• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PERMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PERMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP SKRIPSI"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PERMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Anisa Putri Salsabela 171414099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

SKRIPSI

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PERMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA SMP 2020/2021

i Disusun Oleh:

Anisa Putri Salsabela NIM: 171414099

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing:

Margaretha Madha Melissa, M.Pd. Tanggal 14 Juni 2021

(3)

SKRIPSI

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PERMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA SMP 2020/2021

ii

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Anisa Putri Salsabela NIM: 171414099

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 17 Juni 2021

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan panitia penguji:

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd ………

Sekretaris : Beni Utomo, M.Sc ………

Anggota I : Margaretha Madha Melissa, M.Pd ………

Anggota II : Yosep Dwi Kristanto, M.Pd ………

Anggota III : Cyrenia Novella Krisnamurti, M.Sc ………

Yogyakarta, 17 Juni 2021

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan

(4)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Esa.

Bapak Wibowo dan Ibu Nina sebagai orang tua yang selalu mendoakan dan mendukung.

Ibu Yuliah sebagai orang tua asuh yang selalu mendoakan dan mendukung.

Agyl Bobby Santoso dan Ayu Puspitasari yang selalu mendukung dan membimbing.

Ruth, Luluk, Bima, Esna, dan Lisa sebagai sahabat seperjuangan.

Teman-teman Pendidikan Matematika kelas C angkatan 2017.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

(5)

iv

HALAMAN MOTTO

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(Al-Baqarah: 153)

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan kesungguhan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Juni 2021 Penulis

Anisa Putri Salsabela

(7)

vi

Saya bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Anisa Putri Salsabela NIM : 171414099

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PERMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 17 Juni 2021 Yang menyatakan

Anisa Putri Salsabela

(8)

vii

ABSTRAK

Anisa Putri Salsabela. 2021. Kajian Etnomatematika pada Permainan Tradisional Gobak Sodor dan Implementasinya pada Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan aspek-aspek filosofi pada permainan tradisional gobak sodor, 2) mendeskripsikan aktivitas fundamental matematis menurut Bishop pada permainan tradisional gobak sodor, dan 3) mengetahui implementasi kajian etnomatematika pada permainan tradisional gobak sodor terhadap pembelajaran matematika SMP.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Objek dalam penelitian ini adalah aspek filosofi, aktivitas fundamental matematis menurut Bishop, dan permasalahan kontekstual matematika pada permanian tradisional gobak sodor. Subjek dalam penelitian ini adalah pendiri Kampung Dolanan Nusantara dan salah satu warga Kampung Dolanan yang pernah memainkan permainan tradisional gobak sodor. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Teknik analisis yang digunakan adalah reduksi data, kategorisasi, sintesisasi, dan penyusunan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini ada tiga hal. 1) Adanya filosofi pada gerakan, aturan dan strategi bermain, dan arena bermain. Filosofi pada gerakan adalah melatih kemampuan menyerang dan bertahan. Filosofi pada aturan dan strategi bermain adalah sikap sportivitas, kerja sama, kerja keras dan sabar. Filosofi pada arena bermain terdapat pada bentuknya berupa petak-petak berbentuk persegi panjang yang dianggap sebagai benteng-benteng yang harus dilindungi mengajarkan sikap bertahan dan bersaing. 2) Adanya enam aktivitas fundamental matematis menurut Bishop, yakni counting, measuring, designing, locating, playing, explaining yang terlihat dari gerakan, aturan dan strategi bermain, dan arena bermain. 3) Implementasi kajian matematika pada permainan tradisional gobak sodor terhadap pembelajaran matematika SMP adalah pembuatan soal kontekstual. Soal kontekstual tersebut terdiri dari materi transformasi geometri untuk SMP kelas IX sebanyak 2 soal; materi bilangan untuk SMP kelas VII sebanyak 3 soal; materi peluang untuk SMP kelas VIII sebanyak 2 soal; materi kesebangunan dan kongruen untuk SMP kelas IX sebanyak 2 soal; materi garis dan sudut untuk SMP kelas IX sebanyak 3 soal;

dan materi luas dan keliling bangun datar untuk SMP kelas VII sebanyak 1 soal.

Kata kunci: Etnomatematika, Permainan tradisional gobak sodor, Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop

(9)

viii

ABSTRACT

Anisa Putri Salsabela. 2021. Ethnomatematics Study on Traditional Game of Gobak Sodor and it’s Implemantation in Junior High School Mathematics Learning. Undergraduated Thesis. Mathematic Study Program, Departmen of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

The aims of this research are 1) to describe the philosophical aspects of the traditional game of gobak sodor, 2) to describe the fundamental mathematical activities according to Bishop in the traditional game of gobak sodor, and 3) to know the implementation of the study of mathematics in the traditional game of gobak sodor for junior high school mathematics learning.

The type of this study was qualitative descriptive research. The objects in this research are philosophical aspects, mathematical fundamental activities according to Bishop, and contextual problems of mathematics in the traditional game of gobak sodor. The subjects in this study were the founder of Kampung Dolanan Nusantara and one of the residents of Kampung Dolanan who had played the traditional game of gobak sodor. Data collection methods in this research used interviews, observations, and documentation. The analysis technique used in this research were data reduction, categorization, synthesis, and drawing conclusions.

The results from this study was, three points 1) The existence of a philosophy of movement, rules and playing strategies, and the playing field. The philosophy of the movement was to train the ability to attack and defend. The philosophy on the rules and strategies of playing were sportsmanship, cooperation, hard work and patience. The philosophy of the playground is found in its shape in the form of rectangular plots which were considered as fortresses that must be protected and teach defensive and competitive attitudes.

2) There were six fundamental mathematical activities according to Bishop, namely counting, measuring, designing, locating, playing, explaining which can be seen from movements, rules and playing strategies, and the playing ground.

3) The implementation of the study of mathematics in the traditional game of gobak sodor for junior high school mathematics learning was the creation of contextual questions. The contextual questions consist of 2 questions for geometry transformation for SMP class IX; the number material for SMP class VII is 3 questions; opportunity material for SMP class VIII as many as 2 questions; material for similarity and congruence for grade IX junior high school as many as 2 question, line and angle material for grade IX junior high school as many as 3 questions; and the material for the area and circumference of a flat shape for class VII SMP was 1 question.

Keywords: Ethnomathematics, gobak sodor traditional games, Mathematical Fundamental Activities according to Bishop

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Etnomatematika pada Permainan Tradisional Gobak Sodor dan Implementasinya Pada Pembelajaran Matematika SMP”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Selama proses penyusunan skripsi ini tak lepas dari berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Ibu Margaretha Madha Melissa, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan membimbing, memberikan waktu, ilmu, dan saran yang bermanfaat hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Sugiarto Pudjohartono, M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dalam hal akademik.

6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.

7. Bapak Abet Nugraha selaku pendiri Kampung Dolanan Nusantara.

8. Orangtua terkasih, Danang Wahyu Wibowo dan Nina Martnasari yang selalu mendoakan dan memberi dukungan.

9. Orangtua asuh terkasih, Yuliyah yang selalu mendokan dan memberi dukungan.

10. Bobby Agyl Santoso dan Ayu Puspitasari yang telah menjadi kakak dan selalu mendukung.

(11)

x

11. Teman-teman PPJW yang telah bersedia menghibur, menemani dalam suka dan duka, dan mendengarkan curhatan, keluhan, terutama Ruth, Luluk, Esna, Bima, dan Lisa.

12. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika angkatan 2017 khususnya teman-teman kelas C.

13. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Besar harapan penulis untuk menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

Anisa Putri Salsabela Yogyakarta, 17 Juni 2021

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix DAFTAR ISI... xi

BAB I ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Penjelasan Istilah ... 7

F. Kebaruan Penelitian ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II... 9

A. Kajian Teori ... 9

B. Penelitian yang Relevan... 22

C. Kerangka Berpikir... 24

BAB III ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Subjek Penelitian ... 27

C. Objek Penelitian ... 28

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

E. Bentuk Data ... 28

F. Metode Pengumpulan Data ... 29

KATA PENGANTAR ... ... vii

... viii v ABSTRAK

ABSTRACT

(13)

x

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 30

H. Teknik Analisis Data ... 31

I. Prosedur Penelitian ... 32

BAB IV ... 35

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Pelaksanaan penelitian ... 35

B. Penyajian Data ... 36

C. Hasil Analisis Data ... 65

D. Pembahasan ... 73

E. Keterbatasan Penelitian ... 107

BAB V ... 108

PENUTUP ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111

LAMPIRAN ... 114

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Aspek kehidupan lingkungan (seperti kebiasaan, adat istiadat, dan budaya) berkaitan erat dengan matematika. Untuk mengetahui bahwa matematika sangat dekat dengan lingkungan, tentunya menarik untuk dipelajari. Keterkaitan antara matematika dan budaya dapat dirasakan karena keduanya tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahan sehari-hari tidak lepas dari persoalan matematika, sehingga setiap individu hendaknya dapat memahami matematika. Sedangkan budaya merupakan pola hidup yang bertumbuh dan berkembang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah laku yang secara rutin diterapkan oleh masyarakat. Menurut Bishop (1994) matematika merupakan suatu bentuk budaya. Kemampuan matematika yang dimiliki seseorang dipengaruhi dengan latar belakang budayanya, karena sesuatu yang dilakukan berdasarkan apa yang telah dialami dan dirasakan. Budaya akan mempengaruhi perilaku individu dan mempunyai peran yang besar pada perkembangan pemahaman individual, termasuk pembelajaran matematika (Bishop, 1991). Namun matematika dan budaya masih dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak berkaitan. Terlebih matematika dan budaya dapat diterapkan dalam dunia pendidikan sebagai suatu sumber pembelajaran matematika.

Penelitian matematika budaya perlu dikembangkan agar masyarakat dan dunia pendidikan lebih mengenal hubungan antara matematika dan budaya, sehingga tidak lagi asing memahami hubungan antara keduanya.

Keterkaitan antara matematika dan budaya dikenal dengan istilah etnomatematika. Secara singkat pengertian etnomatematika adalah matematika dalam budaya. Istilah etnomatematika diperkenalkan oleh D’Ambrasio matematikawan asal Brazil pada tahun 1977. Secara Bahasa awalan “ethno” diartikan sebagai suatu yang sangat luas yang mengacu

(15)

pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, kode perilaku, mitos, dan simbol. Kemudian kata “mathema” memiliki arti menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur, mengklasifikasikan, menyimpulkan, dan pemodelan. Akhiran

“tics” berasal dari kata techne dan bermakna seperti Teknik (D’Ambrasio 1994:449). Astri Wahyuni, dkk (2013: 2) menyatakan bahwa salah satu yang dapat menjembatani antara budaya dan pendidikan matematika adalah etnomatematika. Menjembatani antara budaya dan matematika merupakan suatu hal yang penting untuk mengenali berbagai cara berpikir yang dapat menyebabkan timbulnya bentuk matematika hal tersebut yang dimaksud dengan etnomatematika. Konsep matematika dapat lahir dan ditemukan dalam budaya, sehingga dapat memperjelas hubungan keterkaitan antara matematika dan budaya. Matematika dapat lahir dari budaya dan dapat ditemukan dalam budaya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber belajar bagi dunia pendidikan. Dengan demikian, etnomatematika merupakan suatu ilmu yang didapat dari kebudayaan yang berhubungan dengan matematika.

Menurut wawancara dengan seorang guru matematika SMP Negeri di Yogyakarta, guru tersebut belum pernah menggunakan metode budaya untuk mengajar matematika di kelas yang diajarnya. Terkadang siswa merasa sulit untuk memahami mata pelajaran matematika, jika hanya mempelajari dan memahami materi menggunakan buku pegangan siswa yang diberikan sekolah. Dalam hal ini pembelajaran yang inovatif dan kontekstual seperti menggunakan pendekatan budaya dalam pembelajaran matematika dapat diterapkan. Sehingga diharapkan siswa dapat memahami konsep matematika yang diajarkan dengan menyenangkan. Penggunaan pendekatan budaya dalam mengajarkan mata pelajaran matematika dapat berupa membuat suatu permasalahan kontekstual matematika yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Mengaitkan pembelajaran matematika dengan budaya tentu akan mempermudah proses pembelajaran

(16)

3

matematika itu sendiri, dimana siswa akan lebih mudah memahami setiap topik yang dipelajari karena relevan dengan kehidupan budaya sehari-hari mereka (Sirate, 2012). Maka dari itu, guru dapat menggunakan pendekatan budaya untuk mengajarkan mata pelajaran matematika.

Untuk mempelajari keterkaitan antara budaya dan matematika, ada baiknya peneliti harus mengetahui aktivitas fundamental matematis yang terdapat pada etnomatematika. Bishop (1994) menyatakan bahwa etnomatematika dapat dibagi menjadi enam aktivitas fundamental matematis mendasar yang selalu dapat ditemukan pada sejumlah kelompok budaya. Keenam aktivitas fundamental matematis tersebut adalah aktivitas: menghitung/membilang, penentuan lokasi, mengukur, mendesain, bermain dan menjelaskan. Objek etnomatematika merupakan objek budaya yang mengandung unsur-unsur matematika pada suatau masyarakat tertentu. Berdasarkan pendapat Bishop, maka objek etnomatematika mengandung kegiatan matematika seperti aktivitas menghitung, penentuan lokasi, mengukur, mendesain, bermain, dan menjelaskan. Bentuk etnomatematika memuat berbagai aktivitas matematika yang berkembang di masyarakat Indonseia yang memuat konsep-konsep matematika pada peninggalan budaya berupa candi dan prasasti, gerabah dan peralatan tradisional, motif kain batik, serta permainan tradisional. Permainan tradisional merupakan permainan yang telah dimainkan sejak zaman dahulu yang terdapat pada setiap daerah di Indonesia. Permainan tradisional merupakan bentuk kegiatan yang berkembang dari suatu kebiasaan pada masyarakat tertentu. Permainan tradisional dan pembelajaran matematika memiliki keterkaitan satu sama lain. Dalam permainan tradisional untuk melaksanalan jalannya permainan tidak terlepas dari konsep-konsep matematika seperti dalam gerakan bermain, arena main, aturan main, dan jalannya permainan.

Permainan tradisional terasa menyenangkan ketika dimainkan terutama bagi anak-anak. Permainan tradisional tidak hanya mengandung

(17)

unsur kesenangan, tetapi juga mengandung unsur-unsur budaya dan konsep-konsep matematika. Permainan tradisional merupakan bentuk budaya yang mengandung kegiatan matematika seperti menghitung/membilang, penentuan lokasi, mengukur, mendesain, bermain dan menjelaskan. Salah satu permainan tradisional yang menarik untuk dimainkan adalah gobak sodor. Gobak sodor merupakan permainan yang dimainkan secara berkelompok dalam sebuah arena bujur sangkar yang dibatasi dengan garis, terdiri dari dua tim, yakni tim penjaga dan tim pemain sebagai penyerang. Aturan bermain adalah tim penjaga mengahadang tim pemain supaya tidak bisa lolos ke garis jaga selanjutnya.

Untuk memenangkan pertandingan pada tim penjaga harus dapat menyentuh tim pemain dan untuk tim pemain salah satu anggotanya harus ada yang melewati garis jaga sampai kembali ke garis pangkal tanpa tersentuh tim penjaga. Kegiatan bermain ini juga dapat menjadi hal yang menyenangkan, menarik, dan menantang karena setiap individu harus memiliki strategi bermain seperti berjaga dan berlari dengan gesit untuk meraih kemenangan. Aspek filosofis pada permainan tradisional gobak sodor, yakni mengajarkan dari kebersaman dapat belajar bekerja sama yang kompak antara tim penjaga supaya dapat berhasil menghadang tim pemain. tim pemain juga harus berusaha dan bekerja keras untuk mencari celah dari setiap garis jaga supaya dapat melewati tanpa tersentuh. Aspek filosofis ini perlu untuk diketahui supaya setiap individu dapat mengetahui bahwa dalam permainan tradisional gobak sodor mengajarkan sikap jujur, bertanggung jawab, kerja keras, dan percaya diri. Dalam permainan tradisional gobak sodor terdapat aktivitas matematis yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Namun masih banyak yang belum mengetahui aktivitas matematis yang terdapat dalam permainan tradisional gobak sodor. Terebih permainan tradisional saat ini sudah jarang dijumpai, karena seiring berjalannya waktu teknologi semain canggih sehingga banyak game online yang tercipta dengan lebih banyak peminatnya.

(18)

5

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti ingin meneliti terkait filosofi permainan tradisonal gobak sodor, aktivitas fundamental matematis perlu diketahui menurut Bishop pada permainan tradisional gobak sodor, dan implementasi kajian matematika pada permainan tradisional gobak sodor terhadap pembelajaran matematika SMP berupa menyusun soal matematika berbasis permasalahan kontekstual.

(19)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja aspek-aspek filosofis yang terdapat dalam permainan tradisional gobak sodor?

2. Apa saja aktivitas fundamental matematis menurut Bishop pada permainan tradisional gobak sodor?

3. Bagaimana mengetahui implementasi kajian etnomatematika pada permainan tradisional gobak sodor terhadap pembelajaran matematika SMP?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan aspek-aspek filosofis yang terkandung dalam permainan tradisional gobak sodor.

2. Mendeskripsikan aktivitas fundamental matematis berdasarkan Bishop yang terdapat pada permainan tradisional gobak sodor.

3. Mengetahui implementasi kajian matematika pada permainan tradisional gobak sodor terhadap pembelajaran matematika SMP.

D. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada implementasi unsur-unsur matematika yang terdapat pada matematika. Selain itu, peneliti membahas mengenai aspek-aspek matematis yang terdapat pada permainan tradisional gobak sodor. Aspek-aspek matematis yang ada pada permainan tradisional ditentukan berdasarkan enam aktivitas fundamental matematis menurut Bishop, yang selanjutnya dibuat menjadi soal matematika berdasarkan permasalahan kontekstual.

(20)

7

E. Penjelasan Istilah 1. Etnomatematika

Etnomatematika mengkaji hubungan antara matematika dan budaya yang terdapat dilingkungan masyarakat sekitar.

2. Aktivitas Fundamental Matematis

Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop terdiri dari 6 aktivitas, yakni menghitung/membilang, penentuan lokasi, mengukur, mendesain, bermain dan menjelaskan.

3. Pembuatan Soal Matematika Berbasis Kontekstual

Pembuatan soal matematika berbasis kontekstual merupakan teknik mengajarkan suatu materi pelajaran menggunakan tulisan.

4. Permainan Tradisional gobak sodor

Gobak sodor merupakan permainan yang dimainkan secara berkelompok dalam sebuah arena bujur sangkar yang dibatasi dengan garis, terdiri dari dua tim, yakni tim penjaga dan tim pemain sebagai penyerang.

F. Kebaruan Penelitian

Kebaruan dari penelitian ini terletak pada menelaah aspek-aspek matematis yang terdapat pada permainan tradisional gobak sodor menggunakan ke enam aktivitas fundamental matematis menurut Bishop.

Selanjutnya aspek matematis diterapkan dalam soal matematika berbasis permasalahan kontekstual.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian lain yang ingin melakukan penelitian etnomatematika.

(21)

b. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran berbasis budaya, dalah satunya membuat soal matematika berbasis masalah kontekstual.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi inovasi kegiatan dan materi pembelajaran bagi guru matematika.

b. Hasil dari penelitian ini dapat mengenalkan permainan tradisional gobak sodor kepada masyarakat.

c. Hasil dari penelitian ini dapat membantu masyarakat untuk mengenal matematika didalam permainan tradisional gobak sodor.

(22)

9 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Permainan Tradisional

a. Definisi Permainan tradisional

Permainan tradisional merupakan hasil penggalian dari budaya sendiri yang didalamnya banyak mengandung nilai-nilai pendidikan karena dalam kegiatan permainannya memberikan rasa senang, gembira, ceria pada anak yang memainkannya (Rudhito dkk, 2019: 196). Sejalan dengan pernyataan tersebut Morzan dan Hamidi (2017: 47-48) menyimpulkan bahwa permainan tradisional merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sukarela dan menimbulkan kesenangan bagi pelakunya, diatur oleh peraturan permainan yang dijalankan berdasarkan tradisi turun-temurun.

Permainan tradisional merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolah raga yang sekaligus sebagai sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan, kesopanan, serta ketangkasan. Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Andriani (2012: 122) mengemukakan bahwa permainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan dibaliknya.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan tradisional merupakan penggalian budaya turun temurun yang mengandung banyak nilai pendidikan dan bermacam-macam fungsi seperti menimbulkan kesenangan bagi pelakunya serta mengandung pesan dibaliknya untuk hidup bermasyarakat. Kegiatannya dilakukan secara sukarela dengan peraturan permainan dari tradisi budaya turun-temurun.

(23)

b. Jenis Permainan Tradisional

Kurniati (2016: 3) menjelaskan ada dua jenis permainan tradisional, yaitu permainan untuk bermain dan permainan untuk bertanding. Jenis permainan tradisional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu permainan untuk bermain dan permainan untuk bertanding. Direktorat nilai budaya dalam Kurniati (2016: 3) menjelaskan bahwa permainan rakyat tradisional untuk bertanding terdiri dari 3 kelompok, yaitu:

(1) Permainan yang bersifat strategis (game of strategy)

(2) Permainan yang lebh mengutamakan kemampuan fisik (game of physical skill)

(3) Permainan yang bersifat untung-untungan (game of change) c. Manfaat Permainan Tradisional

Permainan tradisional biasanya dimainkan pada saat anak mecapai usia sekolah. Pada saat anak mencapai usia sekolah, mereka akan bermain secara sosial seperti ketika anak terbentuk dalam suatu kelompok dan melakukan kegiatan bekerja sama dengan itu akan timbul kegiatan bermain secara sosial. Menurut Hurlock (1998: 325) dengan bertambahnya jumlah hubungan sosial, kualitas permainan anak menjadi lebih sosial. Suasana tersebut dapat terlihat dalam kegiatan permainan tradisional. Salah satu ciri yang terlihat dalam permainan tradisional dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan berinteraksi langsung dan saling bertatap muka dengan teman bermainnya. Saat memainkan permainan tradisional anak-anak diajak untuk berkumpul dan mengenal teman sepermainannya.

Dengan adanya kegiatan interaksi antar pemain tersebut dapat menjadikan permainan tradisional menjadi hal yang mengasyikan ditambah dengan berbagai macam manfaat yang terdapat didalamnya. Manfaat permainan tradisional menurut Subagiyo (dalam Mulyani, 2016: 49-52), yakni:

(24)

11

(1) Anak Menjadi Lebih Kreatif

Dalam lingkungan bermain yang aman dan menyenangkan bermain memicu anak untuk menyampaikan ide atau pemikirannya yang telah dipikirkan dalam imajinasinya.

(2) Bisa Digunakan Sebagai Terapi Terhadap Anak

Bermain dapat membuat anak gembira dan dalam proses bermain anak akan disibukan dengan kegiatan bermain, sehingga dapat membuat anak melupakan kecemasan dan masalah yang mereka hadapi.

(3) Mengembangkan Kecerdasan Intelektual Anak

Kegiatan bermain secara tidak langsung dapat membuat anak berinteraksi dengan teman bermainnya, hal ini dapat melatih kecerdasan intelektual anak dalam berkomunikasi dan menyampaikan pendapatnya untuk memecahkan permasalahan dalam permainan tersebut. Dengan ini bermain memberi kontribusi pada kecerdasan intelektual atau kecerdasan berfikir dengan pengalaman bermain yang memperkaya cara berpikir.

(4) Mengembangkan Kecerdasan Antar Personal Anak

Kegiatan bermain membantu mengasah kecerdasan personal anak, yakni diantaranya anak dapat berlatih melakukan percakapan dengan baik, berlatih menaati aturan yang ada dalam permainan, mendengarkan lawan bermain dengan baik.

(5) Mengembangkan Kecerdasan Logika Anak

Bermain dapat membuat anak melakukan kegiatan menghitung, hal tersebut dapat membantu mengasah kecerdasan logika anak.

(25)

(6) Mengembangkan Kecerdasaan Kinestetik Anak

Bermain dapat membuat anak melakukan kontrol gerakan baik menggerakan tangan, kaki, tubuh, atau ekspresi sesuai strategi dan informasi yang didapat.

(7) Mengembangkan Kecerdasan Natural Anak

Kegiatan bermain yang mengharuskan anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dapat mengasah kecerdasan naturalis anak.

(8) Mengembangkan Kecerdasan Spasial Anak

Ketika bermain anak dapat melakukan kegiatan menggambar, kemudian merangkai kata-kata yang tepat untuk digunakan dalam bermain hal tersebut melatih anak untuk mengembangkan kecerdasan spasial yang dimiliki.

(9) Mengembangkan Kecerdasan Musikal Anak

Dalam kegiatan bermain terdapat beberapa permainan yang melibatkan musik dalam proses permainan, hal ini juga dapat membantu mengembangkan kecerdasan musikal anak.

(10) Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak

Dalam permainan pasti akan ada yang kalah dan menang, dari sini setiap anak dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dari dirinya, sehingga dapat memperbaiki kelemahan dari dirinya dan juga dapat mengembangkan kelebihan dari dirinya.

(26)

13

2. Gobak sodor

a. Pengertian Gobak Sodor

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gobak artinya permainan tradisional yang menggunakan lapangan berbentuk segi empat berpetak-petak. Kata sodor berarti menyodorkan ke depan atau mengulurkan tangan. Oleh karena itu, gobak sodor adalah suatu permainan tradisional yang menggunakan lapangan berbentuk segi empat dan permainannya dilakukan dengan menyodorkan ke depan atau mengulurkan tangan.

b. Peralatan atau perlengkapan Permainan Gobak sodor

Peralatan atau perlengkapan yang dibutuhkan pada permainan gobak sodor, yakni arena bermain berupa halaman yang agak luas dan rata. Arena bermain gobak sodor berupa garis-garis di tanah yang melintang sejajar dan sama panjang. Arena bermain disesuaikan dengan jumlah pemain. (Departemen Pendidikan dan Budaya, 1992-1993: 85).

Berikut ilustrasi arena bermain gobak sodor

Gambar 2. 1 Arena Permainan Tradisional Gobak Sodor Sumber: https://ilhampermadhi23.blogspot.com/2019/09/permainan-

gobak-sodor-boi-boian.html

(27)

Keterangan gambar:

Ilustrasi gambar arena permainan gobak sodor dibuat untuk jumlah pemain berjumlah 10 orang dengan dibagi menjadi dua tim, yakni tim penjaga beranggotakan 5 orang dan tim pemain beranggotakan 5 orang.

Garis vertikal AB : Garis pangkalan tim pemain Segitiga F, G, H, I, J : Anggota tim pemain

Garis vertikal EF, GH, IJ, KL, MN : Garis berdiri tim penjaga

Garis CD : Garis sodor

c. Aturan Bermain Gobak sodor

Dalam buku Transformasi Nilai Melalui Permainan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta karya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1992), menyatakan aturan dan cara bermain gobak sodor yakni:

a. Seluruh anggota bermain berjumlah genap minimal berkisar antara 6 orang.

b. Para pemain dibagi menjadi dua tim, tim pemain dan tim penjaga.

c. Namun pada umumnya ukuran arena bermain berukuran panjang 5 meter dan lebar 4 meter, namun ukuran arena bermain masih dapat disesuaikan dengan kondisi anggota bermain.

d. Tim penjaga terbagi dengan menjaga garis vertikal dan menjaga garis horizontal.

e. Tim pemain memulai permainan dari garis pangkal kelompok pemain atau dari garis vertikal paling depan.

f. Tim penjaga yang berjaga di garis horizontal berusaha untuk menghadang tim pemain agar tidak melewati batas garis sampai di garis akhir.

g. Tim penjaga yang menjaga garis vertikal masing-masing berjumlah satu orang, dapat bergerak bebas di atas garis vertikal

(28)

15

kekiri maupun kekanan. Kelompok penjaga harus dapat menangkap dan menghalangi kelompok pemain supaya tidak dapat menembus ke garis vertikal selanjutnya.

h. Tim pemain berusaha agar tubuhnya tidak tersentuh oleh tim penjaga.

i. Tim pemain dapat dikatakan menang jika salah satu anggota dapat kembali ke garis pangkal dengan selamat atau tidak tersentuh tim penjaga.

j. Tim pemain dikatakan kalah dan dapat terjadi pergantian posisi, jika ada salah satu yang tersentuh oleh tim penjaga.

3. Etnomatematika

Istilah etnomatemaika (ethnomatematics) diperkenalkan oleh D’Ambrasio yakni mendeskripsikan praktik-praktik matematika yang dilakukan oleh kelompok-kelompok berbudaya tertentu. Istilah ethnomatematics juga dianggap sebagai studi ide-ide matematika yang terdapat pada budaya (Rosa dan Orey, 2011). D’Ambrasio (1985) menjelaskan bahwa etnomatematika adalah matematika yang dipraktikkan kelompok-kelompok berbudaya tertentu seperti masyarakat pribumi, kelompok-kelompok pekerja, anak-anak golongan usia tertentu, pekerja-pekerja profesional dan lain sebagainnya. D’Ambrasio juga memandang konsep yang lebih luas mengenai kata etno, untuk semua kelompok berbudaya bersama jargon, kode, simbol, mitos, dan bahkan penalaran (reasoning) dan penarikan kesimpulan (infering). Sejalan dengan hal tersebut terdapat praktik-praktik seperti menghitung atau memecahkan (ciphering) dan membilang (counting), pengukuran (measuring), pengelompokan (classifying), pengaturan atau penyusunan (ordering), penarikan kesimpulan, pemodelan (modelling), dan sebagainnya yang mana praktik-praktik tersebut merupakan etnomatematika.

D'Ambrasio (1990) dalam Rossa dan Orey, (2011) mendefinisikan etnomatematika, yakni awalan ethno merupakan istilah yang sangat

(29)

luas yang mana istilah ethno mengacu pada konteks sosial-budaya termasuk bahasa, jargon, kebiasaan, mitos, dan simbol. Kata dasar mathema bermakna menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan aktivitas seperti mengodekan, mengukur, mengklasifikasikan, menarik kesimpulan, dan memodelkan. Akhiran tics dari kata techne yang memiliki kesamaan dengan kata teknik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa etnomatematika merupakan teknik untuk menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan matematika seperti mengkodelan, mengukur, mengklasifikasikan, menarik kesimpulan, dan memodelkan hal-hal yang terdapat didalam sosial budaya.

Etnomatematika merupakan jembatan antara matematika dengan budaya, yang berarti bahwa etnomatematika mengakui adanya cara- cara berbeda dalam melakukan matematika dalam aktivitas masyarakat (Wahyuni, A., dkk., 2013: 16). Hal ini sesuai dengan pendapat Shierley dalam Marsigit (2016:13) etnomatematika dapat digunakan sebagai pusat proses pembelajaran dan metode pengajaran. Melalui pembelajaran matematika berbasis etnomatematika dapat menjadi salah satu alternatif pendekatan pembelajaran dan mengajarkan siswa bahwa matematika dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam kebudayaan seperti permainan tradisional.

4. Aktivitas Fundamental Matematis

Matematika memiliki kaitan dengan budaya, sehingga matematika tidak hanya ditemukan dalam ilmu pengetahuan akan tetapi juga dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam kebudayaan.

Bishop (1997) mengemukakan terdapat enam aktivitatas-aktivitas matematika, yakni counting (menghitung/membilang), measuring (mengukukur), locating (menempatkan), designing (mendesain), playing (bermain), dan explaining (menjelaskan). Berikut ini diuraikan enam aktivitas tersebut:

(30)

17

a. Counting (Menghitung/Membilang)

Dalam buku Andy Rudhito (2020: 48) Bishop mendata konsep-konsep yang berkaitan dengan aktivitas counting, yakni quantifier: each, some, many, none (kuantifikasi); adjectival number names (nama-nama bilangan); finger and body counting (perhitungan menggunakan jari dan badan); tallying numbers (bilangan-bilangan sistem turus), place value (nilai tempat), zero (nol), base 10 (basis 10), operation on numbers (operasi bilangan), combinatorics (kombinatorika), accuracy (keakuratan), approximation (penaksiran), error (galat), fractions (pecahan), decimals (desimal), positives and negatives (positif dan negatif), infinitely large and infinitely small (tak hingga besar dan tak hingga kecil), llimit (limit), number patterns (pola-pola bilangan), powers (pangkat), number relationship (relasi-relasi bilangan), arrow diagrams (diagram panah), algebric representation (representasi aljabar), events probabilities (peluang kejadian), dan frequency representations (representasi frekuensi). Kegiatan counting merupakan kegiatan yang berkaitan dengan menghitung, mencacah, dan bilangan. Kegiatan counting pada awalnya adalah kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk membuat suatu catatan yang didasarkan pada harta dan benda yang dimilikinya.

b. Locating (Menempatkan)

Bishop mendata konsep-konsep yang berkaitan dengan locating yakni prepositions (pengaturan tempat); route descriptions (deskripsi rute); environmental locations (lokasi- lokasi lingkungan); N.S.E.W. compass bearings (navigasi kompas:

utara, selatan, timur, barat); up/down (naik atau turun); left/right (kiri atau kanan); forwards/backwards (depan atau belakang);

journeys (perjalanan): distance (perjalanan: jarak); straight and curved lines (garis lurus dan garis lengkung); angle as turning

(31)

rotations (sudut sebagai penentu rotasi); systems of location: polar coordinates (sistem penempatan: koordinat polar); 2D/3D coordinates (koordinat 2 dimensi atau 3 dimensi); mapping (pemetaan); latitude/longitude (garis lintang atau garis bujur); loci (kurva atau gambar lain yang dibentuk oleh semua titik yang memenuhi persamaan tertentu dari hubungan antara koordinat, atau dengan titik, garis, atau permukaan yang bergerak sesuai dengan kondisi yang ditentukan secara matematis); linkages (pertalian, sambungan, hubungan); circle (lingkaran); ellipse (elips); vector (vektor); dan spiral (spiral).

Aktivitas locating awalnya untuk membantu masyarakat dalam menentukan lokasi berburu yang cocok, menentukan arah dengan menggunakan kompas pada saat melakukan perjalanan, serta dengan menentukan lokasi yang didasarkan pada objek benda langit. Bishop menjelaskan lebih lanjut bahwa aktivitas locating mengacu pada memposisikan diri dan benda-benda lain dalam lingkungan spasial.

c. Measuring (Mengukur)

Measuring berkaitan dengan comparing (membandingkan), ordering (mengurutkan), dan quantifying qualities (mengukur kualitas) yang bernilai dan penting. Bishop menjelaskan lebih lanjut bahwa aktivitas measuring menaruh perhatian besar terhadap pembandingan hal-hal berdasarkan kualitas bersama, dan berkembang melalui pembandingan berpasangan hingga banyak pembandingan, melalui satuan-satuan yang sesuai untuk menstandarisasi satuan-satuan standar dan sistem satuan. Di dalam measuring terdapat ide tentang kualitas sebagai kuantitas "kontinu"

(sebagai lawan diskrit dalam counting). Masalah yang berkaitan dengan measuring menjelaskan masalah "seberapa banyak", bukan masalah "berapa banyak" yang memicu aktivitas counting.

(32)

19

Bishop menjelaskan konsep-konsep yang berkaitan dengan aktivitas measuring; sebagai berikut comparative quantifiers:

faster, thinner (pembandingan kuantifikasi: lebih cepat, lebih tipis); ordering (mengurutkan, menyusun); qualities (kualitas);

development of units: heavy-heaviest-weight (pengembangan satuan-satuan: berat-terberat-bobot); accuracy of units (keakuratan satuan); estimation (estimasi); length (panjang); area (luas);

volume (volume); time (waktu); temperature (temperatur); weight (bobot); conventional units (satuan konvensional); standard units (satuan standar); system of units: metric (sistem satuan: metrik);

money (uang), dan compound units (satuan gabungan).

d. Designing (Mendesain)

Bishop mendata konsep-konsep yang berkaitan dengan aktivitas designing; sebagai berikut design (desain); abstraction (abstraksi) shape (bentuk); form (bentuk); aesthetics (estetika);

objects compared by properties of form (objek-objek yang dibandingkan oleh sifat-sifat); large, small (besar, kecil); similarity (kesebangunan); congruence (kekongruenan); properties of shapes (sifat-sifat bentuk); common geometric shapes, figures and solids (bentuk-bentuk, ilmu ukur, dan solid geometri); nets (jaring- jaring); surfaces (permukaan); tesselations (hal-hal yang berkaitan dengan mosaik); symmetry (kesimetrian); proportion (proporsi);

ratio (rasio); scale-model (skala-model); enlargements (pembesaran); dan rigidity of shapes (kekakuan bentuk). Aktivitas ini pada awalnya untuk melihat bentuk dari keanekaragaman bentuk suatu objek yang berupa gedung atau untuk melihat pola- pola yang berkembang dalam berbagai tempat yang ada.

e. Playing (Bermain)

Bishop mendata konsep-konsep yang berkaitan dengan aktivitas playing; sebagai berikut games (permainan); fun (kesenangan); puzzles (teka-teki); paradoxes (paradoks); modelling

(33)

(pemodelan); imagined reality (realita yang terbayangkan); rule- bound activity (aktivitas dengan aturan tertentu); hypothetical reasoning (penalaran hipotesis); procedures (prosedur); plans (rencana-rencana); strategies (strategi-strategi); cooperative games (permainan kooperatif); competitive games (permainan kompetitif);

solitaire games (permainan kartu); dan chance, prediction (kesempatan, prediksi).

Awalnya aktivitas ini untuk melihat suatu keanekaragaman yang terdapat pada permainan anak-anak yang berupa aspekaspek matematis seperti bentuk bangun datar, sehingga melalui proses pengamatan tersebut maka anak-anak diajak untuk berpikir lebih kritis mengenai objek-objek yang membangun permainan tersebut.

f. Explaining (Menjelaskan)

Bishop mendata konsep-konsep yang berkaitan dengan aktivitas explaining; yaitu similarities (kesamaan); classifications (klasifikasi); conventions (konvensi); hierarchical classifying of objects (pengklasifikasian objek secara hierarkis); story explanations (penjelasan cerita); logical connectives (kata hubung yang berkaitan dengan logika); linguistic explanations: logical arguments, proofs (penjelasan linguistik: argumenargumen logika, pembuktian); symbolic explanations: equation, inequality, algorithm, function (penjelasan simbolik: persamaan, pertidaksamaan, algoritma, fungsi); figural explanations: graphs diagrams charts matrices (penjelasan bentuk: grafik, diagram, bagan, matriks); mathematical modelling (pemodelan matematika);

dan criteria: internal validity, external

Awalnya aktivitas ini untuk membantu masyarakat dalam menganalisis pola grafik, diagram, maupun hal lainnya yang memberikan suatu arahan untuk menuntun masyarakat dalam mengolah suatu representasi yang diwujudkan oleh keadaan yang ada.

(34)

21

5. Soal Berbasis Permasalahan Kontekstual

Pembelajaran matematika dapat berbasis kontekstual. Zulkardi dan Ilma (2006) Soal kontekstual matematika merupakan soal-soal matematika yang menggunakan berbagai konteks, sehingga menghadirkan situasi yang pernah dialami secara real bagi anak.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Hudojo (2005: 69) menyatakan bahwa masalah dalam matematika yang disajikan seharusnya adalah masalah yang kontekstual dimana pertanyaan yang diberikan sesuai dengan pengalaman siswa.

Menurut De Lange (1987) ada empat macam masalah kontekstual, yaitu:

a. Personal siswa-situasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa baik di rumah dengan keluarga, dengan teman sepermainan, teman sekelas dan kesenangannya.

b. Sekolah atau akademik, yakni situasi yang berkaitan dengan kehidupan akdemik di sekolah, di ruang kelas, dan kegiatan- kegiatan yang terkait dengan proses pembelajaran.

c. Mayarakat atau publik situasi yang terkait dengan kehidupan dan aktivitas masyarakat sekitar dimana siswa tersebut tinggal.

d. Saintifik atau matematik situasi yang berkaitan dengan fenomena dan substansi secara saintifik atau berkaitan dengan manusia itu sendiri.

6. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Menurut As’ari dkk (2017: 4) menyatakan bahwa Kompetensi Inti (KI) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulus (SKL) yang harus dimiliki seseorang siswa pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan pengembangan Kompetensi Dasar. Kompetensi Inti mencakup 4 dimensi yakni sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan ketrampilan (Permendikbud No. 21 Thn 2016).

(35)

Berdasarkan Permendikbud No. 21 Tahun 2016 menyebutkan bahwa Kompetensi Dasar merupakan spesifikasi dari Kompetensi Inti untuk menentukan kompetensi pada tiap mata pelajaran. Selanjutnya, kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan untuk menentukan Kompetensi Dasar pada pengembangan kurikulum tingkat satuan dan jenjang pendidikan.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 37 Tahun 2018 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, dinyatakan bahwa ditetapkannya peraturan ini dengan pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan dasar peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya di era digital. Untuk mengetahui kompetensi inti dan kompetensi dasar Matematika pada Sekolah Menengah Pertama dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada lampiran.

B. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan mengenai kajian etnomatematika tentang permainan tradisional adalah sebagai berikut:

1. Pratiwi, Jhenny. W dan Pujiastuti, Heni (2020) mengkaji eksplorasi etnomatematika pada permainan tradisional kelereng. Permainan tradisional kelereng memiliki banyak manfaat dalam pembelajaran matematika atau bisa disebut pembelajaran berbasisi etnomatematika.

Unsur etnomatematika yang terdapat dalam permainan kelereng diantaranya dari kelerengnya sendiri berbentuk seperti bola sehingga dapat dijadikan untuk media pembelajaran dari materi geometri, dan tempat untuk mengumpulkan kelereng berbentuk lingkaran dan dikumpulkan membentuk segitiga sehingga dapat melatih anak untuk menggambar geometri lingkaran dan segitiga. Selain itu untuk menghitung jarak antara kelereng dengan lingkaran menggunakan

(36)

23

jengkal tangan sehingga kegiatan tersebut dapat melatih anak untuk menghitung jarak.

2. Gunawan, Ivan. F (2019) mengkaji kajian etnomatematika terhadap permainan tradisional di kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditemukan aspek-aspek kebudayaan yang terdapat pada permainan tradisional yang berkembang pada masyarakat di Pangkalpinang, mengetahui aktivitas fundamental matematis yang terdapat pada permainan tradisional masyarakat di Pangkalpinang, dan mengetahui aspek-aspek matematis yang terdapat pada permainan tradisional di Pangkalpinang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan, yaitu wawancara. Instrumen bantu dalam penelitian berupa pedoman wawancara. Data dianalisis dalam tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, pengambilan keputusan dan verifikasi hasil. Hasil dari penelitian ini antara lain pada permainan tak tek, maka aktivitas fundamental matematisnya, yaitu explaining, playing, serta counting.

Aspek matematis yang terkandung pada permainan tak tek, yaitu topik kelipatan yang digunakan untuk menghitung poin dalam menentukan pemenang dari pertandingan, selain itu ada kaitannya dengan topik sudut ketika mencungkil kayu anak dengan kayu induk. Pada permainan antu bekitok maka aktivitas fundamental matematisnya, yaitu explaining, playing, designing, dan counting. Aspek matematisnya, yaitu terkait dengan bentuk permainannya yang berupa konsep lingkaran, serta konsep penjumlahan untuk menentukan poin.

Pada permainan lubang batok, maka terdapat aktivitas explaining, playing, serta counting. Aspek matematisnya, yaitu area permainannya yang berbentuk persegi panjang, serta konsep kesejajaran.

3. Rohmatin, Titik (2020) mengkaji kajian etnomatematika permainan tradisional congklak penelitian ini memaparkan unsur etnomatematika permainan tradisional congklak yang kemudian menerapkannya sebagai teknik belajar matematika. congklak merupakan permainan

(37)

tradisional yang telah tersebar di masyarakat, yang memiliki banyak manfaat dalam matematika. penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi, dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan dan wawancara serta studi literatur yang berkaitan dengan permainan congklak. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan mendeskripsikan bagaimana proses permainan dan manfaat dalam permainan congklak serta unsur etnomatematika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etnomatematika dalam permainan congklak dapat melatih kemampuan berpikir (kognitif), kemampuan berhitung, mengasah keterampilan sosial, dan dapat melatih anak dalam bersikap jujur dan sportif.

C. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang dianggap abstrak dan sulit oleh sebagian siswa. Matematika sering dianggap hanya terdapat pada ilmu pengetahuan saja, padahal matematika juga terdapat pada kehidupan sehari-hari. Penerapan matematika sangat dekat dengan lingkungan sekitar khususnya terdapat pada budaya. Matematika memiliki banyak manfaat pada kehidupan sehari-hari.

Budaya sekitar yang terdapat pada suatu daerah memiliki nilai-nilai filosofis dan karakter yang dijunjung tinggi oleh daerah tersebut. Budaya merupakan suatu tindakan yang menjadi kebiasaan dan terdapat di lingkungan sekitar, oleh karena itu budaya adalah suatu hal yang cukup dekat dengan siswa.

Salah satu kebudayaan yang terdapat dilingkungan sekitar adalah permainan tradisional. Permainan tradisional merupakan kebudayaan yang terdapat pada setiap daerah di Iindonesia. Permainan tradisional di setiap daerah memiliki kesamaan hanya saja pada setiap daerah memiliki nama yang berbeda-beda. Permaian tradisional cukup asyik dimainkan, karena dalam proses bermain setiap pemain dapat berinteraksi dengan para

(38)

25

pemain, selain itu para pemain juga dapat menentukan strategi yang dapat digunakan dalam permainan supaya dapat memenangkan permainan.

Permainan tradisional gobak sodor merupakan salah satu permainan tradisional yang terdapat di pulau Jawa. Permainan gobak sodor dapat dimainkan diberbagai kalangan usia, namun pada umumnya yang sering memainkan adalah anak sekolah. Dalam menjalankan permainan tradisional gobak sodor ini setiap pemain harus memiliki strategi untuk dapat memenangkan permainan ini. Permainan ini juga mengandung nilai- nilai filosofis, yakni diantaranya kerja sama kelompok akan membantu mewujudkan tujuan dari kelompok tersebut.

Pada permainan tradisional gobak sodor terdapat aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan matematika. Etnomatematika merupakan salah satu kajian tentang hubungan antara matematika dan budaya. Dengan etnomatematika ini peneliti akan menemukan aktivitas fundamental matematis menurut Bishop pada permainan tradisional gobak sodor.

Selanjutnya aspek-aspek matematis pada permainan tradisional gobak sodor akan diimplementasikan dalam pembuatan soal berbasis masalah kontekstual.

(39)

Pada gambar 2.2 ini disajikan bagan kerangka berpikir dari peneliti

Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir Peneliti Matematika sering

dianggap ilmu yang abstrak dan sulit. Ilmu

matematika juga sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Analisis gerakan bermain; aturan dan strategi bermain;

dan arena bermain pada permainan tradisional gobak sodor.

Budaya, yakni permainan tradisional gobak

sodor.

Etnomatematika pada permainan tradisional gobak sodor

Nilai-nilai filosofis pada permainan tradisional gobak

sodor.

Aktivitas fundamental matematis menurut Bishop (counting, locating, measuring, designing, playing, explaining).

implementasi kajian matematika pada permainan tradisional gobak sodor terhadap pembelajaran matematika SMP

berupa soal kontekstual SMP.

(40)

27 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi, karena peneliti ingin melihat filosofi, aktivitas fundamental matematis pada permainan tradisional gobak sodor.

Selanjutnya peneliti juga ingin melihat aspek-aspek matematis yang terdapat pada permainan tradisional gobak sodor kemudian dijadikan sebagai soal matematika berbasis kontekstual pada pembelajaran matematika.

Menurut Mc. Millan dan Schumacher (1997) dalam buku Dasar Metode Penelitian (2015), mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Sedangkan metode etnografi adalah model penelitian kualitatif yang memiliki tujuan mendeskripsikan karakteristik kultural yang terdapat dalam diri individu atau sekelompok orang yang menjadi anggota sebuah kelompok masyarakat kultural (Hanurawan, 2016:88; Johnson & Christensen, 2004). Awah (2014: 2) mengungkapkan bahwa etnografi mencakup studi intensif tentang orang-orang dalam konteks budaya mereka; ini bertujuan untuk membangun laporan deskriptif rinci tentang kehidupan sosial dan budaya yang mengintegrasikan beberapa metode kualitatif. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan etnografis untuk melihat makna dari nilai-nilai yang terkandung pada permainan tradisional gobak sodor.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pendiri kampung dolanan nusantara dan salah satu warga yang pernah bermain permainan tradisional gobak sodor di desa sodongan, Borobudur.

(41)

C. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah nilai-nilai filosofis, aktivitas fundamental matematis, unsur-unsur matematika yang terdapat didalam permainan tradisional gobak sodor, dan pembuatan soal matematika berbasis masalah kontekstual pada pembelajaran matematika.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Dolanan Nusantara dusun Sodongan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

2. Waktu penelitian

No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1. Pembuatan Proposal Oktober – Desember 2020 2. Pengambilan Data April – Mei 2021

3. Analisis Data Mei 2021

4. Penarikam Kesimpulan Juni 2021

E. Bentuk Data

Berikut adalah data yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Data hasil wawancara dengan pendiri kampung Dolanan Nusantara dan salah satu warga kampung dolanan yang pernah bermain permainan tradisional gobak sodor.

Data yang diperoleh dari wawancara dengan pendiri kampung Dolanan Nusantara berupa informasi tentang nilai-nilai filosofi dan aktivitas fundamental matematis pada permainan tradisional gobak sodor. Data yang diperoleh dari wawancara dengan salah satu warga kampung dolanan berupa aktivitas fundamental matematis pada permainan tradisional gobak sodor. Aspek filosofi permainan tradisional gobak sodor dilihat dari cara bermain, aturan dan strategi bermain, dan arena bermain.

(42)

29

2. Data hasil observasi permainan tradisional gobak sodor

Data hasil observasi berisi tentang informasi kaitan antara permainan tradisional gobak sodor dengan aktivitas-aktivitas fundamental matematis menurut Bishop.

3. Data hasil dokumentasi

Data dokumentasi berupa foto/gambar dari arena dan kegiatan permainan tradisional gobak sodor.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara menurut Kartono (1986:171) adalah “suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik”. Menurut Dexter (Lincoln dan Guba, 1985:268) wawancara adalah “percakapan yang bertujuan mendapatkan informasi tentang perorangan, kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi, kepedulian, dapat mengalami dunia pikiran dan perasaan responden”. Maksud mengadakan wawancara, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985:266) yaitu antara lain: Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Subjek yang diwawancara adalah subyek yang mengetahui tentang masalah yang diteliti. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi secara mendalam. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber berdasarkan pedoman wawancara, akan tetapi dalam melaksanakan wawancara terdapat pertanyaan tambahan supaya memperoleh informasi secara mendalam.

(43)

2. Observasi

Observasi merupakan perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu (Emzir, 2010: 37). Metode observasi digunakan untuk memperoleh data tentang arena permainan babulanan, cara bermain, dan aktivitas bermain pada permainan tradisional gobak sodor. Selanjutnya peneliti dapat menemukan aktivitas fundamental matematis yang terdapat pada permainan tradisional gobak sodor.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2015: 329) dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dalam penelitian ini dokumentasi berupa foto atau gambar dari arena dan kegiatan permainan tradisional gobak sodor.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah pedoman wawancara dan pedoman studi pustaka.

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi kisi-kisi dan daftar-daftar pertanyaan yang akan digunakan untuk menggali informasi tentang filosofis dan aktivitas fundamental matematis pada permainan tradisional gobak sodor (lampiran 3.1 halaman 126 dan lampiran 3.2 halaman 128).

Peneliti akan melakukan wawancara pada pendiri kampung dolanan nusantara dan salah satu warga di kampung dolanan nusantara. Daftar pertanyaan berkaitan untuk menggali aspek filosofi dan aktivitas fundamental matematis pada permainan tradisional.

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi berisi tentang daftar-daftar pernyataan digunakan untuk menggali aktivitas fundamental matematis yang terdapat pada permainan tradisional gobak sodor (lampiran 3.3

(44)

31

halaman 134). Terdapat sejumlah pernyataan yang digunakan untuk menggali aktivitas fundamental matematis terhadap permainan tradisional gobak sodor.

H. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dianalisis menggunakan model Glaser dan Strauss. Menurut Moleong (2008) yaitu meliputi reduksi data, kategorisasi, sintesisasi, dan menyusun hipotesis (kesimpulan).

1. Reduksi Data

Menurut Riyanto dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (2020: 165) menyatakan bahwa reduksi data artinya data harus dirampingkan, dipilih mana yang penting, disederhanakan, dan diabstraksikan. Pada proses reduksi data ini, peneliti memilih data-data yang relevan dengan topik permasalahan dalam penelitian ini. Peneliti akan melakukan transkrip data dalam wawancara dan observasi, sehingga peneliti lebih mudah dalam merangkum dan mengelompokkan data berdasarkan jenisnya.

Data akan dikelompokkan dan diberi kode berdasarkan aktivitas fundamental matematis yang ada pada permainan tradisional gobak sodor. Pada hasil wawancara, aktivitas counting akan diberi kode C (tabel 4.3), aktivitas designing akan diberi kode D (tabel 4.4), aktivitas measuring akan diberi kode M (tabel 4.5), aktivitas locating akan diberi kode L (tabel 4.6), aktivitas playing akan diberi kode P (tabel 4.7), aktivitas explaining akan diberi kode E (tabel 4.8). Data-data yang berkaitan dengan aktivitas fundamental matematis akan dikelompokkan berdasarkan gerakan diberi kode a, aturan dan strategi bermain diberi kode b, dan arena bermain diberi kode c. Pada hasil observasi (lampiran 3.1 halaman 141) data gerakan akan diberikan kode OG, data aturan dan strategi bermain diberi kode OA, dan data arena bermain diberi kode OB.

(45)

Peneliti akan membuat topik-topik berdasarkan data yang diperoleh pada tahap ini. Topik-topik tersebut akan diberi kode T.

(nomor urut). Misalnya, T1 berarti topik pertama dan seterusnya.

2. Kategorisasi

Pada tahap ini peneliti akan memilih topik-topik yang memiliki kesamaan dengan topik lain. Selanjutnya peneliti akan membuat kategori-kategori berdasarkan topik-topik yang telah ditemukan.

Penemuan kategori berdasarkan topik-topik yang telah ditemukan.

Penemuan kategori berdasarkan macam-macam kegiatan yang sesuai dengan aktivitas fundamental matematis menurut Bishop. Misalnya pada topik T1, T2, T5 merupakan suatu aktivitas counting, karena terdapat kegiatan menghitung.

3. Sintesisasi

Berdasarkan hasil kategorisasi data kemudian disintesisasi dengan mencari kaitan antar kategori setiap data yang diperoleh dengan aspek- aspek matematis.

4. Menyusun Hipotesis

Menyusun hipotesis dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan dari rumusan masalah. Dalam menyusun hipotesis peneliti melihat hasil analisis data yang telah dilakukan pembahasan. Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat aktivitas fundamental matematis, setelah mengetahui aktivitas fundamental matematis peneliti dapat membuat soal kontekstual.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan dari penelitian ini melalui proses berikut ini:

1. Persiapan Penelitian

Pada tahap awal, peneliti mempersiapkan hal yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Membuat proposal penelitian.

b. Menentukan narasumber dengan penelitian yang relevan.

(46)

33

c. Menentukan lokasi penelitian yaitu di kampung dolanan nusantara dusun sodongan.

d. Mengurus perizinan penelitian yang ditujukkan kepada kampung dolanan nusantara dusun sodongan.

e. Membuat pedoman dan instrumen wawancara yang berisi tentang aspek filosofis dan aspek fundamental matematis.

f. Membuat pedoman dan instrumen observasi yang berisi tentang aspek filosofis dan aspek fundamental matematis.

g. Validasi pedoman dan instrumen wawancara supaya dapat menggali informasi yang relevan dan mendalam.

h. Mempersiapkan perlengkapan untuk mengambil data seperti alat tulis dan handphone.

2. Pengambilan Data Penelitian

Tahap pengambilan data dilakukan melalui proses wawancara, dokumentasi, dan observasi tentang nilai-nilai filosofis dan aktivitas fundamental matematis pada permainan tradisional gobak sodor.

3. Analisis Data

Terdapat tiga tahap analisis data dalam penelitian ini, yaitu reduksi data, penyajian data, dan pnarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil- hasil data yang diperoleh dari proses wawancara, dokumentasi, dan observasi akan di cek kembali supaya data yang diperoleh sudah valid.

Apabila dirasa data yang diperoleh masih kurang valid, peneliti dapat melakukan penelitian kembali dengan cara melakukan wawancara yang lebih mendalam dengan narasumber. Setelah memperoleh data yang cukup peneliti menyajikan informasi-informasi mengenai aspek filosofi, aspek aktivitas fundamental matematis, dan unsur-unsur matematis pada permainan tradisional gobak sodor, serta melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

4. Pembuatan Laporan

(47)

Hasil yang diperoleh dari proses wawancara, dokumentasi, dan observasi dituangkan dalam bentuk laporan. Pembahasan tentang filososfi, aktivitas fundamental matematis, dan unsur-unsur matematis pada permainan tradisional gobak sodor juga ditulis dalam bentuk laporan.

Gambar

Gambar 2. 1 Arena Permainan Tradisional Gobak Sodor  Sumber:
Ilustrasi gambar arena permainan gobak sodor dibuat untuk  jumlah pemain berjumlah 10 orang dengan dibagi menjadi dua tim,  yakni  tim  penjaga  beranggotakan  5  orang  dan  tim  pemain  beranggotakan 5 orang
Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir Peneliti Matematika sering
Tabel 4. 2 Wawancara aspek filosofi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Arief Setiadi, (2011) Perbandingan Pengaruh Permainan Tradisional Gobak Sodor dan Bentengan Terhadap Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Siswa Putra Anggota

1) Produk model permainan gobak sodor dengan bola sudah dapat dipraktikkan kepada subjek uji coba. Hal itu berdasarkan hasil analisis data dan evaluasi ahli penjas, ahli

Penelitian ini mendeskripsikan tentang pembelajaran sastra dengan model permainan gobak sodor dalam menanamkan nilai pendidikan karakter yang terfokus pada (1)

Dari hasil wawancara yang dilakukan (7/4/2018) guru mata pelajaran Penjasorkes menjelaskan bahwa selain unsur kesehatan jasmani dalam permainan tradisional gobak sodor, banyak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui Penerapan Metode Permainan Gobak Sodor Dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik Siswa Kelas III SDN Punten 1 Batu (2)

Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, hal ini di pengaruhi oleh permainan tradisional gobak sodor yang digunakan dalam pembelajaran kerjasama anak.Permainan

Penerapan permainan teka-teki gobak sodor untuk meningkatkan kerjasama pada siswa disiklus II mencapai nilai rata-rata 92,8 masuk pada kreteria Berkembang

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka model pengembangan per- mainan tradisional gobak sodor bola ini telah memenuhi kriteria sangat baik, sehingga dari uji coba