• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PANTAI HATULIAN SEBAGAI DESTINASI WISATA DI KABUPATEN TOBA KERTAS KARYA OLEH GITA PANGARIBUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN PANTAI HATULIAN SEBAGAI DESTINASI WISATA DI KABUPATEN TOBA KERTAS KARYA OLEH GITA PANGARIBUAN"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

KERTAS KARYA

OLEH

GITA PANGARIBUAN 182204014

PROGRAM STUDI D-III PERJALANAN WISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGEMBANGAN PANTAI HATULIAN SEBAGAI DESTINASI WISATA DI KABUPATEN TOBA

OLEH

GITA PANGARIBUAN 182204014

DOSEN PEMBIMBING

Koko Sujatmoko, SE., M.Si.

NIP 19751017 200501 1 001

(3)

Ketua Sekretaris

Drs. Jhonson Pardosi, M.Si., Ph. D. Mukhtar, S.Sos., S.Par,M.A NIP 19660420 199203 1 003 NIP 19580615 198703 1 001

(4)

PENGESAHAN Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma Fakultas Ilmu Budaya dalam bidang Perjalanan Wisata pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan

Pada :

Hari/Tanggal : Kamis, 12 Agustus 2021 Pukul : 12.00 WIB

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Mukhtar,S.Sos.,S.Par., M.A. (… ... )

2. Koko Sujatmoko, S.E, M.Si. (… ... )

3. Drs. Gustanto, M.Hum (… ... )

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam kertas karya ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar Ahli Madya yang saya peroleh.

Medan, Agustus 2021 Penulis

Gita Pangaribuan NIM. 182204014

(6)

i ABSTRAK

Kertas Karya ini berjudul “Pengembangan Pantai Hatulian sebagai Destinasi Wisata di Kabupaten Toba”. Walaupun baru dibuka sejak tahun 2019, Pantai Hatulian ini memiliki pengunjung yang tergolong banyak, pantai ini baru dikelola sejak tahun 2019 dan berproses hingga pada masa pandemi. Dengan begitu, Pantai Hatulian memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dan masyarakat memiliki keyakinan bahwa pantai ini dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan di Kabupaten Toba. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengembangan Pantai Hatulian sebagai destinasi wisata di Kabupaten Toba dan upaya yang dilakukan pihak pengelola dalam pengembangan Pantai Hatulian sebagai destinasi wisata. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research) dimana data diperoleh berasal dari buku-buku, artikel dan sumber pustaka lainnya yang relevan dengan penelitian juga menggunakan metode penelitian lapangan (field reseach) dimana penelitian yang dilakukan bersumber dari destinasi wisata yang diteliti dengan mengadakan penelitian melalui wawan cara langsung dengan pihak pengelola di Desa Ompu Raja Hatulian. Hasil penelitian dan wawancara yang diperoleh yaitu mengetahui gambaran mengenai Pantai Hatulian serta mengetahui upaya pihak pengelola dalam mengembangkan Pantai Hatulian sebagai destinasi wisata di Kabupaten Toba.

Keywords: Pengembangan, Destinasi Wisata, Kabupaten Toba

(7)

ii

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan perkuliahan Program Diploma-III Perjalanan Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dengan judul

“Pengembangan Pantai Hatulian sebagai Destinasi Wisata di Kabupaten Toba”.

Selama dalam proses penulisan kertas karya ini, penulis banyak menerima dorongan dan bimbingan baik moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan yang sangat berbahagia ini penulis ingin menyampaikan terimakasih sebesar- besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si,. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Dra T. Thyrhaya Zein, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Jhonson Pardosi, M.Si., Ph. D., selaku Ketua Program D-III Perjalanan Wisata yang telah memberikan begitu banyak pembelajaran yang baik dan membimbing penulis selama penyusunan kertas karya ini.

4. Bapak Mukhtar, S.Sos, S.Par,M,A, selaku Sekretaris Program Studi D-III PerjalananWisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Koko Sujatmoko, SE., M.Si selaku Dosen pembimbing penulis yang telah memberikan begitu banyak pembelajaran yang baik dan membimbing penulis untuk penyusunan kertas karya ini.

(8)

iii

6. Kepada sluruh dosen Prodi D-III Perjalanan Wisata yang selama ini telah memberikan banyak ilmu dalam berbagai matakuliah yang begitu bermanfaat bagi penulis.

7. Kepada kedua orang tua tercinta penulis, M. Pangaribuan dan M.

Hutahaean yang selalu mendoakan penulis, memberikan semangat dan kasih sayang bagi penulis, serta dukungan moril maupun materil bagi penulis hingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan saat ini.

8. Kepada saudara penulis, kakak Sany Pangaribuan, Jonathan Pangaribuan, Monica Pangaribuan, Chelsea Pangaribuan, Gabriella Pangaribuan, juga Christian Pangaribuan yang selalu memberikan dukungan semangat kepada penulis.

9. Kepada Pemerintahan Desa Ompu Raja Hatulian khususnya Bapak Kepala Desa, Bapak Sahat Hutajulu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan kertas karya ini.

10. Kepad ateman-teman penulis, Clara Natalia, Eka sari Butar-butar, Yevina Edralin, Santi Jelita, Eggy Haganta, Deby Natalia, Darni Barus dan Aprilya Situngkir yang membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

11. Kepada teman-teman penulis, Alumni SMAN 2 Balige yang selalu memberikan dukungans emangat kepada penulis.

12. Kepada teman-teman D-III Perjalanan Wisata FIB USU angkatan 2018.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenaitu, penulis mengharapkan saran, masukan, maupun kritik dari pihak-pihak yang telah membaca kertas karya ini.

(9)

iv yang membutuhkan.

Medan, Juli 2021 Penulis,

Gita Pangaribuan NIM: 182204014

(10)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Batasan Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Metode Penelitian ... 6

1.7 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS... 8

2.1 Pengertian Pariwisata ... 8

2.2 Pengertian Destinasi Wisata ... 8

2.3 Pengertian Jenis-Jenis Pariwisata ... 9

2.4 Bentuk-Bentuk Pariwisata ... 10

2.5 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata ... 12

2.6 Pengertian Upaya ... 13

2.7 Pengertian Pengembangan ... 13

2.8 Pengertian Wisatawan ... 15

BAB III GAMBARAN UMUM ... 17

3.1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN TOBA... 17

3.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Toba ... 17

3.1.2 Letak Geografis Kabupaten Toba ... 20

3.1.3 Jumlah dan Sebaran Penduduk ... 20

3.1.4 Iklim... ... 21

3.2 GAMBARAN UMUM PANTAI HATULIAN ... 21

3.2.1 Sejarah Pantai Hatulian ... 21

(11)

vi

3.2.4 Fasilitas yang terdapat di Pantai Hatulian ... 27

BAB IV PEMBAHASAN ... 36

4.1 Pengembangan Pantai Hatulian sebagai Destinasi Wisata di Kabupaten Toba ...36

4.1.1 Objek dan Daya Tarik Wisata...36

4.2.1 Prasarana Wisata...44

4.3.1 Sarana Wisata...48

4.4.1 Tata Laksana / Infrastruktur...51

4.5.1 Masyarakat / Lingkungan...52

4.2. Upaya Pengelola dalam Pengembangan Pantai Hatulian sebagai Destinasi Wisata...57

4.2.1 Meningkatkan Kualitas dan Kuabtitas Sarana Prasarana Pantai Hatulian...58

4.2.2 Penerapan Sadar Wisata...59

4.2.3 Pelestarian Sumur Tua...60

4.2.4 Pelestarian Rumah Adat...61

4.2.5 Mengadakan Event...63

BAB V PENUTUP...63

5.1. Kesimpulan ...63

5.2. Saran...64

DAFTAR PUSTAKA...66

DATA INFORMAN...68

(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Gapura Desa Wisata Ompu Raja Hatulian ... 23

Gambar 3.2 Pembenahan Kawasan Sistem Reklamasi ... 24

Gambar 3.3 Mata Pencaharian Warga Desa Ompu Raja Hatulian ... 25

Gambar 3.4 Kegiatan Tenun Ulos ... 26

Gambar 3.5 Jarak Kota Medan ke Pantai Hatulian ... 27

Gambar 3.6 Jarak Pasar Laguboti ke Pantai Hatulian ... 27

Gambar 3.7 Jalan Setapak... 28

Gambar 3.8 Lahan Parkir ... 29

Gambar 3.9 Toilet Umum ... 30

Gambar 3.10 Gazebo ... 30

Gambar 3.11 Tempat Berteduh ... 31

Gambar 3.12 Tempat Sampah ... 32

Gambar 3.13 Warung Makan ... 32

Gambar 3.14 Homestay ... 33

Gambar 3.15 Rumah Doa ... 34

Gambar 3.16 Taman Pegelaran ... 34

Gambar 3.17 Toko Souvenir ... 35

Gambar 3.18 Spot Foto ... 36

Gambar 4.1 Objek dan Daya Tarik Wisata Alam ... 38

Gambar 4.2 Rumah Adat Batak yang Perlu Dilestarikan ... 40

Gambar 4.3 Rumah Adat Batak yang Sudah Dilestarikan... 40

Gambar 4.4 Ukiran Gorga ... 44

Gambar 4.5 Tenun Ulos... 45

Gambar 4.6 Hasil Tenun Ulos ... 45

Gambar 4.7 Aksesibilitas Jalan Menuju Pantai Hatulian ... 47

Gambar 4.8 Aksesibilitas Jalan Sekitar Pantai Hatulian ... 47

Gambar 4.9 Prasarana berupa Transportasi ... 48

Gambar 4.10 Listrik ... 48

Gambar 4.11 Penerang Jalan ... 49

Gambar 4.12 Lahan Parkir ... 50

Gambar 4.13 Sarana Toilet ... 51

Gambar 4.14 Tempat Sampah ... 52

(13)

viii

Gambar 4.17 Sumur Tua ... 60 Gambar 4.18 Rumah Adat Batak yang Belum Dilestarikan ... 62 Gambar 4.19 Rumah Adat Batak yang Perlu Dilestarikan ... 62

(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Pantai Hatulian Tahun 2020 ...3 Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Ompu Raja Hatulian ... 24

(15)

1 1.1 Latar belakang

Indonesia negara kaya memiliki sumber daya alam yang terdiri dari lautan, matahari, pantai dan daratan yang kalau dikelola dengan benar dapat memberikan keuntungan besar bagi negara. Salah satu pendayagunaannya adalah dengan menciptakan daerah tersebut menjadi tempat destinasi wisata. Daerah-daerah yang dianugrahi sumber daya alam yang eksotis diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam memberikan sumber pendapatan. Apalagi dengan adanya otonomi daerah, suatu kabupaten / kota dituntut untuk dapat hidup mandiri. Ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi adalah ditinjau dari kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya (Halim, 2001).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan sumber daya yang eksotis menjadi tempat pariwisata. Kita tahu bahwa sektor pariwisata sangat berperan dalam pembangunan nasional, sebagai tambahan sumber penghasil devisa, meratakan dan meningkatkan kesempatan kerja serta pendapatan masyarakat. Pajak pembangunan yang diperoleh dari sektor ini telah menjadi tumpuan dalam pendapatan asli daerah (PAD). Mengingat pembangunan pada hakekatnya adalah pemanfaatan sumber daya untuk meningkatkan

(16)

2

kesejahteraan, maka pembangunan pariwisata merupakan salah satu usaha untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Pengembangan pariwisata di Indonesia didukung dengan potensi wisata yang ada seperti kondisi alam, budaya, sejarah, dan wisata buatan. Salah satu Provinsi yang memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan adalah Provinsi Sumatera Utara, dimana pada Provinsi Sumatera Utara terdapat salah satu destinasi super prioritas yaitu Danau Toba yang terkenal dengan panorama yang sangat indah. Kabupaten Toba merupakan salah satu bagian kaldera Danau Toba dan memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang besar, sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi pariwisata yang cukup menjanjikan.

Adapun salah satu destinasi wisata yang terdapat di kabupaten Toba adalah Pantai Hatulian.

Pantai Hatulian terletak di kecamatan Laguboti dengan luas sekitar 2 hektar. Pantai Hatulian berada di Desa Ompu Raja Hatulian dimana Desa Ompu Raja Hatulian merupakan pemekaran dari Desa Lumban Binanga tahun 2010.

Melalui kesepakatan antara pemerintahan Desa Lumban Binanga dan pemerintahan Desa Ompu Raja Hatulian, Pantai Hatulian saat ini menjadi destinasi wisata milik Bumdes Ompu Raja Hatulian. Pantai Hatulian ini memiliki potensi untuk dikembangkan karena pantai ini menawarkan panorama alam yang indah, kenyamanan, dan ketentraman bagi pengunjungnya, serta berbeda dari pantai pada umumnya karena termasuk pantai yang landai, yang jarang ditemukan di kabupaten Toba. Pada tahun 2017, pantai ini mulai dibenahi oleh pihak pengelola dengan bantuan dari PT. TPL berupa alat berat dan pantai ini mulai dikelola menjadi destinasi wisata dan menerima wisatawan umum sejak tahun

(17)

2019, setelah dibangun beberapa fasilitas berupa lahan parkir, toilet umum, gazebo, jalan setapak dengan bantuan dana dari kemendes kabupaten Toba sebesar 2,3 M. Dana yang sudah dicairkan masih sebesar 1,8 M dan sisanya akan dicairkan pada akhir tahun 2021 ini.

Sampai saat ini, Pantai Hatulian ini kalah pamor dibandingkan dengan nama tempat wisata lainnya, seperti Pantai Lumban Bulbul yang berada di daerah kabupaten Toba dikarenakan pantai ini baru dibenahi dan dikelola sejak 2019.

Berikut adalah data kunjungan wisatawan ke Pantai Hatulian pada tahun 2020.

Tabel 1.1

Data Kunjungan Wisatawan di Pantai Hatulian Tahun 2020

Bulan Jumlah Wisatawan

Januari 762 orang

Februari 553 orang

Maret 559 orang

April 637 orang

Mei 512 orang

Juni 582 orang

Juli 629 orang

Agustus 697 orang

September 574 orang

Oktober 504 orang

November 511 orang

Desember 701 orang

Jumlah 7.221 orang

Sumber : Hasil wawancara dengan kades Desa Ompu Raja Hatulian, 2021 Dari tabel 1.1 di atas, dapat kita ketahui bahwa jumlah kunjungan wisatawan terbanyak adalah 762 orang pada bulan Januari, dan jumlah wisatawan paling sedikit adalah 504 orang pada bulan Oktober. Dari data tersebut, rata-rata harian pengunjung yang berkunjung ke Pantai Hatulian kurang lebih 20 orang, hal ini sudah dikategorikan cukup banyak dengan kondisi Pantai Hatulian yang baru dibuka ditambah lagi dengan masalah pandemi covid 19.

(18)

4

Menurut kepala Desa Ompu Raja Hatulian masyarakat sangat optimis dengan potensi wisata yang dimiliki Pantai Hatulian di masa pandemi dan setelah pandemi, Pantai Hatulian akan menjadi destinasi wisata unggulan di kabupaten Toba dan yakin bahwa sektor pariwisata ini akan meningkatkan pendapatan daerah disamping sektor pertanian dan perikanan yang menjadi mata pencaharian masyarakat lokal pada umumnya.

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijabarkan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas dan menulis kertas karya ini dengan judul

“Pengembangan Pantai Hatulian sebagai Destinasi Wisata di Kabupaten Toba”.

1.2. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah untuk meluruskan arah, maksud dan tujuan dalam penulisan mengingat luasnya ruang lingkup kepariwisataan, maka penulis hanya membahas masalah pengembangan Pantai Hatulian sebagai destinasi wisata dan upaya pihak pengelola dalam pengembangan Pantai Hatulian sebagai destinasi wisata di kabupaten Toba.

1.3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan kertas karya ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengembangan Pantai Hatulian sebagai destinasi wisata di kabupaten Toba?

2. Bagaimana upaya pengelola dalam pengembangan Pantai Hatulian sebagai destinasi wisata?

(19)

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

1) Sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Ahli Madya Pariwisata pada program studi Perjalanan Wisata di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2) Kertas karya ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi pembaca dalam bidang kepariwisataan pada umumnya dan pengembangan destinasi wisata Pantai Hatulian pada khususnya.

3) Kertas karya ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk pengembangan destinasi wisata Pantai Hatulian ke arah yang lebih baik bagi pemerintah daerah, pelaku pariwisata dan masyarakat lokal.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui pengembangan Pantai Hatulian sebagai destinasi wisata di kabupaten Toba dan upaya yang dilakukan pihak pengelola dalam pengembangan Pantai Hatulian sebagai destinasi wisata.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dibagi menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi mahasiswa pariwisata agar dapat melakukan penulisan Kertas Karya yang relevan sesuai judul yang dibahas.

(20)

6

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat agar lebih mengetahui dunia pariwisata sehingga masyarakat setempat dapat mengupayakan pengembangan wisata Pantai Hatulian.

1.6 Metode Penelitian

Penulisan kertas karya ini berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terhadap objek yang diteliti agar dapat memberikan suatu fakta yang objektif.

Adapun metode yang digunakan penulis dalam penulisan kertas karya ini adalah:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Data diperoleh berasal dari buku-buku, artikel dan sumber pustaka lainnya yang relevan dengan penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Reseach)

Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan bersumber dari destinasi wisata yang diteliti dengan mengadakan penelitian melalui wawancara langsung dengan pihak pengelola di Desa Ompu Raja Hatulian.

1.7. Sistematika Penulisan

Agar penulisan kertas karya ini tersusun secara sistematis, penulis membaginya dalam lima bab yang bertujuan untuk memperoleh suatu susunan yang lebih mudah diikuti dan dipahami. Masing-masing bab menjelaskan topik yang berbeda-beda sesuai dengan judul yang tercantum pada setiap bab yang akan diuraikan. Adapun sistematika penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut:

(21)

BAB I : PENDAHULUAN

Memaparkan mengenai Latar Belakang, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS

Memaparkan mengenai uraian teoritis tentang Pengertian Pariwisata, Pengertian Destinasi Wisata, Pengertian Jenis-jenis Wisata, Bentuk- Bentuk Pariwisata, Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata, Pengertian Upaya, Pengertian Pengembangan, Pengertian Wisatawan.

BAB III : GAMBARAN UMUM

Memaparkan mengenai Gambaran Umum dari Kabupaten Toba yang mencakup Sejarah Singkat, Letak Geografis, Jumlah Penduduk, dan Iklim juga Gambaran Umum dari Pantai Hatulian yang mencakup Sejarah, Penduduk, Aksesibilitas dan Fasilitas yang terdapat di Pantai Hatulian.

BAB IV : PEMBAHASAN

Memaparkan tentang Pengembangan Pantai Hatulian sebagai Destinasi Wisata di Kabupaten Toba dan Upaya yang Dilakukan Pihak Pengelola dalam Pengembangan Pantai Hatulian di Kabupaten Toba.

BAB V : PENUTUP

Memaparkan tentang Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

(22)

8 BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan baik individu maupun berkelompok dengan motif yang berbeda, dimana terdapat amenitas juga anciliary yang dapat mendukung kegiatan tersebut. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan, ”… pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah”.

Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang di kunjungi.

Menurut Suwena dan Widyatmaja (2017: 17), yang menjadi ciri dari perjalanan pariwisata dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa faktor penting yaitu:

1. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu

2. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain

3. Perjalanan itu walaupun apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi

4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut.

2.2 Pengertian Destinasi Wisata

Destinasi wisata adalah kawasan yang memiliki potensi yang di dalamnya terdapat unsur-unsur pariwisata yaitu atraksi wisata, amenitas, aksesibilitas, dan anciliary, yang dapat menjadi daya tarik dari tempat tersebut untuk dikunjungi

(23)

wisatawan. Menurut Hadinoto (1996:115), “… destinasi merupakan suatu kawasan spesifik yang dipilih oleh seorang pengunjung dimana dia dapat tinggal selama waktu tertentu”. Kata destinasi dapat digunakan untuk suatu kawasan terencana, yang sebagian atau seluruhnya dengan amenitas dan pelayanan produk wisata, fasilitas rekreasi, restoran, hotel, atraksi, toko pengecer yang dibutuhkan pengunjung.

Destinasi wisata adalah sebuah tempat tujuan wisata dimana di dalamnya harus terdapat atraksi wisata, fasilitas yang dapat digunakan, dan juga mencakup hal yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Menurut Prof. Mariotti dalam Oka A Yoeti (1996), destinasi wisata harus memiliki hal menarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Destinasi pariwisata harus memenuhi tiga syarat, yaitu:

1. Harus memiliki something to see, yaitu di tempat tersebut harus ada obyek dan atraksi wisata khusus, yang berbeda dengan apa yang dimiliki daerah lain untuk dilihat.

2. Harus menyediakan something to do, yaitu di tempat tersebut harus disediakan fasilitas untuk melakukan kegiatan rekreasi yang dapat membuat nyaman wisatawan.

3. Harus menyediakan something to buy, yaitu tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja, terutama oleh-oleh dan barang kerajinan khas yang dapat dibawa pulang ke tempat asal wisatawan.

2.3 Pengertian Jenis-Jenis Pariwisata

Seorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan wisata biasanya memiliki tujuan yang berbeda. Beberapa diantaranya hanya sekadar untuk refreshing melepaskan penat dan untuk berjalan-jalan, menghabiskan waktu untuk mempelajari kebudayaan asing, dan lain sebagainya. Ada beberapa jenis pariwisata yang berdasarkan tujuan seseorang atau sekelompok orang yang melakukan

(24)

10

perjalanan wisata. Menurut Ismayanti (2010:10) jenis wisata dibagi menjadi beberapa jenis yakni sebagai berikut:

1. Wisata kuliner

Wisata ini tidak semata-mata hanya untuk mengenyangkan dan memanjakan perut dengan aneka ragam masakan khas dari daerah tujuan wisata, tetapi juga mendapatkan pengalaman yang menarik juga menjadi motivasinya.

2. Wisata olahraga

Wisata ini memadukan kegiatan olahraga dengan kegiatan wisata.

Kegiatan dalam wisata ini dapat berupa kegiatan olahraga yang aktif mengharuskan wisatawan melakukan gerakan olah tubuh secara langsung. Kegiatan yang lain disebut kegiatan pasif. Dimana wisatawan tidak melakukan gerak olah tubuh, tetapi menjadi penikmat dan menjadi pecinta olahraga saja.

3. Wisata komersial

Wisatawan yang melakukan perjalanan untuk mengunjungi pameran- pameran dan pekan raya yang bersifat komersial seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

4. Wisata bahari

Perjalanan yang banyak dikaitkan dengan olahraga air seperti danau, pantai, air laut.

5. Wisata industri

Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan mahasiswa atau pelajar, orang-orang awam ke suatu tempat perindustrian dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan penelitian.

6. Wisata Bulan Madu

Suatu perjalanan yang dilakukan bagi pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan.

7. Wisata Cagar Alam

Jenis wisata yang banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan mengatur wisata ke tempat atau cagar alam, taman lindung, pegunungan, hutan daerah dan sebagainya, yang kelestariannya dilindungi oleh Undang-Undang.

Berdasarkan beberapa jenis wisata tersebut dapat berkembang dikemudian hari, seiring dengan berubahnya ketertarikan dan keinginan dari pengunjung atau wisatawan.

2.4 Bentuk-Bentuk Pariwisata

Dalam melakukan perjalanannya, wisatawan baik individu maupun kelompok, yang berusia tua maupun muda, mempunyai tujuan yang berbeda, waktu yang berbeda, memilih objek yang berbeda, dan menggunakan alat angkut yang

(25)

berbeda. Menurut Muljadi (2009), pariwisata diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk, yaitu:

1. Pariwisata berdasarkan jumlah orang yang berpergian

1) Pariwisata individu/perorangan (individual tourism), yaitu bila seseorang atau sekelompok orang dalam mengadakan perjalanan wisatanya melakukan sendiri dan memilih daerah tujuan wisata beserta programnya serta pelaksanaannya dilakukan sendiri.

2) Pariwisata kolektif (collective tourism), yaitu suatu usaha perjalanan wisata yang menjual paketnya kepada siapa saja yang berminat, dengan keharusan membayar sejumlah uang yang telah ditentukannya.

2. Pariwisata berdasarkan motivasi perjalanan

1) Pariwisata rekreasi (recreational tourism) adalah bentuk pariwisata untuk beristirahat guna memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani dan menghilangkan kelelahan.

2) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism) adalah bentuk pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk menikmati hiburan dan lain- lain.

3) Pariwisata budaya (cultural tourism) adalah bentuk pariwisata yang ditandai dengan rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar adat istiadat dan cara hidup rakyat negara lain, studi-studi/riset pada penemuan-penemuan, mengunjungi tempat-tempat peninggalan kuno/bersejarah dan lain-lain.

4) Pariwisata olahraga (sports tourism).

Bentuk pariwisata ini dapat dibedakan menjadi dua kategori; 1) Big Sports Events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar yang menarik perhatian, baik olahragawannya sendiri maupun penggemarnya (supporter) dan 2) Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu bentuk olahraga bagi mereka yang ingin berlatih atau mempraktikkan sendiri, seperti; mendaki gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.

5) Pariwisata untuk urusan usaha (business tourism) adalah bentuk pariwisata yang dilakukan oleh kaum pengusaha atau industrialis, tetapi dalam perjalanannya hanya untuk melihat eksibisi atau pameran dan sering mengambil dan memanfaatkan waktu untuk menikmati atraksi di negara yang dikunjungi.

6) Pariwisata untuk tujuan konvensi (convention tourism) adalah bentuk pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang akan menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiah seprofesi dan politik. Tempat konferensi dituntut tersedia fasilitas yang lengkap, modern dan canggih baik tempat penyelenggaraan, beserta peralatannya, penginapan dan lain-lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan tour (kunjungan wisata).

(26)

12

3. Pariwisata berdasarkan waktu berkunjung

1) Seasional tourism adalah jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-musim tertentu. Termasuk dalam kelompok ini musim panas (summer tourism) dan musim dingin (winter tourism).

2) Occasional tourism adalah kegiatan pariwisata yang diselenggarakan dengan mengaitkan kejadian atau event tertentu, seperti Galungan di Bali dan Sekaten di Jogja.

4. Pariwisata berdasarkan objeknya

1) Cultural tourism adalah jenis pariwisata yang disebabkan adanya daya tarik seni dan budaya di suatu daerah/tempat, seperti peninggalan nenek moyang, benda-benda kuno dan sebagainya.

2) Recuperational tourism yaitu orang-orang yang melakukan perjalanan wisata bertujuan untuk menyembuhkan suatu penyakit.

3) Commercial tourism adalah perjalanan yang dikaitkan dengan perdagangan seperti penyelenggaraan expo, fair, exhibition dan sebagainya.

4) Political tourism adalah suatu perjalanan yang dilakukan dengan tujuan meihat dan menyaksikan peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara.

5. Pariwisata berdasarkan alat angkutan

1) Land tourism adalah jenis pariwisata yang di dalam melaksanakan kegiatannya menggunakan kendaraan darat seperti bus, kereta api, mobil pribadi atau taksi dan kendaraan darat lainnya.

2) Sea or river tourism adalah kegiatan pariwisata yang menggunakan sarana transportasi air seperti kapal laut, ferry dan sebagainya.

3) Air tourism adalah kegiatan pariwisata yang menggunakan sarana transportasi udara seperti pesawat terbang, helikopter dan sebagainya.

6. Pariwisata berdasarkan umur

1) Youth tourism atau wisata remaja adalah jenis pariwisata yang dikembangkan bagi remaja dan pada umumnya dengan harga relatif murah dan menggunakan sarana akomodasi youth hostel.

2) Adult tourism adalah kegiatan pariwisata yang diikuti oleh orang-orang berusia lanjut. Pada umumnya orang-orang yang melakukan perjalanan ini adalah mereka yang menjalani masa pensiun.

2.5 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat di suatu daerah tujuan wisata. A.Yoeti (1996) menyatakan,

“… daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu”.

(27)

Dalam Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri atas:

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, flora, dan fauna.

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan komplek hiburan.

2.6 Pengertian Upaya

Upaya adalah suatu usaha yang dilakukan agar semua permasalahan yang ada dapat terselesaikan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang di harapkan.

Menurut Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional (2008:1787), “… upaya adalah usaha, akal atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, mencegah persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya”.

Upaya merupakan sesuatu yang dilakukan dengan menggunakan akal, dengan maksud untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi. Sedangkan Surayin (2001:665) mengungkapkan, “… upaya merupakan usaha; akal; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud)”. Dalam setiap upaya yang dilakukan oleh seseorang bertujuan untuk mencegah sesuatu yang dianggap tidak diperlukan atau mengganggu agar bisa dicarikan jalan keluarnya.

2.7 Pengertian Pengembangan

Pengembangan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai teori, dengan tujuan meningkatkan manfaat dari suatu

(28)

14

produk agar memiliki nilai guna yang baik melalui proses-proses tertentu. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2002,

“pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru”.

Dalam melakukan pengembangan, diperlukan tahap-tahap yang dimana melalui tahap-tahap tersebut tercapai sebuah tujuan yang diinginkan. Menurut Sukmadinata (2008:164), “… pengembangan adalah suatu proses atau langkah- langkah untuk mengembangan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan”.

Pengembangan pariwisata adalah salah satu cara untuk membuat suatu objek wisata menjadi menarik dan dapat membuat pengunjung tertarik untuk mengunjunginya yang mencakup hal seperti adanya daya tarik dari destinasi tersebut, tersedianya fasilitas, dan adanya layanan dari masyarakat.

Menurut Suwantoro (2004:19), unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi lima unsur yaitu:

1.Objek dan daya tarik wisata 2.Prasarana wisata

3.Sarana wisata

4.Tata laksana/Infrastruktur 5.Masyarakat/Lingkungan

(29)

2.8 Pengertian Wisatawan

Wisatawan adalah seorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan dengan motif yang berbeda dan untuk sementara waktu tanpa bermaksud untuk memperoleh pengasilan tetap ditempat yang dikunjungi. Menurut Undang- Undang No. 10 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 2 Tentang Kepariwisataan menjelaskan,

“… wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan wisata”.

Ogilvie dalam Yoeti (1996:129) menyatakan, “… wisatawan adalah semua orang yang memenuhi dua syarat, pertama bahwa mereka meninggalkan rumah kediamannya untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan kedua bahwa sementara ia pergi, mereka mengeluarkan uang ditempat mereka kunjungi tidak dengan mencari nafkah”.

Melihat sifat perjalanan dan lingkup di mana perjalan wisata itu dilakukan, maka kita dapat mengklasifikan wisatawan sebagai berikut:

1. Wisatawan asing

Wisatawan asing adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara di mana ia biasanya tinggal.

2. Domestic foreign tourist

Domestic foreign tourist adalah orang asing yan berdiam atau bertempat tinggal pada suatu negera, yang melakukan perjalanan wisata di wilayah negera di mana ia tinggal.

3. Domestic tourist

Domestic tourist adalah wisatawan dalam negeri, yaitu seseorang warga negara suatu yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negeranya sendiri tanpa melewati perbatasan baik kebangsannya, uang yang dibelajakannya atau dokumen perjalanan yang dipunyainya.

4. Indigenous foreign tourist

Indigenous foreign tourist adalah warga negera suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatnnya di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri.

5. Transit tourist

Transit tourist adalah wisatawaan yang sedang melakukan perjalanan wisata ke suatu negara tertentu, yang menumpang kapal udara atau kapal laut ataupun kereta api, yang tepaksa mampir atau singgah pada suatu pelabuhan/ airport/stasion bukan atas kemauannya sendiri.

(30)

16

6. Business tourist

Business tourist adalah orang yang melakukan perjalanan (apakah orang asing atau warga negara sendiri) yang mengadakan perjalanan untuk tujuan lain bukan wisata, tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai.

(31)

17 BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN TOBA 3.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Toba

Sejarah Kabupaten Toba bermula dari era pra-kolonial hingga sekarang.

Kabupaten Toba adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatra Utara, Indonesia yang dibentuk pada tahun 1998 atas pemekaran daerah dari Kabupaten Tapanuli Utara. Kabupaten Toba yang dihuni oleh Suku Batak Toba telah melalui banyak perubahan dan perkembangan dalam sejarahnya.

1. Masa Pra-Kolonial

Menurut sejarah leluhur serta mitologi penciptaan dan penyebaran orang Batak Toba di Tano Batak, Kabupaten Toba adalah salah satu wilayah perkembangan Suku Batak Toba. Dalam perkembangannya Suku Batak Toba dapat dikategorikan sebagai empat sub-suku yang memiliki wilayah masing-masing; dan dewasa ini status tiap wilayah sub-suku telah angkat menjadi kabupaten. Adapun keempat sub suku Batak Toba adalah:

1) Humbang, saat ini bagian dari Kabupaten Humbang Hasundutan 2) Samosir, saat ini bagian dari Kabupaten Samosir

3) Silindung, saat ini bagian dari Kabupaten Tapanuli Utara 4) Toba Holbung, saat ini bagian dari Kabupaten Toba 2. Sebelum Kemerdekaan Indonesia

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kabupaten Toba termasuk dalam Karesidenan Tapanuli yang dipimpin seorang Residen bangsa

(32)

18

Belanda yang berkedudukan di Sibolga. Keresidenan Tapanuli yang dulu disebut Residentie Tapanuli terdiri dari empat Afdeling (Kabupaten) yaitu:

1) Afdeling Batak Landen 2) Afdeling Mandailing Angkola 3) Afdeling Sibolga en Omstreken

4) Afdeling Nias

Afdeling Batak Landen dipimpin seorang Asisten Residen yang beribu kotakan Tarutung yang terdiri lima Onderafdeling (wilayah) yaitu:

1) Onderafdeling Silindung (Kabupaten Tapanuli Utara sekarang) dengan ibu kota Tarutung

2) Onderafdeling Hoovlakte Van Toba (Kabupaten Tapanuli Utara sekarang) dengan ibu kota Siborongborong

3) Onderafdeling Toba (Kabupaten Toba sekarang) dengan ibu kota Balige

4) Onderafdeling Samosir (Kabupaten Samosir sekarang) dengan ibu kota Pangururan

5) Onderafdeling Dairi Landen (Kabupaten Dairi sekarang) dengan ibu kota Sidikalang

6) Selanjutnya dalam waktu tidak begitu lama terjadi perubahan, nama Luhak diganti menjadi kabupaten yang dipimpin Bupati, Urung menjadi Wilayah yang dipimpin Demang, serta Urung Kecil menjadi kecamatan yang dipimpin oleh Asisten Demang.

Pada tahun 1946 Kabupaten Tanah Batak terdiri dari 5 (lima) wilayah yaitu Wilayah Silindung, Wilayah Humbang, Wilayah Toba, Wilayah Samosir dan Wilayah Dairi yang masing-masing dipimpin oleh seorang Demang. Kecamatan-kecamatan tetap seperti yang ditinggalkan Jepang. Pada Tahun 1947 terjadi Agresi I oleh Belanda di mana Belanda mulai menduduki daerah Sumatra Timur maka berdasarkan pertimbangan- pertimbangan strategis dan untuk memperkuat pemerintahan dan pertahanan, Kabupaten Tanah Batak dibagi menjadi 4 (empat) kabupaten.

Wilayah menjadi kabupaten dan memperbanyak kecamatan. Pada tahun

(33)

1948 terjadi Agresi II oleh Belanda, untuk mempermudah hubungan sipil dan Tentara Republik, maka pejabat-pejabat Pemerintahan Sipil dimiliterkan dengan jabatan Bupati Militer, Wedana Militer dan Camat Militer. Untuk mempercepat hubungan dengan rakyat, kewedanaan dihapuskan dan para camat langsung secara administratif ke bupati.

Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada permulaan tahun 1950 di Tapanuli dibentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten Tapanuli Utara (dulu Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Selatan (dulu Kabupaten Padang Sidempuan), Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu Kabupaten Sibolga) dan Kabupaten Nias. Dengan terbentuknya kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten yang dibentuk pada tahun 1947 dibubarkan. Di samping itu di setiap kabupaten dibentuk badan legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Sementara yang anggotanya dari anggota partai politik setempat. Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Tapanuli Utara meliputi Dairi pada waktu itu, maka untuk meningkatkan daya guna pemerintahan, pada tahun 1956 dibentuk Kabupaten Dairi yang terpisah dari Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Pembentukan Kabupaten Toba

Kabupaten Toba dimekarkan dari Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara setelah menjalani waktu yang cukup lama dan melewati berbagai proses, pada akhirnya terwujud menjadi kabupaten baru dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten DATI II Toba dan Kabupaten DATI II Mandailing Natal di Daerah Tingkat I Sumatra Utara. Kabupaten Toba diresmikan pada tanggal 9 Maret 1999

(34)

20

bertempat di Kantor Gubernur Sumatra Utara oleh Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid atas nama Presiden Republik Indonesia sekaligus melantik Drs. Sahala Tampubolon selaku Penjabat Bupati Toba. Pada saat itu, sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten adalah Drs. Parlindungan Simbolon.

3.1.2 Letak Geografis Kabupaten Toba

Secara administrasi kabupaten Toba terletak di Provinsi Sumatra Utara, yang tepatnya berada di tengah provinsi. Secara geografis tertelak diantara koordinat 20 03’ – 2 0 40’ Lintang Utara dan 980 56’ - 990 40’ Bujur Timur. Secara administrasi Kabupaten Toba Samosir memiliki batas dengan:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Samosir.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu dan Asahan.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara.

3.1.3 Jumlah dan Sebaran Penduduk

Penduduk yang bermukim di Kabupaten Toba Samosir ini secara administratif termasuk bagian penduduk yang menyebar di 244 desa dan kelurahan dari 16 wilayah kecamatan. Menurut statistik tahun 2013, jumlah penduduk sebanyak 175.069 jiwa yang menempati areal seluas 2.021,80 Km² dengan angka kepadatan penduduk sebesar 87 jiwa/km2.

Jika melihat persebaran dan kepadatan penduduk tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Toba pada tahun 2013, maka kecamatan Balige menempati peringkat pertama dalam hal jumlah penduduk, yaitu sebesar 37.065 jiwa (7,78% dari total penduduk kabupaten), dengan kepadatan penduduk 407 jiwa/km2, sedangkan untuk

(35)

persebaran jumlah penduduk terendah yakni terdapat pada kecamatan Bonatua Lunasi sebesar 5.096 jiwa (2,19% dari total jumlah penduduk kabupaten), dengan kepadatan 88 jiwa/km2.

3.1.4 Iklim

Suhu udara rata-rata di Kabupaten Toba ini adalah 25,5C dengan suhu terendah 21,1 C dan suhu tertinggi 31,5C. Sementara itu berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan bahwa kelembaban rata-rata berkisar antara 81%

hingga 88%. Rata-rata curah hujan dalam 1 (satu) tahun yaitu 175 mm dengan curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Juni sebesar 228 mm. Sedangkan rata-rata hari hujan dalam 1 (satu) tahun terdapat 10 hari hujan per bulan dengan hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Oktober dan November sebesar 17 hari hujan.

3.2 GAMBARAN UMUM PANTAI HATULIAN 3.2.1 Sejarah Pantai Hatulian

Pantai Hatulian adalah destinasi wisata yang terletak di Desa Ompu Raja Hatulian, kecamatan Laguboti dimana ada sebuah cerita dan adat yang dipegang erat oleh masyarakat Desa Ompu Raja Hatulian. Cerita yang dimaksud ialah bahwa warga Desa Ompu Raja Hatulian berasal dari seorang bayi yang telah ditinggal oleh kedua orang tuanya, dan dia dirawat oleh ito (saudara perempuan bagi orang batak Toba) dan seekor kambing yang merawat bayi tersebut hingga besar. Bayi tersebut bernama Raja Hatulian, sehingga desa ini disebut Desa Ompu Raja Hatulian. Desa Ompu Raja Hatulian sendiri merupakan hasil pemekaran dari Desa Lumban Binanga pada tahun 2010 dimana sesuai visi misi kepala desa, desa ini dibangun

(36)

22

menjadi desa pariwisata karena pendapatan di desa saat ini diupayakan dari 3 aspek yaitu pertanian, perikanan, dan pariwisata.

Gambar 3.1

Gapura Desa Wisata Ompu Raja Hatulian

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

Pantai Hatulian dengan luas 2 hektar ini awalnya merupakan sebuah kawasan lahan kosong yang berdekatan dengan Pantai Lumban Binanga. Sejalan dengan program pemerintah kabupaten Toba untuk pengembangan destinasi pariwisata Danau Toba, kawasan Desa Ompu Raja Hatulian dijadikan sebagai destinasi wisata. Masyarakat desa juga sangat terbuka dan ikut mendukung program tersebut. Pada tahun 2017 dilakukan pembenahan dengan cara meminta bantuan berupa alat berat dari PT. TPL dimana dilakukan penimbunan pasir dengan sistem reklamasi. Berikut adalah gambar pembenahan kawasan Pantai Hatulian.

(37)

Gambar 3.2

Pembenahan Kawasan dengan Sistem Reklamasi

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

Pada tahun 2019 juga dilakukan pembenahan lanjut melalui pemkab Toba dengan anggaran kementrian desa sebesar 2,3 M yang dimana anggaran tersebut telah dicairkan sebesar 1,8 M dan sisanya akan dicairkan pada akhir tahun 2021.

3.2.2 Penduduk Desa Ompu Raja Hatulian 1. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk Desa Ompu Raja Hatulian pada tahun 2021 yaitu 253 jiwa laki-laki, 279 jiwa perempuan.

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Desa Ompu Raja Hatulian Menurut Usia

Usia Jumlah

0-19 tahun 170 jiwa

20-55 tahun 303 jiwa

> 56 tahun 59 jiwa

Total 532 jiwa

Sumber : Hasil wawancara dengan kades Desa Ompu Raja Hatulian, 2021 Dari table 3.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk paling besar berada pada usia 20-55 tahun, dimana mayoritas warga Desa Ompu Raja

(38)

24

Hatulian masih produktif dengan artian berpeluang besar untuk mengelola Pantai Hatulian.

2. Mata Pencaharian

Adapun mata pencaharian mayoritas dari penduduk Desa Ompu Raja Hatulian ini adalah bertani, berternak, bertenun ulos, dan sebagai nelayan.

Pada saat pembangunan pantai mulai dilakukan, adanya pengembangan UMKM yaitu menjual hasil olahan nelayan setempat, yaitu seperti ikan arsik. Namun UMKM ini masih dalam tahap pengembangan dan kepala desa yakin dengan adanya UMKM ini, wisatawan tertarik untuk berkunjung dan bisa belajar untuk meracik makanan khas Batak.

Gambar 3.3

Mata Pencaharian Warga Desa Ompu Raja Hatulian

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

Selain nelayan, mata pencaharian masyarakat di desa Ompu Raja Hatulian adalah bertenun ulos, dimana jumlah pendapatan dari ulos ini sekitar 1-2,5 jt per bulan. Berikut adalah gambar dari kegiatan warga desa yang sedang menenun ulos.

(39)

Gambar 3.4 Kegiatan Tenun Ulos

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

3.2.3 Aksesibilitas Menuju Pantai Hatulian

Aksesibilitas merupakan faktor penting dalam proses berwisata, dimana tingkat kemudahan untuk menjangkau suatu kawasan wisata dilihat dari aksesibilitas yang berupa kondisi jalan raya, ketersediaan moda angkutan untuk menuju kawasan wisata tersebut. Adapun akses menuju Pantai Hatulian penulis katakan sudah cukup baik, dimana dari segi lokasi, destinasi cukup mudah ditemukan dan tersedianya moda transportasi menuju destinasi wisata. Adapun jarak tempuh dari kota Medan menuju Pantai Hatulian yaitu 226 km dengan waktu tempuh sekitar 5 jam menggunakan kendaraan pribadi. Berikut adalah gambar peta yang menggambarkan jarak dari kota Medan menuju destinasi wisata Pantai Hatulian.

(40)

26

Gambar 3.5

Jarak kota Medan menuju Pantai Hatulian

Sumber : Data Pribadi Peneliti, 2021

Dan jarak dari pasar Laguboti menuju Pantai Hatulian yaitu 3,7 km dengan waktu tempuh 11 menit menggunakan kendaraan pribadi, dan bagi pejalan kaki memakan waktu 44 menit. Adapun transportasi yang digunakan untuk menuju Pantai Hatulian dapat berupa kendaraan pribadi, angkutan, juga menggunakan becak dengan kisaran harga Rp 10.000,-

Gambar 3.6

Jarak dari Pasar Laguboti Menuju Pantai Hatulian

Sumber : Data Pribadi Peneliti, 2021

(41)

3.2.4 Fasilitas yang terdapat di Pantai Hatulian

Fasilitas merupakan salah satu unsur yang terpenting yang harus dimiliki oleh destinasi wisata baik berupa sarana maupun prasarana. Adapun fasilitas yang terdapat di kawasan Pantai Hatulian adalah sebagai berikut.

1. Jalan Setapak

Selain pemandangan alam yang sangat indah, Pantai Hatulian memiliki amenitas yang indah dan unik yaitu jalan setapak yang juga bisa dijadikan spot foto oleh wisatawan. Jalan setapak ini juga dimodifikasi dengan motif khas suku Toba yaitu dengan warna merah, hitam, juga putih.

Gambar 3.7 Jalan Setapak

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

2. Lahan Parkir

Pihak pengelola Pantai Hatulian berupaya menyediakan lahan parkir untuk menampung kendaraan wisatawan. Namun lahan parkir di Pantai Hatulian masih belum cukup memadai dikarenakan lahan yang dijadikan

(42)

28

sebagai tempat parkir kurang luas sehingga kurang baik untuk kendaraan beroda 4. Dengan adanya tempat parkir ini pengunjung akan merasa nyaman akan kendaraan yang digunakan. Tarif untuk parkir kendaraan roda dua sebesar Rp 2.000,- dan untuk roda 4 sebesar Rp 5.000,- Dapat dilihat dari gambar di bawah area parkir yang telah disediakan oleh pihak pengelola.

Gambar 3.8 Lahan Parkir

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

3. Toilet Umum

Pantai Hatulian sudah memiliki fasilitas berupa toilet umum. Jumlah toilet umum belum memadai, dimana hanya terdapat 2 toilet umum, masing-masing toilet pria dan wanita. Tarif untuk pengunjung yang menggunakan toilet umum sebesar Rp. 2.000 per orang. Dari segi kebersihan toilet umum ini juga kurang baik. Maka dari itu perlunya perhatian dari pihak pengelola.

(43)

Gambar 3.9 Toilet Umum

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

4. Rest Area

Pantai Hatulian juga memiliki fasilitas berupa gazebo dengan bentuk rumah adat batak yang menjadi daya tarik, dan digunakan sebagai tempat berteduh yang dapat menjadi tempat bersantai oleh wisatawan sembari menikmati pantai yang indah, juga menikmati angin sepoi-sepoi yang sangat sejuk. Adapun jumlah dari gazebo saat ini yaitu 6 buah.

Gambar 3.10 Gazebo

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

(44)

30

Selain gazebo, di Pantai Hatulian juga terdapat sederetan tempat berteduh. Tetapi dikarenakan Pantai Hatulian masih dalam tahap pembangunan, tempat berteduh tersebut masih belum dibenahi.

Gambar 3.11 Tempat Berteduh

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

5. Tempat Sampah

Fasilitas pendukung yang ada Pantai Hatulian berupa tempat sampah.

Di pantai ini, terdapat beberapa fasilitas tempat sampah sudah memadai.

Tempat sampah yang disediakan seperti pada gambar di bawah ini yaitu terdapat tempat sampah organik dan non organik, dengan harapan agar pengunjung dapat menjaga kebersihan sekitar lingkungan pantai. Berikut adalah gambar tempat sampah yang ada di Pantai Hatulian.

(45)

Gambar 3.12 Tempat Sampah

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

6. Warung Makan

Di Pantai Hatulian juga terdapat fasilitas berupa warung makan yang dikatakan belum cukup memadai dikarenakan masih sangat minim. Pihak pengelola juga berencana untuk menyediakan jasa kuliner dengan menawarkan makanan khas suku Toba.

Gambar 3.13 Warung Makan

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

(46)

32

7. Homestay

Pantai Hatulian juga menyediakan fasilitas berupa homestay yang masih memanfaatkan rumah warga sebagai penginapan wisatawan yang berkunjung. Fasilitas homestay di Pantai Hatulian tidak terlepas dari nuansa budaya Suku Toba yang dapat dijadikan sebagai daya tariknya. Adapun tarif homestay di Pantai Hatulian sebesar Rp 250.000 per malam.

Gambar 3.14 Homestay

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

8. Rumah Doa

Fasilitas lainnya yang terdapat di Pantai Hatulian adalah rumah doa.

Pengunjung dapat menggunakan rumah doa tersebut untuk beribadah.

Rumah doa tersebut milik perorangan dan untuk tarif masuknya gratis.

Berikut adalah gambar rumah doa di Pantai Hatulian.

(47)

Gambar 3.15 Rumah Doa

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

9. Taman Pegelaran

Adapun fasilitas lainnya yang terdapat di Pantai Hatulian adalah taman pegelaran. Taman pegelaran ini dibuat dengan rencana sebagai wadah untuk melakukan event-event tertentu. Namun sampai saat ini, taman pegelaran dipakai sebagai tempat bagi orang yang melakukan olahraga, dikarenakan belum berjalannya program dari pengelola pantai.

Gambar 3.16 Taman Pegelaran

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

(48)

34

10. Toko Souvenir

Fasilitas lain yang ada di Pantai Hatulian adalah toko souvenir, tetapi masih dalam bentuk bangunan dan belum beroperasi dikarenakan adanya kendala dana. Walaupun begitu, pihak pengelola sudah memiliki perencanaan untuk membuka toko souvenir secepatnya dengan memasarkan hasil buatan tangan dari masyarakat lokal desa dan bekerja sama dengan Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) di kecamatan Laguboti.

Gambar 3.17 Toko Souvenir

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

11. Spot Foto

Fasilitas pendukung yang ada di Pantai Hatulian adalah spot foto yang merupakan tempat wisatawan untuk mengambil gambar untuk djadikan sebagai kenangan pertanda bahwa pernah mengunjungi Pantai Hatulian, Berikut adalah spot foto yang terdapat di Pantai Hatulian.

(49)

Gambar 3.18 Spot Foto

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kuantitas spot foto yang ada di Pantai Hatulian masih sangat minim dan perlu nya penambahan fasilitas berupa spot foto lainnya untuk dapat dijadikan sebagai daya tarik dari Pantai Hatulian dan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan.

(50)

36 BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pengembangan Pantai Hatulian sebagai Destinasi Wisata di Kabupaten Toba

Pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara untuk membuat suatu destinasi wisata menjadi menarik dan dapat membuat pengunjung tertarik untuk mengunjunginya. Pihak pengelola sangat berperan penting dalam pengembangan Pantai Hatulian sebagai destinasi wisata guna terciptanya suatu destinasi wisata yang layak jual dan dikenal oleh banyak orang. Pantai Hatulian dengan luas 2 hektar ini, dikategorikan sebagai pantai dalam tahap pembangunan yang pembenahannya dilakukan sejak tahun 2017 silam.

Pantai Hatulian sebagai destinasi wisata memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah nya. Adapun unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Pantai Hatulian sebagai destinasi wisata adalah sebagai berikut.

4.1.1 Objek dan Daya Tarik Wisata

Daya tarik dalam objek wisata merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki dalam upaya peningkatan dan pengembangan objek dan daya tarik wisata. Keberadaan objek dan daya tarik wisata merupakan mata rantai terpenting dalam suatu kegiatan wisata, hal ini disebabkan karena faktor utama yang membuat pengunjung atau wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan wisata adalah potensi

(51)

dan daya tarik yang dimiliki objek wisata tersebut. Berikut adalah daya tarik wisata Pantai Hatulian sebagai destinasi wisata.

1. Objek dan Daya Tarik Wisata Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa merupakan segala sesuatu kegiatan wisata yang berhubungan dengan wisata alam, berupa alam yang terbentuk karena hasil ciptaan Tuhan. Adapun objek dan daya tarik dari Pantai Hatulian adalah pantai landai dengan panorama alam yang indah, pegunungan yang mengelilingi pantai, dan persawahan.

Gambar 4.1

Objek dan Daya Tarik Wisata Alam

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

(52)

38

Dari gambar di atas, kita dapat melihat bahwa Pantai Hatulian memiliki potensi alam untuk dikembangkan, dimana hal ini dapat menjadi daya tarik yang akan menarik wisatawan untuk berkunjung. Selain potensi pantai yang begitu indah, Pantai Hatulian juga memiliki potensi alam berupa persawahan, dimana berdasarkan hasil wawancara penulis dengan narasumber yaitu bapak kepala desa Ompu Raja Hatulian, persawahan tersebut sedang dalam tahap perencanaan untuk dikembangkan. Adapun rencana pengembangan yang dilakukan oleh pihak pengelola adalah membangun jalan setapak / jogging track di kawasan persawahan agar pengunjung dapat menikmati keindahan

persawahan.

2. Objek dan Daya Tarik Wisata Hasil Karya Manusia

Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia merupakan jenis daya tarik yang dibuat oleh hasil kreatifitas manusia dan memiliki potensi sebagai daya tarik dari tempat yang dikunjungi tersebut. Pantai Hatulian memiliki beberapa daya tarik wisata hasil karya manusia, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Rumah Adat Batak (Rumah Bolon)

Salah satu atraksi budaya yang terdapat di sekitar Pantai Hatulian adalah rumah adat batak, dimana rumah adat batak ini menjadi simbol dari keberadaan masyarakat Batak yang tinggal di daerah tersebut. Ciri khas dari rumah ini berbentuk persegi panjang, layaknya rumah panggung, dan terdapat banyak tiang penyangga setinggi 1,75 meter. Karena bentuknya yang tinggi, maka untuk masuk ke dalam rumah ini dibutuhkan anak tangga.

Jumlah dari anak tangga yang dibuat selalu ganjil dengan alasan rumah

(53)

tersebut ditinggali oleh 13 raja dari Sumatera Utara. Pada zaman dulu, masyarakat di Sumatera Utara memang tinggal dan hidup di Rumah Bolon, tetapi seiring perkembangan zaman, jumlah Rumah Bolon pun semakin berkurang. Untuk itulah perlunya pelestarian dari rumah adat batak ini agar tidak punah.

Gambar 4.2

Rumah Adat Batak yang Perlu Dilestarikan

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021 Gambar 4.3

Rumah Adat Batak yang Sudah Dilestarikan

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

(54)

40

Hampir setiap elemen yang ada di Rumah Bolon memiliki makna filosofis sesuai dengan kepercayaan dari suku Batak. Adapun makna yang terdapat pada rumah Bolon / rumah adat batak diatas adalah sebagai berikut.

Dari gambar diatas, kita dapat melihat banyak hiasan ukiran khas Batak. Tak hanya itu lukisan, hiasan, hingga bagian bangunannya pun memiliki makna tersendiri. Ornamen yang ada pada rumah adat Batak disebut dengan gorga.

Tiap gorga memiliki makna filosofis masing-masing yang terkait dengan kehidupan suku Batak. Berikut beberapa makna gorga:

i Gorga berbentuk cicak: orang Batak mampu bertahan hidup di manapun mereka berada, meskipun dia sedang merantau di daerah yang sangat jauh. Orang Batak juga diharapkan dapat memelihara rasa persaudaraan yang kuat dan tidak terputus jika bertemu dengan sesama sukunya, walaupun ia berada di daerah lain yang bukan daerah asalnya.

ii Gorga berbentuk ular: masyarakat zaman dulu percaya bahwa rumah yang dimasuki oleh ular menandakan bahwa penghuninya akan mendapatkan berkah yang berlimpah.

iii Gorga berbentuk kerbau: ucapan terima kasih atas kerja keras kerbau yang telah membantu manusia dalam mengerjakan ladang pertanian.

Pada bagian atap, rumah adat ini memiliki bentuk yang khas, yaitu berbentuk lancip di bagian depan dan belakangnya. Bagian depan atap rumah ini memang sengaja dibuat lebih panjang dibandingkan bagian belakangnya. Bentuknya pun dipercaya dapat melawan angin kencang dari danau sehingga bisa berdiri kokoh melindungi bangunan rumah di bawahnya. Material yang digunakan untuk membuat atap adalah ijuk

(55)

karena mudah didapatkan. Masyarakat batak percaya bahwa bentuk atap seperti ini dapat mendoakan keturunan dari pemilik rumah tersebut bisa lebih sukses dan makmur di masa depan dibandingkan saat ini. Bagian atap pun dianggap keramat sehingga sering digunakan untuk menyimpan benda-benda sakral atau pusaka. Badan rumah tentu saja merupakan bagian bangunan yang terletak di tengah bangunan. Dalam mitologi batak, bagian ini disebut dengan dunia tengah. Dunia tengah inilah yang menjadi tempat untuk penghuninya beraktivitas sehari-hari. Mulai dari memasak, tidur, menerima tamu, bersenda gurau, dan sebagainya. Biasanya, badan rumah juga dilengkapi dengan hiasan berupa ipon-ipon untuk menolak bala.

Bagian dinding rumah adat ini berbentuk miring. Bukan tanpa sebab, dinding miring ini dibuat agar angin dari luar bisa mudah masuk ke dalam rumah. Dinding diikat dengan menggunakan tali berbahan ijuk dan rotan dengan pola tali pengikat seperti cicak yang memiliki dua kepala dan saling bertolak belakang. Pola ini memiliki makna sebagai penjaga rumah memiliki peranan yang sama dan saling menghormati.

Bagian luar dan depan rumah memuat ukiran yang di cat tiga warna yaitu merah, hitam, dan putih. Ukiran tersebut nyatanya penuh dengan makna simbolik yang menampilkan pandangan kosmologis dan filosofis budaya Batak. Di sebelah kiri dan kanan tiang rumah ada ukiran yang menggambarkan 4 payudara sebagai lambang kesuburan (odap-odap) yang juga dimaksudkan untuk melambangkan sosok ibu yang penuh dengan unsur kehidupan, kesucian dan penuh kasih sayang. Ada juga

(56)

42

ukiran cicak sebagai lambang penjaga dan pelindung rumah (boraspati).

Simbol cicak dan keempat payudara tersebut juga posisinya selalu sama, yakni cicak selalu menghadap keempat payudara dengan makna orang batak selalu menginngat untuk pulang ke tanah kelahiran dimana ibunya berada dan sejauh apa mereka merantau.

2) Ukiran Gorga

Di Pantai Hatulian, terdapat ukiran gorga sebagai daya tarik yang dapat memperkenalkan budaya dari suku Toba. Adapun warna yang menjadi ciri khas dari ukiran gorga ini yakni hitam-putih-merah. Warna- warna ini akan bermakna bila susunannya tepat. Jika bentuknya piramida, maka merah adalah yang paling dasar. Selanjutnya putih, kemudian hitam pada bagian atas. Adapun makna yang terdapat pada ukiran gorga ini adalah sebagai berikut.

i Hitam. Secara umum, psikologi warna ini menyiratkan karakter kuat, teguh dan bijaksana. Dalam teori fisika, spektrum warna hitam tidak memancar keluar. Justru ia menyerap energi, sehingga si pemakainya akan tetap hangat, meski dalam keadaan cuaca dingin.

ii Putih, yang melambangkan kesucian, merupakan warna yang netral terhadap warna-warna lain. Spektrum yang ia pancarkan dapat diterima warna lain, sehingga menghasilkan kombinasi yang harmonis. Efek warna yang dihasilkan mengandung sifat keikhlasan.

iii Merah. Spektrum yang dipancarkan warna ini sangat kuat, sehingga apa yang ada di sekitarnya ikut berpengaruh. Merah menyimbolkan keberanian, kekuatan bahkan angkara murka.

(57)

Gambar 4.4 Ukiran Gorga

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

3) Ulos

Daya tarik wisata berupa budaya lainnya yang terdapat di Pantai Hatulian adalah ulos, dimana ulos merupakan salah satu busana khas Indonesia yang secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat batak. Salah satu mata pencaharian masyarakat yang tinggal di sekitar Pantai Hatulian adalah bertenun ulos dan menjadi salah satu sumber pendapatan dari masyarakat lokalnya. Melalui observasi, penulis mendapatkan informasi bahwa jumlah ulos yang dihasilkan per minggunya sekitar 1-2 ulos dan pendapatan yang diperoleh kisaran 1 - 2,5jt per bulan. Berikut adalah gambar tenun ulos dan hasil tenunan ulos.

(58)

44

Gambar 4.5 Tenun ulos

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021 Gambar 4.6

Hasil tenunan ulos

Sumber : Dokumentasi Pribadi Observasi Gita, 2021

4.1.2 Prasarana Wisata

Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah dan sebagainya yang tentu saja dapat meningkatkan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar informan mengakui bahwa tugas camat dalam menyelenggarakan tugas umum pemerintahan pada umumnya sudah dapat

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul TINJAUAN TENTANG PEMBUKTIAN DAKWAAN DENGAN SAKSI- SAKSI YANG DIBACAKAN OLEH PENUNTUT UMUM

Variable LEARNABILITY berjumlah 64 orang atau 61% yang memilih sangat setuju, 22 orang atau 28% yang memilih setuju, dan 9 orang atau 11% yang memilih cukup

Dalam kajian kes di Cameron Highlands, penyelidik terhadap pembangunan ekopelancongan adalah untuk melihat sejauh mana Cameron Highlands berpotensi dalam memajukan ekopelancongan

Di kelompok perlakuan P(200) juga terlihat timbulnya tanda tanda terjadinya perlemakan pada organ hepar seperti yang terlihat pada sampel hepar dengan dosis

Seluruh dosen dan staf Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, yang secara tidak langsung telah banyak

Oxford (1990) menyatakan bahwa ada dua macam strategi. Yaitu langsung dan tidak langsung. Strategi langsung ada 3 yaitu memori, kognitif dan kompensasi strategi. Strategi tidak

Belajar ialah suatu perubahan suatu usaha yang dilakukan seseorang dalam merubah tingkah laku sesuai dengan pengalaman yang dialaluinya secara keseluruhan yang berasal dari