• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MATERI VIRUS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 29 BONE SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MATERI VIRUS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 29 BONE SKRIPSI"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

MIRNAWATI NIM: 105440006615

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 2020

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar. Email : [email protected] Web : biologi.fkip.unismuh.ac.id.

Telp : 0411-860837/860132 (Fax). Web : www.fkip.unismuh.ac.id

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mirnawati

NIM : 105 44000 6615 Jurusan : Pendidikan Biologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Terhadap Hasil Belajar Kognitif Materi Virus Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 29 Bone

Dengan ini menyatakan bahwa:

Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah hasil Asli karya saya sendiri dan bukan hasil Jiblakan dari orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Januari 2020 Yang Membuat Pernyataan,

Mirnawati

(5)

v

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mirnawati

NIM : 105 44000 6615 Jurusan : Pendidikan Biologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan Proposal sampai selesai penyusunan Skripsi ini, saya akan menyusun sendiri Skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menysun Skripsi, saya akan selalu melakukan Konsultasi dengan Pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan Skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Januari 2020 Yang Membuat Perjanjian,

Mirnawati

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhan Allah hendaknya kamu berharap.

(QS. Al- Insyirah: 6-8)

Bukan Kehidupan kalau tak ada Masalah...

Bukanlah Keberhasilan kalau tak ada Rintangan...

Bukan Pula Kesuksesan kalau tak ada Usaha...

Dan Selama Keinginan untuk Sukses itu masih Ada, maka

BERJUANGLAH !!!

Kuperuntukkan Karya Sederhana ini kepada, Ayahandaku, Ibundaku, Saudara-Saudariku, dan Keluarga Tercinta serta Sahabat-Sahabatku yang senantiasa memanjatkan Doa dan mencurahkan Kasih dan Sayang yang tulus kepada penulis

(7)

vii

Hasil Belajar Kognitif Materi Virus Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 29 Bone.

Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keluarga dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Hilmi Hambali dan Pembimbing II Rahmatia Thahir

Jenis penelitian in adalah Quasy Eksperimen yang bertujuan (1) Untuk mengetahui hasil belajar kognitif materi virus (2) Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Negeri 29 Bone. Sampel terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Teknik yang digunakan adalah Random Sampling . Data yang dikumpulkan yaitu data mengenai hasil belajar kognitif siswa dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial.

Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting yaitu 81,4 dan rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol yaitu 68,3. Hasil uji hipotesis dengan bantuan SPSS versi 22.0 menggunakan stastistik uji Independent Sample t- test menunjukkan nilai signifikan 0,000<0,05. Berdasarkan hasil penelitian maka model pembelajaran Probing-Prompting berpengaruh diterapkan dalam pembelajaran biologi pada siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 29 Bone.

Kata Kunci: Probing-Prompting, hasil belajar

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari padangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendnak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua Ayahanda Amiruddin dan Ibunda Rosmiati yang telah berjuang, berdoa, mengasuh,

(9)

ix

memberikan motivasi dan selalu menemaniku dalam candanya, kepada Ibunda Hilmi Hambali, S. Pd., M.Kes dan Ibunda Rahmatia Thahir, S.Pd.,M.Pd., pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Prof.

Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM, sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Ibunda Irmawanty, S.Si., M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi serta seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Bapak Drs. H. Harbin Nur, sebagai Kepala SMA Negeri 29 Bone, Ibu Ernawati, S.Pd sebagai guru mata pelajaran biologi, serta segenap Guru-guru dan staf SMA Negeri 29 Bonen yang telah memberikan arahan serta bimbingan dala pelaksanaan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabatku Desi Saprianti, Iin Ayu Kartika, Melda Syam Tonra, Indriani dan Kasrina Nur Zain yang selalu berbagi semangat dalam menjalankan aktivitas bersama selama bimbingan dan penyusunan skripsi, juga untuk rekan mahasiswa seperjuangan pada Program Studi

(10)

x

Pendidikan Biologi terkhusus kelas Biologi B angkatan 2015, atas solidaritas dan persaudaraan semoga keakraban, kebersamaan dan silaturahmi tidak berhenti di perkuliahan.

Sahabatku S’tabah Squad (Sunarti, Nurulhidayah, Nur Alyah, Andi Sabrina, Afriani Basri, Nining Riandika, Iva Maskuri, Syifaur Rahma, Ramadania, dan Mutmainnah) yang selalu memberi support serta semua pihak yang tidak sempat dituliskan satu persatu yang telah memberikan bantuannya kepada penulis secara langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritiakan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa sesuatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca terutama bagi diri pribadi penulis dan kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan bimbingan semoga bernilai pahala disisi-Nya. Aamiin.

Makassar, Januari 2020

Penulis

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... .i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... .ii

SURAT PERNYATAAN... .iii

SURAT PERJANJIAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... .v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... . x

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... .ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ... 7

1. Hasil Belajar ... 7

2. Model Pembelajaran Probing-Prompting ... 13

3. Sintaks Model Pembelajaran Probing-Prompting ... 15

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Probing-Prompting ... 16

5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Probing-Prompting ... 17

6. Materi Ajar ... 19

7. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Probing-Prompting dengan Materi ... 30

(12)

xii

8. Penelitian yang Relevan ... 30

9. Kerangka Pikir ... 32

B. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel ... 38

C. Definisi Operasional Variabel ... 39

D. Instrumen Penelitian... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii

Tabel Judul Halaman

2.1 Sintaks model pembelajaran Probing-Prompting ... 15

3.1 Desain eksperimen Posttest only control group design ... 35

3.2 Sintaks model pembelajaran Probing-Prompting ... 37

3.3 Populasi penelitian ... 39

3.4 Sampel penelitian ... 39

3.5 Pengkategorian hasil belajar ... 43

3.6 Kriteria ketuntasan minimal (KKM) ... 43

4.1 Data statistik skor hasil belajar posttest siswa kelas eksperimen Dan kelas kontrol ... 47

4.2 Data distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar kognitif (posttest) siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 48

4.3 Data deskripsi ketuntasan hasil belajar posttest siswa kelas eksperimen Dan kelas kontrol ... 50

4.4 Rekapitulasi hasil uji normalitasi data hasil belajar kognitif siswa ... 50

4.5 Rekapitulasi uji homogenitas hasil belajar kognitif ... 51

4.6 Uji hipotesis ... 52

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Virus Berbentuk Helix ... 24

2.2 Virus Berbentuk Polihedral ... 24

2.3 Virus Komplek ... 25

2.4 Isi tubuh virus ... 26

2.5 Ekor virus ... 26

2.6 Kerangka Pikir ... 33

4.1 Diagram Kategorisasi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar (posttest) Siswa Kelas Eksperimen dan Siswa Kelas Kontrol ... 49

(15)

xv Lampiran A

1. Silabus ... 62

2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 66

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ...95

4. Lembar observasi aktivitas siswa ...111

5. Lembar observasi aktivitas guru ...106

Lampiran B 1. Kisi-kisi soal...128

2. Soal Posttest ...150

3. Kunci jawaban ...159

Lampiran C 1. Daftar hadir siswa ...161

2. Daftar nilai tes hasil belajar kognitif siswa dan Rekapitulasi ...164

3. Hasil analisis data ...169

Lampiran D 1. Dokumentasi ...175

2. Persuratan ... ..183

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan dengan memiliki potensi dalam dirinya berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk membangun jati dirinya.

Kemampuan seseorang untuk menunjukkan potensi dirinya jika dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, maka orang tersebut dapat membangun peradaban yang tinggi yang bukan hanya bermanfaat bagi dirinya tetapi juga orang lain.

Potensi yang dimiliki setiap orang, perlu mendapatkan sentuhan secara professional, yang terencana dengan baik, terlaksana secara sistematis.Model seperti ini memungkinkan terbangunnya suatu jaringan yang kuat, yang mampu mendongkrak nilai popularitas dari kemampuan yang dimiliki untuk dipakai beraktivitas. Penggalian bakat dan kemampuan yang dimiliki seseorang, jika dimanfaatkan dalam suatu proses pembelajaran yang memadai, maka akan tercipta suatu alur yang sangat tepat untuk memberdayakan kemampuan secara maksimal.

Manusia melakukan kegiatan pendidikan atau menjalani proses pembelajaran bukan karena sekedar ingin belajar atau bisa belajar, melainkan sejak awal kejadiannya telah dilengkapi oleh kemampuan belajar.Pada dasarnya setiap siswa mempunyai potensi, baik fisik, intelektual, dan kepribadian.Setiap individu memiliki kemampuan atau tingkat kecerdasan serta karakter masing-masing. Masing-masing siswa memiliki kemampuan memahami, menggali materi dan informasi yang tidak sama. Ada siswa yang

(17)

cepat dalam memahami materi namun ada pula yang perlu mendapat bimbingan secara bertahap dalam belajar. Pengembangan potensi siswa ini hanya memerlukan kesiapan seorang pendidik untuk menjadi indikator suksesnya dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Proses pembelajaran yang berlangsung, yang melibatkan guru dan siswa akan terjadi interaksi keduanya secara timbal balik. Guru akan senantiasa memberikan penyampaian pembelajaran dengan memilih model dan sarana pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disajikan. Dari awal hingga akhir pembelajaran, guru akan senantiasa mengamati siswanya.

Proses yang terjadi dapat penilaian terhadap hasil belajar siswa sampai dengan penilaian akhir.

Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 29 Bone, ditemukan rendahnya hasil belajar siswa. Diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas X MIA 1 masih banyak yang belum mencapai kriteria ketuntasan maksimal (KKM). Hal ini dilihat dari nilai nilai ujian semester genap 2019 pada mata pelajaran Biologi di kelas X MIA 1, dari 34 siswa hanya 15 siswa yang dapat mencapai KKM dan 19 siswa lainnya belum mencapai KKM, dengan nilai KKM untuk mata pelajaran Biologi adalah 75. Guru menjadi faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa selama belajar di sekolah. Terlihat dari sudut pandang peneliti, guru di sekolah tersebut masih menggunakan metode pembelajaran yang belum bervariasi karena dalam proses pembelajaran guru cenderung hanya menggunakan model ceramah.

Pembelajaran biologi yang materinya sulit dan rumit menyebabkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran kurang. Siswa sulit untuk memahami materi

(18)

3

dan kurang fokus terhadap apa yang disampaikan oleh guru,serta tidak semua siswa aktif saat proses belajar mengajar.

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran.

Penegtahuan atau kemampuan berfikir yang dimiliki siswa di SMA Negeri 29 Bone berbeda-beda, beberapa siswa ada yang aktif dan sebagian lainnya kurang aktif saat pembelajaran seperti halnya kurangnya siswa dalam mengajukan pertanyaan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dan guna untuk mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting memiliki cara/model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran Probing-Prompting. Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak. Sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpatisipasi aktif, siswa tidak dapat menghindar dari proses pembelajaran.

Probing-Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali.

sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa, dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

Pembelajaran Probing-Prompting memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam membangun dan memahami materi pelajaran, melalui proses berpikir secara individual maupun bekerjasama dalam diskusi kelas.

(19)

Dengan pembelajaran Probing-Prompting siswa dirangsang untuk aktif berpikir dalam merespon setiap pertanyaan yang diajukan.

Model pembelajaran Probing-Prompting yang telah dipilih merupakan alat komunikasi yang baik bagisiswa, sehingga materi pembelajaran virus diharapkan siswa dapat memberanikan diri mengeluarkan pendapat, mendorong kemampuan siswa untuk berfikir, dengan itu siswaakan terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilaksanakan dikelas, siswa diberikan serangkaian pertanyaan- pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali proses berfikir siswa.

Pertanyaan yang diberikan berguna untuk merangsang berpikir siswa.

Adapun penelitian sebelumnya menunjukkan keberhasilan penerapan model pembelajaran Probing-Prompting pada mata pelajaran Biologi dikelas.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Reni (2018),yang menyatakan pembelajaran Probing-Prompting dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakannya penelitian dengan judul“Pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar materi virus pada siswakelas X SMA Negeri 29 Bone”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah hasil belajar kognitif materi virus pada siswa kelas X SMA Negeri 29 Bone yang diajarkan dengan model pengaruh Probing- Prompting?

(20)

5

2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar kognitif materi virus pada siswa kelas X SMA Negeri 29 Bone?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui hasil belajar kognitif materi virus pada siswa kelas X SMA Negeri 29 Bone yang diajarkan dengan model pengaruh Probing- Prompting.

2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar kognitif materi virus pada siswa kelas X SMA Negeri 29 Bone.

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya di mata pelajaran biologi, dalam memperbaiki proses kegiatan belajar di sekolah dan mengembangkan keaktifan siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar.

b. Manfaat Praktis 1) Bagi siswa

Sebagai alternatif dalam pembelajaran biologi sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa.

(21)

2) Bagi guru

Sebagai penambah wawasan bagi guru yang ingin menentukan model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran biologi.

3) Bagi sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah yang bersangkutan untuk meningkatkan hasil belajar biologi pada khususnya dan kualitas pendidikan pada umumnya.

4) Bagi peneliti

Menambah pengalaman, wawasan dan pengetahuan baru dalam menerapkan model pembelajaran Pobing-Prompting pada pembelajaran biologi.

(22)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian pustaka 1. Hasil Belajar

a. Pengertian belajar

Menurut Fudyartanto dalam Baharuddin (2015) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti

“berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunya sebelumnya.

Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.

Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar (Artawan, 2017).

(23)

Menurut teori behavioristik, belajar adalah peubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya (Budiningsih, 2012) b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku atau kompetensi (sikap, pengetahuan, keerampilan) yang diperoleh siswa setelah melalui aktivitas belajar. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yakni faktor internal dari dalam siswa, dan faktor eksternal dari luar siswa. Pada umumnya, hasil belajar 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa (faktor internal) dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan (faktor eksternal). Faktor lingkungan yang paling berpengaruh pada hasil belajar adalah kualitas pembelajaran (Sani, 2019).

Hasil belajar menurut Winkel, dalam Duda (2018) adalah “Perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”.Sedangkan menurut Sudjana “Hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang telah dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.Hasil belajar mencakup aspek kognitif, keterampilan, dan sikap yang dimiliki siswa tersebut meningkat atau berubah ke arah yang lebih positif atau baik dari sebelumnya karena adanya proses belajar.

Menurut Sumarsono, dalam Sudirman (2016) mengemukakan bahwa hasil belajar memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar. Penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi sampai sejauh mana

(24)

9

keberhasilan seorang siswa dalam belajar.Berdasarkan informasi tersebut guru dapat memperbaiki dan menyusun kembali kegiatan belajar pembelajaran lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

c. Jenis-Jenis Hasil Belajar

Menurut Benjamin S. Bloom hasil belajar mencakup kemampuan afektif, kognitif dan psikomotor. Masing-masing kemampuan disebut taksonomi. Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani, tassein berarti “untuk pengelompokkan”, dan nomos berarti “aturan”. Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan tingkatan tertentu. Banyak pelaku pendidik yang menggunakan taksonomi Bloom dalam menetapkan hasil belajar. Namun, ada juga yang menggunakan taksonomi dari ahli yang lain (Sani, 2019).

Menurut Sani (2019),jenis perilaku yang diharapkan muncul setelah mengikuti sebuah kegiatan belajar adalah:

1) Perilaku Kognitif

Perilaku Kognitif adalah perilaku yang berkaitan dengan kemampuan mengingat dan berpikir. Dimendi proses kognitif menurut Anderson dan Krathwohl yang telaha di revisi adalah sebagai berikut:

a) Tingkat C1 Pengetahuan (mengingat): mengenal dan mengingat pengetahuan yang relevan dari ingatan jangka panjang. Pada kategori ini, peserta didik hanya ditunut untuk mengingat fakta, konsep, atau pengetahuan prosedural tanpa harus memahami dan menerapkannnya.

Pada kategori ini, guru hanya menguji kemampuan pserta didik dalam

(25)

menghafal informasi yang disampaikan, dibaca, atau dihimpun oleh pesera didik.

b) Tingkat C2 Pemahaman (memahami): membangun makna dari pesan lisan, tulisan, dan gambar melalui interpretas, pemberian contoh inferensi, mengelompokkan, meringkas, membandingkan merangkum, dan menjelaskan.

c) Tingkat C3 Menerapkan (aplikasi): menggunakan prosedur melalui eksekusi dan implementasi. Peserta didk dituntut untuk dapat menerapkan ide, konsep, prinsip, prosedur, metode, atau teori ke dalam situasi baru secara nyata.

d) Tingkat C4 Analisis (menganaliss): membagi materi dalam berbagai bagian, menentukan hubungan antara bagian atau secara keselruhan denbgan melakukan penurunan, pengelolaa, dan pengenalan atribut.

e) Tingkat C5 Sintetis (berkreasi): mengembangkan ide, produk, atau metode baru denga cara menggabungkan unsur-unsur untuk membentuk fungsi secara keseluruhan dan menata kembali unsur-unsur menjadi pola atau struktur baru melalui perencanaan, pengembangan, dan produksi.

f) Tingkat C6 Evaluasi (mengevaluasi): membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standard melalui pengecekan dan kritik. Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan untuk mengambil keputusan, menyatakan pendapat, atau memberi penilaian secara kuantitatif atau kualitatif berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

(26)

11

2) Perilaku Afektif

Perilaku afektif adalah peilaku yang berkaitan dengan nilai, norma, sikap, perasaan dan kemauan.

3) Perilaku Psikomotor

Perilaku psikomotor merupakan perilaku yang menyangkut aspek keterampilan atau gerakan.

Berdasarkan uraian di atas hasil belajar semua mengacu terhadap perubahan siswa setelah melakukan proses kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh setelah siswa mengalami berbagai kegiatan belajar yang menyebabkan perubahan dalam dirinya. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan kriteria atau patokan – patokan tertentu. Dalam pengukuran hasil belajar siswa dibatasi yaitu dari ranah kognitif pada aspek pengetahuan, pemahaman yang dinilai melalui evaluasi yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam bentuk tes. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku atau kemampuan siswa setelah menerima pengalaman belajar yang dapat diukur. Perubahan dalam hal ini adalah perubahan menjadi lebih baik.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Rusman (2011), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu:

1) Faktor Internal a) Faktor Fisiologi

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lemah dan capek, tidak dalam keadaan

(27)

cacat jasmani, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

b) Faktor Psikologi

Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa factor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa.

2) Fakot eksternal a) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban, dan lain-lain. Belajar ditengah hari yang memiliki ventilasi udara yang kurang tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan diruang yang cukup meendukung untuk bernafas lega.

b) Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belaajr yang diharapkan.

Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainay tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor- faktor instrumental ini berupa kurikulum, saran dan guru.

(28)

13

2. Model pembelajaran Probing-Prompting

Model pembelajaran adalah suatu pola interaksi antara siswa dan guru di dalam kelas yang terdiri dari strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksaan kegiatan pembelajaran di kelas (Lestari, 2017). Banyak model pembelajaran telah dikembangkan oleh guru pada dasarnya untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami dan menguasai suatu pengetahuan atau pelajaran tertentu.

Pengembangan model pembelajaran sangat tergntung dari karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang akan diberikan kepada siswa sehingga tidak ada model tertentu yang diyakini sebagai model pembelajaran yang paling baik. Semua tergantung situasi dan kondisinya (Shoimin, 2017).

Model pembelajaran Probing-Prompting juga sebagai pembelajaran yang mengacu pada daya berpikir siswa, mendorong untuk berpikir lebih aktif, mengembangkan keterampilan siswa dalam mengemukakan pendapat dan memberikan pengetahuan yang luas kepada siswa (Shoimin, 2014).

Menurut Suherman (Lestari, 2017) model pembelajaran Probing- Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari, selanjutnya, siswa mengonstruksi konsep-prinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengtahuan baru tidak diberitahukan.

(29)

Teknik Probing-Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berfikir yang mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang dipelajari. Selanjutnya, siswa mengonstruksi konsep, prinsip, dan aturan menjadi pengetahuan baru. Dengan demikian, pengetahuan baru tidak diberitahukan (Shoimin, 2017).

Dengan model pembelajaran ini, proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpatisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindari dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. (Shoimin, 2017).

Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, tetapi bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tegang, guru hendaknya mengajukan serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, dan nada lembut. Ada canda, senyuman, dan tertawa sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah ciri bahwa dia sedang belajar dan telah berpatisipasi (Shoimin, 2017).

Model pembelajaran Probing-Prompting memiliki tujuh fase dalam pembelajaran. Setiap fase tersebut dirincikan dengan kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Ketujuh fase model pembelajaran Probing-Prompting yakni New Situation, Think Opening, Question, Think Opening, Reply Question, Screen Comprehension, dan Last Question (Putra, 2016).

(30)

15

3. Sintaks Model Pembelajaran Probing-Prompting

Menurut Fajar dalam Megasari (2018) sintak pembelajaran kooperatif tipe Probing-Prompting terdiri dari 7 langkah:

Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Fase 1

Menghadapkan pada situasi baru

Guru menghadapkan siswa pada situasi baru,

Siswa memperhatikan gambar, rumus atau situasi lainnya yang mengandung permasalahan.

Fase 2

Merumuskan masalah

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.

Siswa melakukan diskusi untuk merumuskan jawaban

Fase 3 Mengajukan

persoalan

Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Siswa melakukan proses pembelajaran dan menerima persoalan berdasarkan tujuan pembelajaran.

Fase 4

Memberi kesempatan berfikir

Guru Menunggu beberapa saat untuk memberikan

kesempatan kepada siswa untuk

merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.

Siswa merumuskan jawaban

Fase 5 Menunjuk siswa menjawab pertanyaan

Guru Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.

Siswa yang ditunjuk, menjawab pertanyaan

Fase 6 Meminta tanggapan/tambahan

siswa lain

Guru meminta tanggapan kepada siswa lain tentang jawaban untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

Siswa memberi

tanggapan dan pendapat

(31)

Lanjutan tabel sintak model pembelajaran Probing-Prompting Fase 7

Mengajukan pertanyaan akhir

Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa

Siswa menjawab dan memberi kesimpulan

4. Langkah – langkah Model Pembelajaran Probing – Prompting

Menurut Suherman, dalam Lestari (2017) Langkah-langkah pembelajaran Probing-Prompting sebagai berikut:

a. Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan memperhatikan gambar, rumus, atau situasi lainnya yang mengandung permasalahan.

b. Memberikan kesempatan kepadasiswa untuk merumuskan jawaban.

c. Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus (TPK)

d. Memberikan kesempatan siswa untuk merumuskan jawaban.

e. Meminta salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.

f. Jika jawabannya tepat, maka guru meminta tanggapan kepada siswalain tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswaterlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun jika siswa tersebut mengalami kesulitan menjawab dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau diam, maka guru mengajukan pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban.

Lalu, dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut siswa berfikir pada tinggi yang lebih tinggi, sampai dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetisi dasar atau indikator. Pertanyaan yang dilakukan pada langkah

(32)

17

keenam ini sebaiknya diajukan kepada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan Probing-Prompting.

g. Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa indicator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa.

Menurut Rosnawati, dalam Shoimin (2017) pola umum dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik Probing-Prompting melalui tiga tahapan, sebagai berikut:

a. Kegiatan awal: guru menggali pengetahuan prasyarat yang sudah dimiliki siswa dengan menggunakan teknik Probing. Hal ini berfungsi untuk introduksi, revisi, dan motivasi. Apabila prasyarat telah dikuasai siswa, langkah yang keenam dari tahapan teknik Probing tidak perlu dilaksanakan. Untuk memotivasi siswa, pola Probing cukup tiga langkah, yaitu langkah 1, 2, dan 3.

b. Kegiatan inti: pengembangan materi maupun penerapan materi dilakukan dengan menggunakan teknik Probing.

c. Kegiatan akhir: teknik Probing digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam belajarnya setelah siswa selesai melakukan kegiatan inti yang telah ditetapkan sebelumnya. Pola meliputi ketujuh langkah itu dan diterapkan terutama untuk ketercapaian indikator.

5. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Probing-Prompting Secara umum setiap metode dalam pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitupun dengan Metode Pembelajaran Probing-Prompting. Jadi hal semacam ini penting diketahui

(33)

oleh guru agar penggunaannya tepat waktu dan sasarannya. Menurut Shoimin (2017), berikut kelebihan dan kekeurangan Metode Pembelajaran Probing - Prompting:

a. Kelebihan model pembelajaran Probing-Prompting

Adapun kelebihan dari model pembelajaran Probing-Prompting adalah sebagai berikut:

1) Mendorong siswa aktif berfikir

2) Memberikan kesempatan kepada peseta didik untuk menanyakan hal- hal yang kurang jelas sehingga guru dapat menjelaskan kembali.

3) Perbedaan pendapat antara siswa dapat dikompromikan atau diarahkan.

4) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut atau ketika sedang mengantuk hilang rasa kantuknya.

5) Sebagai cara meninjau kembali (review) bahan pelajaran yang lampau.

6) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.

7) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.

b. Kelemahan model pembelajaran Probing-Prompting

Adapun kelebihan dari model pembelajaran Probing-Prompting adalah sebagai berikut:

1) Dalam jumlah yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada tiap siswa.

(34)

19

2) Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.

3) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan mudah dipahami siswa.

4) Waktu sering banyak terbuang apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.

5) Dalam jumlah yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.

6) Dapat menghambat cara berfikir anak bila tidak/kurang pandai membawakan diri, misalnya guru meminta siswanya menjawab persis seperti dia kehendaki, kalau tidak dinilai salah.

6. Pokok Bahasan Materi a. Sejarah Perkembangan

Istilah virus berasal dari bahasa latin yang berarti racun. Sejarah penumuan virus di awali denga di temukannya virus oleh Adolf mayer, berikut adalah ilmuan yang berkontribusi dalam penemuan virus Dimitri ivanowsky, yang ketiga martinus beijerinck dan yang terakir Wendell Stanley

1) Adolf Mayer (1883) Berikut adalah penelitian Adolf mayer mengenai virus pada tanaman Tembakau:

a) Penyakit tersebut (mosaic) menyebabkan bercak-bercak pada daun tembakau sehingga menghmbat pertumbuhan tanaman tembakau.

(35)

b) Adolf mayer berhasil memindahkan penyakit tersebut ke tanaman lain yang masih sehat dengn menyemprotkan getahnya yang diekstraksi dari daun tanaman sakit ke tanaman sehat.

c) Tanaman sehat menjadi sakit.

d) Adolf mayer menduga penyakit tersebut di sebabkan oleh bakteri yang sangat kecil dan tidak dapat di amati dengan menggunakan mikroskop biasa.

2) Dimitri Ivanowsky (1892).

Pada Tahun 1892 seorang ilmuwan Rusia bernama Dimitri Ivanowsky melakukan percobaan menyaring getah tanaman tembakau berpenyakit dengan saringan yang didesain khusus untuk menyaring bakteri.Kemudian hasil saringan ditularkan pada tanaman sehat.Ternyata filtrat masih menimbulkan penyakit mosaik pada tembakau sehat.Seperti halnya Mayer, Ivanowsky berkesimpulan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri patogenik yang sangat kecil atau bakteri penghasil toksin yang dapat melewati saringan yaitu virus.

a) Melakukan percobaan dengan menyaring getah tanaman tembakau berpenyakit dengann di desain khusus untuk menyaring bakteri, hasilnya di tularkan ke tanaman sehat.

b) Filtrat masih menimbulkan penyakit pada tembakau sehat.

c) Kesimpulan dari penelitannya adalah bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri patogenik yang sangat kecil atau bakteri penghasil toksin yang dapat melewati saringan.

(36)

21

3) Martinus Beijerinck (1897) Pada tahun 1897, seorang ahli botani Belanda bernama Martinus Beijerinck melakukan eksperimen yang membuktikan bahwa agen penginfeksi yang terdapat di dalam getah tembakau dapat berkembang biak dengan cara:

a) Martinus menyemprotkan getah yang telah disaring ke tanaman lain, setelah tanaman itu sakit getahnya di gunakan untuk menginfeksi tanaman lain seterusnya hingga berkali-kali pemindahan.

b) Kemampuan pathogen penginfeksi ternyata tidak berkurang meskipun telah di lakukan pemindahan berkali-kali. Berbeda dengan bakteri, agen penginfeksi tersebut tidak di kembangkan dalam cawan petri dan tidak dapat dinonaktifkan dengan alcohol.

c) Martinus memperkirakan agen penginfaksi tersebut merupaka partikel yang lebih kecil dan lebih sederhana dibandingkan dengan bakteri yang disebut dengan virus lolos saringan.

4) Wendell Stanley (1935)

Pada tahun 1935, seorang ilmuwan Amerika, Wendell Stanley, berhasilmengkristalkan penginfeksi tanaman tembakau yang kemudian dikenal dengan nama Tobacco mozaik virus. Virus mosaik tembakau (Tobacco mosaic virus, TMV) adalah virus yang menyebabkan penyakit pada tembakau dan tumbuhan anggota suku terung-terungan (Solanaceae). Virus ini memiliki karakteristik:

a) Memiliki titik inaktivasi pemanasan 94º b) Titik pengenceran terahir 1 : 1.000.000

c) Dalam daun tembakau virus sanggup bertahan sampai puluhan tahun.

(37)

d) Dirion virus mosaic tembakau berbentuk batang-batang yang panjangnya 280 nm dan tebalnya 15nm.

Menurut Pujiati (2017) Pada pertengahan abad ke 19, eksistensi dunia mikroba dalam bentuk bakteri, jamur dan protozoa telah mampu di-buktikan.

Pada masa tersebut, pemakaian postulat Koch yang menyatakan bahwa suatu penyebab penyakit harus :

a) Dapat ditemukan pada lesi penyakit b) Dapat dibuat biakan murni,

c) Menimbulkan penyakit yang sama jika diinokulasikan pada pejamunya, d) Dapat diisolasi kembali dari lesi eksperimental tersebut, telah secara luas

diterima ilmuwan sebagai dogma.

5) Seymour Cohen dan kawan (1947) melakukan:

a) penelitian tentang infeksi bakteriofaga pada sintesis DNA dan RNA.

b) Cohen menemukan bahwa terjadi perubahan dramatik pada inetabolisme RNA, DNA dan protein pada sel pejamu yang terinfeksi virus.

c) Penelitian ini menunjukkan bahwa infeksi virus mampu menimbulkan tatanan baru dalam sintesa makromolekul oleh set pejamu.

d) Pada periode yang hampir bersamaan ditemukan teknologi pembiakan virus pada biakan sel sebagai pengganti binatang hidup dan telur berembrio. Temuan ini memungkinkan pengendalian variabel penelitian lebih baik. Temuan dalam bentuk teknologi dan bahan serta ide yang dikem-bangkan daripadanya terbukti berdampak luas, misalnya saja dalam hal pembuatan vaksin. Jika antara tahun 1798-1949, semua vaksin dibuat dalam telur berembrio, setelah periode tersebut banyak vaksin dibuat

(38)

23

dalam biakan sel dengan scaling up yang lebih efisien dan efek samping vaksin yang lebih kecil.

b. Karakteristik Virus

Menurut Subandi (2010), virus merupakan mikroorganisme penginfeksi yang memiliki karakteristik sebagai makhluk hidup dan benda mati. Virus ini mempunyai karakteristik tidak dimiliki oleh organisme lain. Berikut karakteristikvirus sebagai makhluk hidup dan benda mati, diantaranya sebagai berikut:

1) Karakteristik virus sebagai makhluk hidup:

a) Virus dapat bereproduksi dengan sangat cepat, tetapi hanya terjadi pada sel.

b) Inang yang hidup.

c) Virus dapat bermutasi.

2) Ciri Karakteristik virus sebagai benda mati:

a) Virus adalah aseluler yang tidak memiliki sitoplasma dan organel lainnya.

b) Virus tidak melakukan metabolisme sendiri, sehingga untuk memperbanyak diri, virus menggunakan metabolisme sel inangnya.

c. Struktur dan Komponen Virus

Istilah virus berasal dari bahasa latin yang berarti racun. Virus merupakan organisme berukuran kecil atau mikroskopis, virus hanya dapat bereproduksi pada media hidup dengan menginfeksi dan memanfaatkan materi genetik organisme lain untuk perkembangannya sendiri, virus bertindak sebagai parasit obligat (Pujiati, 2017).

(39)

1) Ukuran Virus

Virus berukuran lebih kecil dari pada bakteri, yakni berkisar antara 20 milimikron-300 milimikron (1\mikron=1000 milimikron). Untuk mengamatinya diperlukan mikroskop elektron yang pembesarannya dapat mencapai 50.000 X (Pujiati, 2017).

2) Bentuk Virus

Menurut Pujiati (2017), bentuk tubuh dan bagain-bagain tubuh virus morfologi virus terbagi menjadi empat tipe utama yaitu :

a) Virus Berbentuk Helix (helical virus)

Bentuknya menyerupai batang yang penjang, agak kaku dan lentur (fleksibel).

Gambar 2.1 Virus berbentuk Helix

Sumber: https://www.researchgate.net/publication/330042372_modul _mikroum

b) Virus Berbentuk Polihedral

Virus dengan morfologi polihedral mempunyai ukuran yang sangat bervariasi yaitu dari 20 – 400 nanometer. kapsid dari kebanyakan virus ini berbentuk ikosahedron (acosahedron) yaitu polyhedron beraturan dengan 20 bidang segitiga dan 20 sudut.

(40)

25

Gambar 2.2 Virus berbentuk Polihedral

Sumber: https://www.researchgate.net/publication/330042372_mo dul_mikroum

c) Virus Komplek

Morfologi virus kompleks memiliki bagian-bagian tubuh yang lebih kompleks dibandingkan dengan ketiga morfologi virus lainnya.

Gambar 2.3 Virus Komplek

Sumber: https://www.researchgate.net/publication/330042372_

modul_mikroum

d. Susunan Tubuh Virus

Virus bersifat aseluler (tidak mempunyai sel), Hanya memiliki satu macamasam nukleat (RNA dan DNA). Tubuh virus terdiri atas:

1) Kepala

Kepala virus berisi DNA/RNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid.

2) Kapsid

Kapsid adalah selubung yang berupa protein.Fungsi kapsid untuk memberi bentuk pada virus sekaligus melindungi virus dari lingkungan yang merugikan.

(41)

3) Isi tubuh

Isi tubuh yang sering disebut virion adalah bahan genetik yakni asam nukleat (DNA atau RNA), contoh adalah sebagai berikut:

a) Virus yang isi tubuhnya RNA dan bentuknya menyerupai kubusantara lain, polyomyelitis, virus radang mulut dan kuku, danvirus influenza.

b) Virus yang isi tubuhnya RNA, protein, lipida, dan polisakarida,contohnya paramixovirus.

c) Virus yang isi tubuhnya terdiri atas RNA, protein, dan banyaklipida, contohnya virus cacar.

Gambar 2.4 Isi tubuh Virus

Sumber: https://www.researchgate.net/publication/330042372_modul_mikroum

4) Ekor

Ekor virus merupakan alat penancap ketubuh organisme yang diserangnya. Ekor virus terdiri atas tubuh bersumbat yang di lengkapi benang atau serabut.

Gambar 2.5 Ekor Virus

Sumber: https://www.researchgate.net/publication/3 30042372_modul_mikroum

(42)

27

e. Susunan Tubuh Virus

Virus bersifat aseluler (tidak mempunyai sel), Hanya memiliki satu macamasam nukleat (RNA dan DNA). Tubuh virus terdiri atas kepala, kapsid, isi tubuh dan ekor. Berikut gambar dari tubuh virus secara utuh.

f. Senyawa-senyawa Penyusun Tubuh Virus

Menurut Pujiati (2017), adapun senyawa-senyawa penyusun tubuh virus, diantaranya sebagai berikut:

1. Asam nukleat, asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) sebagai bagian inti. Asam nukleat pada virus diselubangi kapsid sehingga disebut nukleokapsid. Ada dua macam nukleokapsid yaitu:

a) Nukleokapsid telanjang, misalnya pada TMV, adenovirus dan warzervirus (virus kulit).

b) Nukleokapsid yang masih diselubangi membran pembungkus misalnya viorus influenza dan virus hespes.

2. Protein, merupakan komponen utama yang menyusun bagian terbesar dari kapsid.

3. Lipid, terdapat pada virus dalam bentuk fosfolipid, gikolipid, asam nukleat, kolesterol dan lemak-lemak alami.

4. Karbohidrat, terdapat dalam bentuk ribose atau deoksirebose dalam asam nukleat.

f. Reproduksi Virus

Virus menunjukan satu ciri kehidupan, yaitu reproduksi. Namun, reproduksi virus hanya terjadi jika berada dalam sel organisme lain. Dengan demikian, virus hanya dapat hidup secara parasit. Pada dasarnya

(43)

reproduksi virus terjadi melalui lima tahap, yaitu tahap pelekatan, penetrasi, replikasi, sintesis, pematangan dan pelepasan(Pujiati, 2017).

Menurut Pujiati (2017), adapun senyawa-senyawa penyusun tubuh virus, diantaranya sebagai berikut:

1. Daur Litik

Untuk mempelajari virus litik, kita ambil contoh perkembangbiakan bakteriofag T4 yang panjangnya sekitar 200 nm dan lebar 80-100 nm di dalam sel bakteri E. Coli. Partikel-partikel virus yang baru (hasil perkembangbiakan) dikeluarkan sel inang melalui proses lisis.

Lisis adalah pecahnya membran sel inang dan keluarnya sitoplasma.

Proses lisis menyebabkan sel inang mati dengan cepat, karenanya bakteriofag T4 bersifat virulen yakni bisa mengakibatkan lisis atau sel inang pecah dan menyebabkan penyakit parah. Serta Berfungsi untuk mengenal dan mengindentifikasikan bakteri patogen.Daur litik dapat berlangsung selama 20-40 menit.Selama satu kali daur litik dihasilkan 50- 200 virus. Contohnya HIV, influenza, virus Feline Infectious Peritonitis (FIPV) yang menyebabkan penyakit pada kucing dan virus-virus eukariotik. Daur litik meliputi beberapa fase, yaitu absorpi, penetrasi, replikasi, perakitan, dan lisis.

2. Daur lisogenik

Beberapa virus, antara lain herpes, HIV, dan bakteriofag lamda, dan Feline coronavirus (FCoV) yang menyerang kucing berkembang biak melalui daur lisogenik. Bersifat avirulen atau temperate yaitu tidak menyebabkan sakit oleh karena itu dapat dijadikan sebagai model

(44)

29

konseptual virus onkogenik(virus penyebab kanker), sehingga memungkinkan untuk menemukan obat atau metode pengobatan yang sesuai pada penderita penyakit kanker. Daur lisogenik meliputi beberapa fase yaitu, adsorbs, injeksi, penggabungan, pembelahan, sintesis protein berdasarkan materi genetik dari virus, replikasi (penggandaan), dan tahap pematangan.

g. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus

Berdasarkan sumber penularannya, penyakit yang disebabkan oleh virus dapat digolongkan kedalam empat macam, yaitu :penyakit yang ditularkan melalui udara, penyakit yang ditularkan melalui makanan, penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin, dan penyakit yang ditularkan melalui hewan Pujiati (2017).

Menurut Pujiati (2017), adapun senyawa-senyawa penyusun tubuh virus, diantaranya sebagai berikut:

1) Penyakit yang ditularkan melalui udara yaitu pilek, influenza, virus campak, gondongan, SARS (Severe acute respiratory syndrome), flu burung,dan virus MERS.

2) Penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin/kontak langsung yaitu, herpes, AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome) dan ebola

3) penyakit yang ditularkan melalui hewan (zoonoses) yaitu, rabies, demam berdarah, virus zika.

(45)

7. Keterkaitan Antara Model Pembelajaran Dengan Materi

Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran merupakan suatu alternatif untuk mengatasi masalah rendahnya daya serap siswa terhadap suatu pembelajaran. Penerapan suatu model pembelajaran harus ditinjau dari segi keefektifitan, keefisienan, dan kecocokan dengan karakteristik materi pembelajaran serta keadaan siswa yang meliputi kemampuan, kepahaman, dan minat siswa. Model pembelajaran Probing-Prompting yang diupayakan mampu membuat siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran materi virus di kelas. Model pembelajaran Probing-Prompting mampu menjadikan siswa mengingat kembali yang diajarkan sedangkan materi virus yang identik dengan istilah- istilah yang sulit dipahami siswa, sehingga keduanya memiliki keterkaitan.

Model pembelajaran Probing-Prompting menuntut siswa untuk menguasai materi serta mengulang materi yang telah diberikan sebelum keduanya dengan bekerja sama.

8. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berikut beberapa hasil penelitian yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting diantaranya sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Siti Nur Qira’atul Fauziah dan Mansur (2017), mengenai penerapan model pembelajaran Probing-Prompting. Menyimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika kelas III SDN Sindang Panon1 Tangerang. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan skor rata-rata

(46)

31

kelas eksperimen adalah 62,16 lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan rata-rata 52,32. Maka dapat menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Agus Artawan, Gading, dan Diba (2017), menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan model pembelajaran Probing-Promptingdengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan model pembelajaran Probing-Promptingpada siswa kelas V Kecamatan Banjar tahun ajaran 2016/2017. Rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran Probing- Promptingadalah 24,14, sedangkan rata-rata skor kelompok siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran Probing-Promptingadalah 17,95. Dengan demikian model pembelajaran Probing-Prompting memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa.

3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Hilarius Jago Duda, Fitri Hamiani Adiba, dan Didin Syafruddin (2018), menyimpulkan proses pembelajaran oleh guru dengan diterapkannya model pembelajaran Probing-Prompting berlangsung dengan baik di kelas IX SMPN Silat Hilir. Hal tersebut terliaht pada pretest dan posttest kelas eksperimen.

Skor pretest 49,59 dan posttest 77,50. Hasil tersebut mengalami kenaikan sebesar 27,91. Sedangkan pada pretest dan posstest kelas kontrol, didapat skor pretest 50,21 dan posttest 58,12. Hasil tersebut menagalami kenaikan sebesar 7,91. Kenaikan skor dan skor rata-rata kelas kontrol

(47)

lebih rendah dibanding kelas kelas eksperimen sehingga dapat dikatakan model pembelajaran Probing-Prompting dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Kerangka Pikir

Proses belajar mengajar,di SMA Negeri 29 Bone, masih menggunakan model pembelajaran yang belum bervariasi, sehingga menyebabkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran kurang. Proses pembelajaran kurang efeftif ini, membuat siswa enggan berbicara, malu untuk mengemukakan pendapatnya sendiri dan ada juga beberapa siswa berbicara dengan teman sebangkunya. Akibatnya, siswa kurang memahami materi pelajaran. Tentu saja hal tersebut akan mengganggu kegiatan pembelajaran di kelas dan berdampak pada tidak tercapainya ketuntasan belajar siswa. Hasil belajar yang rendah akan menghambat ketercapaian tujuan pembelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pemilihan model pembelajaran yang sesuai denga materi yang akan diajarkan adalah model Pembelajaran Probing-Prompting. Model pembelajaran Probing-Prompting ini dapat menjadi jalan alternatif untuk mempermudah siswa menambah pengetahuannya sendiri.mendorongsiswa berpikir aktif, memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal – hal yang kurang jelas sehingga guru dapat menjelaskan kembali materi yang dianggap kurang jelas.Guru dapat membuat pertanyaan yang menarik sehingga dapat memusatkan perhatian siswa, sekalipun siswa sedang tidak kondusif di dalam kelas. Pada akhirnya, melalui penerapan model pembelajaran Probing-Prompting dapat

(48)

33

meningkatkan hasil belajar siswa, dan mencapai KKM dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Berikut ini adalah bagan kerangka pikir penelitian dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis pada penelitian ini yaitu ada Pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar materi virus pada siswa kelas X SMA Negeri 29 Bone.

1. Masih menggunakan model pembelajaran yang belum bervariasi

2. Siswa enggan berbicara, malu mengemukakan pendapatnya sendiri dan juga beberapa siswa berbicara dengan temannya.

Hasil belajar siswa mencapai KKM Proses belajar mengajar di SMA Negeri 29 Bone

1. Mendorong siswa aktif berpikir 2. Mengembangkan keberanian dan

keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat

3. Memusatkan perhatian siswa

Menerapkan model pembelajaran Probing-Prompting

(49)

36 A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian eksperimental semu (Quasy Experimental) menurut Sugiyono (2018) Quasy Experimental merupakan pengembangan dari True Eksperimental. Quasi Experimental mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.Pada eksperimen semu terdapat dua kelompok atau kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan perlakuan penggunaan model pembelajaran Probing-Prompting. Sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang tidak diberikan perlakuan penggunaan model pembelajaran Probing-Prompting.

2. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest Only Control Design. Menurut Sugiyono (2017), bentuk Posttest Only Control Design digambarkan pada tabel 3.1 dibawah ini.

(50)

37

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Eksperimen X O2

Kelas Kontrol O4

Keterangan :

O2= Posttest kelas Eksperimen

X = Perlakuan dengan menggunakan model Probing-Prompting

 = Perlakuan sesuai dengan pembelajaran di SMA Negeri 29 Bone O4=Posttest kelas Kontrol

3. Variabel Penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah pengaruh model pembelajaran Probing- Prompting sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar kognitif.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini rencananya dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 pada bulan September di SMA Negeri 29 Bone yang berlokasi di Jl. Launcu Desa Gaya Baru, kecematan Tellu Limpoe, kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.

5. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa prosedur dalam pengumpulan data, yaitu:

(51)

1. Tahap Observasi

a. Membuat surat izin penelitian untuk observasi ke sekolah

b. Bertemu dengan ketemu kepala sekolah untuk menyampaikan maksud dan tujuan dengan membawa surat izin penelitian untuk observasi.

c. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian.

d. Melakukan wawancara dengan salah seorang guru biologi mengenai permasalahan dalam pembelajaran biologi yang ada di SMA Negeri 29 Bone.

2. Tahap Persiapan

a. Menentukan model pembelajaran sebagai solusi dari permasalahan yang di dapatkan setelah melakukan observasi di SMA Negeri 29 Bone.

b. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol c. Menyusun perangkat pembelajaran, lembar kerja siswa dan soal posttest.

d. Membuat instrument penelitian berupa soal posttest

e. Melakukan uji validasi perangkat dan instrument penelitian kepada dosen pembimbing.

3. Tahap pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dimana pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga digunakan untuk proses pembelajaran di kelas ekperimen, dan pertemuan terakhir digunakan pemberian Posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa kognitif setelah diterapkan model pembelajaran Probing-Prompting.

(52)

39

Tabel 3.2 Sintaks Pembelajaran

Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Fase 1

Menghadapkan pada situasi baru

Guru menghadapkan siswa pada situasi baru,

Siswa memperhatikan gambar, rumus atau situasi lainnya yang mengandung permasalahan.

Fase 2

Merumuskan masalah

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.

Siswa melakukan diskusi untuk merumuskan jawaban

Fase 3 Mengajukan

persoalan

Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Siswa melakukan proses pembelajaran dan menerima persoalan berdasarkan tujuan pembelajaran.

Fase 4

Memberi kesempatan berfikir

Guru Menunggu beberapa saat untuk memberikan

kesempatan kepada siswa untuk

merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.

Siswa merumuskan jawaban

Fase 5 Menunjuk siswa menjawab pertanyaan

Guru Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.

Siswa yang ditunjuk, menjawab pertanyaan

Fase 6 Meminta tanggapan/tambahan

siswa lain

Guru meminta tanggapan kepada siswa lain tentang jawaban untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

Siswa memberi

tanggapan dan pendapat

Fase 7 Mengajukan pertanyaan akhir

Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa

Siswa menjawab dan memberi kesimpulan

(53)

4. Tahap evaluasi

Evaluasi ini merupakan penerapan tes tertulis. Evaluasi ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kognitif siswa setelah mendapatkan perlakuan. Data yang didapatkan dari evaluasi merupakan data akhir yang dapat digunakan sebagai pembuktian hipotesis. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap evaluasi sebagai berikut:

a. Evaluasi pembelajaran dilakukan satu kali yaitu pada saat akhir penelitian dilakukan Posttest dengan menggunakan kuosioner yang terdiri dari 30 butir pertanyaan.

b. Setelah data hasil evaluasi penelitian diperoleh, selanjutnya melakuakn analisis data.

c. Menyusun laporan hasil penelitian.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa SMA Negeri 29 Bone. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai besar populasi dan penentuan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Penjelasan mengenai populasi dan sampel dalam penelitian ini selengkapnya dijelaskan sebagai berikut:

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 29 Bone tahun ajaran 2018-2019 yang berjumlah sebanyak 73 siswa yang terbagi dalam 3 kelas. Adapun rincian populasinya dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:

(54)

41

Tabel 3.3 Populasi Penelitian No Rombongan

belajar

Laki-laki Perempuan Jumlah siswa

1 X IPA 1 9 16 25

2 X IPA 2 9 16 25

3 X IPA 3 14 19 23

Total keseluruhan siswa kelas X 73

(Sumber: SMA Negeri 29 Bone, 2019)

2. Sampel

Sampel penelitian ini yaitu kelas eksperimen (X MIA 1) dan kelas kontrol (X MIA 2). Sedangkan pada pengambilan subjek penelitian menggunakan teknik pengambilan sampel Sampling Random. Sampling Random yaitu teknik penentuan sampel karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2018).

Tabel 3.4 Sampel Penelitian

No. Rombongan Belajar Jumlah siswa

1. X MIA 1 25

2. X MIA 2 25

Jumlah 50

(Sumber: SMA Negeri 29 Bone, 2019)

C. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran variabel yang akan diteliti, maka perlu adanya batasan atau definisi operasional tentang

(55)

variabel yang akan diteliti. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas atau variabel (X) adalah model pembelajaran Probing-Prompting. Model pembelajaran Probing- Prompting merupakan model pembelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang sifatnya menggali pengetahuan siswa dan menuntun siswa untuk mengaitkan pengetahuan baru yang didapatnya dengan pengetahuan yang telah diperolehnya, selanjutnya siswa mengonstruksi konsep, prinsip, dan aturan menjadi pengetahuan baru.

2. Variabel terikat atau variabel Y dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada materi virus. Hasil belajar siswamateri virus adalah penguasaan dan perubahan tingkah laku setelah dilaksanakannya proses pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka.

D. Instrument Penelitian

Menurut Sugiyono (2017), Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Adapun Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan. Instrumen tes yang digunakan untuk mengukur melalui Pretest dan Posttest hasil belajar peserta didik yang berupa objektif jenis pilihan ganda sebanyak 30 soal yang terdiri dari 5 option dengan pilihan jawaban yaitu a, b, c, d, dan e, yang diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Tes yang diberikan mengukur ranah kognitif yang meliputi C1 (ingatan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menggunakan 2-Independent Sample Test (Mann-Whitney Test) diperoleh nilai signifikansi = 0,391 dan nilai probabilitas = 0,05, sehingga

Adanya perbedaan hasil belajar tersebut dapat dibuktikan melalui pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dan taraf kepercayaan   0 , 05 dimana t hitung &gt; t tabel

Berdasarkan pengujian hipotesis pada tabel 3 ditunjukkan dengan hasil uji paired sample t test menggunakan SPSS, dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang

Berdasarkan hasil uji t Independent Samples Test SPSS 18.0 for windows, uji hipotesis ini disajikan perbedaaan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen SD Negeri

Berdasarkan hasil uji hipotesis data aktivitas belajar siswa dengan perhitungan menggunakan uji independent sample t test, menunjukkan bahwa t hitung sebesar 5,173 dan t tabel

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat pada tabel Independent Samples T-Test bahwa nilai signifikansi pada kolom T-Test For Equality Of Means diperoleh nilai signifikan

UjiOne Sample T Test Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara nilai posttest pada model pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran

Analisis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.1.1 Menghitung hasil belajar Pengujian hipotesis yang akan diuji dalam penelitian untuk hasil belajar siswa ini dapat dirumuskan