HELMINTHOLOGI
Oleh
Rismawati Pangestika, S.Si., MPH.
Helmintologi
• Helmintologi adalah ilmu yang
mempelajari parasit berupa cacing.
• Penyakit karena cacing (helminthiasis)
banyak tersebar di seluruh dunia terutama
di daerah tropis.
Klasifikasi Helmintologi
• Nemathelminthes (cacing gilig, nema = benang / bulat / silindris) → Nematoda 1. Nematoda Usus
2. Nematoda Jaringan
• Platyhelminthes (cacing pipih)
1. Trematoda (cacing daun)
2. Cestoda (cacing pita)
NEMATODA
HELMINTHOLOGI
NEMATODA
USUS (Nematoda Intestinal)
HELMINTHOLOGI
• Manusia adalah host beberapa Nematoda usus.
• Nematoda usus ini menjadi penyebab terbesar masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
• Di antara Nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut soil transmitted helminths dan ada yang tidak melalui tanah (non-soil transmitted helminths)
Ciri-ciri Umum
(Nematoda Intestinal)
• Bentuknya silindris, memanjang, tidak bersegmen
• Panjang bervariasi: mm s/d beberapa cm
• Tubuhnya tertutup kutikula
• Mempunyai jenis kelamin terpisah
• Saluran pencernaan sempurna
• Mempunyai rongga tubuh
• Mempunyai sistem reproduksi sederhana
• Mempunyai sistem syaraf sederhana
• Mempunyai sistem ekskresi sederhana
• Ovipar (bertelur)
Soil Transmitted Helminth (1)
Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang)
Ancylostoma braziliense dan A. caninum
Trichuris trichiura (Cacing Cambuk)
Hospes: Manusia (anak-anak)
Penyakit : Askariasis
Hospes: manusia, kucing dan anjing Penyakit:
Creeping eruption (dermatitis khas)
Hospes : Manusia (anak-anak)
Penyakit : Trikuriasis
Morfologi:
Tubuh berwarna kuning kecoklatan.
Cacing jantan 10-30 cm Cacing betina 23-35 cm Telur cacing betina
sekitar 100.000-
2.000.000 butir sehari dan menjadi bentuk
infektif sekitar 3 minggu (setelah dibuahi)
Morfologi:
Braziliense mempunyai 2 pasang gigi
Cacing jantan 4,7-6,3 cm Cacing betina 6,1-8,4 cm Caninum mempunyai 3 pasang gigi
Cacing jantan 10 mm dan cacing betina 14 mm
Morfologi :
Cacing jantan 4 cm, cacing betina 5 cm Anterior lebih kecil
seperti cambuk 3/5 dari panjang keseluruhan, posterior lebih gemuk
Soil Transmitted Helminth (1)
Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang)
Ancylostoma braziliense dan A. caninum
Trichuris trichiura (Cacing Cambuk)
Gambaran klinik:
Mual
Nafsu makan berkurang Diare atau konstipasi Malabsorbsi yang
mempercepat malnutrisi Obstruksi usus (ileus)
Gambaran klinik:
Kelainan kulit terutama ditemukan pada kaki klien,
lengan bawah, punggung, dan pantat.
Garis merah, timbul, gatal
Gambaran klinik : Iritasi dan peradangan usus
Darah dihisap sehingga menyebabkan anemia Sindrom disentri
Berat badan menurun Prolapsus rektum
Pemeriksaan parasitologis:
Pemeriksaan feses (telur dan cacing dewasa), cairan empedu (telur), bahan muntahan (cacing dewasa) dan sputum (larva)
Pemeriksaan:
Melihat gambaran klinik yang khas dan biopsi
Pemeriksaan parasitologis:
Pemeriksaan feses bercampur darah dan lendir (telur)
Soil Transmitted Helminth (2)
Strongylodies stercoralis (Cacing Benang)
Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale atau Cacing Tambang (Hookworm) Hospes: Manusia
Hospes reservoir : anjing dan primata.
Penyakit : Strongilodiasis
Hospes: manusia Penyakit :
Nekatoriasis dan Ankilostomiasis
Morfologi :
Cacing betina lebih parasitik Bentuk benang halus, tidak berwarna, semi transparans,
panjang 2,2 mm dengan sepasang uterus
Sistem reproduksi ovovivipar
Morfologi:
Cacing jantan 8 cm, cacing betina 10 cm
N. americanus 9000 butir telur per hari
A. duodenale 10.000 butir telur per hari
N. americanus bentuk menyerupai huruf S, A. duodenale menyerupai huruf C
Strongylodies stercoralis (Cacing Benang)
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale atau Cacing Tambang
(Hookworm) Gambaran klinik:
Menembus kulit dan menyebabkan creeping eruption, gatal
Pneumonia (larva di paru-paru) Mual, muntah, diare berlendir, konstipasi
Hiperinfeksi akibat autoinfeksi interna
Gambaran klinik::
Larva menembus kulit sehingga menyebabkan ground itch
Anemi defisiensi besi
N. americanus menyebabkan
kehilangan darah 0,005-0,1 cc sehari, A. duodenale menyebabkan
kehilangan darah 0,08-0,34 cc Anemia hipokrom mikrosister dan eosinofilia, daya tahan menurun Pemeriksaan parasitologis :
Pemeriksaan feses, biakan darah, aspirasi duodenum (larva rabditiform).
Biakan selama 2x24 jam
menghasilkan larva filariform dan cacing dewasa
Pemeriksaan parasitologis :
Pemeriksaan feses (telur dan larva)
Soil Transmitted Helminth (2)
Non-Soil Transmitted Helminth
Enterobius vermicularis (Oxyuris vermikularis) atau Cacing kremi
Toxocara canis dan Toxocara cati
Hospes: manusia
Penyakit : enterobiasis atau oksiuriasis
Hospes: anjing, kucing, pada manusia sebagai parasit pengembara
Penyakit: Toxocariasis, visceral larva migrans (pengembaraan larva di
jaringan tubuh) yang bersifat kosmopolit
Morfologi :
Cacing betina 8-13 cm
Anterior melebar seperti sayap (alae), ekornya panjang dan runcing, uterus penuh telur (11.000-15.000 telur)
Cacing jantan 2-5 cm, memiliki sayap, ekor melingkar seperti bentuk tanda tanya (?)
Morfologi:
T. canis jantan 2,6-8,5 cm, cacing betina 5,7-10 cm
T. Cati jantan 2,5-7,8 cm, cacing betina 2,5-14 cm
Bentuk mirip Ascaris lumbricoides muda
Non-Soil Transmitted Helminth
Enterobius vermicularis (Oxyuris vermikularis) atau Cacing kremi
Toxocara canis dan Toxocara cati
Gambaran klinik : Kurang nafsu makan Berat badan turun Insomnia
Infeksi dan alergi sekitar anus (gatal nokturnal atau pruritus ani)
Apendisitis
Gambaran klinik :
visceral larva migrans secara umum menyebabkan demam, eosinofilia dan hepatomegali
Pemeriksaan parasitologis : Pemeriksaan anal swab (telur dan cacing dewasa)
Pemeriksaan parasitologis :
Diagnosis sulit karena cacing tidak menjadi dewasa, sehingga harus
dilakukan tes immunologis atau biopsi jaringan
Nematoda Intestinal (STH):
A.lumbricoides (Cacing Gelang)
Nematoda Intestinal (STH):
A.lumbricoides (Cacing Gelang)
Nematoda Intestinal (STH):
Ancylostoma braziliense dan A. caninum
Nematoda Intestinal (STH):
Ancylostoma braziliense dan A. caninum
Nematoda Intestinal (STH):
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale atau
Cacing Tambang (Hookworm)
Nematoda Intestinal (STH):
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale atau
Cacing Tambang (Hookworm)
Nematoda Intestinal (STH):
T.trichiura (Cacing Cambuk)
Nematoda Intestinal (STH):
T.trichiura (Cacing Cambuk)
Nematoda Intestinal (STH):
S.Stercoralis (Cacing Benang)
Nematoda Intestinal (STH):
S.Stercoralis (Cacing Benang)
Nematoda Intestinal (non-STH):
Enterobius vermicularis (Oxyuris vermikularis)
atau Cacing kremi
Nematoda Intestinal (non-STH):
Enterobius vermicularis (Oxyuris vermikularis)
atau Cacing kremi
Nematoda Intestinal (non-STH):
Toxocara canis dan Toxocara cati
Nematoda Intestinal (non-STH):
Toxocara canis dan Toxocara cati
NEMATODA
JARINGAN / DARAH
HELMINTHOLOGI
• Wuchereria bancrofti
• Brugia malayi
• Brugia timori
• Loa loa
• Onchocerca volvulus
Terdapat di Indonesia
Jarang terdapat di Indonesia
Wuchereria bancrofti Brugia malayi Brugia timori Hospes: manusia
(kelenjar limfa) Penyakit :
Wuchereriasis bancrofti Penyakit kaki gajah atau elefantiasis atau filariasis Vektor : Nyamuk Culex quenquefasciatus / C.
fatigans, Anopheles dan Aedes
Hospes: manusia, kera, lutung, kucing, anjing (kelenjar limfa)
Penyakit:
Filariasis malayi atau filariasis brugia
Penyakit kaki gajah atau elefantiasis atau filariasis Vektor : Nyamuk
Anopheles barbirostris, Mansonia.
Hospes : manusia (kelenjar limfa) Penyakit :
Filariasis timori atau filariasis brugia
Penyakit kaki gajah atau elefantiasis atau filariasis Vektor : Nyamuk
Anopheles barbirostris, Mansonia.
Morfologi:
Cacing jantan 2,5-4 cm, ekor melengkung
Cacing betina mencapai 10 cm, ekor runcing
Cacing dewasa berbentuk seperti rambut, filiformis, berwarna putih susu
Morfologi:
Cacing betina mencapai 5,5 cm
Cacing jantan mencapai 2,3 cm
Cacing dewasa berbentuk seperti rambut, filiformis, berwarna putih susu
Morfologi :
Cacing betina mencapai 3,9 cm
Cacing jantan mencapai 2,3 cm
Cacing dewasa berbentuk seperti rambut, filiformis, berwarna putih susu
Nematoda Jaringan di Indonesia
Nematoda Jaringan di Indonesia
Wuchereria bancrofti Brugia malayi Brugia timori Gambaran klinis :
Mikrofilaria tidak
menimbulkan kelainan, tetapi cacing dewasa (limfadenitis dan
limfanginitis retrograd) dapat menimbulkan
gejala akut (obstrusi 10- 15 tahun) dengan gejala peradangan di beberapa bagian tubuh (kaki dan lengan)
Gambaran klinis : Gejala demam, limfangitis dan limfadenitis
Elephantiasis pada
bawah lutut dan bawah siku
Gambaran klinis : Gejala demam, limfangitis dan limfadenitis
Elephantiasis pada
bawah lutut dan bawah siku
Pemeriksaan parasitologis :
Pemeriksaan mikrofilaria dalam darah tepi malam hari, cairan hidrocel dan urin
Pemeriksaan parasitologis :
Pemeriksaan mikrofilaria dalam darah tepi malam hari
Pemeriksaan parasitologis :
Pemeriksaan mikrofilaria dalam darah tepi malam hari
Nematoda Jaringan di Indonesia
Wuchereria bancrofti
Nematoda Jaringan di Indonesia
Wuchereria bancrofti
Nematoda Jaringan di Indonesia
Brugia malayi
Nematoda Jaringan (bukan di Indonesia)
Loa-loa (Cacing yang menginfeksi mata)
Nematoda Jaringan (bukan di Indonesia)
Onchocerca volvulus (Cacing yang menginfeksi mata)
Nematoda Jaringan (bukan di Indonesia)
Onchocerca volvulus (Cacing yang menginfeksi mata)
TREMATODA
HELMINTHOLOGI
TREMATODA
Ciri-ciri umum:
1. Pipih seperti daun
2. Mempunyai dua buah alat hisap sucker:
3. Oral sucker dan Ventral sucker 4. Hermaphrodite
5. Tidak mempunyai rongga tubuh
6. Sistem pencernaan & ekskresi: belum sempurna 7. Ovipar
8. Telur mempunyai operculum & menetas dalam air 9. Mempunyai dua macam hospes antara
10. Bentuk infektifnya : metacercaria
❖ Hospes definitif : hewan dan manusia
❖ Menurut habitat cacing dewasa, dibagi dalam:
1. Trematoda hati (liver flukes) :
❑ Clonorchis sinensis
❑ Opisthorchis felineus
❑ Opisthorchis viverrini
❑ Fasciola hepatica
2. Trematoda usus (intestinal flukes):
❑ Fasciolopsis buski
❑ Heterophyidae
❑ Echinostomatidae
3. Trematoda Paru (lung flukes)
Paragonimus westermani
4. Trematoda darah (blood flukes :
❑ Schistosoma japonicum
❑ Schistosoma mansoni
❑ Schistosoma haematobium
TREMATODA
TREMATODA
Fase Telur:
❖ Diletakkan dalam saluran hati, rongga usus, paru, pembuluh darah atau jaringan tempat hidup.
❖ Dikeluarkan bersama tinja, urin atau sputum.
❖ Umumnya berisi sel telur dan bbrp spesies berisi mirasidium (M).
❖ Menetas dalam air atau menetas setelah ditelan
oleh keong (hospes perantara)
TREMATODA
Perkembangan dalam Hospes
Trematoda
Trematoda hati (liver fluke): Fasciola hepatica
Trematoda usus (intestinal fluke):
Fasciolaposis busky
Trematoda paru (lung fluke): Paragonimus westermani
Hospes: kambing, sapi, manusia
Penyakit :
Fascioliasis (pada manusia)
Hospes: manusia, anjing, babi
Penyakit :
Fasciolapsis (pada manusia)
Hospes: manusia, kucing, anjing, harimau Hospes antara I : keong Hospes antara II :
Crustacea (Kepiting) Penyakit : pada paru- paru
Morfologi :
Bentuk seperti daun (80 mm x 13 mm) ada
bahunya,
Morfologi :
Mirip F. hepatica tapi tidak ada bahu, ukuran 20-75 mm x 8-20
Morfologi :
Cacing dewasa 1,2 cm berbentuk seperti biji kopi
Trematoda
Trematoda hati (liver fluke): Fasciola
hepatica
Trematoda usus (intestinal fluke):
Fasciolaposis busky
Trematoda paru (lung fluke): Paragonimus westermani
Gejala klinis :
Hidup pada saluran empedu dan
menyebabkan
kerusakan parenkim hati, radang dan penyumbatan
Gejala klinis :
Hidup pada dinding duodenum dan jejenum sehingga menyebabkan ulkus
Diare eosinofilia, cachexim
Gejala klinis :
Ada kista pada organ tubuh hospes (misal paru-paru)
Batuk kering, batuk berdahak
Gejala abses pada otak, hati, dinding usus, otot dan limpa
Pemeriksaan parasitologis :
Pemeriksaan feses, cairan duodenum dan cairan empedu (telur cacing)
Pemeriksaan parasitologis :
Pemeriksaan feses, cairan duodenum (telur mirip telur F. hepatica)
Pemeriksaan parasitologis :
Pemeriksaan sputum dan feses (ada telur)
Trematoda
Trematoda darah (blood fluke): Schistoma sp.
Hospes:
Manusia, anjing, kucing, tikus sawah, babi, rusa (S. japonicum) Manusia dan keong (S. haematobium, S. mansoni)
Hospes antara: keong Penyakit :
S. japonicum → Oriental Schistosomiasis atau Schistosomiasis Japonica atau penyakit Katayama atau Demam keong
S. haematobium → Schistosomiasis vesicalis atau haematuri Schistosoma atau Bilharziasis urinarius
S. mansoni → Bilharziasis intestinalis, disentri Schistosoma, Shistosomiasis mansoni
Morfologi :
Bentuk gilig memanjang, jenis kelamin terpisah, mempunyai dua buah alat hisap. Bentuk dewasa hidup dalam hospes, di luar hospes tidak mencemari lingkungan. Telur 120 x 60 mikron
Trematoda
Trematoda darah (blood fluke): Schistoma sp.
Gejala klinis :
Cara infeksi cercaria:
Menembus kulit → masuk kapiler darah → aliran darah → jantung kanan → paru-paru → jantung kiri → sistem peredaran darah → cabang-cabang vena porta → menjadi dewasa dalam hati → kembali ke vena porta dan cabang- cabangnya
S. japonicum → Vena mesenterika superior S. mansoni → Vena mesenterika inferior
S. haematobium → Vena mesenterika inferior, Vena haemorrhodialis, Vena pudendalis, Plexus vesicalis
Cercaria: menyebabkan dermatitis Dewasa: diare, hepatosplenomegali
Pemeriksaan parasitologis :
Memeriksa faeces, menemukan telur
Trematoda
Trematoda hati (liver fluke): Fasciola hepatica
Trematoda
Trematoda hati (liver fluke): Fasciola hepatica
Trematoda
Trematoda usus (intestinal fluke): Fasciolaposis busky
Trematoda
Trematoda paru (lung fluke): Paragonimus westermani
Trematoda
Trematoda paru (lung fluke): Paragonimus westermani
Trematoda
Trematoda darah (blood fluke): Schistoma sp.
Trematoda
Trematoda darah (blood fluke): Schistoma sp.
CESTODA
HELMINTHOLOGI
CESTODA
Ciri-ciri umum:
❖ Pipih dorso-ventral, bersegmen-segmen
❖ Ukuran bervariasi: mm s/d beberapa meter
❖ Stadium dewasa di dalam usus manusia / hewan
❖ Tubuh: kepala, leher & badan (strobila)
❖ Kepala: alat hisap, kadang- kadang kait
❖ Strobila: beberapa segmen (imatur, matur & gravid)
❖ Jenis kelamin tidak terpisah (hermaphrodit)
❖ Tidak mempunyai rongga tubuh
❖ Tidak mempunyai saluran cerna
❖ Mempunyai sistem reproduksi sempurna
❖ Mempunyai sistem syaraf &
ekskresi: sederhana
CESTODA
Sifat-sifat umum:
❖ Badan cacing dewasa terdiri dari:
1. Skolek (kepala hingga alat untuk melekat, dilengkapi dengan batil isap/lekuk isap)
2. Leher (tempat pertumbuhan badan)
3. Strobila (badan yg trdr segmen-segmen (proglotid)
❖ Sistem reproduksi: Hermaprodit
❖ Telur dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus)
❖ Embrio di dlm telur (onkosfer menjadi embrio heksakan) Infeksi :
❖ Menelan larva infektif
❖ Menelan telur
CESTODA
Klasifikasi :
Ordo PSEUDO PHYLLIDEA 1. Diphyllobothrium latum
2. Diphllobothrium (Spirometra) mansoni Ordo CYCLOPHYLLIDEA
1. Taenia saginata 2. Taenia solium
3. Hymenolepis nana 4. Hymenolepis diminuta 5. Dipylidium caninum
6. Echinococcus granulosus tidak terdapat di Indonesia 7. E. multilocularis
8. Multiceps spp.
banyak terdapat di Indonesia
Cestoda
Taenia saginata (Beef tapeworm)
Taenia solium (Pork tapeworm)
Hymenolepis nana (Dwarf tapeworm) Hospes definitif :
manusia
Hospes perantara :
Sapi, unta, herbivora lain
Hospes definitif : manusia
Hospes perantara : babi
Hospes definitif : Manusia, tikus, mencit Penyakit :
Himenolepiasis Morfologi :
Dewasa panjang 5-10m, hidup dalam hospes
Telur mencemari lingkungan, tahan terhadap faktor luar (suhu, zat kimia, sinar matahari, kelembaban) sampai 1-2 bulan
Larva tidak mencemari lingkungan terdapat di dalam jaringan otot sapi (hospes antara)
Morfologi :
Dewasa panjang 2-3 m, hidup dalam hospes
Telur bulat, mencemari lingkungan (tanah,
sayuran, buah-buahan), tahan terhadap faktor luar (suhu, zat kimia, sinar matahari,
kelembaban) sampai 1-2 bulan
Larva tidak mencemari lingkungan, hidup dalam hospes antara (otot babi)
Morfologi :
Ukuran mencapai 25 cm Termasuk cacing pita yang pendek
Cestoda
Taenia saginata (Beef tapeworm)
Taenia solium (Pork tapeworm)
Hymenolepis nana (Dwarf tapeworm) Gejala Klinis :
Jarang terlihat gejalanya Habitat di usus halus (jika makan daging yang tidak dimasak dengan sempurna)
Gejala usus dan eosinofilia
Gejala Klinis :
Jarang terlihat gejalanya Diare dan sembelit
Nafsu makan berkurang, berat badan menurun Dapat ditemukan
benjolan di bawah kulit Habitat di usus halus
Gejala Klinis :
Jarang terlihat gejalanya Infeksi karena telur
tertelan, autoinfeksi interna
Infeksi berat pada anak- anak adalah asteni
(kurang nafsu makan, mual, muntah, diare Pemeriksaan
parasitologis :
Pemeriksaan anus (ada proglotid yang keluar), pemeriksaan feses (ada telur)
Pemeriksaan parasitologis :
Pemeriksaan anus (ada proglotid yang keluar), pemeriksaan feses (ada telur)
Pemeriksaan parasitologis :
Pemeriksaan feses ( ada telur)