HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI AKADEMIK
PENGAWAS SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH
DENGAN PROFESIONALISME GURU SD DI
KECAMATAN KOTA KISARAN TIMUR
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
OLEH
ELLI YANTI
NIM. 8136132013
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Elli Yanti, NIM. 8136132013. Hubungan Antara Supervisi Akademik Pengawas Sekolah dan Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur.
Rumusan masalah penelitian ini yaitu: Apakah terdapat hubungan antara supervisi akademik pengawas sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur? Apakah terdapat hubungan antara iklim sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur? Apakah terdapat hubungan secara bersama-sama antara supervisi akademik pengawas sekolah dan iklim sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara supervisi akademik pengawas sekolah dan iklim sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran. Desain penelitian kuantitatif, sampel berjumlah 152 orang, instrumen menggunakan skala Guttman. Analisis data menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yaitu : terdapat hubungan yang positif antara supervisi akademik pengawas sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur sebesar 0,688; terdapat hubungan yang positif antara iklim sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur sebesar 0,851; terdapat hubungan yang positif secara bersama-sama antara supervisi akademik pengawas sekolah dan iklim sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur sebesar 0,868 dengan sumbangan efektif supervisi akademik pengawas sekolah sebesar 27,29% dan sumbangan efektif iklim sekolah sebesar 59,83%.
ABSTRACT
Elli Yanti, Students Registration Number 8136132013. The Corelation Between School Academic Supervition And School Atmosphere With Primary School Teacher Profesionalism in Kecamatan Kota Kisaran Timur
The formulation of problem in this study namely is there a correlation between academic supervition and primary school teacher profesionalism in Kecamatan Kota Kisaran Timur? Is there a correlation between school atmosphere and Primary School Teacher Profesionalism in Kecamatan Kota Kisaran Timur? Is there any correlation between academic supervition and school atmosphere with primary school teacher profesionalism in Kecamatan Kota Kisaran Timur? The objectif of this study was to examine the correlatin between academic supervition and teacher professionalism it was a quantitative study with 152 subjects as the sample and Guttman Scala as the instrument. The data analisys applied in this study was simple regretion analisis and multiplied linier regretion. Based on the result of the study some conclusions can be staged. There was a correlation between school, academic supervision with the primary school teacher professionalism as much 0.688; There was a positive correlation between the school atmosphere as much 0.051; There was a positive correlation between school supervisor academic supervision and the school atmosphere with the Primary School Teacher Profesionalism in Kecamatan Kota Kisaran Timur as much 0.868 with efective contribution of school for 27,28 %, and efektive contribution of school atmosphere for 59,83%.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis
ini meskipun melalui berbagai hambatan dan kesulitan. Penulisan tesis ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister
Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan di Pascasarjana UNIMED.
Tesis ini berjudul “Hubungan antara Supervisi Akademik Pengawas Sekolah dan
Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru SD di Kecamatan Kota Kisaran
Timur”.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
3. Dr. Ir. Darwin, M.Pd. selaku Ketua Program Pascasarjana Administrasi
Pendidikan yang telah berbagi ilmu selama masa perkuliahan maupun dalam
proses pembuatan tesis ini.
4. Prof. Dr. Sri Milfayetty, M.S.Kons. dan Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. selaku
pimpinan kerja yang telah memimbing penulis dengan berbagai ilmu dan saran
5. Dr. Zulkifli Matondang, M.Si. dan Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd. serta
Dr. Ir. Darwin, M.Pd. selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran
bagi kemajuan tesis ini.
6. Guru-guru SD dan Kepala TU beserta Kepala Dinas UPT Pendidikan
Kecamatan Kota Kisaran Timur yang telah membantu penulis dalam
memperoleh data penelitian.
7. Suami, orang tua, dan anak-anak tercinta yang telah memotivasi penulis.
8. Rekan-rekan kuliah Program Pascasarjana dan teman-teman sekolah yang
senantiasa memberikan dorongan kepada penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan sumbangan pemikiran, waktu dan tenaganya kepada penulis untuk
menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna sehingga masih
banyak kelemahan dan kekurangan, sehingga dengan kerendahan hati menerima
saran dan kritik membangun dari berbagai pihak, guna perbaikan dan
kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Kisaran, November 2015
Penulis.
Elli Yanti
DAFTAR ISI
2. Supervisi Akedemik Pengawas Sekolah ... 37
3. Iklim Sekolah ... 48
4. Hasil Penelitian yang Relevan ... 59
B.Kerangka Berpikir ... 62
1. Hubungan antara Supervisi Akademik Pengawas Sekolah dengan Profesionalisme Guru ... 62
2. Hubungan antara Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru ... 63
3. Hubungan antara Supervisi Akademik Pengawas Sekolah dan Iklim Sekolah Secara Bersama-sama dengan Profesionalisme Guru ... ... 64
C.Hipotesis Penelitian ... 66
BAB III. METODE PENELITIAN ... 67
A.Lokasi Penelitian ... 67
B.Definisi Operasional dan Indikator ... 67
C.Desain Penelitian ... 72
D.Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel ... 73
E. Teknik Pengumpulan Data ... 74
F. Validasi Penelitian ... 75
G.Teknik Analisis Data ... 77
A. Deskrpsi Data ... 79
B. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 85
C. Pengujian Prasyaratan Analisis Data ... 88
D. Pengujian Hipotesis ... 93
E. Pengujian Seluruh Hubungan ... 100
F. Temuan Penelitian ... 101
G.Pembahasan Hasil Penelitian ... 104
H.Keterbatasan Penelitian ... 110
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 111
A.Simpulan ... 111
B.Implikasi ... 111
C.Saran ... 113
DAFTAR PUSTAKA ... 114
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1.1 Data Pendidikan Terakhir dan Sertifikasi Guru SD Negeri Sekecamatan Kota Kisaran Timur pada
Bulan Januari 2015 ... 10
Tabel 3.1 Kisi-kisi Variabel Profesionalisme Guru ... 68
Tabel 3.2 Kisi-kisi Persepsi Guru Terhadap Supervisi Akademik Pengawas Sekolah ... 70
Tabel 3.3 Kisi-kisi Variabel Iklim Sekolah... 71
Tabel 3.4 Distribusi Sampel ... 74
Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 79
Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Nilai r... 76
Tabel 4.1 Ringkasan Karakteristik Data Variabel Penelitian... 80
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalisme Guru ... 80
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Supervisi Akademik Pengawas Sekolah ... 82
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Iklim Sekolah ... 84
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Profesionalisme Guru ... 86
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Supervisi Akademik Pengawas Sekolah ... 86
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Iklim Sekolah ... 87
Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas ... 88
Tabel 4.10 Ringkasan Perhitungan dari Persamaan Regresi Profesionalisme Guru atas Supervisi Akademik
Pengawas Sekolah ... 91
Tabel 4.11 Ringkasan Perhitungan dari Persamaan Regresi
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian ... 66
Gambar 3.1 Konstelasi Hubungan Variabel Penelitian ... 72
Gambar 4.1 Histogram Profesionalisme Guru ... 81
Gambar 4.2 Histogram Supervisi Akademik Pengawas Sekolah ... 83
Gambar 4.3 Histogram Iklim Sekolah ... 85
i
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Data Uji Coba Angket ... 118
Lampiran 2 Uji Validitas Angket ... 123
Lampiran 3 Uji Reliabilitas Angket ... 131
Lampiran 4 Angket Penelitian ... 138
Lampiran 5 Data Penelitian ... 146
Lampiran 6 Deskripsi Data ... 150
Lampiran 7 Uji Kecenderungan Data ... 155
Lampiran 8 Uji Kenormalan Data ... 158
Lampiran 9 Uji Homogenitas Varians ... 160
Lampiran 10 Uji Linieritas Persamaan Regresi ... 178
Lampiran 11 Uji Korelasi ... 202
Lampiran 12 Koefisien Korelasi Parsial ... 210
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Indonesia pada pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Sekolah sebagai suatu lembaga formal merupakan organisasi dengan
kegiatan utama pendidikan. Melalui proses pembelajaran sumber daya manusuia
dapat dikembangkan dengan lebih terarah sesuai dengan spesifikasi tertentu. Hal
ini merupakan ciri khusus pada organisasi sekolah yang membedakannya dengan
organisasi-organisasi lain. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dikelola
secara berdaya guna dan berhasil guna, agar sekolah mampu mencapai tujuannya.
Berbicara tentang pengelolaan proses pembelajaran berdaya guna dan
berhasil guna, perhatian akan tertuju pada pihak sekolah dan lebih khusus lagi
tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
pada UU RI Nomor 14 Tahun 2005 dan PP Nomor 74 Tahun 2008 pada Pasal 1.
Pada Pasal 2 PP No. 74 Tahun 2008 dikatakan Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik. Selanjutnya dikatakan Kualifikasi
Akademik Guru diperoleh melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program
D-IV. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi Guru meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sertifikat
Pendidik bagi Guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Danim (2010:17) mengatakan guru merupakan tenaga pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Uno
(2011:15) mengemukakan bahwa “Guru merupakan suatu profesi, yang artinya
suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat
dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.
Alma (2010:127) berpendapat bahwa guru profesional adalah guru yang
tahu apa yang diajarkan, mampu mengajarkannya secara efektif, efisien, dan
berkepribadian mantap. Guru yang bermoral tinggi tingkah lakunya digerakkan
oleh nilai-nilai luhur. Yamin dan Maisah (2010:28) menjelaskan Guru profesional
adalah guru yang mengedepankan mutu dan kualitas layanan dan produknya,
pengguna serta memaksimalkan kemampuan peserta didik berdasar potensi dan
kecakapan yang dimiliki masing-masing individu. Guru harus memiliki
keberanian berinovasi dalam pembelajaran dan mengembangkan pembelajaran
yang bermutu, pembelajaran yang monoton harus segera diubah dengan
pembelajaran dinamis dan bermakna.
Muslim (2010:173) mengemukakan guru profesional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan maksimal.
Selanjutnya, Asmani (2011:45) menyatakan bahwa profesionalisme guru
mengandung pengertian usaha meningkatkan kompetensi guru ke arah yang lebih
baik dalam berbagai aspeknya demi terselenggaranya optimalisasi pelayanan
pembelajaran.
Untuk menjadi guru profesional, guru tersebut harus berprofesionalisme
yang tinggi. Guru dapat mewujudkan profesionalisme yang tinggi dengan
memiliki pendidikan formal, mengusai berbagai strategi atau teknik dalam
kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan
seperti yang tercantum dalam kompetensi guru. Selain itu guru tersebut harus
memahami bahwa sekolah merupakan tempat layanan pembelajaran yang bermutu
melalui strategi pembelajaran yang bervariasi.
Namun, dari hasil penelitian Siswandari dan Susilaningsih (2013) yang
berjudul Dampak Sertifikasi Guru Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Peserta Didik disimpulkan sebagai berikut: Pertama, kondisi akademik guru yang
pedagogik dan kompetensi profesional mereka dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran belum memuaskan yang diindikasikan dengan keadaan sebagai
berikut: a. hanya 37% dari guru bersertifikasi yang dapat menyampaikan materi
dengan jelas. b. sekitar 30% guru bersertifikasi pendidik berkategori ‘cukup dan
kurang mampu’melaksanakan tugasnya berhubungan dengan media dan teknologi
pembelajaran. c. sekitar 30% guru berada pada kategori ‘cukup dan kurang baik’
kemampuannya dalam mengikuti perkembangan iptek untuk pemutakhiran materi
pembelajaran dan pengembangan inovasi pembelajaran. d. Kurang lebih sebanyak
32% guru berada pada kategori ‘cukup dan kurang baik’ kemampuannya dalam
mengembangkan keprofesian berkelanjutan. Kedua, berbagai upaya dilakukan
guru untuk mempertahankan sertifikat pendidik yang telah dimiliki, khususya
dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional. Diskusi
antar-sejawat yang mengampu mata pelajaran sama merupakan upaya yang paling
diminati untuk mempertahankan keprofesiannya. Sebaliknya, publikasi ilmiah dan
karya inovasi sangat sedikit dilakukan oleh guru yang bersertifikat pendidik.
Ketiga, guru bersertifikasi belum menunjukkan peningkatan kualitas pembelajaran
di kelas secara signifikan. Hal ini, antara lain diindikasikan oleh kemampuan
menjelaskan materi yang masih kurang, masih kurangnya kemampuan
memanfaatkan teknologi pembelajaran (sekitar 25% dinyatakan kurang sampai
cukup), kemampuan menyiapkan media (sekitar 30% dinyatakan kurang sampai
cukup), dan 20% guru berindikasi kurang sampai cukup memperhatikan keadaan
siswa secara individual. Bahkan, terdapat 5% guru yang kurang baik dalam
Simpulan dari penelitian tersebut mengungkapkan bahwa guru yang telah
mendapat sertifikat atau guru yang sudah dapat dikatakan guru profesional belum
menunjukkan keprofesionalannya. Hanya sekitar sepertiga dari keseluruhan yang
berpredikat guru profesional jika ditinjau dari kompetensinya dalam proses
mengajar. Profesionalisme guru tersebut kurang karena guru kurang mengikuti
perkembangan iptek untuk pemuktakhiran materi pembelajaran dan
pengembangan inovasi pembelajaran.
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan supervisi akademik. Supervisi
akademik memiliki peran membina dan mengembangkan guru dalam pengelolaan
pembelajaran agar guru lebih profesional. Herabudin (2009:195) supervisi adalah
suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Boardman
(Sahertian 2008:17) mengemukakan bahwa supervisi adalah suatu usaha
menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan
guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih
mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Hal
senada dikemukakan oleh Purwanto (2009:76), supervisi adalah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Supervisi terhadap guru-guru yang dimaksud di atas adalah supervise
akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Sudjana (2011:191)
mengemukakan kondisi ideal pengawas sekolah tampak pada kemampuannya
pemantauan; (2) penilaian; dan (3) pembinaan. Selanjutnya ia menjelaskan (1)
memantau artinya salah satu kegiatan pengawas untuk memotret berbagai
fenomena baik fenomena akademik guru dalam proses pembelajaran maupun
fenomena manajerial kepala sekolah dan tenaga lain dalam kegiatan administrasi
dan pengelolaan sekolah. Jenis tindakan pemantauan pengawas sekolah dalam
supervisi akademik yaitu terdiri dari pengamatan, perekaman, pencatatan, dan
kunjungan kelas; (2) menilai artinya proses kegiatan pengumpulan dan pengolah
informasi untuk menentukan pencapaian hasil dalam rangka pengambilan
keputusan. Penilain dilakukan pengawas kepada guru, kepala sekolah dan tenaga
lainnya dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggungjawabnya masing-masing.
Jenis tindakan menilai pengawas sekolah dalam supervisi akademik yaitu terdiri
dari tes (lisan-tulisan-tindakan), wawancara, observasi, analisis kasus, analisis
dokumen, analisis konten, dan portofolio; dan (3) membina artinya kegiatan
memberikan bimbingan, bantuan kepada seseorang agar yang bersangkutan dapat
memecahkan atau mengatasi masalah yang dihadapinya.dalam pengawasan
akademik pengawas melakukan pembinaan kepada guru dalam hal pembelajaran.
Jenis kegiatan membina pengawas sekolah dalam supervisi akademik yaitu terdiri
dari rapat, diskusi, seminar, workshop, bimbingan teknis, studi banding,
penelitian, demontrasi, simulasi, dan supervise klinis.
Daresh dan Glickman (Prasojo 2011:84) mengemukakan supervisi
akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
dan membina guru dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar
diperoleh hasil belajar peserta didik yang lebih optimal.
Lebih lanjut Sudjana (2011:54) menjelaskan kalau supervisi akademik
bukan sekedar melakukan penilaian unjuk kerja guru tetapi memberikan bantuan
keahlian kepada guru agar guru dapat memperbaiki dan atau meningkatkan
kemampuan profesionalnya, khususnya kemampuan melaksanakan pembelajaran
agar diperoleh hasil belajar peserta didik yang optimal. Penilaian terhadap unjuk
kerja guru hanya bagian dari kegiatan supervisi sebab intinya adalah
meningkatkan kemapuan guru dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung
jawabnya sebagai guru profesional. Oleh sebab itu supervisi yang baik harus
mampu membuat guru profesional, yaitu guru yang menguasai kompetensi, baik
kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, maupun sosial.
Sebagai tenaga profesional, guru memegang peranan dan tanggung jawab
yang penting dalam pelaksanaan program pembelajaran di sekolah. Selain itu,
guru juga memiliki tanggung jawab atas ketercapaian tujuan pembelajaran di
sekolah. Guru Sekolah Dasar merupakan tenaga pendidik yang berada pada
barisan terdepan dalam pendidikan formal, memiliki peranan memberikan pondasi
awal dalam upaya meningkatan sumber daya manusia pada tingkat satuan
pendidikan dasar.
Hasil penelitian Tjatjuk Siswandoko dan Ace Suryadi (2013), yang berjudul
Kompetensi, Sertifikasi Guru, dan Kualitas Belajar Siswa Sekolah Dasar
menunjukkan: 1) sertifikat guru tidak menjadi jaminan bahwa guru-guru akan
terdiri atas mereka yang berpengalaman mengajar lebih lama, tetapi umumnya
belum memperoleh sertifikat profesi pendidik. Kompetensi guru lebih banyak
dibentuk oleh lingkungan sekolah yang bermutu daripada pendidikan guru atau
pendidikan kepala sekolah. Kompetensi guru lebih berkembang pada guru yang
berpendidikan lebih rendah karena lebih tertantang untuk belajar, 2) sertifikasi
guru cenderung tidak ditentukan oleh kompetensi, tetapi lebih ditentukan oleh
senioritasnya. 3) Sertifikasi profesi pendidik bagi guru belum memberikan efek
yang cukup (sufficient) terhadap peningkatan UASBN, tingginya nilai UASBN
lebih ditentukan oleh faktor SES (social economic status) keluarga dan kualitas
sekolah yang dilengkapi fasilitasnya seperti internet.
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kompetensi guru lebih banyak
dibentuk oleh lingkungan sekolah yang bermutu. Lingkungan sekolah merupakan
bagian dari iklim sekolah. Iklim sekolah merupakan salah satu faktor yang mampu
menggairahkan guru dalam bekerja. Guru akan memberikan yang terbaik
manakala ia berada dalam iklim organisasi yang sehat dan kondusif. Iklim
organisasi yang mampu menampung aspirasi dan memungkinkan guru untuk
berkembang.
Iklim tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan dan dapat mempengaruhi
perilaku dalam organisasi. Iklim morganisasi dapat menyenangkan dapat pula
tidak menyenangkan, oleh karena itu iklim organisasi dibangun melalui kegiatan
dan mempunyai akibat atau dampak bagi organisasi.
Wirawan (2007:122) menyatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi
mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin,
yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan pada ahkirnya
mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi. Perilaku individu dengan
segala latar belakang dan persepsinya dalam suatu organisasi akan membentuk
suatu iklim organisasi yang menjadi ciri dan suasana organisasi tersebut.
Suharsaputra (2010:75) mengatakan iklim organisasi jelas akan berlainan
dalam setiap organisasi. Perbedaan tersebut tidak hanya karena perbedaan bidang
kegiatan organisasi, namun dalam organisasi yang bidang kegiatannya sama pun.
Perbedaan dapat terjadi karena lingkungan organisasi dan anggota organisasi yang
berinteraksi serta setting di dalamnya berbeda Hal tersebut juga berlaku dalam
konteks organisasi sekolah. Croft ( Sagala 2008:129) menyatakan iklim organisasi
yang berkualitas ditandai adanya suasana penuh semangat dan adanya daya hidup,
memberikan kepuasan kepada anggota organisasi.
Permasalahan yang diuraikan di atas berlaku juga pada guru SD di
Kecamatan Kota Kisaran Timur. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepala
UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kota Kisaran Timur pada bulan Januari 2015
untuk tingkat SD Negeri masih banyak guru yang belum S-1 dan belum memiliki
Sertifikat Pendidik. Dari data yang diperoleh, disajikan data untuk
Tabel 1.1 Data Pendidikan Terakhir dan Sertifikasi Guru SD Negeri Sekecamatan Kota Kisaran Timur pada bulan Januari 2015
Dari data di atas diketahui jumlah guru di SD Negeri untuk sekecamatan
Kota Kisaran Timur sebanyak 268 orang. Guru yang telah memperoleh sertifikat
pendidik masih 209 orang atau 78% dari keseluruhan guru yang mengajar. yang
telah memiliki sertifikat pendidik. Ditinjau dari segi pendidikan terakhir
guru-guru yang mengajar tersebut hanya 143 orang yang lulusan S1 atau 53.36%.
Mengacu pada Pasal 2 PP No. 74 Tahun 2008 yang disebutkan guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik. Guru-guru
sekecamatan Kota Kisaran Timur belum memenuhi sepenuhnya ketentuan pada
pasal tersebut. Hal tersebut dikarenakan masih banyak guru tersebut belum
memiliki sertifikat pendidik dan kualifikasi akedemiknya belum lulusan S1 atau
program D-IV bahkan masih dijumpainya guru yang hanya lulusan SLTA.
Adapun rinciannya sebagai berikut: (1) guru yang belum memiliki sertifikat
pendidik sekitar 22% atau 59 orang, (2) guru yang tidak lulusan S1 sebanyak
46,64% atau 125 orang.
Berdasarkan hasil prapenelitian di lapangan beberapa permasalahan yang
dapat dicermati, antara lain: (1) Pengetahuan guru tentang materi substansial yang
menjadi mata ajar masih sangat kurang; (2) Ketidakpahaman guru di semua
jenjang pendidikan mengenai perangkat kurikulum; (3) Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) atau silabus pembelajaran yang selama ini dimiliki oleh guru
ternyata bukan hasil produksi mereka; (4) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran bukan buatan guru sendiri tetapi
LKS buatan penerbit yang situasi dan kondisi materi pembelajaran belum tentu
yang dilaksanakan di kelas tidak pernah sama dengan persiapan yang ada secara
tertulis; (6) Dalam proses pembelajaran, masih banyak guru yang kurang
bervariasi dalam penggunaan model pembelajaran, sehingga proses pembelajaran
kurang diminati oleh siswa; (7) Dalam proses pembelajaran dijumpai banyaknya
guru yang berorientasi pada tujuan pembelajaran daripada prosesnya. Guru lebih
mementingkan tuntasnya materi pelajaran. Guru kurang memperhatikan
bagaimana proses pembelajarannya.
Pembinaan terhadap guru-guru tersebut, selain dari kepala sekolah dibina
oleh tiga orang pengawas sekolah yaitu Drs Wardiman, Selamat Suhadi,S.Pd. ,
Nuraida, AmPd. Namun hasil prapenelitian di lapangan, pengawas sekolah belum
melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik. Hal ini ditunjukkan bahwa (1)
pengawas sekolah hanya mengecek administrasi mengajar para guru tetapi tidak
pernah melakukan pembinaan penyusunan perangkat pembelajaran (2) pengawas
sekolah masuk kelas hanya menilai bagaimana guru mengajar tidak pernah
memantau aktivitas dan motivasi siswa, (3) pengawas sekolah tidak pernah
melakukan pembinaan yang berkelanjutan bagi guru yang sudah disupervisi, (4)
pengawas sekolah datang ke sekolah kadang membagi angket supervisi saja
kepada guru yang disupervisi, dan (5) intensitas kehadiran pengawas sekolah
masih rendah.
Selain yang dikemukakan di atas, pada prapenelitian juga diperoleh
informasi bahwa iklim sekolah kurang perhatian para guru untuk meningkatkan
keprofesionalannya. Umumnya para guru menganggap keberhasilan pembelajaran
perlu ditunjang oleh adanya buku yang diperlukan dan sarana pembelajaran
lainnya, tetapi manakala iklim organisasi yang melingkupi guru tidak kondusif,
maka sarana pembelajaran menjadi tidak berarti.
B.Identifikasi Masalah
Permasalahan yang diuraikan pada latar belakang dapat diidentifikasi
masalahnya sebagai berikut.
1. Profesionalisme guru kurang walaupun guru tersebut sudah memegang
sertifikat pendidik yang menunjukkan bahwa guru tersebut profesional. Hal ini
diketahui dari penelitian Siswandari dan Susilaningsih (2013). Padahal para
pakar dan peraturan pemerintah menegaskan bahwa guru harus profesional.
2. Guru-guru SD sekecamatan Kota Kisaran Timur masih banyak dijumpai guru
yang belum sertifikasi dan pendidikannya pun belum semua S1, masih D2
bahkan ada yang masih SLTA. Selain itu kompetensinya belum sesuai dengan
apa yang dikemukakan oleh para pakar maupun peraturan pemerintah.
3. Keberadaan pengawas belum dirasakan oleh guru-guru SD sekecamatan Kota
Kisaran Timur sebagaimana pendapat para pakar tentang peranan pengawas
terhadap guru agar terbantu mencapai keprofesionalannya.
4. Iklim sekolah kurang jadi perhatian guru dalam hal meningkatkan
profesionalismenya. Padahal dalam penelitian Tjatjuk Siswandoko dan Ace
Suryadi (2013) menunjukkan bahwa kompetensi guru lebih banyak dibentuk
C.Batasan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi, mengingat
keterbatasan pengetahuan peneliti, tingkat ketelitian, waktu, tenaga, tempat serta
biaya penelitian. Pengawas sekolah selain supervisi akademik, ia juga
mensupervisi managerial, namun dalam penelitian ini hanya yang dibahas tentang
supervisi akademik, supervisi akademik pengawas sekolah yang berhubungan
dengan profesionalisme guru. Begitu juga dengan iklim sekolah, penelitiannya,
hanya sebatas hubungan iklim sekolah dengan profesionalisme guru.
Makna “guru profesional” dan “profesionalisme guru” saling tumpang
tindih. Jika membicarakan tentang orangnya maka istilah yang digunakan adalah
guru profesional, tetapi jika yang dibicarakan adalah sikapnya maka istilah yang
digunakan adalah profesionalisme guru. Peneliti ingin meneliti tentang
“Hubungan antara Supervisi Akademik Pengawas Sekolah dan Iklim Sekolah
dengan Profesionalisme Guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur”.
D.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah terdapat hubungan antara supervisi akademik pengawas sekolah
dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur?
2. Apakah terdapat hubungan antara iklim sekolah dengan profesionalisme guru
3. Apakah terdapat hubungan antara supervisi akademik pengawas sekolah dan
iklim sekolah secara bersama-sama dengan profesionalisme guru SD di
Kecamatan Kota Kisaran Timur?
E.Tujuan Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menemukan jawaban dari rumusan masalah
di atas.
1. Untuk mengetahui hubungan antara supervisi akademik pengawas sekolah
dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur.
2. Untuk mengetahui hubungan antara iklim sekolah dengan profesionalisme guru
SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur.
3. Untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama antara supervisi akademik
pengawas sekolah dan iklim sekolah dengan profesionalisme guru SD di
Kecamatan Kota Kisaran Timur.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi penguatan teori tentang profesionalisme guru
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Dinas Pendidikan Asahan, penelitian ini sebagai informasi
dalam menyusun kebijakan tentang upaya peningkatan profesionalisme
guru.
b. Bagi kepala sekolah penelitian ini sebagai masukan kepada tenaga
kependidikan yang berperan dalam meningkatkan profesionalisme guru
yang berkaitan dengan iklim sekolah.
c. Bagi pengawas penelitian ini sebagai masukan kepada tenaga
kependidikan yang berperan dalam meningkatkan profesionalisme guru
yang berkaitan dengan supervisi akademik terhadap guru.
d. Bagi guru yang merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran yang
berhubungan langsung dengan siswa untuk lebih memahami peranan
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan data penelitian dan hasil analisis yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara supervisi akademik
pengawas sekolah dengan profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota
Kisaran Timur.
2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara iklim sekolah dengan
profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara supervisi akademik
pengawas sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama dengan
profesionalisme guru SD di Kecamatan Kota Kisaran Timur.
B.Implikasi
Berdasarkan simpulan yang telah disampaikan di atas, implikasi dari
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Supervisi akademik pengawas sekolah berhubungan positif dengan
profesionalisme guru telah teruji. Artinya, apabila ingin meningkatkan
profesionalisme guru maka perlu juga meningkat kegiatan supervisi akademik
pengawas sekolah. Peningkatan profesionalisme guru yang dimaksudkan
meliputi: sikap guru terhadap pelayanan proses pembelajaran yaitu guru
sebagai evaluator dan motivator; sikap guru terhadap kompetensi yang
mencakup kompetensi akademik dan profesionalnya; dan berkepribadian yang
luhur. Sedangkan peningkatan supervisi akademik pengawas yang perlu
ditingkatkan meliputi pemantauan, penilaian, dan pembinaan terhadap guru.
2. Iklim sekolah berhubungan positif dengan profesionalisme guru telah teruji.
Artinya, apabila ingin meningkatkan profesionalisme guru maka iklim sekolah
lebih dikondusifkan. Terbentuknya iklim yang kondusif di sekolah dapat
menjadi faktor penunjang bagi peningkatan motivasi guru dalam bekerja sebab
kenyamanan dalam bekerja membuat guru berpikir dengan tenang dan
terkonsentrasi hanya pada tugas yang dilaksanakan. Jika suasana kerja
menyenangkan, para guru mempunyai rasa aman, rasa ikut disertakan,
perlakuan yang wajar dan jujur, rasa mampu, pengakuan dan penghargaan, ikut
ambil bagian dalam pembentukan kebijakan, kesempatan berkreativitas,
merupakan bagian dari iklim sekolah yang dapat meningkatkan
profesionalisme guru tersebut.
3. Supervisi akademik pengawas sekolah dan iklim sekolah bersama-sama
berhubungan positif dengan profesionalisme guru telah teruji. Artinya, apabila
supervisi akademik pengawas sekolah ditingkatkan dan beriring dengan iklim
sekolah lebih dikondusifkan maka akan meningkat tingkat profesionalisme
C.Saran
1. Kepala Dinas Pendidikan Asahan, agar memperhatikan hal yang berkaitan dengan supervisi akademik pengawas sekolah dan iklim sekolah apabila
membuat kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan profesionalisme guru.
2. Kepala Sekolah, agar selalu memperhatikan kondisi sekolah baik secara fisik maupun psikologis sehingga tercipta iklim sekolah yang sangat
kondusif sehingga profesionalisme guru meningkat.
3. Pengawas Sekolah, agar meningkatkan kualitas dan kuantitas supervisi akademiknya kepada guru sehingga profesionalisme guru lebih meningkat.
4. Guru, agar memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan profesionalismenya sehinggga ia dapat lebih meningkat profesionalismenya
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2010. Guru Profesional
(MenguasaiMetodedanTerampilMengajar). Bandung: Alfabeta
Asmani, J.M. 2011.Tips SuksesPendidikandanPelatihan Guru. Jogjakarta:Diva Pers
Atmodiwiryo, Soebagio.
2011.ManajemenpengawasandanSupervisiSekolah.Jakarta:Ardadizya
Azwar,S. 1995. SikapManusia: TeoridanPengukurannya. Yogyakarta:
PusytakaPelajar
Danim, SudarmandanKhairil.2011. ProfesiKependidikan. Bandung: Alfabeta
Danim, Sudarman. 2010. ProfesionalisasidanEtikaProfesi Guru. Bandung:
Alfabeta
Ernawati. 2011.
PengaruhSupervisiAkademikPengawasSekolahdanProfesionalisme Guru terhadapKualitasPembelajaranpada SMK Negeri di KabupatenIndramayu Wilayah Barat. Tesis
Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru BerdasarkanPendekatanKompetensi.
Jakarta: BumiAksara
Hamrin. 2011. SuksesMenjadiPengawasSekolah, Tips
danStrategiJituMelaksanakanTugas. Yogyakarta: SamudraBiru
Herabudin.2009.AdministrasidanSupervisiPendidikan. Bandung: GaungPersada Press
Kunandar.2010. Guru Profesional. Jakarta: RajawaliPers
––––––––.2007. Guru ProfesionalImplementasiKurikulum Tingkat
satuanPendidikan (KTSP). Jakarta: Raja GrafindoPersada
Matondang, Zulkipli. 2013. StatistikaPendidikan. Medan: UNIMED PRESS
Mulyasa, E. 2011.Menjadi Guru
ProfesionalMenciptakanPembelajaranKreatifdanMenyenangkan. Bandung:
RemajaRosdakarya
Muslim, Sri Banun. 2010.
SupervisiPendidikanMeningkatkanKualitasProfesionalisme Guru. Bandung:
Alfabeta
PeraturanPemerintahRepublik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
Pidarta, M. 2009.SupervisiPendidikanKontektual. Jakarta: RinekeCipta
Prasojo, LantifDiatdanSudiyono. 2011. SupervisiPendidikan. Yogyakarta:
PenerbitGava Media
Pratiwi,Hening. 2012.HubunganProfesionalismeGuru danIklimSekolah
(StudiMengenaiProfesionalisme Guru di SMA 78 dan SMA 112 Jakarta Barat). Tesis
Purwanto, Ngalim. 2009. AdministrasidanSupervisiPendidikan. Bandung:
RemajaRosdakarya
–––––––––.2002. IlmuPendidikanTeoritisdanPraktis.Bandung :RosdaKarya
Ronnie M. Dani. 2005.SeniMengajarDenganHati. Jakarta: Alex Media
Sagala, Syaiful. 2010. SupervisiPembelajarandalamProfesiPendidikan. Bandung:
Alfabeta
–––––––––. 2008. MemahamiOrganisasiPendidikan. Bandung: Alfabeta
Sahertian, Piet A. danSahertian, Alaida.2008.
KonsepDasardanTeknikSupervisiPendidikan. Jakarta: RinekaCipta
Samingan.2009.Guru SebagaiPendidikProfesional.Yogyakarta:FakultasTarbiyah
UIN SunanKalijaga
Sarwono, Sarlito. 2009. PengantarPsikologiUmum. Jakarta: Rajawali Press
Siahaan, Amiruddin; Rambe, Asli;
Mahidin.2006.ManajemenPengawasPendidikan. Jakarta: RinekaCipta
SiswandaridanSusilaningsih.2013. DampakSertifikasi Guru
TerhadapPeningkatanKualitasPembelajaranPesertaDidik.JurnalPendidikan danKebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
Siswandoko, Tjatjukdan Ace Suryadi. 2013. Kompetensi, Sertifikasi Guru,
danKualitasBelajarSiswaSekolahDasar. JurnalPendidikandanKebudayaan, Vol. 19, Nomor 3, September 2013
SoetjiptodanRaflisKosasih. 2007. ProfesiKeguruan. RinekeCipta. Jakarta
Sudjana, Nana.
2011.SupervisiPendidikanKonsepdanAplikasinyaBagiPengawasSekolah.
Jakarta:Binamitra-Publishing.
–––––––––.2010.SupervisiAkademikMembinaProfesionalisme
–––––––––.2002. PembinaandanPengembanganKurikulum di Sekolah. Bandung:
SinarBaru.
Sudjana. 2012. MetodaStatistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono.2009.MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif,Kualitatif,
dan R&D. Bandung:Alfaneta
Suhardan, Dadang. 2010. SupervisiProfesional
(LayanandalamMeningkatkanMutuPengajaran di Era Otonomi Daerah).
Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, Uhar. 2010. AdministrasiPendidikan. Bandung:RafikaAditama.
Suparlan.2006.Guru SebagaiProfesi.Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Suprayekti.2003, InteraksibelajarMengajar.
Jakarta.DirektoratTenagaKependidikan.
Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru danDosen
Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistemPendidikanNasional.
Uno, Hamzah B. 2011. ProfesiKependidikan (Problema,
SolusidanReformasiPendidikan di Indonesia). Jakarta: BumiAksara.
Usman, Moh. User.2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: RemajaRosdakarya.
Wirawan. 2007. BudayadanIklimOganisasi, TeoriAplikasidanPenelitian. Jakarta:
SalembaEmpat.