• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perbandingan Hukum antara Pengaturan Rumah Susun / Flat Berdasarkan Hukum di Indonesia dengan Pengaturan Rumah Susun / Flat Berdasarkan Hukum di Singapura.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Perbandingan Hukum antara Pengaturan Rumah Susun / Flat Berdasarkan Hukum di Indonesia dengan Pengaturan Rumah Susun / Flat Berdasarkan Hukum di Singapura."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

vi

Yurika Dibba Destari Deiredja 1087038

ABSTRAK

Indonesia dengan wilayahnya yang luas memerlukan penataan ruang yang baik terutama untuk perumahan dan pemukiman. Penggunaan lahan pertanahan yang semakin sempit diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat sehingga pemerintah dan pelaku usaha membangun rumah susun/flat. Berbeda jauh dengan penataan ruang tata kota Singapura yang lebih rapi. Hal tersebut dikarenakan Negara Singapura mengenal konsep kondominium lebih awal. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis melakukan perbandingan hukum. Tujuan perbandingan hukum tersebut ialah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pengaturan rumah susun/flat menurut sistem hukum di Indonesia dengan di Singapura, serta memahami hal-hal yang diatur dalam pengaturan rumah susun/flat menurut sistem hukum di Singapura yang dapat diadaptasi oleh peraturan perundang-undangan tentang rumah susun sesuai dengan ideologi demokrasi Pancasila di Indonesia

Penelitian ini menggunakan metode yuridis-normatif dan perbandingan hukum. Metode yuridis normatif merupakan metode penelitian dengan menganalisis data dan menghubungkan dengan aturan hukum yang berlaku. Metode perbandingan hukum merpakan penelitian dengan membandingkan unsur-unsur sistem hukum di beberapa negara guna mendapatkan alasan sebab terjadinya perbedaan serta mengadaptasi beberapa ketentuan atau unsur sistem hukum yang lebih baik guna diterapkan pada negara yang bersangkutan.

Hasil perbandingan hukum tersebut ditemukan persamaan dan perbedaan dari substansi, struktur hukum dan budaya hukum. Perbedaan yang mendasari klasifikasi substansi ialah pada perbedaan penguasaan tanah oleh Negara Indonesia dan pemilikan tanah oleh raja (pemerintah). Perbedaan tersebut berpengaruh terhadap macam-macam hak atas tanah serta jangka waktu hak atas tanah. Pada klasifikasi struktur di Indonesia terdapat perbedaan yang dapat dilihat dari jumlah struktur hukum di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan di Singapura. Pada klasifikasi budaya hukum terdapat perbedaan yang terlihat pada kesadaran hukum pada kedua Negara Pembanding yang mana kesadaran hukum masyarakat Singapura sangatlah patuh atau taat pada aturan yang dibuat oleh Pemerintah Singapura.

Kata kunci: Perbandingan Hukum, Rumah Susun, Hukum Indonesia, Hukum

(2)

vii ABSTRACT

Indonesia with a vast territory requires good spatial planning, especially for housing and settlement. Land used more narrow accompanied by the rapid population growth so that the government and entrepreneurs build flats. In contrast to the arrangement of urban space neater in Singapore. Because recognize concept of condominium earlier than Indonesian. The purpose of comparative legal study is to determine the similarities and differences in regulation of flats according to the legal system in Indonesia and Singapore, as well as understand the things that are set in the condominium/flats according to the legal system in Singapore that can be adapted by legislation of the flats in accordance with the ideology of democracy based on Pancasila in Indonesia.

This study uses a juridical-normative and comparative law. Normative method is a method of research by analyzing the data and connect with applicable law. Methods of comparative law research is a research by comparing the elements of the legal system in several countries in order to get the reason why the differences and adapt some of the terms or elements of a better legal system to be applied to the concerned country.

The results of comparative law found similarities and differences of substance, legal structure and legal culture. Differences underlying the differences in the classification of the substance is control of land by the State of Indonesia and the ownership of land by the king (government). These differences affect the kinds of land rights and land rights period. From persepctive of legal structure, in Indonesia the amount of legal structure is much more than Singapore. From perspective of legal culture, the difference can be seen from legl awareness of Singaporean is better than legal Indonesian.

(3)

viii

Halaman Judul ... i

Halaman Keaslian Naskah ... ii

Halaman Persetujuan Skripsi ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Halaman Persetujuan Panitia Sidang ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv BAB I PENDAHULUAN ...

A. LATAR BELAKANG ...

B. IDENTIFIKASI MASALAH ...

C. TUJUAN PENELITIAN ...

D. KEGUNAAN ...

E. KERANGKA PEMIKIRAN ...

F. METODE PENELITIAN ...

G. SISTEMATIKA PENULISAN ... 1 1 6 7 7 8 12 16

BAB II TINJAUAN PENGATURAN RUMAH SUSUN

BERDASARKAN SISTEM HUKUM INDONESIA ...

A. PERKEMBANGAN PEMANFAATAN RUANG SECARA

VERTIKAL DI INDONESIA ...

B. PERKEMBANGAN PENGATURAN RUMAH SUSUN ...

C. SUBSTANSI PENGATURAN RUMAH SUSUN

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN

2011 TENTANG RUMAH SUSUN ... 19

20

24

(4)

ix

SISTEM HUKUM SINGAPURA ...

A. PERKEMBANGAN PEMANFAATAN RUANG SECARA

VERTIKAL DI SINGAPURA ...

B. PERKEMBANGAN PENGATURAN FLAT DI SINGAPURA ...

C. SUBSTANSI PENGATURAN FLAT DI SINGAPURA ...

D. SUBSTANSI, STRUKTUR HUKUM, BUDAYA HUKUM

DALAM SISTEM HUKUM PENGATURAN FLAT DI

SINGAPURA ... 72 73 76 82 91

BAB IV PERBANDINGAN ANTARA PENGATURAN RUMAH SUSUN/FLAT BERDASARKAN HUKUM INDONESIA DENGAN PENGATURAN RUMAH SUSUN/FLAT BERDASARKAN HUKUM SINGAPURA ...

A. PERBANDINGAN PENGATURAN RUMAH SUSUN/FLAT

BERDASARKAN KLASIFIKASI SUBSTANSI ...

B. PERBANDINGAN PENGATURAN RUMAH SUSUN/FLAT

BERDASARKAN KLASIFIKASI STRUKTUR HUKUM ...

C. PERBANDINGAN PENGATURAN RUMAH SUSUN/FLAT

BERDASARKAN KLASIFIKASI BUDAYA HUKUM ... 111

112

140

147

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

A. KESIMPULAN...

B. SARAN ... 153

153

155

DAFTAR PUSTAKA ... 156 LAMPIRAN

(5)

x

Tabel 1. Perbandingan UU Rusun Lama dengan UU Rusun Baru ... 35

Tabel 2. Uraian Pokok-Pokok Pengaturan UU Rusun ... 48

Tabel 3. Substansi dalam Land Title (Strata) Act Chapter 158 ... 84

Tabel 4. Substansi Residential Property Act Chapter 274 ... 86

Tabel 5. Substansi Housing and Development Act Chapter 129 ... 90

Tabel 6. Uraian tugas dan fungsi Singapore Land Authority ... 106

Tabel 7. Perbandingan Pengaturan Pertanahan Berdasarkan Klasifikasi Penguasaan Tanah ... 114

Tabel 8. Perbandingan Pengaturan Pertanahan Berdasarkan Klasifikasi Macam-Macam Hak atas Tanah ... 118

Tabel 9. Perbandingan Pengaturan Pertanahan Berdasarkan Klasifikasi Jangka Waktu Kepemilikan Hak atas Tanah ... 122

Tabel 10. Perbandingan Pengaturan Pertanahan Berdasarkan Klasifikasi Subjek Hukum ... 128

Tabel 11. Perbandingan Pengaturan Pertanahan Berdasarkan Klasifikasi Pendaftaran Hak atas Tanah ... 131

Tabel 12. Perbandingan Pengaturan Rumah Susun/Flat Berdasarkan Klasifikasi Hak atas Tanah yang Dapat dibangun Rumah Susun/Flat ... 133

Tabel 13. Perbandingan Pengaturan Rumah Susun/Flat Berdasarkan Klasifikasi Subjek Hukum yang Dapat Memiliki Hak Milik atas Satuan Rumah Susun ... 137

Tabel 14. Perbandingan Pengaturan Rumah Susun/Flat Berdasarkan Klasifikasi Jangka Waktu Kepemilikan Hak atas Rumah Susun/Flat ... 139

Tabel 15. Perbandingan Pengaturan Rumah Susun/Flat Berdasarkan Klasifikasi Struktur Hukum ... 146

(6)

xi

Hasil Wawancara

Land Title Act (Chapter 157) ... 1

Land Titles (Stara) Act (Chapter 158) ... 5

Residential Property Act (Chapter 274) ... 61

(7)

1

A. LATAR BELAKANG

Association of Southeast Asian Nation yang selanjutnya disingkat

dengan ASEAN merupakan sebuah organisasi kawasan Asia Tenggara

yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan

sosial, dan perkembangan budaya di antara anggota dan untuk

mempromosikan perdamaian regional.1 Negara Indonesia dan Negara

Singapura merupakan negara anggota dari ASEAN. Indonesia yang terdiri

dari 17.508 pulau2 dengan jumlah penduduk yang setiap tahun semakin

meningkat sesuai data dari Badan Pusat Statistik jumlah penduduk

Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa.3 Indonesia

merupakan negara terpadat kelima di wilayah ASEAN. Berbeda jauh

dengan Singapura yang terdiri dari 63 pulau4 dengan jumlah penduduk

pada tahun 2013 adalah sebanyak 5.399.200 jiwa5, sehingga Singapura

merupakan negara terpadat penduduknya sewilayah ASEAN.

Luas wilayah negara dan jumlah penduduk yang semakin banyak

berpengaruh terhadap perumahan dan pemukiman. Perumahan dan

1

http://www.asean.org// dilihat pada hari Sabtu, 16 November 2013

2“Geografi Indonesia”, (http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-indonesia/geografi-indonesia) diakses pada hari Rabu, 11 September 2013.

3 http://sp2010.bps.go.id/ diakses pada hari Senin , 30 Juli 2013. 4“Geografi Singapura”

, (http://hedisasrawan.blogspot.com/2012/09/singapura-artikel-lengkap.html) diakses pada hari Sabtu, 16 November 2013.

5

(8)

pemukiman merupakan kebutuhan pokok masyarakat di seluruh dunia.

Berikut kutipan luas wilayah Indonesia.

Indonesia mempunyai luas daratan lebih kurang 190.900.000 ha, seluas 70.800.000 ha atau 37,7% telah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan budidaya, seperti sawah, pertanian lahan kering, perkebunan, budidaya non pertanian (pemukiman, industri, tambang dll) serta penggunaan-penggunaan tanah lainnya (ladang, semak, padang rumput, dll). Seluas 120.200.000 ha atau 62,9% masih berupa hutan (hutan lebat, hutan sejenis, belukar, dll)6

Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa 37,7% luas daratan

Indonesia salah satunya digunakan untuk pemukiman. Meningkatnya

pertumbuhan penduduk mengakibatkan meningkatnya pembangunan

perumahan dan pemukiman di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Hal

ini berdampak pada alokasi penggunaan tanah di Indonesia yang semakin

sempit.

Berbeda jauh dengan penggunaan tanah di Singapura di mana tanah

yang bisa ditanami berjumlah 2% dari luas wilayah Singapura, panen tetap

6%, padang rumput 0%, hutan 5%, dan lainnya 87% (perkiraan 1993)7.

Sesuai dengan data tersebut, nampak bahwa alokasi lahan di Singapura

untuk tujuan agraris sangat sedikt sisanya digunakan untuk tujuan lainnya.

Dengan demikian Negara Singapura mengenal konsep kondominium lebih

awal sebagaimana dikemukakan oleh Mok Yew Fun yang dikutip dalam

jurnal The Concept of Condominium And Its Relevancy To Indonesia:

6

Iwan Isa, Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian, (http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/prosiding/mflp2006/iwan.pdf) diakses pada hari Senin, 18 November 2013.

7

(9)

In the East, Singapore appears to be the forth runner in having this form of, development and most of developments are in the form of high density residential development. For the Singaporeans, condominium is more of a form of living rather than a form of ownership since The Strata Title Act has already allowed other

form of development to have horizontal subdivision8.

Pendapat Mok Yew Fun memang benar, sebagai negara belahan

timur Singapura merupakan negara yang mengenal kondominium lebih

awal dan konsep pembangunan kondominium yang horizontal disesuaikan

dengan wilayah Singapura yang tidak luas. Konsep kondominium

merupakan konsep yang tepat bagi Negara Singapura yang memiliki

wilayah yang tidak luas. Hal ini terlihat dengan penataan ruang Negara

Singapura yang lebih teratur dan rapi dibanding dengan Negara Indonesia.

Negara Singapura membagi kondominium menjadi 2 (dua) jenis

kondominium, yaitu kondominium bagi warga negara Singapura atau

biasa juga disebut dengan flat, dan kondominium yang bersifat privat yang

diperuntukkan bagi warga negara asing atau biasa juga disebut dengan

condominium atau apartement. Dalam penelitian ini digunakan istilah

“flat” sebagai istilah yang dipergunakan bagi rumah susun di Singapura,

karena dalam perundang-undangan di Singapura tidak dikenal istilah

“rumah susun” dan sebagai batasan penelitian Penulis.

Penggunaan tanah di Indonesia diatur dalam konstitusi Negara

Indonesia yaitu dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945

selanjutnya disebut UUD 1945 yang menyatakan bahwa, “Bumi dan air

8

(10)

dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara

dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Berdasarkan amanat pasal tersebut, Negara Indonesia menguasai bumi, air,

dan ruang angkasa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa untuk

membangun masyarakat yang adil dan makmur. Tanah termasuk pada

bagian permukaan bumi. Tanah termasuk pada bagian permukaan bumi.

Guna mewujudkan amanat tersebut, Pemerintah membuat regulasi yang

dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang selanjutnya disebut dengan

UUPA.

Penggunaan alokasi tanah yang semakin sempit mengakibatkan

pelaku usaha membangun rumah susun/flat. Perkembangan bisnis rumah

susun/flat di Indonesia pun sudah terjadi sejak periode pra krisis ekonomi.

Pada periode tersebut, pengembang sangat ekspansif melakukan

pembangunan rumah susun dimana sebagian besar pembiayaan

menggunakan fasilitas perbankan baik dalam rupiah maupun valuta asing9.

Meningkatnya pembangunan rumah susun/flat memberikan perubahan

yang baru bagi perekonomian Indonesia. Menurut Adrian Sutedi:

“Meningkatnya aktivitas pada industri rumah susun atau apartemen

dapat dijadikan petunjuk mulai membaiknya atau bangkitnya kembali kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, kegiatan di bidang rumah susun atau apartemen perlu dicermati secara hati-hati karena dapat memberikan dampak pada dua sisi yang berbeda, yakni dapat menjadi pendorong bagi kegiatan ekonomi dan naiknya berbagai

kegiatan di sektor lain yang terkait.”10

9

(11)

Berdasarkan pendapat di atas, meningkatnya pembangunan rumah

susun/flat dapat menggerakan perekonomian negara dan memperluas

lapangan kerja. Tujuan lain dari pembangunan rumah susun/flat ialah

meningkatkan mutu lingkungan hidup, memberi arah kepada pertumbuhan

wilayah, dapat mengurangi penggunaan tanah, membuat ruang-ruang

terbuka kota menjadi luas, dan peremajaan kota bagi daerah yang kumuh.

Pengaturan rumah susun di Indonesia terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun dan telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

selanjutnya disebut dengan UU Rusun. Pengaturan tersebut merupakan

wujud pemenuhan kebutuhan papan masyarakat yang wajib difasilitasi

oleh negara sesuai dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.

Penerapan ketentuan-ketentuan UU Rusun masih jauh dari maksud

pembuat undang-undang. UU Rusun yang baru dirasakan masih banyak

pengaturan yang harus dibenahi dan yang harus diatur.

Indonesia dengan wilayah yang luas dan terdiri dari beribu-ribu

pulau menghadapi kendala dalam penataan ruang, tata ruang Negara

Indonesia cenderung tidak teratur dan penerapan ketentuan-ketentuan

tentang kepemilikan rumah susun/flat masih jauh dari harapan. Pesatnya

pembangunan rumah susun/flat di Negara Indonesia, diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia terutama kebutuhan

perumahan dan pemukiman dengan tata ruang kota yang tertata rapi

(12)

Sistem hukum Negara Indonesia ialah civil law sedangkan sistem

hukum Negara Singapura adalah common law, meskipun sistem hukum

kedua negara tersebut berbeda akan tetapi tidak menutup kemungkinan

untuk dapat menciptakan suatu ketertiban dan mewujudkan amanat UUD

1945 maka Negara Indonesia dapat mengadopsi ketentuan-ketentuan

tentang rumah susun/flat yang ada pada Negara Singapura, sejauh

konsisten atau tidak bertentangan dengan UUD 1945. Berdasarkan

pemaparan-pemaparan di atas, maka Penulis membuat penelitian yang

berjudul “Studi Perbandingan Hukum Antara Pengaturan Rumah

Susun/Flat Berdasarkan Hukum Di Indonesia dengan Pengaturan Rumah Susun/Flat Berdasarkan Hukum Di Singapura”. Berdasarkan penelusuran yang Penulis lakukan, Penulis belum menemukan adanya

karya tulis atau karya ilmiah lain yang membahas judul tersebut.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian di atas serta berdasarkan metode penelitian ini yang

berupa perbandingan hukum, maka identifikasi masalah dalam penelitian

ini adalah mencari suatu perbedaan dan persamaan dalam pengaturan

rumah susun/flat di Indonesia dengan di Singapura. Hasil dari identifikasi

masalah tersebut akan dianalisis menjadi suatu argumentasi hukum yang

dapat menguatkan atau memberi masukan terhadap sistem hukum

(13)

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persamaan dan

perbedaan pengaturan rumah susun/flat berdasarkan hukum di Indonesia

dengan pengaturan rumah susun/flat berdasarkan hukum di Singapura,

serta memahami hal-hal yang diatur dalam pengaturan rumah susun/flat

berdasarkan hukum di Singapura yang dapat diadaptasi oleh peraturan

perundang-undangan tentang Rumah Susun sesuai dengan ideologi

demokrasi Pancasila di Indonesia.

D. KEGUNAAN

Adapun kegunaan secara teoritis dan praktis pada penelitian ini ialah:

1. Kegunaan secara teoritis, ialah penelitian ini diharapkan memberikan

pemahaman pengetahuan tentang hukum rumah susun/flat yang diatur

dalam peraturan rumah susun/flat berdasarkan hukum di Singapura

bagi perkembangan ilmu hukum di Indonesia terutama yang berkaitan

dengan Kondominium.

2. Kegunaan secara praktis, adalah penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan kepada pembuat undang-undang akan hal-hal

yang diatur dalam peraturan rumah susun/flat berdasarkan hukum di

Singapura yang dapat diadaptasi yang sesuai dengan ideologi

demokrasi Pancasila di Indonesia guna memenuhi kesejahteraan

masyarakat diimbangi dengan penataan ruang tata kota yang lebih

(14)

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat di Indonesia

mengakibatkan peningkatan kebutuhan papan semakin meningkat.

Pembangunan perumahan dan pemukiman yang semakin banyak berakibat

pada alokasi penggunaan tanah yang semakin sempit. Hal-hal tersebut

yang menjadi faktor Pemerintah dan pelaku usaha membangun suatu

rumah susun/flat.

Perkembangan bisnis rumah susun/flat merupakan bukti nyata

bahwa hukum mengikuti perkembangan masyarakat. Sesuai dengan teori

Roscoe Pound, yaitu Law as a tool of social engineering, yang

menyebutkan bahwa hukum adalah sebagai alat pembaharuan bagi

masyarakat yang dijalankan secara berencana dan dapat diperhitungkan.11

Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa hukum juga harus mampu menata

kepentingan-kepentingan yang ada didalam masyarakat seiring dengan

berkembangnya masyarakat tersebut.

Wilayah Indonesia yang luas, pesatnya pembangunan rumah

susun/flat ditunjang dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang

semakin meningkat serta aturan yang belum mampu menaungi

faktor-faktor tersebut menjadi suatu kendala yang dihadapi Indonesia pada saat

ini. Negara Singapura mengenal konsep kondominium lebih awal

dikarenakan wilayah yang tidak luas serta jumlah penduduk yang banyak,

11

Mengenai hal yang pertama kita di sini ingin kemukakan masalah-masalah yang kita hadapi dalam memperkembangkan hukum sebagai suatu alat pembaharuan masyarakat (a tool of social

engineering). Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, Alumni,

(15)

menjadikan Negara Singapura sebagai negara terpadat penduduknya

sewilayah ASEAN. Peruntukkan tata ruang Negara Singapura jauh lebih

rapi dibanding tata ruang Negara Indonesia. Hal tersebut memperlihatkan

perbedaan yang cukup signifikan.

Negara Indonesia dengan sistem hukum civil law dan Negara

Singapura yang memiliki sistem hukum common law, tidak menutup

kemungkinan untuk dilakukannya suatu perbandingan, guna menciptakan

tata ruang kota yang lebih rapi dan teratur. Lawrence M. Friedman

mengatakan sistem hukum terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu12:

1. Struktur, yaitu aparat pemerintah yang terdiri dari eksekutif, yudikatif, dan legislatif. Kemudian juga struktur tersebut juga

merupakan “mesin”.

2. Substansi (substance), yaitu produk perundang-undangan yang dikeluarkan oleh aparat pemerintah, yang meliputi, mulai Tap. MPR, undang-undang, Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Keppres), Instruksi Presiden (Inpres), Keputusan Menteri, dan sampai surat edaran Menteri. Hal ini disebut juga

degan istilah “produk mesin”

3. Budaya hukum (legal culture), yaitu bagaimana persepsi masyarakat terhadap hukum. Hal ini disebut juga dengan istilah

“yang menghidupkan dan mematikan mesin”.

Hukum haruslah bersifat terbuka terutama terhadap unsur-unsur sistem

hukum yang diuraikan Lawrence M. Friedman. Dalam hal ini Pemerintah

Indonesia (struktur) telah membuat regulasi akan rumah susun/flat yang

dituangkan dalam UU Rusun (substansi), akan tetapi penerapan UU Rusun

(budaya) masih jauh dari maksud pembuat undang-undang. Hal tersebut

menjadi suatu kendala yang harus diselesaikan oleh calon penegak hukum.

12

Lawrence M. Friedman, American Law, an Introduction (New York, London, W.W. Norton, second edition, 1998), hlm. 19-22, dalam B.F Sihombing, Evolusi Kebijakan Pertanahan dalam

(16)

Salah satu solusinya adalah melakukan suatu perbandingan hukum.

Melalui perbandingan hukum, hukum dapat memberikan arahan bagi

kebijakan publik terutama dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia.

Guna memberikan arahan bagi kebijakan publik dengan cara

mengadaptasi pengaturan rumah susun/flat berdasarkan sistem hukum

Singapura maka haruslah disesuaikan dengan asas-asas yang terkandung

dalam UUPA. Ketentuan-ketentuan dalam UUPA mengandung asas yang

disesuaikan dengan ideologi Indonesia yaitu demokrasi pancasila serta

sistem hukum Indonesia. Adapun klasifikasi perbandingan dalam

penulisan tugas akhir ini ditinjau berdasarkan unsur sistem hukum dalam

teori Lawrence M. Friedman. Pembagian klasifikasi perbandingan sesuai

tinjauan tersebut ialah sebagai berikut:

1. Substansi Hukum

Klasifikasi perbandingan ditinjau dari substansi, ialah:

a. Hak atas tanah;

b. Subjek Hukum terkait Penetapan status tanah;

c. Pendaftaran hak atas tanah, dan;

d. Hak atas satuan rumah susun.

2. Struktur Hukum

Dalam menegakan substansi rumah susun/flat dibutuhkan suatu

penegak hukum atau subjek hukum. Dalam hal ini Penulis akan

(17)

kewenangan penegak hukum baik di Negara Indonesia maupun

di Negara Singapura.

3. Budaya Hukum

Kriteria berdasarkan budaya hukum ini menjadi batasan

perbandingan yang akan Penulis paparkan dalam bab

selanjutnya. Budaya hukum yang merupakan salah satu unsur

sistem hukum berdasarkan teori Lawrence M. Friedman yang

mana terdapat suatu perbedaan budaya hukum baik di Indonesia

maupun di Singapura terutama budaya hukum dalam

penyelengaraan rumah susun / flat.

Perbandingan hukum tidak hanya meneliti adanya persamaan dan

perbedaan unsur-unsur sistem hukum dua negara atau lebih saja, namun

perbandingan hukum menyelidiki sebab-sebab dan latar belakang dari

persamaan serta perbedaan tersebut.13 Dengan kata lain perbandingan

hukum bukan hanya sebagai metode penelitian tetapi perbandingan hukum

juga dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan. Perbandingan hukum

termasuk pada cabang-cabang ilmu hukum menurut beberapa ahli.14

Berkaitan dengan perbandingan peraturan rumah susun/flat di

Negara Indonesia dengan Negara Singapura, dalam penelitian ini tidak

hanya meneliti persamaan dan perbandingan peraturan rumah susun/flat

13

R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 328. 14

(18)

kedua negara tersebut, dan meneliti ketentuan apa yang dapat diadaptasi

oleh Negara Indonesia sejauh sesuai dengan asas-asas hukum di Indonesia

dan tidak bertentangan dengan UUD 1945, akan tetapi penelitian ini juga

meneliti akan sebab dan latar belakang adanya persamaan dan perbedaan

dalam peraturan rumah susun / flat kedua negara tersebut.

F. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian digunakan suatu cara kerja. Cara kerja merupakan

langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis, menjawab, dan

memecahkan masalah dalam penelitian. Cara kerja dapat dikategorikan

sebagai metode penelitian. Metode penelitian ini menggunakan metode

normatif dan metode perbandingan hukum. Metode

yuridis-normatif merupakan metode penelitian dengan menganalisis data dan

menghubungkan dengan aturan hukum yang berlaku. Metode

perbandingan hukum merupakan penelitian dengan membandingan

unsur-unsur sistem hukum di beberapa negara guna mendapatkan alasan atau

sebab terjadinya perbedaan serta mengadaptasi beberapa ketentuan atau

unsur sistem hukum yang lebih baik guna diterapkan pada negara yang

bersangkutan.

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

(19)

(comparative approach). Adapun uraian pendekatan penelitian ini

ialah sebagai berikut:

Metode pendekatan perundang-undangan (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Hasil telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi. Bagi penelitian untuk kegiatan akademis, peneliti perlu mencari ratio legis dan dasar ontologis lahirnya undang-undang tersebut.15

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan

perundang-undangan (statute approach) ini, dilakukan dengan meneliti

konsistensi dan kesesuaian antara UUD 1945 dengan

perundang-undangan yang berkaitan dengan rumah susun/flat serta antara

regulasi dengan peraturan perundang-undangan yang terkait tentang

rumah susun/flat.

Pendekatan perbandingan (comparative approach) dilakukan dengan

membandingkan undang-undang satu negara dengan undang-undang

dari satu atau lebih negara lain mengenai hal yang sama.16 Penelitian

ini menggunakan pendekatan perbandingan (comparative approach)

ini, dilakukan dengan cara membandingkan aturan rumah susun / flat

menurut sistem hukum di Indonesia dengan peraturan rumah susun /

flat menurut sistem hukum di Singapura, meskipun kedua sistem

hukum pada negara-negara tersebut berbeda. Hal tersebut

diperbolehkan dalam buku Peter Mahmud Marzuki yang menyatakan

bahwa, “Perbandingan juga dapat dilakukan diantara negara-negara

15Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2009, hlm. 93. 16

(20)

dengan sistem hukum yang berbeda tetapi mempunyai tingkat

perkembangan ekonomi yang hampir sama.”17

Metode perbandingan

hukum mungkin diterapkan dengan memakai unsur-unsur sistem

hukum sebagai titik tolak perbandingan.18 Titik tolak perbandingan

dalam penelitian ini adalah substansi hukum yang mencakup

perangkat kaidah atau perilaku teratur antara Negara Indonesia dengan

Negara Singapura.

2. Data yang digunakan menggunakan data sekunder, yang terdiri dari:

a) Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas.19 Bahan hukum primer

berupa perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan

hakim. Bahan hukum Primer dalam penelitian ini mencakup

peraturan perundang-undang antara lain, UUD 1945 Pasal 33 ayat

(3) dan Pasal 28 H ayat (1), UUPA, UU Rusun, dan

ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan peraturan rumah susun menurut

sistem hukum di Singapura.

b) Bahan hukum sekunder, berupa semua publikasi tentang hukum

yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.20 Bahan

hukum sekunder dalam penelitian ini meliputi buku-buku teks

mengenai hukum rumah susun di Indonesia dan peraturan rumah

17

Ibid, hlm. 136. 18

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers , Jakarta, 2010, hlm. 98. 19

Peter Mahmud Marzuki, Op.cit., hlm. 141. 20

(21)

susun menurut sistem hukum di Singapura, kamus-kamus hukum,

makalah-makalah dan jurnal-jurnal mengenai hukum rumah susun

menurut sistem hukum di Indonesia dan pengaturan rumah susun

menurut sistem hukum di Singapura.

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang

memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan

sekunder atau dikenal pula dengan bahan acuan atau rujukan

bidang hukum.

3. Langkah-langkah Penelitian

Langkah penelitian dilakukan melalui studi kepustakaan. Studi

kepustakaan merujuk pada suatu cara memperoleh data yang

diperlukan, dengan menelusuri dan menganalisis bahan pustaka dan

dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan. Dalam

penelitian ini ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a) Penelitian yang berupa inventarisasi peraturan

perundang-undangan mengenai atau yang berkaitan dengan isu, baik yang

berupa legislation maupun regulation bahkan juga delegated

legislation dan delegated regulation21.

b) Penelitian yang berupa mengumpulkan ketentuan

perundang-undangan ataupun putusan-putusan pengadilan negara lain

mengenai isu hukum yang hendak dipecahkan.22

21

(22)

4. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu menggambarkan

perbandingan antara pengaturan rumah susun / flat menurut sistem

hukum di Indonesia dengan pengaturan rumah susun / flat menurut

sistem hukum di Singapura.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika Penulisan skripsi atau tugas akhir dalam penelitian ini ialah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, Penulis menguraikan akan latar belakang penelitian,

identifikasi, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka penelitian,

metode penelitian, dan sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PENGATURAN RUMAH SUSUN

BERDASARKAN HUKUM INDONESIA

Pada bab II ini Penulis menguraikan tentang perkembangan pemanfaatan

ruang secara vertikal di Indonesia, perkembangan pengaturan rumah susun

yang terdiri dari 3 (tiga) sub bagian yaitu sejarah pengaturan rumah susun,

perubahan substansi pengaturan UU Rusun lama dengan UU Rusun baru

serta perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan rumah

(23)

substansi, struktur hukum dan budaya hukum dalam sistem hukum

pengaturan rumah susun di Indonesia.

BAB III TINJAUAN PENGATURAN FLAT BERDASARKAN

HUKUM SINGAPURA

Pada bab III ini Penulis menguraikan tentang perkembangan pemanfaatan

ruang secara vertikal di Singapura, perkembangan pengaturan flat di

Singapura yang akan diuraikan lebih lanjut mengenai perkembangan

hukum pertanahan di Singapura dan peraturan terkait dengan

penyelenggaraan flat di Singapura, substansi pengaturan rumah susun

dalam pengaturan di Singapura, serta substansi, struktur hukum, dan

budaya hukum dalam sistem hukum pengaturan flat di Singapura.

BAB VI PERBANDINGAN HUKUM ANTARA

PENGATURAN RUMAH SUSUN/FLAT

BERDASARKAN HUKUM INDONESIA DENGAN

PENGATURAN RUMAH SUSUN/FLAT

BERDASARKAN HUKUM SINGAPURA

Pada bagian ini Penulis menguraikan perbandingan pengaturan rumah

susun ditinjau dari subtansi, struktur hukum dan budaya hukum yang

dibagi dalam batasan-batasan sesuai dengan macam-macam tinjauan

(24)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Di bagian akhir ini Penulis memaparkan kesimpulan berdasarkan

uraian-uraian pada bagian sebelumnya serta memaparkan saran yang sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Penulis guna mewujudkan

pemenuhan hak-hak konstitusional masyarakat Indonesia disesuaikan

(25)

153

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa Penulis pada BAB IV terdapat persamaan dan

perbedaan antara pengaturan rumah susun/flat berdasarkan sistem hukum

Indonesia dengan pengaturan rumah susun/flat berdasarkan sistem hukum

Singapura. Adapun kesimpulan perbedaan dan persamaan pengaturan

rumah susun/flat tersebut, yaitu:

1. Substansi

Perbedaan yang mendasari klasifikasi substansi ialah pada

perbedaan penguasaan tanah oleh Negara Indonesia dan pemilikan

tanah oleh raja (pemerintah). Perbedaan tersebut berpengaruh

terhadap macam-macam hak atas tanah serta jangka waktu hak atas

tanah. Selain itu perbedaan yang terlihat jelas ialah pada perbedaan

sistem pendaftaran tanah di Negara Indonesia dengan di Negara

Singapura. Perbedaan terakhir dalam klasifikasi substansi terlihat

pada hak atas rumah susun/flat di Negara Indonesia dan Negara

Singapura.

Sedangkan Persamaan dalam klasifikasi substansi terdapat pada

subjek hukum kepemilikan atas tanah dan subjek hukum

(26)

hak atas tanah dan hak atas satuan rumah susun/flat, baik di Negara

Indonesia maupun di Negara Singapura membatasi kepemilikan

kedua hak tersebut oleh warga negara asing. Hal ini bertujuan

untuk melindungi wilayahnya dari kepemilikan orang asing.

2. Struktur Hukum

Pada klasifikasi struktur terdapat perbedaan dari kedua Negara

Pembanding. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari jumlah struktur

hukum di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan di Singapura.

Meskipun struktur terbanyak dibentuk oleh Pemerintah Indonesia

guna memenuhi kebutuhan masyarakat serta perkembangan hukum

di Indonesia, akan tetapi peran HDB di Singapura juga dapat

dikatakan aktif. Hal ini dapat dilihat dari proses penyeleksian

warga negara Singapura untuk mendapatkan flat. Selain itu

PPPSRS sebagai pengelola tanah, benda dan bagian bersama dalam

rumah susun/flat di Indonesia dibentuk berdasarkan sifat

masyarakat Indonesia yang gotong royong sehingga menjadi ciri

khas dalam struktur hukum pengaturan rumah susun/flat di

Indonesia. Hal tersebut patut untuk dipertahankan, mengingat

pengelolaan gedung rumah susun/flat haruslah dikelola oleh

(27)

3. Budaya hukum

Dalam klasifikasi budaya hukum terdapat perbedaan antara

pengaturan rumah susun/flat berdasarkan sistem hukum Indonesia

dengan pengaturan rumah susun/flat berdasarkan sistem hukum

Singapura. Perbedaan tersebut terlihat pada kesadaran hukum pada

kedua Negara Pembanding yang mana kesadaran hukum

masyarakat Singapura sangatlah patuh atau taat pada aturan yang

dibuat oleh Pemerintah Singapura.

B. SARAN

Berdasarkan hasil analisa atau penelitian Penulis terhadap pengaturan

rumah susun/flat baik berdasarkan sistem hukum Indonesia maupun

berdasarkan sistem hukum Singapura terdapat hal-hal yang dapat

dipertahankan oleh Pemerintah Indonesia dan hal-hal yang dapat dicontoh

oleh Pemerintah Indonesia terkait dengan pengaturan rumah susun/flat di

Singapura. Adapun hal-hal tersebut ialah sebagai berikut:

1. Hal-hal yang dapat dipertahankan oleh Pemerintah Indonesia ialah

perihal penguasaan tanah di Negara Indonesia yang yang

berpengaruh pada kebebasan penggunaan tanah di seluruh wilayah

Indonesia oleh warga negara Indonesia yang juga dibatasi oleh

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Kebebasan penggunaan tanah tersebut salah satunya dapat

(28)

unit satuan rumah susun/flat. Hal lain yang patut dipertahankan

oleh Pemerintah Indonesia ialah PPPSRS sebagai bagian dari

struktur hukum penyelenggaraan rumah susun/flat di Indonesia dan

ciri khas masyarakat Indonesia dalam budaya hukum Indonesia.

2. Hal-hal yang dapat dicontoh oleh Pemerintah Indonesia terhadap

pengaturan rumah susun/flat berdasarkan sistem hukum Singapura

ialah dalam hal jangka waktu dan proses kepemilikan rumah

susun/flat oleh warga negara asing. Dalam hal jangka waktu,

Pemerintah Indonesia diharapkan dapat memberikan jangka waktu

kepemilikan rumah susun/flat yang dibangun di atas tanah hak

guna bangunan dengan penambahan jangka waktu yang cukup

lama. Dalam penambahan jangka waktu tersebut, Pemerintah

Indonesia juga diharapkan dapat melakukan penyeleksian kepada

warga negara asing yang ingin memiliki rumah susun/flat.

Penyeleksian tersebut dapat berdasarkan pertimbangan seberapa

besar warga negara asing tersebut dapat menambah pemasukan

keuangan negara dari investasinya. Dengan diberikan penambahan

jangka waktu dan penyeleksian warga negara asing, diharapkan

dapat membantu perekonomian Negara Indonesia. Selain itu hal

yang dapat dicontoh oleh Pemerintah Indonesia ialah peningkatan

peran aktif Pemerintah Indonesia dalam penyelenggaraan rumah

(29)

1 BUKU

Adrian Sutedi, 2010, Hukum Rumah Susun & Apartemen, Sinar Grafika, Jakarta

Adrian Sutedi, 2012, Sertifikat Hak Atas Tanah, Sinar Grafika, Jakarta

Bambang Sunggono, 2010, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta

B.F Sihombing, 2004, Evolusi Kebijakan Pertanahan dalam Hukum Tanah

Indonesia, Gunung Agung, Jakarta

Djuhaendah Hasan, 1996, Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda

Lainnya yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas

Pemisahan Horisontal, Aditya Bakti, Bandung

Iman Sudyat, 1981, Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty, Yogyakarta

Komar Andasasmita, 1983, Hukum Flat, Ikatan Notaris Indonesia, Jawa Barat

Mochtar Kusumaatmadja, 2006, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan,

Alumni, Bandung

Parlindungan, 2008, Komentar atas Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar

Maju, Bandung

Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta

Philip Moha, 1980, Singapore Real Property Guide, Quins, Singapura

R. Soeroso, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta

Satjipto Rahardjo, 2010, Penegakan Hukum Progresif, Kompas, Jakarta

(30)

Yesmil Anwar & Adang, 2008, Pembaharuan Hukum Pidana: Reformasi Hukum,

Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna

Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah

SINGAPURA Land Title Act 1993

Land Title (Strata) Act Chapter 158

Registration of Deeds Act Chapter 269.

Singapore Land Authority Act Chapter 301

Residential Property Act Chapter 274

(31)

KAMUS

Kamus Besar Bahasa Indonesia

WEBSITE

http: //www.asean.org//

http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-indonesia/geografi-indonesia

http://sp2010.bps.go.id/

http://hedisasrawan.blogspot.com/2012/09/singapura-artikel-lengkap.html

http://www.singstat.gov.sg/statistics/latest_data.html#14

(http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/prosiding/mflp2006/iwan.pdf

id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Singapura

propertinesa.blogspot.com/2013/02/pengertian-kondotel-condotel-condominium.html?m=1

http://kemenpera.go.id/?op=sempera

http://www.bpn.go.id/Tentang-Kami/Sekilas

http://hedisasrawan.blogspot.com/2012/09/singapura-artikel-lengkap.html

http://www.emporis.com/en/wm/ci/bu/sk/?id=100422

http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Singapura

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_bangunan_tinggi_di_Singapura

http://www.scribd.com/doc/95131429/SEJARAH-NEGARA-SINGAPURA

http://statutes.agc.gov.sg/

(32)

http://www.mlaw.gov.sg/content/minlaw/en/our-work/land-policy-administration.html

http://www.bnp2tki.go.id/organisasi-mainmenu-176/kerjasama-ln-dan-promosi-mainmenu-198/92-tips-melamar/177-singapura.html

http://m.kompasiana.com/post/read/248810/1/singapura-negara-yg-taat-hukum-dan-solidaritas-masyarakatnya-tinggi.html

https://www.facebook.com/bdgjuara/posts/10202456197718068

http://www.ciputraentrepreneurship.com/berita-properti/pemerintah-ambil-tindakan-terkait-pelanggaran-uu-rusun

http://forum.viva.co.id/fasilitas-dan-pelayanan-publik/770094-dugaan-pelanggaran-ham-dan-hukum-di-rumah-susun-apartemen.html

http://properti.kompas.com/read/2013/03/31/19203178/UU.Rusun.Masih.Memble

LAIN-LAIN

Ir. Dedy Permadi, CES., Implementasi Pemanfaatan Ruang dalam Mempercepat

Rencana Pembangunan Struktur dan Pola Ruang Daerah, disampaikan pada

seminar yang dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Penataan Ruang Kementerian

Pekerjaan Umum di Semarang, tanggal 12 Desember 2013

Anna Yulianti, Bahan Kuliah Hukum Kondominium & Real Estate, Fakultas

Referensi

Dokumen terkait

Kedua , perlindungan hukum bagi konsumen rumah susun komersial yang dirugikan akibat adanya wanprestasi yang dilakukan oleh pengembang berdasarkan PPJB yaitu adanya

Pengaturan Tindak Pidana Maisir (Perjudian) Menurut Qanun Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat dan Menurut Hukum Positif

Sedangkan perlindungan hukum terhadap pembeli sebagai konsumen dalam perjanjian pengikatan jual beli rumah susun berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang

Akibat hukum kepemilikan satuan rumah susun oleh WNA dapat disimpulkan bahwa terhadap hak milik satuan rumah susun bagi orang asing akibat hukumnya bahwa status Hak milik

• Setelah lulus mata kuliah Perbandingan Hukum Adat ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk melakukan studi perbandingan untuk menemukan persamaan dan atau perbedaan di antara

Setelah lulus mata kuliah Perbandingan Hukum Perdata ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk melakukan studi perbandingan untuk menemukan persamaan dan atau perbedaan

"Perlindungan Hukum bagi Pengguna Internet terhadap Konten Web Umpan Klik di Media Online", Jurnal Penelitian Hukum De Jure,

PEMBAHASAN Kepastian Hukum Terhadap Status Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun Oleh Orang Asing Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 Menurut Pasal 35 UUPA, Hak Guna