31 A. Gambaran Umum
Bursa Efek Indonesia membagi kelompok industri-industri perusahaan berdasarkan sektor-sektor yang dikelolanya terdiri dari: sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri bahan kimia, sektor aneka industri, sektor industri barang konsumsi, sektor properti, sektor infrastruktur, sektor keuangan dan sektor perdagangan jasa investasi.
Sektor keuangan adalah salah satu kelompok perusahaan yang ikut berperan aktif dalam pasar modal karena sektor keuangan merupakan penunjang sektor riil dalam perekonomian Indonesia. Sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia terbagi menjadi beberapa subsektor yang terdiri dari perbankan, lembaga pembiayaan, perusahaan efek serta perusahaan asuransi.
Subsektor perbankan merupakan perusahaan yang saat ini banyak diminati oleh para investor karena imbal hasil atau return atas saham yang akan diperoleh menjanjikan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.
Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan.
Berdasarkan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan menyebutkan bahwa bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidu orang banyak.”
Sedangkan menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah
“badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentu-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Berdasarkan pengertian di atas, bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.
Demokrasi ekonomi itu sendiri dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan asas yang digunakan perbankan, maka tujuan perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi serta stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998, fungsi bank di Indonesia adalah sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat. bank bertugas mengamankan uang tabungan dan deposito berjangka serta simpanan dalam rekening koran atau giro. Sebagai penyalur dana atau pemberi kredit, bank memberikan kredit bagi masyarakat yang membutuhkan terutama untuk usaha-usaha produktif.
Berikut ini adalah profil perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2013 yang mana merupakan sampel dari penelitian ini:
1. PT. Bank Bukopin Tbk.
Berdiri pada tanggal 10 Juli 1970, Bank Bukopin memiliki visi menjadi lembaga keuangan terkemuka dalam pelayanan jasa keuangan yang terintegrasi. Bank Bukopin juga memfokuskan diri mereka pada segmen UMKMK. Sekarang, Bank Bukopin telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang masuk dalam kelompok bank menengah di Indonesia dari sisi aset. Kemudian seiring dengan terbukanya kesempatan dan adanya peningkatan kemampuan dalam melayani kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan usahanya ke segmen komersial dan konsumer. Dengan pelayanan secara konvensional maupun syariah yang didukung oleh sistem pengelolaan dana yang optimal, kehandalan teknologi informasi, kompetensi sumber daya manusia dan praktik tata kelola perusahaan yang baik, Bank Bukopin berhasil maju dan menempatkan dirinya sebagai salah satu bank yang kredibel di Indonesia.
2. PT. Bank Central Asia Tbk.
Bank Cetral Asia merupakan bank swasta terbesar di Indonesia. Bank ini didiriakan pada 21 Februari 1957. Penawaran saham perdana berlangsung
di tahun 2000 dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari investasi BPPN. Setelah penawaran saham perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran kedua dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2001 dengan BPPN menginvestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA. Pada 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat strategis, Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritinus memenangkan tender tersebut.
3. PT. Bank CIMB Niaga Tbk.
PT. Bank CIMB Niaga dan PT. Bank Lippo, secara resmi merger secara hukum dan meluncurkan logo baru Bank CIMB Niaga (hasil merger).
Proses merger dilakukan dengan cara CIMB membeli 51% saham Bank Lippo yang dimiliki Santubong Ventures, anak usaha dari Khazanah. Total pembelian saham Bank Lippo oleh CIMB Group Rp 5,9 trilliun atau setara 2,1 milliar ringgit Malaysia. Sebagai gantinya, Khazanah akan memperoleh 207,1 juta lembar saham baru di Bumiputera-Commerce Holding Berhard (BCHB) yakni perusahaan pemilik CIMB Group.
Seluruh saham Bank Lippo akan ditukar menjadi saham Bank Niaga dengan rasio 2,822 saham Bank Niaga per 1 lembar saham Bank Lippo.
Seluruh aset dan kewajiban Bank Lippo akan dialihkan ke Bank Niaga.
4. PT. Bank Danamon Tbk.
Bank Danamon didirikan pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra Indonesia.
Pada tahun 1976 nama tersebut kemudian diubaj menjadi PT. Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, Bank Danamon menjadi bank devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Bank Danamon merupakan bank keenam terbesar di Indonesia dalam hal jumlah aset, keempat terbesar dalan jumlah kapitalisasi.
5. PT. Bank of India Indonesia Tbk.
Pada awal berdirinya, Bank Swadesi dikenal sebagai BPR Bank Pasar Swadesi di Surabaya. Pada tahun 1984, kepemilikan penuh bank ini diambil alih oleh keluarga Chugani yang mengarahkan bisnis perbankan menjadi bank umum pada tanggal 2 September 1989, dengan nama PT Bank Swadesi. Pada tahun 1990, Bank Swadesi telah melakukan merger dengan PT Bank Perkreditan Rakyat Panti Daya Ekonomi yang beroperasi di Surakarta, yang memungkinkannya untuk membuka Cabang di Jakarta.
Setelah menerima persetujuan dari Bank Indonesia, pada tahun 1992 Bank Swadesi diizinkan untuk melakukan bisnis penukaran uang. Pada tanggal 22 Juni 2007, untuk memperkuat posisinya di antara masyarakat perbankan nasional, Bank Swadesi memutuskan untuk terikat dengan aliansi strategis dengan mengundang investor yang kuat. Upaya ini berhasil dengan penandatanganan Perjanjian Pemegang Saham antara
pemegang saham utama dan Bank of India yang menginginkan untuk mengakuisisi saham mayoritas Bank Swadesi yaitu 235.600.000 saham yang merupakan 76% dari total modal Bank Swadesi. Sejak saat itulah Bank of India resmi menjadi pemegang saham pengendali (pemegang saham mayoritas) Bank Swadesi.
6. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk.
Bank Internasional Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan swasta di Indonesia yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia atau BEI) pada tahun 1989. Bank ini didirikan 15 Mei 1959. Per 31 Maret 2013, sebesar 97,29% saham BII dimiliki oleh Malayan Banking Berhad (Maybank), grup keuangan terbesar di Malaysia. Meskipun begitu, BII merupakan satu bank terbesar di Indonesia dengan jaringan internasional yang memiliki 415 cabang termasuk cabang Syariah dan cabang luar negeri, 1.388 ATM termasuk CDM (Cash Deposit Machine) BII di seluruh Indonesia, dan juga terkoneksi dengan lebih dari 20.000 ATM yang tergabung dalam jaringan ATM PRIMA, ATM BERSAMA, ALTO, CIRRUS, dan jaringan MEPS Malaysia, sekaligus terhubung dengan 3.500 ATM Maybank di Malaysia dan Singapura serta memiliki kantor luar negeri di Mauritius dan Mumbai (sedang dalam proses reaktivasi).
7. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Bank Mandiri adalah bank terbesar di Indonesia bila dilihat dari sektor jumlah aset, pinjaman dan deposito. Bank Mandiri didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998. Dengan penggabungan usaha bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdiri dari BBD, BDN, Bank Exim, dan Bapindo pada tanggal 31 Juli tahun 1999. Hingga pada bulan Agustus 1999 Bank Mandiri resmi beroperasi secara komersial. Bank ini telah melayani banyak nasabah dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan, sehingga bank ini merupakan salah satu bank retail dengan nasabah terbanyak di Indonesia. Pada bulan Maret 2005, Bank Mandiri telah berhasil membuka lebih dari 829 cabang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia dan beberapa cabang telah merambah penjuru luar negeri. Bank ini juga telah mempunyai lebih dari 2.500 ATM yang tergabung dalam jaringan LINK serta tiga anak perusahaannya, yakni Bank Syariah Mandiri, Mandiri Sekuritas, dan AXA Mandiri.
8. PT. Bank Mayapda Tbk.
Bank Mayapada Internasional didirikan pada tanggal 10 Januari 1990.Adapun kepemilikan dari bank Mayapada Internasional pada tahun 2010 adalah: PT. Mayapada Karunia (25,31%), PT. Mayapada Kasih (3,20%), Brilliant Bazzar Limited Ltd (8,36%), Summertime Ltd (24,43%), CGML IPB Customer Collateral ACC (3,83%), Wingfiled
Global Trading Pte. Ltd (7,68%), CGMI 1 Client Safekeeping Acc (19,20%), masyarakat (<5%) (7,99%).
9. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Bank BNI Berdiri sejak 1946, BNI merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah Indonesia.Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah.Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik bagi sektor usaha nasional.Nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'.
10. PT. Bank OCBC NISP Tbk.
Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP) merupakan bank tertua keempat di Indonesia,yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank. Bank OCBC NISP resmi menjadi bank komersial pada tahun 1967, bank devisa pada tahun 1990 dan menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994. Reputasi Bank OCBC NISP yang baik di industrinya dan pertumbuhannya yang menjanjikan, telah menarik perhatian International Finance Corporation (IFC), bagian dari Grup Bank Dunia, yang kemudian menjadi pemegang saham pada tahun 2001 - 2010 dan dari OCBC Bank-Singapura yang kemudian menjadi
pemegang saham Bank OCBC NISP dan akhirnya menjadi pemegang saham pengendali melalui serangkaian akuisisi dan penawaran tender 101 sejak tahun 2004. OCBC Bank-Singapura saat ini memiliki saham sebesar 85.06% di Bank OCBC NISP.
11. PT. Bank Permata Tbk.
Bank Permata merupakan salah satu bank nasional di Indonesia. Bank Permata merupakan bank hasil penggabungan dari lima bank di bawah pengelolaan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yaitu: PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, PT Bank Patriot.
12. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Bank BRI Didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja berdiri tanggal 16 Desember 1895, BRI adalah sebagai bank pemerintah pertama di Republik Indonesia. PT. BRI (Persero) Tbk didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil.
B. Deskriptif Statistik
Deskriptif statistik menjelaskan tentang informasi karakteristik variabel-variabel da data penelitian. Data yang digunakan pada tabel deskriptif statistik meliputi jumlah data (N), nilai minimum, nilai
maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi dari dua variabel, yaitu variabel independen EVA (Economic Vakue Added) dan variabel dependen MVA (Market Value Added). Hasil pengolahan data yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EVA
12 12145854176,00 18443995942000,00 4711524380519,00000 5567859167983,00000
MVA 12 341992000000 232780269552000,00 59943879124224,00000 74083331254844,00000 Valid N
(listwise)
12
Sumber: data diolah dengan SPSS 21
Dari tabel di atas dapat dijabarkan deskripsi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Maksimum adalah nilai terbesar dari suatu rangkaian pengamatan, minimum adalah nilai terkecil dari suatu rangkaian pengamatan, mean (rata-rata) adalah hasil penjumlahan nilai seluruh data dibagi dengan banyaknya data, sementara standar deviasi adalah akar dari jumlah kuadrat dari selisih data dengan rata-rata dibagi dengan banyaknya data. Adapun hasil dari pengujian deskriptif adalah sebagai berikut:
1.) Variabel EVA menunjukkan jumlah data (N) ada 12 dan memiliki nilai terkecil (minimun) sebesar Rp 12.145.854.176,00 terdapat pada PT Bank Mayapada Tbk. (2011) dan nilai maksimum sebesar
Rp 18.443.995.942.000,00 pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (2013). EVA memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar Rp 4.711.524.380.519,00 dengan standar deviasi sebesar Rp 5.567.859.167.983,00.
2.) Variabel MVA menunjukkan jumlah data (N) ada 12 dan memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar Rp 341.992.000.000,00 pada PT Bank of India Indonesia Tbk. (2011) dan nilai maksimum sebesar Rp 232.780.269.552.000,00 pada PT Bank Central Asia Tbk.
(2013). MVA memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar Rp 59.943.879.124.224,00 dengan standar deviasi sebesar Rp 74.083.331.254.844,00.
C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas untuk variabel pada penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov- Smirnov. Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal jika memiliki
tingkat signifikansi di atas 0,05 dan suatu data dikatakan tidak terdistribusi secara normal jika memiliki tingkat signifikansi di bawah 0,05.
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 12
Normal Parametersa,b
Mean ,0130208
Std. Deviation 846012132875 30,77000000 Most Extreme Differences
Absolute ,329
Positive ,329
Negative -,176
Kolmogorov-Smirnov Z 1,141
Asymp. Sig. (2-tailed) ,148
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data diolah SPSS 21
Berdasarkan hasil diatas, signifikansi 0,148>0,05 sehingga data yang diperoleh berdistribusi normal dan dapat digunakan dalam penelitian.
2. Uji Heteroskedatisitas
Untuk mendeteksi terjadinya ketidaksamaann varians dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedatisitas. Heteroskedatisitas menyebabkan penaksir atau estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi tinggi.
Sumber: data diolah SPSS 21
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedatisitas Scatterplot
Berdasarkan dari grafik Scatterplot diatas dapat diketahui bahwa titik – titik menyebar dengan pola yang tidak jelas diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka pada model regresi tidak terjadi masalah heteroskedatisitas.
D. Uji Hipotesis
1. Uji T (Uji Parsial)
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel bebas (X) benar-benar memberikan kontribusiterhadap variabel terikat (Y).
Dalam penelitian ini Economic Value Added sebagai variabel independen dan Market Value Added sebagai variabel dependen.
Tabel 4.4
Hasil Uji T (Uji Parsial)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2924407452933 ,767
3400687941756 4,300
,086 ,933
EVA 12,516 1,583 ,929 7,909 ,000
a. Dependent Variable: MVA
Sumber: data diolah SPSS 21
Berdasarkan uji t dapat dilihat bahwa Economic Value Added (EVA) memiliki t hitung sebesar 7,909 dengan taraf signifikansi 0,000. Nilai signifikansi di bawah 0,05 (0,000<0,05) memnunjukkan bahwa Economic Value Added (EVA) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Market Value Added (MVA). Sehingga H1 dalam penelitian ini diterima.
2. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen.
Tabel 4.5
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,929a ,862 ,848 8873050106189
2,48000
2,258
a. Predictors: (Constant), EVA b. Dependent Variable: MVA
Sumber: data yang diiolah SPSS 21
Dari tabel diatas diketahui besarnya adjusted R2 adalah 0,862. Hal ini berarti 86,2% variabel MVA dapat dijelaskan oleh variabel EVA.
Sedangkan sisanya (100%-86,2% = 13,8%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar Standar Error of the Estimated (SEE) sebesar 88730501061892,48000. Dimana semakin kecil nilai SEE maka akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil analisis untuk membuktikan hipotesis yang telah diajukan, didapatkan hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel EVA dan variabel MVA pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bersa Efek Indonesia. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kenaikan atau penurunan EVA akan berpengaruh dengan kenaikkan atau penurunan MVA.
Pengaruh antara EVA dan MVA tersebut bukanlah suatu pengaruh secara langsung. Jika sebuah perusahaan memiliki sejarah nilai-nilai EVA yang negatif, maka nilai MVA-nya kemungkinan juga akan negatif dan begitu pula sebaliknya jika memiliki sejarah nilai-nilai EVA yang positif, maka nilai MVA-nya kemungkinan positif. Namun begitu, harga saham yang merupakan unsur utama dari perhitungan MVA, lebih tergantung kepada ekspektasi kinerja dari kinerja di masa mendatang daripada suatu
kinerja historis. Oleh sebab itu, sebuah perusahaan dengan sejarah nilai EVA yang negatif dapat saja memiliki nilai MVA yang positif, asalkan para investornya mengharapkan terjadinya suatu perubahan arah di masa mendatang.
Jika perusahaan berfokus pada EVA, hal ini dapat membantu memastikan bahwa perusahaan telah menjalankan operasi dengan cara konsisten dengan tujuan untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham. Begitu juga semakin tinggi nilai MVA, maka akan semakin baik kinerja yang telah dilakukan oleh perusahaan. EVA menunjukkan nilai tambah yang terjadi selama tahun tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sepanjang hidupnya, bahkan mungkin termasuk masa-masa sebelum manajer yang ada sekarang lahir.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulya Yoga Prakarsa (2007) dan Praditha Gita Andini (2010) yang menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh signifikan atau berkorelasi terhadap Market Value Added (MVA). Perbedaan ini disebabkan karena jenis perusahaan yang dijadikan sampel penelitian berbeda, serta perbedaan tahun periode penelitian, dan juga tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Hartini (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara nilai EVA dan MVA, namun sifatnya tidak selalu searah. Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwitayani (2005), Wahyunita Rahim (2009), Soedewi dan Adelia (2009) serta Budi Agung
Laksono (2012), dimana mereka menyatakan bahwa jika nilai EVA semakin tinggi maka nilai MVA juga akan semakin tinggi dan sebaliknya jika nilai EVA menurun maka nilai MVA juga akan menurun.