). Studi ini mempelajari pengaruh beberapa variabel yang berbeda pada
manajemen modal kerja termasuk periode penagihan piutang dan Siklus perputaran
kas terhadap Laba bersih operasi perusahaan. Raheman menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan negatif yang kuat antara rasio modal kerja dan profitabilitas
72 pemegang saham dengan mengurangi siklus perputaran kas sampai mencapai tingkat
optimal. Studi yang serupa dilakukan oleh Smith dan Begemann (1997), Howorth &
Westhead (2003), Ghosh & Maji (2004), Eljelly (2004), serta Lazaridis & Tryfonidis
(2006).
Afza & Nazir (2007) menyelidiki tentang hubungan antara kebijakan agresif/konservatif
pada modal kerja untuk 17 kelompok industri dengan sampel yang terdiri dari 263
perusahaan publik terbatas yang terdaftar pada Karachi Stock Exchange untuk periode
1998-2003. Dengan menggunakan uji ANOVA dan LSD , studi ini menemukan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara investasi pada modal kerja dan kebijakan
pendanaan antar kelompok industri yang berbeda. Selanjutnya dengan menggunakan
korelasi Rank-order terdapat bukti bahwa perbedaan ini berlaku stabil pada periode
penelitian. Akhirnya, dengan menggunakan analisis regresi OLS terdapat temuan
bahwa ada hubungan negatif dan signifikan antara tingkat profitabilitas dan derajat
agresifitas manajemen modal kerja.
Penelitian ini mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Afza dan Nazir (2007) dan
mencoba untuk melihat bagaimana penerapan modal kerja pada perusahaan yang
terdaftar pada indeks LQ45 dengan melihat pengaruhnya terhadap likuiditas dan
ukuran perusahaan.
BAHAN DAN METODA PENELITIAN
Objek dan Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang tercantum selama 8 periode
pengumuman emiten yang paling likuid dan berkapitalisasi pasar terbesar yang
termasuk dalam indeks LQ45 pada kurun waktu Januari 2004 sampai dengan Januari
2008. Total perusahaan yang termasuk dalam penelitian ini adalah 14 perusahaan,
diluar dua perusahaan yang berbentuk lembaga keuangan karena sifatnya yang
khusus. Data yang diteliti adalah data yang berasal dari laporan keuangan yang
diunduh dari www.Reuters.com pada tanggal 14 dan 15 Mei 2009.
Operasionalisasi variabel
Penelitian ini menitikberatkan pada ada tidaknya hubungan antara penerapan
kebijakan modal kerja terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan. Variabel yang
digunakan adalah :
1. CATA, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan total aktiva yang mewakili
73 agresif kebijakan yang diterapkan pada aktiva lancar perusahaan dan
merupakan komponen penggunaan dana perusahaan.
2. CLTA, yaitu perbandingan antara pasiva lancar dan total aktiva yang mewakili
agresifitas pendanaan perusahaan dimana semakin kecil nilai rasionya berarti
semakin konservatif kebijakan pendanaan yang diterapkan oleh perusahaan
tersebut.
3. CR, perbandingan antara aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan, mewakili
likuiditas perusahaan, dimana semakin besar nilainya, semakin likuid
perusahaan tersebut.
4. TA, merupakan total aset yang dimiliki oleh perusahaan, mewakili ukuran
perusahaan
Uji Hipotesis
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui praktik penerapan kebijakan modal kerja
dan untuk melihat hubungan antara kebijakan modal kerja serta pengaruhnya terhadap
likuiditas perusahaan. Untuk itu dibentuk beberapa hipotesis sebagai berikut:
H1 : Kemungkinan terdapat hubungan antara kebijakan modal kerja pada aktiva lancar
dan pasiva lancar.
H2 : Ada perbedaan dalam penerapan kebijakan strategi modal kerja paling tidak pada
satu atau lebih perusahaan.
H3 : Penerapan strategi modal kerja berpengaruh signifikan pada tingkat likuiditas
perusahaan.
H4 : Penerapan Strategi Modal Kerja berpengaruh signifikan pada ukuran perusahaan.
Metoda Analisis
Metoda analisis yang dilakukan adalah metoda analisis deskriftif dengan mencari
rata-rata hitung untuk CATA dan CLTA bagi masing-masing perusahaan dalam kurun waktu
2004-2007, dan menganalisa hasilnya untuk mengetahui penerapan kebijakan modal
kerja yang dilakukan.
Untuk membuktikan hipotesis pertama dilakukan uji korelasi Pearson’s dan untuk
hipotesis kedua digunakan uji One Way Anova dan Tukey’s HSD, baik terhadap rasio
CATA maupun rasio CLTA untuk semua perusahaan yang menjadi objek penelitian
Untuk meneliti ada tidaknya pengaruh penerapan kebijakan modal kerja terhadap
likuiditas dan ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi
74 Dimana:
Y = LogCR; LnTA
x1 = Kebijakan aktiva lancar perusahaan (CATA)
x2 = Kebijakan pasiva lancar perusahaan (CLTA)
=
konstanta persamaan regresi1, 2 =
koefisien regresi=
error termHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Penerapan Kebijakan Modal Kerja
Pada tabel 1 disajikan rata-rata hitung terhadap rasio CATA dan CLTA selama periode
waktu 2004-2007, rata-rata ini kemudian disusun berdasarkan tingkat agresifitas modal
kerja pada aktiva lancar yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dimana semakin
kecil nilai rasio CATA berarti semakin agresif strategi yang dilakukan pada manajemen
aktiva lancar perusahaan. Dapat kita lihat bahwa INKP menjalankan kebijakan modal
kerja yang sangat agresif pada manajemen aktiva lancarnya dimana nilai rasio CATA
yang dimiliki berada diatas rata-rata rasio CATA untuk manajemen aktiva lancar semua
perusahaan yang ditinjau. Agresifitas pada manajemen aktiva lancar didukung oleh
manajemen pasiva lancar atau pendanaan yang sangat konservatif, dimana nilai rasio
CLTA hanya 0,07 yang berarti bahwa pembiayaan aktiva lancar perusahaan banyak
yang berasal dari sumber dana jangka panjang.
Pada urutan kedua terdapat SMCB dengan nilai rasio CATA 0,159 dan rasio CLTA
0,09 yang juga menganut kebijakan manajemen aktiva lancar yang sangat agresif dan
diimbangi pula dengan manajemen pendanaan yang juga konservatif. PTBA dan KLBF
merupakan dua buah perusahaan yang mempraktikkan manajemen aktiva lancar yang
konservatif, tetapi manajemen pasiva lancar yang dilakukan ternyata juga sangat
konservatif. Perusahaan yang cenderung melakukan manajemen pasiva lancar yang
relatif lebih agresif adalah ASII, BUMI, INDF dan UNTR dimana nilai rasio CLTA
masing –masing perusahaan ini berada diatas rata-rata rasio CLTA semua perusahaan
75 Tabel 1 Rata-rata dan Standar Deviasi CATA dan CLTA
Emiten
CATA CLTA
Mean Std. Deviation Mean Std. Deviation
INKP ,140995 ,0196612 ,070583 ,0252671
SMCB ,159896 ,0335271 ,093601 ,0651054
TLKM ,177392 ,0150750 ,237484 ,0305949
ISAT ,217292 ,0347100 ,166136 ,0905440
BNBR ,228473 ,0828202 ,194457 ,0511590
AALI ,257808 ,1001171 ,196217 ,0764916
ASII ,298470 ,0399349 ,343086 ,0119257
INCO ,331733 ,0684718 ,106936 ,0269615
BUMI ,370171 ,0676562 ,400897 ,0638105
INDF ,427080 ,0290086 ,349135 ,0741093
ANTM ,485585 ,1413282 ,112009 ,0667422
UNTR ,526231 ,0328865 ,350902 ,0423425
PTBA ,740576 ,0408880 ,165115 ,0191960
KLBF ,743941 ,0369308 ,187448 ,0606811
Rata-rata ,364689 ,2010346 ,212429 ,1158479
Sumber : Hasil Perhitungan
Berikut ini adalah grafik yang menyajikan hubungan antara rasio CATA dan CLTA.
Gambar 4 Grafik CATA vs CLTA
Dari grafik terlihat bahwa data yang ada tidak mengisyaratkan adanya hubungan linier
antara penerapan manajemen aktiva lancar dan pasiva lancar dalam arti bahwa tidak
selalu manajemen aktiva lancar yang agresif akan diimbangi oleh manajemen pasiva
lancar yang konservatif atau sebaliknya. Hal ini terlihat dari praktik yang dilakukan oleh
BUMI dan INDF dimana manajemen aktiva lancar cenderung konservatif sementara
manajemen pendanaan yang dilakukan cenderung agresif. Dilain pihak UNTR dan
76 melakukan manajemen pendanaan yang j konservatif. Berikut ini adalah hasil uji
korelasi Spearman’s rho untuk rasio CATA dan CLTA.
Tabel 2 Korelasi Spearman's rho
CATA CLTA
Spearman's rho CATA Koefisien Korelasi 1,000 ,311(*)
Sig. (2-tailed) . ,020
N 56 56
CLTA Correlation Coefficient ,311(*) 1,000
Sig. (2-tailed) ,020 .
N 56 56
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari hasil korelasi yang dilakukan dengan N sebanyak 56 buah adalah sebesar 31,1%
yang signifikan pada =5% yang berarti bahwa semakin rendah nilai rasio CATA
semakin rendah pula nilai rasio CLTA. Hal ini mengisyaratkan bahwa kecenderungan
agresifitas kebijakan manajemen aktiva lancar yang dilakukan akan diimbangi dengan
kebijakan manajemen pendanaan yang semakin konservatif.
Analisis Perbedaan Relatif Penerapan Strategi Modal Kerja
Hipotesis yang diberikan untuk pengujian ini adalah bahwa ada perbedaan dalam
penerapan kebijakan strategi modal kerja paling tidak pada satu atau lebih
perusahaan. Hasil yang didapat dari pengujian ANOVA (tabel 3) yang dilakukan
memberikan nilai F statistik sebesar 39,809 dan nilai signifikansi = 0,000 yang berarti
bahwa hipotesis nol ditolak. Hal ini menyatakan bahwa memang terdapat perbedaan
dalam penerapan manajemen aktiva lancar perusahaan yang diteliti. Hasil ini diperkuat dengan hasil uji yang didapat dari Tukey’s HSD yang menunjukkan bahwa terdapat 50 perbandingan yang signifikan pada =0,05 dari 91 perbandingan langsung yang
dilakukan. Hal yang menarik adalah ternyata bahwa perusahaan yang tergabung
dalam kelompok industri pertambangan seperti BUMI, INCO dan ANTM bersama-sama
mempunyai perbedaan dengan PTBA dalam penerapan manajemen aktiva lancarnya
sementara hal ini tidak berlaku untuk ketiga perusahaan tersebut. Hal ini patut
dicermati dari sisi penelitian yang lain yang variabelnya tidak tercakup pada penelitian
ini.
Untuk perbedaan dalam manajemen pendanaan, didapat hasil uji F statistic sebesar
15,166 dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti bahwa memang terdapat perbedaan
77 ANTM dan PTBA secara bersama-sama berbeda dengan BUMI sementara untuk
ketiga perusahaan tersebut tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.
Tabel 3 Uji One Way Anova
Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan bahwa memang terdapat perbedaan yang signifikan dalam penerapan strategi modal kerja baik pada manajemen aktiva lancar maupun pada manajemen pendanaan untuk satu atau lebih perusahaan.
Analisis Pengaruh CATA dan CLTA terhadap Likuiditas
Untuk mengetahui pengaruh kebijakan modal kerja terhadap likuiditas digunakan
model regresi linier berganda. Dalam prosesnya, pengujian dilakukan sesuai dengan
urutan hipotesis dalam penelitian yaitu pertama kali menguji signifikansi pengaruh
kedua variabel bebas terhadap likuiditas (Uji F), lalu dilakukan uji signifikansi parsial
untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap likuiditas. Untuk
mendapatkan hasil uji statistik yang memenuhi asumsi normalitas data maka
digunakan variabel logCR, CATA dan CLTA. Hasil yang didapat adalah sebagai
perubahan likuiditas yang terjadi dapat diterangkan oleh variabel CATA dan CLTA
sebesar 72,8%, sisanya sebesar 17,2% diterangkan oleh faktor lain yang tidak
78
Dari hasil Uji F, didapat F hitung sebesar 70,895 dengan nilai signifikansi = 0,000 yang
lebih kecil dari = 0,05. Hal ini menyatakan bahwa, secara statistik, model ini dapat
dipakai untuk memperkirakan atau memprediksi pertumbuhan atau perubahan
likuiditas pada perusahaan yang diteliti. Dengan kata lain bahwa kebijakan manajemen
aktiva lancar dan manajemen pendanaan secara bersama-sama berpengaruh
terhadap perubahan likuiditas perusahaan yang diteliti.
Tabel 6 Nilai koefisien persamaan regresi
Coefficientsa
Dari hasil perhitungan model regresi, didapat hasil sebagai berikut:
Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan likuiditas perusahaan dipengaruhi
secara positif oleh CATA dan secara negatif oleh CLTA. Hal ini berarti bahwa setiap
perubahan CATA sebesar 1 bagian akan membuat likuiditas bertambah sebesar 1,023
persen dan setiap perubahan pada CLTA sebesar 1 bagian akan membuat likuiditas
berkurang sebesar 2,366 persen. Terlihat bahwa pengaruh manajemen pendanaan
lebih besar daripada pengaruh manajemen aktiva lancar yang mengindikasikan bahwa
perusahaan harus lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan pendanaan
perusahaan.
Hasil uji t untuk masing-masing variabel pembentuk persamaan memberikan nilai t
hitung sebesar 7,693 untuk CATA dan -10,255 untuk CLTA dengan signifikansi 0,000
79 atau bahwa memang terdapat pengaruh dari penerapan strategi modal kerja terhadap
perubahan likuiditas perusahaan.
Analisis Pengaruh CATA dan CLTA terhadap ukuran Perusahaan
Tabel 7 Koefisien Determinasi
hubungan yang kuat pada variabel yang diuji, yaitu LnTA, CATA dan CLTA. Koefisien
determinasi dari model ini adalah sebesar 37,6% yang berarti bahwa perubahan
ukuran perusahaan yang terjadi dapat diterangkan oleh variabel CATA dan CLTA
sebesar 37,6%, sisanya sebesar 62,4% diterangkan oleh faktor lain yang tidak
Dari hasil Uji F, didapat F hitung sebesar 16,002 dengan nilai signifikansi = 0,000 yang
lebih kecil dari = 0,05. Hal ini menyatakan bahwa, secara statistik, model ini dapat
dipakai untuk memperkirakan atau memprediksi pertumbuhan atau perubahan ukuran
perusahaan pada perusahaan yang diteliti. Dengan kata lain bahwa kebijakan
manajemen aktiva lancar dan manajemen pendanaan secara bersama-sama
80 Tabel 9 Nilai Koefisien Persamaan Regresi
Coefficientsa
Dari hasil perhitungan model regresi, didapat hasil sebagai berikut:
Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan ukuran perusahaan dipengaruhi secara
negatif oleh CATA dan secara positif oleh CLTA. Terlihat bahwa koefisien pengaruh
manajemen pendanaan sedikit lebih kecil daripada pengaruh manajemen aktiva lancar.
Hasil uji t untuk masing-masing variabel pembentuk persamaan memberikan nilai t
hitung sebesar -5,336 untuk CATA dan 2,750 untuk CLTA dengan signifikansi 0,000
yang lebih kecil dari =0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol ditolak secara statistik
atau bahwa memang terdapat pengaruh dari penerapan strategi modal kerja terhadap
perubahan ukuran perusahaan.
KESIMPULAN
Modal kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan usaha suatu
perusahaan terutama karena modal kerja digunakan untuk biaya operasi perusahaan
sehari-hari. Variabel yang digunakan pada studi ini sedapat mungkin bisa mewakili
keadaan modal kerja yang terjadi pada perusahaan yang diteliti. Untuk itu digunakan
rasio CATA yang mewakili manajemen aktiva lancar, rasio CLTA yang mewakili
manajemen pendanaan, CR mewakili likuiditas dan TA mewakili ukuran perusahaan.
Penerapan kebijakan modal kerja yang dipraktikkan pada perusahaan yang diteliti
secara signifikan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Dengan kata lain memang terdapat variasi penerapan agresif/konservatif manajemen
modal kerja baik pada aktiva lancar maupun pasiva lancar. Kebijakan manajemen
aktiva lancar yang relatif agresif diimbangi dengan dengan kebijakan manajemen
pendanaan yang relatif konservatif. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Weinraub dan Visscher (1998) serta Afza dan Nazir (2007) dan sesuai dengan
pendapat Helfert (1997) yang menyatakan bahwa sebaiknya investasi pada modal
kerja menggunakan sumber dana jangka panjang. Selanjutnya, walaupun setiap
81 satu dengan lainnya, ternyata hampir semua perusahaan yang ada mempraktikkan
kebijakan pendanaan yang relatif konservatif.
Studi ini juga menemukan bahwa kebijakan manajemen aktiva lancar dan manajemen
pendanaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas dan ukuran
perusahaan. Manajemen aktiva lancar mempunyai pengaruh positif terhadap likuiditas
dan berpengaruh negatif terhadap ukuran perusahaan, sementara manajemen
pendanaan berpengaruh negatif terhadap likuiditas dan positif terhadap ukuran
perusahaan. Hal ini memperkuat pendapat bahwa sebaiknya perusahaan bisa
menjaga kondisi modal kerjanya sampai ke batas optimal, karena ternyata keputusan
yang diambil dalam manajemen modal kerja akan berdampak pada kondisi
perusahaan, dalam studi ini terutama terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan.
Selain itu, perlu diperhatikan bahwa semua perusahaan yang diteliti mempunyai
kebijakan pendanaan yang relatif konservatif. Hal ini dapat menjadi bahan untuk
penelitian selanjutnya dengan mencari apakah memang perusahaan yang
mempraktikkan manajemen pendanaan yang relative konservatif akan lebih likuid
dibandingkan yang tidak.
Daftar Pustaka
Afza T and MS Nazir (2007a). Working Capital Management Policies of Firms: Empirical Evidence from Pakistan. In the Proceedings of 9th South Asian Management Forum (SAMF) on February 24-25, North South University, Dhaka, Bangladesh.
Afza T and MS Nazir (2007b). Is it better to be Aggressive or Conservative in Managing Working Capital? Presented at Singapore Economic Review Conference (SERC) 2007 on August 02-04, Singapore.
Eljelly AMA (2004). Liquidity-Profitability Tradeoff: An Empirical Investigation in an Emerging Market. International Journal of Commerce and Management 14(2): 48-61.
Filbeck G and T Krueger (2005). Industry Related Differences in Working Capital Management. Mid-American Journal of Business 20(2): 11-18.
Ghosh SK and SG Maji (2004). Working Capital Management Efficiency: A Study on the Indian Cement Industry. The Management Accountant 39(5): 363-372.
Gitman, Lawrence J., Basic Managerial Finance, 1987, Harper & Row
Gombola MJ and JE Ketz (1983). Financial Ratio Patterns in Retail and Manufacturing Organizations. Financial Management12 (2): 45-56.
82 Maxwell CE, LJ Gitman and SAM Smith (1998). Working Capital Management and Financial-Service Consumption Preferences of US and Foreign Firms: A Comparison of 1979 and 1996 Preferences. Financial Practice and Education 8(2): 46-52.
Keown, A. J., Martin, J. D., Petty, J. W. and Scott, D. F., (2001). Foundations of Finance, 3rd ed., Pearson Education, New Jersey
Lazaridis I and D Tryfonidis (2006). Relationship between Working Capital Management and Profitability of Listed Companies in the Athens Stock Exchange. Journal of Financial Management and Analysis 19 (1): 26-35.
Levy, Haim and Sarnat, M., (1994), Capital Investment and Financial Decision, Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice Hall, Inc.
Long MS, IB Malitz, and SA Ravid (1993). Trade Credit, Quality Guarantees, and Product Marketability. Financial Management 22: 117-127.
Rehman A (2006). Working Capital Management and Profitability: Case of Pakistani Firms (Unpublished Dissertation). Pakistan: COMSATS Institute of Information Technology Islamabad.
Smith MB and E Begemann (1997). Measuring Association between Working Capital and Return on Investment. South Africa Journal of Business Management 28(1): 1-5
Soenen LA (1993). Cash conversion cycle & corporate profitability. Journal of Cash Management 13(4): 53-58
Van Horne, James C. and Wachowicz, Jr, John M (1995), Fundamentals of Corporate Finance. Prentice Hall, Inc. New Jersey.
83
Lampiran 1 Tukey's HSD untuk CATA
F statistic = 39,809; Sig. = 0,000
(J) Emiten
(I)
Emiten AALI ANTM ASII BUMI BNBR INCO INDF INKP ISAT KLBF PTBA SMCB TLKM
ANTM ,227(*)
ASII 0,04 -,187(*)
BUMI 0,11 -0,12 0,07
BNBR -0,03 -,257(*) -0,07 -0,14
INCO 0,07 -0,15 0,03 -0,04 0,10
INDF ,169(*) -0,06 0,13 0,06 ,198(*) 0,10
INKP -0,12 -,345(*) -0,16 -,229(*) -0,09 -,191(*) -,286(*)
ISAT -0,04 -,268(*) -0,08 -0,15 -0,01 -0,11 -,209(*) 0,08
KLBF ,486(*) ,258(*) ,445(*) ,374(*) ,515(*) ,412(*) ,317(*) ,603(*) ,527(*)
PTBA ,483(*) ,255(*) ,442(*) ,370(*) ,512(*) ,408(*) ,313(*) ,599(*) ,523(*) 0,00
SMCB -0,10 -,326(*) -0,14 -,210(*) -0,07 -,172(*) -,267(*) 0,02 -0,06 -,584(*) -,581(*)
TLKM -0,08 -,308(*) -0,12 -,193(*) -0,05 -0,15 -,249(*) 0,04 -0,04 -,566(*) -,563(*) 0,02
UNTR ,268(*) 0,04 ,228(*) 0,16 ,298(*) ,194(*) 0,10 ,385(*) ,309(*) -,218(*) -,214(*) ,366(*) ,348(*)
84
Lampiran 2 Tukey's HSD untuk CLTA
F statistic = 15,166; Sig. = 0,000
(J) Emiten
(I)
Emiten AALI ANTM ASII BUMI BNBR INCO INDF INKP ISAT KLBF PTBA SMCB TLKM
ANTM -0,08
ASII ,147(*) ,231(*)
BUMI ,205(*) ,288(*) 0,06
BNBR 0,00 0,08 -,148(*) -,206(*)
INCO -0,09 -0,01 -,236(*) -,294(*) -0,09
INDF ,153(*) ,237(*) 0,01 -0,05 ,155(*) ,242(*)
INKP -0,13 -0,04 -,272(*) -,330(*) -0,12 -0,04 -,278(*)
ISAT -0,03 0,05 -,177(*) -,235(*) -0,03 0,06 -,183(*) 0,10
KLBF -0,01 0,08 -,155(*) -,213(*) -0,01 0,08 -,162(*) 0,12 0,02
PTBA -0,03 0,05 -,178(*) -,236(*) -0,03 0,06 -,184(*) 0,09 0,00 -0,02
SMCB -0,10 -0,02 -,249(*) -,307(*) -0,10 -0,01 -,255(*) 0,02 -0,07 -0,09 -0,07
TLKM 0,04 0,13 -0,11 -,163(*) 0,04 0,13 -0,11 ,167(*) 0,07 0,05 0,07 ,144(*)
UNTR ,155(*) ,239(*) 0,01 -0,05 ,156(*) ,244(*) 0,00 ,280(*) ,185(*) ,163(*) ,186(*) ,257(*) 0,11