• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II. Tinjauan Pustaka"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Tinjauan Pustaka

Guna memudahkan pembahasan masalah yang timbul, penulis akan mencoba memberikan landasan teori untuk menunjang penulisan skripsi ini.

2.1 Definisi Modal Kerja.

Untuk membiayai perusahaan sehari-hari, setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja. Sejumlah uang yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan tersebut diharapkan dapat diperoleh kembali dalam waktu yang relatif singkat melalui penjualan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap hasil produksi perusahaan tersebut.

Berikut ini definisi modal kerja menurut beberapa ahli:

Menurut J. Fred Weston dalam bukunya yang berjudul "Managerial Finance"

menyatakan:

Working Capital is firm's investment in short-term asset: cash, marketable securities, inventory and account receivable. (Weston and Brigham, 1993:358)

Kutipan diatas menjelaskan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek yaitu kas, surat berharga, persediaan dan piutang.

Sementara itu Wasis dalam bukunya yang berjudul "Manajemen Keuangan Perusahaan" menyatakan:

(2)

9

Modal kerja adalah investasi dana ke dalam aktiva lancar {current asset) yang dapat berupa kas, piutang, surat berharga, persediaan dan Iain-lain pos transitoris. Dimana dalam hubungan modal kerja ini dapat dikemukakan beberapa konsep tentang modal kerja, yaitu modal kerja bruto {Gross Working Capital), modal kerja neto {Net Working Capital) dan ada pula yang menambahkan modal kerja fungsional. ( Wasis, 1991:63)

Jadi Wasis menggambarkan bahwa modal kerja tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa konsep. Modal kerja bruto {Gross Working Capital) adalah keseluruhan dari aktiva atau harta lancar. Modal kerja neto {Net Working Capital) adalah modal yang tertanam dalam aktiva lancar akan tetapi yang diperhitungkan pula dengan hutang lancarnya. Dengan kata lain modal kerja neto merupakan selisih dari aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar. Sedangkan modal kerja fungsional adalah mempunyai pengertian sebagai modal yang tertanam di dalam harta lancar yang dapat memberikan pendapatan.

Defmisi lain digambarkan oleh Bambang Riyanto di dalam bukunya yang berjudul "Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan", menyatakan bahwa modal kerja terbagi menjadi 3 konsep yaitu :

A. Konsep Kuantitatif, konsep ini mendasarkan pada kuantitatif dari dana yang tertanam dalam unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan alat yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau proses pengembalian dana dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.

Konsep diatas dapat diartikan pula dalam pengertian sebagai modal kerja baito {Gross Working Capital).

(3)

to

B. Konsep Kualitatif, pada konsep ini lebih menitik beratkan pada besarnya jumlah hutang lancarnya atau hutang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban financial yang segera jatuh tempo Oleh sebab itu dana yang digunakan untuk membayar kewajiban financial yang jatuh tempo harus dilakukan secara terpisah sehingga tidak mempengaruhi aktivitas perusahaan. Konsep diatas dapar diartikan sebagai modal kerja neto (Net Working Capital).

C. Konsep Fungsional, konsep ini menitik beratkan pada aktivitas dana untuk

menghasilkan pendapatan dimana semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan.

Jenis-jenis Modal Kerja.

Modal kerja terbagi menjadi 2 golongan :

A. Modal Kerja Permanen (Permanent working capital)

Adalah modal kerja yang hams tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terns menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Adapun Modal kerja primer dibedakan dalam :

(4)

! I

1. Modal Kerja Primer (Primary working capital),

yaitu jumlah modal kerja minimum yang hams ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

2. Modal Kerja Normal (Normal working capital),

Yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk melakukan produksi yang normal. Pengertian "normal" disini adalah dalam pengertian yang dinamis. Apabila suatu perusahaan misalnya selama 4 atau 5 bulan rata- rata per bulannya mempimyai produksi 1000 unit maka dapat dikatakan volume produksi normalnya 1000 unit. Apabila kemudian ternyata bahwa selama 4 bulan atau 5 bulan berikutnya volume produksi rata-rata per bulan menjadi 2000 unit, maka volume produksi normalnya berubah menjadi 2000.

B. Modal Kerja Variabel

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan menjadi :

1. Modal Kerja Musiman (Season working capital)

Yaitu modal kerja yang jumlahnya bembah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

2. Modal Kerja Siklis (Cyclical working capital)

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan adanya perputaran siklus operasi.

(5)

12

3. Modal Kerja Darurat (Emergency working capital)

Yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).(Bambang Riyanto, 1992:55)

2.3 Pentingnya Modal Kerja.

Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada type atau sifat dari aktiva lancarnya yang dimiliki seperti : Kas, Efek, Piutang, dan Persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan keuntungan lain, antara lain :

a. Melindungi perusahan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.

b. Memungkinkan untuk dapat membavar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.

(6)

c. Menjamin dimilikinya kredit standing yang semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi

d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.

e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.

f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan jauh lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.

2.4 Faktor-faktor Modal Kerja.

Di dalam menentukan seberapa besarnya suatu modal kerja yang dibutuhkan tidak akan terlepas dari beberapa faktor sebagai berikut:

1. Sifat atau type dari perusahaan

Modal kerja dari suatu Perusahaan Jasa relatif akan lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja Perusahaan Industri, karena untuk Perusahaan Jasa - misalnya Perusahaan Bioskop dan perusahaan-perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang perhubungan baik darat, laut, maupun udara tidak memerlukan investasi yang yang besar dalam Kas, Piutang, maupun Persediaan.

(7)

14

Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawainya maupun untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan pada saat itu juga, sedangkan piutang dapat ditagih dalam waktu yang relatif pendek, bahkan untuk perusahaan jasa tertentu penerimaan uang justru terlebih dahulu daripada pemberian jasanya.( Misalnya : Seseorang yang akan naik Kereta Api tentu harus membeli karcis terlebih dahulu). Sifat dari perusahaan jasa biasanya harus memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap atau plant and eguipment yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat.

Apabila dibandingkan dengan perusahaan industri, maka keadaannya sangatlah ekstrem karena perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan di dalam operasinya sehari-hari. Oleh karena itu apabila dibandingkan dengan perusahaan jasa. perusahaan industri membutuhkan modal kerja yang lebih besar. Bahkan diantara perusahaan industri sendiri kebutuhan akan modal kerjanyapun tidak sama, perusahan yang memproduksi barang akan membutuhkan modal kerja yang lebih besar daripada perusahan perdagangan atau perusahaan eceran, karena perusahaan yang memproduksi barang harus mengadakan investasi yang relatif besar dalam pembelian dan pengolahan bahan baku, barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.

(8)

15

2. Waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut.

Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut laku terjual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.

Disamping itu harga pokok persatuan barang juga sangat mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga pokok persatuan barang yang dijual maka akan semakin besar pula modal kerjanya. Misal Perusahaan Kapal Terbang dibandingkan dengan Perusahaan mebel atau perabot rumah tangga maka modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan kapal terbang akan jauh lebih besar karena disamping membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan sebuah kapal terbang juga harga pokok dari sebuah kapal terbang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga pokok sebuah mebel.

3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan

Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan digunakan untuk memproduksi barang dagang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian mengunrungkan, makin sedikit uang kas yang

(9)

16

seharusnya diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan ataupun barang yang dibeli tersebut haras dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.

4. Syarat penjualan

Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besamya jumlah modal kerja yang haras diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang haras diinvestasikan dalam piutang dan untuk

memperkecil resiko adanya piutang yang tak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli, karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.

5. Volume penjualan

Volume penjualan merapakan hal terpenting dan utama, karena perusahaan memerlukan modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya yang mana puncak dari aktivitasnya itu adalah aktivitas penjualan.

6. Pengaruh musim

Musim akan dapat mempengaruhi permintaan dari barang ataupun jasa.

Dengan adanya pengarah musim terhadap permintaan ini maka penjualan akan

(10)

17

berfluktuasi. Fluktuasi penjualan akan mengakibatkan perbedaan-perbedaan jumlah kebutuhan modal kerja dan hal inilah yang menimbulkan adanya modal kerja variabel

7. Kemajuan teknologi

Perkembangan teknologi dapat mempengaruhi atau merubah proses produksi menjadi lebih cepat dan lebih ekonomis. Dengan demikian dapat mengurangi jumlah kebutuhan modal kerja.

8. Tingkat perputaran persedian

Tingkat perputaran persediaan (inventory turn-over), menunjukkan beberapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali.

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kenigian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.Qylunawir,

1992:116)

(11)

IS

2.5 Unsur-unsur Modal Kerja.

Unsur-unsur dari modal kerja yang sangat mempengaruhi proses/siklus operasi perusahaan terdiri dari 3 yaitu :

1. Kas,

• Pengertian Kas

Merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur-unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Tetapi suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya kas yang berlebihan dalam laci perusahaan sehingga menyebabkan perusahaan tersebut kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh peaisahaan akan lebih besar. tetapi perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (profitabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kas sangat berperan dalam menentukan kegiatan perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi secara baik, baik penerimaan dan pengeluaran

(12)

19

kas suatu perusahaan ada yang bersifat rutin atau terus menerus dan ada pula yang bersifat insidentil atau tidak terus menerus.(Munawir,

1992:158)

• Faktor-faktor yang mempengaruhi hesamya persediaan minimal kas.

Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya, yang berarti perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Akan tetapi perusahaan tidak hams mempertahankan persediaan kasnya yang sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang tersimpan dalam laci perusahaan sehingga akan memperkecil profitabilitasnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan kas suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Perimbangan antara alian kas masuk dengan aliran kas keluar.

Adanya perimbangan yang baik mengenai kuantitas maupun timing antara cash inflow dengan cash outflow dalam suatu perusahaan berarti bahwa pengeluaran kas baik mengenai jumlahnya maupun mengenai waktunva akan dapat dipenuhi dari penerimaan kasnya sehingga perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan kas yang besar.

(13)

20

Adanya perimbangan tersebut antara lain disebabkan karena adanya kesesuaian antara syarat pembelian dengan syarat penjualan. Ini berarti bahwa pembayaran hutang akan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal dari pengumpulan piutang. Pembayaran untuk pembelian bahan mentah, pembayaran bunih, dan Iain-lain, diharapkan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal dari hasil penjualan produknya.

b. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan.

Untuk menjaga likuiditas penisahaan perlu membuat perkiraan atau estimasi mengenai aliran kas di dalam pemsahaannya. Apabila aliran kas sesuai dengan estimasinya, maka penisahaan tersebut tidak menghadapi kesukaran likuiditas. Bagi penisahaan ini tidak perlu mempertahankan adanya persediaan kas yang besar. Sebaliknya penisahaan yang aliran kasnya sering mengalami penyimpangan yang merugikan , maka penisahaan hams mempertahankan adanya persediaan minimal kas yang agak besar. Penyimpangan yang merugikan dalam aliran kasnya misalnya karena adanya pemogokan, banjir, angin puyuh dan bencana alam lainnya, adanya perubahan peraturan pemerintah mengenai pengupahan buruh, sehingga pemsahaan hams sering mengadakan pengeluaran ekstra. Penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas masuk misalnya terjadi karena kegagalan langganan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Bagi pemsahaan yang sering

(14)

21

mengalami penyimpangan yang merugikan dalam aliran kasnya dirasakan perlu untuk mempertahankan adanya persediaan kas yang relatif besar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami peristiwa seperti diatas.

c. Adanya hubungan yang baik dengan bank-bank.

Apabila pimpinan suatu perusahaan telah berhasil dapat membina hubungan yang baik dengan bank akan mempermudah baginya untuk mendapatkan kredit dalam menghadapi kesukaran keuangan, baik yang disebabkan karena adanya peristiwa yang tidak diduga maupun yang dapat diduga sebelumnya. Bagi perusahaan ini tidak perlu mempunyai persediaan kas yang besar.

• Budget Kas

Untuk menjaga likuiditas, perusahaan perlu membuat perkiraan atau estimasi mengenai aliran kas di dalam perusahaannya. Dalam hal ini perusahaan perlu menyusun suatu cash budget atau anggaran kas.Sebab dengan perkiraan yang telah ditentukan sebelumnya maka dapat mengestimasikan cash flow bulanan yang dihasilkan dari proyeksi penerimaan dari penjualan tunai maupun dari penjualan kredit dan pengeluaran. Adapun secara umum kegunaan daripada budget kas meliputi:

(15)

a. Dapat dipergunakan untuk mengantisipasi kebutuhan dana karena defisit dan surplus.

b. Dapat digunakan untuk mencapai target dan mengukur keberhasilan.

c. Dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan.

Namun demikian budget kas juga mempunyai keterbatasan keterbatasan seperti:

a. Menyebabkan perusahaan terfokus pada target yang mungkin kurang fleksibel.

b. Menghambat tanggapan terhadap perubahan situasi eksternal yang dapat mengganggu estimasi penerimaan dan pengeluaran kas, karena manager terfokus pada budget kas.(Syafaruddin, 1994:26)

• Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal;

a. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap, dan aktiva tidak berwujud {intangible assets): atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.

b. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.

c. Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik jangka pendek (wesel) maupun hutang jangka panjang (hutang obligasi, hutang hipotik

(16)

2:?

atau hutang jangka panjang lainnya) serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan penerimaan kas.

d. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas; misal adanya penurunan piutang karena adanya penerimaan pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan barang secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena adanya penjualan dan sebagainya.

e. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.

• Penggunaan dan pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:

a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya.

b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.

c. Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.

(17)

24

d. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran yang meliputi upah dan gaji, pembelian suplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian.

e. Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden (bentuk pembagian laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda lain sebagainya.

Aliran kas masuk dan aliran kas keluar akan terjadi secara terus menerus dalam perusahan atau akan berlangsung terus selama hidupnya perusahaan.

• Transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas antara lain adalah sebagai berikut:

a. Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible assets dan wasting assets. Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak

memerlukan pengeluaran kas.

b. Pengakuan adanya kerugian baik dengan membentuk cadangan kerugian piutang maupun tidak, dan penghapusan piutang karena piutang yang bersangkutan sudah tidak dapat ditagih lagi.

c. Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki dan penghentian dari penggunaan aktiva tetap

(18)

25

karena aktiva yang bersangkutan telah habis disusut dan atau sudah tidak dapat dipakai lagi.

d. Adanya pembayaran stock devidend (deviden dalam bentuk saham), adanya penyisihan atau pembatasan penggunaan laba, dan adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. (Munawir 1992:161)

• Motif-Motif Menahan Uang Kas

Jumlah besar kecilnya saldo kas yang harus disediakan di dalam perusahaan akan sangat bergantung dari tiga motif di dalam penahanan uang kas yaitu :

a. Motif Transaksi

Suatu perusahaan membutuhkan uang kas untuk membayar transaksi harian. Semakin meningkatnya luas usaha akan meningkatkan pula biaya operasi, dan akan menuntut kenaikan uang kas yang dibutuhkan. Transaksi tersebut dapat berupa pembayaran upah/gaji, asuransi, listrik, pajak, deviden dan Iain-lain.

b. Motif spekulasi

Dalam motif ini, memegang uang yang di maksudkan untuk memperoleh keuntungan dari kenaikan harga baik harga barang ataupun nilai dari uang itu sendiri. Apabila harga barang naik maka

(19)

20

keuntungan akan terlihat pada kegunaan barang tersebut dibandingkan memiliki uang tunai

c. Motifberjaga-jaga

Karena keadaan yang tidak pasti maka pengusaha atau perusahaan akan selalu memperhitungkan ketidakpastian tersebut dan berjaga- jaga untuk menjamin likuiditas perusahaan apabila penerimaan kas

tidak terjadi seperti yang direncanakan sebelumnya, maka harus dijaga agar terdapat savety cash balance.(\ndxiyo, 1992:60)

• Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan dana jangka panjang dalam bentuk uang tunai yang harus dibelanjakan :

a. Perubahan persentase biaya emisi. Apabila kebutuhan modal jangka panjang dipenuhi dengan banyak emisi dalam nilai yang

kecil-kecil agar pengumpulan dana lebih sesuai dengan kebutuhan dana, maka biaya akan menjadi lebih tinggi.

b. Manfaat-manfaat potensial dari penentuan waktu mengumpulkan dana apabila biaya dana jangka panjang historis memang rendah.

c. Perbandingan biaya dan tersedianya dana jangka pendek dan jangka panjang.

d. Hilangnya penghasilan karena penanaman dana jangka panjang untuk jangka pendek dengan bunga yang rendah.

(20)

27

e. Resiko likuiditas apabila dana jangka pendek dipergunakan untuk keperluan jangka panjang.

f. Berubah-ubahnya situasi sektor industri, dalam mana perubahan melakukan operasinya.

g. Akibat terlalu besarnya penggunaan dana jangka pendek terhadap tingkat kelayakan kredit perusahaan yang bersangkutan. (Indriy o ,1992:63)

2. Piutang,

• Pengertian Piutang

Adalah semua tagihan kepada seseorang atau badan usaha atau kepada pihak lainnya dalam satuan uang, yang timbul dari transaksi masa lalu. Piutang merupakan perkiraan yang penting karena hampir semua perusahaan pasti mempunyai perkiraan ini. Bahkan kadang-kadang piutang merupakan bagian terbesar dari aktiva lancar suatu perusahaan.

Piutang dapat timbul dari berbagai jenis transaksi, transaksi yang paling umum adalah akibat adanya penjualan barang atau jasa secara kredit.

Perusahaan umumnya memiliki piutang dagang karena melakukan penjualan dengan kredit. Penjualan dengan kredit ditempuh dengan maksud untuk meningkatkan penjualan, yang berarti akan meningkatkan laba. Tetapi dengan memiliki piutang perusahaan juga menanggung tambahan biaya.

Piutang memerlukan dana untuk membelanjainya, dan dana tersebut

(21)

2S

mempunyai biaya modal. Disamping itu ada kemungkinan para pembeli tidak membayar hutang-hutang mereka. Karena itu analisis terhadap syarat penjualan kredit akan memperhatikan treadoff antara tambahan manfaat yaitu laba dan biayanya.

• Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang dapatlah disebutkan sebagai berikut:

1. Volume penjualan kredit.

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang Iebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti semakin besarnya resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar "profitability'-nya.

2. Syarat pembayaran penjualan kredit.

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.

Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas.

Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat. Berdasarkan ketentuan yang ada syarat pembayaran penjualan

(22)

29

kredit dinyatakan dengan term tertentu, misalnya 2/10/, n/30. Ini berarti bahwa apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, si pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari hargapenjualan, dan pembayaran selambat-Iambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang. Ini berarti bahwa batas waktu pembayaran adalah 30 hari. Makin panjang batas waktu pembayaran berarti makin besar jumlah investasinya dalam piutang.

3. Ketentuan tentang pembatasan kredit.

Dalam penjualan kredit penisahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafon bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggannya.

Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing pelanggan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang.

Demikian pula ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian maka pembatasan kredit disini bersifat baik kuantitatif maupun kualitatif.

4. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang.

Penisahaan yang telah melakukan penjualan secara kredit akan dihadapkan dengan masalah penagihan piutang kepada pelanggan.

Piutang yang telah jatuh tempo waktunya hams ditagih dan apabila tidak tertagih penisahaan telah melakukan pencadangan piutang yang tak

(23)

JO

tertagih untuk menutup kerugiannya, hal tersebut merupakan salah satu kebijaksanaan perusahaan di dalam pengumpulan piutang.

5. Kebiasaan membayar dari para pelanggan

Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan diskon, dan ada sebagian lain yang tidak menggunakan kesempatan tersebut.

Perbedaan cara pembayaran sangat berpengaruh terhadap investasi piutang dengan kata lain apabila para pelanggan membayar dalam "cash discount period" maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih

cepat bebas sehingga dana yang tertanam dalam investasi piutang makin kecil.

3. Persediaan,

• Pengertian Persediaan

Adalah suatu jenis aktiva/barang yang dimiliki oleh perusahaan yang akan dijual kembali atau akan dikonsumsi (dipakai) dalam operasi perusahaan. Persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan.

Adanya persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan penjualan, akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan

(24)

31

kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semuannya ini akan memperkecilkan keuntungan perusahaan. Demikian pula sebaliknya, adanya persediaan yang terlalu sedikit mempunyai efek yang menekan keuntungan, karena kekurangan material, perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal.

Dalam perusahaan produksi pada umumnya terbagi menjadi 3 golongan utama yaitu:

1. Persediaan bahan mentah ( Raw material inventory) 2. Persediaan barang dalam proses ( Work in process)

3. Persediaan barang j adi (Fin ished goods inventory)

• Besar kecilnya persediaan bahan mentah yang dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor:

1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan yang akan dapat menghambat atau mengganggu jalannya proses produksi.

2. Volume daripada produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume penjualan yang direncanakan.

3. Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya pembelian yang minimal.

(25)

32

4. Estimasi tentang fluktuasi daripada harga bahan mentah yang bersangkutan di waktu-waktu yang akan datang.

5. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material.

6. Harga pembelian dari bahan mentah.

7. Biaya penyimpangan dan resiko penyimpangan di gudang.

8. Tingkat kecepatan material menjadikannya rusak atau turun kualitasnya.

• Faktor- faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan minimal barang jadi terutama adalah sebagai berikut:

1. Sifat penyesuaian skedul produksi dengan pesanan ekstra.

Adakalanya suatu perusahaan sering mendapatkan pesanan ekstra diatas volume pesanan normal. Selama perusahaan dapat dengan mudah menyesuaikan skedul produksinya dengan pesanan-pesanan ekstra tersebut tanpa mengakibatkan adanya tambahan biaya ekstra, maka perusahaan ini tidak memerlukan adanya persediaan yang besar. Sebaliknya apabila perusahaan tersebut tidak dapat segera menyesuaikan skedul produksinya dengan pesanan ekstra, maka dirasakan perlu baginya untuk mempertahankan persediaan barang jadi yang relatif besar dibandingkan dengan perusahaan lain yang dapat dengan mudah menyesuaikan skedul produksinya.

(26)

33

2. Sifat persaingan dari industri.

Apabila suatu perusahaan termasuk dalam industri dimana penyerahan pesanan yang cepat merupakan bentuk persaingan utamanya, maka bagi jenis perusahaan ini perlu mempertahankan adanya persediaan barang jadi yang relatif lebih besar dalam hubungannya dengan salesnya dibandingkan dengan perusahaan lain dimana bentuk persaingan utamanya terletak pada harga atau kualitas.

3. Hubungan antara penyimpanan persediaan di gudang dengan biaya tambahan.

Kehabisan persediaan harus melakukan produksi tambahan, sebab kehabisan persediaan maka kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan karena tidak dapat memenuhi pesanan.

memperlancar penjualan.(Bambang Riyanto, 1992:64)

2.6 Tingkat Perputaran Modal Kerja.

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (Working capital turnover period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.

Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi

(27)

34

tingkat perpiitarannya (Turnover rate). Keadaan diatas dapat di rumuskan sebagai berikut:

Current Asset Turnover = Net Asset Current Asset

Tingkat perputaran modal kerja terbagi menjadi 3 yaitu : 1. Tingkat perputaran kas (Cash turnover)

Kas sangat diperlukan dalam menjalankan operasi perusahaan dimana kas digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Kas merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas didalam perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo, begitu sebaliknya.

Dengan demikian perimbangan kas yang masuk dan keluar baik dalam kuantitas maupun waktunya yang menentukan besarnya saldo kas dalam perusahan pada suatu saat.

Cash Turnover = Net Sales Average Kas

2. Tingkat perputaran piutang (Receivable turnover)

Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar.

Periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung pada syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama

(28)

syarat pembayaran, berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah. Tingkat perputaran piutang (Receivable turnover) dapat diketahui dengan membagi penjualan secara kredit selama periode tertentu yang berasal dan operasional dengan jumlah rata-rata piutang. Makin tinggi rasio (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang

rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.

Receivable turnover = Net credit sales Average receivable

Average receivable=Beginning Receivable+Ending Receivable 2

Penurunan rasio penjualan kredit dengan rata-rata piutang dapat disebabkan oleh faktor sebagai berikut:

a. Turunnya penjualan dan naiknya piutang.

b. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah lebih besar.

c. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar.

d. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap.

(29)

36

e. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah.

3. Tingkat perputaran persediaan (Inventory turnover)

Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja

merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan. Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan. Perhitungan untuk perusahaan dagang dengan perusahaan industri agak berlainan sebab pada perusahaan industri terdapat 3 jenis persediaan, yaitu persediaan bahan mentah, persediaan bahan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.

Untuk perusahaan perdagangan rumus perputaran persediaan adalah : Merchandise turnover = Net Sales

Average Merchandise Inventory at Sales Price

Karena perusahaan industri memiliki 3 jenis perputaran aktiva.

1. Perputaran bahan mentah = Biaya bahan yang dipergunakan Rata-rata persediaan bahan mentah 2. Perputaran bahan dalam proses = Harga pokok produksi

Rata-rata persediaan brg dim proses 3. Perputaran barang jadi = Harga pokok penjualan

Rata-rata persediaan barang jadi

(30)

57

2.7 Analisa Rasio Keuangan.

Untuk menilai prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan seorang analisis keuangan memerlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang sering dipergunakan adalah rasio, atau indeks, yang menunjukkan hubungan antara dua data keuangan.

Analisis dan penafsiran berbagai rasio akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan daripada analisis hanya terhadap data keuangan saja. Pada umumnya berbagai ratio yang dihitung dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) tipe dasar :

1. Ratio Likuiditas, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendeknya.

2. Ratio Leverage, yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan

hutang.

3. Ratio Aktivitas, yang mengukur efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya.

4. Ratio Profitabilitas, yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan investasi.

Pada umumnya perhatian seorang analis keuangan adalah likuiditas perusahaan sehingga memerlukan beberapa data seperti penyusunan anggaran kas, analisa rasio, dengan menghubungkan jumlah kas dan aktiva lancar yang lain dengan kewajiban jangka pendek, bisa memberikan ukuran yang mudah dan cepat dipergunakan dalam

(31)

1H

mengukur likuiditas. Tidak hanya bank dan para kreditor jangka pendek saja yang tertarik terhadap angka-angka ratio modal kerja yaitu rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterprestasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam penisahaan, juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidaknya ingin mengetahui prospek dari devidend dan pembayaran bunga dimasa yang akan datang.

Suatu penisahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu : a. Memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya yaitu pada waktu ditagih.

b. Memelihara modal kerja yang cukup untuk mengoperasikan penisahaan.

c. Membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan.

d. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.

Untuk menilai posisi keuangan jangka pendek (likuiditas) berikut ini diberikan beberapa ratio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa data tersebut:

1. Current Ratio

Adalah perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban

jangka pendek dengan harta lancar, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya ratio tergantung pada beberapa faktor, suatu standar atau ratio yang umum tidak dapat ditentukan untuk menentukan semua aktivitas perusahaan.

(32)

39

Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva

lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva dan sebaliknya. Curent ratio merupakan ukuran yang paling umum dari kelancaran jangka pendek, karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tagihan para kreditur jangka pendek dapat ditutup oleh aktiva yang secara kasar bisa berubah menjadi kas dalam waktu yang sama dengan tagihan tersebut. Adapun ramus untuk current ratio adalah :

Current Ratio = Current Asset, Current Liabilities

2. Acid Test Ratio/Quick ratio

Rasio ini sering juga disebut sebagai Quick ratio yaitu perbandingan antara (aktiva lancar-persediaan) dengan hutang lancar. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang akan segera dapat direalisirkan menjadi kas. Adapun ramus untuk Quick ratio adalah:

Quick ratio = Current Asset-Inventory Current Liabilities

(33)

3. Receivable Turnover

Piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi keuangan dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut, yaitu dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata.

Makin tinggi rasio (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa yang lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit. Adapun rumus untuk receivable ratio adalah sebagai berikut:

Receivable turnover = Net credit sales Average receivable

Average receivable=Beginning Receivable+Ending Receivable 2

Dengan menggunakan perputaran piutang dapat pula dihitung waktu rata-rata pengumpulan tersebut, yaitu dengan membagi jumlah hari dalam setahun dengan tingkat perputaran piutang tersebut atau ratio antara piutang rata-rata kali jumlah hari dalam setahun dengan total penjualan kredit, hasilnya akan menunjukkan beberapa hari tersebut rata-rata tidak dapat ditagih atau days of receivables yang umumnya antara 1 sampai 2 bulan.

(34)

41

Days of receivables dapat dihitung dengan rumus:

360

Receivable turnover

Disamping itu semakin besar day's af receivables suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang, dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan yang timbul karena tidak tertagihnya piutang berarti perusahaan tidak memperhitungkan labanya terlalu besar.

4. Inventory Turnover

Perusahaan tentu menginginkan agar barang produksinya cepat terjual dan mengusahakan agar persediaannya terjadi pada batas minim. Kecepatan peredaran barang persediaan itu dapat diukur dengan inventory turnover. Turn over dari persediaan adalah merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang terjual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.

Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang dagangannya dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang dan mengimbangi tingkat penjualan yang telah ditentukan.

Adapun inventory turnover dapat dihitung dengan rumus : Inventory turnover = Cost of goods sold

Average inventory

Average inventory • Beginning inventorv+Ending inventory 2

(35)

42

Perhitungan days in inventor}' adalah sebagai berikut:

360

Inventory Turnover 5. Payable Turnover

Dalam analisa perputaran hutang diperbandingkan antara kas yang dimiliki oleh perusahaan sebagai modal kerja dibandingkan dengan modal kerja yang didapatkan dari piniaman kreditur. Perusahaan dengan rasio hutang yang rendah memiliki resiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, jika membaik akan menerima hasil pengembalian yang lebih rendah. Sebaliknya dengan rasio hutang yang tinggi mengemban resiko rugi yang besar, tetap juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi. Dengan kata lain semakin tinggi rasio hutang semakin besar jumlah modal kerja yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Adapun rumus untuk payables ratio adalah sebagai berikut:

Payables turnover = Cost of goods sold

Avprsap navablf

- — ' o~ l — J

Average navahle = Repinninp navahle+endinp navahle 2

Perhitungan days in payables adalah sebagai berikut:

360

Payable Turnover

Berdasarkan perhitungan receivable turnover, inventory turnover, days in inventory, days in receivables, dan days in payables akan diperoleh operating cycle

(36)

dan cash cycle. Adapun perhitungan untuk menghasilkan operating cycle dan cash cycle adalah sebagai berikut:

O n e r a t i n P r v c l e = Ds*vs in inventory + Davs in receivables

Cash cycle = Operating cycle - Days in payable 6. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara laba kotor usaha dengan total penjualan. Semakin tinggi margin laba kotor akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa laba kotor relatif tinggi dibandingkan dengan penjualan. Begitu juga sebaliknya. semakin rendah margin laba kotor semakin kurang baik operasi perusahaan. Adapun rumus untuk Gross Profit Margin adalah sebagai berikut:

Gross Profit Margin = S»le<-CQgf of Good Sold Sales

2.8 Program Komputer Statistik SPSS

Program SPSS merupakan program yang ditujukan bagi pengelolaan data statistik untuk ilmu sosial, adapun SPSS singkatan dari Statistical Package for the Social Sciences. SPSS merupakan sofware khusus statistik yang paling banyak

digunakan dan dipakai dalam berbagai riset pasar, pengendalian dan perbaikan mutu serta riset-riset sains. Selain itu SPSS juga digunakan untuk membuat dan mendistribusikan informasi hasil pengelolaan data statistik untuk berbagai pengambilan keputusan strategi perusahan. Dalam banyak buku statistik akan dibahas tentang

(37)

korelasi dan regresi yang mempunyai peranan penting dalam menentukan hubungan antar variabel. Analisis korelasi adalah analisa terhadap data sampel untuk mengetahui apakah data yang tersedia mempunyai bukti tentang keterkaitan antara variabel- variabel dalam populasi, sedangkan analisis regresi untuk mengetahui apabila variabel- variabel tersebut mempunyai hubungan maka seberapa kuat atau sejauh mana hubungan antar variabel tersebut. (Singgih Santoso, 2001:285)

2.9 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Pada dasarnya modal kerja terdiri dari 2 bagian pokok yaitu bagian yang tetap atau permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan, dan jumlah modal kerja yang variabel dimana jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan di luar aktivitas yang biasa. Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar pengakuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan bagi kreditor jangka pendek. Selain itu dapat pula dibiayai oleh penjualan obligasi atas jenis hutang jangka panjang lainnya, dimana perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dan beban bunga yang harus dibayar.

Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:

44

(38)

4>

a. Hasil operasi perusahaan, jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan.

b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga, surat berharga adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan.

c. Penjualan aktiva tidak lancar, sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan ativa tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut.

d. Penjualan saham atau obligasi, untuk menambah dana modal kerja perusahaan mengadakan emisi saham baru atau mengeluarkan obligasi dalam bentuk hutang jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya.

e. Pinjaman kredit dari bank dan pinjaman-pinjaman jangka pendek lainnya serta hutang dagang yang diperoleh dari para penjual (supplier), pada point diatas modal kerja tidak berubah akan tetapi perubahan terjadi pada bertambahnya aktiva lancar diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.

Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah bila :

(39)

40

1. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.

2. Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun proses depresiasi.

3. Adanya penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.

Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Adapun penurunan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja sebagai berikut:

a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya.

b. Kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian yang insidentil lainnya.

c. Adanya pembentukkan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya Dana Pelusanan Obligasi, Dana Pensiun Pegawai, dana Expansi ataupun dana-dana lainnya.

(40)

47

d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak Iancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.

e. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun hutang jangka panjang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali saham yang telah beredar atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar.

f. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi atau pembayaran deviden.

2.10 Keterbatasan Analisa rasio Laporan Keuangan

Analisa rasio merupakan alat yang sangat berguna, tetapi tidak lepas dari beberapa keterbatasan, antara lain :

a. Perhitungan analisis rasio didasarkan atas catatan akuntansi dan laporan akuntansi, sehingga apabila dibandingkan rasio suatu perusahaan dengan yang lain bisa mengakibatkan interpretasi yang berbeda, disebabkan oleh pengguna metode akuntansi yang berbeda.

b. Jika rasio dari dua atau lebih perusahaan diperbandingkan, maka diperlukan analisis atas data akuntansi yang digunakan sebagai dasar dalam perhitungan rasio, dan mengadakan rekonsiliasi atas berbagai bentuk perbedaan pokok.

(41)

4X

c. Dalam analisis rasio tidak bisa mengatakan bahwa rasio perusahaan lebih bagus dibanding yang lain tanpa analisis yang mendalam.

d. Manajemen dalam menyajikan rasio, karena rasio adalah analisis jangka pendek, bisa memanipulasi dengan sah (valid manipulation) yaitu dengan menggeser angka-angka yang secara akuntansi diperkenankan misalnya melalui perkiraan penghapusan, penyusutan, cadangan dan sebagainya.

e. Data-data industri berasal dari banyak perusahaan yang sejenis yang terbesar dengan rasio yang mungkin lebih tinggi atau lebih rendah, sehingga kurang mewakili perusahaan secara individual.

2.11 Penilaian Kinerja Perusahaan

Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan tertentu yang menunjukkan apa yang ingin dilakukan dalam memenuhi kepentingan anggota- anggotanya. Untuk menilai apakah tujuan yang telah ditetapkan telah dapat dicapai tidaklah mudah dilakukan, karena menyangkut beberapa aspek manajemen yang harus dipertimbangkan. Salah satu cara mengetahui apakah suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan sesuai dengan tujuannya adalah mengetahui kinerja operasional. Penilaian kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen merupakan persoalan yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisinsi dari kegiatan perusahaan.

(42)

49

Menurut Drucker (1996 : 102), kinerja adalah : "Tingkat prestasi (karya) atau hasil nyata dicapai, yang kadang-kadang dipergunakan untuk hasil positif". Dengan demikian tampak bahwa kinerja perusahaan adalah hasil keputusan yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Untuk mengukur kinerja perusahaan ini perlu dilibatkan analisis laporan keuangan dan ekonomi dari keputusan itu dan pengukuran hasilnya melalui penggunaan komparatif.

Penilaian kinerja usaha diukur melalui pengevaluasian laporan keuangan perusahaan, khususnya analisis rasio keuangan. Kinerja itu sendiri merupakan prospek pertumbuhan serta potensi dibandingkan dengan waktu dan perusahaan yang bergerak pada bidang yang sama. Karena itu tinggi rendahnyakineija perusahaan merupakan dasar pertimbangan guna pemilihan tujuan investasi oleh para investor pada umumnya.

Apabila performance suatu perusahaan baik, dapat dikatakan perusahaan tersebut telah menjalankan usahanya secara efektif dan efisien.

2.12 Hubungan Analisa Laporan Keuangan dengan Kinerja Keuangan Perusahaan

Analisa laporan keuangan, khususnya mencurahkan perhatian kepada perhitungan rasio agar dapat mengevaluasi keadaan financial pada masa lalu, sekarang dan memproyeksikan hasil yang akan datang.

(43)

Ml

Menurut Syafarudin Alwi (1994:95) "Analisa rasio merupakan bentuk atau cara yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan di bidang keuangan."

Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah kinerja perusahaan baik atau buruk, misalnya apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, besarnya piutang yang cukup rasional, efisien manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan untuk memaksimumkan kinerja perusahaan dapat dicapai.

Menurut Bambang Riyanto (1992:69) hasil analisis rasio keuangan pada dasamya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dan waktu yang lalu atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.

b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau rasio industri untuk waktu yang sama.

Dengan membandingkan rasio perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek keuangan tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak dibawah rata-rata.

Dengan menganalisa prestasi keuangan, seorang analisis keuangan akan dapat menilai apakah manajer keuangan akan dapat menilai, merencanakan, dan

(44)

51

mengimplementasikan ke dalam setiap tindakan secara konsisten dengan tujuan memaksimumkan kinerja perusahaan.

Analisis rasio pada dasamya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi pihak luar. Dalam hal ini adalah calon investor atau kreditor yang menanamkan dana mereka dalam perusahaan melalui pasar modal dengan cara membeli saham perusahaan yang go public.

Dalam hal ini hubungan analisa laporan keuangan dengan kinerja perusahaan dapat dilihat dari berbagai aspek yang meliputi aspek likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas perusahaan. Likuditas perusahaan yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan di dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya dengan baik.

Aspek solvabilitas menilai kemampuan perusahaan di dalam menilai mengelola hutang, semakin tinggi tingkat solvabilitas perusahaan menunjukkan kinerja perusahaan yang kurang baik karena semakin tinggi resiko yang ditanggung. Aspek aktivitas perusahaan menilai perusahaan di dalam mengelola sumber daya perusahaan secara efisien dan aspek profitabilitas menilai kinerja perusahaan di dalam menghasilkan laba dengan kekayaan yang dimilikinya.

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Korelasi Tingkat Pendidikan Dengan Akhlak Pada Remaja Usia 18-24 Tahun di Dusun Selonjono, Sawahan, Ponjong, Gunungkidul, Yogyakarta.. Telah memenuhi syarat

Pengaruh Substitusi Agregat Kasar Dengan Pecahan Batu Bata Klingker Terhadap Kuat Tekan Beton Normal –Yulius Rief Alkhaly, Fakhrur Rozi, M Kabir Ihsan.. 79 PENGARUH SUBSTITUSI

luokkalainen oppilas kirjoittaa turvallisesta koulusta näin: Mielestäni turvallinen koulu olisi sellainen, jossa kaikilla on mukava olla.. Ketään

Perlipatan yang kuat menyebabkan terjadinya sesar anjak yang berlangsung pada Miosen Tengah pada Lengan Timur Sulawesi dan dibagian tengah dari Mandala Geologi

Valbury Asia Securities or their respective employees and agents makes any representation or warranty or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the

Subvariabel-subvariabel yang masuk ke dalam kuadran ini berarti secara rata-rata dianggap sangat penting oleh pelanggan ZOE dan pelayanan ZOE telah melaksanakan pelayanannya

Dengan penerapan metode Neural Fuzzy Sistem pada sistem untuk menentukan hotel di Kota Surabaya berbasis android ini, dapat memberikan alternatif-alternatif mobil bekas

perusahaan yang menggunakan strategi untuk mencapai keunggulan bersaing melalui manusia telah membuktikan bahwa dengan tenaga kerja yang berkualitas akan mampu.