• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SPASIAL HUBUNGAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN SUHU UDARA KOTA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS SPASIAL HUBUNGAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN SUHU UDARA KOTA MEDAN."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SPASIAL HUBUNGAN PENGGUNAAN

LAHAN DENGAN SUHU UDARA KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MARIS SILVER SIRAIT NIM. 071233310045

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Maris Silver Sirait

Nim : 071233310045

Jurusan : Pendidikan Geografi

Fakultas : Ilmu Sosial

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil

tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil

jiblakan/plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atau hukuman atas

perbuatan tersebut.

Medan, Agustus 2012

Saya yang membuat pernyataan,

(5)

vii ABSTRAK

Maris Silver Sirait. NIM. 071233310045. Analisis Spasial Hubungan Penggunaan Lahan Dengan Suhu Udara Kota Medan. Jurusan Pendidikan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Tahun 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Mengetahui sebaran suhu secara spasial. 2) Mengetahui hubungan penggunaan lahan dengan suhu udara Kota Medan.

Penelitian ini memiliki populasi yaitu seluruh wilayah kecamatan di Kota Medan. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling dimana dari penentuan sampel tersebut terdapat 32 sampel. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran suhu. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deksriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Dari model regresi yang terbentuk maka klasifikasi suhu udara kota Medan menjadi tiga kelas yaitu antara 26-280C; 28,1-300C; dan 30,1-320C. Suhu terendah yaitu 26-280C terdapat pada tujuh kecamatan, suhu pada kelas 28,1-300C terdapat pada enam kecamatan dan suhu tertinggi pada kelas 30,1-320C terdapat pada delapan kecamatan di Kota Medan. 2) Dari hasil analisis korelasi bivariat menunjukkan bahwa semakin kecil tutupan vegetasi kota Medan, maka semakin tinggi suhu udara kota Medan tersebut.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah

melimpahkan Berkat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini denga judul “Analisis Spasial Hubungan Penggunaan Lahan Dengan

Suhu Udara Kota Medan”. Adapun tujuan skripsi ini dibuat adalah sebagai

kelengkapan tugas dalam memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini

disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan penulis.

Oleh karena itu, untuk kesempurnaan tulisan ini, maka penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang menaruh

simpati dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Ibnu Hajar Damanik M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Drs. Restu, MS. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd. Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial.

4. Drs. W. Lumbantoruan, M.Si. selaku ketua jurusan Pendidikan Geografi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

5. Ibu Dra. Asnidar, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi

(7)

6. Bapak Drs. Julismin, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak memberikan waktu dan bimbingan dalam menyelesaikan penyusunan

dan penulisan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Mbina Pinem, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis

yang telah banyak memberikan motivasi selama penulis dalam perkuliahan.

8. Bapak Drs. Maringan Sirait SU dan Darwin P. Lubis S.Si, M. Si selaku

Dosen Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini.

9. Bapak/ Ibu dosen khususnya di Jurusan Pendidikan Geografi yang telah

membekali penulis dengan segudang ilmu di bangku perkuliahan.

10. Bapak Siagian selaku tata usaha jurusan pendidikan geografi yang telah

memberi nasehat dan membantu dalam melengkapi berkas-berkas.

11. Kepada Kepala Balitbang, Dinas Kehutanan, Badan Meteorologi Klimatologi

dan Geofisika, serta seluruh camat yang telah banyak memberikan bantuan

kepada penulis selama dalam pelaksanaan penelitian.

12. Teristimewa kedua orang tua penulis, Ayahanda Ramlen Sirait, SP, MMA

dan Ibunda Risma Situmorang atas doa, pengertian serta dukungan materi.

Terlebih lagi buat rasa percaya kalian buatku hingga di tiap langkah dalam

penyelesaian perkuliahan ini selalu ada semangat. You mean the most to me, i

have always thank God for giving me the awsome mom and dad.

13. Buat kakak Elvi Juwita Sirait,SE, abang Dickson HP Sirait,SE serta adik saya

David Raymond Sirait terima kasih atas doa, dukungan, serta kritikan yang

(8)

14. Buat Togetherness; Eka Santa Maria Sihaloho, Irene Tamba, Flora Yolanda

Panjaitan, Yansen Sitanggang, Hans Simanjuntak, Victor Doloksaribu, terima

kasih buat waktu yang kalian luangkan untuk membantu setiap keluhan saya.

I can’t imagine if i ain’t got you guys. Serta Elfridawaty Silalahi dan Vina

Pandiangan yang juga memberi bantuan kepada penulis.

15.Buat teman seperjuangan yang selalu saling mendukung Supradno, Lestari,

Rosmiwaty, Anni, Dila, Feny, Justina, Widia, Jesica, Dwi, Novrianto, Murni,

Darliana dan teman yang lainnya.

16.Buat teman- teman Kelas A Reguler 2007 yang sudah memberikan motivasi

dan dukungan buat penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh sebab itu

diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini

kedepan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012 Penulis

(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

B. Penelitian Yang Relevan ... 20

C. Kerangka Berpikir ... 22

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Lokasi Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel ... 24

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 34

A. Kondisi Fisik ... 34

(10)

ix

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Penelitian ... 56

B. Pembahasan ... 76

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kerangka pembangunan nasional, perencanaan pengembangan

wilayah perkotaan dimaksudkan sebagai usaha untuk mengembangkan dan

meningkatkan hubungan saling ketergantungan dan interaksi antar sistem

ekonomi, manusia atau masyarakat dan lingkungan hidup serta sumber daya alam.

Kondisi ini dapat diterjemahkan dalam bentuk pembangunan ekonomi, sosial,

politik, budaya maupun pertahanan keamanan yang seharusnya berada dalam

konteks keseimbangan, keselarasan dan kesesuaian.

Dalam perkembangan selanjutnya, kota senantiasa tumbuh dan

berkembang seiring dengan potensi dan dinamika yang dimilikinya. Hal ini

terlihat dari adanya aglomerasi penduduk beserta kegiatan-kegiatannya yang

semakin beragam baik dalam menggunakan, mengelola, maupun menguasai alam.

Akan tetapi ini akan berlangsung dengan baik apabila terdapat kesesuaian antara

jumlah penduduk dengan daya dukung wilayah perkotaan. Karena objek dari daya

dukung adalah tanah atau lahan, maka selain penduduk, tanah atau lahan akan

menjadi pusat perhatian utama dalam membahas analisis penggunaan lahan dan

suhu udara di kota.

Penggunaan lahan merupakan keterkaitan antara aktivitas manusia dengan

sebidang lahan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak manusia yang

bermukim pada suatu wilayah, maka semakin besar intervensi manusia dalam

(12)

2

lahan tersebut akan menimbulkan konsekuensi terhadap lingkungan. Karakteristik

lahan yang kompleks membuat terjadi persaingan dalam penggunaan lahan untuk

berbagai aktivitas. Secara ekonomis, persediaan lahan bersifat tetap, sedangkan

permintaannya terus bertambah seiring dengan dinamika perkembangan wilayah.

Pertumbuhan kebutuhan lahan didorong oleh pertambahan penduduk, pendapatan

dan tingkat migrasi penduduk yang berasal dari wilayah lain. Interaksi antara

permintaan dan penawaran lahan akan menghasilkan pola tata guna lahan yang

mengatah pada aktivitas paling menguntungkan harga lahan makin meningkat.

Bentuk penggunaan lahan di seluruh wilayah Indonesia terkait dengan

pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah

penduduk dan semakin intensifnya aktivitas penduduk di suatu tempat berdampak

pada makin meningkatnya perubahan penggunaan lahan. Pertumbuhan dan

aktivitas penduduk yang tinggi terutama terjadi di daerah perkotaan, sehingga

daerah perkotaan pada umumnya mengalami perubahan penggunaan lahan yang

cepat. Menurut Miller (1988), sebanyak 43 % penduduk dunia tinggal di wilayah

perkotaan. Sementara menurut Simmond (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan

dari 24 juta hektar lahan hijau (pertanian, kehutanan, perkebunan, dan lain-lain)

telah berubah peruntukannya menjadi lahan perkotaan. Adanya perubahan

penggunaan lahan tersebut dilihat dari aspek ekonomi pertanian merupakan

ancaman terhadap ketahanan pangan penduduk dan dilihat dari aspek lingkungan

hal itu merupakan ancaman terhadap daya dukung lingkungan.

Perkembangan kota akibat bertambahnya populasi penduduk dan

industrialisasi menyebabkan penggunaan bahan bakar meningkat, baik untuk

(13)

3

perkembangan jumlah penduduk dan ekonomi juga mengakibatkan kebutuhan

akan ruang untuk pemukiman, jasa serta industri juga meningkat, hal ini

berdampak pada perubahan pola penggunaan lahan di perkotaan. Kawasan di

perkotaan yang seringkali mengalami perubahan adalah kawasan hijau yang

mempunyai penutupan vegetasi. Berkurangnya kawasan hijau akan berdampak

pada perubahan unsur-unsur iklim mikro terutama di pusat kota akan berbeda

dengan wilayah di sekitarnya yang relatif masih lebih banyak mempunyai

kawasan hijau. Hal ini menunjukkan bahwa suhu udara maksimum di sebuah

kota biasanya terletak di daerah padat penduduk yang merupakan pusat kota

terpanas. Sedangkan suhu udara terendah terletak di tepi kota, dan dipinggir pulau

panas.

Hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang

tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, meyebar, atau

bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam,

membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan

lingkungan sehat, nyaman dan estetis. Hasil negatif kota antara lain meningkatnya

suhu udara, menurunnya kelembaban, kebisingan, debu, polutan lainnya, dan

hilangnya habitat berbagai burung karena hilangnya berbagai vegetasi dan RTH.

Dalam hal ini diharapkan hutan kota dapat menyerap panas, meredam suara bising

di kota, mengurangi debu, memberikan estetika, membentuk habitat untuk

berbagai jenis burung atau satwa lainnya (Irwan, 2005).

Ruang Terbuka Hijau (RTH) dari tahun ke tahun mengalami penurunan.

Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan yang

(14)

4

urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota makin berat

(Sinulingga, 1999). Perbandingan luas RTH dengan luas kota secara keseluruhan

berkurang dari 30% di awal tahun 1970-an dan menjadi berkurang 10% hingga

sekarang ini.

Kota Medan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara mengalami

permasalahan mengenai penggunaan lahan. Kondisi perubahan luas wilayah kota

Medan dengan aktivitas ekonomi yang tinggi menyebabkan terjadinya perubahan

penggunaan lahan dan tutupan lahan di daerah pusat kota sampai ke wilayah

pesisir yang berdampak pada perubahan penyebaran spasial suhu udaranya.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan peningkatan suhu di Kota Medan, yang

ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi

keduanya. Salah satu faktor tersebut adanya pencemaran udara di Kota Medan

akibat dari kegiatan manusia atau masyarakat pada wilayah tersebut. Pencemaran

udara di antaranya disebabkan oleh kegiatan manusia yaitu transportasi, industri,

pembakaran (perapian dan kompor) dan kebakaran hutan. Pencemaran udara

dapat mengakibatkan dampak peningkatan suhu yang bersifat langsung yaitu

secara lokal, regional, maupun global atau tidak langsung dalam kurun waktu

kemudian.

Berdasarkan kondisi di atas, mengingat semakin bertambahnya

faktor-faktor peningkatan suhu yang berdampak pada kerusakan alam yang terjadi maka

dilakukan penelitian tentang perubahan penggunaan lahan yang sudah terjadi serta

hubungannya terhadap perubahan suhu yang ada. Untuk itu diperlukan informasi

yang memadai yang bisa digunakan oleh pengambil keputusan khususnya

(15)

5

digunakan oleh pengambil keputusan khususnya informasi spasial. Sistem

Informasi Geografis (SIG) akan mempermudah perencanaan penghijauan kota

terutama dalam menentukan posisi geografis suatu lokasi dan menyajikan

tampilan dari kawasan perkotaan tersebut. Pemanfaatan Sistem Informasi

Geografis (SIG) akan mendukung kelancaran perencanaan penghijauan kota,

sehingga tujuan dan sasarannya akan tercapai.

Teknologi penginderaan jauh merupakan pendekatan berbasis spasial

yang dapat merekam dan menganalisis perubahan penggunaan lahan yang terjadi.

Manfaat utama penggunaan sistem informasi spasial dengan komputer

dibandingkan dengan metode pembuatan peta tradisional dan masukan data

manual atau informasi manual, adalah memperkecil kesalahan manusia,

kemampuan membuat kembali peta tumpangsusun dari simpanan data SIG secara

cepat, menggabungkan tumpangsusun tersebut tetapi penggabungan batas agak

sulit, dan untuk memperbaharui dengan memperhatikan perubahan lingkungan

data statistik dan batas agak sulit, dan untuk memperbaharui dengan

memperhatikan perubahan lingkungan data statistik dan batas-batas dan area yang

nampak pada peta. Lebih lanjut dengan mengintegrasikannya dengan Sistem

(16)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah perlu dilakukan kajian

tentang penggunaan lahan dengan suhu udara Kota Medan. Maka yang menjadi

identifikasi masalah dalam penelitian ini meliputi : 1) Bagaimana sebaran suhu

secara spasial di Kota Medan, 2) Bagaimanakah penggunaan lahan di Kota

Medan, 3) Bagaimanakah hubungan penggunaan lahan dengan suhu udara Kota

Medan, 4) Apa dampak yang ditimbulkan dari perubahan suhu di Kota Medan.

C. Pembatasan Masalah

Dari hasil identifikasi masalah yang telah dibahas maka penelitian ini

dibatasi pada sebaran suhu secara spasial di Kota Medan serta hubungannya

dengan penggunaan lahan di Kota Medan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan ruang lingkup masalah di atas,

maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah sebaran suhu secara spasial di Kota Medan?

2. Bagaimanakah hubungan penggunaan lahan dengan suhu udara Kota

(17)

7

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Mengetahui sebaran suhu secara spasial di Kota Medan

2. Mengetahui hubungan penggunaan lahan dengan suhu udara Kota Medan

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diharapkan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sumbangan informasi bagi pemerintah setempat agar dapat

membuat kebijakan-kebijakan dalam mengatasi masalah suhu udara dan

penggunaan lahan.

2. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam menulis karya ilmiah

dalam bentuk skripsi.

3. Sebagai gambaran dan informasi yang jelas kepada masyarakat Kota

(18)

79

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa keadaan suhu pada

daerah yang diteliti yaitu Kota Medan, tingkat suhu udara tertinggi berada di

penutupan lahan aspal, lapangan udara serta jalan raya dengan suhu sebesar

320C. Hal ini dikarenakan kurangnya vegetasi yang tumbuh di sekitar kawasan tersebut. Sedangkan untuk suhu terendah berada pada tutupan lahan

vegetasi yaitu taman kampus dan kebun binatang sebesar 260C, karena memiliki tutupan vegetasi yang rapat.

2. Nilai korelasi bivariat antara nilai NDVI dengan besarnya suhu udara pada

citra satelit sebesar -0,405 yang berarti semakin jarang kerapatan vegetasi

maka semakin tinggi suhu udara di Kota Medan.

Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian, kota Medan memiliki suhu udara tinggi yang

disebabkan oleh RTH yang tidak cukup untuk mengabsorbsi karbondioksida

di udara, sehingga diharapkan pemerintah setempat untuk melakukan

penanaman pohon disekitar wilayah kota medan.

2. Pada perencanaan penataan tata ruang Kota Medan ada baiknya pemerintah

(19)

80

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wilayah Perkotaan. Lab. Perencanaan Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor

Dwiyanto, A. 2009. Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Pemukiman Kota. Jurnal Nasional Arsitektur. Universitas Diponegoro Press

Howard, J. A. 1996. Penginderaan Jauh Untuk Sumberdaya Hutan Teori dan Aplikasi. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta

Husein, R. 2006. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi (Geographics

Information System). www.komunitasilmukomputer.com. [11 November

2008]

Irwan, Z. D. 2005. Tantangan Lingkungan Dan Lansekap Hutan Kota. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta

Lakitan, B. 2002. Dasar Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Lillesand, T. M dan Kiefer, R.W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Nengah, I.J. 2009. Analisis Citra Diital. Perpsepektif Penginderaan Jauh Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Newcomer, J. 2008. Satellite Landsat TM. Extr. Data. http://daac.ornl.gov/FIFE/guides.html [28 Desember 2009]

Nuarsa, I. 2005. Menganalisis Data Spasial Dengan Arc View GIS 3,3 Untuk Pemula. PT Elex Media Komputindo. Jakarta

Nugrahani, T. 2006. Sistem Informasi Geografi Perikanan. Dinas Perikanan dan Kelautan Daerah Istimewa Yogyakarta. www.perikanan-diy.info. [5 Desember 2008]

Onrizal. 2005. Adaptasi Tumbuhan Mangrove Pada Lingkungan Salin Dan Jenuh Air. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan

Pardede, M. 2008. Sistem Informasi Geografi. Kantor pengolahan Data Elektronik. Propinsi Sumatera Utara. Medan. [5 Desember 2008]

(20)

81

Rotib, W. 2007. Termometer Sistem Pengukuran Suhu. http://en.wikipedia.org/wiki/Thermometer. [25 September 2008]

Santoso, S. 2000. SPSS versi 10.0. PT. Gramedia. Jakarta

Sinulingga, B. 1999. Pembangunan Kota (Tinjauan Regional dan Lokal). Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Sitorus, et al. 2006. Kajian Model Deteksi Perubahan Penutup Lahan Menggunakan Data Inderaja Untuk Aplikasi Perubahan Lahan Sawah. Bidang Pengembangan Pemanfaat Inderaja. Pusbangja Lapan

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI-Press. Jakarta

Sudjana. 1997. Pengantar Statistika. PT. Gramedia. Jakarta

Susanta, G dan Hari S. 2008. Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global. Penebar Swadaya. Jakarta

Syakur, A. dan Sandi, A. 2009. Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Alos/Avnir-2 Dan Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Evaluasi Tata Ruang Kota Denpasar. Universitas Udayana. Bali

Tampubolon, T. Darmawan. Wikantika K. Lim H. dan Khiruddin A. 2008. Analisis Hubungan NDVI dan Temperatur Terhadap Tutupan Lahan Dengan Data Landsat ETM. Universiti Sains Malaysia, Institute of

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap awal pengembangan dan penerapan SMM di perusahaan keluarga yang sistem mana- jemennya sentralistis dengan tingkat pemahaman ISO 9001:2008 yang masih

Wakil direktur dan kepala pusat penelitian, pengabdian kepada. masyarakat, dan penjaminan mutu wajib

Landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam pengamatan ini berupa buku, undang-undang, internet dan sumber-sumber lain.Tujuan pengamatan yang dilakukan penulis adalah

Sebagai bahan pangan, hotong yang berbentuk biji dengan diameter hanya sekitar 1 mm, dikenal sangat khas dan digemari dan berpotensi dikembangkan menjadi berbagai produk pangan

Sehubungan dengan hal itu peneliti membatasi permasalahan jenis diksi, proses morfologi, dan makna kata yang terdapat dalam rubrik konsultasi masalah seks di majalah remaja ANEKA

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh industrialisasi terhadap pergeseran nilai sosial pada masyarakat Desa Tegalrejo Kecamatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang peserta didik yang memilih pendidikan alternatif homeschooling dan sikap siswa yang melaksanakan

(3) Analisis intertekstualitas menemukan bahwa (a) teks LP sebagai hipogram, sedangkan teks 5B sebagai transformasi dan (b) nilai-nilai pendidikan yang ditransformasikan