BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian studi kasus adalah kegiatan yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat serta kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu (Sumantri, 2011).
Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang di teliti menjadi lebih jelas dan bermakna (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini peneliti menganalisis lebih mendalam mengenai faktor penyebab terjadinya perilaku seks pranikah pada anggota penyuluhan kesehatan peduli remaja (PKPR) di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
tahun 2015 di Sumatera Utara baru 171 Puskesmas yang menyelenggarakan PKPR. Puskesmas Tanjung Beringin merupakan salah satu Puskesmas yang sudah menyelenggarakan program PKPR.
SMA Negeri 1 Tanjung Beringin yang berlokasi di dusun 15, merupakan salah satu sekolah yang sudah mendapatkan binaan program PKPR sejak tahun 2013. Selain itu, SMA Negeri 1 Tanjung Beringin merupakan SMA unggulan yang terletak di desa Pekan Tanjung Beringin
3.2.2 Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Kegiatan Januari Februari Maret April Mei I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Survey
Pendahuluan Pembuatan
Proposal Seminar
Proposal Mengumpulkan
Data Analasis Hasil
Data Pengujian
Kredibilitas
Data Seminar Hasil
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari s/d bulan Mei. 3.3 Informan
yang sedang diteliti, yang menjadi informan kunci pada penelitian ini adalah 4 orang siswa anggota pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin yang melakukan perilaku seks pranikah. Sedangkan informan tambahannya terdiri dari 4 orang, yaitu 2 orang teman dekat dari informan kunci, satu orang guru di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin, dan salah satu petugas Puskesmas yang bertanggung jawab terhadap program PKPR di Tanjung Beringin.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan wawancara mendalam. Untuk mendapatkan informasi selengkap mungkin dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, upaya pengumpulan data ditempuh dengan cara melakukan wawancara mendalam (Indepth Interview), ini dilakukan karena masalah yang ingin di diskusikan sangat sensitif sehingga jika informan tidak bersedia untuk berbicara terbuka atau tidak produktif akan menghambat tanggapan dan mengaburkan makna yang diperoleh.
Wawancara mendalam atau indepth interview merupakan salah satu teknik pengumpulan data kualitatif, dimana wawancara dilakukan antara seorang responden dengan pewawancara yang terampil, yang ditandai dengan penggalian yang mendalam dan menggunakan pertanyaan terbuka (Kresno, dkk 1999).
Pelaksanaan wawancara menyangkut pewawancara dengan terwawancara. Pada pelaksanaan pewawancara dalam hal ini peneliti berusaha untuk senantiasa menepati janji, terutama janji waktu agar tidak merusak jadwal yang telah susah payah disusun dan dilakukan kontrak waktu dengan informan. Jika karena keadaan tertentu peneliti terpaksa terlambat, peneliti segara memberi tahu terlebih dahulu kepada informan. Setelah bertemu dengan informan, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan penelitian.
sekolah. Wawancara dimulai dengan mengemukakan topik yang umum seputar identitas pribadi informan dan ketika dalam berkomunikasi sudah dirasakan nyaman selanjutnya wawancara dilanjutkan pada topik pembicaraan yang ingin diteliti.
Pada pelaksanaan dalam wawancara mendalam ini, pewawancara di pandu dengan pedoman wawancara dan perekam data dengan aplikasi voice recorder yang terdapat di handphone milik peneliti dengan memperoleh persetujuan informan terlebih dahulu. Hasil wawancara kemudian di dokumentasikan dengan menggunakan catatan lapangan alat perekam sehingga peneliti tidak kehilangan data dan keabsahan data dapat dipertanggungjawabkan. Wawancara mendalam ini dilakukan kepada anggota penyuluhan kesehatan peduli remaja (PKPR) yang pernah melakukan perilaku seks pranikah. Seluruh informan diwawancarai dalam waktu terpisah.
3.5 Metode Analisa Data
Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) dalam (Moleong, 2007) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
1. Mengorganisir Informasi.
2. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
3. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteks. 4. Menentapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori. 5. Melakukan interpretasi data.
6. Menyimpulkan data atas hasil interpretasi dan disajikan secara naratif.
3.6 Triangulasi
Dalam penelitian kualitatif, karena pengambilan sampelnya secara purposive (non-probability) dan jumlahnya sedikit, maka agar validitas data tetap terjaga perlu dilakukan beberapa strategi. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini disebut triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong, 2007). Dalam penelitian ini peneliti memilih triangulasi sumber.
Menurut (Sumantri, 2011) triangulasi sumber dilakukan dengan cara : 1. Cross check data dengan fakta dari sumber lainnya.
Sumber tersebut mungkin berupa informan yang berbeda, teknik riset yang berbeda untuk menggali topik yang sama, atau hasil dari sumber lainnya, dan dari studi riset yang sama. Datanya harus memperkuat atau tidak ada kontradiksi.
Dapat dilakukan pada rancangan penelitian dengan memasukkan kategori informan yang berbeda. Membandingkan dan melakukan kontras pada data adalah penting jika mencoba mengidentifikasi variabel atau ingin melakukan konfirmasi hubungan antar variabel.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Informan
Karakteristik informan kunci (siswa/i anggota PKPR) dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, agama, tempat/tanggal lahir, kelas/jurusan, alamat, usia pertama menstruasi dan mimpi basah. Sedangkan untuk informan tambahan meliputi usia, jenis kelamin, agama, tempat/tanggal lahir, kelas/jurusan, pendidikan terakhir, pekerjaan, jabatan, lama bekerja. Jumlah informan yang diteliti berjumlah 8 orang. Informan kunci terdiri dari 2 orang siswa dan 2 orang siswi, serta 4 orang informan tambahan yang terdiri dari 2 orang teman dari informan kunci, 1 orang guru, dan 1 orang petugas Puskesmas.
4.1.1 Informan Kunci (Siswa/i Anggota PKPR)
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Informan Kunci (Siswa/i Anggota PKPR)
Nama
seluruh informan kunci tinggal bersama dengan kedua orang tuanya. Informan kunci ke 2 dan ke 3 tinggal bersama dengan kedua orang tuanya di desa Nagur, informan kunci ke 1 tinggal bersama keluarga paman dan satu orang adiknya didesa Pekan Tanjung Beringin, sedangkan ke 4 tinggal bersama dengan nenek dan ketiga adiknya didesa Pematang Cermai.
4.1.2 Informan Tambahan
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Informan Tambahan
Nama
Tabel 4.2 memperlihatkan karakteristik informan tambahan pada penelitian ini sebanyak 4 orang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Informan siswa 1 merupakan teman dekat dari informan kunci ke 1, dan tinggal bersama kedua orangtunya di desa Nagur. Sedangkan informan siswa 2 merupakan teman dekat dari informan kunci ke 4, dan tinggal bersama ibu serta ke 3 saudaranya di desa Mangga Dua.
1 Tanjung Beringin sejak tahun 2009. Informan tambahan yang terakhir adalah informan petugas puskesmas yang merupakan salah satu anggota dari Tim Nusantara Sehat, yang bertugas di Puskesmas Tanjung Beringin sejak awal tahun 2016 dan menjadi salah satu petugas pada pelayanan kesehatan jiwa yang bertanggung jawab pada program PKPR.
4.2 Faktor Internal
Faktor internal dalam penelitian ini adalah hubungan dalam keluarga, pendidikan agama dalam keluarga, pengetahuan kesehatan reproduksi, dan sikap terhadap perilaku seks pranikah. Adapun hasil yang diperoleh melalui wawancara mendalam yang dilakukan terhadap informan kunci terkait dengan faktor internal penyebab siswa melakukan perilaku seks pranikah secara rinci dapat dilihat sebagai berikut.
4.2.1 Hubungan Dalam Keluarga
4.2.1.1 Status Dalam Keluarga
Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Status Dalam Keluarga
Informan Pernyataan
1 Engga ka, tinggal sama uwak. bapak udah ninggal dari kelas 5 sd lah kalau engga salah. Kalo mamak kerja di luar negri. Jadi ya tinggal sama uwak sama istrinya, sama adek
2 Iya ka, tinggal sama ayah sama ibu, sama adek ku satu cowo 3
4
Iya, tinggal sama bapak sama ibu. Tapi bapaknya bukan kandung, bapak tiri
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa 2 orang informan kunci yaitu informan kunci ke 1 dan ke 4 mengaku tidak tinggal bersama dengan orang tuanya namun dengan salah satu kerabatnya. Sedangkan informan kunci ke 2 dan ke 3 mengatakan bahwa mereka tinggal bersama dengan kedua orang tua mereka. 4.2.1.2 Pekerjaan Orang Tua
Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Pekerjaan Orang Tua
Informan Pernyataan
1 Kalo uwak kerja jadi nelayan. Kalo mamak di Malaysia, jadi TKW 2 Ya ayah wiraswasta, itu loh ka jadi distributor ikan dipajak. Kalo
mamak ya bantu2 ayah aja lah 3 Bapak nelayan, kalo ibu dirumah aja 4 Kalau nenek petani
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui hanya satu orang informan yang keluarga/kerabatnya mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan sebagai TKW, sedangkan 3 informan mengaku keluarga/kerabatnya berprofesi sebagai nelayan/distributor ikan. Selain itu diketahui juga bawa ibu dari informan ke 2 dan ke 3 merupakan ibu rumah tangga.
4.2.1.3 Hubungan Kedekatan dengan Orang Tua
Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Hubungan Kedekatan dengan Orang Tua
Informan Pernyataan
Tabel 4.5 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
1
2
pacaran sama siapa. Males juga sih cerita-cerita kek gitu ke uwak, buat apa juga, ntar yang ada malah direpeti.
Lebih deket ke mamak sih, soalnya kan mamak yaang lebih sering dirumah. Kalau cerita masalah pacar ga pernah sih, soalnya kan mamak sama ayah engga bolehin pacaran, ya paling cerita-cerita kek mana di sekolah, ketemu temen yang gimana, terus kalau mau ikut kegiatan ya nanya dulu boleh engga. Handphone engga pernah di cek sih ka, soalnya kan mamak juga engga ngerti cara bukanya, mamak suka bilang ini kayak mana sih bukanya, gitu. Ya paling kalo pulang sekolah telat atau apa nanti baru aku sms mamak. 3 Deket sih engga, ya cuma lebih sering sama ibu aja dirumah,
soalnya ibu kan sakit, kalo ayah kan tau lah nelayan kak. Kalo sama ibu paling aku jawab kalo ibu nanya aja, misalkan aku pulang telat ditanya kemana ko jam segini kok baru pulang, baru aku bilang habis ada apa disekolah. Soalnya ibu kan engga bisa main hp, matanya udah engga jelas, jadi gabisa aku sms lah. Tapi jarang sih, soalnya kan cuma aku yang dirumah, jadi aku kalo pulang sekolah telat nanti siapa yang jaga ibu dirumah. Iya ka, ibu sakit diabetes, dari dua tahun lalu kalo ga salah, jadi ya aku disuruh jaga rumah sama kakak sama abang, disuruh ngurangin kegiatan diluar. Kalau pacaran engga dilarang sih, cuma ibu sering bilang fokuslah dulu di sekolah, kalo aku sendiri ga pernah cerita-cerita juga tentang kayak gitu.
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa informan kunci ke 1, ke 3, dan ke 4 tidak pernah bercerita dengan orang tua/kerabat mereka saat dirumah atau diskusi mengenai sesuatu hal yang ingin mereka putuskan, sehingga mereka harus mengambil keputusan berdasarkan atas pemahaman/pemikiran sendiri, berbeda dengan informan ke 2 yang sering berdiskusi dengan orang tuanya terlebih dahulu dalam pengambilan keputusan. Dalam hal berpacaran, semua informan mengaku tidak pernah menceritakan hal tersebut sebab mereka merasa hal tersebut sangat sensitif untuk dibicarakan bersama orang tua. Berdasarkan pernyataan dari ke 4 informan tersebut dapat disimpulkan bahwa kurangnya komunikasi yang terjalin antara anak dan orang tua.
4.2.1.4 Peran Orang Tua di Rumah
Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Peran Orang Tua di Rumah
Informan Pernyataan
1
2
3
Ya kalau urusan rumah semua yang urus tante. Kalau uwak jarang drumah biasanya pergi sih keluar, main sama temen, soalnya kalau dirumah pasti ada aja yang kena tegor uwak. Ya kalo sarapan kalo ada ya makan, kalo tante ga masak ya ga makan. Kalo berangkat berangkat sekolah sendiri, makanya aku bawa motor.
Tabel 4.6 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
4 Nenek sih yang biasanya masak, kalau beres-beres rumah baru aku. Kalau pagi ya kalo sempet sarapan ya sarapan, tapi biasanya engga sempet sih, soalnya kan urus adek-adek yang berangkat sekolah, pakein baju apa apa terus anter adek sekolah, habis itu berangkat juga kesekolah, pulangnya jemput adek juga. Bawa, dipinjemin motor sama paman.
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa dari ke 4 informan, masing-masing kedua orang tuanya atau salah satu dari kerabatnya, seperti ayah/ibu atau paman/nenek, sudah disibukkan dengan kesibukan hariannya masing-masing. Kesibukan yang dilakukan oleh orang tua tentu akan mengurangi intensitas waktu dalam mendidik anak dirumah. Selain itu kurangnya komunikasi dan kedekatan orangtua dengan anak menyebabkan apapun yang dikerjakan oleh sang anak, dan segala hal yang berkaitan dengan sang anak, kedua orang tuanya tidak mengetahuinya, tentu hal ini akan berdampak terhadap tingkah laku anak diluar rumah.
4.2.1.5 Pendidikan Kesehatan Reproduksi dari Orang Tua
Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi dari Orang Tua
Informan Pernyataan
1 Ga pernah nanya, cakapan aja jarang
2 Engga sih ka, malu nanya nya. Kalo pas lagi dapet, paling aku bilang kok sakit kali sih mak, mamak jawab gapapa itu wajar, bentar aja nya kayak gitu. Udah sih itu aja. Kalau selebihnya engga pernah nanya
3 Engga sih ka, malu lah nanya tentang begitu sama ayah, apalagi ayah tiri, meskipun ayah nya baik kan tetep aja, kan engga mungkin aku nanya sama ibu
Dari tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa dari ke 4 informan tidak ada yang mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi dari orang tua. Adapun alasan dari informan ke 2, ke 3, dan ke 4 adalah mereka merasa malu untuk membicarakan/menanyakan hal tersebut dengan orang tua mereka, berbeda hal nya dengan informan ke 1 yang mengatakan bahwa kurangnya komunikasi menjadi salah satu penyebab nya.
4.2.1.6 Hubungan Kedekatan dengan Saudara Kandunng
Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Hubungan Kedekatan dengan Saudara Kandunng
Informan Pernyataan
1 Punya, 2 abang 1 adek, kami cowo semua kak. Kalo yang pertama sekarang 27 tahun, kedua 25, aku kan 18, adek 9 tahun. Engga sih jarang lah bisa dibilang, soalnya sibuk kerja juga, kalo adek kan masih SD. Mana pernah aku tanya-tanya yang begituan. Engga pernah cerita-cerita lah pokoknya.
Tabel 4.8 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
4 Kalau ke adek ya kan hari-hari sama mereka, aku juga yang ngurus mereka. Kalau cerita-cerita engga pernah lah, paling sama temen aja.
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa ke 3 informan yaitu informan ke 1, ke 3, dan ke 4 mengaku tidak pernah menceritakan hal-hal pribadi mereka kepada saudara kandungnya. Jika informan ke 3 hanya berbicara/berdiskusi dengan saudara kandungnya mengenai masalah kesehatan ibunya, berbeda halnya dengan informan ke 2. Informan ke 2 menyatakan cenderung lebih dekat dengan saudara kandungnya yang sesama jenis kelamin, dan tidak jarang bercerita mengenai kedekatannya dengan seseorang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kurang terjalin komunikasi antara sesama saudara kandung disebabkan oleh kesibukan masing-masing.
4.2.2 Pendidikan Agama Dalam Keluarga
4.2.2.1 Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Agama
Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Agama
Informan Pernyataan
1 Dari siapa ya, disekolah paling, kalo dirumah engga sih, uwak aja ga solat. Aku ga pernah liat uwak solat dirumah apa di mesjid. 2 Pertama dari ayah, ayah suka ngomel gitu, solat kok bolong-bolong,
mau apalagi kalau engga solat. Kadang kalo ga solat nanti ayah sama mama yang asik ribut aja nyuruh solat. Kadang ayah nanya, kok ga solat-solat, lama kali liburnya, itu kalau aku lagi dapet ka 3 Dari ibu, ibu suka bilang solatlah kamu, kalau ibadah aja malas
nanti siapa lagi yang doain ibu kalau udah engga ada
Tabel 4.9 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
4 ke gereja, itu waktu awal-awal aku SD lah kelas 1 atau 2 kayaknya
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa informan ke 2, ke 3, dan ke 4 mengaku mendapatkan pendidikan agama pertama kali dari kedua orang tua mereka dirumah. Berbeda hal nya dengan informan ke 1 yang mengaku tidak mendapatkan pendidikan agama dari keluarga, melainkan dari guru sekolah. 4.2.2.2 Aktivitas Beribadah dengan Keluarga
Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Aktivitas Beribadah dengan Keluarga
Informan Pernyataan
1 Engga pernah sih, paling kalo hari raya aja, kalo sehari-hari mana pernah
2 Palingan kalo hari raya aja kak, kalo sehari-hari ya solat sendiri dirumah, ayah juga solat sendiri dirumah
3 Engga sih, solat sendiri-sendirilah, kecuali hari raya lah di mesjid bareng-bareng
4 Ya sering juga, kadang kalau hari minggu ke gereja kan, kalau gereja nya siang biasanya sama temen atau sama adek, kadang adek sama kawan-kawannya juga, tetangga dirumah. Kalau gereja pagi sama nenek perginya.
bahwa tidak jarang informan ke 4 dan keluarganya pergi ibadah bersama yang sering mereka lakukan satu kali dalam seminggu.
4.2.2.3 Implementasi Pendidikan Agama
Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Implementasi Pendidikan Agama
Informan Pernyataan
1 Jarang sih, bukan bolong lagi malah engga pernah, ya paling kalau solat jumat aja lah kalo lima waktu nya engga pernah. Engga ada, males aja gitu
2 Ya solat sih, tapi ya gitu masih bolong-bolong. Kadang solat, kadang kalo males ya engga, kalo dirumah ya bilangnya sama ayah sama mamak lagi dapet
3 Solat, tapi ya bolong-bolong gitu lah. Lebih sering engga solat nya malah haha
4 Iya tetep ka, paling sama kawan aja ibadahnya. Engga pernah engga kegereja sih kak
Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa informan ke 1, ke 2, dan ke 3 mengaku jarang mengerjakan ibadah sholat baik dirumah maupun diluar rumah dengan alasan sedang malas beribadah. Berbeda halnya dengan informan ke 4 yang mengaku tidak pernah malas untuk beribadah ke gereja, yang dilakukannya satu kali dalam seminggu, meskipun sedang berada diluar rumah.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh informan siswa 1 dan informan siswa 2 sebagai berikut :
Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Siswa Tentang Implementasi Pendidikan Agama Yang Dilakukan Oleh Informan Kunci
Informan Siswa
Pernyataan
Tabel 4.12 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
2 Iya kak, dia emang ibadahnya rajin lah bisa dibilang. Sering pergi kegereja, kan gerejanya ga jauh tuh dari rumahnya. Kadang kalo aku hari minggu pas siang-siang gitu ke rumah dia mau ngajak main keluar, biasanya dia lagi di gereja tuh.
Berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh informan siswa 1, diketahui
bahwa pernyataan yang diberikan oleh informan kunci ke 1 adalah benar, bahwa informan kunci ke 1 jarang melakukan ibadah sholat sehari-hari, dan hanya melakukannya sekali dalam seminggu yaitu saat ibadah solat jumat. Berbeda halnya dengan informan kunci ke 4 yang didukung oleh pernyataan dari informan siswa ke 2 bahwa informan kunci ke 4 merupakan seseorang yang taat dalam ibadah meskipun berada diluar rumah.
4.2.3 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Tanda-Tanda Remaja Memasuki Masa Pubertas
Informan Pernyataan
1 Oh.. kalau tandanya anak laki-laki ya itu mimpi basah, kalo anak perempuan katanya menstruasi. Mana tahu kak, kan engga pernah mens
2
3
4
Kalau perempuan itu menstruasi, kalau laki-laki itu mimpi basah. Mimpi basah itu keluarnya sperma akibat mimpi bersetubuh saat tidur
Iya tau kalau laki-laki kan mimpi basah, kalau perempuan mens. Menstruasi itu kan keluarnya darah akibat peluruhan lapisan dinding rahim yang terjadi setiap bulan
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa seluruh informan kunci dalam penelitian ini dapat menyebutkan hal yang menandakan anak laki-laki dan anak perempuan jika memasuki masa baligh, yaitu mimpi basah untuk laki-laki dan menstruasi untuk perempuan. Namun informan ke 1 dan informan ke 4 tidak dapat menjelaskan pengertian dari masa baligh yang dialami oleh lawan jenisnya.
Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Perubahan Fisik yang Dialami Oleh Remaja
Informan Pernyataan
1 Ya kalau cowo kan tumbuh jakun, tumbuh jenggot atau kumis, kalau cewe kan katanya tumbuh payudara. Iya tau dari guru lah pas SMP
2
3
4
Kalau laki-laki kan makin bidang dadanya, tumbuh jakun juga jadi suaranya beda, trus tumbuh rambut atau bulu halus disekitar kemaluan, kalo cewe kan tumbuh payudara, pinggul nya melebar. Ya tau nya pas biologi pas SMP, sama pas PKPR juga
Kalau cowo kan tumbuh jakun, dadanya bidang, tumbuh kumis, pinggulnya menyempit katanya, kalau cewe ya tumbuh payudara, tumbuh rambut disekitar alat kelamin. Kalau tau pertama sih dari guru, tapi di PKPR juga pernah di bahas
Tau, kalo cowo kan bahunya lebar, tumbuh jakun, trus kulitnya kasar, kalo cewe kan tumbuh payudara, suaranya lebih halus, kulitnya juga. Tau dari pas ikut PKPR
Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Pengertian Perilaku Seks Pranikah, Bentuk Perilaku Seks Pranikah, Proses Terjadinya Kehamilan, dan Pencegahan Terjadinya Kehamilan
Informan Pernyataan
1 Engga tahu. Engga tahu juga. Proses terjadinya kehamilan? ya karena kita berhubungan. Oh tahu, pakai kondom kan
2
3
4
Perilaku seks pranikah ya ka? engga tahu ka. Oh.. bentuk perilaku seks sebelum nikah itu maksudnya bersetubuh ya?. Tau, kehamilan itu terjadi karena proses masuknya sel sperma ke sel telur lalu terbentuk zigot, dan proses tersebut melalui bersetubuh. Kurang tahu sih kak
Kurang tahu kak. Engga tahu juga kak. Terjadinya kehamilan? Kurang tau sih ka. Oh iya, tau pake sutra kan?
engga tahu. Oh bentuknya itu berhubungan badan kan kak?. Engga tahu kak. Oh tahu..pakai kondom
Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa seluruh informan kunci tidak mengetahui pengertian dari perilaku seks pranikah. Saat diajukan pertanyaan mengenai bentuk-bentuk perilaku seks pranikah hanya informan ke 2 dan ke 4 yang menjawab bahwa bentuk perilaku seks pranikah yang mereka ketahui adalah berhubungan seksual. Selain itu, dari ke 4 informan hanya informan ke 2 yang dapat menjelaskan dengan baik bagaimana proses terjadinya kehamilan. Namun saat diberikan pertanyaan mengenai pencegahan kehamilan, hanya 3 orang informan kunci yang menjawab dengan jawaban yang sama yaitu dengan menggunakan kondom, namun informan ke 2 mengaku tidak mengetahuinya. Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Pengertian Aborsi,
Dampak dari Aborsi, dan Dampak dari Hubungan Seksual yang Dilakukan Pada Usia Dini
Informan Pernyataan
Tabel 4.16 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
2
3
4
Aborsi itu menggugurkan kandungan secara paksa. Kalau bahayanya kurang tahu sih kak. Ya dampaknya nanti bisa ketagihan,terus bisa kena penyakit
Tau, aborsi itu menggugurkan kandungan. Engga tau. Dampaknya nanti bisa merusak masa depan, dikeluarkan dari sekolah, malu juga sama teman-teman
Tau, menggugurkan kandungan. Bahayanya? apa ya, engga tau sih ka. Yang pasti kalau melakukan hubungan seks sebelum nikah ya nanti kan bisa aja hamil terus engga bisa melanjutkan sekolah, keluarga pun akan merasa malu
Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa informan ke 2, ke 3, dan ke 4 mengetahui pengertian dari aborsi namun tidak mengetahui bahaya atau dampak dari melakukan aborsi, namun informan ke 1 mengaku tidak mengetahui kedua hal tersebut. Saat di berikan pertanyaan mengenai dampak dari hubungan seksual yang dilakukan pada usia dini, keempat informan memberikan jawaban yang hampir sama yaitu dengan melakukan hubungan seksual di usia remaja tentu akan berakibat pada hancurnya masa depan, membuat malu bagi diri sendiri maupun keluarga, bisa berakibat terkena AIDS, dan lain-lain.
Tabel 4.17 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
4 Engga tahu. Engga tahu juga kak
Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa saat ditanyakan mengenai penyakit menular seksual, hanya informan ke 1 dan ke 2 yang dapat menjawab meskipun mereka hanya mengetahui tentang AIDS, tidak mengetahui jenis penyakit menular seksual lainnya. Sedangkan informan ke 3 dan ke 4 mengaku tidak mengetahuinya. Dan dari ke 4 informan, hanya informan ke 1 dan 3 yang mengetahui tentang onani/masturbasi.
4.2.4 Sikap Terhadap Perilaku Seks Pranikah
Tabel 4.18 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Kontak Fisik yang Dilakukan Saat Berpacaran
Informan Pernyataan
1 Ya engga harus sih kak. Ya selama belum berhubungan badan sih kayaknya masih dalam batas wajar, dan kalau pasangannya tidak merasa dipaksa dan merespon baik juga ya berarti tidak masalah.
2
3
4
Engga ka. Kalau menurutku dengan memberi perhatian dan komunikasinya lancar itu juga sudah membuat senang. Ya sebenarnya sih masih wajar aja, asalkan memang tidak dipaksa. Engga harus kak. Kalau sayang seharusnya kita peduli dengan pasangan kita dan lebih menjaga, saling perhatian juga satu sama lain saja sudah cukup. Ya sebenarnya itu kan hanya bentuk perilaku saja dalam menunjukkan rasa sayang, itu masih wajar sih sebenarnya.
Menurutku engga harus ada kontak fisik sih ka. Engga tahu juga deh kak. Masih wajar sih kalau atas dasar mau sama mau, asal tidak berlebihan saja kak.
yang kita sayang tidak harus dengan kontak fisik. Informan ke 2 dan ke 3 berpendapat hal tersebut tergantung dari kedua individu yang berpacaran, dengan alasan bercerita/berkomunikasi atau rasa saling peduli saja sudah dapat menimbulkan rasa senang. Namun seluruh informan berpendapat bahwa bentuk perilaku seperti berpegangan tangan, membelai/bermanja-manjaan, mencium/berciuman, berpelukan, merupakan perilaku yang masih dalam batas wajar, dengan alasan yaitu rasa ingin tahu, tidak bersifat memaksa, tidak berbahaya, tidak berlebihan, bukan hal yang tabu, implementasi dari perasaan sayang yang diperlihatkan dalam bentuk perilaku.
Tabel 4.18 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
1 Engga sih kak, selama pasangan tidak menolak dan sama-sama tahu batasan agar tidak terjadi kehamilan dan merugikan lainnya itu masih dalam batas wajar, kecuali kalau ada ancaman kepasangan. Kalau onani/masturbasi itu sih masih wajar kak, dari pada sama pacar ntar kalo hamil ribet
2
3
4
Itu sih engga wajar kak, masih pacaran aja udah begitu, soalnya itu nanti pasti berlanjut ke berhubungan seks, nanti bikin malu keluarga. Engga pernah denger tentang masturbasi sih kak jadi engga tahu juga
Sebenarnya wajar saja kalau dua orang tersebut sudah tau resiko dan berani bertanggung jawab jika terjadi hal yang tidak diinginkan nantinya. Kalau dari artikel atau buku yang pernah aku baca sih kataya onani/masturbasi itu hal yang wajar, karena katanya memang lebih sehat kalau sering dikeluarkan, agar menghasilkan sperma yang baru lagi
Berdasarkan tabel 4.18 di atas diketahui bahwa menurut informan ke 2 dan ke 4, meraba/menyentuh bagian sensitif, petting, oral seks, hingga intercouse, merupakan hal yang tidak wajar, dengan alasan dapat terjadi kehamilan, usia masih terlalu muda, takut tidak bisa meraih cita-cita, dan takut membuat malu atau dimarahi orangtua. Berbeda dengan informan ke 1 dan ke 3, mereka berpendapat bahwa menyentuh bagian sensitif, petting, merupakan hal yang wajar apabila bukan atas dasar keterpaksaan, dan selama tidak ada penolakan dari pasangan. Informan ke 1 dan ke 3 juga berpendapat bahwa onani/masturbasi merupakan hal yang wajar dalam pelampiasan seksual seorang remaja yang belum berani mengambil resiko untuk menghamili pasangannya.
4.3 Faktor Eksternal
Faktor eksternal dalam penelitian ini adalah pengaruh teman sebaya, pengaruh media massa, peran program PKPR disekolah. Adapun hasil yang diperoleh melalui wawancara mendalam yang dilakukan terhadap informan kunci terkait dengan faktor eksternal penyebab siswa melakukan perilaku seks pranikah secara rinci dapat dilihat sebagai berikut.
4.3.1 Pengaruh Teman Sebaya
4.3.1.1 Hubungan Kedekatan dengan Teman Dekat
Tabel 4.19 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Hubungan Kedekatan Dengan Teman Dekat
Informan Pernyataan
Tabel 4.19 (Lanjutan)
sih. Kan sering main bareng diluar sekolah, terus kalo di sekolah ya sering lah ketemu atau nongkrong di kantin, terus juga kan ikut olimpiade arung jeram bareng mereka. Uwak mana tau temenku, cakapan aja jarang
Kalau deket banget sih sama si P, kalo yang lain ya biasa aja gitu. Deket nya karna bareng terus lah dikelas, terus sama-sama suka ketawa juga. Oh kalau sama temen deket cerita-cerita juga sih ka misalnya lagi deket sama si ini atau si itu terus minta saran, ya gitu lah. Tapi kalau tentang masalah keluarga belum pernah. Mamak sih tau aku deket sama P, kan sering juga main ker umah eh beberapa kali deh. Ya kalo nanya sih engga, cuma dengerin aja kalo dia atau yang lain lagi cerita-cerita kayak gitu, ga sering juga sih, seringan cari tau sendiri. Kalo sama si P, sering kami main bareng di luar, entah makan bakso atau apa, sering juga main kerumah.
Ada sih, si A, B, C. Kalo ketemu pertama mah di sekolah, Cuma ya engga deket banget juga sih, cuma ya sama mereka lah disini paling sering main sama ngobrolnya. Kalo cerita-cerita tentang keluarga atau apa engga pernah ya paling cerita-cerita biasa aja. Kecuali kalau mereka duluan yang cerita tentang masalah keluarga, baru aku berani cerita juga. Sering juga sih denger kayak gitu dari temen, denger aja ga nanya, kalo aku lebih suka cari tau sendiri soalnya lebih pasti infonya. Ya kalo disekolah ya bareng mulu lah kan sekelas, kalo diluar sekolah jarang lah tapi pernah sih nongkrong. Kalau ibu cuma tau nama aja, kalau orangnya belum pernah ketemu
Berdasarkan tabel 4.19 diketahui bahwa dari seluruh informan hanya informan ke 2 dan ke 3 yang lebih menyukai mencari sendiri informasi mengenai kesehatan reproduksi. Berbeda halnya dengan informan ke 1 dan ke 4 yang mengatakan bahwa mereka banyak mengetahui informasi seputar kesehatan reproduksi dan isu-isu yang terkait dengan hal tersebut dari teman dekatnya. Meskipun Informan ke 1 dan ke 3 memiliki teman dekat, namun mereka mengaku tidak pernah menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi seperti masalah keluarga dan kedekatan dengan lawan jenis dengan teman dekatnya, dan tidak pernah mengenalkan teman dekatnya dengan keluarganya.
Lain halnya dengan Informan ke 2, yang mengatakan bahwa informan ke 2 dan teman dekatnya hanya bercerita tentang kedekatannya dengan lawan jenis, dan tidak pernah bercerita tentang masalah keluarga, meskipun keluarga dari informan ke 2 mengenal dengan siapa saja dia berteman baik. Selain itu informan ke 4 mengatakan bahwa dia menceritakan segala hal kepada teman dekatnya, termasuk masalah keluarga dan pribadi. Selain itu, teman dekatnya pun mengenal baik keluarga dari informan ke 4 karena sering main kerumah.
4.3.1.2 Gaya Berpacaran yang Dilakukan Teman Dekat
Tabel 4.20 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Gaya Berpacaran yang Dilakukan Teman Dekat
Informan Pernyataan
Tabel 4.20 (Lanjutan) yang ngajak duluan buat buka video itu
Ada, dia ketahuan gara-garanya udah jarang masuk terus kalo lagi masuk pakai baju sekolahnya dikeluarin gitu, jadi pada curiga, dan ketahuan kalau lagi hamil. Tapi dia mengundurkan diri sih dari sekolah, tapi ya itu ada yang kakak kelas ada yang teman satu angkatan, engga temen dekat. Kalo si P dia punya, tapi rata-rata temen ku punya sih. Ya engga pernah cerita sih, paling suka liat aja kalau kadang lagi pas main bareng, terus cowoknya nyamperin. Ya paling manja-manjaan gitu kayak sender-senderan bahu, merangkul, pegangan tangan. Tapi kayaknya engga ada yang parah deh
Kalau disini ya belum lama ini lah ada yang ketahuan hamil, kalau deket rumah ya ada juga malah lebih parah, tapi ya cuma tahu gitu aja engga pernah main bareng juga. Kalo itu mah pasti punya kak mereka, jaman sekarang jarang yang gak pacaran. Hm.. kurang tau sih, engga pernah liat juga, cuman kayaknya masih wajar deh
Iya ada, tapi engga kenal sih. Setiap tahun pasti ada yang mengundurkan diri disekolah ini karena ketahuan hamil. Katanya yang belum lama ini karena ketahuan dari temannya sendiri yang melihat perutnya udah besar. Engga tahu sih ka, tapi kayaknya engga punya, dan ga pernah juga yang gitu-gitu
melakukan berbagai bentuk seks pranikah dengan pacarnya, yang memicu informan 1 untuk mencoba melakukan hal yang sama.
Hal tersebut didukung oleh pernyataaan informan siswa ke 1 yang berjenis kelamin laki-laki, yang merupakan teman dekat dari informan ke 1, dia menceritakan bahwa memang benar mereka sering menceritakan hal-hal apa saja yang mereka lakukan bersama pacar saat sedang kumpul bersama. Kegiatan mereka selama berkumpul pun tidak lain seperti merokok, bercerita, hingga menonton video porno. Berbeda dengan informan siswa ke 2 yang merupakan teman dekat dari informan 4, informan ini mengaku bahwa dia tidak pernah melakukan hal apapun yang bersifat negatif dengan pacarnya, dan hanya melakukan percakapan yang aktif dengan pacarnya melalui telephone genggam, seperti pada pernyataan informan kunci berikut ini :
Tabel 4.21 Matriks Pernyataan Informan Siswa Tentang Gaya Berpacaran yang Dilakukan Teman Dekat Informan Kunci
Informan Siswa
Pernyataan
1 Ya kalau itu sih sering kak. Kadang kami lihat bareng, awalnya ada yang ngajak kan terus yang lain juga pada penasaran pengin liat, terus kalau lagi kumpul diluar sekolah engga ada yang melarang merokok, jadi ya sambil merokok lah. Terus juga kadang becanda-becanda sama cerita-cerita pernah ngapain aja sama pacarnya, terus ngeledekin yang belum pernah, aku juga pernah cerita. Ya namanya cowok ya wajar lah kak begitu, kita kan engga pernah gosip kayak anak cewek
4.3.2 Pengaruh Media Massa
4.3.2.1 Jenis Media yang Sering Digunakan
Tabel 4.22 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Jenis Media yang
Sering Digunakan
Informan Pernyataan
1 Lebih sering pakai hp sih, soalnya kan jarang juga nonton tv, dan males aja kalau mesti baca buku/koran. Google, BBM, sama FB. 2
3
4
Pakai hp ka, soalnya kan hp tiap hari kita pegang dan mudah juga ga ribet. Ya paling google, bbm, fb ya sesekali, selebihnya engga punya soalnya memorinya terbatas
Aku lebih suka pakai hp sih, soalnya kan kalau buku juga disini terbatas ya, dan ribet juga carinya. Kalau pakai hp kan lebih mudah, tinggal ketik aja apa yang mau dicari. Google, Youtube, FB, Instagram, BBM
Kalau ada paket ya lebih sering buka lewat hp ka, karna gampang. Tapi kalau engga ya palingan nonton di televisi, kalau dari buku jarang sih paling kalau ada tugas dari sekolah aja. Google sama FB lah palingan
Berdasarkan tabel 4.22 diketahui bahwa seluruh informan kunci dalam penelitian ini mengaku lebih sering menggunakan media sosial untuk mencari suatu informasi, daripada harus membaca buku atau menonton televisi. Jenis media sosial atau aplikasi dalam handphone yang sering digunakan untuk berkomunikasi atau mencari informasi seperti BBM, Google, Yotube, FB, dan Instagram.
4.3.2.2 Intensitas Penggunaan Media yang Dipilih
Tabel 4.23 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Intensitas
Penggunaan Media yang Dipilih
Informan Pernyataan
Tabel 4.23 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
2
3
4
Ya paling buka kalau waktunya lagi senggang aja kak, kan sambil jaga warung juga dirumah. Kalau pas lagi sepi baru pegang hp. Kalau pas dirumah ya kalau kerjaan rumah sudah beres biasanya engga melakukan apa-apa lagi kecuali ibu panggil, jadi ya main hp. Tapi kalau engga ada paketnya ya engga buka hp, palingan koro-koro sendiri dirumah.
Ya kalau lagi ada paket internet saja kak seringnya. Tapi ga tiap jam gitu sih buka hp terus
Berdasarkan tabel 4.23 diatas diketahui bahwa informan ke 1 dan ke 4 memiliki jawaban yang sama yakni apabila handphone miliknya terisi koneksi internet maka baru akan mereka gunakan. Berbeda dengan informan ke 2 dan ke 3 yang memiliki tugas dirumah, mereka akan membuka internet bila waktu nya sudah senggang atau bila tugas dirumah sudah selesai dikerjakan.
4.3.2.3 Manfaat Dari Media yang Digunakan
Tabel 4.24 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Manfaat Dari
Media yang Digunakan
Informan Pernyataan
1 Kalau buat cari informasi ya di Google, kalau yang lain palingan BBM sama FB buat ya ngobrol-ngobrol aja kenalan sama orang baru. Bebas sih, kadang aku atau orang itu yang duluan meminta pertemanan. Kalo liat video biasanya Youtube lah, atau di FB suka ada yang bagi link gitu. mempermudah komunikasi sama temen kan kalo pake SMS mahal ka, mending BBM, kalo FB ya buat main-main aja tapi kadang suka ada info-info yang dibagikan temen sih muncul diberanda, lumayan juga.
Tabel 4.24 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
3
4
mau upload foto-foto aja. Kalau itu aku engga pernah membatasi harus orang yang dikenal aja sih, semua juga aku terima kalau ada yang mengirim permintaan pertemanan. Tapi awalnya aku bikin semua akun itu ya buat hubungan sama kakak ku sih, bukan karena ikut-ikut temen punya FB atau BBM.
Iya lumayan aktif sih, paling sering aku buka FB, kalau buka Google kalau mau cari tau aja. Ada juga yang bukan orang yang aku kenal, misalkan temen ketemu di olimpiade kemarin, kan belum kenal, terus jadi kenalan deh di fb. Tapi ada juga yang aku duluan yang ngajak kenalan, tapi cewek.
Berdasarkan tabel 4.24 diatas menunjukkan bahwa seluruh informan kunci merupakan pengguna aktif Internet seperti penggunaan Google, dengan tujuan untuk mencari informasi terbaru. Selain itu seluruh informan termasuk dalam pengguna aktif sosial media, seperti FB, BBM, dan Instagram, untuk menjalin komunikasi dengan teman atau menambah pertemanan melalui dunia maya, dan untuk melihat video terbaru melalui Youtube.
Tabel 4.24 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
1 Kalau selama ini sih lebih sering dapet informasi dari temen, tapi kalau misalkan ada hal yang belum pernah aku denger atau engga berani aku tanyakan dengan teman ya aku cari sendiri diinternet. Tapi kayaknya aku lebih banyak buat main fb, bbm, sama liat video yang begitu lah daripada buat mencari informasi
2
3
Ya sebenarnya sih dampaknya tergantung bagaimana pemakaian orang itu sendiri ya. Cuma kalau aku engga berani nanya sama temen, ya aku cari tau sendiri di internet. Dan selama ini menurut ku sih masih berdampak positif, karena selain menambah informasi, kita kan juga bisa menambah teman melalui dunia maya
Tabel 4.24 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
3
4
cari info atau apapun ya dari nternet. Jadi kalau ditanya dampak nya mungkin sama aja ya
Itu tergantung sih ka, kalau dia sering buka video porno mungkin jadinya berdampak negatif ya yang dia rasakan, tapi kalau aku selama ini kalau ada paket ya kegiatannya untuk mencari informasi, untuk mempermudah komunikasi juga, juga bisa nambah teman
Menurut seluruh informan kunci penggunaan media sangat bermanfaat bagi seorang remaja, bersifat positif atau negatif tergantung dari pemakaian remaja tersebut. Menurut informan 1 pemakaian media yang dia gunakan selama ini bersifat negatif, sebab informan 1 lebih sering menggunakan media tersebut untuk mengakses video porno, sedangkan peran teman sebaya lebih besar dalam mencari suatu informasi. Berbeda halnya dengan informan ke 3 yang tidak punya banyak waktu berada diluar rumah, sehingga peran media sosial sangat bermanfaat untuknya baik dari segi positif maupun negatif tampak seimbang. Menurut informan ke 2 dan ke 4, media sosial yang mereka gunakan selama ini sangat berdampak positif, mereka lebih cepat dalam mengakses informasi terbaru dan dapat memperluas pertemanan.
4.3.2.4 Dampak Negatif Penggunaan Media yang Digunakan
Tabel 4.25 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Dampak Negatif
Penggunaan Media yang Digunakan
Informan Pernyataan
Tabel 4.25 (Lanjutan)
kayak yang aku bilang tadi, kan kalau ngumpul ya sering juga lah buka video kayak gitu, tapi kan awalnya bukan dari aku dari teman yang ngajak. Tapi lebih sering sih buka sendiri dikamar. Seberapa sering ya, minimal sebulan sekali lah kalau buka sendiri dikamar, kalau sama teman kan pakai hp teman
Iya sering, bahkan ada juga yang sampai ngechat gitu, terus engga kenal ya makanya berani membagikan video porno gitu-gitu. Kalau buka video gitu sama temen sih belum pernah, kalau sendiri pernah lah, paling liatnya dikamar kalau pas sendiri, itu kan juga buat nambah pengetahuan aja. Dibilang sering ya engga juga, dibilang jarang ya engga juga, tapi paling sering ya seminggu itu dua sampai tiga kali lah, soalnya kan takut juga tiba-tiba ketauan ayah atau ibu, tapi untungnya hp ku engga pernah di cek sih
Iya sering, beberapa ada yang membagikan atau menandai video atau foto kayak gitu, tapi langsung aku hapus. Pernah sih liat sekali atau dua kali, tapi ya udah cuma buat tahu aja, habis itu engga pernah buka lagi
didalam kamar hingga tidak mengingat frekuensi menonton/melihat konten tersebut karena seringnya menonton. Seluruh informan mengaku bahwa mereka merasa lebih aman bila menontonnya sendiri, meskipun informan 1 mengaku sering menonton bersama teman-teman. Pernyataan seluruh informan dibenarkan oleh pernyataan dari informan guru, seperti pada pernyataan berikut ini :
Tabel 4.26 Matriks Pernyataan Informan Guru Tentang Dampak Negatif Penggunaan Media yang Digunakan
Informan Tambahan
Pernyataan
Guru
Memang benar, siswa disini pasti lebih sering menggunakan hp, internet, dari tv juga lah, dan itu juga yang berpengaruh pada perilaku seks pranikah. Contohnya saja, disekolah ini sering diadakan razia dadakan, mau ngecek ada video yang disimpen apa engga, dan ya terbukti beberapa ada yang nyimpen, beberapa ada yang lihat dan belom ditutup. Tapi sebenernya pasti lebih banyak ya yang engga ketahuan, karna kan ada tuh sanksi dari sekolah, pasti kerjasama juga mereka sama temennya, namanya saya pernah muda kok. Ya kalo yang begitu sih disita trus orangtua nya yang diminta mengambil. Lain lagi kalau yang kepergok pacaran di lingkungan sekolah, wah kalo itu lebih seru. Kalo yang ringannya disuruh jalan jongkok keliling lapangan, kan malu tuh. Kalo udah berat masalahnya ya pemanggilan orang tua.
siswa. Hal ini disebabkan karena sekolah mempunyai sanksi terhadap siswa/siswi yang ketahuan mengakses media yang berisikan pornografi berupa penyitaan handphone dan orang tua diminta kehadirannya kesekolah unuk mengambilnya. Selain itu diluar razia yang diadakan tiba-tiba oleh pihak sekolah, sering juga ditemukan beberapa pasangan yang sedang berpacaran/bermanjaan di lingkungan sekolah, biasanya siswa tersebut akan langsung mendapat hukuman, dimulai dari yang paling ringan yaitu jalan jongkok sampai hukuman yang paling berat yaitu surat peringatan kepada orangtua.
4.3.3 Peran Program PKPR di Sekolah
4.3.3.1 Tujuan Program PKPR di Sekolah
Tabel 4.27 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Tujuan Program
PKPR di Sekolah
Informan Pernyataan
1 Ya awalnya dipilih sama guru, trus katanya kalo emang gamau yaudah disuruh ngundurin diri, ga dipaksa, tapi ya kalo aku sih ga keberatan kalo masuk PKPR. Tujuannya buat menambah pengetahuan seputar remaja.
2
3
4
Oh kalo aku waktu itu karna ada yang mengundurkan diri, disuruh gantiin deh, terus kebetulan kan temen baik aku ikut PKPR jadi ya aku ikut juga. Kalau setahu aku sih tujuan PKPR itu menambah ilmu tentang kesehatan kak.
Aku waktu itu karna disuruh sama guru, terus ya udah aku liat ini bukan yang negatif kok, kan lumayan juga ya nambah-nambah ilmu.
Waktu itu ada guru yang nanya kak, siaapa yang mau ikut PKPR, terus aku angkat tangan deh. Ya untuk nambah-nambah ilmu.
menambah wawasan/pengetahuan, baik seputar remaja maupun kesehatan. Selain itu berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan, pemilihan anggota PKPR adalah berdasarkan keinginan dari informan kunci tanpa adanya paksaan dari siapapun. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari salah satu petugas Puskesmas yang bertanggung jawab terhadap program PKPR, seperti pada pernyataan berikut ini :
Tabel 4.28 Matriks Pernyataan Informan Petugas Puskesmas Tentang Tujuan dan Sasaran Program PKPR berpengetahuan lagi tentang kesehatan dan mereka bisa menjaga kesehatan diri mereka sendiri, serta untuk membagikan info kesehatan ke teman-teman sebaya mereka. Kalo sasarannya itu untuk SMA sendiri aja, untu kelas 1 dan 2. Tapi untuk tahun ini SMP juga ikut ada program PKPR dan dokter remaja.
Berdasarkan tabel 4.28, diketahui bahwa tujuan program PKPR adalah untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan dan sebagai konselor utnuk teman sebaya. Adapun pemilihan anggota PKPR adalah bukan berdasarkan keputusan sepihak dari pihak sekolah saja, beberapa siswa yang termasuk ke dalam siswa yang tidak disiplin dan disiplin semua di gabung, namun apabila tidak setuju untuk PKPR, boleh mengajukan surat pengunduran diri.
4.3.3.2 Frekuensi Program PKPR yang Dilaksanakan
Tabel 4.29 (Lanjutan)
sudah sejak 2014/2015 lah kira-kira sudah ada. Pelayanannya? Kita mengadakan pelatihan, hmm disitu kayak untuk pertolongan pertama, misalnya terjadi pingsan dilapangan, atau luka, atau jatuh, itu kita ajarkan caranya. Terus juga ada penyuluhan-penyuluhan kayak narkoba, rokok, hmmm seks remaja, habis itu kesehatan reproduksi juga, dan beberapa penyakit-penyakit yang menjadi endemis disini contohnya dbd dan malaria.
Berdasarkan tabel 4.29 mengenai pernyataan informan petugas kesehatan diatas menunjukkan bahwa program PKPR yang sudah ada sejak tahun 2014, sudah banyak melakukan kegiatan pelayanan kesehatan seperti pelatihan saat terjadi kecelakaan dan berbagai materi penyuluhan yang berkaitan dengan kesehatan. Hal ini berbeda dengan jawaban yang diberikan oleh ke 4 informan kunci, sebagai berkut :
Tabel 4.30 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Frekuensi Program
PKPR yang Dilaksanakan
Informan Pernyataan
1 Kalo awalnya kapan kurang tau sih, cuman pas disini ya udah ada lah PKPR. Aku udah dari awal kelas 1 sih ikutnya, ikut sendiri bukan karna dipaksa. Engga ka, jarang-jarang lah, terakhir kapan ya? akhir tahun lalu kayaknya, terus yang pas kakak datang kesini itu ngasih soal, sampe sekarang engga ada lagi tuh. Ya paling
Kalo aku itu ikut nya belom lama kak, karena gantiin yang kemarin itu aja dia mengundurkan diri terus aku masuk deh. Aku sih penyuluhan aja ikutnya, selebihnya belum pernah. Udah jarang kak, ini aja udah 2 bulan engga ada pelatihan atau apa.
Tabel 4.30 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
4 Udah dari kelas 1 kak, ya awalnya ikut karna pengen tau aja sih, kan lumayan infonya. Kalo sering mah engga, paling setahun datengnya beberapa kali aja kak. lebih sering ke penyuluhan dalam kelas sih, kalo praktek gitu-gitu belom pernah, terus ada pemilihan duta-duta juga.
Berdasarkan tabel 4.30 diatas diketahui bahwa informasi/pernyataan yang diberikan oleh informan petugas Puskesmas tidak sesuai dengan informasi praktek dilapangan yang dirasakan oleh ke 4 informan kunci. Diketahui bahwa 3 orang dari informan kunci yang sudah terdaftar dan aktif menjadi anggota PKPR sejak kelas 1 SMA, mengatakan bahwa program PKPR yang diberikan tidak diadakan secara rutin, sehingga ke 4 informan tidak mengetahui jadwal pelatihan yang akan diberikan pihak Puskesmas. Selain itu jenis kegiatan pelayanan yang paling sering dilakukan adalah penyuluhan kesehatan, dan tidak ada jenis pelayanan lainnya. Pernyataan tersebut mendapatkan dukungan dari informan guru, seperti berikut : Tabel 4.31 Matriks Pernyataan Informan Guru Tentang Frekuensi Program
PKPR yang Dilaksanakan PKPR itu sendiri karena kegiatannya saja tidak rutin, tapi pasti ada lah beberapa yang udah berubah semenjak ikut PKPR, contohnya kayak yang kamu lihat itu si informan kunci ke 1. Ya, alangkah lebih bagus nya lagi kalau PKPR ini kegiatannya beragam, tidak hanya berpatok pada penyuluhan didalam kelas saja.
saja. Tentunya hal ini tidak bisa menjadi penilaian apakah program PKPR tersebut sudah berjalan sukses, meskipun diantara anggota PKPR di SMA Negeri 1 sudah ada yang melakukan perubahan setelah menjadi anggota PKPR.
4.3.3.3 Dampak Program PKPR
Tabel 4.32 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Dampak Program PKPR
Ya macem-macem sih kak, kayak dulu kan engga tau damapak dari merokok, yang tau cuma kalo ngerokok itu ya enak jadi bikin ga stres, tapi sekarang karena udah tau ya pelan-pelan lah mengurangi trus biar berenti nanti. Kalau tau ya tau, temen-temen ya tau anak PKPR siapa aja, cuma ga pernah juga jadi temen curhat gara-gara anak PKPR. Engga pernah ada yang nanya juga. Kalo menurut aku sih, lebih bagus kalo kegiatan PKPR nya rutin dan dibuat macem-macem, biar makin banyak yang ikut.
Ya itu lah kak, nambah pengetahuan, macem-macem ada tentang kesehatan, tentang kehamilan, sama yang lain-lain. Ya pernah sih ada yang nanya, kamu belajar ini engga di PKPR, gitu. Ya sebenernya sih udah bagus, cuma kalau disekolah kan kayak guru nya juga engga peduli gitu tentang PKPR ini. Engga ada dukungan dari guru sekolah sini mungkin kak, makanya jarang.
Dampaknya ya nambah apa yang tadinya engga tau, sekarang ya jadi tau. Engga ada yang nanya-nanya kayak konsultasi gitu sih kak, paling cuma nanya belajar apa di PKPR, gitu. Hmm kalo aku bilang sih, mungkin lebih bagus lagi kalo sering ada kegiatan ya biar siswa siswinya juga ga bosen aja gitu.
Ya nambah pengetahuan. Macem-macemlah kak pokoknya. Engga sih engga pernah ada yang cerita-cerita gitu. Ya aku masuk PKPR juga ya buat tambahan ilmu aku aja sih sebenernya. Hmm engga ada sih kak, palingan kalau bisa ya sering aja dateng kesekolah, soalnya udah lama juga kan engga ada pelatihan PKPR lagi.
kesehatan, sekarang menjadi tahu, meskipun peran anggota PKPR sebagai konselor sebaya di sekolah tidak berjalan dengan baik. Diantara ke 4 informan kunci, ada 1 yang mengaku sudah mulai menunjukkan perubahan pola pikir dan sikap setelah mengikuti kegiatan PKPR, yaitu informan ke 1. Seluruh informan kunci berharap bahwa pelaksanaan program PKPR disekolah dapat berjalan secara rutin dengan berbagai kegiatan yang bervariasi, dan diharapkan adanya kerja sama/dukungan antara pihak Sekolah dengan pihak Puskesmas agar program PKPR tersebut dapat berjalan dengan baik dan sukses di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin.
4.4 Perilaku Seks Pranikah
Tabel 4.33 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Frekuensi
Berpacaran dan Alasan Putus Dari Pacar
Informan Pernyataan
1 Pertama kali kelas 1 atau 2 SMP gitu deh kalau engga salah. Sampai sekarang? lebih dari 10 kayaknya. Tapi ini yang terkahir yang paling lama, hampir dua tahun, kalau yang paling cepat biasanya sebulan. Alasan putusnya macam-macam sih, ada yang emang cuma iseng aja, ada juga yang karena bosan dan diselingkuhi 2
3
4
Pertama kali kelas 1 SMP, tapi ya gitu cuma sebentar aja. Udah 5 kali pacaran. Kalau sama yang terakhir emang karena merasa engga cocok lagi aja
Pertama kali kelas 2 kayaknya, dan itu juga sama kakak kelas waktu di SMP. Berapa kali ya? engga banyak sih 3 kayaknya. Sekarang lagi belum mau pacaran dulu aja
Berdasarkan Tabel 4.33 diatas diketahui bahwa seluruh informan kunci dalam penelitian ini pertama kali pacaran sejak duduk di bangku SMP dengan variasi kelas yang berbeda, yaitu kelas 1, 2, dan 3. Sampai sekarang jumlah pacar yang pernah dimiliki mulai dari 3 sampai lebih dari 10 orang. Alasan informan kunci berganti pacar karena perilaku dan sifat dari pacarnya seperti adanya perilaku yang tidak menyenangkan, ketidakcocokan, perselingkungan, dan rasa bosan. Rata-rata lama berpacaran seluruh informan kunci sekitar 5 bulan sampai hampir 2 tahun. Informan kunci ke 1 mengatakan baru beberapa hari yang lalu putus dengan pacarnya, informan ke 1 mengaku bahwa beberapa bulan ini informan ke 1 sering disibukkan dengan kegiatan latihan arung jeram untuk persiapan lomba dan latihan pramuka sehingga sudah jarang bertemu dan berkomunikasi. Informan 1 menduga bahwa sang pacar sudah merasa bosan dengan hubungan mereka yang sudah memasuki hampir 2 tahun, dan ada dugaan bahwa pacarnya dekat dengan orang lain..
Berbeda dengan informan ke 1, informan kunci ke 2 dan ke 4 mengaku sudah lama putus dengan pacarnya. Hal ini disebabkan karena informan merasa pacarnya sudah melewati batas dengan melakukan hal yang tidak menyenangkan, seperti menyentuh alat sensitif miliknya, dan di khawatirkan meminta perbuatan yang lebih dari yang biasa mereka lakukan bersama.
Tabel 4.34 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Perilaku Seks
Pranikah
Informan Pernyataan
Tabel 4.34 (Lanjutan) gesek-gesek sikit lah, gara-gara waktunya pas aja gitu. Kalo kapan mah ya tergantung ka kalo ketemu, kadang dirumah dia kan bapak ibu nya suka pergi trus dia anak terakhir jadi ga ada siapa2 dirumah, kadang dimana kami pacaran yang sepi aja gitu tempatnya. Kalo yang duluan aku sih, tapi dia ga nolak kok. Ya kepengen aja gitu, gak karna dipaksa. Kalo pas ngelakuin ya seneng lah, malah pengen lanjut gitu lah kalo bisa, cuma ga berani juga nanti hamil pula repot urusan. Berapa kali ya, ya kalo ketemu aja lah jadi pengen aja gitu bawaannya.
Hmm pegangan tangan, pelukan, sama cium bibir lah tapi sekilas aja gitu. Itu waktu dia kerumah aku, pas lagi gaada orang kebetulan, kalo lagi rame mana berani kak. Ya dia kak yang duluan tapi itu juga pas udah lebih dari 6 bulan pacaran lah baru berani pegang tangan, ya awalnya kaget juga lah loh kok tiba-tiba begitu tapi ya seneng juga. Kalo ketagihan engga sih, cuman kadang mikir kak ih pengen lah dicium lagi, eh ga boleh mikir gitu, kadang aku jadi ngomong sendiri.
Ini harus banget direkam ya kak? yaudah deh.. apa ya paling pegangan tangan, pelukan, cium bibirlah. Ya pengen sih lanjut gitu, tapi ga berani, ga tau juga gimana mulainya nanti dia malah nolak lagi kan malu aja. Udah lama sih ka, kan terakhir juga pas SMP kelas 3 apa SMA kelas 1 awal-awal masuk ya, pokoknya gitu deh. Ya kalo ngajak sih aku, tapi dia nya juga mau. Ya pengen aja gitu, namanya kita kan naksir sama orang iru, trus kita kan normal juga, jadi ya kepengen ajalah kak yang kayak gitu-gitu. Ya seneng, iya, takut juga iya. Kalo pas pelukan atau cium sih, ya seneng, tapi deg-degan banget karna engga pernah. Engga sih ka, ga ketagihan.
informan ke 1 adalah berpegangan tangan, berpelukan, cium kering, cium basah, meraba bagian sensitif pacarnya seperti payudara, dan petting. Informan ke 1 mengaku merasa belum berani melanjutkan ke tahap selanjutnya, karena merasa takut jika menimbulkan akibat buruk seperti kehamilan. Berbeda dengan informan ke 2 yang mengaku sudah pernah berpegangan tangan, berpelukan,dan cium kering. Informan ke 2 mengatakan bahwa saat terjadi hal tersebut dengan pacarnya, informan ke 2 merasa kaget sebab informan ke 2 tidak pernah melakukannya, namun informan ke 2 merasa senang saat hal itu terjadi.
Pada informan ke 3 diketahui bahwa informan ke 3 sudah pernah melakukan berpegangan tangan, berpelukan, dan cium basah. Informan ke 3 merasa ingin melanjutkan ke tahap selanjutnya, namun tidak tahu bagaimana cara untuk memulai hal tersebut bersama dengan pacarnya. Sedangkan informan ke 4 mengatakan bahwa bentuk perilaku seks pranikah yang sudah pernah dilakukannya adalah berpelukan, cium kering, hingga menyentuh bagian sensitif milikinya, yaitu alat kelamin. Hal tersebut menjadi pengalaman pertama olehnya, sehingga saat terjadi hal tersebut informan ke 4 merasa senang dan deg-degan namun informan ke 4 merasa marah saat pacarnya menyentuh bagian sensitif miliknya.
Tabel 4.35 Matriks Pernyataan Informan Kunci Tentang Dampak dari
Perilaku Seks Pranikah yang Dilakukan
Informan Pernyataan
Tabel 4.35 (Lanjutan)
Informan Pernyataan
1
2
3
4
sendiri lah. Engga sering sih, minimal sekali lah sebulan..
Ya ketagihan banget engga sih ka, tapi kadang jadi pengen aja. Terus dia nya juga pernah ngajak, tapi aku marah lah, baru berapa lama pacaran masa udah begitu. Engga lah kak, nanti takut hamil, ga berani. Iya kalo sekarang kami udah putus ya itu lah kak gara-gara itu putusnya.
Ya paling jadi pengen aja gitu ngelakuin lagi, tapi kalo sekarang mah udah lama engga sih ka. Terakhir pacaran kelas 3 SMP kalo engga salah, sampe sekarang jomblo. Kalau kepengen ya ngelakuin sendiri aja dikamar. Ya ga sering-sering banget lah, paling sering 2 kali seminggu. Lagian katanya kan bagus kak kalo sering dikeluarin, kata buku yang aku baca sih gitu kak.
Engga sih ka, engga ketagihan. Aku aja udah putus sama dia, aku rasa udah engga cocok aja. Lagian aku takut aja, nanti lebih dari itu
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Faktor Internal
5.1.1 Hubungan Dalam Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 dari 4 informan kunci sudah tidak tinggal bersama dengan orang tua kandung informan kunci dan 2 orang informan kunci lainnya masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Pada pekerjaan orang tua diketahui 3 orang informan kunci berasal dari keluarga yang bermata pencaharian sebagai nelayan/penjual ikan, sedangkan 1 orang informan kunci lainnya berasal dari keluarga yang bekerja sebagai petani. Pada hubungan kedekatan dengan orang tua diketahui bahwa 3 orang informan kunci mengaku tidak pernah menceritakan atau berdiskusi hal apapun dengan orang tua, 1 orang informan kunci lainnya mengaku hanya menceritakan tentang hal yang penting saja atau jika ditanya terlebih dahulu oleh orang tuanya. Selain itu hubungan antara ke 4 informan kunci dengan saudara kandungnya tidak tampak terjalin harmonis, hal ini disebabkan oleh kesibukan aktivitas sehari-hari yang dilakukan sehingga kurang terjalin komunikasi yang baik antara informan kunci dengan saudara kandungnya. Sehingga ini menjadi salah satu alasan informan kunci merasa enggan berbagi cerita dengan saudara kandungnya.
informan kunci tidak mendapatkan pendidikan langsung yang seharusnya diberikan oleh orang tua di rumah. Tentunya hal ini mengakibatkan informan kunci mencari tahu/mempelajari segala hal diluar rumah, merasa mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri, merasa enggan untuk bercerita atau berdiskusi dengan orang tua maupun saudara kandung, mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
Kegagalan fungsi keluarga dalam memainkan perannya sebagai tempat awal kehidupan remaja merupakan faktor marak terjadinya perilaku seks pranikah dikalangan remaja. Orang tua yang sibuk, kualitas pengasuhan yang buruk, dan perceraian orang tua dapat menyebabkan remaja mengalami depresi, kebingungan, dan ketidakmantapan emosi yang menghambat mereka untuk tanggap terhadap kebutuhan remaja sehingga remaja dapat dengan mudah terjerumus pada perilaku yang menyimpang seperti seks pranikah. Oleh karena itu peran orang tua sangat dibutuhkan remaja untuk menghindari perilaku seks pranikah (Santrock, 2005).
Menurut Soetjiningsih (2006), bahwa makin baik hubungan orangtua dengan anak remajanya, makin baik perilaku seks pranikah remaja. Remaja yang melakukan bentuk perilaku seks pranikah banyak diantaranya yang berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik, dan perpecahan.
kesehatan reproduksi serta anggapan tabu mengenai membicarakan seks pranikah disebabkan oleh rendahnya pengetahuan orangtua mengenai hal tersebut, sehingga remaja merasa malu dan canggung untuk membicarakan topik yang berhubungan dengan masalah seks pranikah. Sehingga dibutuhkan komunikasi untuk membicarakan masalah seks pranikah (Hurlock, 2004).
5.1.2 Pendidikan Agama Dalam Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 3 orang informan kunci sudah mendapatkan pendidikan agama sejak usia dini, sedangkan 1 informan lainnya mengaku tidak mendapatkan pendidikan agama dari kedua orang tua/ keluarga. Untuk aktivitas ibadah dengan keluarga, 3 orang informan mengaku tidak pernah melaksanakan ibadah bersama dengan keluarga kecuali pada hari-hari besar/hari-hari raya saja, selain itu meski 2 orang informan kunci diantaranya sudah mendapatkan pendidikan agama dari kedua orangtuanya, namun pada pelaksanaannya sehari-hari informan kunci tidak mendapatkan contoh perilaku yang baik dalam beribadah di rumah. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab informan kunci malas untuk melaksanakan ibadah atau tidak melaksanakan ibadah dengan baik ketika berada diluar rumah.
keluarganya sendiri, maka hal itu dapat memicu terjadinya berbagai penyimpangan. Tingkat religiusitas yang rendah dalam diri seseorang akan memberikan pengaruh yang besar terhadap penyimpangan yang dilakukan, contoh nya perilaku seks pranikah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darmasih (2009), yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat pemahaman agama (religiusitas) terhadap perilaku seks pranikah pada remaja SMA di Surakarta. Pemahaman tingkat agama mempunyai pengaruh terhadap perilaku seks pranikah remaja, seseorang yang agamanya baik maka akan memiliki rasa takut untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dan dilarang dalam agamanya.
Selain itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Orosa (2015), yang menyatakan bahwa adanya hubungan pendidikan agama dalam keluarga dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar tahun 2015. Dimana remaja yang taat beragama lebih sedikit melakukan bentuk perilaku seks pranikah dibandingkan dengan remaja yang tidak taat beragama.
5.1.3 Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi
bentuk perilaku seks pranikah, proses terjadinya kehamilan, pengertian dan dampak aborsi, infeksi menular seksual, onani/masturbasi, serta dua dari empat informan kunci masih belum mampu menjelaskan proses pubertas yang dialami oleh lawan jenisnya. Melalui wawancara mendalam diketahui beberapa informan masih belum dapat menjelaskan kembali materi tentang kesehatan reproduksi yang sudah didapatkan pada saat penyuluhan. Hal ini tidak sesuai dengan hasil saat survey pendahuluan, dimana hampir seluruh anggota PKPR mendapatkan nilai yang tinggi pada penilaian pengetahuan kesehatan reproduksi.
Pendidikan kesehatan reproduksi merupakan suatu cara persuasi dan suatu cara paling mudah dan masuk akal sebagai upaya preventif, yaitu usaha merubah sikap individu dengan memasukkan ide, pikiran, pendapat, bahkan fakta baru melalui pesan (Widyaastuti, Sastramihardja & Gandamihardja, 2011). Dalam penelitian ini pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang dimiliki oleh informan kunci mempunyai pengaruh terhadap bentuk perilaku seks pranikah yang dilakukan informan. Dimana seluruh informan kunci sudah melakukan beberapa bentuk seks pranikah namun masih membatasi diri dari bentuk perilaku seks pranikah yang berisiko karena informan kunci telah mengetahui dampak dari bentuk perilaku seks pranikah yang beresiko tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Asna (2011), bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang bemakna dengan bentuk perilaku seks pranikah yang dilakukan. Sebagaimana yang dikemukakan Notoadmodjo (2007) bahwa pengetahuan adalah hasil “tahu”, ini terjadi setelah seseorang melakukan