• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan

prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak

merupakan kelompok rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya secara

umum. Sehingga penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan

ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016).

Program Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu prioritas

Kementerian Kesehatan dan keberhasilan program KIA menjadi salah satu

indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

2005 –2025. Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

tempat di dunia, seorang perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan

kemungkinan bayinya yang baru lahir untuk bertahan hidup sangat kecil.

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia membuat pemerintah

menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas dalam

pembangunan kesehatan (WHO, 2012). Sementara itu, angka kematian ibu dan

bayi merupakan tolak ukur dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa. Oleh

karena itu, pemerintah sangat menekankan untuk menurunkan angka kematian ibu

dan bayi melalui program-program kesehatan (Depkes RI, 2013).

Kematian ibu merupakan hasil dari komplikasi selama kehamilan dan

persalinan. Sebagian komplikasi yang terjadi merupakan komplikasi yang dapat

(2)

sebelum kehamilan namun komplikasi yang terburuk adalah yang terjadi selama

masa kehamilan, khususnya akibat dari perawatan yang tidak baik (WHO, 2015).

Menurut laporan WHO yang telah dipublikasikan pada tahun 2014 Angka

Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai angka 289.000 jiwa. Penurunan AKI di

Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi

228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang

signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI

kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran

hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015

(Kemenkes RI, 2016).

Pada tahun 2014 AKB di Indonesia mencapai 25 per 1.000 kelahiran hidup.

Bila dibandingkan dengan Malaysia, Filipina dan Singapura, angka tersebut lebih

besar dibandingkan dengan angka dari negara – negara tersebut dimana AKB

Malaysia 7 per 1.000 kelahiran hidup, Filipina 24 per 1.000 kelahiran hidup dan

Singapura 2 per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014,

menunjukkan AKI sebesar 206 / 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 26 /

1000 kelahiran hidup. Angka kematian ini mengalami penurunan dibanding pada

tahun 2013 sebesar 268 / 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 22 / 1000

kelahiran hidup (Profil Dinkes Sumut, 2014).

Dalam rangka mengatasi masalah angka kematian ibu dan bayi, WHO

mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood untuk menggambarkan

(3)

(1987) tersebut adalah: 1) keluarga berencana, 2) pelayanan Ante Natal Care

(ANC), 3) Persalinan aman, dan 4) pelayanan obstetric neonatal

esensial/emergensi (WHO, 2014).

Pilar kedua yaitu pelayanan Antenatal care adalah pelayanan yang

diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan untuk memelihara

kehamilannya. Tujuan utama dari ANC adalah untuk mencegah komplikasi dalam

persalinan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani secara benar dan untuk

memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas

sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan

melahirkan bayi yang sehat (Kemenkes RI, 2014).

Pada Prinsipnya pelayanan antenatal yang baik diharapkan dapat

meningkatkan derajat kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya sehingga ibu

dapat melahirkan dengan selamat dan bayi dalam keadaan sehat (WHO, 2008).

Kualitas pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan selama hamil

secara berkala sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan

untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan

kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dengan baik dan melahirkan

bayi sehat (Depkes RI, 1998).

Selain itu, antenatal Care sangatlah penting diketahui oleh ibu hamil

karena dapat membantu mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Keuntungan

yang lain yaitu untuk menjaga agar selalu sehat selama masa kehamilan,

persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau

(4)

yang optimal terhadap kehamilan resiko tinggi serta menurunkan morbiditas dan

mortalitas ibu dan janin (Mufdlilah, 2009).

Dalam pelaksanaannya ANC memiliki 11 standar tindakan yang harus

dilakukan agar asuhan pelayanan antenatal care dapat dikatakan berkualitas, yaitu

1) timbang berat badan, 2) ukur lingkar lengan atas (LiLA), 3) ukur tekanan

darah, 4) ukur tinggi fundus uteri, 5) hitung denyut jantung janin (DJJ), 6)

tentukan presentasi janin, 7) beri imunisasi Tetanus Toxoid, 8) beri tablet tambah

darah (tablet besi), 9) periksa laboratorium, 10) tatalaksana/penanganan kasus,

dan 11) KIE efektif (Kemenkes RI, 2013).

Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan

antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi

waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu),

minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12- 24 minggu), dan minimal

2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu - lahir). Standar waktu

pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil

dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini

komplikasi kehamilan (Kemenkes RI, 2016)

Indikator yang digunakan untuk menggambarkan keberhasilan program

pelayanan kesehatan ibu adalah cakupan pemeriksaan ibu hamil terhadap

pelayanan kesehatan yang diukur dengan K1 dan K4. Penilaian terhadap

pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat

cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah

(5)

dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu

satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah

memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali

sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran ibu

hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut

memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat

kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan

(Kemenkes RI, 2016).

Ketidak patuhan dalam pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak dapat

di ketahui berberbagai komplikasi yang mepengaruhi kehamilan atau komplikasi

hamil dan kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak dapat di deteksi.

Deteksi saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan pengendalian

resiko. Ibu yang tidak teratur dalam memeriksakan kehamilanya dapat berdampak

buruk terhadap kesehatannya seperti infeksi dan berdarahan, walaupun perdarahan

hanya sedikit dan resiko terjadi preeklampsia. Selain itu sangat memperngaruhi

perkembangan dan pertumbuhan janin, dan dapat berakibat buruk pada janin yaitu

dapat terjadi abortus, kematian intrauterine, persalinan prematuritas tinggi, BBLR,

kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan. Dampaknya dari ibu yang

tidak teratur pemeriksaan kehamilan meningkatkan mortalitas dan morbiditas ibu

(Saifudin dkk, 2006).

Menurut Anderson yang dikutip Notoatmodjo (2012), Faktor yang

mempengaruhi perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu hamil antara lain

(6)

predisposisi mencakup ciri-ciri demografi. struktur sosial, sikap, dan keyakinan

serta pandangan individu terhadap pelayanan kesehatan. Karakteristik pendukung

meliputi menunjukkan kemampuan individu untuk menggunakan pelayanan

kesehatan dan karekteristik kebutuhan meliputi kebutuhan seseorang tersebut

terhadap pelayan kesehatan.

Cakupan kunjungan antenatal care ibu hamil di dunia menunjukkan angka

94% untuk K1 dan 72% untuk K4 (World Health Statistic, 2013). Sementara itu

hampir seluruh ibu hamil di Indonesia sudah melakukan pemeriksaan kehamilan

dengan presentase (K1) sekitar 95,75% dan frekuensi minimal 4 kali selama masa

kehamilan adalah 87,48%. Dan cakupan kunjungan ibu hamil di Sumatera Utara

berdasarkan Profil Kesehatan tahun 2015 menunjukkan peningkatan dengan

cakupan K1 sebesar 82,44% dan cakupan K4 sebesar 75,50% dan belum

mencapai target yang ditetapkan (Kemenkes RI, 2016)

Dari data Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2015, cakupan

kunjungan ibu hamil (K1) sebesar 85% dari jumlah Ibu hamil yang ada sebanyak

9.019 orang dan kunjungan ibu hamil (K4) sebesar 78,87% dari jumlah ibu hamil

yang ada sebanyak 7.113 orang, namun angka ini belum mencapai standar

pelayanan minimal bidang kesehatan kabupaten/kota untuk kunjungan ibu hamil

K1100% sebesar dan K4 sebesar 100%.

Menurut Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, Puskesmas adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

(7)

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas Marbau adalah salah satu unit

pelayanan kesehatan terpadu di wilayah Kecamatan Marbau yang melakukan

pelayanan kesehatan dan antenatal. Ibu – ibu hamil yang berada di Kecamatan ini

dapat memanfaatkan puskesmas tersebut untuk memeriksakan kehamilannya

sesuai dengan standar (4 kali).

Puskesmas Marbau terletak diantara pemukiman rumah warga, SMP, kantor

polisi. Lokasi Puskesmas Marbau sangat strategis karena berada di pinggir jalan

raya. Puskesmas Marbau adalah salah satu unit pelayanan kesehatan terpadu di

wilayah Kecamatan Marbau. Puskesmas juga sangat mudah untuk dijangkau

masyarakat. Saat ini Puskesmas Marbau memiliki sarana prasarana kesehatan

yaitu Poskesdes 10, Polindes 1, Posbindu 11, Ambulans 1, Posyandu 50 untuk

membantu menjalankan setiap program yang ada di puskesmas.

Pemanfaatan pelayanan ANC oleh seorang ibu hamil dapat dilihat dari

cakupan pelayanan ANC (K1 dan K4). Berdasarkan data Profil Kesehatan

Puskesmas Marbau tahun 2014, cakupan pelayanan ANC (K1 dan K4) yaitu K1

82,5% dan K4 79,5%. Tahun 2015 cakupan K1 84,2% dan K4 80,52%. Dan tahun

2016 cakupan K1 84,78% dan K4 81,10%. Cakupan ini belum mencapai standar

pelayanan minimal kesehatan kabupaten/ kota. Dan masih ditemukan kasus

kematian ibu dan kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas Marbau.

Berdasarkan data Profil Kesehatan Puskesmas Marbau , jumlah Angka

Kematian Ibu dan Angka Kematian bayi 2012-2016 hal tersebut dapat dilihat pada

(8)

Tabel 1.1 Jumlah Angka Kematian Ibu dan Bayi di Puskesmas Marbau

Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Marbau Tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jumlah Angka Kematian Ibu di

Puskesmas Marbau pada tahun 2016 adalah 1 orang dan jumlah Angka Kematian

Bayi adalah 9 orang. Adapun penyebab kematian ibu dan bayi ini dikarenakan

abortus, pendarahan, kematian janin dalam kandungan, sungsang, BBLR, distosia

bahu, ketuban pecah dini dan asfiksia. Dilihat dari penyebab kematian ibu dan

bayi ini dapat diketahui adanya hubungan pemeriksaan kehamilan ibu yang tidak

memeriksakan kehamilan dan berdampak pada kematian ibu dan kematian bayi.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui

diskusi langsung dengan petugas kesehatan, masih terdapat ibu hamil yang tidak

memeriksakan kehamilannya dengan teratur. Ibu hamil tidak akan memeriksakan

kehamilannya kembali jika tidak dihimbau oleh petugas kesehatan. Sedangkan

wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Marbau dimana peneliti menanyakan berbagai hal terkait pemeriksaan

kehamilan seperti manfaat, jadwal, kepada siapa memeriksakan kehamilan dan

pentingnya pemeriksaan kehamilan. Dan diketahui bahwa beberapa ibu-ibu

melakukan kunjungan kehamilan awal hanya untuk mengetahui apakah ibu benar

hamil atau tidak hamil. Ibu tidak tahu bahwa pemeriksaan kehamilan dilakukan

(9)

sebagai pendeteksi dini segala komplikasi kehamilan dan persalinan yang

mungkin terjadi. Ibu lebih memilih melahirkan di rumah tanpa mengetahui

kondisi dan kemampuan ibu untuk melahirkan normal atau tidak normal.

Pentingnya ibu yang telah memiliki bayi lebih dari satu sering tidak

memeriksakan kehamilannya karena merasa kehamilan pertama baik-baik saja.

Beberapa ibu juga menganggap bahwa menggunakan jasa pelayanan

kesehatan memerlukan biaya besar sehingga mereka lebih memilih dukun bayi

untuk memeriksakan kehamilannya dengan biaya yang lebih terjangkau. Di era

JKN masalah biaya kesehatan bukan lagi masalah bagi masyarakat. Namun ,

untuk di daerah Kecamatan Marbau sebagian besar masyarakat belum mau

menggunakan JKN yang disebabkan oleh pemikiran masyarakat bahwa

penggunaan JKN hanya pada waktu sakit saja, sedangkan untuk sekedar periksa

kehamilan masyarakat merasa rugi karena harus membayar iuran yang wajib

setiap bulannya.

Selain itu dukungan keluarga ibu hamil (suami maupun orangtua) masih

kurang bahkan tidak pernah mengingatkan ibu untuk memeriksakan kehamilan

kecuali ada keluhan. Berdasarkan pengamatan peneliti kurangnya dukungan

petugas kesehatan terutama dalam pemberian informasi tentang pentingnya

pemeriksaan kehamilan dan jumlah kunjungan selama kehamilan.

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan mengenai hubungan

pengetahuan ibu hamil terhadap jumlah kunjungan ANC menunjukkan bahwa

pengetahuan ibu memiliki pengaruh terhadap jumlah kunjungan antenatal care

(10)

(2013), tentang faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan ANC di wilayah

kerja puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2013,

hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 84 ibu, hanya 26 ibu (31 %) yang

memanfaatkan ANC. Dan ditemukan ada hubungan faktor pengetahuan, paritas,

dukungan petugas kesehatan, kepercayaan dan dukungan keluarga/suami dengan

pemanfaatan ANC.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti faktor yang

memengaruhi ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah

kerja puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun

2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh faktor pemudah (pendidikan,

pengetahuan, sikap, paritas, pekerjaan dan pendapatan), faktor pemungkin

(dukungan suami/keluarga dan dukungan petugas kesehatan) dan faktor

kebutuhan (kondisi ibu) terhadap ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan

antenatal care di wilayah kerja puskesmas Marbau Kecamatan Marbau

Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2017?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dilakukan penelititan ini adalah untuk menjelaskan pengaruh

faktor pemudah (pendidikan, pengetahuan, sikap, paritas, pekerjaan dan

pendapatan), faktor pemungkin (dukungan suami/keluarga dan dukungan petugas

(11)

pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja puskesmas Marbau

Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pemudah (pendidikan, pengetahuan,

sikap, paritas, pekerjaan dan pendapatan) terhadap ibu hamil dalam

pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja puskesmas Marbau

Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2017.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor pemungkin (dukungan suami/keluarga

dan dukungan petugas kesehatan) terhadap ibu hamil dalam pemanfaatan

pelayanan antenatal care di wilayah kerja puskesmas Marbau Kecamatan

Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2017.

3. Untuk mengetahui pengaruh faktor kebutuhan (kondisi ibu) terhadap ibu

hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja

puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara

tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Puskesmas Marbau

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Marbau Kecamatan

Marbau mengenai faktor yang memengaruhi ibu hamil dalam pemanfaatan

pelayanan antenatal care, sehingga dapat dilakukan perbaikan dan

(12)

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan tambahan kepustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat

USU dan dapat dijadikan sebagai data informasi bagi institusi pendidikan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan pustaka atau bahan perbandingan untuk penelitian

selanjutnya.

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran ibu hamil

Referensi

Dokumen terkait

APHA (American Public Health Association): Standard Method for The Examination of Water and Wastewater 19th ed., AWWA (American Water Works Association), and WPCF

Dapat disimpulkan bahwa persentase nasabah bank yang memiliki status kredit lancar berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3 adalah pada segmen ke-4 yaitu nasabah yang

Pada metode ini dilakukan pengukuran Revenue per Employee, Human Capital Cost Factor, Human Capital Value Added dan Human Capital Return On Investment dapat ditunjukkan

Abstrak : Tulisan ini mengungkap tentang Pemikiran K. Ahmad Dahlan yang menyatukan dikotomi ilmu pengetahuan, bercorak intelektual, moral dan religius dapat terlihat

Sedangkan untuk pengintegrasian teknologi terendah berada pada level Entry yang terdapat pada karakteristik lingkungan belajar Collaborative , Authentic dan

Kekuatan marah akan menjadi indah apabila pengeluaran marah dan penahannya sesuai dengan tuntutan hikmah dan kekuatan syahwat akan indah dan baik apabila berada dalam perintah akal

Restoran atau Rumah Makan merupakan salah satu usaha di bidang jasa, dimana bisnis ini kini membanjiri pasar, baik dalam jumlah maupun jenis makanan dan minuman serta

Perkawinan outbreeding antara induk lokal dengan pejantan introduksi dari luar populasi (jauh) yang tidak memiliki hubungan kekerabatan akan menghasilkan ternak