PERBEDAAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN TPS PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 STABAT TAHUN AJARAN 2014 / 2015
Oleh :
Nicky Miyarna Putri NIM. 4101111038
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
Judul Skripsi : Perbedaan Hasil Belajar Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan TPS Pada Materi Aritmatika Sosial Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Stabat
Nama Mahasiswa : Nicky Miyarna Putri
NIM : 4101111038
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika
Menyetujui : Dosen Pembimbing Skripsi,
Drs. W.L Sihombing, M.Pd NIP. 19610713 198703 1 001
Mengetahui :
FMIPA UNIMED Jurusan Matematika
Dekan, Ketua,
Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D Dr. Edy Surya, M.Si
NIP. 19590805 198601 1 001 NIP. 19671019 199203 1 003
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah
dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik serta Shalawat
penulis sampaikan untuk Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Antara Model Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) dengan Think Pair Share (TPS) Pada Materi
Aritmatika Sosial Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Stabat T.A 2014/2015”. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Drs. W.L Sihombing, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini,
Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd, Ibu Dra. Nerli Khairani, M.Si, dan Bapak Prof.
Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai
dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, Bapak Prof.
Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada
seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Medan.
Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu
Hajar, M.Si beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak
Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu
Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku
Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua
Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Matematika.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Gito, S.Pd,
M.Pd selaku Kepala Sekolah dan Ibu Hj. Marliah, S.Pd selaku guru matematika
v
melaksanakan penelitian di sekolah serta telah banyak membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian.
Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda tercinta
(Agus Ediar) dan Ibunda tercinta (Sulasmi, S.Pd) yang selalu mendukung,
mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini selesai.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Adik-adikku tersayang Ilman Pangeran
dan Agung Febrian Bugis yang selalu memberikan dukungan dan doa.
Ucapan terima kasih untuk sahabat-sahabat tersayang Himma, Nisa,
Nikmah, Bebey, Ita, Namora, Riska, Fany dan semua teman-teman DIK-B 2010
yang telah memberikan dukungan, masukan dan saran kepada penulis.
Kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih terkhusus kepada
Muhammad Irfan Haromain Lubis yang selalu setia memberikan semangat,
motivasi, waktu, serta perhatiannya kepada penulis selama penyelesaian skripsi
ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Medan, Maret 2015 Penulis,
iii
PERBEDAAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN TPS PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 STABAT TAHUN AJARAN 2014 / 2015
NICKY MIYARNA PUTRI (4101111038) ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Diagram xi
Daftar Lampiran xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Identifikasi Masalah 7
1.3.Batasan Masalah 8
1.4.Rumusan Masalah 8
1.5.Tujuan Penelitian 8
1.6.Manfaat Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kerangka Teoritis 10
2.1.1. Pengertian Belajar 10
2.1.2. Hasil Belajar 11
2.1.3. Pembelajaran Matematika 13
2.1.4. Pembelajaran Kooperatif 15
2.1.4.1. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 18
2.1.4.1.1. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT 20
vii
2.1.4.2.1. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS 23
2.1.4.3. Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT dan TPS 23
2.1.5. Aritmatika Sosial 24
2.1.5.1. Nilai Keseluruhan dan Nilai Per Unit 24
2.1.5.2. Harga Jual, Harga Beli, Untung, dan Rugi 25
2.1.5.3. Rabat (Diskon), Bruto, Tara, dan Neto 28
2.1.5.4. Bunga Tabungan dan Pajak 28
2.2. Penelitian yang Relevan 29
2.3. Kerangka Konseptual 31
2.4. Hipotesis Penelitian 32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 33
3.1.1. Lokasi Penelitian 33
3.1.2. Waktu Penelitian 33
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 33
3.2.1. Populasi Penelitian 33
3.2.2. Sampel Penelitian 33
3.3. Variabel Penelitian 34
3.4. Definisi Operasional Variabel 34
3.5. Jenis dan Desain Penelitian 35
3.5.1. Jenis Penelitian 35
3.5.2. Desain Penelitian 36
3.6. Prosedur Penelitian 37
3.7.Validitas Internal Penelitian 40
3.8.Instrumen Penelitian 42
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Validasi 49
4.2. Uji Reliabilitas 49
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian 49
4.3.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen A dan Eksperimen B 50
4.3.2. Nilai Posttest Kelas Eksperimen A dan Eksperimen B 51
4.4. Analisis Data Hasil Penelitian 52
4.4.1. Uji Normalitas Data 53
4.4.2. Uji Homogenitas 53
4.4.3. Pengujian Hipotesis Hasil Belajar Siswa 54
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian 55
4.5.1. Kegiatan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran
NHT dan TPS 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 58
5.2. Saran 58
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 16
Tabel 2.2 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan
Akademik 17
Tabel 2.3 Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Dan TPS 24
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 36
Tabel 4.1 Data Pretest Kelas Eksperimen A dan Eksperimen B 50
Tabel 4.2 Data Posttest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B 50
Tabel 4.3 Ringkasan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest
Kedua Kelas 51
Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil
Belajar Siswa 52
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Homogenitas 53
Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Hasil
xi
DAFTAR DIAGRAM
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang
mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh
sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai
sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat dilihat dari isi Pembukaan UUD
1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Suatu bangsa dikatakan cerdas apabila penduduk dalam suatu bangsa
tersebut mampu memajukan negaranya dan ikut berpartisipasi aktif dalam dunia
pendidikan. Pendidikan memegang peranan yang paling penting untuk kemajuan
dan perkembangan berkualitas suatu bangsa, karena dengan pendidikan manusia
dapat memaksimalkan kemampuan maupun potensi dirinya baik sebagai pribadi
maupun sebagai warga masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1)
(dalam Prayitno, 2010:51) yang menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Matematika adalah salah satu pelajaran yang sangat penting untuk
dipelajari oleh siswa dalam dunia pendidikan. Matematika diberikan pada setiap
jenjang pendidikan untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan
dunia yang semakin maju dan berkembang pesat. Cockrof (dalam Abdurrahman,
2009:253) mengemukakan bahwa:
2
logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa selain
mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasan,
matematika juga dapat menjadi modal atau alat untuk mempelajari mata pelajaran
lainnya, seperti fisika, kimia, biologi dan bahkan ilmu sosial. Penguasaan
matematika akan memberikan dasar pengetahuan untuk bidang-bidang yang
sangat penting, seperti penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Oleh karena peranan matematika yang sangat besar, seharusnya
matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik, sehingga
dapat meningkatkan keinginan dan semangat siswa dalam mempelajarinya.
Keinginan dan semangat yang meningkat ini akan dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa dan berbagai aspek yang perlu dikembangkan dalam
proses pembelajaran matematika.
Akan tetapi, kenyataan yang sering ditemukan di lapangan adalah bahwa
hasil belajar siswa pada bidang studi matematika masih rendah. Rendahnya
prestasi belajar pada matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya
adalah kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari matematika. Kesulitan
dalam belajar matematika mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
rendah. Seperti diungkapkan oleh Widianti (http://newspaper.pikiran-rakyat.com,
diakses pada 04 Februari 2014):
Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah. Kebanyakan mengajarkan prosedur atau langkah pengerjaan soal. Bahkan, siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan sering dengan mengulang-ulang menyebutkan definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari, tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan semacam ini tentu saja dapat dikatakan mengabaikan kebermaknaan dari konsep-konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.
Kebanyakan guru mengajar dengan model yang kurang sesuai dengan
materi yang diajarkan karena masih didominasi oleh pembelajaran konvensional.
Pembelajaran konvensional yang dilakukan tidak mampu menolongnya keluar
3
yang dimiliki dapat secara langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam
menjawab suatu persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling
benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu
memikirkan kemungkinan jawaban dalam memecahkan masalah tersebut.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang merupakan
mata pelajaran yang sangat berguna dan banyak memberi bantuan dalam berbagai
aspek kehidupan. Matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuh
kembangkan pola pikir yang logis, sistematis, objektif, kritis dan rasional yang
harus dibina sejak dini.
Namun banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi
yang paling sulit dan merupakan momok yang menakutkan bagi siswa. Kesulitan
yang dirasakan pada siswa terhadap matematika disebabkan ilmunya yang
dianggap abstrak dan kompleks terutama pada materi yang memerlukan
keterampilan pemahaman berbahasa seperti yang dikemukakan oleh Bambang
(dalam http://rbaryans.wordpress.com/2008) bahwa :
Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi.
Rendahnya hasil pembelajaran matematika disebabkan oleh banyak
faktor. Di antara faktor penyebab rendahnya hasil belajar, selain faktor internal
yang berhubungan dengan kondisi fisik, kecerdasan, motivasi, minat, sikap dan
bakat siswa juga disebabkan oleh faktor eksternal yaitu guru dan proses
pembelajaran di sekolah. Banyak guru masih menggunakan paradigma
pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika
cenderung berlangsung satu arah. pembelajaran kebanyakan berpusat pada guru
serta dalam pelaksanaannya guru memegang kendali sedangkan siswa cenderung
pasif dalam menerima informasi, pengetahuan dan keterampilan yang diberikan
oleh guru. Tidak jarang pula aktivitas tanya jawab yang terjadi terkesan
dipaksakan misalnya siswa baru menjawab sebuah pertanyaan apabila sudah
4
aktivitas belajar siswa rendah karena mereka hanya dijadikan objek pembelajaran
bukan subjek dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri
1 Stabat, kelemahan belajar matematika diantaranya adalah sebagai berikut : (1)
Masih banyak siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru. (2)
Masih banyak siswa kurang dalam mengerjakan latihan-latihan soal. (3) Masih
banyak siswa malu bertanya tentang materi yang belum dimengerti. (4) Masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang
diberikan guru. Masih banyak siswa tidak diberi dukungan penuh dari orang tua.
(6) Ketika diberikan tes mayoritas siswa memperoleh nilai yang rendah.
Hal yang sama seperti yang diungkapkan oleh Trianto (2009:5):
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari hasil rerataan hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa inni masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.
Padahal belajar itu adalah berbuat, seperti yang diungkapkan Slameto (2010:2) bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Jadi, rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa juga dipengaruhi oleh
kurangnya variasi metode dalam mengajar yang digunakan guru dalam proses
belajar dan mengajar dan cenderung tidak mengajak siswa untuk berperan secara
aktif di dalam pembelajaran yang berlangsung.
Seiring dengan hal tersebut, hasil wawancara yang dilakukan oleh
5
masalah dari soal yang diberikan masih kurang, sehingga hasil belajar yang
diperoleh siswa kelas VII juga masih rendah, bahkan masih banyak siswa kelas
VII yang memperoleh nilai di bawah rata–rata dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) matematika 65, masih banyak siswa yang tidak mencapai
KKM.Hal ini terlihat dari ulangan harian bulanan siswa, bahwa ada sekitar 36 %
siswa (18 orang) yang hanya mencapai KKM. Demikian juga halnya dengan nilai semester bahwa ada sekitar 44 % siswa yang hanya mencapai KKM (22 orang).”
Rendahnya hasil belajar matematika juga dipengaruhi oleh model
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hasil observasi awal yang dilakukan
oleh peneliti di SMP Negeri 1 Stabat menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika di sekolah tersebut masih menggunakan metode pembelajaran
ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas, artinya metode pembelajaran yang
digunakan masih banyak didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara
pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan. Kondisi seperti ini
menunjukkan bahwa metode yang digunakan masih kurang bervariasi.
Rendahnya kemampuan siswa pada pembelajaran matematika tidak
terlepas dari kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode yang
tepat dan melibatkan siswa, sehingga siswa lebih mudah untuk memahami dan
tidak merasa bosan. Seperti yang dikatakan Arends (dalam Trianto, 2009 : 7)
bahwa :
Dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivisme.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan temannya. Siswa
secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan
masalah-masalah yang kompleks. Penggunaan kelompok menjadi aspek utama
dalam pembelajaran kooperatif.
Sesuai dengan pendapat Artzt & Newman (dalam Trianto 2009 : 56)
6
suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Jadi setiap anggota kelompok memliki tanggung jawab yang sama untuk
keberhasilan kelompoknya.”
Slavin dalam penelitiannya mengemukakan “bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tehnik-tehnik pengajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar“, (Ibrahim dkk, 2000:16). Sehingga model pengajaran kooperatif sangat baik digunakan untuk siswa yang berkemampuan rendah,
sedang, maupun tinggi.
(http://nitanurtafita.blogspot.com/2011/10/pembelajaran-metode-nht.html diakses pada 21 Nopember 2014)
Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah model
kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dan tipe TPS (Think Pair Share).
Model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) atau penomoran berpikir
bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas
tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh
Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut. (Dalam Trianto 2009 : 81)
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren
(dalam Ibrahim, 2000: 18), antara lain adalah :
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antara pribadi berkurang
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagaimana
7
meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa,
menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa,
mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu
siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling
memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
(http://www.tuanguru.com/2011/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-nht.html diakses
pada tanggal 21 Nopember 2014)
Berbeda dengan NHT (Numbered Head Together), model pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pertama kali
dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai
yang dikutif Arends (1997), menyatakan bahwa think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. “Dengan asusmsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam
think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu”. (Dalam Trianto 2009 : 81)
Kedua model ini sama-sama baik dalam proses pembelajaran kooperatif,
namun di sini akan diteliti apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar
siswa apabila diajarkan oleh kedua kelas yang berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai: “Perbedaan Hasil Belajar Pembelajaran Kooperatif tipe NHT dengan TPS pada Materi Aritmatika Sosial Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Stabat Tahun Pelajaran 2014/2015”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VII masih rendah.
2. Hasil belajar siswa pada bidang studi matematika masih rendah khususnya
8
3. Matematika dianggap sebagai bidang studi yang paling sulit dan beberapa
siswa tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan
hitungan dan miskin komunikasi.
4. Proses pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru
(Ekspositori), meskipun model pembelajaran telah berkembang salah
satunya dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS
sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses belajar dan
meningkatkan hasil belajarnya.
1.3. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, perlu adanya pembatasan masalah agar
masalah dalam penelitian ini terarah dan jelas. Penelitian ini dibatasi pada
perbedaan hasil belajar pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada
materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A. 2014/2015.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah yang dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian
ini adalah : Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika Sosial
siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A. 2014/2015.
1.5. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika Sosial
9
1.6. Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian diharapkan hasil penelitian dapat
memberikan manfaat yang berarti yaitu :
1. Bagi Guru
a. Memberikan gambaran bagaimana cara mengajarkan matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
numbered-head-together (NHT) dan tipe think-pair-share (TPS).
b. Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam proses belajar
mengajar khususnya dalam pemilihan model pembelajaran efektif
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi Peserta Didik
a. Menumbuhkan sikap positif (minat dan respon belajar) peserta didik
serta dapat mengatasi kesulitan belajar matematika yang pada
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berkomunikasi dan
mendengarkan pendapat orang lain, melatih rasa peduli dan kerelaan
untuk berbagi dan meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang
lain.
c. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk belajar mengaktifkan diri dalam
proses belajar mengajar.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan positif dalam
usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata
pelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik dan sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian
lanjutan.
4. Bagi Peneliti
a. Sebagai bekal peneliti sebagai calon guru matematika agar siap
melaksanakan tugas di lapangan.
b. Sebagai bahan masukan dan pembanding kepada peneliti lain yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka diperoleh
kesimpulan, yaitu : secara statistik dengan menggunakan uji t disimpulkan bahwa
hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Number Heads Together (NHT) tidak sama dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada
materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A 2014/2015.
Artinya, ada perbedaan yang signifikan hasil belajar yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika
Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A 2014/2015.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah:
1. Kepada guru-guru atau calon guru salah satu model pembelajaran yang baik
adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
cenderung lebih menarik perhatian siswa karena dalam model pembelajaran
ini siswa diajak untuk dapat berpikir atau menyelidiki suatu kajian materi
secara lebih detail.
2. Kepada siswa disarankan untuk saling bekerjasama dalam diskusi kelompok
terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi yang
dipelajari serta melakukan persiapan belajar dan aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.
3. Kepada calon peneliti berikutnya, disarankan untuk mengembangkan
penelitian ini sehingga hasil penelitian dapat berguna bagi kemajuan
61
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Arikunto, S, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. 2012. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan. Medan: FMIPA UNIMED
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Penerbit Media Persada
Kunandar. 2011. Guru Profesional Implemantasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2008 Strategi Pembelajaran, Penerbit Kencana, Bandung.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada
Sihombing, W.L. 2012. Bahan Ajar Kapita Selekta II. Medan: FMIPA UNIMED
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
62
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya
Sulistyo, dkk. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Wedatama Widya Sastra (WWS)
Trianto. 2009. Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Penerbit Prenada Media