• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Laju Makan dan Besarnya Suapan Terhadap Rasa Kenyang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Laju Makan dan Besarnya Suapan Terhadap Rasa Kenyang."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH LAJU MAKAN DAN BESARNYA SUAPAN TERHADAP RASA KENYANG

Regine Rosaline Sinarya, 0910158

Pembimbing : 1. Ellya Rossa Delima, dr., MKes.

2. Dr. Iwan Budiman, dr., MS, MM, MKes, AIF.

Latar belakang Gaya makan berupa suapan besar, laju makan cepat, dan waktu antara makan yang singkat berkaitan dengan peningkatan prevalensi populasi obesitas. Modifikasi gaya makan tersebut penting sebagai penatalaksanaan obesitas.

Tujuan Untuk mengetahui apakah dengan porsi yang sama dimakan dalam sesi 30 menit dibandingkan sesi 5 menit memberikan rasa lebih kenyang dan bertahan sampai 1 jam kemudian.

Metode Penelitian bersifat eksperimental sungguhan terhadap 30 subjek penelitian yang mengikuti 2 sesi makan berbeda, yaitu sesi makan 300cc es krim selama 5 dan 30 menit. Rasa kenyang sebelum makan (menit ke-0), menit ke-5, menit ke-30, dan 1 jam setelah makan (menit ke-60) diukur dengan visual analogue scale (VAS) untuk rasa kenyang. Analisis data menggunakan uji t berpasangan dengan α=0.05 dan uji anava.

Hasil VAS kenyang sebelum sesi 5 dan 30 menit berbeda tidak nyata (p>0.05), VAS kenyang setelah makan porsi yang sama sesi 30 menit (6.90) secara empiris cenderung lebih kenyang dari sesi 5 menit (6.40), namun secara signifikan tidak nyata berbeda (p>0.05), VAS kenyang 1 jam setelah sesi makan 30 menit lebih kenyang dari sesi 5 menit (p<0.01). Hasil uji anava dengan LSD pada sesi makan 30 menit, skor VAS kenyang meningkat dari menit ke-0 sampai menit ke-30 (p<0.01), lalu bertahan sampai menit-ke 60 (p>0.05). Sedangkan, pada sesi makan 5 menit didapatkan skor VAS kenyang meningkat dari menit ke-0 sampai menit ke-5 (p<0.01), bertahan sampai menit ke-30 (p>0.05), lalu menurun di menit ke-60 (p<0.01).

Kesimpulan Secara empiris, sesi makan 30 menit cenderung lebih kenyang dari 5 menit, namun secara signifikan tidak ada perbedaan rasa kenyang setelah makan porsi yang sama pada kedua sesi. Satu jam kemudian, rasa kenyang setelah sesi makan 30 menit tetap bertahan dibanding sesi makan 5 menit.

(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EATING RATE ANH MOUTHFUL SIZE ON

SATIATION

Regine Rosaline Sinarya, 0910158

Tutor : 1. Ellya Rossa Delima, dr., MKes.

2. Dr. Iwan Budiman, dr., MS, MM, MKes, AIF.

Background Eating fast, in large mouthful ani short time between-meal have been provei relatei to the enhancement of obese population. Moiification of those eating style is a promising treatment of obesity.

Objective Toietermine whether eating the same meal over 30 minutes insteai of 5 minutes leai to higher satiety ani last longer until 1 hour later.

Hesign True experimental iesign. 30 male aiult participatei in two iifferent sessions, either 5 or 30-min. Feeling of fullness before meal (0), 5, min-30, ani 1-hour after meal (min-60) were measurei by visual analogue scale for fullness. Analysis of iata usei a pairei t test with α = 0.05 ani anova test.

Result VAS fullness score before meal is the same for both 5-min ani 30-min sessions (p>0.05), there’s a treni for higher VAS fullness score after the eni of 30-min session (6.90) comparei with 5-min (6.40), but there’re no iifferences significantly (p>0.05). VAS fullness score for 1-hour after meal is higher in 30-min than 5-30-min (p<0.01). Anova test with LSD in 30-30-min session resultei that VAS fullness score increasei from 0 to 30 (p<0.01) ani lastei until min-60 (p>0.05). Meanwhile, in 5-min session, VAS fullness score increasei from min-0 to min-5 (p<0.01), lastei until min-30 (p>0.05), then iecreasei in min-60 (p<0.01).

Conclusion Empirically, there’s a treni for higher satiety after 30-min meal comparei with 5-min, but significantly there’s no iifference in satiety after eating the same meal for both sessions. One hour later, eating over 30-minu insteai of

5-min leai to higher satiety that last longer.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………...…...……….. i

LEMBAR PERSETUJUAN………...……….... ii

SURAT PERNYATAAN………...……… iii

ABSTRAK……….………. iv

ABSTRACT………..………..……….. v

KATA PENGANTAR………....… vi

DAFTAR ISI………...… viii

DAFTAR TABEL………..………….… xi

DAFTAR GAMBAR………..……… xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………..……… 1

1.2Identifikasi Masalah……….. 1

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian……….. 2

1.4Manfaat Penelitian………..……….. 2

1.4.1 Manfaat Akademis……… 2

1.4.2 Manfaat Praktis………. 2

1.5Kerangka Pemikiran……….. 2

1.6Hipotesis………... 4

1.7Metodologi……… 4

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian……… 4

1.8.1 Lokasi Penelitian………... 4

1.8.2 Waktu Penelitian………... 4

(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Saluran Pencernaan……… 6

2.2 Karbohidrat………... 10

2.2.1 Pencernaan Karbohidrat………...…. 11

2.2.2 Penyerapan Karbohidrat……… 11

2.3 Fisiologi Pengaturan Asupan Makanan……… 13

2.3.1 Hipolamus sebagai Pusat Saraf yang Mengatur Asupan Makanan... 13

2.3.2 Neuron dan Neurotransmitter di Hipotalamus yang Berperan dalam Perilaku Makan...………. 17

2.3.3 Faktor yang Mengatur Jumlah Asupan Makanan………. 18

2.3.4 Psikososial dan Pengaruh Lingkungan………. 20

2.4 Hormon Pencernaan……….. 21

2.4.1 Hormon Anorexigenic………... 21

2.4.2 Hormon Orexigenic………... 23

2.5 Obesitas………. 23

2.5.1 Perilaku Makan yang Tidak Baik sebagai Penyebab Obesitas……. 23

2.5.2 Faktor Lain Penyebab Obesitas………. 25

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat, Bahan dan Subjek Penelitian……… 26

3.1.1 Alat Penelitian………... 26

3.1.2 Bahan Penelitian……… 26

3.1.3 Subjek Penelitian………... 26

3.1.4 Ukuran Sampel……….. 26

3.2 Metode Penelitian………. 27

3.2.1 Desain Penelitian………... 27

3.2.2 Analisis Data………. 27

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………... 27

3.3.1 Variabel Penelitian……… 27

(5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan……….. 29

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian………. 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………... 39

5.2 Saran………. 39

DAFTAR PUSTAKA………. 41

LAMPIRAN……… 43

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Tahap Rencana Kegiatan……… 5

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian……….. 29

Tabel 4.2 Paired Sample Statistic VAS Kenyang Menit 0 Makan 30 Menit dan 5 Menit... 29

Tabel 4.3 Paired Samples Test VAS Kenyang Menit 0 Makan 30 Menit dan 5 Menit... 30

Tabel 4.4 Paired Sample Statistic VAS Kenyang Menit 30 Makan 30 Menit dan Menit 5 Makan 5 Menit... 30

Tabel 4.5 Paired Samples Test VAS Kenyang Menit 30 Makan 30 Menit dan Menit 5 Makan 5 Menit... 31

Tabel 4.6 Paired Sample Statistic VAS Kenyang Menit 60 Makan 30 Menit dan 5 Menit... 32

Tabel 4.7 Paired Samples Test VAS Kenyang Menit 60 Makan 30 Menit dan 5 Menit... 32

Tabel 4.8 Descriptives Sesi Makan 30 Menit... 33

Tabel 4.9 Test Homogencity of Variances Sesi Makan 30 Menit... 33

Tabel 4.10 Anova Sesi Makan 30 Menit... 33

Tabel 4.11 Multiple Comparisons Sesi Makan 30 Menit... 34

Tabel 4.12 Descriptives Sesi Makan 30 Menit... 35

Tabel 4.13 Test Homogencity of Variances Sesi Makan 30 Menit... 35

Tabel 4.14 Anova Sesi Makan 30 Menit... 35

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Saluran pencernaan………... 6

Gambar 2.2 Penyerapan karbohidrat …………...……….... 12

(8)
(9)

Paired Samples Statistics Sesi 30 Menit & Skor Kenyang 0 menit Sesi 5 Menit

30 .581 .001

(10)

Descriptives

Skor Kenyang Sesi 30 Menit

N Mean

Test of Homogeneity of Variances

Skor Kenyang Sesi 30 Menit Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.659 3 116 .579

ANOVA

Skor Kenyang Sesi 30 Menit

(11)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Skor Kenyang Sesi 30 Menit LSD

(I) Perlakuan (J) Perlakuan

Mean

* The mean difference is significant at the .05 level.

Descriptives

Skor Kenyang Sesi 5 Menit

(12)

Test of Homogeneity of Variances

Skor Kenyang Sesi 5 Menit Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2.341 3 116 .077

ANOVA

Skor Kenyang Sesi 5 Menit

Dependent Variable: Skor Kenyang Sesi 5 Menit LSD

(I)

Perlakuan (J) Perlakuan

Mean

Skor Kenyang Menit 60

-2.13(*) .399 .000 -2.92 -1.34

Skor Kenyang Menit 60

1.30(*) .399 .001 .51 2.09

Skor Kenyang Menit 60

.77 .399 .057 -.02 1.56

Skor Kenyang Menit 30

-.77 .399 .057 -1.56 .02

(13)

LAMPIRAN 2

VISUAL ANALOGUE SCALE (VAS) UNTUK RASA KENYANG

Nama OP: No. OP : Umur:

I. Sesi makan 30 menit

Rasa kenyang

1. Menit ke-0 (sebelum sesi)

lapar kenyang

2. Menit ke-5

lapar kenyang

3. Menit ke-30 (akhir sesi)

lapar kenyang

4. Menit ke-60

lapar kenyang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(14)

VISUAL ANALOGUE SCALE (VAS) UNTUK RASA KENYANG

Nama OP: No. OP : Umur:

II. Sesi makan 5 menit

Rasa kenyang

1. Menit ke-0 (sebelum sesi)

lapar kenyang

2. Menit ke-5 (akhir sesi)

lapar kenyang

3. Menit ke-30

lapar kenyang

4. Menit ke-60

lapar kenyang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(15)
(16)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Regine Rosaline Sinarya

Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 23 April 1992

Alamat : Jalan Surya Sumantri 48 Bandung

Email : ree_rhe@hotmail.com

Riwayat Pendidikan :

1997 : TK Putra Nirmala, Cirebon

2003 : SD Santa Maria, Cirebon

2006 : SMP Santa Maria, Cirebon

2009 : SMA Santa Angela, Bandung

2009 : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,

(17)

1

BABBIB

PENDAHULUANB

B

B

1.1 LatarBBelakangB

B

Di zaman modern, ditemukan fakta bahwa banyak orang ditekan oleh kondisi

kerja dan tuntutan hidup, memperlihatkan laju makan lebih cepat dan dalam

jumlah yang lebih besar. Seiringan dengan hal itu, dalam beberapa tahun ini,

prevalensi obesitas dan overweight meningkat di Indonesia. Berdasarkan data dari

Dit BGM DepKes 1997, dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000,

penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 76.7 juta (17.5%) dan

penduduk obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta (4.7%).

Gaya makan tersebut jelas berkaitan dengan obesitas atau overweight,

didukung oleh penelitian Foster et al (2005) dalam Behavioral treatment of

obesity yang mengkarakteristik gaya makan (eating style) pada populasi obesitas

sebagai suapan yang besar, laju makan yang cepat, dan waktu antara makan yang

singkat. Foster et al (2005) diikuti oleh Ness-Abramof et al (2006)

mengungkapkan bahwa modifikasi dari gaya makan tersebut merupakan suatu hal

yang penting dari penatalaksanaan obesitas dan overweight.

1.2IdentifikasiBMasalahB

B

1. Apakah dengan porsi yang sama dimakan dalam 30 menit lebih kenyang

daripada 5 menit.

2. Apakah satu jam setelah makan 30 menit lebih kenyang daripada 5 menit.

3. Bagaimanakah gambaran rasa kenyang makan 5 menit dan 30 menit pada

(18)

2

1.3MaksudBdanBTujuanBPenelitianB

B

1. Ingin mengetahui apakah dengan porsi yang sama dimakan dalam 30 menit

lebih kenyang daripada 5 menit.

2. Ingin mengetahui apakah satu jam setelah makan 30 menit lebih kenyang

daripada 5 menit.

3. Ingin mengetahui gambaran rasa kenyang makan 5 menit dan 30 menit pada

pemeriksaan di menit ke-0, menit ke-5, menit ke-30, dan menit ke-60.

1.4ManfaatBPenelitianB

B

1.4.1 ManfaatBAkademisB

Memberikan informasi dalam dunia kedokteran khususnya di bidang ilmu

gizi mengenai pengaruh laju mengkonsumsi makanan terhadap rasa kenyang.

B

1.4.2 ManfaatBPraktisB

Memberikan informasi kepada masyarakat untuk memperbaiki gaya makan

agar tidak overweight atau obesitas. B

1.5KerangkaBPemikiranB

B

Regulasi untuk pengendalian asupan makan dalam tubuh berupa integrasi

bermacam-macam sinyal terhadap pusat nafsu makan, berupa sinyal neural, sinyal

hormonal, maupun sinyal nutrisi. Masuknya makanan ke dalam saluran

pencernaan akan menyebabkan peregangan, terutama pada lambung dan

duodenum, kemudian sinyal neural akan dihantarkan terutama melalui nervus

vagus untuk menekan pusat makan, sehingga nafsu makan akan berkurang (King,

2011; Guyton & Hall, 2008).

Peningkatan kadar glukosa darah hasil absorpsi dari makanan yang tercerna

(19)

3

darah secara bersamaan menurunkan peletupan neuron yang disebut neuron

glukosensitif dalam pusat lapar di hipotalamus lateral (Guyton & Hall, 2008).

Sinyal hormonal diketahui dapat mempengaruhi respon langsung postprandial

yang ditandai dengan penurunan orexigenic gut peptide ghrelin bersamaan dengan

peningkatan anorexigenic peptide seperti cholecystokinin (CCK), peptide YY

(PYY) dan glucagon-like peptide (GLP)-1. Ghrelin, PYY dan GLP-1 bekerja pada

hipotalamus dan berperan penting dalam pengaturan rasa lapar, kenyang, serta

asupan energi (Kokkinos et al, 2010).

Makan pada laju lambat dapat menimbulkan rasa yang lebih kenyang

disebabkan peningkatan konsentrasi anorexigenic peptide (CCK, PYY, dan

GLP-1) yang lebih tinggi dan penurunan orexigenic peptide (Ghrelin) yang lebih

rendah dalam tubuh, dibandingkan makan dengan sangat cepat dan suapan yang

besar (Kokkinos et al, 2010). B

Cholecystokinin (CCK) merupakan anorexigenic peptide yang utama dalam

pengaturan nafsu makan. CCK disekresi di duodenum dan jejunum 15 menit

setelah penelanan makanan, dan mencapai puncak setelah 25 menit. Makanan

yang terutama memicu sekresi CCK adalah lemak dan protein. CCK

mempengaruhi pengeluaran enzim pencernaan dari pankreas dan menghambat

pengosongan lambung dengan menstimulasi nukleus ventromedial hipotalamus

(Hameed, 2009).B

Hormon anorexigenic yang lain adalah peptide YY (PYY) yang disekresikan

oleh ileum dan kolon. Pengelurannya dipengaruhi oleh jumlah kalori yang

dikonsumsi serta komposisi makanan, dan mencapai puncaknya 1 sampai 2 jam

setelah makan. PYY bekerja menekan rasa lapar dengan menurunkan motilitas

system pencernaan dan menghambat pengosongan lambung (Hameed, 2009).B

Keberadaan makanan pada saluran cerna juga menstimulasi sekresi

glucagon-like peptide (GLP)-1. Hormon yang termasuk anorexigenic ini memicu sekresi

glukosa-dependent insulin dan menghambat pengosongan lambung. Baik GLP-1

maupun insulin sama-sama bersifat menekan nafsu makan (Hameed, 2009).

(20)

4

Respon postprandial langsung juga ditandai oleh penurunan konsentrasi

peptida orexigenic ghrelin. Ghrelin dilepaskan khususnya di sel oksintik lambung,

juga dari usus dalam jumlah yang lebih sedikit. Kadar ghrelin meningkat saat

berpuasa, meningkat hampir dua kali lipat segera sebelum makan dan turun ke

tingkat titik terendah 1 jam setelah makan. Hal ini menunjukan bahwa ghrelin

bertindak sebagai pencetus makan (Hameed, 2009).

1.6HipotesisB

1. Porsi yang sama dimakan dalam 30 menit lebih kenyang daripada 5 menit.

2. Satu jam setelah makan 30 menit lebih kenyang daripada 5 menit

B

B

1.7MetodologiB

B

Eksperimental sungguhan. Data yang diukur yaitu rasa kenyang

menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) 1-10. B

1.8LokasiBdanBWaktuBPenelitianB

B

1.8.1 LokasiBPenelitianB

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

B

1.8.2 WaktuBPenelitianB

(21)

5

1.9TahapBRencanaBKegiatanB

B

TabelB1.1BTahapBRencanaBKegiatanB

RENCANA KEGIATAN BULAN

1 PERSIAPAN Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

- Penentuan topik dan judul - Penelusuran pustaka dan teori - Pembuatan usulan penelitian - Uji lapangan

- Daftar kuesioner - - - -

- Pengadaan alat-alat - Administrasi perizinan 2 PELAKSANAAN

- Pengumpulan data - Supervisi lapangan

- Pengerjaan di laboratorium - - - -

3 PENGOLAHAN DATA - Analisis data

- Konsultasi pembimbing 4 PENYUSUNAN LAPORAN

(22)

39

BABBVB

SIMPULANBDANBSARANB

B

B

5.1

SimpulanB

1.

Secara statistik, porsi yang sama dimakan dalam sesi 30 menit dan 5 menit

menunjukan rasa kenyang yang tidak berbeda. Tapi, secara empiris, porsi

yang sama dimakan dalam waktu 30 menit cenderung memberikan rasa

kenyang yang intensitanya lebih tinggi dibanding 5 menit.

B

2.

Satu jam setelah makan 30 menit lebih kenyang daripada 5 menit.

B

3.

Pada sesi makan 30 menit, di menit ke-5 didapatkan rasa kenyang lebih tinggi

dari menit ke-0, lalu di menit ke-30 didapatkan rasa kenyang yang maksimal,

kemudian bertahan sampai menit ke-60.

4.

Pada sesi makan 5 menit, di menit ke-5 didapatkan rasa kenyang yang

maksimal, lalu bertahan sampai di menit ke-30 dan menit ke-60. Tapi rasa

kenyang di menit ke-5 dibandingkan rasa kenyang di menit ke-60 menunjukan

penurunan.

5.

Makan dengan laju lambat dan suapan besar memberikan rasa kenyang yang

intensitasnya lebih tinggi dan bertahan sampai sejam kemudian dibanding

makan dengan laju cepat.

5.2BSaranB

1.

Sediakanlah waktu yang cukup untuk makan, jangan terburu-buru. Makanan

dapat dibagi ke dalam beberapa porsi terlebih dahulu, lalu dimakan dalam

jangka waktu lebih lama, bukan dihabiskan semua porsi dalam waktu cepat.

2.

Penelitian selanjutnya mungkin dapat mengganti jenis bahan penelitian dan

(23)

40

3.

Penelitian selanjutnya mungkin dapat mencoba jenis makanan solid.

(24)

41

DAFTAR PUSTAKA

Anonymons. 2006. Hypothalamus. www.nenroanatomy.wisc.edn., 5 Febrnari 2012

Cnmmings D.E. and Overdnin J. 2007. Gastrointestinal regnlation of food intake.

The Journal of Clinical Investigstion. 117

Drake R.L., Wayne V., Mitchell A.W.M. 2010. Gray’s Anatomy for Students. Philadelphia:Chnrchill Livingstone

Foster G.D., Makris A.P. and Bailer B.A. 2005. Behavioral treatment of obesity.

Am J Clin Nutr, 82(1); 230-5

Ganong W.F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Hal 451-3

Gnyton A.C. and Hall J.E. 2008. Textbook of Medical Physiology. Edisi 11. Terjemahan Irawati. Jakarta:EGC, 71:909-18

Hameed S., Dhillo W.S., Bloom S.R. 2009. Gnt hormones and appetite control.

Oral Disease, 15(1):18-26

King M.W. 2011. Gut-brain interrelationships and control of feeding behavior. http://themedicalbiochemistrypage.org/gnt-brain.html., 10 Desember 2011

Kokkinos A., le Ronx C.W., Alexiadon K., Tentolonris N., Vincent R.P., Kyriaki D., et al. 2010. Eating slowly increases the postprandial response of the anorexigenic gnt hormones, peptide YY and glncagon-like peptide-1. J Clin Endocrinol Metab, 95(1):333-7

Mayo Fonndation for Medical Edncation and Research (MFMER). 2012. Obesity. www.mayoclinic.com/health/obesity., 20 Jnli 2012

Misodor. 2009. A anatomia e fisiologia do intestine delgado.

http://www.misodor.com/ANATOFISIOINTDELGADO.php., 3 Mei 2012

Mnrray R.K., Granner D.K., Mayes P.A. Rodwell V.W., 2006. Biokimia Harper.

Edisi 27. Jakarta:EGC

Ness-Abramof R. and Apovian C.M. 2006. Diet modification for treatment and prevention of obesity. Endocrine, 29(1):5-9

(25)

42

Sherwood L. 2010. Human physiology. 7th ed. Canada:Nelson edncation, Ltd. p. 644-7

The National Digestive Diseases Information Clearinghonse (TNDDIC). 2012.

Your digestive system and how it work.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu perangkat daerah kabupaten adalah kecamatan. Kecamatan sebagai pelaksana teknis kewilayahan, mempunyai wilayah kerja yang dipimpin oleh Camat. Ketika masyarakat

This study also examines the effect of moderating Good Corporate Governance (Managerial Ownership and Institutional Ownership) in relation to financial performance (Leverage,

Sampel lalu diuji kekuatan impak dan transversalnya, kemudian dianalisis dengan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigi tiruan nilon termoplastik

Hasil dapatan kajian menunjukkan terdapat empat pola matlamat yang ingin dicapai oleh GCPI dalam pengajaran dan pembelajaran Pendidikan Islam mereka di dalam kelas, iaitu

Pemanfaatan Jamur Pelarut Fosfat dan Mikoriza untuk Meningkatkan Ketersediaan dan Serapan P Tanaman Jagung Pada Tanah Inceptisol.. Universitas

Generalisir sikap konsumen tersebut dapat pula terjadi pada konsumen pengguna motor Honda dan pengguna motor Yamaha yang ada di Kota Salatiga, dengan batasan wilayah

Kuisioner penelitian ini saya sampaikan dalam rangka memperoleh bukti empiris tentang: “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Nasabah Perempuan Terhadap Keputusan Menjadi

- Dosis aplikasi 25 ml/liter/5m 2 , artinya setiap 1 liter air bersih yang dicampur dengan 25 ml pestisida Alfa Sipermetrin 30 EC digunakan untuk menyemprot 5m