• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PEMANDIAN SWEEMBATH BAHAPAL SEBAGAI OBJEK WISATA DI KECAMATAN BANDAR HULUAN KABUPATEN SIMALUNGUN (1966-2012).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKEMBANGAN PEMANDIAN SWEEMBATH BAHAPAL SEBAGAI OBJEK WISATA DI KECAMATAN BANDAR HULUAN KABUPATEN SIMALUNGUN (1966-2012)."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PEMANDIAN SWEEMBATH BAHAPAL SEBAGAI OBJEK WISATA DI KECAMATAN BANDAR HULUAN

KABUPATEN SIMALUNGUN (1966-2012)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

SRI DEFI A PURBA NIM. 308121007

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Sri Defi A Purba, NIM 308121007, Perkembangan Pemandian Sweembath Bahapal sebagai Objek Wisata di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun (1966-2012).

(Pembimbing: Drs. Ponirin, M.Si)

Skripsi Medan: Fakulas Ilmu Sosial. UNIMED. 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah dibangunnya Pemandian Sweembath Bahapal serta perkembangan nya sebagai objek wisata di masa pemerintahan Republik Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitina ini adalah metode Field Research (Penelitian Lapangan) dengan mengumpulkan dan mencari sebanyak-banyaknya data yang ada di lapangan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala kasih dan pernyertaanNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada

saya sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesaikan dengan baik sesuai dengan

waktu yang direncanakan. Skripsi berjudul “Perkembangan Pemandian

Sweembath Bahapal Sebagai Objek Wisata Di Kecamatan Bandar Huluan

Kabupaten Simalungun (1966-2012)”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana

pendidikan sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof.Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri

Medan (UNIMED)

2. Kepada bapak Drs.H. Restu, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

Dan kepada Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Drs. Ponirin,M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi saya, yang selalu

memberikan masukan demi kelancaran penulisan skripsi ini. Dra.

Lukitaningsih,M.Hum sebagai dosen pembimbing akademik dan sebagai

penguji ahli Drs. Yushar Tanjung,M.Si dan Dra. Hafnita SD Lubis,M.Si

sebagai dosen penguji saya.

4. Seluruh dosen-dosen di jurusan sejarah yang telah memberikan penulis

pendidikan yang sangat berharga selama kurang lebih empat tahun dan staf

(6)

5. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis E. Purba dan E. Sinaga yang

yang tidak pernah lupa memberikan doa, kasih sayang dan semangat

kepada penulis.

6. Untuk kakakku tercinta Friska Purba dan adik-adikku tercinta yang selalu

memberikan motivasi kepada saya, (Nova Purba, Maria Purba dan Togar

Purba).

7. Yang saya kasihi Bobby Simangunsong, terima kasih untuk motivasi dan

bantuan yang diberikan untuk membantu saya dalam penulisan skripsi ini.

8. Teman-temanku tersayang Donal Lumban Gaol (Mbkbro), Listra

Marpaung, Neva Manurung, Yuliarza Simanungkalit, Afriyani (Pinkan),

Edella Saragih, Insani, Rika Harahap, Prima Damanik dan Ris Ariani yang

selalu ada disamping ku. Trimakasih buat semua dukungannya dan

bantuan dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan saya, Jiwa Emi, Evi Purba, Sondang PS,

Senja, Nova Sinaga, Ismalia Lubis, Desy Ritonga dan Betharia, Betty

Helen, Resnawati, Dearsani Girsang, Dosriani dan Tiarma.

10. Untuk seluruh teman-teman yang saya cintai dikelas C-reguler 2008 yang

sudah menghabiskan waktu untuk berada dikelas yang sama selama empat

tahun.

11. Teman satu kost saya, Krez, K’Ester dan Listra yang selalu bersama-sama

(7)

Akhir kata penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

dapat memenuhi fungsi yang semestinya.

Medan, Juli 2012

Penulis,

Sri Defi A. Purba

(8)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel I : Luas Wilayah menurut Nagori/Kelurahan

Tabel II : Penduduk menurut Nagori/Kelurahan dan Jenis Kelamin

Tabel III : Jumlah sekolah TK Swasta

Tabel IV : Jumlah Sekolah Dasar

Tabel V : Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

Tabel VI : Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan Sederajat

Tabel VII : Luas dan Jumlah Produksi Perkebunan Karet

Tabel VIII : Luas dan Jumlah Produksi Perkebunan Kelapa Sawit

Tabel IX : Alasan Pengunjung Berwisata

Tabel X : Data Kunjungan Wisatawan Domestik tahun 1966-1975

Tabel XI : Data Kunjungan Wisatawan Domestik tahun 1976-1985

Tabel XII : Data Kunjungan Wisatawan Domestik tahun 1986-1995

Tabel XIII : Data Kunjungan Wisatawan Domestik tahun 1996-2005

(9)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Peneliti dengan bapak Mislan

Gambar 2 : Peneliti dengan Pengelola (bapak Samin dan bapak Darmo)

Gambar 3 : Peneliti dengan bapak Buana Cipta Damanik

Gambar 4 : Kawasan Sweembath Bahapal

Gambar 5 : Salah satu Petak/Kolam Sweembath Bahapal

Gambar 6 : Umbul Air (mata air)

Gambar 7 : Pengelola saat melakukan pembersihan

Gambar 8 : Salah satu Penyewaan Ban

Gambar 9 : Area Parkir

Gambar 10 : Kamar Mandi

Gambar 11 : Salah satu warung di kawasan wisata

Gambar 12 : Peneliti saat berada di kawasan wisata

Gambar 13 : Pengunjung dengan rombongan keluarga

Gambar 14 : Pengunjung yang sedang berenang

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara tentang pariwisata maka tidak dapat lepas dari perkembangan

sejarah pariwisata di masa kolonial Belanda. Di dalam pengembangan

kepariwisataan, pihak Belanda mendirikan VTV (Vereeneging Toeristen Verkeer),

adalah sebuah badan pariwisata Belanda di Batavia. Badan pemerintahan ini

sekaligus bertindak sebagai tour operator dan travel agent yang mempromosikan

Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, kepariwisataan tetap menjadi perhatian

Pemerintah. Hal ini karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki

banyak daerah wisata yang tersebar di seluruh kawasan Indonesia. Potensi ini

sangat menguntungkan Indonesia khususnya Pemerintah Daerah ataupun

masyarakat yang tinggal di daerah-daerah wisata, seperti Bali.

Perhatian Pemerintah dapat diketahui dari tahun 1946 dimana lahirlah

suatu Surat Keputusan Wakil Presiden RI yaitu Moh. Hatta di Yogyakarta tentang

pendirian suatu badan yang diberi tugas melanjutkan tugas perusahaan-perusahaan

hotel bekas milik Belanda. Badan ini bernama HONET (Hotel National dan

Tourism). Selanjutnya pada tahun 1952 presiden RI mengeluarkan keputusan

(11)

1955 dibentuklah Yayasan Tourisme Indonesia (YTI) dan Dewan Tourisme

Indonesia (DTI) tahun 1957. (Oka A Yoeti,1996:38)

Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan

sebagai objek wisata adalah Kabupaten Simalungun. Kabupaten Simalungun

adalah salah satu daerah yang memiliki tempat-tempat wisata yang indah. Salah

satu objek wisata yang dapat dikunjungi adalah pemandian Sweembath Bahapal

yang terdapat di Kecamatan Bandar Huluan.

Bermula dari masuknya Belanda ke Simalungun dan membuka

perkebunan di Simalungun yaitu pada periode penjajahan Belanda tahun 1907.

Simalungun menjadi satu-satunya daerah Batak yang cocok menyenangkan bagi

perkebunan-perkebunan asing. Pada masa ini, tanaman nanas, karet dan teh

sebagai tanaman utamanya dan selanjutnya perkebunan sawit dikembangkan di

Simalungun. (Reid, Anthony,1987:101) Pada masa pendudukan Belanda di

Simalungun inilah Pemandian ini dibangun dan khusus oleh orang-orang Belanda

tempat ini dijadikan sebagai sarana untuk dijadikan sebagai tempat hiburan.

Keadaan ini berlangsung hingga tahun 1942.

Kemudian oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun, objek ini

diberdayakan kembali untuk menjadi objek wisata. Tempat ini dimanfaatkan

sebagai objek wisata karena pemandian ini memiliki mata air yang bersih dan

tidak seperti pemandian lainnya yang menggunakan kaporit, selain itu letaknya

tidak sulit ditemukan, karena banyak jalan yang untuk dapat sampai ke lokasi

(12)

Pemerintah Daerah diantaranya adalah memperhatikan sarana transportasi dan

perbaikan jalan menuju lokasi wisata. Keberadaan objek wisata ini ternyata

berdampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Hal ini dikarenakan masyarakat sekitar memanfaatkannya untuk berdagang, baik

makanan dan minuman, menyewakan ban bagi pengunjung yang hendak mandi

serta fasilitas kamar mandi.

Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat keinginan peneliti untuk

meneliti bagaimana sejarah Sweembath Bahapal dijadikan sebagai objek

pemandian dan pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar. Untuk itu peneliti

mengangkat judul penelitian “ Perkembangan Pemandian Sweembath Bahapal.

Sebagai Objek Wisata Di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun

(1966-2012)”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi

adalah:

1. Sejarah dibangunnya Pemandian Sweembath Bahapal

2. Perkembangan pemandian Sweembath Bahapal menjadi objek wisata

(13)

1.3Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

yang menjadi rumusan masalah adalah:

1. Bagaimana sejarah dibangun pemandian Sweembath Bahapal?

2. Bagaimana perkembangan pemandian Sweembath Bahapal menjadi

objek wisata di masa Orde Baru 1966-2012?

1.4Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah dibangunnya pemandian Sweembath

Bahapal

2. Untuk mengetahui perkembangan pemandian Sweembath Bahapal

menjadi objek wisata di masa Pemerintahan Republik Indonesia

1.5Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai sejarah

dijadikannya pemandian Sweembath Bahapal menjadi objek wisata

pemandian.

2. Dapat melatih peneliti dalam membuat karya ilmiah dalam penelitian

sejarah yang baik.

3. Memberikan gambaran tentang keadaan objek wisata yang ada di

(14)

4. Memberikan gambaran kepada masyarakat sekitar serta pemerintah

daerah akan pemanfaatan objek wisata.

5. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi peneliti lain yang

(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Sebelum dibangun oleh pemerintah Belanda, kawasan Pemandian

Sweembath Bahapal merupakan daerah kekuasaan Partuanan Naga Bayu.

Dimana masyarakat Partuanan Naga Bayu memanfaatkan umbul air (mata

air) yang ada dikawasan untuk mengambil air bersih.

2. Belanda menginginkan kawasan umbul air (mata air) yang dimiliki oleh

Partuanan Naga Bayu, sehingga terjadi kesepakatan antara pemerintah

Belanda dengan partuanan Naga Bayu. Tiga kesepakatan yang diajukan

oleh Partuanan Naga Bayu kepada pemerintah Belanda seperti:

a. Belanda harus membangun penampungan air (bak air) yang dialirkan

dari umbul air (mata air) ke Masjid yang ada di daerah Partuanan Naga

Bayu dengan menggunakan teknologi yang dimilki Belanda dan

pekerja-pekerja Belanda tanpa melibatkan masyarakat Partuanan Naga

Bayu.

b. Bagi setiap penduduk yang sakit diberikan izin untuk berobat gratis

di Rumah Sakit Laras yang dibangun oleh Belanda. Rumah Sakit Laras

merupakan rumah sakit milik perkebunan Belanda pertama yang ada di

Kecamatan Bandar Huluan sekarang. Sebelum perjanjian ini disepakati

(16)

dikenakan biaya karena Rumah Sakit ini khusus untuk orang-orang

Belanda dan pekerja-pekerja Belanda yang bekerja di perkebunan.

c. Karena Daerah Partuanan Naga Bayu dijadikan perkebunan, maka

pihak Partuanan Naga Bayu meminta Belanda memberikan tanah

kepada masyarakat ketika masyarakat tidak memiliki tempat tinggal

lagi. Dengan kata lain, Belanda harus memberikan tanah kepada

masyarakat Naga Bayu sebagai ganti rugi tanah yang sudah diberikan

kepada Belanda. Namun sampai sekarang Belanda tidak pernah

memenuhi janji itu sehingga ada istilah yang dikenal oleh masyarakat

yaitu “Perjanjian Tanah Panunggul (Tanah Yang Ditunggu-tunggu)”.

3. Pemandian Sweembath Bahapal dibangun pada tahun 1930 oleh

pemerintah Belanda dengan mempekerjakan buruh-buruh perkebunan.

Pemandian ini hanya dijadikan sebagai tempat hiburan oleh orang-orang

Belanda.

4. Dijadikan sebagai objek wisata pada tahun 1945 setelah Indonesia

merdeka. Beberapa kali mengalami pergantian pengelola karena setelah

tahun 1945 HGU (Hak Guna Usaha) milik PTPN IV Laras. Pemberlakuan

karsis terjadi pada tahun 1966 sampai sekarang.

5. Sarana dan prasarana yang ada di kawasan Pemandian Sweembath

Bahapal belum begitu memadai. Terutama sarana kamar mandi, dimana

kebersihan kamar mandi kurang mendapat perhatian dari pihak

(17)

6. Jumlah pengunjung Pemandian Sweembath Bahapal terus mengalami

peningkatan hampir setiap tahun. Dimana jelas terlihat dari diagram

jumlah pengunjung dalam satu dekade terus meningkat.

5. 2 SARAN

1. Diharapkan kepada pihak pengelola secara khusus agar lebih

memperhatikan kebersihan di kawasan Pemandian Sweembath Bahapal

dan begitu juga dengan masyarakat setempat agar tetap memelihara

kelestarian kawasan pemandian.

2. Bagi pemerintah setempat agar lebih memperhatikan daerah objek wisata

yang ada karena Pemandian Sweembath Bahapal sudah termasuk dalam

PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kecamatan Bandar Huluan.

3. Untuk pengelola dan pemerintah setempat agar lebih melengkapi sarana

dan prasarana yang ada di kawasan objek wisata. Karena kelengkapan

sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor untuk menarik

pengunjung lebih banyak lagi.

4. Kepada pengunjung yang datang agar tetap menjaga kebersihan kawasan

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo,Meriam.2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Departemen Pariwisata. Panduan Sadar Wisata. Jakarta

Diarta dan I Gde Pitana. 2005. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi

Edi Mangihut. 2011. Pengaruh Kebun Kopi Rakyat Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Onanrunggu III Kecamatan Sipahutar Tapanuli Utara (1985-2005). Medam: Fakultas Ilmu Sosial

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2011. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah. Medan: FIS UNIMED

Jhonson. 1986. Teori Sosiologi Klasik & Modern. Jakarta : P.T Garuda

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Nainggolan, Agustinus. 2010. Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit PTPN V Sei Intan Riau dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kesejahteraan Karyawan (1980-2009). Medan: Fakultas Ilmu Sosial

Reid, Anthony. 1987. Perjuangan Rakyat, Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatra. Jakarta: Pustaka Sianar Harapan

Simanjuntak, BA. 2009. Metode Penelitian Sosial. Medan: Bina Media Perintis

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI

Syamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: OMBAK

(19)

Internet

Syamrilaode dalam http://id.shvoong.com/writing-and

speaking/presenting/2061554-pengertian-pendapatan/#ixzz1n4nLZ3eJ(Diakses

Referensi

Dokumen terkait

Beragam objek wisata sejarah yang ada hanya memberikan pengalaman masa lalu tanpa memberikan pemahaman mengenai sejarah tersebut, hal ini penting sebagai bahan evaluasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan objek wisata budaya, mengetahui faktor-faktor pendorong perkembangan pariwisata, mengetahui bentuk perubahan sosial

yang akan, telah dan sedang dilakukan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan atau pengunjung ke objek wisata Pemandian Air Panas Sibanggor yang terdapat di Desa Sibanggor Tonga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pengembangan Objek Wisata Pantai Salju dilihat dari sarana dan prasarana nya (2) Strategi masyarakat dalam

ANALISIS PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PEMANDIAN ALAM TAMAN REKREASI GOTONG ROYONG INDAH.. DI DESA HULU,

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Strategi Komunikasi Pemasaran objek wisata Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung serta hal-hal yang menjadi

Melihat dari tabel 1.2 jumlah kunjungan ke objek wisata Pemandian Muncul mendapat kunjungan paling banyak kedua setelah Candi Gedongsongo untuk wisata non religi,

Penelitian dengan judul “situs sejarah situ lengkong panjalu sebagai objek wisata kabupaten ciamis jawa barat (tahun 2001-2014)” bertujuan untuk mengetahui sejarah Kerajaan