• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH DENGAN PROFESIONALISME GURU SD DI KECAMATAN KOTA KISARAN TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH DENGAN PROFESIONALISME GURU SD DI KECAMATAN KOTA KISARAN TIMUR."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI AKADEMIK

PENGAWAS SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH

DENGAN PROFESIONALISME GURU SD DI

KECAMATAN KOTA KISARAN TIMUR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

OLEH

ELLI YANTI

NIM. 8136132013

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Elli Yanti, NIM. 8136132013. Hubungan Antara Supervisi Akademik Pengawas Sekolah dan Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur.

Rumusan masalah penelitian ini yaitu: Apakah terdapat hubungan antara supervisi akademik pengawas sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur? Apakah terdapat hubungan antara iklim sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur? Apakah terdapat hubungan secara bersama-sama antara supervisi akademik pengawas sekolah dan iklim sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara supervisi akademik pengawas sekolah dan iklim sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran. Desain penelitian kuantitatif, sampel berjumlah 152 orang, instrumen menggunakan skala Guttman. Analisis data menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yaitu : terdapat hubungan yang positif antara supervisi akademik pengawas sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur sebesar 0,688; terdapat hubungan yang positif antara iklim sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur sebesar 0,851; terdapat hubungan yang positif secara bersama-sama antara supervisi akademik pengawas sekolah dan iklim sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur sebesar 0,868 dengan sumbangan efektif supervisi akademik pengawas sekolah sebesar 27,29% dan sumbangan efektif iklim sekolah sebesar 59,83%.

(5)

ABSTRACT

Elli Yanti, Students Registration Number 8136132013. The Corelation Between School Academic Supervition And School Atmosphere With Primary School Teacher Profesionalism in Kecamatan Kota Kisaran Timur

The formulation of problem in this study namely is there a correlation between academic supervition and primary school teacher profesionalism in Kecamatan Kota Kisaran Timur? Is there a correlation between school atmosphere and Primary School Teacher Profesionalism in Kecamatan Kota Kisaran Timur? Is there any correlation between academic supervition and school atmosphere with primary school teacher profesionalism in Kecamatan Kota Kisaran Timur? The objectif of this study was to examine the correlatin between academic supervition and teacher professionalism it was a quantitative study with 152 subjects as the sample and Guttman Scala as the instrument. The data analisys applied in this study was simple regretion analisis and multiplied linier regretion. Based on the result of the study some conclusions can be staged. There was a correlation between school, academic supervision with the primary school teacher professionalism as much 0.688; There was a positive correlation between the school atmosphere as much 0.051; There was a positive correlation between school supervisor academic supervision and the school atmosphere with the Primary School Teacher Profesionalism in Kecamatan Kota Kisaran Timur as much 0.868 with efective contribution of school for 27,28 %, and efektive contribution of school atmosphere for 59,83%.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis

ini meskipun melalui berbagai hambatan dan kesulitan. Penulisan tesis ini

dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister

Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan di Pascasarjana UNIMED.

Tesis ini berjudul “Hubungan antara Supervisi Akademik Pengawas Sekolah dan

Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru SD di Kecamatan Kota Kisaran

Timur”.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit

bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

3. Dr. Ir. Darwin, M.Pd. selaku Ketua Program Pascasarjana Administrasi

Pendidikan yang telah berbagi ilmu selama masa perkuliahan maupun dalam

proses pembuatan tesis ini.

4. Prof. Dr. Sri Milfayetty, M.S.Kons. dan Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. selaku

pimpinan kerja yang telah memimbing penulis dengan berbagai ilmu dan saran

(7)

5. Dr. Zulkifli Matondang, M.Si. dan Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd. serta

Dr. Ir. Darwin, M.Pd. selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran

bagi kemajuan tesis ini.

6. Guru-guru SD dan Kepala TU beserta Kepala Dinas UPT Pendidikan

Kecamatan Kota Kisaran Timur yang telah membantu penulis dalam

memperoleh data penelitian.

7. Suami, orang tua, dan anak-anak tercinta yang telah memotivasi penulis.

8. Rekan-rekan kuliah Program Pascasarjana dan teman-teman sekolah yang

senantiasa memberikan dorongan kepada penulis.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan sumbangan pemikiran, waktu dan tenaganya kepada penulis untuk

menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna sehingga masih

banyak kelemahan dan kekurangan, sehingga dengan kerendahan hati menerima

saran dan kritik membangun dari berbagai pihak, guna perbaikan dan

kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.

Kisaran, November 2015

Penulis.

Elli Yanti

(8)

DAFTAR ISI

2. Supervisi Akedemik Pengawas Sekolah ... 37

3. Iklim Sekolah ... 48

4. Hasil Penelitian yang Relevan ... 59

B.Kerangka Berpikir ... 62

1. Hubungan antara Supervisi Akademik Pengawas Sekolah dengan Profesionalisme Guru ... 62

2. Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru ... 63

3. Hubungan antara Supervisi Akademik Pengawas Sekolah dan Iklim Sekolah Secara Bersama-sama dengan Profesionalisme Guru ... ... 64

C.Hipotesis Penelitian ... 66

BAB III. METODE PENELITIAN ... 67

A.Lokasi Penelitian ... 67

B.Definisi Operasional dan Indikator ... 67

C.Desain Penelitian ... 72

D.Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel ... 73

E. Teknik Pengumpulan Data ... 74

F. Validasi Penelitian ... 75

G.Teknik Analisis Data ... 77

(9)

A. Deskrpsi Data ... 79

B. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 85

C. Pengujian Prasyaratan Analisis Data ... 88

D. Pengujian Hipotesis ... 93

E. Pengujian Seluruh Hubungan ... 100

F. Temuan Penelitian ... 101

G.Pembahasan Hasil Penelitian ... 104

H.Keterbatasan Penelitian ... 110

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 111

A.Simpulan ... 111

B.Implikasi ... 111

C.Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 114

(10)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1.1 Data Pendidikan Terakhir dan Sertifikasi Guru SD Negeri Sekecamatan Kota Kisaran Timur pada

Bulan Januari 2015 ... 10

Tabel 3.1 Kisi-kisi Variabel Profesionalisme Guru ... 68

Tabel 3.2 Kisi-kisi Persepsi Guru Terhadap Supervisi Akademik Pengawas Sekolah ... 70

Tabel 3.3 Kisi-kisi Variabel Iklim Sekolah... 71

Tabel 3.4 Distribusi Sampel ... 74

Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 79

Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Nilai r... 76

Tabel 4.1 Ringkasan Karakteristik Data Variabel Penelitian... 80

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Guru ... 80

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Supervisi Akademik Pengawas Sekolah ... 82

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Iklim Sekolah ... 84

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Profesionalisme Guru ... 86

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Supervisi Akademik Pengawas Sekolah ... 86

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Iklim Sekolah ... 87

Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas ... 88

(11)

Tabel 4.10 Ringkasan Perhitungan dari Persamaan Regresi Profesionalisme Guru atas Supervisi Akademik

Pengawas Sekolah ... 91

Tabel 4.11 Ringkasan Perhitungan dari Persamaan Regresi

(12)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian ... 66

Gambar 3.1 Konstelasi Hubungan Variabel Penelitian ... 72

Gambar 4.1 Histogram Profesionalisme Guru ... 81

Gambar 4.2 Histogram Supervisi Akademik Pengawas Sekolah ... 83

Gambar 4.3 Histogram Iklim Sekolah ... 85

(13)

i

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Data Uji Coba Angket ... 118

Lampiran 2 Uji Validitas Angket ... 123

Lampiran 3 Uji Reliabilitas Angket ... 131

Lampiran 4 Angket Penelitian ... 138

Lampiran 5 Data Penelitian ... 146

Lampiran 6 Deskripsi Data ... 150

Lampiran 7 Uji Kecenderungan Data ... 155

Lampiran 8 Uji Kenormalan Data ... 158

Lampiran 9 Uji Homogenitas Varians ... 160

Lampiran 10 Uji Linieritas Persamaan Regresi ... 178

Lampiran 11 Uji Korelasi ... 202

Lampiran 12 Koefisien Korelasi Parsial ... 210

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Indonesia pada pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Sekolah sebagai suatu lembaga formal merupakan organisasi dengan

kegiatan utama pendidikan. Melalui proses pembelajaran sumber daya manusuia

dapat dikembangkan dengan lebih terarah sesuai dengan spesifikasi tertentu. Hal

ini merupakan ciri khusus pada organisasi sekolah yang membedakannya dengan

organisasi-organisasi lain. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dikelola

secara berdaya guna dan berhasil guna, agar sekolah mampu mencapai tujuannya.

Berbicara tentang pengelolaan proses pembelajaran berdaya guna dan

berhasil guna, perhatian akan tertuju pada pihak sekolah dan lebih khusus lagi

tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

(15)

pada UU RI Nomor 14 Tahun 2005 dan PP Nomor 74 Tahun 2008 pada Pasal 1.

Pada Pasal 2 PP No. 74 Tahun 2008 dikatakan Guru wajib memiliki kualifikasi

akademik, kompetensi, sertifikat pendidik. Selanjutnya dikatakan Kualifikasi

Akademik Guru diperoleh melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program

D-IV. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru

dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi Guru meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sertifikat

Pendidik bagi Guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Danim (2010:17) mengatakan guru merupakan tenaga pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Uno

(2011:15) mengemukakan bahwa “Guru merupakan suatu profesi, yang artinya

suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat

dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.

Alma (2010:127) berpendapat bahwa guru profesional adalah guru yang

tahu apa yang diajarkan, mampu mengajarkannya secara efektif, efisien, dan

berkepribadian mantap. Guru yang bermoral tinggi tingkah lakunya digerakkan

oleh nilai-nilai luhur. Yamin dan Maisah (2010:28) menjelaskan Guru profesional

adalah guru yang mengedepankan mutu dan kualitas layanan dan produknya,

(16)

pengguna serta memaksimalkan kemampuan peserta didik berdasar potensi dan

kecakapan yang dimiliki masing-masing individu. Guru harus memiliki

keberanian berinovasi dalam pembelajaran dan mengembangkan pembelajaran

yang bermutu, pembelajaran yang monoton harus segera diubah dengan

pembelajaran dinamis dan bermakna.

Muslim (2010:173) mengemukakan guru profesional adalah orang yang

memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia

mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan maksimal.

Selanjutnya, Asmani (2011:45) menyatakan bahwa profesionalisme guru

mengandung pengertian usaha meningkatkan kompetensi guru ke arah yang lebih

baik dalam berbagai aspeknya demi terselenggaranya optimalisasi pelayanan

pembelajaran.

Untuk menjadi guru profesional, guru tersebut harus berprofesionalisme

yang tinggi. Guru dapat mewujudkan profesionalisme yang tinggi dengan

memiliki pendidikan formal, mengusai berbagai strategi atau teknik dalam

kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan

seperti yang tercantum dalam kompetensi guru. Selain itu guru tersebut harus

memahami bahwa sekolah merupakan tempat layanan pembelajaran yang bermutu

melalui strategi pembelajaran yang bervariasi.

Namun, dari hasil penelitian Siswandari dan Susilaningsih (2013) yang

berjudul Dampak Sertifikasi Guru Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Peserta Didik disimpulkan sebagai berikut: Pertama, kondisi akademik guru yang

(17)

pedagogik dan kompetensi profesional mereka dalam kaitannya dengan proses

pembelajaran belum memuaskan yang diindikasikan dengan keadaan sebagai

berikut: a. hanya 37% dari guru bersertifikasi yang dapat menyampaikan materi

dengan jelas. b. sekitar 30% guru bersertifikasi pendidik berkategori ‘cukup dan

kurang mampu’melaksanakan tugasnya berhubungan dengan media dan teknologi

pembelajaran. c. sekitar 30% guru berada pada kategori ‘cukup dan kurang baik’

kemampuannya dalam mengikuti perkembangan iptek untuk pemutakhiran materi

pembelajaran dan pengembangan inovasi pembelajaran. d. Kurang lebih sebanyak

32% guru berada pada kategori ‘cukup dan kurang baik’ kemampuannya dalam

mengembangkan keprofesian berkelanjutan. Kedua, berbagai upaya dilakukan

guru untuk mempertahankan sertifikat pendidik yang telah dimiliki, khususya

dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional. Diskusi

antar-sejawat yang mengampu mata pelajaran sama merupakan upaya yang paling

diminati untuk mempertahankan keprofesiannya. Sebaliknya, publikasi ilmiah dan

karya inovasi sangat sedikit dilakukan oleh guru yang bersertifikat pendidik.

Ketiga, guru bersertifikasi belum menunjukkan peningkatan kualitas pembelajaran

di kelas secara signifikan. Hal ini, antara lain diindikasikan oleh kemampuan

menjelaskan materi yang masih kurang, masih kurangnya kemampuan

memanfaatkan teknologi pembelajaran (sekitar 25% dinyatakan kurang sampai

cukup), kemampuan menyiapkan media (sekitar 30% dinyatakan kurang sampai

cukup), dan 20% guru berindikasi kurang sampai cukup memperhatikan keadaan

siswa secara individual. Bahkan, terdapat 5% guru yang kurang baik dalam

(18)

Simpulan dari penelitian tersebut mengungkapkan bahwa guru yang telah

mendapat sertifikat atau guru yang sudah dapat dikatakan guru profesional belum

menunjukkan keprofesionalannya. Hanya sekitar sepertiga dari keseluruhan yang

berpredikat guru profesional jika ditinjau dari kompetensinya dalam proses

mengajar. Profesionalisme guru tersebut kurang karena guru kurang mengikuti

perkembangan iptek untuk pemuktakhiran materi pembelajaran dan

pengembangan inovasi pembelajaran.

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan supervisi akademik. Supervisi

akademik memiliki peran membina dan mengembangkan guru dalam pengelolaan

pembelajaran agar guru lebih profesional. Herabudin (2009:195) supervisi adalah

suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai

sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Boardman

(Sahertian 2008:17) mengemukakan bahwa supervisi adalah suatu usaha

menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan

guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih

mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Hal

senada dikemukakan oleh Purwanto (2009:76), supervisi adalah suatu aktivitas

pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah

lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

Supervisi terhadap guru-guru yang dimaksud di atas adalah supervise

akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Sudjana (2011:191)

mengemukakan kondisi ideal pengawas sekolah tampak pada kemampuannya

(19)

pemantauan; (2) penilaian; dan (3) pembinaan. Selanjutnya ia menjelaskan (1)

memantau artinya salah satu kegiatan pengawas untuk memotret berbagai

fenomena baik fenomena akademik guru dalam proses pembelajaran maupun

fenomena manajerial kepala sekolah dan tenaga lain dalam kegiatan administrasi

dan pengelolaan sekolah. Jenis tindakan pemantauan pengawas sekolah dalam

supervisi akademik yaitu terdiri dari pengamatan, perekaman, pencatatan, dan

kunjungan kelas; (2) menilai artinya proses kegiatan pengumpulan dan pengolah

informasi untuk menentukan pencapaian hasil dalam rangka pengambilan

keputusan. Penilain dilakukan pengawas kepada guru, kepala sekolah dan tenaga

lainnya dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggungjawabnya masing-masing.

Jenis tindakan menilai pengawas sekolah dalam supervisi akademik yaitu terdiri

dari tes (lisan-tulisan-tindakan), wawancara, observasi, analisis kasus, analisis

dokumen, analisis konten, dan portofolio; dan (3) membina artinya kegiatan

memberikan bimbingan, bantuan kepada seseorang agar yang bersangkutan dapat

memecahkan atau mengatasi masalah yang dihadapinya.dalam pengawasan

akademik pengawas melakukan pembinaan kepada guru dalam hal pembelajaran.

Jenis kegiatan membina pengawas sekolah dalam supervisi akademik yaitu terdiri

dari rapat, diskusi, seminar, workshop, bimbingan teknis, studi banding,

penelitian, demontrasi, simulasi, dan supervise klinis.

Daresh dan Glickman (Prasojo 2011:84) mengemukakan supervisi

akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan

kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

(20)

dan membina guru dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar

diperoleh hasil belajar peserta didik yang lebih optimal.

Lebih lanjut Sudjana (2011:54) menjelaskan kalau supervisi akademik

bukan sekedar melakukan penilaian unjuk kerja guru tetapi memberikan bantuan

keahlian kepada guru agar guru dapat memperbaiki dan atau meningkatkan

kemampuan profesionalnya, khususnya kemampuan melaksanakan pembelajaran

agar diperoleh hasil belajar peserta didik yang optimal. Penilaian terhadap unjuk

kerja guru hanya bagian dari kegiatan supervisi sebab intinya adalah

meningkatkan kemapuan guru dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung

jawabnya sebagai guru profesional. Oleh sebab itu supervisi yang baik harus

mampu membuat guru profesional, yaitu guru yang menguasai kompetensi, baik

kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, maupun sosial.

Sebagai tenaga profesional, guru memegang peranan dan tanggung jawab

yang penting dalam pelaksanaan program pembelajaran di sekolah. Selain itu,

guru juga memiliki tanggung jawab atas ketercapaian tujuan pembelajaran di

sekolah. Guru Sekolah Dasar merupakan tenaga pendidik yang berada pada

barisan terdepan dalam pendidikan formal, memiliki peranan memberikan pondasi

awal dalam upaya meningkatan sumber daya manusia pada tingkat satuan

pendidikan dasar.

Hasil penelitian Tjatjuk Siswandoko dan Ace Suryadi (2013), yang berjudul

Kompetensi, Sertifikasi Guru, dan Kualitas Belajar Siswa Sekolah Dasar

menunjukkan: 1) sertifikat guru tidak menjadi jaminan bahwa guru-guru akan

(21)

terdiri atas mereka yang berpengalaman mengajar lebih lama, tetapi umumnya

belum memperoleh sertifikat profesi pendidik. Kompetensi guru lebih banyak

dibentuk oleh lingkungan sekolah yang bermutu daripada pendidikan guru atau

pendidikan kepala sekolah. Kompetensi guru lebih berkembang pada guru yang

berpendidikan lebih rendah karena lebih tertantang untuk belajar, 2) sertifikasi

guru cenderung tidak ditentukan oleh kompetensi, tetapi lebih ditentukan oleh

senioritasnya. 3) Sertifikasi profesi pendidik bagi guru belum memberikan efek

yang cukup (sufficient) terhadap peningkatan UASBN, tingginya nilai UASBN

lebih ditentukan oleh faktor SES (social economic status) keluarga dan kualitas

sekolah yang dilengkapi fasilitasnya seperti internet.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kompetensi guru lebih banyak

dibentuk oleh lingkungan sekolah yang bermutu. Lingkungan sekolah merupakan

bagian dari iklim sekolah. Iklim sekolah merupakan salah satu faktor yang mampu

menggairahkan guru dalam bekerja. Guru akan memberikan yang terbaik

manakala ia berada dalam iklim organisasi yang sehat dan kondusif. Iklim

organisasi yang mampu menampung aspirasi dan memungkinkan guru untuk

berkembang.

Iklim tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan dan dapat mempengaruhi

perilaku dalam organisasi. Iklim morganisasi dapat menyenangkan dapat pula

tidak menyenangkan, oleh karena itu iklim organisasi dibangun melalui kegiatan

dan mempunyai akibat atau dampak bagi organisasi.

Wirawan (2007:122) menyatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi

(22)

mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin,

yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan pada ahkirnya

mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi. Perilaku individu dengan

segala latar belakang dan persepsinya dalam suatu organisasi akan membentuk

suatu iklim organisasi yang menjadi ciri dan suasana organisasi tersebut.

Suharsaputra (2010:75) mengatakan iklim organisasi jelas akan berlainan

dalam setiap organisasi. Perbedaan tersebut tidak hanya karena perbedaan bidang

kegiatan organisasi, namun dalam organisasi yang bidang kegiatannya sama pun.

Perbedaan dapat terjadi karena lingkungan organisasi dan anggota organisasi yang

berinteraksi serta setting di dalamnya berbeda Hal tersebut juga berlaku dalam

konteks organisasi sekolah. Croft ( Sagala 2008:129) menyatakan iklim organisasi

yang berkualitas ditandai adanya suasana penuh semangat dan adanya daya hidup,

memberikan kepuasan kepada anggota organisasi.

Permasalahan yang diuraikan di atas berlaku juga pada guru SD di

Kecamatan Kota Kisaran Timur. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepala

UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kota Kisaran Timur pada bulan Januari 2015

untuk tingkat SD Negeri masih banyak guru yang belum S-1 dan belum memiliki

Sertifikat Pendidik. Dari data yang diperoleh, disajikan data untuk

(23)

Tabel 1.1 Data Pendidikan Terakhir dan Sertifikasi Guru SD Negeri Sekecamatan Kota Kisaran Timur pada bulan Januari 2015

(24)

Dari data di atas diketahui jumlah guru di SD Negeri untuk sekecamatan

Kota Kisaran Timur sebanyak 268 orang. Guru yang telah memperoleh sertifikat

pendidik masih 209 orang atau 78% dari keseluruhan guru yang mengajar. yang

telah memiliki sertifikat pendidik. Ditinjau dari segi pendidikan terakhir

guru-guru yang mengajar tersebut hanya 143 orang yang lulusan S1 atau 53.36%.

Mengacu pada Pasal 2 PP No. 74 Tahun 2008 yang disebutkan guru wajib

memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik. Guru-guru

sekecamatan Kota Kisaran Timur belum memenuhi sepenuhnya ketentuan pada

pasal tersebut. Hal tersebut dikarenakan masih banyak guru tersebut belum

memiliki sertifikat pendidik dan kualifikasi akedemiknya belum lulusan S1 atau

program D-IV bahkan masih dijumpainya guru yang hanya lulusan SLTA.

Adapun rinciannya sebagai berikut: (1) guru yang belum memiliki sertifikat

pendidik sekitar 22% atau 59 orang, (2) guru yang tidak lulusan S1 sebanyak

46,64% atau 125 orang.

Berdasarkan hasil prapenelitian di lapangan beberapa permasalahan yang

dapat dicermati, antara lain: (1) Pengetahuan guru tentang materi substansial yang

menjadi mata ajar masih sangat kurang; (2) Ketidakpahaman guru di semua

jenjang pendidikan mengenai perangkat kurikulum; (3) Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) atau silabus pembelajaran yang selama ini dimiliki oleh guru

ternyata bukan hasil produksi mereka; (4) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang

digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran bukan buatan guru sendiri tetapi

LKS buatan penerbit yang situasi dan kondisi materi pembelajaran belum tentu

(25)

yang dilaksanakan di kelas tidak pernah sama dengan persiapan yang ada secara

tertulis; (6) Dalam proses pembelajaran, masih banyak guru yang kurang

bervariasi dalam penggunaan model pembelajaran, sehingga proses pembelajaran

kurang diminati oleh siswa; (7) Dalam proses pembelajaran dijumpai banyaknya

guru yang berorientasi pada tujuan pembelajaran daripada prosesnya. Guru lebih

mementingkan tuntasnya materi pelajaran. Guru kurang memperhatikan

bagaimana proses pembelajarannya.

Pembinaan terhadap guru-guru tersebut, selain dari kepala sekolah dibina

oleh tiga orang pengawas sekolah yaitu Drs Wardiman, Selamat Suhadi,S.Pd. ,

Nuraida, AmPd. Namun hasil prapenelitian di lapangan, pengawas sekolah belum

melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik. Hal ini ditunjukkan bahwa (1)

pengawas sekolah hanya mengecek administrasi mengajar para guru tetapi tidak

pernah melakukan pembinaan penyusunan perangkat pembelajaran (2) pengawas

sekolah masuk kelas hanya menilai bagaimana guru mengajar tidak pernah

memantau aktivitas dan motivasi siswa, (3) pengawas sekolah tidak pernah

melakukan pembinaan yang berkelanjutan bagi guru yang sudah disupervisi, (4)

pengawas sekolah datang ke sekolah kadang membagi angket supervisi saja

kepada guru yang disupervisi, dan (5) intensitas kehadiran pengawas sekolah

masih rendah.

Selain yang dikemukakan di atas, pada prapenelitian juga diperoleh

informasi bahwa iklim sekolah kurang perhatian para guru untuk meningkatkan

keprofesionalannya. Umumnya para guru menganggap keberhasilan pembelajaran

(26)

perlu ditunjang oleh adanya buku yang diperlukan dan sarana pembelajaran

lainnya, tetapi manakala iklim organisasi yang melingkupi guru tidak kondusif,

maka sarana pembelajaran menjadi tidak berarti.

B.Identifikasi Masalah

Permasalahan yang diuraikan pada latar belakang dapat diidentifikasi

masalahnya sebagai berikut.

1. Profesionalisme guru kurang walaupun guru tersebut sudah memegang

sertifikat pendidik yang menunjukkan bahwa guru tersebut profesional. Hal ini

diketahui dari penelitian Siswandari dan Susilaningsih (2013). Padahal para

pakar dan peraturan pemerintah menegaskan bahwa guru harus profesional.

2. Guru-guru SD sekecamatan Kota Kisaran Timur masih banyak dijumpai guru

yang belum sertifikasi dan pendidikannya pun belum semua S1, masih D2

bahkan ada yang masih SLTA. Selain itu kompetensinya belum sesuai dengan

apa yang dikemukakan oleh para pakar maupun peraturan pemerintah.

3. Keberadaan pengawas belum dirasakan oleh guru-guru SD sekecamatan Kota

Kisaran Timur sebagaimana pendapat para pakar tentang peranan pengawas

terhadap guru agar terbantu mencapai keprofesionalannya.

4. Iklim sekolah kurang jadi perhatian guru dalam hal meningkatkan

profesionalismenya. Padahal dalam penelitian Tjatjuk Siswandoko dan Ace

Suryadi (2013) menunjukkan bahwa kompetensi guru lebih banyak dibentuk

(27)

C.Batasan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi, mengingat

keterbatasan pengetahuan peneliti, tingkat ketelitian, waktu, tenaga, tempat serta

biaya penelitian. Pengawas sekolah selain supervisi akademik, ia juga

mensupervisi managerial, namun dalam penelitian ini hanya yang dibahas tentang

supervisi akademik, supervisi akademik pengawas sekolah yang berhubungan

dengan profesionalisme guru. Begitu juga dengan iklim sekolah, penelitiannya,

hanya sebatas hubungan iklim sekolah dengan profesionalisme guru.

Makna “guru profesional” dan “profesionalisme guru” saling tumpang

tindih. Jika membicarakan tentang orangnya maka istilah yang digunakan adalah

guru profesional, tetapi jika yang dibicarakan adalah sikapnya maka istilah yang

digunakan adalah profesionalisme guru. Peneliti ingin meneliti tentang

“Hubungan antara Supervisi Akademik Pengawas Sekolah dan Iklim Sekolah

dengan Profesionalisme Guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur”.

D.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat hubungan antara supervisi akademik pengawas sekolah

dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur?

2. Apakah terdapat hubungan antara iklim sekolah dengan profesionalisme guru

(28)

3. Apakah terdapat hubungan antara supervisi akademik pengawas sekolah dan

iklim sekolah secara bersama-sama dengan profesionalisme guru SD di

Kecamatan Kota Kisaran Timur?

E.Tujuan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menemukan jawaban dari rumusan masalah

di atas.

1. Untuk mengetahui hubungan antara supervisi akademik pengawas sekolah

dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur.

2. Untuk mengetahui hubungan antara iklim sekolah dengan profesionalisme guru

SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur.

3. Untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama antara supervisi akademik

pengawas sekolah dan iklim sekolah dengan profesionalisme guru SD di

Kecamatan Kota Kisaran Timur.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini yaitu manfaat teoritis dan

manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi penguatan teori tentang profesionalisme guru

(29)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Dinas Pendidikan Asahan, penelitian ini sebagai informasi

dalam menyusun kebijakan tentang upaya peningkatan profesionalisme

guru.

b. Bagi kepala sekolah penelitian ini sebagai masukan kepada tenaga

kependidikan yang berperan dalam meningkatkan profesionalisme guru

yang berkaitan dengan iklim sekolah.

c. Bagi pengawas penelitian ini sebagai masukan kepada tenaga

kependidikan yang berperan dalam meningkatkan profesionalisme guru

yang berkaitan dengan supervisi akademik terhadap guru.

d. Bagi guru yang merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran yang

berhubungan langsung dengan siswa untuk lebih memahami peranan

(30)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan data penelitian dan hasil analisis yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara supervisi akademik

pengawas sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota

Kisaran Timur.

2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara iklim sekolah dengan

profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur.

3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara supervisi akademik

pengawas sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama dengan

profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur.

B.Implikasi

Berdasarkan simpulan yang telah disampaikan di atas, implikasi dari

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Supervisi akademik pengawas sekolah berhubungan positif dengan

profesionalisme guru telah teruji. Artinya, apabila ingin meningkatkan

profesionalisme guru maka perlu juga meningkat kegiatan supervisi akademik

pengawas sekolah. Peningkatan profesionalisme guru yang dimaksudkan

meliputi: sikap guru terhadap pelayanan proses pembelajaran yaitu guru

(31)

sebagai evaluator dan motivator; sikap guru terhadap kompetensi yang

mencakup kompetensi akademik dan profesionalnya; dan berkepribadian yang

luhur. Sedangkan peningkatan supervisi akademik pengawas yang perlu

ditingkatkan meliputi pemantauan, penilaian, dan pembinaan terhadap guru.

2. Iklim sekolah berhubungan positif dengan profesionalisme guru telah teruji.

Artinya, apabila ingin meningkatkan profesionalisme guru maka iklim sekolah

lebih dikondusifkan. Terbentuknya iklim yang kondusif di sekolah dapat

menjadi faktor penunjang bagi peningkatan motivasi guru dalam bekerja sebab

kenyamanan dalam bekerja membuat guru berpikir dengan tenang dan

terkonsentrasi hanya pada tugas yang dilaksanakan. Jika suasana kerja

menyenangkan, para guru mempunyai rasa aman, rasa ikut disertakan,

perlakuan yang wajar dan jujur, rasa mampu, pengakuan dan penghargaan, ikut

ambil bagian dalam pembentukan kebijakan, kesempatan berkreativitas,

merupakan bagian dari iklim sekolah yang dapat meningkatkan

profesionalisme guru tersebut.

3. Supervisi akademik pengawas sekolah dan iklim sekolah bersama-sama

berhubungan positif dengan profesionalisme guru telah teruji. Artinya, apabila

supervisi akademik pengawas sekolah ditingkatkan dan beriring dengan iklim

sekolah lebih dikondusifkan maka akan meningkat tingkat profesionalisme

(32)

C.Saran

1. Kepala Dinas Pendidikan Asahan, agar memperhatikan hal yang berkaitan dengan supervisi akademik pengawas sekolah dan iklim sekolah apabila

membuat kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan profesionalisme guru.

2. Kepala Sekolah, agar selalu memperhatikan kondisi sekolah baik secara fisik maupun psikologis sehingga tercipta iklim sekolah yang sangat

kondusif sehingga profesionalisme guru meningkat.

3. Pengawas Sekolah, agar meningkatkan kualitas dan kuantitas supervisi akademiknya kepada guru sehingga profesionalisme guru lebih meningkat.

4. Guru, agar memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan profesionalismenya sehinggga ia dapat lebih meningkat profesionalismenya

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2010. Guru Profesional

(MenguasaiMetodedanTerampilMengajar). Bandung: Alfabeta

Asmani, J.M. 2011.Tips SuksesPendidikandanPelatihan Guru. Jogjakarta:Diva Pers

Atmodiwiryo, Soebagio.

2011.ManajemenpengawasandanSupervisiSekolah.Jakarta:Ardadizya

Azwar,S. 1995. SikapManusia: TeoridanPengukurannya. Yogyakarta:

PusytakaPelajar

Danim, SudarmandanKhairil.2011. ProfesiKependidikan. Bandung: Alfabeta

Danim, Sudarman. 2010. ProfesionalisasidanEtikaProfesi Guru. Bandung:

Alfabeta

Ernawati. 2011.

PengaruhSupervisiAkademikPengawasSekolahdanProfesionalisme Guru terhadapKualitasPembelajaranpada SMK Negeri di KabupatenIndramayu Wilayah Barat. Tesis

Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru BerdasarkanPendekatanKompetensi.

Jakarta: BumiAksara

Hamrin. 2011. SuksesMenjadiPengawasSekolah, Tips

danStrategiJituMelaksanakanTugas. Yogyakarta: SamudraBiru

Herabudin.2009.AdministrasidanSupervisiPendidikan. Bandung: GaungPersada Press

(34)

Kunandar.2010. Guru Profesional. Jakarta: RajawaliPers

––––––––.2007. Guru ProfesionalImplementasiKurikulum Tingkat

satuanPendidikan (KTSP). Jakarta: Raja GrafindoPersada

Matondang, Zulkipli. 2013. StatistikaPendidikan. Medan: UNIMED PRESS

Mulyasa, E. 2011.Menjadi Guru

ProfesionalMenciptakanPembelajaranKreatifdanMenyenangkan. Bandung:

RemajaRosdakarya

Muslim, Sri Banun. 2010.

SupervisiPendidikanMeningkatkanKualitasProfesionalisme Guru. Bandung:

Alfabeta

PeraturanPemerintahRepublik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

Pidarta, M. 2009.SupervisiPendidikanKontektual. Jakarta: RinekeCipta

Prasojo, LantifDiatdanSudiyono. 2011. SupervisiPendidikan. Yogyakarta:

PenerbitGava Media

Pratiwi,Hening. 2012.HubunganProfesionalismeGuru danIklimSekolah

(StudiMengenaiProfesionalisme Guru di SMA 78 dan SMA 112 Jakarta Barat). Tesis

Purwanto, Ngalim. 2009. AdministrasidanSupervisiPendidikan. Bandung:

RemajaRosdakarya

–––––––––.2002. IlmuPendidikanTeoritisdanPraktis.Bandung :RosdaKarya

Ronnie M. Dani. 2005.SeniMengajarDenganHati. Jakarta: Alex Media

(35)

Sagala, Syaiful. 2010. SupervisiPembelajarandalamProfesiPendidikan. Bandung:

Alfabeta

–––––––––. 2008. MemahamiOrganisasiPendidikan. Bandung: Alfabeta

Sahertian, Piet A. danSahertian, Alaida.2008.

KonsepDasardanTeknikSupervisiPendidikan. Jakarta: RinekaCipta

Samingan.2009.Guru SebagaiPendidikProfesional.Yogyakarta:FakultasTarbiyah

UIN SunanKalijaga

Sarwono, Sarlito. 2009. PengantarPsikologiUmum. Jakarta: Rajawali Press

Siahaan, Amiruddin; Rambe, Asli;

Mahidin.2006.ManajemenPengawasPendidikan. Jakarta: RinekaCipta

SiswandaridanSusilaningsih.2013. DampakSertifikasi Guru

TerhadapPeningkatanKualitasPembelajaranPesertaDidik.JurnalPendidikan danKebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

Siswandoko, Tjatjukdan Ace Suryadi. 2013. Kompetensi, Sertifikasi Guru,

danKualitasBelajarSiswaSekolahDasar. JurnalPendidikandanKebudayaan, Vol. 19, Nomor 3, September 2013

SoetjiptodanRaflisKosasih. 2007. ProfesiKeguruan. RinekeCipta. Jakarta

Sudjana, Nana.

2011.SupervisiPendidikanKonsepdanAplikasinyaBagiPengawasSekolah.

Jakarta:Binamitra-Publishing.

–––––––––.2010.SupervisiAkademikMembinaProfesionalisme

(36)

–––––––––.2002. PembinaandanPengembanganKurikulum di Sekolah. Bandung:

SinarBaru.

Sudjana. 2012. MetodaStatistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono.2009.MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif,Kualitatif,

dan R&D. Bandung:Alfaneta

Suhardan, Dadang. 2010. SupervisiProfesional

(LayanandalamMeningkatkanMutuPengajaran di Era Otonomi Daerah).

Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. 2010. AdministrasiPendidikan. Bandung:RafikaAditama.

Suparlan.2006.Guru SebagaiProfesi.Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Suprayekti.2003, InteraksibelajarMengajar.

Jakarta.DirektoratTenagaKependidikan.

Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru danDosen

Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistemPendidikanNasional.

Uno, Hamzah B. 2011. ProfesiKependidikan (Problema,

SolusidanReformasiPendidikan di Indonesia). Jakarta: BumiAksara.

Usman, Moh. User.2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: RemajaRosdakarya.

Wirawan. 2007. BudayadanIklimOganisasi, TeoriAplikasidanPenelitian. Jakarta:

SalembaEmpat.

(37)

Gambar

Tabel 4.10 Ringkasan Perhitungan dari Persamaan Regresi     Profesionalisme Guru atas  Supervisi Akademik
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian  ......................................................
Tabel 1.1 Data Pendidikan Terakhir dan Sertifikasi Guru SD Negeri

Referensi

Dokumen terkait

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SLTP Medan Kawin Islam Wiraswasta Tamat SLTA. Luar Kota

• The health research community should forge links with the full range of relevant disciplines in the natural, physical, and social sciences to understand complex systems and

worksheets for just $ 19.95 per year.

Selain menggunakan teknik paksaan dalam pembentukan disiplin belajar PAI, guru juga menggunakan teknik disiplin tanpa paksaan. Teknik ini digunakan guru

Kedelai yang diperjualbelikan oleh bapak Jamilan ternyata terjadi kenaikan harga, karena selain menjual tentunya bapak Jamilan juga menginginkan laba yang cukup,

• Jumlah tulangan tarik terpasang pada suatu pondasi telapak harus diperhatikan besarnya, dengan luas minimum tulangan tarik dalam arah bentang yang ditinjau harus memenuhi

Rencana pemantauan terhadap kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali oleh instansi pelaksana, yang didukung oleh para pemantau independen sesuai peraturan

Dengan keberhasilan yang saat ini telah di capai oleh Donita Frozen Food tentu tidak terlepas dari segala upaya yang dilakukan oleh pemilik usaha untuk dapat terus bertahan