• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MURID KELAS V SDN BONTTOPAJJA KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MURID KELAS V SDN BONTTOPAJJA KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI ss

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikkan Universitas Muhammadiyah Makassar

RIZKI AMALIAH 10540 8536 13

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2017

Keguruan dan Ilmu Pendidikkan Universitas Muhammadiyah Makassar

(2)

vi

Barangsiapa bertaqwa pada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar kepadanya dan memberi rezeki dari arah yang tak disangka- sangka. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah jadikan urusanya menjadi mudah. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah akan dihapuskan dosa-dosanya dan mendapatkan pahala yang agung” (QS. Ath- Thalaq: 2,3 dan 4)

* Karya ini kupersembahkan untuk orang tuaku tercinta,sesorang yang tidak dapt hadir dihari

bahagiaku dan untuk seseorang yang mendengarkan keluh kesahku dalam

pengerjaan skripsi(popeyeq) *

(3)
(4)
(5)
(6)

viii

Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala rahmat, kasih sayang, dan taufik-Nyalah sehingga penulisan proposal ini dapat diselesaikan.

Salam dan sholawat senantiasa dikirimkan kepada nabi Muhammad saw, nabi yang telah mampu menggulingkan tirani penindasan dan menghamparkan permadani kesucian, nabi yang telah berjasa besar dalam menegakkan nilai-nilai keadilan. Serta kepada para sahabat-sahabatnya, tabi’in-tabi’in yang senantiasa konsisten menjalankan risalah tauhid.

Proposal dengan judul “Hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar Ilmu pengetahuan sosial murid kelas V SDN Bonttopajja Kecematan Barombong Kabupaten Gowa".

merupakan karya tulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyusun Skripsi pada jurusan pendidikan guru sekolah dasar fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara material maupun moril. Terutama kedua orang tua penulis yang selama ini dengan senang hati dan penuh pengorbanan telah memberikan biaya perkuliahan sejak awal sampai akhir studi.

Kepada mereka tiada kata yang patut diucapkan selain ucapan terima kasih yang tak terhingga dan do’a yang tulus dari penulis semoga semua yang

(7)

ix

penghargaan kepada Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE.,MM., rektor Universitas Muhammadiyah Makassar;.Erwin Akib, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D selaku dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar;. Sulfasyah, S.pd., M.A.,Ph.D. selaku ketua jurusan Pendidikan guru sekolah dasar fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar; dan Dra. H. Nurdin, M.Pd. dan Dra. Hj. Maryati Z, M.Si;. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berdo’a semoga Allah senantiasa mencurahkan hikmah- Nya dan pengetahuan kepada kita semua, amin.

Makassar, 02 Juni 2017

Penulis

(8)

vii

Kabupaten Gowa .skripsi, Jurusan pendidikan Guru Sekolah dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I H. Nurdin. Dan pembimbing II Maryati.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan positif, antara minat belajar dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial murid kelas V SDN Bonttopajja Kecematan Barombong Kabupaten Gowa.

Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan yang positif signifikan antara minat belajar dengan hasil belajar ata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V SDN Bonttopajja Kecematan Barombong Kabupaten Gowa.

Metode penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Analisis korelasi dala penelitian ini menggunakan analisis product momen dan pearson dengan bantuan program perhitungan statistik SPSS 20.00 for Window. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat belajar murid kelas V SDN Bonttopajja Kecematan Barombong Kabupaten Gowa berada pada kategori tinggi 52% dan hasil belajar berada pada kategori sedang 53%. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa koefisien korelasi 0,829 termasuk pada kategori korelasi sangat kuat. Dan tingkat signifikan 0,000. Pada level 0,01 2 tiled yang berarti signifikan karena nilai P lebih kecil dari 0,01 atau (0,000<0,01)

Maka hasil penelitian adalah ada hubungan positif signifikan antara minat belajar dan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas SDN Bonttopajja Kecematan Barombong Kabupaten Gowa

Kata kunci : minat belajar, hasil belajar

(9)

x

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Peneliian... 5

D. Manfaat penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis ... 7

1. Belajar ... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Ciri-Ciri belajar ... 10

c. Jenis-Jenis Belajar ... 10

d. Prinsip-Prinsip Belajar ... 15

(10)

xi

d. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ... 34

e. Syarat Minat Belajar ... 36

f. Unsur Minat Belajar... 38

3. Pengertian Hasil Belajar... 39

a. Pengertian Hasil Belajar... 39

b. Indikator Hasil Belajar ... 41

c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ... 42

d. Penilaian Hasil Belajar ... 44

4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)... 45

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Soaial (IPS) ... 45

b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 47

c. Fungsi Ilmu Pengetahuan Soaial (IPS) ... 48

d. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Soaial (IPS) ... 49

e. Hubungan Antara Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 50

B. Kerangka Pikir ... 53

C. Hipotesis Penelitian... 54

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 55

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 56

C. Desain Penelitian... 56

D. Defenisi Oprasional... 57

E. Populasi dan Sampel ... 58

F. Teknik Analisis Data... 61

G. Teknik Pengumpulan Data... 62

(11)

xii

Bonttopajja Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa ... 65 2. Analisis tentang hasil belajar kelas V SDNBonttopajja

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa ... 69 3. Korelasi hubungan minat belajar dengan hasil belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial murid kelas kelas V SDN Bonttopajja

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa ... 73 B. Pembahasan penelitian ... 76 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 79 B. Saran... 79 DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(12)

xiii

Tabel 3.2 keadaan sample ... 60

Tabel 4.1 Hasil skor tentang minat belajar... 66

Tabel 4.2 Statistik deskriptif hubungan motivasi belajar... 67

Tabel 4.3 Distribusi hubungan minat belajar ... 68

Tabel 4.4 Nilai hasil belajar ... 70

Tabel 4.5 statistik nilai hasil belajar... 71

Tabel 4.6 distribusi hasil belajar ... 72

Tabel 4.7 analisis korelasi hubungan minat belajar dengan hasil belajar Ilmu pengetahuan sosial murid kelas V SDN Bonttopajja Kecematan Barombong Kabupaten Gowa ... 73

Tabel 4.8 Hasil Analisis SPSS 22.0 for windows………. 75

Tabel 4.9 Pedoman untuk meberikan interpretasi koefisien korelasi ... 76

(13)

xiv

Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 54

Gambar 3.1 variabel penelitian ... 57

Gambar 4.1 diagram prosentase hubungan minat belajar ... 68

Gambar 4.2 diagram prosentase hasil belajar ... 72

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diterapkan dalam Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) akan menjadi arah sekaligus menjadi motivator bagi guru dan Murid untuk bekerja keras guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan diketahui bersama. Pada standar proses (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007) dinyatakan:

“Pembelajaran memperhatikan perbedaan individu peserta didik, maka RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan atau lingkungan peserta didik”.

Berdasarkan standar proses di atas maka dapat dikatakan minat belajar sangat penting dalam sebuah proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menghendaki agar guru dapat merancang dan menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan murid merasa senang dan tidak bosan terhadap materi yang diajarkan sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Atau dengan kata lain guru harus menempuh proses kreatif agar murid berminat dalam mengikuti pembelajaran atau meminati materi pelajarannya. Hal ini sangat relevan dengan prinsip pelaksanaan KTSP yaitu:

1

(15)

“Upaya memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri diutamakan agar peserta didik mampu membangun kemauan, pemahaman, dan pengetahuannya. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik perlu terus menerus diupayakan.

Penilaian berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat penting dalam rangka pencapaian upayatersebut. Penyajiannya disesuaikan dengan tahap- tahap perkembangan peserta didik melalui pembelajaran aktif,kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).(Pusat Kurikulum, 2006: 23)”.

Berdasarkan kerangka pikir sistem, bahwa baik tidaknya hasil belajar muridsebagai hasil sistem permasalahan dipengaruhi oleh masukan utama yaitu muriditu sendiri.Selain itu, masukan internal seperti kurikulum, kompetensi guru dan sarana sekolah, serta masukan lingkungan sekolah seperti ekonomi sosial budaya dan politik juga sangat berpengaruh.

“Hal serupa disampaikan oleh Tirtorahardjo (1994: 109) bahwa:

Masalah mutu pendidikan sebagai output dari suatu sistem pendidikan dipengaruhi oleh input (Murid) Instrumental input (guru, kurikulum, sarana dan prasarana) maupun environmental input (sosial, budaya, keamanan, dan politik). Berdasarkan kerangka pikir sistem ini hasil belajar Murid dipengaruhi oleh masukan utama Murid itu sendiri, masukan instrumental dan masukan lingkungan dengan kata lain hasil belajar Murid dipengaruhi oleh faktor muriditu sendiri, faktor instrumen sekolah dan faktor lingkungan”.

Sehubungan dengan masukan tersebut, Sardiman (2001: 132) berpendapat bahwa terdapat tiga faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar murid. Ketiga faktor tersebut adalah:

(16)

“(1) faktor yang bersifat internal yaitu, semua faktor yang ada dalam diri muriditu sendiri (minat, bakat, keseriusan); (2) faktor yang bersifat eksternal yaitu faktor berasal dari luar diri Murid(lingkungan, orang tua, ekonomi dan politik); dan (3) faktor fisik (jasmani) yaitu faktor yang berkaitan dengan kesehatan badan dan kesempurnaan fisik dan mental”.

Mencermati konsep di atas, maka dapat dinyatakan bahwa minat belajar atau minat terhadap materi atau hal yang berkaitan dengan mata pelajaran merupakan unsur penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, seluruh komponen sekolah wajib menumbuhkan minat belajar murid dengan membenahi berbagai sistem yang berpengaruh.

Dalam kaitanya dengan pendidikan yang berlangsung di sekolah selain guru, murid juga berperan penting dalam pencapaian hasil diantaranya minat belajar murid itu sendiri, minat belajar merupakan salah satu faktor intern yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Selanjtunya minat belajar antaramurid satu dengan yang lainnya amatlah berbeda, murid yang mempunyai minat belajar yang tinggi kemungkinan akan mempunyai hasil berbeda dengan murid yang mempunyai minat belajar yang rendah. murid yang mempunyai minat belajar yang tinggi akan lebih giat belajar dari pada murid yang minat belajarnya rendah, murid yang berperasaan senang dan berminat belajar akan mudah berkonsentrasi dalam belajar. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat murid, murid tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak adanya daya tarik baginya, ini berarti bahwa keberhasilan belajar murid ditunjang oleh minat belajar.

Dengan adanya minat belajar murid akan semakin terdorong untuk lebih giat dalam proses belajar sehingga hal ini diduga dapat membawa murid pada suasana baru ketika hasil belajar sudah tercapai membuat perasaan murid menjadi merasa

(17)

puas dan akan lebih senang terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Di samping itu dengan adanya minat belajar yang kuat pada diri murid maka akan timbul sikap positif terhadap proses percaya diri dalam belajar, sehingga murid dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil merupakan hasil dari proses belajar. Hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalmi proses belajar mengajar. Hasil belajar murid dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evalusi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya hasil belajr murid. Selain itu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk umpan balik (feed back) dari proses belajar mengajar yang dilaksanakan.

Kondisi dimana rendahnya minat belajar siswa juga dapat dilihat seperti sering dijumpai siswa selalu sibuk sendiri ketika guru menjelaskan materi didepan kelas. Selain itu terdapat beberapa siswa yang kurang serius dalam memperhatikan guru ketika mengajar di depan kelas, sebagian siswa malas mencatat materi pelajaran dikarenakan materi tersebut sudah tertulis di buku pelajaran. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V.

Hal di atas sangat berkaitan dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), selain siswa mendapatkan hasil belajar dalam bentuk ilmu atau pengetahuan, siswa akan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang di dapat dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

(18)

Hasil observasi peneliti pada murid SDN Bonttopajja Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, menunjukkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial murid yang relatif rendah, dari hasil wawancara dengan guru–guru diperoleh keterangan terdapat beberapa murid yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah, kondisi ini menujunkkan kurangnya minat belajar murid.

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru Sekolah Dasar (SD) yang dilakukan pada penelitian siswa kelas V SDN Bonttopajja Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, diketahui masih kurangnya minat belajar hal ini terbukti dari nilai murid yang masih banyak mendapatkan nilai 65 yakni dibawah KKM yang telah ditetapkan terhadap murid kelas V. Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul

“Hubungan antara minat dengan hasil belajarilmu Pengetahuan Sosil Murid kelas V SDN Bonttopajja Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah diatas.

Diajukan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

“apakah ada hubungan antara minat belajar dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Murid kelas V SDN Bonttopajja Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah: “untuk mengetahui hubungan antara minat belajar dengan hasil belajar

(19)

Ilmu Pengetahuan Sosial Murid kelas V SDN Bonttopajja Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa”.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan dua manfaat utama sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini mampu menambah khasana ilmu pengetahuan dan perkembangan khususnya di sekolah SDN Bonttopajja Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

2. Manfaat praktis a. Untuk peneliti

Dapat menambah wawasan tentang hubungan minat belajar dengan hasil belajar

b. Untuk guru

Dapat menambah wawasan tentang pentingnya memberikan minat terhadap murid.

c. Untuk sekolah

Mendapatkan masukan tentang hubungan minat belajar dengan hasil belajar murid.

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam mencapai tujuan pendidikan

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai basil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku.

Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan yang terjadi pada sesfeorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan

7

(21)

semacam ini tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar.

Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang “belajar”. Seringkali perumusan dan tafsiran itu berbeda satu samalain.

Menurut Sugihartono (2007:74)”mendefenisikan belajar dalam dua pengertian yaitu: 1) belajar dalam proses memperoleh pengetahuan. 2) belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relative lama sebagai hasil latihan yang diperkuat”. Sardiman (2010:38) menjelaskan bahwa “belajar adalah mencari makna, makna diciptakan oleh objek didik (siswa) dari apa yang mereka lihat mereka dengar dan dari yang dirasakan dan alami, jadi hasil belajar dipengaruhi oleh pengalamn objek dengan dunia fisik dan lingkungannya”. Slameto (2003:2) menjelaskan “belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Soeharto (1998:123) menyebutkan “bahwa belajar pada intinya adalah tugas siswa, dan siswa harus mempunyai dua aspek penting yaitu kemampuan (abiliti) dan kemauan (desire)”.

Menurut Hamalik (2013:36) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan

(22)

hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.

“Secara sederhana Anthony Robins (dalam Trianto, 2013:15) mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan yang baru”

Pandangan Anthony Robins senada dengan apa yang dikemukakan oleh Jerome Brunner (dalam Trianto, 2013:15) bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana murid membangun (mengkostruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki.

Dalam pandangan konstruktivisme “Belajar” bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada didalam dirinya, tetapi belajar lebih bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dalam format baru. Proses pembangunan ini biasa melalui asimilasi atau akomodasi (Mc Mahon dalam Trianto, 2013:16)

Menurut Gagne dinyatakan bahwa belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan. Hal ini dijelaskan kembali oleh Gagne (dalam Riyanto, 2012:5) bahwa belajar merupakan sutu peristiwa yang terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah, dan dikontrol.

M. Sobry Sutikno (dalam Fathurrohman & Sobry Sutikno, 2011:5) mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang

(23)

untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalaman sendiri dengan interaksi dengan lingkungannya.

Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, dan kemampuan yang lain (Thursam Hakim, 2008:1).

Lebih lanjut, Degeng (dalam Riyanto, 2012:5) menyatakan bahwa belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar.

Dari beberapa pengerian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubuhan diri manusia dari tidak tahu menjadi tahu setelah melalui beberapa proses yang dapat terlihat dari perubahan tingkah laku dan kualitasnya.

b. Ciri-Ciri Belajar

Ciri-ciri belajar diungkapkan oleh Baharuddin dan Wahyuni (dalam Thobroni & Arif Mustafa, 2013:19), yaitu sebagai berikut:

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan perubahan tingkah laku b. Perubahan prilaku relatif permanen

c. Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

d. Perubahan perilaku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi pengetahuan.

c. Jenis-Jenis Belajar

1) Belajar bagian (part learning, tractionad learning)

(24)

Umumnya belajar diiakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misainya mempelajari sejak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermairi silat Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri, sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global, 2) Belajar dengan wawasan (learning by insight)

Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah seorangtokoh psikojogi Gestalt pada permulaan tahun 1971, sebagai suatu konsep wawasan (insight) ini merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. Meskipun W. Kohler sendiri dalam menerangkan wawasan berorientasi pada data yang bersifat tingkah laku (perkembangan yang lembut dalam penyelesaian suatu persoalan dan kemudian secara tiba-tiba terjadi reorganisasi tingkah laku) namun tidak urung wawasan ini merupakan konsep yang secara prinsipil ditentang oleh penganut aliran neo-behaviorisme. Menurut Gestalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola- pola tingkah laku yang telali terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan. Sedangkan bagi kaum neo-behaviorisme (antara lain G.E Osgood) menganggap wawasan sebagai salah satu bentuk atau wujud dari asosiasi stimulas-respon (S-R). Jadi masalah bagi penganut neo- behaviorisme ini justru bagaimana menerangkan reorganisasi pola- pola tingkah laku yang telali terbentuk tadi menjadi

(25)

satu tingkah laku yang erat hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan. Dalam pertentangan ini barangkali jawaban yang memuaskan adalah jawaban yang dikemukakan oleh GA Miller yang menganjurkan behaviorisme subjektif. Menurut pendapatnya wawasan barangkali merupakan kreasi dari “rencana penyelesaian” (meta program) yang mengontrol rencana sub-ordinasi lain pola tingkah laku yang telah terbentuk.

3) Belajar diskriminatif (discriminatif learning)

Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapasifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subjek dim inta untuk merespon secara berbeda-beda terbadap stimulus yang berlainan.

4) Belajar global keseluruhan (global whole learning)

Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya. Lawan dari belajar bagian, adalah dimana metode belajar ini sering juga disebut metode GESTALT.

5) Belajar insidental (Incidental learning)

Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan (intentional), sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Belajar disebut insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak. Dalam kehidupan

(26)

sehari-hari, belajar insidental ini merupakan hal yang sangat penting.

Oleh karena itu diantara para ahli belajar insidental ini merupakan bahan pembicaraan yang sangat menarik, khususnya sebagai bentuk belajar yang bertentangan dengan belajar intemasional. Dari salah satu penelitian ditemukan bahwa dalam belajar insidental (dibandingkan dengan belajar intentional) jumlah frekuensi materi belajar yang diperhatikan tidak memegang peranan penting, prestasi individu menurun dengan meningkatkan motivasi.

6) Belajar Instrumental (Instrumental learning)

Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seorang siswa yang diperiihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat (reinforcement) atas dasar tingkat- tingkat kebutuhan. Dalam h&l ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku". Disini individu diberi hadiah bila ia bertingkah laku yang dikehendaki dan sebaiiknya ia dihukum bila memperlihatkan tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki sehingga akhimya akan terbentuk tingkah laku tertentu.

7) Bela]ar laten (latent learning)

Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera dan oleh karena itu disebut laten.

Selanjutnya eksperimen yang dilakukan terhadap binatang mengenai

(27)

belajar laten, menimbulkan pembicaraan yang hangat dikalangan penganut behaviorisme, khususnya mengenai peranan faktor penguat (reinforcement) dalam belajar rupanya pervguat dianggap oleh penganut behaviorisme ini bukan fakta atau kondisi yang harus ada dalam belajar.

Demikian penelitian mengenai ingatan, belajar laten diakui memang ada dalam bentuk belajar incidental.

8) Belajar mental (mental learning)

Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi disini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris, sehingga perumusan operasional juga menjadi sangat berbeda. Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan- gerakan orang lain dan lain- lain.

9) Belajar Produktif (Productive learning)

R. Berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar produktif adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu menstransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi Iain.

10) Belajar verbal (verbal learning)

(28)

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperhafikan dalam eksperimen klasik dari Ebbinghaus. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal.

d. Prinsip-Prinsip Belajar

Dengan mempelajari Uraian-uraian yang terdahulu, maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip- prinsip belajar, yaitu prinsip-prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap siswa secara individual. Namun deroikian, marilah kita susun prinsip-prinsip belajar sebagai berikut: (1) Dalam belajar sctiap siswa hams diusahakan partisipasi aktif, mcningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional; (2) Belajar bersifat keseiuruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana schingga siswa mudah menangkap pengertiannya; (3) Belajar harus dapal menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional;

(4) Belajar itu proses kontinyu maka harus tahap demi tahap menu- rut perkembangannya; (5) Belajar adalah proses organisasi, daptasi, eksplorasi dan discovery; dan (6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

Tanggung jawab belajar terietak dalam diri Anda. Siapakah yang belajar dan siapa yang bertangguog jawab atas berhasil atau gagalnya kegiatan belajar

(29)

itu? Maka jawaban dari pada pertanyaan ini ialah, bahwa Anda sendirilah yang belajar dan Anda sendiri yang bertanggung jawab untuk melakukannya agar berhasil dan sebaliknya andakata mengalami kegagalan maka akibatnya anda yang memikulnya. Tidak mungkin perbuatan belajar dilakukan oleh orang lain untuk kepentingan Anda.

Untuk tertib diri belajar sendiri tersebut harus dengan prinsip-prinsip.

Prinsip-prinsip/keharusan-keharusan itu ialah:

1) Belajar harus dengan rencana dan teratur.

Dimaksud dengan rencana, adalah perhitungan-perhitungan jangka pendek, yang menyangkut tenlang pembagian waktu, tenaga dan bahan yang akan dipelajari. Semuanya diperhitungkan untuk mendapatkan efesiensi dalam belajar. Rencana untuk selama seminggu hari kuliah diatur secara garis besar seperti pada jadwal kuliah rencana harian.

Belajar dengan teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh seseorang yang menuntut ilmu di sekolah atau perguruan tinggi (universitas), betapa tidak karena banyaknya bahan pelajaran yang harus dikuasai, menuntut pembagian waktu yang sesuai dengan kedalaman dan keleluasaan bahan pelajaran. Penguasaan atas semua bahan pelajaran dituntut secara dini, tidak harus menunggunya sampai menjelang ulangan, ujian atau test. Hal ini merupakan sikap yang kurang menguntungkan dalam belajar, saUr, dua atau tiga hari lagi akan mengikuti ulangan, baru belajar adalah suatu tindakan yang kurang menguntungkan, sebab dalam

(30)

waktu yang relative dekat itu tidak mungkin dapat menguasai semua bahan untuk semua mata pelajaran.

Belajar dengan teratur sama halnya belajar di sekolah atau mengikuti kuliah secara tenatur, orang yang sering tidak masuk sekolah atau kuliah dapat dipastikan akan kurang mengerti bahan- bahan pelajaran tertentu.

Sejumlah buku terkadang ada uraian tertentu yang tidak dijelaskan secara mendalam, guru atau dosen akan menjelaskan bahan itu secara mendalam dan jelas, guru atau dosenlah yang menjembatani hal-hal yang belum dijelaskan di dalam buku. Penjelasan guru atau dosen haruslah di catat dan catatan tersebut haruslah teratur dan rapi.

Penting untuk membiasakan diri dengan sikap teratur dalam segala hal yang menyangkut masalah keberhasilan belajar, percayalah pada diri sendiri bahwa dengan sikap teratur itu tidak akan mendatangkan kegagalan dalam belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Sikap yang terbiasa teratur adalah cerminan kepribadian. Kepribadian yang teratur sc hagai salah satu barometer dan kejernihan berpikir, kejemihan berpikiryang diperiukan selama menuntut ilmu itu harus dipertahankan.

2) Belajar harus dengan disiplin diri.

Disipiin adaiah kunci sukses. Sebab dengan disipiin, orang menjadi berkeyakinan bahwa disipiin membawa manfaat yang dibuktikan dengan tindakan disiplinnya sendiri. Jika sudah disipiin, seseorang baru akan dapat merasakan bahwi disipiin itu pah it, tetapi buahnya manis. Sebab

(31)

kesanggupan berbuat disiplinlah takaran keimanan seseorang. Dengan disipiin yang kuat, pada diri seseorang akan tumbuh iman yang kuat pula.

Dan orang yang beriman adaiah orang yang pada dirinya akan tumbuh sifat yang teguh dalam berprinsip, tekun dalam berusaha, pantang mundur da lam kebenaran, dan rela mati untuk kebenaran. Karena itulah, betapa besamya pengaruh disipiin terhadap sukses studi di perguruan tinggi. Ia bukan hanya akan sukses sekedar berhasif membawa gelar sarjana melainkan ia dapat mengisi gelar sarjananya dengan perbuatan-perbuatan kesaijanaan, baik dalam sikap mental, moral, maupun dalam sikap sosial dan sikap keilmuannya. Disipiin adaiah kunci kebahagiaan. Terbiasa dengan disipiin, ketenangan hidup akan tercapai. Bila seorang mahasiswa telah membiasakan dirt bekeija dengan rencana, ia sudah bermula dengan disipiin. Ia hanya melatih dan mematuhi dengan tidak lebih dahulu mencari-cari alasan untuk tidak patuh kepada rencananya sendiri.

Untuk menegakkan disiptin tidak selamanya harus melibatkan orang lain tetapi melibatkan diri sendiri juga bisa, bahkan yang melibatkan dirt sendirilah yang lebih penting, sebab penegakan disipiin karena melibatkan diri sendiri berarti disipiin yang timbul itu adaiah karena kesadaran. Disipiin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu berlalu beg itu saja dalam kehampaan. Budaya jam karet adaiah musuh besar bagi mereka yang mengagungkan disipiin dalam belajar. Mereka benci perbuatan menunda-nunda waktu, setiap jam dan

(32)

bahkan setiap defik sangat berarti bagi mereka yang menuntut ilmu di mana dan kapanpun juga.

Orang-orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya disebabkan mereka selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan. Semua jadwal belajar yang telah disusun, piereka taati dengan baik, mereka melaksanakan dengan penuh semangat, rela mengorbankan apa saja demi perjuangan menegakkan disiplin pribadi.

Selain masalah disiplin juga masalah semangat dalam belajar berarti lesu, lemas, loyo, kurang bergairah berarti kurang motivasi. Lesu adalah musuh utama untuk meraih kesuksesan Anda, lesu atau malas adalah hal yang identik. Amatilah orang-orang disekitarmu, lihat dan amatilah orang yang mempunyai semangat yang menyala-nyala dalam segala tindakan dan perbuatan. Orang yang penuh semangat biasanya penuh energi, air mukanya cerah, penuh vitalitas dan cekatan tak mengenal lelah. Orang seperti itu patut ditiru dan dijadikan panutan.

Jika seseorang telah mempunyai semangat yang tinggi untuk berbuat dan bekerja maka otomatis ia akan dapat mengusir, menghilangkan rintangan-rintangan seperti malas, santai, mudah mengantuk, melamun, lesu, loyo, bosan dan sebagainya. Semangat dapat menumpuk hasrat yang tinggi dalam melakukan suatu perbuatan, bagi pelajar atau mahasiswa semangat perlu ditumbuhkan, dipupuk dan dipertahankan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penggerak jiwa untuk melakukan aktivitas belajar. Setumpuk buku-buku bacaan di hadapan tidak

(33)

akan pernah tersentuh bila tidak ada semangat untuk belajar, catatan yang morat-marit tidak disempurnakan karena malas menuliis, letak susunan buku yang semrawut tidak teratur serta berdebu tak terurus dengan baik hanya karena redupnya api semangat perjuangan dalam belajar.

3) Belajar harus dengan minat/perhatian.

Banyak para murid yang di dalam belajarnya nampak tidak atau kurang adanya minat dan beium ada minat untuk berusaha bagaimana ia dapat menumbuhkan minatnya di dalam belajar. Biasanya selalu merasakan bahwa belajar adalah beban. Bagaimana menumbuhkan minat di dalam belajar?

Sesudah disusun rencana, katakanlah dengan hati sedalam- dalamnya, bahwa dengan rencana itu akan dilakukan niat belajar. Carilah sesuatu lull dari misihal pcngujnr Anda, dari sebaris kalimaf dalam buku, atau dari sesuatu hukum yang cukup sukar untuk di mengerti, dan herusahalah mcnyelidiki kebcnaran ucapan, kaliroat ataupun hukum tadi dcngan niat yang baik. Sebenarnya tidak ada sesuatu ilmu yang tidak akan menggugah minat seseorang, sebab memiliki ilmu cukup membanggakan.

Bila dengan jalan di alas belum tumbuh niat dan minat, carilah sesuatu yang menarik pcrhatian dari bagian bahan yang harus dipelajari.

Bila perhatian telah tertarik, akan hilanglah rasa mengantuk dan ini adalah awal konsentrasi. Ulang-ulanglah hal yang menarik perhatian itu, kemudian cari hubungannya dengan masalah-masalah yang menyertai pembahasannya. Untuk memperkuat konsentrasi itu, bacalah agak keras

(34)

dengan nada bersungguh dan jangan terlalu cepat. Tangkaplah pengertiannya kemudian katakan dengan kalimat lain buatan sendiri. Pada saat ini benar-benar sudah berada di tengah situasi belajar atas pimpinan rencana dan dengan metode yang benar, pcrhatian sudali tidak tcrganggu, karena niat yang kuat. Teruskanlah penelaahan masalah itu sampai selesai.

Kalau perlu tulislah rangkuman pembahasan satu masalah itu di kertas.

Satu hal lagi yang perlu mendapat perhatian berhubung dengan harus adanya minat dal am belajar, ialah bahwa mahasiswa tidak bersikap menganak emas dan tirikan sesuatu mata kuliah dari yang lain, sebab masing- masing mem punyai tuntutan yang sama, baik dalam pensyaratan lulus, maupun sampai kepada manfaatnya dalam kehidupan sosial nanti.

Apabila dosen dirasakan kurang baik di dalam pembahasannya, carilah seorang teman dalam studi club yang mungkin dapat membahas lebih baik, mintalah ia mengadakan pembahasan khusus kepadanya.

Untuk membantu murid agar ia dapat segera memusatkan perhatian di dalam belajar, latihlah diri untuk dapat bangun pagi- pagi bersamaan dengan tabuh subuh berbunyi. Sediakanlah untuk waktu ini bahan yang dianggap berat. Bila telah cukup tidur, tak ada alasan lagi untuk mengantuk, Saat ini adalah saat yang paling baik di antara saat-saat yang lain untuk belajar, sebab suasana di luar dan di dalam diri masih tenang.

Udara terasa sejuk, pikiran segar, suasana sunyi yang diisi sajian sayup- sayup, menambah kesyahduan suasana. Pada saat ini, bila raga benar-

(35)

benar telah disiapkan untuk belajar maka seakan-akan apa yang lewat pada mata kita akan terns menembus jiwa dan bersemayam disana.

4) Belajar harus dengan pengertian.

Hal ini telah disinggung serba sedikit pada waktu membicarakan proses belajar. Menurut ilmu jiwa Gestalt, yaitu proses ditemukannya suatu pemahaman di dalam belajar, sebenamya pengertian adalah produk dari pada pemahaman. Bahan pelajaran adalah bahan yang baginya harus dimengerti kemudian bila mungkin diintensifkan dengan perbuatan.

Banyak para mahasiswa yang belum mengerti bahwa belajar harus sampai kepada pengertian. Kebanyakan mengira bahwa belajar adalah menghafal. Perbedaan pokok yang prinsip adalah telah dekatnya pengertian dengan perbuatan dari pada hafalan yang hanya menempel pada bibir waktu pagi dan akan kering di waktu sore dan akan datang secara beruntun aspek-aspek yang lain, terhafal kemudian hilang lagi.

Lain halnya dengan pengertian yang bila cukup kuat akan tinggal lama di dalam jiwa kita. Sekalipun lupa susunan kalimatnya, ia akan dapat melukiskan dengan kata- katanva sendiri dengan isi yang bersamaan artinya. Sebab dengan pengertian-pengertian, bila salah satu aspeknya telah terangsang keluar, belajar hams dengan rekreasi sederhana yang bermanfaat.

Rekreasi ini baik dilakukan pada hari Minggu, maupun pada saat~saat tertentu bila telah dalam waktu yang cukup lama sesuatu masaiah belum terpecahkan. Dalam hal semacam ini bangkitlah lebth

(36)

dahulu dari duduk, keluarlah dan hiruplah udara segar di luar sepuas- puasnya sambil merenung-renungkan masaiah yang dihadapi tadi.

Besar kemungkinan pada saat semacam ini, di temukan pemeca- hannya, hubungan satu sama lainnya, dan sebagainya. Segeralah kembah ke kamar belajar. Bila dalam dua jam telah benar-benar memusatkan, maka telah muiai tidak tenang perhatian kita. Suatu tanda bahwa perhatian tclah mulai pecah, Berbentiiah scgera dan lakukan apa yang harus dilakukan. Tidurlah dcngan cukup schab tidur sebenamya merupakan pula alat penccgah penyakit.

Bila tidak terlalu penting, hindarkanlah rekreasi yang sangat meletihkan. Sebab, sebenamya rekreasi bermaksud rnemulihkan kembali tenaga. Rekreasi yang sederhana, murah, dan bermanfaat adalah berjalan-jalan ke luar kota untuk menghirup udara bersih dan membuang udara kotor yang dihirup dari sisa-sisa pembakaran segala kendaraan bermotor, asap pabrik-pabrik debu dan sebagainya yang relatif mengotori udara kota dari pada udara di luar kota yang melewati sawah- sawah ataupun desa-desa.

5) Belajar harus dengan tujuan yang jelas.

Tujuan yang dimaksud adalah tujuan belajar pada saat itu, bukan tujuan lain yang lebih jauh.

Tujuan belajar pada setiap saat hendaknya dirumuskan dan di- himpun di dalam buku tubs untuk tiap~tiap unit problem, Misalnya untuk satu dua jam belajar. Adapun tujuannya yaitu:

(37)

a) pendapat-pendapat tentang belajar dan prosesnya, b) pcngaruh vulkanisme terhadap kulit bumi,

c) hukum Pascal dan kegunaannya dalam kehidupan,dan sebagainya.

Dengan jelasnya tujuan belajar akan berarti mendekatkan jarak antara aktivitas belajar dengan tujuan belajar itu sendiri. Dekatnya tujuan belajar akan lebih merangsang aktivitas belajar untuk lebih aktif dan ini berarti kegairahan belajar telah datang. Belajar dengan gairah adalah belajar dengan kesediaan belajar yang meiuap-iuap. Luapan ini harus selalu dikontrol untuk jangan sampai terjerumus kepada belajar tanpa mengenal batas. Di dalam belajar bukan masalah banyaknya bahan yang dipelajari, melainkan dimengertinya bahan itu.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini adalah tidak lain sebagai bukti nyata dari keberhasilan para kaum terpelajar yang selalu haus akan iimu pengetahuan. Mereka tidak pernah menghindarkan diri dari perbuatan belajar dan selalu belajar. Berbagai teori diciptakan, muncul teori baru maka ilmu pun akan bertambah, teori lamaakan selalu dikoreksi dan dikritik dan akhirnya ada diantara teori itu tumbang dan munculiah teori baru. Begitulah adanya dan itulah hasil daya cipta dan kreatifitas orang-orang yang ingin kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan.

Ilmu itu sangat luas dan dunia itu penuh dengan mistreri.

Sebagian besar misteri dunia ini akan tersingkap dengan melakukan kegiatan belajar, yaitu belajar untuk mendapatkan ilmu samahalnya

(38)

berenang di lautan ilmu. Berenang di lautan ilmu berarti berenang mencari cahaya penerangan. Ilmu itu adalah penerangan atau cahaya/nur, maka belajar untuk mencari penerangan hidup sehingga menjadi hidup lebih terang dan terhindari dari kegelapan, maka takayal lagi bahwa ilmu pengetahuan itu adalah suatu kekuatan yang- - sangat ampuh untuk menghancurkan benteng kegelapan akal yang membelenggu dan memberantas kesempitan berpikir.

Orang-orang yang besar dengan kedudukan dan menempati posisi yang penting dalam kehidupan sosial di masyarakat bermula | dari kegiatan mereka yang tekun belajar menuntut ilmu. Berkat ilmu yang mereka miliki sesuai dengan bidang profesionalisme yang dikuasainya, orang lain akhirnya menghargai keahlian mereka dengan memberikan kedudukan dan peranan yang penting. Mereka itu adalah orang-orang pintar karena belajar. Hanya mereka yang pintarlah yang dapat bercita- cita mempunyai posisi yang penting di masyarakat. Betapa tingginya nilai diri dari kemiskinan dan dengan ilmu seseorang dapat mengubah dirinya menjadi orang yang dihormati. Dengan ilmu, hidup tidak akan terombang-ambing.

Ilmu tidak datang dengan sendirinya, tetapi ilmu harus dicari lewa sumbernya. Dunia ini adalah sumber ilmu, maka bacalah segala sesuatu yang ada di dalamnya nanti akan ditemukan dan terkuak dari misterinya hal-hal yang sangat berguna bagi kehidupan sepanjang masa.

Orang tua akan menyadari betapa pentingnya ilmu pengetahuan

(39)

sehingga mereka menyuruh anak-anak mereka ' untuk bersekolah dari jenjang terendah sampai yang tertinggi. Kini mereka jarang sekali meminta anak-anak mereka terjun ke sawah untuk bercocok tanam, tetapi mereka menyuruh anak-anak mereka untuk belajar agar menjadi orang yang pandai dan dapat menikmati hidup dengan ilmu pengetahuan.

Betapa menderitanya orang-orang yang tidak berilmu akibat tidak pemah bersekolah, penundaan demi penindasan mereka rasakan diri mereka yang egois, namun apa yang hendak diperbuat tidak dapat dilakukan, karena ketiadaan ilmu, sekiranya mereka sekolah pasti mereka tidak dibodohi dan ditipu oleh para penindas, pemeras dan pengkredit.

Kebodohan harus disingkirkan dari sisi kehidupan, belajar adalah merupakan kuncinya. Belajar adalah kunei ke pintu gerbang ilmu, peganglah kunci itu, bukalah dan masuklah ke dalamnya nanti ditemukan keluasan dan kedalaman ilmu. Kejarlah ilmu itu dan jadikanlah sahabat karib bukan memusuhinya. Memusuhi ilmu berarti menjadi sahabat kebodohan.

Di dalam dunia ini bukan hanya orang-orang yang sempuma yang sukses dalam berkarya, orang-orang yang eacatpun sukses dalam berkarya, mereka dapat mengatasi kekurangan dirinya dengan melihat kelebihan yang mereka miliki, bukannya mereka putus asa dan menyerah pada nasib akibat keadaan tubuh cacat yang mereka derita.

(40)

Mereka yang cacat itu sukses dalam bidang-bidang tertentu, misalnya di bidang seni suara, pendidikan, kebudayaan, seni lukis dan sebagainya.

2. Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Minat merupakan satu kesukaan, kegemaran, atau kesenangan akan sesuatu.

Minat akan mengarahkan tindakan seseorang terhadap suatu objek atas dasar rasa senang atau tidak senang. Jadi perasaan senang dan tidak senang merupakan dasar dari suatu minat.

Menurut Carl Safran dalam Dewa Ketut Sukardi (1988: 61) mengemukakan bahwa minat adalah suatu sikap atau perasaan yang positif terhadap suatu aktivitas orang, pengalaman atau benda. Cony Semiawan dalam Dewa Ketut Sukardi (1988:61) mendefinisikan minat sebagai suatu keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasaan kepadanya.

Untuk memudahkan pemahaman tentang minat belajar, maka dalam pembahasan ini terlebih dahulu akan diuraikan menjadi minat dan belajar. Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (Depdikbud, 1990:58). Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Slameto menyatakan “Interest is

(41)

persisting tendency to pay attention to end enjoy some activity and content (1991:57).

Sardiman A. M. berpendapat bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri (1988:6). Sedangkan menurut Pasaribu dan Simanjuntak mengartikan minat sebagai “suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya (1983:52). Selanjutnya menurut Zakiah Daradjat, dkk. Mengartikan minat adalah “kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang (1995:133).

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikutip di atas dapat disimpulkan bahwa, minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat.

b. Fungsi Minat Dalam Belajar

Minat merupakan faktor internal dalam psikologi yang sangat berperan dalam proses belajar menurut Sabri sebagaimana dikutip oleh Rohim minat memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Sebagai kekuatan yang akan mendorong seseorang untuk belajar. Murid yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar

b) Pendorong seseorang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.

(42)

c) Penentu arah perbuatan seseorang yakni ke arah tujuan yang hendak tercapai.

d) Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan seseorang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.

Terkait dengan fungsi minat di atas dapat dikatakan bahwa minat mempengaruhi cita-cita seseorang. Sebagai contoh, anak yang berminat pada bidang kesenian maka cita-citanya ingin menjadi seorang penari yang berhasil ataupun pelukis. Selanjutnya terkait fungsi minat yang kedua yaitu sebagai tenaga pendorong yang kuat, sebagai contoh minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar dimanapun dan kapanpun.

Minat mempunyai korelasi yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat murid, maka muridtersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya.

Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat murid, maka pelajaran itu akan mudah dipelajari karena adanya minat sehingga menambah ketertarikan dalam kegiatan belajar.

Dengan demikian fungsi minat dapat disimpulkan yaitu bahwa proses pencapian keberhasilan dalam Dalam belajar sangat tergantung kepada minat, dengan minat murid akan terus terdorong untuk mengoptimalkan dan tekun dalam belajar. Kurangnya minat murid terhadap pelajaran akan menjadi penghambat proses dalam belajar. Dengan adanya minat proses belajar lancar dan tujuan

(43)

pendidikan akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan karena minat mempunyai andil yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan belajar.

c. Indikator minat belajar

Setiap individu memiliki perbedaan dalam berbagai hal, misalnya padaminat perbedaan itu dapat diketahui melalui gejala-gejala yang dimunculkan oleh individu itu sendiri. Dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu tersebut memiliki beberapa unsur antara lain:

1) Perasaan Senang

Menurut Wasty Soemanto (2006:37) “perasaan senang dapat diartikan sebagai suasana psikis dengan jalan membuka diri terhadap satu hal yang berbeda dengan keadaan dalam diri . jadi dapat dikatakan bahwa perasaan senang dapat ditimbulkan karena mengamati, mengingat atau memikirkan sesuatu.

Seseorang yang memiliki perasaan senang atau suka dengan sesuatu, maka ia cenderung mengetahui antara perasaan dengan minat.

Murid yang berminat terhadap pelajaran matematika ia akan merasa senang dalam membaca dan mengkaji hal-hal yang dianggap mereka tertarik. Ia akan mempelajari pelajaran tersebut dengan antusias tanpa ada beban paksaan dari siapapundi dalam dirinya.

2) Pemusatan Perhatian dalam Belajar

Perhatian merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Dalam buku psikologi yang fiktif oleh soemanto bahwa perhatian

(44)

merupakan “pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada satu objek tertentu”. Dengan kata lain seseorang yang menaruh minat pada suatu hal akan memberikan perhatian besar.

Adanya perhatian merupakan sebuah konsentrasi seseorang terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampinkan yang lain. Murid yang berminat belajar matematika dalam dirinya akan terdapat kecenderungan yang kuat untuk selalu memberikan perhati yang besar terhadap objek yang diamati. Jadi, siswa pikiranya fokus dengan apa yang dibacanya dengan apa yang diamatinya.

Selanjutnya apabila seseorang menaruh perhatian secara continue baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa murid yang menaruh minat pada mata pelajaran matematika dia akan lebih memperhatikannya. Namun sebaliknya, jika siswa tersebut tidak berminat, maka perhatian pada mata pelajaran tersebut cenderung malas dan merasa tidak suka. Dengan demikian murid yang tidak menaruh perhatian pada mata pelajaran matematika maka sulitlah mereka dapat belajar dengan baik.

3) Perasaan Tertarik

Perasaan tertarik dapat menyebabkan hasil belajar lebih baik.

Menurut Crow and Crow yang dikutif oleh Rohim bahwa,”minat bisa berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong kita cenderung atau rasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan apapun bisa berupa pengalaman

(45)

yang dirangsang oleh kegiatan tersebut”. Abdul Rohim (2011:11). Hal ini menunjukkan ada yang mengembangkan minatnya terhadap mata pelajaran tersebut karena adanya pengaruh dari guru pengajar dan bahan ajar yang menarik. Murid yang memiliki minat yang tinggi terhadap salah satu mata pelajaran akan terdapat kecenderungan yang kuat dan tertarik untuk mempelajarinya dan menggali hal-hal yang tidak dimengerti.

Menyukai guru yang mengajarkan serta mata pelajaran yang diajarakan.

Sehingga perasaan tertarik merupakan indikator yang menunjukkan minat seseorang.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Djamarah (2008:169) terkait dengan perasaan guru dalam proses belajar, menurutnya “ dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan”.Aritnya guru mempunyai peran penting dalam membangkitkan minat belajar para peserta didik. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar dengan memberikan kebebasan dalam situasi belajar.

4) Giat Belajar

“Menurut Djamarah (2011:13) “belajar adalah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh satu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya”.

Sehingga belajar sebagai proses Di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman seseorang yang giat belajar dan tekun dalam mempelajari sesuatu maka akan lebih bersunggu dalam mengerjakannya dan akan mendapatkan hasil belajar yang maksimal”.

(46)

Menurut Syah (2008:135), “Sikap murid yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya sikap negatif murid terhadap guru dan mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar murid tersebut”.

Jika murid yang mempunyai sikap positif terhadap guru maupun mata pelajaran Maka akan terus bergerak hatinya dalam belajar dengan giat. Sehingga aktivitas yang berada diluar sekolah menjadi indikator yang dapat menunjukkan keberadaan minat pada diri murid. Murid dengan minat yang tinggi akan merasa bahwa pelajaran yang diberikan di sekolah sangatlah terbatas waktunya, sehingga ia perlu untuk mencari pengetahuan lain di luar jam pelajaran. Dan murid akan merasa semangat jika mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga terus menggali pengetahuan yang ada dilingkungan sekitarnya.

5) Mengerjakan Tugas

Mengerjakan tugas yang diberikan guru meruapakn salah satu indikator yang menunjukka adanya minat pada murid. Karena tugas yang diberikan guru bertujuan untuk memperdalam kemampuan murid. Murid yang memiliki minat yang tinggi akan menyadari pentinganya mengerjakan tugas dari guru. Murid yang berminat pada satu mata pelajaran maka ia akan mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh dan sebaliknya jika murid yang tidak berminat atau cuek terhadap satu mata

(47)

pelajaran maka ia mngerjakan tugas dengan maksimal karena di dalam dirinya tidak ada kecenderungan suka pada mata pelajaran tersebut.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar

Ada beberapa yang mempengaruhi minat sesorang terhadap mata pelajaran tertentu, termasuk dalam mata pelajaran matematika. Secara keseluruhan faktor tersebut digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri murid) dan faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri murid). (Nasution, dkk. 2000: 34).

Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat murid dalam mata pelajaran matematika yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah faktor kurikulum, faktor dari dalam diri murid, faktor metode mengajar, faktor guru, serta sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya, pengaruh dari masing- masing faktor tersebut minat belajar Ilmu Pengetahuan Soaial murid dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Faktor dari dalam diri murid

“Murid adalah sekelompok manusia yang akan diajar, dibimbing, dan dibina menuju pencapaian tujuan belajar yang ditentukan.

Murid juga mempunyai peranan dalam proses belajar mengajar.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan murid, dan antara muridyang satu dengan muridyang lainnya, yaitu terjadinya saling tukar informasi dan pengalaman mengarah kepada interaksi proses belajar mengajar yang optimal.

(Ali.1993:65)”.

Proses belajar mengajar menurut konsep ini, muridmenggunakan seluruh kemampuan dasar yang dimilikinya sebagai dasar untuk melakukan berbagai kegiatan agar memperoleh hasil belajar yang optimal.

(48)

Dalam hal ini, fungsi guru dalam proses belajar mengajar seperti diungkapkan oleh Sardiman (2001:47) adalah: (a) Mencari perangsang atau motivasi agar muridmau melakukan satu tujuan tertentu; (b) Mengarahkan seluruh kegiatan belajar kepada suatu tujuan tertentu; (c) Memberi dorongan agar murid mau melakukan tujuan; dan (d) kegiatan yang mampu dilakukan untuk mencapai tujuan.

2) Faktor metode mengajar

Telah dikenal berbagai metode mengajar yang dapat digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan tertentu terdapat banyak mata pelajaran dan tiap mata pelajaran mempunyai tujuan-tujuan tersendiri.

Untuk mencari tujuan tersebut setiap guru harus memilih metode mengajar yang manakah yang paling tepat untuk mata pelajaran atau pokok bahasan yang akan diajarkannya. Hal tersebut disebabkan mengajar atau mentransfer ilmu dari guru kepada murid memerlukan suatu teknik atau metode tertentu.

“Metode tersebut dengan istilah metode mengajar. Dalam dunia pendidikan karena tidak semua pokok bahasan cocok untuk diterapkan satu mata pelajaran atau pokok bahasan.

Oleh karena itu, guru yang mampu menggunakan berbagai metode pengajaran dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar Murid. (Roestiyah, 1993: 87)”.

3) Faktor guru

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi murid. Oleh karena itu, peranan dan kedudukan guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas anak didik perlu diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Status

(49)

guru bukan hanya sebatas pegawai yang hanya semata-mata melaksanakan tugas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang diembannya.

Dalam pendidikan menurut Slameto (2003:97) tugas guru berpusat pada:

“Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar memadai membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap,nilai-nilai,dan penyesuaian diri demikian dalam proses belajar-mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu,ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian murid. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang Murid untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan”.

e. Syarat Minat Belajar

Ada beberapa syarat yang diperlukan untuk membangkitkan minat siswa:

1) Belajar harus menarik perhatian

Objek atau keadaan yang menarik perhatian, pasti kemudian hari akan terjadi minat untuk lebih mendekati atau mendalami masalahnya.

Agar pengajaran memperoleh hasil yang sebaik-baiknya, pendidik (guru) harus berusaha membangkitkan minat peserta didik terhadap bahan Pelajaran yang sedang diajarkan untuk mendapatkan perhatian misalnya memberi contoh-contoh yang kongkrit. Untuk dapat membangkitkan perhatian spontan (perhatian yang bersumber dari peserta didik) seorang pendidik harus:

(50)

a) Mengajar dengan cara yang “menarik” misalnya menyesuaikan bahan pelajaran yang diajarkan dengan dunia murid seperti memanfaatkan lingkungan.

b) Mengadakan selingan yang sehat, tentu jika selingan-selingan disesuaikan dengan pelajaran matematika yang berwawasan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Menjelaskan dari yang mudah ke yang “sukar” atau dari yang konkret ke yang abstrak.

d) Sedapat mungkin atau menghilangkan saat atau keadaan yang menyebabkan perhatian jadi tidak perlu.

2) Objek atau keadaan

Objek atau keadaan yang kekuatannya menarik akan menimbulkan minat belajar, misalnya bau yang harum akan mencari dari mana asalnya.

Dalam dunia pendidikan bahwa pelajaran yang diberikan jangan bersifat verbalistis, tetapi peserta didik dilatih bekerja sendiri atau memberi kesempatan pada peserta didik turut aktif selama pengajaran berlangsung.

3) Masalah berulang-ulang terjadi

Masalah yang berulang-ulang terjadi akan merupakan pendorong bagi peserta didik untuk membangkitkan minat belajar karena masalah tersebut sering muncul sehingga merupakan suatu kebiasaan. Jika situasi ini dirasa sangat menarik perhatian peserta didik akan menimbulkan minat belajar yang lebih besar dan mengulangi masalah karena sesuai dengan keadaan “tepat” sehingga tidak menimbulkan kejenuhan. Untuk

(51)

menghindarkan ingatan yang setengah-tengah atau yang belum mengerti maka pengulangan perlu dilakukan dengan cara mengulang secara teratur, supaya bahan pelajaran yang diajarkan benar-benar dikuasai dan siap digunakan.

4) Semua kegiatan harus kontrak

Hal-hal yang tidak sama bahkan menimbulkan kontrak akan dapat menarik perhatian seseorang, sehingga dapat menimbulkan minat untuk mengetahui lebih lanjut. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh murid secara sadar dan aktif, berarti aktivitas berpusat pada murid sedangkan pendidik lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator (pemudah) terjadinya proses belajar. Sebagai kriterianya dapat dilihat bahwa murid mengalami perubahan dan atau pertambahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

f. Unsur-Unsur Minat Belajar

Yang menjadi unsur-unsur penting dalam minat belajar adalah seperti berikut:

1) Perhatian

Menurut Sumadi Suryabrata (2010:14) perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.

Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang besar.

2) Perasaan

“Perasaan menurut W.S. Winkel (2004:273) merupakan aktivitas psikis yang didalamnya subjek mengahati nilai- nilai dari suatu objek.

Perasaan senang akan meninbulkan minat, hal tersebut diperkuat dengan sikap yang positif. Sedangkan perasaan tidak senang akan

(52)

menghambat dalam belajar, karena tidak adanya sikap yang positif sehingga tidak menunjang minat dalam belajar”.

3) Motivasi

Seseorang melakukan aktifitas belajar karena ada yang mendorongnya, dimana motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku (Nursalam, 2002:93). Secara garis besar motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.

3. Pengertian Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah

(53)

keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

“Menurut Gagne (Dimyanti, 2007:71) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Belajar menurut pandangan piaget yang berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan, dan lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi ingtelet semakin berkembang”.

Powerwadarminto (203:348) menjelaskan “hasil beljar adalah hasil yang dicapai setelah sesorang mengadakan suatu kegiatan belajar yang terbentuk dalam bentuk suatu nilai hasil yang diberikan oleh guru”. Sugi Rahayu (2004:20 menyebutkan hasil belajar juga dapat diartikan sebagai penilaian (evaluasi)”.

Menurut istilah evaluasi mengacu pada pengertian suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu sehingga dapat diketahui mutu atau hasil- hasilya.

Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa. Ali (2005: 119) mengemukakan bahwa “hasil merupakan suatu akibat atau sesuatu yang diperoleh dari usaha”. Sedangkan “belajar merupakan bagian dari kehidupan manusia dan berlangsung sepanjang hayat” (Soekarno 2007: 7), selanjutnya Srimardini (1983:

1) menyatakan bahwa “belajar adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan”.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka pikir
Tabel 4.4 Nilai Hasil belajar

Referensi

Dokumen terkait

Upaya pelestarian tersebut tidak terlepas dari peran Dinas Pariwisata untuk selalu melakukan peninjauan terhadap objek-objek wisata bersejarah yang berada di kota

Terkait hasil penelitian pada kedua mata kuliah di Prodi PMA yaitu kalkulus dan teori peluang, diperoleh hasil bahwa dengan subjek yang sama yaitu mahasiswa semester IV

Dalam perkuliahan dibahas tentang proses inkuiri beserta teori, proposisi dan konsep, metode Ilmu Pengetahuan, tipe-tipe penelitian, proses deduksi dan induksi dalam

Nilai koefisien determinasi parsial (r 2 ) maka dapat diketahui bahwa BOPO memberikan kontribusi sebesar 35,2 persen terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa

Dalam upaya memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat, diperlukan Reformasi Pelayanan Publik, (Sinambela, 2010) menyatakan bahwa pelayanan publik dapat diartikan,

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Hasil kajian mendapati terdapat beberapa persamaan dan perbezaan yang ketara antara ensembel gamelan Melayu dengan ensembel gamelan Jawa dari aspek komunikasi

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan terhadap beton pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1 Berdasarkan hasil uji