OPTIMASI METODE EKSTRAKSI DAN STRIPPING DALAM ANALISIS ISOTOP ZIRKONIUM SEBAGAI
MONITOR BURN UP
Yanlinastuti1, Boybul2,Iis Haryati3, S.Fatimah4, Aslina Br. Ginting5
PTBBN-BATAN, Tangerang Selatan, Indonesia, ellyhasta@yahoo.com
ABSTRAK
OPTIMASI METODE EKSTRAKSI DAN STRIPPING DALAM ANALISIS ISOTOP ZIRKONIUM SEBAGAI MONITOR BURN UP. Telah diperoleh optimasi parameter proses ekstraksi dan stripping untuk pemisahan unsur Zr standar maupun Zr dalam bahan bakar UZr pra iradiasi. Tujuan penelitian adalah untuk mempersiapkan metode pemisahan Zr yang terdapat dalam bahan bakar pra maupun pasca iradiasi. Hal ini diperlukan karena Zr merupakan salah satu monitor burn-up untuk isotop yang mempunyai umur paruh pendek. Pemisahan Zr dilakukan dengan metode ekstraksi yang dilanjutkan dengan proses stripping. Hasil pemisahan Zr dengan ekstrasi diperoleh unsur Zr berada dalam fasa organik. Zr dalam fasa organik tersebut di stripping dengan H2SO4. Proses ekstraksi dilakukan pada berbagai kondisi diantaranya adalah variasi waktu, variasi keasaman HNO3, variasi pengesktrak dengan TBP (Tri Butyl Phosphate) dalam pengencer kerosen, sedangkan stripping dilakukan pada variasi waktu dan keasaman H2SO4. Larutan hasil ekstraksi dan stripping kemudian dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis menggunakan pengompleks arsenazo III, sehingga diperoleh kandungan Zr. Hasil ekstraksi dan stripping, diperoleh kondisi ekstraksi yang optimum dengan waktu ekstraksi 40-50 menit diperoleh koefisien distribusi 0,85 dan efisiensi 45% pada keasaman HNO3 5M dan perbandingan pengekstrak TBP/kerosen 50:50 %, sedangkan kondisi optimal proses stripping diperoleh pada keasaman H2SO4 2M dengan waktu 40 menit. Optimasi parameter proses ekstraksi dan stripping digunakan untuk analisis unsur Zr di dalam paduan UZr 6% dan diperoleh rekoveri pemisahan unsur Zr sebesar 91,840%. Parameter optimal metode ekstraksi dan stripping untuk pemisahan unsur Zr dalam bahan bakar UZr selanjutnya dapat digunakan untuk pemisahan Zr dari hasil fisi lainnya dalam bahan bakar pasca iradiasi.
Kata kunci : burn up, zirkonium, ekstraksi, stripping, parameter, spektrofotometer UV-Vis
ABSTRACT
OPTIMIZATION OF EXTRACTION AND STRIPPING METHODS IN ANALYSIS OF ZIRCONIUM ISOTOPE AS BURN-UP MONITORING. Optimized extraction and stripping process parameters have been obtained both for standard Zr separation and Zr analysis in fresh fuel.
The research aims to prepare separation method of Zr in both fresh and irradiated fuel. It is necessary since Zr is one of isotope for burn-up monitoring which has short half life. Separation of Zr was carried out by extraction method followed by stripping. The result of Zr separation by extraction process, Zr in the organic phase was stripped using H2SO4. The extraction process was carried out in various condition, i.e. time, acidity (HNO3), and TBP (Tri Butyl Phosphate)/kerosene ratio variation, while the stripping process was carried out with time and acidity (H2SO4) variation. The extraction and stripping results were analyzed by UV-Vis spectrometry using arsenazo III complexing agent to obtain Zr content. The optimum extraction condition was found to be at extraction time of 40- 50 minutes (distribution coefficient of 0.85 and efficiency of 45%) in HNO3 5M and TBP/kerosene ratio of 50:50 % volume, while the optimum condition for stripping process was at H2SO4 2M acidity for 40 minutes. These optimized parameters in the extraction and stripping process were used as analysis of Zr in UZr 6% alloy, where was obtained separation recovery of Zr was 91,840%. The optimum parameters of extraction and stripping method for separation of Zr in UZr fuel was used in the separation of Zr from other fission products in irradiated fuel.
Keyword: burn-up, zirconium, extraction, stripping, UV-Vis spectrofotometry
PENDAHULUAN
Pengujian Post Irradiation Examination (PIE) yang terkait dengan kegiatan uji fisikokimia adalah penentuan burn up (derajat bakar). Burn up bahan bakar ditentukan dari besarnya isotop 235U yang telah mengalami reaksi fisi dengan neutron. Besar burn up bahan bakar yang dizinkan untuk pengoperasian reaktor RSG- GAS di Serpong adalah sebesar 56 % pada daya maksimal 30 MW. Bahan bakar yang telah diiradiasi dengan burn up 56 %, selanjutnya dikirim ke Instalasi Radiometalurgi (IRM) untuk dilakukan pengujian PIE, diantaranya adalah penentuan burn up secara merusak dengan analisis fisikokimia. Analisis uji fiskokimia bertujuan untuk mengetahui kandungan hasil fisi maupun heavy element (unsur bermassa berat) dalam bahan bakar untuk selanjutnya digunakan dalam perhitungan burn up. Besar burn up digunakan untuk membuktikan kesesuian besar burn up yang diperoleh dengan menggunakan software Origen[1] .
Isotop yang dapat digunakan sebagai monitor burn up adalah isotop yang mempunyai waktu paroh panjang maupun
dengan waktu paruh pendek. Ada beberapa isotop dengan waktu paruh panjang antara lain adalah 235U, 239Pu, 148Nd, 137Cs, 152Eu,
90Sr,143Ce, sedangkan isotop yang mempunyai waktu paruh pendek adalah
103Ru, 95Zr dan 95Nb (waktu paruh isotop
103Ru = 371,5 hari, 95Zr= 65 hari dan isotop 95Nb= 35 hari[2,3].
Berdasarkan penelitian[2]dari Chile melakukan perhitungan burn up menggunakan isotop 95Zr dengan waktu pendinginan 30 hari. Pemilihan isotop ini bertujuan untuk mengetahui kandungan hasil fisi dengan waktu paroh pendek yang terdapat di dalam suatu bahan bakar pasca iradiasi dan selalu dibandingkan dengan kandungan isotop 137Cs. Perbandingan kandungan isotop 95Zr dengan 137Cs dalam perhitungan burn up didasarkan kepada besar fission yield antara 95Zr dengan 137Cs hampir sama yaitu masing masing 6,49 % untuk 95Zr dan 6,02 % untuk 137Cs. Hal ini penting dilakukan sebagai faktor koreksi terhadap kandungan isotop 95Zr. Beberapa isotop hasil fisi yang dihasilkan setelah mengalami proses pendinginan selama 30 hari dianalisis menggunakan spektrometer gamma seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Spektrum isotop hasil fisi dengan 103Ru, 95Zr, 95Nb dan 140La[3]
Gambar 1 menunjukkan dengan waktu pendinginan yang cukup singkat diperoleh beberapa isotop hasil fisi yang mempunyai waktu paroh pendek seperti
103Ru, 95Zr, 95Nb dan 140La.
Di beberapa negara perhitungan burn up secara radiokimia dilakukan menggunakan beberapa isotop hasil fisi sebagai monitor burn up. Di Korea
menggunakan isotop Nd, U dan Pu, di Chile menggunakan isotop 95Zr dan di India maupun Amerika menggunakan isotop Cs, U dan Pu sebagai monitor burn up.
Dilaboratorium IRM telah dilakukan perhitungan burn up bahan bakar PEB U3Si2-Al pasca iradiasi dengan menggunakan isotop Cs, U dan Pu (waktu paruh isotop 137Cs = 30,17 tahun dan isotop
U, (234U = 2,45. 105 tahun, 235U = 7,04. 108
dan238U = 4,48. 109 tahun, dan isotop 239Pu
= 2,41x104 tahun)[4,5,6].
Upaya untuk mendukung penentuan burn up melalui perhitungan kandungan hasil fisi dengan waktu paruh pendek, maka pada penelitian ini dipersiapkan metode pemisahan unsur Zr menggunakan larutan standar Zr. Pemisahan Zr dilakukan dengan cara ekstraksi dan stripping dan dianalisis menggunakan spektofotometer UV-Vis seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Spektrofotometer UV-Vis Perkin Elmer Lamda 15
Proses ekstraksi merupakan suatu komponen campuran homogen menggunakan pelarut cair berdasarkan prinsip perbedaan kelarutan[7,8]. Proses ekstraksi dapat memisahkan unsur Zr dari kadar rendah sampai dengan kadar tinggi. Pemisahan U dengan Zr pada proses ekstraksi dapat mengubah logam Zr menjadi senyawa kompleks Zr-arsenazo yang dapat larut dalam fase organik. Fase organik mempunyai gugus ligan yang dapat bereaksi selektif terhadap salah satu atau beberapa unsur logam yang ada dalam fase air. Pada proses ekstraksi cair-cair pemilihan solven sangat penting, karena solven berperan dalam kecepatan pemisahan, peningkatan efisiensi, dan faktor pemisahan[8]. Salah satu jenis solven yang umum digunakan pada proses ekstraksi adalah TBP(Tri Butyl Phosphate). Pada banyak proses ekstraksi, ekstraktan dilarutkan dengan suatu pengencer yang tidak saling bereaksi yang disebut diluen. Pemakain diluen terutama untuk memperbaiki sifat fisika dari fasa organik mempunyai berat jenis dan kekentalan yang tinggi, sehingga menyebabkan sukarnya proses pemindahan solut dari fasa air ke fasa organik. Upaya
untuk mempermudah proses ekstraksi tersebut kekentalan fasa organik harus diturunkan dengan cara penambahan organik. Salah satu pengencer organik yang sering digunakan adalah kerosen[9,10].
Penelitian bertujuan untuk mengetahui parameter yang berpengaruh terhadap hasil pemisahan Zr dengan cara ekstraksi dan stripping menggunakan bahan standar. Parameter tersebut antara lain keasaman larutan umpan, larutan pengekstrak dan waktu ekstraksi, sedangkan parameter proses stripping yang dilakukan adalah waktu stripping dan keasaman umpan. Indikator keberhasilan proses pemisahan Zr ditunjukkan dengan perubahan besaran efisiensi dan koefisien distribusi (Kd). Menurut hukum distribusi Nerst[9] bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimaksudkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah.
Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi.
Koefisien distribusi dinyatakan dengan persamaan[11]
(1) dengan :
Kd : koefisien distribusi dan Co dan Ca, masing-masing adalah konsentrasi solut pada pelarut organik dan air. Bila harga Kd besar, solut secara kuantitatif akan cendrung terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organik, sedangkan sebagai indikator keberhasilan suatu ektraksi digunakan besaran berupa efektifitas yang dinyatakan dengan persen solut terekstrak dalam fasa organik dan dapat diperoleh dengan persamaan (2).[12]
(2) dengan :
E : efisiensi ektraksi (%), C2 : konsentrasi solut dalam fasa organik dan F: konsetransi umpan untuk ektraksi.
Sementara itu, untuk mengetahui
keberhasilan suatu proses stripping dapat dilakukan dengan menghitung besar efisiensi dengan menggunakan persamaan (3)(13,14].
(3) Parameter optimal dari metode ekstraksi dan
stripping standar Zr digunakan untuk pemisahan unsur Zr dalam bahan bakar UZr dan selanjutnya pada penelitian mendatang dapat digunakan untuk pemisahan Zr dari hasil fisi lainnya.
METODOLOGI
A. Optimasi parameter ekstraksi Larutan standar Zr sebanyak 10 mL dengan konsentrasi 100 ppm diekstraksi dengan TBP/kerosen yaitu pada perbandingan 10:90; 20:80; 30:70; 40:60;
50:50 dan 60:40 % volume dan variasi waktu ekstraksi 10; 20; 30; 40 dan 50 menit.
Hasil ekstraksi Zr kemudian diukur
menggunakan UV-Vis dan diperoleh perbandingan TBP/kerosin optimal pada 50:50 dengan waktu 40-50 menit. Kondisi optimal tersebut selanjutnya digunakan untuk mengekstrasi standar Zr pada variasi keasaman HNO3 dengan konsentrasi 1 ;2; 3;
4; 5; 6 dan 7 M sehingga diperoleh parameter keasaman HNO3 pada 5M.
Parameter optimal untuk ekstraksi Zr dengan konsentrasi umpan 100 ppm yang diperoleh yaitu pada waktu 40-50 menit, perbandingan TBP/kerosin 50:50 dan keasaman HNO3 pada 5 M kemudian digunakan untuk mengektraksi larutan Zr.
B. Optimasi parameter stripping Hasil ekstrasi diperoleh unsur Zr berada dalam fasa organik dan unsur lainnya berada dalam fasa cair. Upaya mengetahui kandungan Zr dalam fasa organik dilakukan proses stripping menggunakan H2SO4
dengan variasi keasaman 0,5; 1; 2; 3 dan 4 M dan variasi waktu 10; 20; 30; 40 dan 50 menit sehingga terpisah fasa cair dan fasa organik. Kandungan Zr dalam
fasa cair dari proses stripping diukur dengan UV-VIS menggunakan pengomplek Arzenazo III 0,1%. Hasil pengukuran diperoleh hubungan absorbansi dengan konsentrasi Zr di dalam larutan sampel.
Parameter optimal dengan indikator
keberhasilan mengacu kepada besaran efisiensi ekstraksi, efisiensi stripping dan koefisien distribusi (Kd) sampel standar Zr selanjutnya digunakan untuk pemisahan Zr dalam paduan (ingot) UZr 6% yang telah dilarutkan menggunakan HNO3 dan HF
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Optimasi parameter proses ekstraksi dan stippping
Hasil pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis senyawa komplek Zr-arsenazo III terlihat absorbansi pada panjang gelombang 666,3 nm, seperti terlihat pada Gambar 2[4].
Gambar 2. Spektrum serapan pengomplek zirkonium dengan arsenazo III
Hasil ekstraksi unsur Zr dengan variasi waktu 10;20; 30; 40 dan 50 menit dan perbandingan volume TBP/kerosen 50:50
diperoleh koefisien distribusi antara 0,113 hingga 0,905 dan efisiensi ektraksi sebesar
10,17 hingga 47,50 % seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4.
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000
0 10 20 30 40 50 60
Koefisien Distribusi
Waktu Ekstraksi (menit)
Gambar 3. Pengaruh waktu ekstraksi terhadap koefisien distribusi
0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000
0 20 40 60
Ef isi en si E ks trak si (%)
Waktu Ekstraksi (menit
Gambar 4. Pengaruh waktu ekstraksi terhadap efisiensi ekstraksi Dari Gambar 3 dan 4 diketahui
bahwa waktu proses ekstraksi terjadi pada waktu 30 menit dengan koefisien distribusi 0,813 dan efisiensi ektraksi sebesar 44,83 %.
Meningkatnya waktu ekstraksi Zr hingga 30 menit, unsur Zr yang terekstraksi ke dalam fasa organik semakin besar. Untuk waktu ekstraksi 40 hingga 50 menit diketahui bahwa waktu kesetimbangan proses ekstraksi sudah tercapai. Hal ini terlihat dengan kandungan unsur Zr yang berada
dalam fasa organik relatif sama dan konstan. Fenomena ini menunjukkan pada waktu ekstraksi 10 hingga 30 menit, TBP mudah mengekstrak Zr dan pemilihan kerosen sebagai pengencer dalam TBP dapat meningkatkan efisiensi pemisahan Zr dan memperbesar kemampuan ekstraktan dalam membentuk komplek dengan Zr. Reaksi kimia yang terjadi pada proses ekstraksi pemisahan Zr terjadi seperti berikut[10,11]:
ZrO2+ + 4NO3 + 2 H+ + 2TBP ↔ Zr(NO3)4 2TBP + H2O Senyawa kompleks Zr(NO3)4 2TBP
kemudian di stripping menggunakan H2SO4
sehingga terpisah Zr berada dalam fasa cair
dan TBP berada dalam fasa organik seperti rekasi berikut:
Zr(NO3)4 2TBP + 2H2SO4 Zr(SO4)2 + 4 HNO3 + 2TBP Selain pengaruh waktu, parameter lain yang
diamati dalam proses ekstraksi ini adalah
pengaruh keasaman HNO3 dan perbandingan ekstraktan TBP/kerosen.
Pengaruh keasaman HNO3 terhadap
koefisien distribusi dan koefisien ekstraksi dengan variasi keasaman HNO3 dari 1
sampai dengan 7 N ditunjukkan pada Gambar 5 dan 6.
Gambar 5. Pengaruh keasaman HNO3 terhadap koefisien distribusi
0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000
0 2 4 6 8
Efisiensi Ekstraksi (%)
Keasaman HNO3(N)
Gambar 6. Pengaruh keasaman HNO3 terhadap efisiensi Gambar 5 dan 6 menunjukkan
bahwa konsentrasi keasaman cukup berpengaruh terhadap koefisien distribusi dan efisiensi ekstraksi zirkonium. Semakin tinggi konsentrasi keasaman HNO3 hingga 5N semakin besar koefisien distribusi dan efisiensi ektraksi. Koefisien distribusi dan efisiensi ekstraksi diperoleh pada keasaman HNO3 5N masing-masing sebesar 2,560 dan 71,91%. Keasaman umpan berfungsi sebagai salting out agent yang turut mendorong impuritas keluar dari fasa organik. Apabila keasaman umpan ditingkatkan lebih dari 5N menyebabkan koefisien distribusi dan efisiensi ekstraksi justru semakin menurun. Hal ini disebabkan
solvent TBP/kerosen yang semestinya berfungsi sebagai pengikat lebih dahulu terdekomposisi menjadi mono buthyl phosphate (MBP) dan Dibuthyl phosphate (DBP) akibatnya konsentrasi asam tinggi dan koefisien distribusi serta efisiensi ekstraksi semakin menurun[18].
Parameter lain yang berpengaruh pada proses ekstraksi adalah konsentrasi ekstraktan TBP% dalam pengencer kerosen.
Besarnya konsentrasi ekstraktan yang optimal terhadap koefisien distribusi dan efisiensi ekstraksi ditunujukkan pada Gambar 7 dan 8.
Gambar 7. Pengaruh konsentrasi TBP/kerosen terhadap koefisien distribusi
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0
0 1 2 3 4 5 6 7
Efisiensi Ektraktan (%)
Perbandingan Ektraktan (%) 10:90
20:80
50:50 40:60
30:70
60:40
Gambar 8. Pengaruh volume TBP/kerosen terhadap efisiensi Gambar 7 dan 8 diketahui bahwa
koefisien distribusi dan efisiensi ektraksi diperoleh paling besar menggunakan TBP/kerosen pada perbandingan volume 50:50. Semakin tinggi volume ekstraktan TBP/kerosen semakin besar koefisien distribusi dan efisiensi ekstraksi yang diperoleh hingga perbandingan 50:50. Hal ini menunjukkan perbandingan volume TBP/kerosen dari 10:90; 20:80; 30:70; 40:60 hingga 50:50 ekstraktan semakin kuat mengikat zirkonium, namun pada saat volume ektraktan dinaikkan menjadi 60:40, koefisien distribusi dan efisiensi zirkonium menurun. Hal ini disebabkan karena ektraktan sudah mulai mengalami kejenuhan
sehingga tidak dapat mengikat Zr dengan baik sehingga tidak berpengaruh terhadap besar koefisien ditribusi maupun efisiensi ektraksi.
Dalam proses ekstraksi, unsur Zr berada dalam fasa organik, untuk mendapatkan Zr dalam fasa cair maka perlu dilakukan proses stripping sehingga diperoleh larutan Zr yang dapat diukur dengan spektrofotometer UV-Vis menggunakan pengompleks Arsenazo III.
Hasil proses stripping dengan variasi keasamaan H2SO4 dari 0,5; 1; 2; 3 dan 4 M dan variasi waktu 10; 20; 30; 40 dan 50 menit ditunjukkan pada Gambar 9 dan 10.
Gambar 9. Pengaruh keasaman stripping terhadap efisiensi
Gambar 10. Pengaruh waktu stripping terhadap efisiensi Gambar 9 dan 10 menunjukkan bahwa
konsentrasi H2SO4 yang optimal diperoleh pada 2M dengan waktu 40 menit. Efisiensi stripping meningkat dari keasamaan 0,5; 1;
hingga 2M, namun keasaman melebihi 2M terlihat efisiensi Zr menurun. Hal ini disebabkan karena zirkonium dalam keasaman melebihi 2 M mengalami kejenuhan.
b. Analisis unsur Zr dalam bahan bakar UZr Hasil pemisahan unsur Zr dengan metode ekstraksi dan stripping
menggunakan parameter optimal digunakan untuk pemisahan Zr dari U dalam larutan sampel UZr (6%), yang dibuat menjadi konsentrasi 0,474 ppm secara triplo. Hasil pengukuran absorbansi Zr ditunjukkan pada Gambar 11. Gambar 11 menunjukkan bahwa metode ekstraksi dan stripping dapat memisahkan unsur Zr dari uranium dengan rekoveri sebesar 91,840% . Hasil pengukuran Zr menggunakan UV-Vis ditunjukkan pada Tabel 1.
Gambar 11. Spektrum absorbansi Zr dengan adanya uranium
Tabel 1. Data hasil pengukuran dan perhitungan larutan Zr dalam fasa air.
Konsentrasi Zr teoritis (ppm)
Absorbansi Konsentrasi Zr terukur, (ppm)
0,474 0,717 0,4353
0,474 0,717 0,4353
0,474 0,718 0,4359
Rerata 0,4355
RSD (%) 0,080
CV Horwitz (%) 2,260
Rekoveri (%) 91,840
Tabel 1 menunjukkan bahwa analisis Zr dalam UZr 6% menggunakan metode spektrofotometri dengan pengomplek arsenazo III cukup presisi. Hal ini ditunjukkan dari nilai RSD lebih kecil dari nilai CV Horwitz, rekoveri metode diperoleh 91,840 %, berada dalam tingkat kepercayaan 2σ dan 3σ (≤10%)[4].
KESIMPULAN
Telah diperoleh parameter optimal proses ekstraksi dan stripping untuk pemisahan dan analisis unsur Zr. Parameter optimum untuk ekstraksi terjadi pada keasaman HNO3 5M, perbandingan ekstraktan TBP/kerosen pada 50:50%
dengan waktu pemisahan sebesar 40-50 menit. Sementara itu, kondisi optimum proses stripping diperoleh pada konsentrasi H2SO4 2M dengan waktu stripping dicapai pada 40 menit. Optimasi parameter proses ekstraksi dan stripping digunakan untuk analisis unsur Zr di dalam paduan UZr 6%
dan diperoleh rekoveri pemisahan unsur Zr sebesar 91,840%. Parameter optimal metode ekstraksi dan stripping untuk pemisahan unsur Zr dalam bahan bakar UZr dan selanjutnya dapat digunakan untuk pemisahan Zr dari hasil fisi lainnya dalam bahan bakar pasca iradiasi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ka. PTBBN dan Bpk Ir.Sungkono, MT sebagai kepala Bidang Uji Radiometalurgi, Ibu Ir. Dian Anggraini atas terlaksananya kegiatan penelitian DIPA tahun 2017 serta rekan kerja di IRM yang telah ikut membantu kegiatan ini hingga pembuatan makalah dapat diselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. A.B.Ginting, Boybul,
A.Nugroho,D.Anggraini,
R.Kriswarini,”Pemisahan dan Analisis 137Cs dan 235U Dalam PEB U3Si2-Al Pasca Iradiasi Untuk Penentuan Burn up” , Jurnal Teknologi Bahan Nuklir Vol. 11 No.2 Juni 2015.
2. C.Perteda, C.Henriquez, J.Merdel, J.Klein, G.Navarro, ”Zr-95 Fuel Burnup Measurements using Gamma Spectrometry
Technique”,Universidad Diego Portales, Santiago de Chile,Chile.
3. S.K.Jung, S.J.Young, D.P.Soon, K.H.Yeong, and S. Kyuseok,
“Analysis of High Burnup Pressurized Water Reactorfuel Using Uranium, Plutonium, Neodymium, Andcesium Isotope Correlations With Burnup,”Nuclear Engineering Technology, vol. 47,pp. 924-933, 2015
4. Dian A. Yanlinastuti, Noviarty, Masrukan. Analisis Zr Dalam Paduan UZr (6%) Melalui Pengukuran Senyawa Zr-Arsenazo III Menggunakan Spektrofotometri UV- Vis. Jurnal Urania Vol 18 No.2 Juni 2012. ISSN 0852-4777
5. Maman Kartaman, Junaedi, Anditania Sari, Ely Nurlaily. Pembakuan Metode Uji Metalografi PEB U- Mo/Al Pasca Iradiasi. Hasil-Hasil Penelitian EBN Tahun 2015 ISSN 0854-5561 158. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN.
Hasil-Hasil Penelitian EBN Tahun 2015 ISSN 0854-5561 168
6. Tadashi IKEHARA, Yoshihira
ANDO, and Munenari
YAMAMOTO, Fission Product Model for BWR Analysis With
Imroved Accuracy in High Burnup.
Journal of Nuclear Science and Tecnology Vol 35 No.8 p. 527-537.
August 1998
7. MV Purwani, Suyanti, Muhadi AW, Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai Asam Di-2-Etil Hexil Fosfat. Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta, 25- 26 Agustus 2008, ISSN 1978-0176.
PTAPB-BATAN
8. Noviarty, Andi Haidir, Yanlinastuti, Sutri Indaryati, Dian A, Rosika, Boybul, Pembakuan Metode Uji Fisiko Kimia Pelat Elemen Bakar U-7Mo/Al Dan U-6Zr/Al Pasca Iradiasi. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Hasil-Hasil Penelitian EBN. Tahun 2015 ISSN 0854-5561
9. Kiyoshi I noue, Kaoru Taniguchi, Thoshifumi Murata, Hidehiko Mitsui and A Kira Doi. Burnup Determination of Nuclear Fuel.
Mass Spectroscopy, Original Papers. Vol 17 No. 4. Desember 1969
10. L.A.A. Terrmoto, C.A. Zeituni,J.A.
Perrotta, J.E.R. da Silva. Gamma-ray Spectroscopy on Irradiated MTR Fuel Elements. Nuclear Instruments
& Methods In Physics Research.
A.450 (2000) Instituto de Pesquisas Energeticas e Nucleares (IPEN/CNEN-SP)
11. Dwi Biyantoro, M.V. Purwani.
Optimasi Pemisahan Zr-Hf Dengan Cara Ekstraksi Memakai Solven TOPO. J. Tek Bhn Nukl, Vol 9 No.1 Januari 2013, ISSN 1907-2635, 416/AU2/P2MI-LIPI/04/2012
12. Dwi Biyantoro, R. Subagiono, Kris Tri Basuki, Rosydin. Pemisahan U Dari Unsur-unsur Pengotor Zr dan Ru Dengan Cara Membran Emulsi Memakai D2EHPA. Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir V, ISSN 1410-1998.
P2TBDU dan P2BGN Batan Jakarta, 22 Februari 2000
13. Kris Tri Basuki, Dwi Biyantoro, Kinetika Reaksi Pemisahan Zr-Hf Pada Ekstraksi Cair-cair Dalam Media Asam Nitrat. J.Tek Bhn Nuklir Vol 7 No 1, Januari 2011 1-
73. ISSN 1907 – 2635, 261/AU1/P2MBI/05/2010
14. Yanlinastuti, Noviarty, S. Fatimah, Iis Haryati, Sutri Indaryati, Boybul, Sayydatun Nisa, Arif Nugroho.
Metode Pemisahan Unsur Uranium Dan Molibdenum Dalam PEB U7Mo-Al Pra Iradiasi Menggunakan Metode Ekstraksi.
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-PTBBN. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Hasil- Hasil Penelitian EBN. Tahun 2015 ISSN 0854-5561
15. Yanlinastuti, Dian Anggraini, S.
Fatimah, Yusuf Nampira, Penentuan Kadar Zirkonium Dalam Paduan U- Zr Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis Dengan Pengompleks Arsenazo III. Seminar Nasional Sdm Teknologi Nuklir VII.
Yogyakarta, 16 November 2011 ISSN 1978-0176
16. R. Didiek Herhady, Busron Masduki, Sigit. Pemisahan Uranium Dari Hasil Belah Zr Dan Ru Dengan Menggunakan TBP 30% Dodekan Dalam Medium Asam Nitrat Sebagai Bahan Ekstraktor. Hisalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknotogi Isotop dan Radiasi 2000.
Pusat Penelitian Nuklir Yogyakarta, Pusat Elemen Bakar Nuklir, BATAN 17. Kris Tri Basuki, Dwi Biyantoro, Kinetika Reaksi Pemisahan Zr – Hf Pada Ekstraksi Cair – Cair Dalam Media Asam Nitrat. Tek. Bhn. Nukl.
Vol. 7 No. 1 Januari 2011: 1 – 73,
ISSN 1907 – 2635,
261/AU1/P2MBI/05/2010. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir – BATAN, Yogyakarta, Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan – BATAN, Yogyakarta
18. Ghaib Widodo, Sigit, Kris Tri Basuki, Kasmudin, Antony S.
Pengaruh Keasaman Umpan, Pengadukan , Waktu, Dan Suhu Terhadap Efisiensi Proses Ekstraksi-
Stripping. Uranium-
Molibdenum/Aluminium. Urania Vol. 19 No. 3, Oktober 2013 : 119 – 174 ISSN 0852-4777. 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN. Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, 15314.
2. Pusat Teknologi Aselelator dan
Proses Bahan-BATAN, Yogyakarta