• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN Rendemen Minyak Biji Gambas (Luffa acutangula Linn)

Minyak hasil ekstraksi berbau khas seperti biji gambas dan berwarna hijau kecoklatan Gambar 5.

Gambar 5. Ekstrak kasar minyak Biji Gambas Sebelum Pemurnian (a) ulangan 1, (b) ulangan2 (c) ulangan 3 (Dokumen Pribadi)

Warna hijau kecoklatan pada minyak disebabkan oleh kehadiran berbagai senyawa pigmen yang terkandung didalamnya seperti klorofil (hijau), karoten (oranye), xantofil (kuning), dan antosianin (merah-biru/ungu), yang ikut larut bersama minyak selama proses ektraksi (Sipayung, 2012). Purata rendemen ekstrak biji gambas yang diperoleh sebesar 28,40±1,93%. Nilai rendemen berkaitan dengan banyaknya komponen bioaktif yang terkandung pada tumbuhan (Febria Dewatisari et al., 2017). Semakin tinggi nilai rendemen ekstrak yang diperoleh maka semakin tinggi kandungan zat pada sampel yang tertarik ke dalam pelarutnya (Senduk et al., 2020). Kadar air hasil pengukuran rendemen minyak biji gambas yang diperoleh sebesar 1,93%. Namun, hasil ekstraksi tersebut tidak semuanya murni berupa minyak, melainkan juga terdapat campuran air di dalamnya yang bisa menyebabkan kerusakan pada minyak melalui proses hidrolisis (Senduk et al., 2020).

Hasil pemurnian minyak biji gambas juga beraroma khas biji gambas dan masih berwarna hijau kecoklatan tetapi tidak sepekat sebelum pemurnian, disajikan pada Gambar 6. Banyaknya kandungan pigmen yang terkandung di dalam minyak biji gambas menjadi penyebab minyak hasil pemurnian masih berwarna coklat.

(a) (b) (c)

(2)

Gambar 6. Minyak biji gambas hasil pemurnian (a) ulangan 1, (b) ulangan 2, (c) ulangan 3 (Dokumen Pribadi)

Dari hasil perhitungan, persen perolehan kembali (% recovery) minyak biji gambas setelah pemurnian yaitu sebesar 76,10±0,96%. Rendemen minyak setelah pemurnian (21,61±0,27%) mengalami penurunan dari rendemen minyak sebelum pemurnian (28,40±1,93%). Hal ini disebabkan oleh jumlah pengotor dan asam lemak bebas pada minyak yang hilang/larut selama proses pemurnian sehingga mengurangi jumlah rendemen yang diperoleh. Pengotor berupa fosfatida yang tidak larut air/nonhydratable diubah menjadi senyawa yang larut air/hydratable (Herwanda, 2011).

Formulasi Sediaan Lotion

Gambar 7. Sediaan Lotion Kontrol (a) ulangan 1, (b) ulangan 2, (c) ulangan 3, (d) ulangan 4, (e) ulangan 5 (Dokumen Pribadi)

Formulasi sediaan lotion kontrol yang dihasilkan berbentuk semi padat berwarna putih karena tanpa minyak biji gambas, saat diaplikasikan ke kulit langsung menyerap, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.

(a) (b) (c)

(a) (b) (c) (d) (e)

(3)

Gambar 8. Sediaan Lotion Minyak Biji Gambas dengan kadar 3% (a) ulangan 1, (b) ulangan 2, (c) ulangan 3, (d) ulangan 4, (e) ulangan5 (Dokumen Pribadi)

Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8, formulasi sediaan lotion minyak biji gambas (L. acutangula Linn) berbentuk semi padat dan sedikit creamy, berwarna hijau muda karena pengaruh penambahan minyak. Saat diaplikasikan pada kulit lotion dengan cepat meresap ke dalam kulit. Hal ini disebabkan karena formulasi ini berbasis oil in water (O/W) yang mana kandungan fase air lebih dominan dibandingkan fase minyak (Megantara et al., 2017).

Karakterisasi Lotion Minyak Biji Gambas

• Uji pH

Gambar 9. Uji pH lotion (a) lotion minyak biji gambas (b) lotion kontrol (Dokumen Pribadi)

Hasil pengujian lotion kontrol dan lotion minyak biji gambas menunjukan pH yang netral yaitu 7, yang berarti minyak biji gambas tidak mempengaruhi pH pada formulasi lotion. Lotion baik aman digunakan dan baik untuk kulit serta sudah memenuhi persyaratan pelembab kulit, berdasarkan SNI rentang pH lotion yaitu 4,5-8 (SNI, 1996).

(a) (b) (c) (d) (e)

(a) (b)

(4)

• Uji Stabilitas

Gambar 10. Uji stabilitas lotion (a) lotion minyak biji gambas (b) lotion kontrol (kanan) (Dokumen Pribadi)

Hasil lotion setelah disentrifugasi selama 5 jam pada kecepatan 3800 rpm.

menunjukkan tidak adanya pemisahan yang berarti sistem emulsi stabil. Kecepatan 3800 rpm mengindikasikan bahwa sediaan lotion stabil terhadap gaya gravitasi selama setahun penyimpanan pada suhu ruang (Hamsinah dkk., 2016).

• Uji Daya Sebar

Gambar 11. Uji daya sebar lotion (a) lotion minyak biji gambas (b) lotion kontrol (Dokumen Pribadi)

Gambar 11 menunjukkan uji daya sebar lotion dengan beban 300 gram. Nilai rata rata keduanya ditetapkan sebagai diameter daya sebar (Daud et al., 2018). Semakin berat beban yang diberikan maka diameternya akan semakin besar, sehingga persebaran lotion akan semakin luas (Yulianti et al., 2015)

(a) (b)

(a) (b)

(5)

Gambar 12. Grafik uji daya sebar lotion minyak biji gambas dan lotion kontrol

Gambar 12 menyajikan hasil uji daya sebar lotion kontrol diperoleh rata-rata 5,4-7 cm, sedangkan minyak biji gambas diperoleh rata-rata 5-6 cm. Dari hasil uji tersebut menunjukkan daya sebar yang baik dan memenuhi syarat sediaan topikal yaitu 5-7 cm (Pratama & Zulkarnain, 2015). Luas penyebaran yang dihasilkan dengan meningkatnya beban menggambarkan suatu karakteristik daya sebar (Pratama & Zulkarnain, 2015). Daya sebar suatu lotion dapat dikatakan baik apabila lotion dapat dioleskan dengan mudah tanpa penekanan yang kuat dengan jari-jari (Yulianti et al., 2015).

• Uji Viskositas

Gambar 13. Uji Viskositas lotion (a) Alat uji viskositas IKA ROTAVISC lo-vi, (b) uji viskositas lotion minyak biji gambas, (c) lotion kontrol (Dokumen Pribadi)

Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat IKA ROTAVISC lo-vi seperti Gambar 13.Nilai viskositas lotion kontrol yang didapatkan sebesar 25.677 cP sedangkan lotion minyak biji gambas sebesar 34.856 cP. Nilai viskositas lotion yang diperoleh sudah memenuhi standar SNI yaitu sebesar 2000-50.000 cP (SNI, 1996). Viskositas yang terlalu tinggi dapat mengurangi tingkat kenyamanan pengguna karena akan sulit untuk mengeluarkan lotion dari kemasan, sedangkan jika viskositas terlalu rendah (lotion lebih

0 2 4 6 8

Uji Daya Sebar

Lotion Kontrol

Lotion minyak biji gambas

(a) (b) (c)

(6)

encer), saat diaplikasikan pada kulit lotion akan menetes dan tidak tinggal seluruhnya pada permukaan kulit (Daud et al., 2018).

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Penentuan panjang gelombang maksimum 𝛽-carotene dilakukan menggunakan larutan standar 𝛽-carotene 10 ppm dan diperoleh absorbansi tertinggi pada panjang gelombang 449 nm (Tabel 2).

Tabel 2. Penentuan Panjang Gelombang 𝜷-carotene Panjang Gelombang (nm) Absorbansi

476,5 0,879

449,0 0,983

Hasil pengukuran absorbansi yang diperoleh disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengukuran absorbansi Minyak, Lotion, Asam Askorbat dan Kontrol Menit Ke- Abs

Minyak

Abs Lotion

Abs Asam Askorbat

Abs Kontrol

0 0,718 0,720 0,726 0,494

15 0,523 0,635 0,608 0,284

30 0,400 0,483 0,563 0,193

45 0,296 0,273 0,443 0,127

60 0,186 0,168 0,315 0,091

75 0,109 0,098 0,224 0,071

90 105 120

0,071 0,047 0,032

0,063 0,038 0,016

0,181 0,156 0,141

0,066 0,053 0,045

Persentase aktivitas antioksidan menyatakan kemampuan antioksidan dalam menghambat radikal bebas dan menunjukkan banyaknya atom hidrogen dari senyawa antioksidan yang menangkap radikal bebas (Putri & Setiawati, 2015). Tabel 3 menunjukkan adanya penurunan absorbansi minyak maupun lotion seiring dengan lamanya inkubasi.

Inkubasi dilakukan selama 20 menit dengan interval waktu 15 menit. Radikal bebas yang terbentuk dari asam linoleat mengalami proses oksidasi sehingga berubah menjadi hidroperoksida selama pemanasan dan menyebabkan peluruhan warna pada 𝛽-carotene (Liana

& Murningsih, 2019). Laju degradasi 𝛽-carotene dapat diperlambat dengan adanya senyawa antioksidan (Salamah & Farahana, 2014). Kecepatan laju degradasi 𝛽-carotene dipengaruhi oleh kekuatan aktivitas senyawa antioksidan dari setiap sampel (Maisarah et al., 2013).

(7)

Menurut (Wardaniati & Taibah, 2019) persentase aktivitas antioksidan (%AA) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut:

% AA =

1−(A0−A120)

(𝐴°0−𝐴°120)

𝑥 100%

Keterengan :

A0 : Waktu ke- 0 sampel A°0 : Waktu ke- 0 kontrol A120 : Waktu ke- 120 sampel A°120 : Waktu ke- 120 kontrol

Gambar 14. Reaksi asam linoleat menjadi radikal (Hamberg et al., 1998)

Asam linoleat merupakan asam lemak tidak jenuh dengan dua buah ikatan rangkap yang mudah mengalami oksidasi membentuk peroksida (Rohman & Riyanto, 2005).

Gambar 15. Reaksi 𝜷-carotene dengan radikal peroksil (Foti & Amorati, 2009)

Radikal peroksida menyerang ikatan rangkap terkonjugasi 𝛽-carotene yang memberikan warna jingga pada 𝛽-carotene. Senyawa 𝛽-carotene akan mengalami peluruhan atau pemucatan warna karena banyak kehilangan ikatan rangkap (Wardaniati & Taibah, 2019).

(8)

Tabel 4. Hasil Pengukuran Presentase Aktivitas Antioksidan Minyak, Lotion dan Asam Askorbat

Menit ke-

Abs Kontrol

Abs Minyak

Abs Lotion

Abs Asam Askorbat

% AA minyak

%AA Lotion

% AA Asam Askorbat

0 0,494 0,718 0,720 0,726 69,9% 65,9% 92,4%

120 0,045 0,032 0,016 0,141

Tabel 4 menyajikan hasil %AA yang diperoleh yaitu minyak biji gambas sebesar 69,9

%, lotion sebesar 65,9% dan asam askorbat sebesar 92,4%. Menurut Hassimotto et al (2005), daya AA digolongan menjadi tiga tingkat yaitu antioksidan kuat (>70%), intermediate (40- 70%) dan lemah (<40%). Minyak biji gambas dan lotion ke duanya menunjukkan aktivitas antioksidan intermediate sedangkan asam askorbat sebagai senyawa kontrol positif memiliki aktivitas antioksidan yang kuat.

Gambar

Gambar 5. Ekstrak kasar minyak Biji Gambas Sebelum Pemurnian (a) ulangan 1, (b) ulangan2  (c) ulangan 3 (Dokumen Pribadi)
Gambar 6. Minyak biji gambas hasil pemurnian (a) ulangan 1, (b) ulangan 2,   (c) ulangan 3 (Dokumen Pribadi)
Gambar 9. Uji pH lotion (a) lotion minyak biji gambas  (b) lotion kontrol (Dokumen Pribadi)
Gambar 10. Uji stabilitas lotion (a) lotion minyak biji gambas  (b) lotion kontrol (kanan)   (Dokumen Pribadi)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Jamur ini mempunyai tubuh buah bebentuk kipas berwarna coklat putih bergaris konsentris, lamela berbentuk pori-pori yang sangat kecil berwarna putih, hidup

Berdasarkan SNI (1994), kadar air maksimal dalam sabun batang sebesar 15%. Sabun susu padat yang dihasilkan dari formulasi telah memenuhi Kriteria mutu SNI. Kadar air

Berdasarkan Tabel 3, hasil evaluasi penyimpanan sediaan sabun padat ekstrak kulit nanas selama 4 minggu didapatkan hasil pada minggu ke-1 formulasi 1 berwarna putih

Bahan pada formulasi sediaan sabun mandi cair ekstrak etanol daun ubi jalar ungu yang berperan baik atau tidaknya hasil pengujian daya sebar yaitu CMC yang memiliki

Formulasi sediaan lip balm ini mengggunakan formula yang sama dengan penelitian sahputri, (2019) yang dimodifikasi dengan menambahkan minyak bekatul padi yang bisa

• Lotion adalah sediaan cair berupa suspense atau disperse yang digunakan sebagai obat luar dapat berbentuk suspense zat padat dalam serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang

Nilai HLB butuh minyak buah merah ini digunakan dalam perhitungan nilai HLB butuh fase minyak pada formulasi sediaan untuk memilih surfaktan yang sesuai, sehingga dapat

Bunga tunggal yang berada pada ujung batang, warna labellum kuning bergaris ungu dan pada bagian bawah labellum berwarna ungu mengkilatsepal dan petal berwarna