• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KELILING DAN LUAS LINGKARAN DI KELAS VIII B MTS. NEGERI AEK NATAS TAHUN AJARAN 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KELILING DAN LUAS LINGKARAN DI KELAS VIII B MTS. NEGERI AEK NATAS TAHUN AJARAN 2014/2015."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI ) UNTUK MENINGKATKAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA KELILING DAN LUAS LINGKARAN DI KELAS VIII B MTs. NEGERI

AEK NATAS TAHUN AJARAN 2014 /2015

Oleh :

Nani Nursamqori Siregar NIM . 4103311033

Program Studi Pendidikan matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 9

2.1.1. Pengertian Belajar 9

2.1.2. Pengertian Belajar Matematika 10

2.2 Komunikasi Matematika 12

2.2.1 Pengertian Komunikasi Matematika 12

2.2.2 Aspek –aspek Komunikasi Matematika 15 2.2.3 Faktor yang mempengaruhi Komunikasi Matematika 17 2.2.4 Mengungkapkan kemampuan Komunikasi Matematika 18

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif 20

2.4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization

(TAI) 22

2.5 Materi 25

2.5.1 Lingkaran 25

2.5.2 Keliling dan Luas Lingkaran 29

2.5.3 Busur, Juring, dan Tembereng 35

2.6 Kerangka Konseptual 39

2.7 Kajian Penelitian Yang Relevan 40

(4)

vii

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 41

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 41

3.2.1. Subjek Penelitian 41

3.2.2. Objek Penelitian 41

3.3. Jenis Penelitian 41 3.4. Definisi Operasional 42

3.5. Prosedur Penelitian 42

3.6. Alat Pengumpulan Data 48

3.6.1. Tes 48

3.6.2. Wawancara 49 3.6.3. Observasi 49

3.7. Teknik Analisis Data 49

3.7.1. Reduksi Data 50

3.7.2. Paparan Data 50

3.7.3. Analisis Hasil Observasi 51

3.8 Penarikan Kesimpulan 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 53

4.1.1 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus I 53

4.1.1.1 Permasalahan I 53

4.1.1.2 Perencanaan Tindakan I 54

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 54

4.1.1.4 Observasi I 56

4.1.1.4.1 Hasil Observasi Guru I 56

4.1.1.4.2 Hasil Observasi Siswa I 58

4.1.1.5 Analisis Data Hasil Siklus I 60

4.1.1.5.1 Hasil Tes Komunikasi Matematika 60

4.1.1.6 Refleksi I 68

4.1.2 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus II 69

4.1.2.1 Permasalahan II 69

4.1.2.2 Perencanaan Tindakan II 69

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 70

4.1.2.4 Observasi II 72

4.1.2.5 Analisis Data Hasil Siklus II 75

4.1.2.5.1 Hasil Tes Komunikasi Matematika 75

4.1.2.6 Refleksi II 83

(5)

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 91

5.2. Saran 92

(6)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bentuk Lingkaran 25

Gambar 2.2 Lingkaran 25

Gambar 2.3 Lingkaran yang berpusat di titik O 26

Gambar 2.4 Diameter Lingkaran 29

Gambar 2.5 Lingkaran 32

Gambar 2.6 Lingkaran dan Juring 32

Gambar 2.7 Juring 35

Gambar 2.8 Sudut Pusat 35

Gambar 2.9 Tembereng 37

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 47

(7)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I – Siklus I) 94 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP II – Siklus I) 101 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I – Siklus II) 107

Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 113

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 117 Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa III (LAS III) 121

Lampiran 7 Kisi – Kisi Tes Kemampuan Awal 124

Lampiran 8 Tes Kemampuan Awal 125 Lampiran 9 Alternatif Penyelesain Tes Kemampuan Awal 126 Lampiran 10 Kisi –Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa I 129

Lampiran 11 Lembar Validasi Tes Siklus I 131

Lampiran 12 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika 134 Lampiran 13 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika I 135

Lampiran 14 Kisi –Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa II 139

Lampiran 15 Lembar Validasi Tes Siklus II 141

Lampiran 16 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 144 Lampiran 17 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika II 145

Lampiran 18 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika 149

Lampiran 19 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I 151 Lampiran 20 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I 153

Lampiran 21 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II 155 Lampiran 22 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I 157 Lampiran 23 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I 158 Lampiran 24 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II 159

Lampiran 25 Nilai Tes Kemampuan Awal Siswa 160

Lampiran 26 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siklus I 162 Lampiran 27 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siklus II 164

Lampiran 28 Dokumentasi Penelitian 166

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan besar dalam

perkembangan teknologi modern dan terus berkembang dari zaman ke zaman,

Hal ini dapat diketahui melalui setiap kegiatan manusia yang kerap sekali terkait

dengan matematika. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memudahkan kita

untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari

berbagai belahan dunia, namun di sisi lain untuk mempelajari keseluruhan

informasi mengenai IPTEK tersebut diperlukan kemampuan yang memadai

bahkan lebih (dalam Ansari, 2009:1). Seiring dengan itu, peran matematika

sebagai salah satu ilmu dasar menjadi sangat penting untuk diterapkan dalam

berbagai bidang kehidupan karena matematika mampu mendorong manusia

berpikir kreatif, imajinatif, dan mampu memecahkan persoalan. Pola pikir

matematika selalu menjadi andalan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Pendidikan matematika mempunyai peran yang besar untuk menyiapkan

sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara global. Oleh

karena itu, matematika sebagai disiplin ilmu perlu dikuasai dan dipahami oleh

siswa sekolah agar dapat memudahkan siswa untuk mengikuti perkembangan

ilmu dan teknologi. Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi (high order

thingking), yaitu berfikir logis, kritis, kreatif dan mampu bekerjasama dan

berkomunikasi secara proaktif.

Matematika memiliki struktur keterkaitan yang kuat dan jelas satu sama

lain serta pola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Selain itu, matematika

merupakan alat bantu yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu

keadaan atau situasi yang sifatnya abstrak menjadi konkrit melalui bahasa dan ide

(9)

2

Dalam proses pembelajaran matematika saat ini, tidak sedikit guru yang

masih menganut paradigma transfer of knowledge yaitu bahwa pengetahuan itu

dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa sehingga guru

memfokuskan pembelajaran matematika pada upaya penuangan pengetahuan

tentang matematika sebanyak mungkin kepada siswa. Paradigma ini beranggapan

bahwa siswa merupakan objek atau sasaran belajar, sehingga dalam proses

pembelajaran lebih banyak usaha yang dilakukan guru, mulai dari mencari,

mengumpulkan, memecahkan dan menyampaikan informasi yang ditujukan agar

peserta didik memperoleh pengetahuan.

Selain itu fenomena seperti itu telah diungkapkan juga oleh Ruseffendi

(dalam Ansari, 2009:2) Kemerosotan pemahaman matematik siswa di kelas antara

lain karena:

(a) Dalam mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal;

(b) Siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan matematik, kemudian guru mencoba memecahkannya sendiri;

(c) Pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh dan soal untuk latihan.

Brooks & Brooks (dalam Ansari, 2009:2) menamakan pembelajaran

seperti pola di atas sebagai pembelajaran konvensional, karena suasana kelas

masih didominasi guru dan titik berat pembelajaran ada pada keterampilan tingkat

rendah.

Untuk mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang semakin maju, model pembelajaran matematika di kelas perlu direformasi.

Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer of

knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation of learning) agar

dapat mengkontruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti

pemecahan masalah, penalaran dan kreatif.

Sullivan (dalam Ansari, 2009:3) mengatakan bahwa peran dan tugas guru

(10)

3

1. melibatkan secara aktif dalam explorasi matematika;

2. mengkontruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman yang telah ada pada mereka;

3. mendorong agar mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai strategi;

4. mendorong agar berani mengambil resiko dalam menyelesaikan soal; 5. memberi kebebasan berkomunikasi untuk menjelaska idenya dan

mendengar ide temannya.

Silver dan Smith (dalam Ansari, 2009:3) mengutarakan pula bahwa tugas

guru adalah :

1. melibatkan siswa dalam setiap tugas matematika;

2. mengatur aktivitas intelektual siswa dalam kelas seperti diskusi dan komunikasi;

3. membantu siswa memahami ide matematika dan memonitor pemahaman mereka.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematika juga dipengaruhi oleh

kurangnya partisipasi siswa di kelas. Hal ini sangat menghambat siswa untuk

menyelesaikan permasalahan yang ada. Partisipasi ini berhubungan erat dengan

kemampuan komunikasi siswa. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika

mengakibatkan siswa sulit untuk memahami dan mencerna soal-soal yang

diberikan sehingga mereka tidak bisa memecahkan masalah tersebut.

Bambang (2008) menyatakan bahwa:

”Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakterisitik materi matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu pengalaman belajar matematika bersama guru yang tidak menyenangkan atau guru yang membingungkan, turut membentuk sikap negatif siswa terhadap pelajaran matematika. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi”.

Dari pernyataan di atas disimpulkan bahwa salah satu kesulitan

matematika siswa adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa.

Sejumlah pakar telah mendefinisikan pengertian, prinsip, dan standar komunikasi

(11)

4

“Matematika sebagai alat komunikasi (mathematics as communication) merupakan pengembangan bahasa dan simbol untuk mengkomunikasikan ide matematik, sehingga siswa dapat : (1) mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan hubungannya, (2) merumuskan definisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui investigasi (penemuan), (3) mengungkapkan ide matematik secara lisan dan tulisan, (4) membaca wahana maematika dengan pemahaman, (5) menjelaskan dan mengajukan serta memperluas pertanyaan terhadap matematika yang telah dipelajarinya, dan (6) menghargai keindahan dan kekuatan notasi matematik, serta peranannya dalam mengembangkan ide / gagasan matematik.

Kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang

peranan penting karena membantu dalam proses penyusunan pikiran,

menghubungkan gagasan dengan gagasan lain sehingga dapat mengisi hal-hal

yang kurang dalam jaringan gagasan siswa.

Hal senada juga disampaikan Baroody (dalam Ansari, 2009:4):

”Sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menentukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity; artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan

juga komunikasi antara guru dan siswa”.

Dalam setiap proses belajar matematika, siswa perlu dibiasakan untuk

memberikan argumen atas setiap jawabannya dan memberikan tangggapan kepada

jawaban temannya sebagai bentuk aktivitas sosial dalam pembelajaran

matematika.

Pendapat tentang pentingnya komunikasi matematika juga diusulkan

(12)

5

Program pembelajaran matematika sekolah harus memberi kesempatan

kepada siswa untuk:

(a) Menyusun dan mengaitkan mathematical thinking mereka melalui komunikasi;

(b) Mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara logis dan jelas kepada teman-temannya, guru, dan orang lain;

(d) Menganalisis dan menilai mathematical thinking dan strategi yang dipakai orang lain;

(d) Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara benar.

Dari observasi awal yang dilakukan peneliti, lingkaran merupakan salah

satu materi yang dianggap sulit dipahami oleh siswa. Melalui tes diagnostik pada

materi lingkaran di kelas VIII B MTs. Negeri Aek Natas Tahun Ajaran

2014/2015, peneliti menemukan kesalahan terhadap masalah komunikasi

matematika yang dilakukan oleh siswa dikelas, yaitu siswa tidak dapat membaca

secara lengkap dan benar

1. Gambar dibawah adalah lingkaran dengan pusat P, dari gambar tersebut

tentukanlah : a. tali busur, b. tembereng, c. juring, d. sebutkan 4 ruas yang

merupakan jari – jari lingkaran

Penyelesaiannya :

(13)

6

Dari 40 siswa yang diberi tes terdapat 45 % siswa mampu menjelaskan

suatu masalah dengan memberikan argumentasi terhadap permasalahan

matematika ( explanation), 30 % siswa mampu menyatakan ide matematika

menggunakan simbol -simbol atau bahasa matematika dan 25% siswa mampu

melukiskan maupun membaca gambar,grafik diagram dan tabel. Adapun target

dari kemampuan komunikasi matematis siswa yaitu 75 % siswa mampu

menjelaskan suatu masalah ( explanation), mampu menyatakan ide matematika

dan mampu melukiskan maupun membaca gambar,grafik diagram dan tabel.

Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

adalah pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan proses pembelajaran kepada

siswa dengan menggunakan media yang dapat mendorong siswa mengemukakan

pendapat sehingga dapat meningkatkan pemahaman mereka dan tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization

(TAI ) belum diterapkan oleh guru matematika di MTs. Negeri Aek Natas. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Ibu Ummi Maisyarah selaku guru matematika di

MTs. Negeri Aek Natas . Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ummi

Maisyarah , menyatakan bahwa : “ Sampai saat ini, metode yang digunakan oleh

guru matematika dalam pembelajaran adalah metode yang biasa dipakai oleh guru pada umumnya yaitu metode ceramah”.

Kemudian ada beberapa masalah yang dihadapi guru saat proses

pembelajaran berlangsung. Terutama untuk soal-soal cerita seperti persamaan

linear dua variabel, siswa sering sulit memahami apa informasi yang terkandung

dalam soal cerita tersebut, sehingga mereka sulit untuk menyusun

langkah-langkah penyelesaian dalam model matematikanya. Hal ini karena siswa sulit

(14)

7

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa salah satu kesulitan mempelajari

matematika adalah karena rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas peneliti tertarik untuk,

mengadakan penelitian tentang “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI ) Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Siswa Pada Keliling Dan Luas Lingkaran Di kelas VIII B MTs. Negeri Aek Natas Tahun Ajaran 2014 /2015”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa masalah

yang dapat diidentifikasi yaitu :

1. Kurangnya partisipasi siswa di kelas sehingga selama pembelajaran siswa

cenderung pasif dan hanya menerima informasi dari guru

2. Kemampuan komunikasi matematika siswa di kelas VIII B MTs. Negeri

Aek Natas masih rendah

3. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization

(TAI ) belum diterapkan disekolah MTs. Negeri Aek Natas

4. siswa menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan

membosankan

5. proses pembelajaran yang kurang menunjang siswa untuk

mengekspresikan kemampuan komunikasi matematika yang dimiliki oleh

siswa tersebut.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka penelitian ini hanya untuk perbaikan atau sebuah

tindakan upaya untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Siswa dengan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization

(TAI ) Pada Keliling Dan Luas Lingkaran Di kelas VIII B MTs. Negeri Aek

(15)

8

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah penerepan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan

komunikasi matematis siswa pada Keliling Dan Luas Lingkaran di kelas VIII B

MTs. Negeri Aek Natas Tahun Ajaran 2014/2015.

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran

Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Pada Keliling Dan Luas

Lingkaran VIII B MTs. Negeri Aek Natas Tahun Ajaran 2014/2015.

1.6. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini

diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi guru MTs. Negeri Aek Natas dalam

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti, sebagai bekal ilmu pengetahuan

dalam mengajar matematika dimasa mendatang.

3. Melalui model pembelajaran koperatif tipe TAI diharapkan kemampuan

komunikasi matematis siswa meningkat.

4. Sebagai masukan bagi para penelitian sejenis.

5. Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu

pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar matematika di

Gambar

Gambar 2.1  Bentuk Lingkaran Gambar 2.2  Lingkaran
gambar 1.1 siswa tidak dapat membaca gambar secara lengkap dan benar

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya penelitian yang juga berperan terhadap efektivitas penaganan gangguan stress yaitu peranan dukungan sosial terhadap tingkat stres siswa kelas unggulan

The resources needed are hardware, operating system and communication software determined by the purpose of cluster building, compatibility, performance needed by the users and

Bagi penelitian selanjutnya yang ingin mengusung Pariwisata Boyolali, dapat menggunakan segmentasi yang lebih luas menjadi umum atau semua kalangan serta

Penerapan Model Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Bermain Sepakbola SMP Negeri 1 Losari.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

(1) Untuk setiap Kecamatan atau daerah yang disamakan dengan itu (selanjutnya dalam Peraturan ini disebut : Kecamatan), diangkat seorang pejabat yang bertugas membuat akte

Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu prototipe kursi roda berupa robot beroda sebagai sarana mempelajari mobilasi secara otomatis orang yang menderita

(disesuaikan dengan judul dan masalah yang dihadapi perusahaan/lembaga, serta alternatif yang diusulkan serta bagaimana seharusnya yang ideal berdasarkan kajian teori dan

Yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja Barang Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Kepulauan Aru, berdasarkan :. Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP) Nomor