• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 STABAT T.A 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 STABAT T.A 2014/2015."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN TPS PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 STABAT TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Oleh :

Nicky Miyarna Putri NIM. 4101111038

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

i

Judul Skripsi : Perbedaan Hasil Belajar Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan TPS Pada Materi Aritmatika Sosial Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Stabat

Nama Mahasiswa : Nicky Miyarna Putri

NIM : 4101111038

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Matematika

Menyetujui : Dosen Pembimbing Skripsi,

Drs. W.L Sihombing, M.Pd NIP. 19610713 198703 1 001

Mengetahui :

FMIPA UNIMED Jurusan Matematika

Dekan, Ketua,

Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D Dr. Edy Surya, M.Si

NIP. 19590805 198601 1 001 NIP. 19671019 199203 1 003

(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah

dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik serta Shalawat

penulis sampaikan untuk Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Antara Model Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) dengan Think Pair Share (TPS) Pada Materi

Aritmatika Sosial Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Stabat T.A 2014/2015”. Skripsi

ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

Bapak Drs. W.L Sihombing, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini,

Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd, Ibu Dra. Nerli Khairani, M.Si, dan Bapak Prof.

Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai

dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, Bapak Prof.

Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada

seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Medan.

Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu

Hajar, M.Si beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak

Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu

Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku

Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua

Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku

Sekretaris Jurusan Matematika.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Gito, S.Pd,

M.Pd selaku Kepala Sekolah dan Ibu Hj. Marliah, S.Pd selaku guru matematika

(4)

v

melaksanakan penelitian di sekolah serta telah banyak membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian.

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda tercinta

(Agus Ediar) dan Ibunda tercinta (Sulasmi, S.Pd) yang selalu mendukung,

mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini selesai.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Adik-adikku tersayang Ilman Pangeran

dan Agung Febrian Bugis yang selalu memberikan dukungan dan doa.

Ucapan terima kasih untuk sahabat-sahabat tersayang Himma, Nisa,

Nikmah, Bebey, Ita, Namora, Riska, Fany dan semua teman-teman DIK-B 2010

yang telah memberikan dukungan, masukan dan saran kepada penulis.

Kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih terkhusus kepada

Muhammad Irfan Haromain Lubis yang selalu setia memberikan semangat,

motivasi, waktu, serta perhatiannya kepada penulis selama penyelesaian skripsi

ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2015 Penulis,

(5)

iii

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN TPS PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 STABAT TAHUN AJARAN 2014 / 2015

NICKY MIYARNA PUTRI (4101111038) ABSTRAK

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Diagram xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 7

1.3.Batasan Masalah 8

1.4.Rumusan Masalah 8

1.5.Tujuan Penelitian 8

1.6.Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pengertian Belajar 10

2.1.2. Hasil Belajar 11

2.1.3. Pembelajaran Matematika 13

2.1.4. Pembelajaran Kooperatif 15

2.1.4.1. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 18

2.1.4.1.1. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT 20

(7)

vii

2.1.4.2.1. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran

Kooperatif Tipe TPS 23

2.1.4.3. Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT dan TPS 23

2.1.5. Aritmatika Sosial 24

2.1.5.1. Nilai Keseluruhan dan Nilai Per Unit 24

2.1.5.2. Harga Jual, Harga Beli, Untung, dan Rugi 25

2.1.5.3. Rabat (Diskon), Bruto, Tara, dan Neto 28

2.1.5.4. Bunga Tabungan dan Pajak 28

2.2. Penelitian yang Relevan 29

2.3. Kerangka Konseptual 31

2.4. Hipotesis Penelitian 32

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 33

3.1.1. Lokasi Penelitian 33

3.1.2. Waktu Penelitian 33

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 33

3.2.1. Populasi Penelitian 33

3.2.2. Sampel Penelitian 33

3.3. Variabel Penelitian 34

3.4. Definisi Operasional Variabel 34

3.5. Jenis dan Desain Penelitian 35

3.5.1. Jenis Penelitian 35

3.5.2. Desain Penelitian 36

3.6. Prosedur Penelitian 37

3.7.Validitas Internal Penelitian 40

3.8.Instrumen Penelitian 42

(8)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Validasi 49

4.2. Uji Reliabilitas 49

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian 49

4.3.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen A dan Eksperimen B 50

4.3.2. Nilai Posttest Kelas Eksperimen A dan Eksperimen B 51

4.4. Analisis Data Hasil Penelitian 52

4.4.1. Uji Normalitas Data 53

4.4.2. Uji Homogenitas 53

4.4.3. Pengujian Hipotesis Hasil Belajar Siswa 54

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian 55

4.5.1. Kegiatan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran

NHT dan TPS 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 58

5.2. Saran 58

(9)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 16

Tabel 2.2 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan

Akademik 17

Tabel 2.3 Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Dan TPS 24

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 36

Tabel 4.1 Data Pretest Kelas Eksperimen A dan Eksperimen B 50

Tabel 4.2 Data Posttest Kelas Eksperimen A dan Kelas

Eksperimen B 50

Tabel 4.3 Ringkasan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest

Kedua Kelas 51

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil

Belajar Siswa 52

Tabel 4.5 Data Hasil Uji Homogenitas 53

Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Hasil

(10)

xi

DAFTAR DIAGRAM

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh

sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai

sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat dilihat dari isi Pembukaan UUD

1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa

Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Suatu bangsa dikatakan cerdas apabila penduduk dalam suatu bangsa

tersebut mampu memajukan negaranya dan ikut berpartisipasi aktif dalam dunia

pendidikan. Pendidikan memegang peranan yang paling penting untuk kemajuan

dan perkembangan berkualitas suatu bangsa, karena dengan pendidikan manusia

dapat memaksimalkan kemampuan maupun potensi dirinya baik sebagai pribadi

maupun sebagai warga masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1)

(dalam Prayitno, 2010:51) yang menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Matematika adalah salah satu pelajaran yang sangat penting untuk

dipelajari oleh siswa dalam dunia pendidikan. Matematika diberikan pada setiap

jenjang pendidikan untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan

dunia yang semakin maju dan berkembang pesat. Cockrof (dalam Abdurrahman,

2009:253) mengemukakan bahwa:

(12)

2

logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa selain

mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasan,

matematika juga dapat menjadi modal atau alat untuk mempelajari mata pelajaran

lainnya, seperti fisika, kimia, biologi dan bahkan ilmu sosial. Penguasaan

matematika akan memberikan dasar pengetahuan untuk bidang-bidang yang

sangat penting, seperti penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Oleh karena peranan matematika yang sangat besar, seharusnya

matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik, sehingga

dapat meningkatkan keinginan dan semangat siswa dalam mempelajarinya.

Keinginan dan semangat yang meningkat ini akan dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa dan berbagai aspek yang perlu dikembangkan dalam

proses pembelajaran matematika.

Akan tetapi, kenyataan yang sering ditemukan di lapangan adalah bahwa

hasil belajar siswa pada bidang studi matematika masih rendah. Rendahnya

prestasi belajar pada matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya

adalah kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari matematika. Kesulitan

dalam belajar matematika mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa

rendah. Seperti diungkapkan oleh Widianti (http://newspaper.pikiran-rakyat.com,

diakses pada 04 Februari 2014):

Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah. Kebanyakan mengajarkan prosedur atau langkah pengerjaan soal. Bahkan, siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan sering dengan mengulang-ulang menyebutkan definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari, tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan semacam ini tentu saja dapat dikatakan mengabaikan kebermaknaan dari konsep-konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.

Kebanyakan guru mengajar dengan model yang kurang sesuai dengan

materi yang diajarkan karena masih didominasi oleh pembelajaran konvensional.

Pembelajaran konvensional yang dilakukan tidak mampu menolongnya keluar

(13)

3

yang dimiliki dapat secara langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam

menjawab suatu persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling

benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu

memikirkan kemungkinan jawaban dalam memecahkan masalah tersebut.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang merupakan

mata pelajaran yang sangat berguna dan banyak memberi bantuan dalam berbagai

aspek kehidupan. Matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuh

kembangkan pola pikir yang logis, sistematis, objektif, kritis dan rasional yang

harus dibina sejak dini.

Namun banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi

yang paling sulit dan merupakan momok yang menakutkan bagi siswa. Kesulitan

yang dirasakan pada siswa terhadap matematika disebabkan ilmunya yang

dianggap abstrak dan kompleks terutama pada materi yang memerlukan

keterampilan pemahaman berbahasa seperti yang dikemukakan oleh Bambang

(dalam http://rbaryans.wordpress.com/2008) bahwa :

Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi.

Rendahnya hasil pembelajaran matematika disebabkan oleh banyak

faktor. Di antara faktor penyebab rendahnya hasil belajar, selain faktor internal

yang berhubungan dengan kondisi fisik, kecerdasan, motivasi, minat, sikap dan

bakat siswa juga disebabkan oleh faktor eksternal yaitu guru dan proses

pembelajaran di sekolah. Banyak guru masih menggunakan paradigma

pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika

cenderung berlangsung satu arah. pembelajaran kebanyakan berpusat pada guru

serta dalam pelaksanaannya guru memegang kendali sedangkan siswa cenderung

pasif dalam menerima informasi, pengetahuan dan keterampilan yang diberikan

oleh guru. Tidak jarang pula aktivitas tanya jawab yang terjadi terkesan

dipaksakan misalnya siswa baru menjawab sebuah pertanyaan apabila sudah

(14)

4

aktivitas belajar siswa rendah karena mereka hanya dijadikan objek pembelajaran

bukan subjek dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri

1 Stabat, kelemahan belajar matematika diantaranya adalah sebagai berikut : (1)

Masih banyak siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru. (2)

Masih banyak siswa kurang dalam mengerjakan latihan-latihan soal. (3) Masih

banyak siswa malu bertanya tentang materi yang belum dimengerti. (4) Masih

banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang

diberikan guru. Masih banyak siswa tidak diberi dukungan penuh dari orang tua.

(6) Ketika diberikan tes mayoritas siswa memperoleh nilai yang rendah.

Hal yang sama seperti yang diungkapkan oleh Trianto (2009:5):

Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari hasil rerataan hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa inni masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.

Padahal belajar itu adalah berbuat, seperti yang diungkapkan Slameto (2010:2) bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Jadi, rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa juga dipengaruhi oleh

kurangnya variasi metode dalam mengajar yang digunakan guru dalam proses

belajar dan mengajar dan cenderung tidak mengajak siswa untuk berperan secara

aktif di dalam pembelajaran yang berlangsung.

Seiring dengan hal tersebut, hasil wawancara yang dilakukan oleh

(15)

5

masalah dari soal yang diberikan masih kurang, sehingga hasil belajar yang

diperoleh siswa kelas VII juga masih rendah, bahkan masih banyak siswa kelas

VII yang memperoleh nilai di bawah rata–rata dengan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) matematika 65, masih banyak siswa yang tidak mencapai

KKM.Hal ini terlihat dari ulangan harian bulanan siswa, bahwa ada sekitar 36 %

siswa (18 orang) yang hanya mencapai KKM. Demikian juga halnya dengan nilai semester bahwa ada sekitar 44 % siswa yang hanya mencapai KKM (22 orang).”

Rendahnya hasil belajar matematika juga dipengaruhi oleh model

pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hasil observasi awal yang dilakukan

oleh peneliti di SMP Negeri 1 Stabat menunjukkan bahwa pembelajaran

matematika di sekolah tersebut masih menggunakan metode pembelajaran

ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas, artinya metode pembelajaran yang

digunakan masih banyak didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara

pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan. Kondisi seperti ini

menunjukkan bahwa metode yang digunakan masih kurang bervariasi.

Rendahnya kemampuan siswa pada pembelajaran matematika tidak

terlepas dari kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode yang

tepat dan melibatkan siswa, sehingga siswa lebih mudah untuk memahami dan

tidak merasa bosan. Seperti yang dikatakan Arends (dalam Trianto, 2009 : 7)

bahwa :

Dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivisme.

Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan

dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan temannya. Siswa

secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan

masalah-masalah yang kompleks. Penggunaan kelompok menjadi aspek utama

dalam pembelajaran kooperatif.

Sesuai dengan pendapat Artzt & Newman (dalam Trianto 2009 : 56)

(16)

6

suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan

bersama. Jadi setiap anggota kelompok memliki tanggung jawab yang sama untuk

keberhasilan kelompoknya.”

Slavin dalam penelitiannya mengemukakan “bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tehnik-tehnik pengajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar“, (Ibrahim dkk, 2000:16). Sehingga model pengajaran kooperatif sangat baik digunakan untuk siswa yang berkemampuan rendah,

sedang, maupun tinggi.

(http://nitanurtafita.blogspot.com/2011/10/pembelajaran-metode-nht.html diakses pada 21 Nopember 2014)

Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah model

kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dan tipe TPS (Think Pair Share).

Model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) atau penomoran berpikir

bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas

tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh

Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah

materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka

terhadap isi pelajaran tersebut. (Dalam Trianto 2009 : 81)

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT

terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren

(dalam Ibrahim, 2000: 18), antara lain adalah :

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

e. Konflik antara pribadi berkurang

f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

h. Hasil belajar lebih tinggi

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagaimana

(17)

7

meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa,

menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa,

mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu

siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling

memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

(http://www.tuanguru.com/2011/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-nht.html diakses

pada tanggal 21 Nopember 2014)

Berbeda dengan NHT (Numbered Head Together), model pembelajaran

kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) merupakan jenis pembelajaran kooperatif

yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pertama kali

dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai

yang dikutif Arends (1997), menyatakan bahwa think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. “Dengan asusmsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk

mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam

think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu”. (Dalam Trianto 2009 : 81)

Kedua model ini sama-sama baik dalam proses pembelajaran kooperatif,

namun di sini akan diteliti apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar

siswa apabila diajarkan oleh kedua kelas yang berbeda.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai: “Perbedaan Hasil Belajar Pembelajaran Kooperatif tipe NHT dengan TPS pada Materi Aritmatika Sosial Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Stabat Tahun Pelajaran 2014/2015”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VII masih rendah.

2. Hasil belajar siswa pada bidang studi matematika masih rendah khususnya

(18)

8

3. Matematika dianggap sebagai bidang studi yang paling sulit dan beberapa

siswa tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan

hitungan dan miskin komunikasi.

4. Proses pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru

(Ekspositori), meskipun model pembelajaran telah berkembang salah

satunya dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS

sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses belajar dan

meningkatkan hasil belajarnya.

1.3. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, perlu adanya pembatasan masalah agar

masalah dalam penelitian ini terarah dan jelas. Penelitian ini dibatasi pada

perbedaan hasil belajar pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada

materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A. 2014/2015.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah yang dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian

ini adalah : Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika Sosial

siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A. 2014/2015.

1.5. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk

mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika Sosial

(19)

9

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian diharapkan hasil penelitian dapat

memberikan manfaat yang berarti yaitu :

1. Bagi Guru

a. Memberikan gambaran bagaimana cara mengajarkan matematika

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

numbered-head-together (NHT) dan tipe think-pair-share (TPS).

b. Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam proses belajar

mengajar khususnya dalam pemilihan model pembelajaran efektif

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi Peserta Didik

a. Menumbuhkan sikap positif (minat dan respon belajar) peserta didik

serta dapat mengatasi kesulitan belajar matematika yang pada

akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berkomunikasi dan

mendengarkan pendapat orang lain, melatih rasa peduli dan kerelaan

untuk berbagi dan meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang

lain.

c. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk belajar mengaktifkan diri dalam

proses belajar mengajar.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan positif dalam

usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata

pelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik dan sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian

lanjutan.

4. Bagi Peneliti

a. Sebagai bekal peneliti sebagai calon guru matematika agar siap

melaksanakan tugas di lapangan.

b. Sebagai bahan masukan dan pembanding kepada peneliti lain yang

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka diperoleh

kesimpulan, yaitu : secara statistik dengan menggunakan uji t disimpulkan bahwa

hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Number Heads Together (NHT) tidak sama dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada

materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A 2014/2015.

Artinya, ada perbedaan yang signifikan hasil belajar yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika

Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A 2014/2015.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan

adalah:

1. Kepada guru-guru atau calon guru salah satu model pembelajaran yang baik

adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

cenderung lebih menarik perhatian siswa karena dalam model pembelajaran

ini siswa diajak untuk dapat berpikir atau menyelidiki suatu kajian materi

secara lebih detail.

2. Kepada siswa disarankan untuk saling bekerjasama dalam diskusi kelompok

terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi yang

dipelajari serta melakukan persiapan belajar dan aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.

3. Kepada calon peneliti berikutnya, disarankan untuk mengembangkan

penelitian ini sehingga hasil penelitian dapat berguna bagi kemajuan

(21)

61

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Arikunto, S, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. 2012. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan. Medan: FMIPA UNIMED

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Penerbit Media Persada

Kunandar. 2011. Guru Profesional Implemantasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada

Sanjaya, Wina. 2008 Strategi Pembelajaran, Penerbit Kencana, Bandung.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada

Sihombing, W.L. 2012. Bahan Ajar Kapita Selekta II. Medan: FMIPA UNIMED

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

(22)

62

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya

Sulistyo, dkk. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Wedatama Widya Sastra (WWS)

Trianto. 2009. Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Penerbit Prenada Media

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Referensi

Dokumen terkait

It is agreed that the Agency's safeguards r:i.grtts and responsibil- ities referred to in Section 5 of this Agree.rnent shall be imp lernented in accordance with

Dari tabel 1.1 tingginya kontribusi sektor pertanian mencerminkan bahwa peranan sektor pertanian dapat diharakan menjadi sektor unggulan di Kabupaten Boyolali.Untuk itu,perlu

Dari analisis terhadap teks yang ditampilkan Solopos dapat diketahui bagaimana netralitas media dalam kampanye pilgub. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

Skripsi yang berjudul “OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET TEOFILIN DENGAN MATRIKS ETIL SELULOSA (EC) DAN HIDROKSIETIL SELULOSA (HEC) DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN

Penggetaran paksa berenergi rendah pada pegas elastis guna menurunkan draft tanah dan energi selama membajak tanah telah dikembangkan dan diuji secara

Penelitian ini berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Berbagai Tanaman Lahan Kering Di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali” yang bertujuan untuk : (1) mengetahui

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei, yaitu mengamati, mencatat dan mengukur secara sistematik gelala-gejala yang diteliti kemudian dilengkapi

Ekstrak etanol rimpang jahe diuji terhadap Staphylococcus aureus untuk mendapatkan konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan diameter zona