PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA
KELAS XI SMA KARTIKA 1-5 PADANG
SKRIPSI
NILA SILVIA NIM. 15010096
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG 2019
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA
KELAS XI SMA KARTIKA 1-5 PADANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
NILA SILVIA NIM. 15010096
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG 2019
ABSTRAK
Nila Silvia (15010096), Penerapan Model Discovery Learning Disertai Media Video Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang, Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera barat, Padang, 2019
Guru belum menggunakan model yang sesuai kurikulum 2013. Guru menggunakan pendekatan saintifik dan media buku biologi kelas XI serta menerapkan metode diskusi dan ceramah, sehingga peserta didik cenderung pasif dan kurang termotivasi dalam belajar dan berdampak terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui penerapan model discovery learning disertai media video terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang.
Jenis penelitian eksperimen dengan rancangan randomized control group posstest only design. Seluruh siswa kelas XI MIPA tahun pelajaran 2018/2019 merupakan populasi dari penelitian ini. Teknik pengambilan sampel purposive sampling. Kelas XI MIPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA 1 sebagai kelas kontrol. Isntrumen yang digunakan ranah afektif dari hasil observasi sikap, ranah kognitif dari hasil tes tertulis, dan ranah psikomotor dari hasil laporan analisis. Analisis data memakai uji-t untuk afektif dan kognitif, dan uji-t' untuk psikomotor.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai afektif kelas eksperimen 81,77, kelas kontrol 74,33, hasil uji-t diperoleh thitung = 2,34 sedangkan ttabel = 1,671 berarti thitung > ttabel maka hipotesa (H1) diterima. Nilai kognitif kelas eksperimen 82,25, kelas kontrol 76,29 hasil uji diperoleh thitung = 2,59 sedangkan ttabel =1,673 berarti thitung> ttabel maka hipotesa (H1) diterima. Nilai psikomotor kelas eksperimen 73,96, kelas kontrol 63,98, hasil uji-t' diperoleh thitung = 5,77 sedangkan ttabel = 1,671 berarti thitung > ttabel maka hipotesa (H1) diterima.
Berdasarkan analisis data bisa disimpulkan bahwa penerapan model discovery learning disertai media video dapat meningkatkan hasil belajar biologi peserta didik ranah afektif, kognitif dan psikomotor kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Model Discovery Learning disertai Media Video terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA KARTIKA 1-5 Padang. Skripsi merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1).
Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Ibu Annika Maizeli, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing, memberikan masukan, kritikan, saran dan motivasi dalam penyelesaian skripsi dan perkuliahan selama ini.
2. Ibu Silvi Susanti, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membimbing, memberikan banyak masukan, nasehat, arahan serta motivasi dalam penyelesaian skripsi dan perkuliahan selama ini.
3. Bapak/ Ibu dosen tim penguji yang telah memberikan banyak masukan demi kesempurnaan skripsi penulis.
4. Ibu Novi, M.Si sebagai Penasehat Akademik (PA).
5. Pimpinan Program Studi Pendidikan Biologi.
6. Bapak/ Ibu dosen beserta staf kepegawaian Program Studi Pendidikan Biologi.
v
7. Bapak/ Ibu Pimpinan STKIP PGRI Sumatera Barat.
8. Ibu Ade Dewi Maharani, M.Pd., selaku pimpinan beserta staf karyawan perpustakaan STKIP PGRI Sumatera Barat.
9. Penanggung jawab dan teknisi laboratorium Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
10. Penanggung jawab Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
11. Teristimewa Kedua Orang Tua penulis Ayah Khairul dan Ibunda Yurni atas doa yang selalu terlantun dan nasehat bijak yang menjadi penguat dan penuntun dalam masa studi, serta saudara-saudara tercinta atas doa, motivasi dan semangat yang telah diberikan.
12. Rekan-rekan seperjuangan khususnya Pendidikan Biologi angkatan 2015 dan semua pihak yang ikut terlibat membantu dalam penelitian ini.
Demikian skripsi ini penulis buat, semoga segala bimbingan, bantuan, nasehat dan dorongan yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin Ya Robbal’alamin. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Padang, Agustus 2019
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... i
HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI ... ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 4
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Pembelajaran ... 6
B. Model Pembelajaran... 6
C. Model Pembelajaran tipe Discovery Learning ... 7
D. Media Video . ... 9
vii
E. Pembentukan Kelompok ... 10
F. Hasil Belajar ... 12
G. Kerangka Pikir ... 14
H. Hipotesis ... 16
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17
B. Jenis Penelitian ... 17
C. Rancangan Penelitian ... 17
D. Populasi dan Sampel ... 17
E. Variabel dan Data ... 18
F. Prosedur Penelitian... 19
G. Instrumen Penelitian... 22
H. Teknik Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 34
B. Pembahasan ... 37
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 48
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pikir . ... 15
2. Rata-rata Nilai Afektif Kelas Sampel ... 35
3. Rata-rata Nilai Kognitif Kelas Sampel ... 36
4. Rata-rata Nilai Psikomotor Kelas Sampel... 37
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pengelompokkan Pembelajaran Kooperatif . ... 11
2. Rancangan Penelitian ... 17
3. Nilai Ulangan harian Materi Sistem Eksresi pada Semester Genap Kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang Tahun Pelajaran 2018/2019 ... 18
4. Tahap Pelaksanaan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 20
5. Instrumen Penilaian Ranah Afektif Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 22
6. Rubrik Penilaian Ranah Afektif Kelas Eksperimen ... 23
7. Rubrik Penilaian Ranah Afektif Kelas Kontrol ... 23
8. Kriteria Penilaian Ranah Afektif ... 24
9. Klasifikasi Daya Pembeda ... 26
10. Kriteria Reliabilitas Tes ... 27
11. Instrumen Penilaian Hasil Analisis Untuk Ranah Psikomotor Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 28
12. Rubrik Penilaian Hasil Analisis Untuk Ranah Psikomotor Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 28
13. Kriteria Penilaian Ranah Psikomotor ... 29
14. Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI Pada Ranah Afektif, Kognitif dan Psikomotor ... 34
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Silabus ... 48
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Eksperimen ... 51
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kontrol ... 60
4. Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 69
5. Soal Uji Coba ... 72
6. Tabulasi Soal Uji Coba ... 80
7. Validitas Soal Uji Coba ... 81
8. Reliabilitas Soal Uji Coba ... 83
9. Analisis Daya Pembeda dan Indek Kesukaran Soal Uji Coba ... 85
10. Kisi-Kisi Soal Tes Akhir ... 87
11. Soal Tes Akhir ... 90
12. Penilaian Ranah Afektif Kelas Eksperimen ... 96
13. Penilaian Ranah Afektif Kelas Kontrol ... 97
14. Uji Normalitas Penilaian Afektif Kelas Eksperimen ... 98
15. Uji Normalitas Penilaian Afektif Kelas Kontrol ... 100
16. Uji Homogenitas Penilaian Afektif Kelas Sampel ... 102
17. Uji Hipotesis Penilaian Afektif Kelas Sampel ... 103
18. Hasil Penilaian Kognitif Siswa Kelas Eksperimen ... 105
19. Hasil Penilaian Kognitif Siswa Kelas Kontrol ... 106
20. Uji Normalitas Penilaian Kognitif Kelas Eksperimen ... 107
21. Uji Normalitas Penilaian Kognitif Kelas Kontrol ... 109
xi
22. Uji Homogenitas Penilaian Kognitif Kelas Sampel ... 111
23. Uji Hipotesis Penilaian Kognitif Kelas Sampel ... 112
24. Hasil Tabulasi Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen ... 114
25. Hasil Tabulasi Penilaian Psikomotor Kelas Kontrol ... 115
26. Uji Normalitas Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen ... 116
27. Uji Normalitas Penilaian Psikomotor Kelas Kontrol ... 118
28. Uji Homogenitas Penilaian Psikomotor Kelas Sampel ... 120
29. Uji Hipotesis Penilaian Psikomotor Kelas Sampel ... 121
30. Contoh Hasil Penilaian Produk Ranah Psikomotor ... 123
31. Dokumentasi Penelitian Kelas Eksperimen ... 126
32. Dokumentasi Penelitian Kelas Kontrol ... 129
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran yaitu cara yang dilaksanakan guru dalam pembelajaran untuk memenuhi tujuan tertentu. Didalam proses pembelajaran, guru harus mampu menguasai materi pembelajaran, menggunakan model-model pembelajaran. Pembelajaran dapat membentuk lingkungan yang baik agar terjadi hubungan antara guru, dan komponen pembelajaran lainnya. Peserta didik diminta menciptakan dan menyelidiki sendiri suatu permasalahan, sehingga dapat mengembangkan pola pikir.
Rusman (2015 : 21) menyatakan bahwa materi, penilaian, tujuan, dan metode merupakan komponen dari pembelajaran yang perlu diperhatikan guru.
Hubungan yang dilakukan timbal balik antara peserta didik dan pendidik disebut dengan pembelajaran.
Berdasarkan wawancara dengan guru Biologi SMA Kartika 1-5 Padang didapatkan beritta bahwa pada sekolah tersebut memakai kurikulum 2013 dari tahun pembelajaran 2016/2017. Guru menggunakan pendekatan saintifik, metode ceramah, metode diskusi dan menggunakan media buku biologi kelas XI serta papan tulis dalam pembelajaran. Dalam diskusi tidak semua peserta didiki kut menjawab ataupun memaparkan pertanyaan serta tanggapan, hanya peserta didik yang rajin dan pandai saja yang mengemukakan pendapatnya, sehingga peserta didik terlihat cenderung pasif dan kurang termotivasi dalam belajar.
1
Dampak yang ditumbulkan dari hasil belajar salah satunya pada materi sistem ekskresi. Pada materi ini peserta didik perlu pemahaman tentang struktur ginjal, proses pembentukan urin dan struktur kulit, sehingga menyebabkan hasil belajar peserta didik masih rendah dan berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah adalah 77. Rendahnya hasil belajar peserta didik dilihat dari nilai rata-rata UH biologi pada materi sistem ekskresi semester dua tahun 2017/2018 SMA Kartika 1-5 Padang. Adapun rincian nilai peserta didik pada materi sistem eksresi yaitu kelas XI MIPA 1 = 75,80, kelas XI MIPA 2 = 75,90, kelas XI MIPA 3 = 74,54, dan kelas XI MIPA 4 – 75,55.
Salah satu jalan keluar yang dapat memecahkan persoalan yang ada pada SMA Kartika 1-5 Padang yaitu membentuk kondisi belajar menarik perhatian dan membuat peserta didik tidak pasif dengan menerapkan berbagai model pembelajaran, contohnya model discovery learning.
Model discovery learning memfokuskan pemahaman struktur dan pendapat penting lewat keikutsertaan peserta didik dengan giat selama proses pembelajaran. Adapun kelebihannya yaitu dapat menambah pengetahuan peserta didik dalam menanggulangi kejadian, peserta didik bisa memusatkan aktivitas belajarnya sendiri dengan mengikut sertakan akal dan keinginan sendiri, mengajak peseerta didik berpikir dan bekerja berdasarkan pemahaman sendiri (Hosnan, 2016 : 280-281). Pembelajaran discovery learning ini memungkinkan peserta didik mencari berita demi menjawab rasa ingin tahunya, sehingga memberi peluang bagi peserta didik demi mengeksplorasi keinginannya dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik (Fazrina, Khairi, 2018 : 73-74).
Model discovery learning dan hasil pembelajaran pada materi sistem ekskresi bisa ditunjang dengan memakai media video. Pada model discovery learning terdapat tahapan stimulus, dimana pada tahapan ini digunakan media
video agar siswa dapat melihat gambar dan proses-proses yang terdapat dalam materi sistem ekskresi. Menurut Hosnan (2016) “Media video merupakan media yang memprioritaskan fenomena yang berputar, bermotif, berbunyi dan dibantu efek suara maupun visual, bisa menayangkan animasi dan menayangkan proses, mudah menyajikannya dan tidak membutuhkan ruang gelap”.
Busyaeri, Akhmad Tamsik Udin (2016) menyatakan bahwa media yang pas untuk berbagai macam pembelajaran disebut juga dengan video. Disamping itu media video tidak bisa dilepaskan dari lingkungan peserta didik yang tumbuh berkembang dalam kemajuan budaya teknologi. Oleh karena itu, video bisa memberikan peluang banyak bagi guru untuk memusatkan pembelajaran secara langsung. Video dapat dimanfaatkan pada semua topik, tipe pembelajaran.
Fazrina, Khairi (2018), menyatakan bahwa “penggunaan materi yang bersifat abstrak seperti materi sistem ekskresi yang tidak dapat dilihat secara langsung cara operasinya. Oleh sebab itu, butuh adanya penggambaran seperti media video, sehingga dapat menciptakan minat serta hasil belajar peserta didik terhadap bahan tersebut”.
Peneliti telah melakukan penelitian mengenai Penerapan Model Discovery Learning disertai Media Video terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi penelitian ini adalah :
1. Guru belum menerapkan model pembelajaran
2. Media yang dipakai guru tidak bervariasi, guru hanya memakai media buku biologi kelas XI serta papan tulis.
3. Peserta didik cenderung pasif dan kurang termotivasi dalam belajar.
4. Hasil belajar masih relatif rendah tepatnya materi sistem ekskresi.
C. Batasan Masalah
Dalam pelaksanaannya penelitian dibatasi dari hasil belajar ranah sikap berupa hasil observasi perilaku (bekerjasama dan tanggung jawab), ranah pengetahuan dari tes akhir berupa soal objektif, ranah psikomotor dari laporan hasil analisis.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya yaitu “Apakah penerapan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang”.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian memiliki tujuan untuk mengetahui penerapan model discovery learning terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian dapat digunakan sebagai berikut :
1. Bagi peserta didik, mempermudah dalam belajar biologi terutama dalam materi sistem ekskresi menggunakan model discovery learning.
2. Bagi guru, menambahkan pemahaman guru tentang model discovery learning dan bisa menerapkan model tersebut dalam aktivitas
pembelajaran.
3. Bagi peneliti, agar memperoleh keahlian yang bisa menaikkan hasil belajar biologi untuk peserta didik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Pembelajaran
Pembelajaran ialah salah satu bagian yang saling berkaitan dan memiliki empat komponen yaitu tujuan, materi, metode dan penilaian. Hal tersebut merupakan hal penting bagi guru dalam proses pembelajaran, sehingga terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik (Rusman 2015 : 21). Menurut Sholeh (2007 : 129) hubungan dua arah akan terbentuk pada lingkungan yang baik dan terjadi kesepadanan antara keleluasaan peserta didik dalam memperlihatkan perasaannya dengan ketegasan guru sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian ada pendapat yang menjadi dasar dalam melakukan pembelajaran jika pembelajaran diorientasikan sebagai penciptaan kondisi belajar, atau pembelajaran diartikan sebagai cara guru dalam membentuk suasana belajar.
B. Model Pembelajaran
Model adalah tahapan yang berperan sebagai pedoman bagi pendidik serta menggambarkan tahapan sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar. Pembelajaran yang maksimal, diperlukan kreativitas guru dalam menjalankannya. Kereativitas tersebut merupakan hal penting guna meningkatkan hasil belajar peserta didik (Hosnan, 2016 : 336).
6
C. Model Pembelajaran Discovery Learning
Pembelajaran discovery learning adalah cara belajar peserta didik aktif dengan cara menciptakan dan memeriksa sendiri, sehingga peserta didik akan lebih lama mengingatnya (Hosnan, 2016 : 282). Model discovery learning dapat memunculkan rasa senang bagi peserta didik, karena memunculkan pengetahuan peserta didik, mendorong peserta didik dalam bertindak hingga mendapatkan tanggapan (Masrida, Hala, & Taiyeb, 2014 : 82). Menurut Hosnan (2016 : 289- 291), terdapat beberapa prosedur discovery learning yang harus dilakukan pada aktivitas belajar mengajar, yaitu :
1. Stimulation (Stimulus)
Melalui prosedur ini pelajar diberi kebingungan, diteruskan untuk tidak memberi kesimpulan, supaya muncul dorongan mencari sendiri. Sementara itu guru membuka pembelajaran dengan mengemukakan persoalan, ajakan membaca materi pelajaran dan lainnya berpusat pada rencana menyelesaikan permasalahan.
2. Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
Peserta didik mengenali masalah sesuai materi pelajaran, setelah itu merumuskannya dalam bentuk hipotesa.
3. Data Collection (Pengumpulan Data)
Peserta didik mengumpulkan data untuk membuktikan dugaan sementara melalui membaca buku, observasi, wawancara, melaksanakan percobaan sendiri dan lainnya.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
Dalam mengolah data bisa didapatkan melalui wawancara, observasi dan sebagainya disebut juga dengan pengolahan data. Semua data yang didapat diolah, diacak, diklasifikan, ditabulasi dan dihitung.
5. Verification (Pembuktian)
Dalam memverifikasi betul atau tidaknya rumusan masalah yang dibuat dalam bentuk hipotesis pada penemuannya, peserta didik harus mencek dengan cermat dan dikaitkan dengan hasil pengolahan data.
6. Generalization (Generalisasi/Menarik Kesimpulan)
Cara mengambil suatu prinsip umum dan berguna demi seluruh fenomena/persoalan yang sama dengan memperhatikan hasil pembuktian disebut juga dengan menarik kesimpulan.
Menurut Hosnan (2016 : 287-288) keunggulan model discovery learning yaitu :
a. Menolong peserta didik dalam membenahi serta menaikkan keterampilan dan proses pengetahuan.
b. Dapat menaikkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.
c. Memberi motivasi sendiri bagi peserta didik
d. Menolong peserta didik mempererat konsep dirinya
e. Mampu memunculkan ide-ide baru bagi peserta didik dan guru f. Menolong dan memunculkan pikiran pada kondisi belajar yang baru.
g. Dapat menjadikan peserta didik berpikir dan bertindak sesuai keinginannya
h. Memunculkan rasa bahagia terhadap peserta didik i. Membangun kebijakan peserta didik.
j. Peserta didik semangat dalam pembelajaran, sebab ia berpendapat akan memakai keahlian dalam mendapatkan hasil akhir.
Menurut Hosnan (2016 : 288-289) kekurangan model discovery learning yaitu :
a. Adanya perbedaan pendapat antara guru dan peserta didik.
b. Membutuhkan banyak waktu.
c. Tidak seluruh peserta didik mampu mengidentifikasi masalah.
d. Tidak berguna pada seluruh topik.
D. Media Video
Menurut Anshor (2015 : 4) media video merupakan media digital yang menggunakan indera manusia baik itu mendengar maupun melihat melalui tayangan yang ditampilkan. Menurut Hosnan (2016 : 113) karakteristik media video yaitu objek bergerak, berwarna yang didukung oleh efek suara.
Menurut Busyaeri, Akhmad Tamsik Udin (2016 : 126) video juga bisa dipakai untuk seluruh judul materi, jenis pembelajaran, dan ketiga ranah dalam pembelajaran. Pada ranah pengetahuan, pembelajaran dapat menayangkan kejadian masa lampau dan rekaman kejadian terkini. Selain itu melihat video bisa menguatkan pemahaman peserta didik. Pada ranah sikap, video bisa menguatkan peserta didik merasakan unsur emosi dan penyikapan. Pada ranah keterampilan, video mempunyai keutamaan menunjukkan sesuatu pekerjaan. Video pembelajaran merekam kegiatan peserta didik memunculkan peluang baginya
melihat dan menilai kerja praktikum (Busyaeri, Akhmad Tamsik Udin, 2016 : 126).
Menurut Busyaeri, Akhmad Tamsik Udin (2016 : 129), kelebihan dari medi video yaitu:
1. Mengatasi jarak dan waktu.
2. Bisa mengisahkan kejadian-kejadian masa lampau secara nyata dengan waktu pendek.
3. Dalam menambah kejelasan video tersebut dapat diputar berulang kali.
4. Menyampaikan pesan secara cepat dan dapat diingat 5. Mengembangkan ide-ide peserta didik
6. Mengembangkan imajinasi.
7. Dapat mengabadikan kenyataan sosial yang dibahas didalam kelas.
8. Mampu berfungsi sebagai pendongeng untuk merangsang kreativitas peserta didik dalam mengekspresikan ide-idenya.
Menurut Busyaeri, Akhmad Tamsik Udin (2016 : 130), video juga memiliki kekurangan, yaitu :
1. Video sangat mementingkan materi dibandingkan proses yang terjadi.
2. Penggunaan media video melibatkan banyak biaya.
E. Pembentukan Kelompok
Menurut (Lie, 2010 : 41) pengelompokan pembelajaran cooperatif learning diambil berdasarkan kemampuan akademik tinggi, sedang dan rendah. Langkah- langkahnya terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pengelompokkan Pembelajaran Kooperatif Langkah 1
Menderetkan Peserta Didik Menurut
Kemampuan Akedemis
Langkah 2
Membuat Kelompok Pertama
Langkah 3
Membuat Kelompok Selanjutnya
Exell Valerin
Zambhi Tsabina Yuky Cakrha
Zony Kelly
Exell Valerin
Tsabina Exell
Kelly Yuky Zambhi
Tsabina Yuky Cakrha
. Zony Kelly
Exell Valerin
Zambhi Valerin
Zony Cakrha Zambhi
Tsabina Yuky Cakrha
Zony Kelly
Peserta didik disusun dari memiliki pengetahuan rendah hingga memiliki pengetahuan tinggi. Pembentukkan kelompok 1 dilaksanakan dengan memilih peserta didik nomor urut 1, peserta didik nomor urut 20, peserta didik nomor urut 2, nomor 19, nomor 9 dan 12. Sedangkan untuk kelompok berikutnya juga dilaksanakan cara yang sama. Menurut Lie (2010 : 43) kegunaan penyusunan kelompok sesuai keahlian akademis yaitu :
1. Memberi peluang agar sama-sama melatih
2. Kelompok heterogen memberi kemudahan dalam mengelola kelas K Kelompok 1 Kelompok 2
F. Hasil Belajar
Bentuk-bentuk perilaku nilai-nilai, arti-arti, perilaku, apresiasi, pengetahuan dan keterampilan disebut juga dengan hasil belajar. (Lufri, 2007 : 11). Jufri, Wahab (2013 : 65-68) mengelompokkan hasil belajar.
1. Ranah Sikap
Bersangkutan dengan sikap yang meliputi lima kategori, yaitu : a. Penerimaan (receiving)
Meliputi kepekaan mendapatkan stimulus yang datang dari luar terhadap dirinya seperti bentuk masalah, kondisi, atau kejadian.
b. Merespons (responding)
Merespon adalah proses yang dibagikan oleh seseorang terhadap rangsangan dari luar. Hal ini mencakup ketentuan proses, kedalam hati, kesenangan menanggapi, dan kewajiban membagikan tanggapan melalui rangsangan dari luar.
c. Menilai (valuate)
Kemampuan mengevaluasi berkenan dengan keyakinan terhadap rangsangan yang didapat oleh siswa, termasuk kemauan mendapatkan nilai.
d. Mengorganisasi (organization)
Kemampuan mengorganisasi yaitu keahlian mengembangkan nilai-nilai ke dalam suatu sistem.
e. Internalisasi nilai (characterization by value)
Keserasian seluruh bentuk nilai yang dipegang seseorang membujuk pola kepribadian disebut jugan dengan internalisasi nilai.
2. Ranah Pengetahuan
Menurut Jufri, Wahab (2013 : 60-64), ranah pengetahuan menurut bloom meliputi :
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan bersifat hafalan dan bersifat faktual. Pengetahuan hafalan meliputi pengertian, pasal dalam peraturan dan UU, sedangkan pengetahuan faktul meliputi rumus kimia, rumus molekul, dan angka-angka, dan sejenisnya.
b. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman diekspresikan dalam wujud keahlian mendalami berita, mengeksplorasi pengetahuan hal baru, mengartikan tujuan, memahami kenyataan, menduga dan mengeksplorasi pengetahuan tersebut.
c. Aplikasi (application)
Keahlian utnuk memakai pengetahuan atau abstraksi yang dipunyai pada kondisi yang khusus disebut juga dengan aplikasi.
d. Analisis (analysis)
Tindakan memilih sebuah rencana/bagian yang sebagai faktor sehingga jelas bentuknya disebut dengan analisis.
e. Sintesis (syntesis)
Kemampuan menggabungkan faktor-faktor atau komponen kedalam keutuhan disebut juga dengan sintesis.
f. Evaluasi (evaluation)
Kelompok hasil belajar pengetahuan yang terbaik disebut juga dengan evaluasi. Evaluasi mencakup keahlian menyerahkan ketetapan mengenai nilai
sesuatu yang dapat dilihat dari tujuan, ide, prosedur, solusi, gaya dan materi disebut juga dengan evaluasi.
3. Ranah Keterampilan
Ranah keterampilan dapat diperlihatkan melalui wujud keterampilan menyelesaikan tugas dan keahlian dalam bertindak (Latisma, 2011 : 201). Adapun keterampilan yang bisa dinilai mencakup keahlian peserta didik dalam memakai alat, keahlian menelaah dan menyusun pekerjaan, kecakapan melaksanakan pekerjaan dan keahlian membaca gambar atau simbol.
G. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang penulis lakukan sebagai berikut :
Interaksi
Permasalahan
Solusi
Gambar 1. Kerangka Pikir Proses Pembelajaran
Guru Siswa
1. Guru belum menerapkan model pembelajaran
2. Media yang digunakan guru tidak bervariasi, pendidik hanya memakai buku biologi kelas XI dan papan tulis.
3. Peserta didik cenderung pasif dan kurang termotivasi dalam belajar.
4. Hasil belajar masih relatif rendah khususnya pada materi sistem ekskresi.
Eksperimen (model discovery
learning disertai video)
Kontrol (pendekatan saintifik
Hasil Belajar ? Hasil Belajar ?
H. Hipotesis
Hipotesis untuk penelitian ini adalah :
H0 : Model discovery learning disertai media video tidak dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang.
H1 : Model discovery learning disertai media video dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di semester genap pada bulan Februari di SMA Kartika 1-5 Padang tahun pelajaran 2018/2019.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian eksperimen. Kelas eksperimen diberi penerapan model discovery learning, sedangkan kelas kontrol diberi pendekatan saintifik.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan randomized control group postest only design.
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Kelompok Perlakuan Postest
Eksperimen X O2
Kontrol - O2
Sumber : (Sugiyono, 2011 : 112) Keterangan :
X : Penerapan model pembelajaran discovery learning dan media video adalah perlakuan yang diberikan.
O2 : Diakhir pembelajaran pada kelas eksperimen dan kontrol diberi tes akhir.
- : Tidak diberi perlakuan.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasinya semua peserta didik kelas XI semester 2 SMA Kartika 1-5 Padang tahun pelajaran 2018/2019.
17
Tabel 3. Nilai Ulangan Harian Materi Sistem Pencernaan pada Semester Genap Kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang Tahun Pelajaran 2019/2019
No Kelas Jumlah Siswa Nilai siswa
1. XI MIPA 1 33 68,75
2. XI MIPA 2 30 73,73
3. XI MIPA 3 32 68,37
4. XI MIPA 4 30 70,03
Jumlah Siswa 125
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, dengan kriteria nilai sama atau mendekati sama. Langkah-langkah pengambilan sampel berikut ini.
a. Pengambilan nilai UH peserta didik pada materi sistem pencernaan kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang Tahun Pelajaran 2018/2019.
b. Pemilihan kelas untuk dijadikan sampel diambil dari rata-rata nilai sama atau mendekati sama.
c. Hasil pengambilan didapatkan kelas XI MIPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA 1 sebagai kelas kontrol.
E. Variabel dan Data
Penelitian menggunakan 2 variabel yaitu variabel bebas (dicovery learning dan media video), variabel terikat (hasil belajar afektif, kognitif dan pikomotor).
Data dalam penelitian ini yaitu data primer dari penilaian afektif, kognitif dan psikomotor. Afektif didapatkan dari lembar observasi peserta didik, kognitif berupa tes akhir, dan psikomotor berupa laporan hasil analisis yang diperoleh dari kelas XI semester 2 SMA Kartika 1-5 Padang Tahun ajaran 2018/2019 yang
terpilih sebagai sampel. Data sekunder dari hasil belajar peserta didik kelas XI semester 2 SMA Kartika 1-5 Padang tahun 2018/2019.
F. Prosedur Penelitian 1. Tahap persiapan
a. Untuk melihat proses belajar yang ditetapkan dalam kelas maka dilakukan observasi.
b. Meminta nilai UH siswa pada materi sistem ekskresi kelas XI tahun pelajaran 2017/2018.
c. Menentukan jadwal penelitian pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019.
d. Mempersiapkan surat izin penelitian.
e. Mencari buku sumber.
f. Membuat rancangan penelitian dan menentukan keseluruhan objek dan objek yang akan diteliti.
g. Menentukan kelas sampel.
h. Menyusun perangkat pembelajaran.
i. Mengumpulkan media pembelajaran (Video).
j. Merancang panduan soal.
k. Membuat soal sesuai berdasarkan panduan soal dan melakukan tester lebih dahulu.
l. Menentukan pembagian kelompok pada kelas eksperimen.
2. Tahapan Pelaksanaan
Tabel 4. Tahap Pelaksanaan Kelas Sampel
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
A. Kegiatan Pendahuluan
1. Untuk memulai pembelajaran guru menyiapkan siswa terlebih dahulu secara psikis dan fisik.
2. Guru mencek kehadiran dengan menanyakan siapa yang tidak hadir.
3. Pemberian apersepsi dan motivasi oleh guru kepada peserta didik
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
5. Peserta didik diberi penjelasan oleh guru tentang cara-cara pembelajaran menggunakan model disscovery learning.
A. Kegiatan Pendahuluan
1. Untuk memulai pembelajaran guru menyiapkan siswa terlebih dahulu secara psikis dan fisik.
2. Guru mencek kehadiran dengan menanyakan siapa yang tidak hadir.
3. Pemberian apersepsi dan motivasi oleh guru kepada peserta didik.
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
5. Peserta didik diberi penjelasan oleh guru tentang cara-cara pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.
B. Kegiatan Inti
1. Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri atas 5-6 orang.
Tahap 1 : Stimulation
(stimulus/pemberi rangsangan) 2. Peserta didik diberikan
rangsangan oleh guru dengan menampilkan video yang berisikan materi sistem ekskresi.
3. Peserta didik mengamati video.
Tahap 2 : Problem Statement (pernyataan/identifikasi)
4. Setiap kelompok diberi peluang untuk mengidentifikasi masalah yang berbentuk pertanyaan.
5. Kemudian peserta didik memilih pertanyaan sesuai tujuan pembelajaran dan merumuskannya dalam bentuk dugaan sementara.
B. Kegiatan Inti
1. Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri atas 5-6 orang.
Tahap 1 : Mengamati
2. Guru memberitahukan materi yang dipelajari.
3. Masing-masing kelompok diminta oleh guru membaca buku sumber biologi atau literatur yang bersangkutan pada bahan yang akan dibahas.
Tahap 2 : Menanya 4. Peserta didik diminta
mengidentifikasi masalah dalam bentuk pertanyaan dan bersangkutan pada bahan yang akan dibahas.
5. Peserta didik diminta menulis pertanyaan berdasarkan
pengamatan pada buku sumber.
Tahap 3. Data Collection (pengumpulan data)
6. Guru meminta peserta didik mengumpulkan data (membaca buku sumber) melakukan analisis untuk membuktikan betul atau tidaknya dugaan sementara.
Tahap 4 : Data Processing (mengolah data)
7. Hasil data yang didapatkan didiskusikan dan dijawab melalui lembar diskusi yang dibagikan.
Tahap 5 : Verification (pembuktian data)
8. Guru meminta utusan dari kelompok untuk memaparkan hasil keputusanyang telah dibuat didepan kelas.
9. Guru meminta peserta didik memeriksa lagi jawabannya.
Tahap 6 : Generalisasi (menyimpulkan data)
10. Guru menuntun peserta didik membuat kesimpulan dari hasil keputusan kelompok yang dibuat dalam bentuk laporan pada lembar diskusi.
Tahap 3 : Mengumpulkan Data (mengeksplorasi)
6. Peserta didik melacak dan mengelompokkan data atau berita yang bersangkutan dengan materi dengan
membaca sumber-sumber yang relevan.
Tahap 4 : Mengasosiasikan 7. Guru meminta masing-masing
kelompok mendiskusikan atau mengolah informasi yan telah ditemukan.
8. Peserta didik diminta untuk menuliskan jawaban hasil keputusan di dalam kertas yang sudah tersedia.
Tahap 5 : Mengkomunikasikan 9. Peserta didik memaparkan hasil
diskusinya di muka kelas.
10. Peserta didik dikasih peluang menanggapi hasil diskusi.
C. Kegiatan Penutup
1. Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi pelajaran 2. Guru menyuruh peserta didik
mengumpulkan laporan diskusi.
3. Guru membagikan soal kuis.
4. Peserta didik ditugaskan oleh guru mengulas materi .
5. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucap Hamdallah.
C. Kegiatan Penutup
1. Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi pelajaran.
2. Guru menyuruh peserta didik mengumpulkan laporan diskusi.
3. Guru membagikan soal kuis.
4. Peserta didik ditugaskan oleh guru mengulas materi.
5. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucap Hamdallah.
3. Tahap Penyelesaian
Prosedur akhir dilaksanakan tahap penghimpunan data untuk melihat hasil belajar yang sudah dicapai selama penelitian. Prosedur penghimpunan data sudah dilaksanakan adalah :
a. Kedua kelas sampel diberi tes akhir tentang materi yang dibahas.
b. Data dari hasil tes kedua kelas diolah.
c. Membuat laporan berdasarkan analisis data.
G. Instrumen Penelitian 1. Ranah Afektif
Perangkat evaluasi afektif berbentuk lembar observasi. Yang dinilai pada ranah ini adalah afektif/sikap peserta didik selama proses belajar berjalan setiap berjumpa yang dinilai oleh pengamat. Aspek yang dinilai diberi skor 1, 2, 3, dan 4. Setelah itu mendapat nilai keseluruhan, selanjutnya menjumlahkan skor total yang didapatkan peserta didik dari setiap aspek. Perangkat penilaian ranah afektif kelas eksperimen dan kontrol pada Tabel 5, dana rubrik penilaian ranah afektif kelas eksperimen pada Tabel 6, kelas kontrol pada Tabel 7.
Table 5. Instrumen Penilaian ranah Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Nama
pesereta didik
Bagian Yang Dinilai/ Deskripsi
Total Skor Bertanggung
Jawab
Skor Kerjasama dalam kelompok Kecil
Poin
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Bobi 2. Dina 3. Dst...
Sumber : Dimodifikasi dari(Permendikbud nomor 104, 2014)
Tabel 6. Rubrik Penilaian Ranah Afektif Kelas Eksperimen
No Aspek yang Dinilai Deskripsi
1. Bertanggung Jawab 1. Mencermati video yang dikasih oleh guru.
2. Membuat persoalan berdasarkan video yang telah diamati.
3. Mencari jawaban berdasarkan sumber.
4. Mengumpulkan laporan hasil diskusi.
2. Kerjasama dalam Kelompok Kecil
1. Berpartisipasi dalam mengumpulkan data.
2. Berpartisipasi menyampaikan pendapat berdasarkan sumber yang diperoleh.
3. Berpartisipasi dalam mengolah informasi yang di temukan.
4. Berpartisipasi memeriksa kembali jawaban hasil diskusi bersama kelompok.
Kolom pada tabel diisi dengan centang (√) Keterangan :
Poin 4 jika ada 4 tanda centang (√) Poin 3 jika ada 3 tanda centang (√) Poin 2 jika ada 2 tanda centang (√) Poin 1 jika ada 1 tanda centang (√)
Tabel 7. Rubrik Penilaian Afektif Kelas Kontrol
No Aspek yang Dinilai Deskripsi
1. Bertanggung Jawab 1. Mengamati buku paket berkaitan bahan pelajaran yang diberi guru.
2. Membuat persoalan berdasarkan tujuan pembelajaran berdasarkan materi yang telah dilihat.
3. Mencari jawaban berdasarkan sumber.
4. Mengumpulkan laporan hasil diskusi.
2. Kerjasama dalam kelompok Kecil
1. Berpartisipasi dalam mengumpulkan data.
2. Berpartisipasi menyampaikan pendapat berdasarkan sumber yang diperoleh.
3. Berpartisipasi dalam mengolah informasi yang di temukan.
4. Berpartisipasi membuat laporan hasil diskusi.
Kolom pada tabel diisi dengan centang (√)
Keterangan :
Poin 4 jika ada 4 tanda centang (√) Poin 3 jika ada 3 tanda centang (√) Poin 2 jika ada 2 tanda centang (√) Poin 1 jika ada 1 tanda centang (√)
Penilaian :
Nilai =
x 100
Tabel 8. Kriteria Penilaian Ranah Afektif Nilai Sikap
Predikat Rentang Nilai
Bagus sekali (A) 86 -100
Bagus (B) 71 – 85
Pas (C) 56 – 70
Rendah (D) ≤ 55
Sumber : Dimodifiksi dari(Permendikbud nomor 104, 2014)
2. Ranah Kognitif
Jenis instrumen penilaian kognitif yang dipakai pada penelitian ini tes tertulis, berupa soal objektif dengan lima option. Untuk mendapatkan evaluasi yang bagus, maka dilakukan cara-cara seperti berikut :
a. Validitas Tes
Menurut Arikunto (2015 : 85) “suatu tes dikatakan mempunyai kesesuaian dengan isi jika diukur dengan maksud tertentu. Kesesuaian ini memakai rumus korelasi product moment berikut ini.
∑
√ ∑ ∑
Keterangan :
rxy : Koefisien hubungan variabel X (nilai uji coba soal) dan variabel Y (nilai UH terdekat), dua variabel dihubungkan
∑xy : Jumlah perkalian x dan y x2 : Kuadrat dari x
y2 : Kuadrat dari y Kriteria :
0,800 sampai 1,00 : Tinggi sekali 0,600 sampai 0,800 : Tinggi 0,400 sampai 0,600 : Cukup 0,200 sampai 0,400 : Rendah 0,00 sampai 0,200 : Rendah sekali
Kriteria soal yang dipakai antara 0.400 sampai 1,00 (Arikunto, 2015 : 89).
b. Indeks kesukaran
Peluang untuk menjawab soal benar pad tingkat kemampuan tertentu disebut juga dengan indeks kesukaran. Menggunakan rumus menurut (Sudijono, 2011 : 372), yaitu :
Keterangan :
P : Angka indeks kesukaran item
B : Banyaknya peserta didik menjawab soal dengan betul Js : Jumlah semua peseta didik mengikuti tes
Kriteria :
Kurang dari 0,25 : Soal terlalu sulit 0,25 sampai 0,75 : Soal cukup
Lebih dari 0,75 : Soal terlalu mudah
Kriteria yang dipakai berkisar 0,25 – 0,75 (Sudijono, 2011 : 373).
B
P = Js
c. Daya Pembeda Soal
Daya beda suatu tes dihitung dengan memakai rumus yang dikatakan oleh (Sudijono, 2011 : 390), berikut ini.
Dimana :
Keterangan :
D : Angka indeks kesukaran item
J : Jumlah peserta
BA : Banyaknya peserta kelompok atas mengerjakan betul BB : Bnayaknya peserta kelompok bawah mengerjakan betul JA : Jumlah peserta didik kelompok atas
JB : Jumlah peserta didik kelompok bawah
PA = : Proporsi peserta kelompok atas mengerjakan soal dengan betul
PB = : Proporsi peserta kelompok bawah mengerjakan soal dengan betul
Tabel 9. Klasifikasi Daya Pembeda Besarnya Angka Indeks
distribusi Item (D)
Klasifikasi Interpretasi Kurang dari 0,20 Poor Daya pembedanya jelek.
0,20 sampai 0,40 Satisfactory Daya pembedanya pas.
0,40 sampai 0,70 Good Daya pembedanya bagus.
0,70 sampai 1,00 Excellent Daya pembedanya sangat bagus.
Bertanda negatif - Daya pembedanya sangat jelek.
Soal yang digunakan pada penelitian ini berkisar 0,20 – 1,00 (Sudijono, 2011 : 389).
D = PA - PB
BA BB PA = dan PB = JA JB
d. Reliabilitas Tes
Reliabilitas memberitahukan suatu arti bahwa perangkat cukup diyakini dipakai sebagai alat mengumpulkan data, karena perangkat itu telah bagus dalam mendekati indek reabilitas tes yang dipakai (Arikunto, 2015 : 117). Untuk menentukan reliabilitas dapat pakai :
Keterangan :
r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan n : Banyaknya item soal
n : Jumlah peserta tes
M : Mean atau rerata poin total St2 : Varians soal
Tabel 10. Ciri-Ciri Reliabilitas Soal Tes
Reliabilitas Kriteria
0,80 sampai 1,0 Tinggi sekali
0,60 sampai 0,80 Tinggi
0,40 sampai 0,60 Sedang
0,20 sampai 0,40 Rendah
0,0 sampai 0,20 Rendah sekali
Kriteria soal yang dipakai dalam penelitian ini antara 0,80 – 0,20 (Arikunto, 2015 : 117).
3. Ranah Psikomotor
Instrumen penilaian ranah psikomotor berupa penilaian produk. Pada ranah ini yang dinilai adalah penilaian produk yang dilakukan melalui laporan hasil diskusi kelompok dan hasil analisis. Aspek yang dinilai diberi skor 1, 2, 3, dan 4. Setelah mendapat nilai keseluruhan, selanjutnya menjumlahkan skor total yang didapatkan peserta didik dari setiap aspek. Instrumen penilaian ranah (
) ( )
psikomotor berupa laporan analisis kedua kelas sampel bisa dilihat Tabel 11 dan rubrik penilaian ranah psikomotor kelas eksperimen dan kontrol Tabel 12.
Tabel 11. Instrumen Penilaian Hasil Analisis Untuk Ranah Keterampilan Kelas Sampel
N o
Nama Siswa
Aspek Yang Dinilai / Deskripsi Total Skor Kelengkapan
laporan analisis
Skor Isi analisis
Skor Keterbacaan laporan analisis
Skor
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Bobi 2. Dina 3. Dst...
Sumber : Dimodifikasi dari(Permendikbud nomor 104, 2014)
Tabel 12. Rubrik Penilaian Hasil Analisis Untuk Ranah Psikomotor Kelas Sampel
No Bagian yang Dinilai Deskripsi 1. Kelengkapan Laporan
Analisis
1. Hasil analisis dilengkapi dengan identitas 2. Identifikasi masalah sesuai dengan tujuan
pembelajaran
3. Hasil analisis dilengkapi dengan pembahasan 4. Hasil analisis dilengkapi dengan kesimpulan
dan daftar pustaka
2. Isi Analisis 1. Hasil analisis sesuai dengan permasalahan pada video yang disajikan
2. Hasil analisis benar dan relevan dengan teori 3. Hasil analisis merujuk pada literatur yang
jelas (minimal 3 literatur)
4. Kesimpulan sesuai dengan hasil analisis 3. Keterbacaan Laporan
Analisis
1. Tulisan jelas dan mudah dipahami 2. Tulisan bersih dan tidak ada coretan
3. Kata yang dipakai berdasarkan kaidah EYD yang benar
4. Penulisan kata tidak disinggkat Kolom pada tabel diisi dengan tanda centang (√)
Keterangan :
Poin 4 jika ada 4 tanda centang (√) Poin 3 jika ada 3 tanda centang (√) Poin 2 jika ada 2 tanda centang (√) Poin 1 jika ada 1 tanda centang (√)
Penilaian
Nilai =
Tabel 13. Kriteria Penilaian Ranah Psikomotor Nilai Sikap
Predikat Rentang Nilai
Bagus Sekali (A) 86 – 100
Bagus (B) 71 – 85
Pas (C) 56 – 70
Rendah (D) ≤ 55
Sumber : Dimodifikasi dari(Permendikbud nomor 104, 2014) H. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Berfungsi untuk mengetahui apakah data berasal dari keseluruhan sampel berdistribusi normal, memakai uji Lilieford (Sudjana, 2015) dengan cara-cara berikut :
a. Mengurutkan data X1, X2, X3,...Xn hasil belajar peserta didik dalam tabel dimulai dari terkecil sampai tersebar.
b. Data X1, X2, X3,...Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,
Z3,...Zn dengan rumus :
c. Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, setelah itu di hitung peluang F (Zi) = P (Z≤Zi)
d. Menentukan harga S ( Zi ), yaitu proporsi skor baku yang sangat rendah
atau sama dengan Zi, dengan rumus : S ( Zi ) =
n Zi F
xi– x Zi = s
e. Hitung selisih F ( Zi ) – S ( Zi ), setelah itu hitung harga mutlaknya.
f. Diambil jumlah yang sangat tinggi diantara jumlah pasti selisih tersebut dikatakan Lo
g. Pada taraf nyata 0,05 data distribusi normal jika LO < L tabel berdistribusi normal LO < L tabel.
2. Uji Homogenitas
Berfungsi untuk melihat kedua kelas sampel memiliki versisama/berbeda.
Untuk mentesnya digunakan uji . Langkah-langkah yang digunakan dalam uji sebagai berikut:
a. Mencari versi masing-masing data setelah itu dicari harga F dengan rumus:
Dimana:
= Versi kelompok data
S12 = Versi hasil belajar kelas eksperimen S22 = Versi hasil belajar kelas kontrol
b. Apabila harga telah didapatkan maka perbandingan tersebut dengan dalam daftar distribusi dengan taraf signifikan dan
dan . Jika harga hitung yang didapatkan dari perhitungan sangat rendah dari harga pada tabel berarti kedua kelompok data memiliki versisama jika harga yang diperoleh dari perhitungan sangat tinggi dari tabel berarti kedua kelompok data memiliki versi tidak sama (Sudjana, 2015 : 249).
S12
F = S22
3. Uji Hipotesis
Berfungsi untuk mengetahui dugaan sementara sesuai/tidak. Berdasarkan kedua uji diatas, terdapat 3 peluang hasil, maka uji hipotesis dipakai yaitu:
a. Data terdistribusi normal dan dua kelompok data sama, dipakai persamaan:
Untuk menghitung simpangan baku peserta didik kedua kelompok dipakai rumus (Sudjana, 2015 : 239).
Dimana:
x1 = Rata-rata nilai kelas eksperimen x2 = Rata-rata nilai kelas kontrol s12 = Standar deviasi kelas eksperimen s22 = Standar deviasi kelas kontrol s2 = Standar deviasi gabungan
n1 = Jumlah peserta didik kelas eksperimen n2 = Jumlah peserta didik kelas kontrol Ciri-ciri hipotesis ini yaitu:
H0 ditolak dan diterima, jika:
H0 diterima dan ditolak, jika:
b. Data terdistribusi normal dan dua kelompok data tidak sama, dipakai persamaan (Sudjana, 2015 : 241).
2 1
1
n 1 n
s 1
x t x
2 1 1
2 1
2 2 2 2 1 1 2
n n
s n s s n
t1
t > , df = n1 + n2 - 2 2a
t1
t < , df = n1 + n2 - 2 2a
Dimana:
x1 = Rata-rata nilai kelas eksperimen x2 = Rata-rata nilai kelas kontrol
n1 = Jumlah peserta didik kelas eksperimen n2 = Jumlah peserta didik kelas kontrol s12
= Versi kelas eksperimen s22
= Versi kelas kontrol
s = Simpangan baku kedua kelas
Karakteristik pengujiannya adalah tolak apabila
dimana:
;
( ) dan
( )
c. Data terdistribusi tidak normal dan dua kelompok data tidak sama, dilakukan yaitu uji yaitu:
= ̅ ̅
√(
) ( )
( n2 + 1 )
U1 = n1 . n2 + - ∑R2 2
( n2 + 1 )
U2 = n1 . n2 + - ∑R1
2
w1t1 + w2t2 w1t1 + w2t2 < t’ <
w1 + w2 w1 + w2
Dimana:
R1 = Jumlah tingkat tes kelas eksperimen R2 = Jumlah tingkat tes kelas kontrol n1 = Jumlah peserta didik kelas eksperimen n2 = Jumlah peserta didik kelas kontrol
Ciri-Ciri pengujian hipotesis (H0) diterima jika:
U Hitung < U tabel dan selain dari ciri-ciri tersebut H0 ditolak.
BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil belajar afektif, kognitif dan psikomotor seperti pada Tabel 14.
Tabel 14. Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Peserta didik Kelas XI MIPA Ranah Afektif, Kognitif dan Psikomotor
No Parameter Kelas Afektif Kognitif Psikomotor 1. Nilai Rata-
Rata
Eksperimen 81,77 82,25 73,96
Kontrol 74,33 76,29 63,98
2. Uji Hipotesis Thitung = 2,34 Ttabel = 1,671
THitung = 2,59 Ttabel = 1,673
Thitung = 5,77 Tttabel = 1,671 3. Kesimpulan H1 diterima H1 diterima H1 diterima
Berdasarkan tabel 14 setelah dilakukan uji-t, hasil ranah Afektif (H1) diterima, ranah kognitif hipotesis (H1) diterima, dan uji-t' pada ranah psikomotor (H1) diterima. Selanjutnya agar lebih jelas hasil yang diperoleh maka disajikan data untuk ranah afektif, kognitif dan psikomotor pada bagan terdapat pada Gambar 2, 3, dan 4.
1. Ranah Afektif
Ranah Sikap dinilai selama terjadinya proses mengajar yang dilakukan oleh pengamat pada setiap kali pertemuan. Observer menilai peserta didik saat proses pembelajaran terjadi yang terdiri atas bertanggung jawab dan bekerja sama dalam kelompok kecil yang dilihat pada Gambar 2.
34
Gambar 2. Rata-Rata Nilai Afektif Kelas Sampel
Berdasarkan Gambar 2 rata-rata nilai afektif pada indikator bertanggung jawab kelas eksperimen 82,03, kelas kontrol 76,88 dengan predikat (B) dan pada indikator kerjasama dalam kelompok kecil kelas eksperimen 81,51 dan kelas kontrol 71,77 dengan predikat (B). Hasil uji normalitas kelas eksperimen L0 0,1233 < Ltabel 0,1565, kelas kontrol L0 0,1129 < Ltabel 0,1590 jadi kedua kelas sampel normal. Hasil uji homogenitas kedua sampel Fhitung 0,25 < Ftabel 1,69, maka kedua kelas sampel normal. Maka hipotesis pada ranah afektif diperoleh H1 yaitu diterima berarti penerapan model discovery learning disertai video dapat meningkatkan hasil belajar afektif.
2. Ranah Kognitif
Penilaian kognitif didapatkan dari tes akhir pada materi sistem ekskresi.
Pada tes akhir digunakan 32 butir soal objektif.
82,03 81,51 76,88
71,77
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Bertanggung Jawab
Kerjasama dalam Kelompok Kecil
Eksperimen Kontrol
Rata-Rata Nilai
Gambar 3. Rata-Rata Nilai Kognitif Kelas sampel
Berdasarkan gambar 3 terlihat nilai kelas eksperimen 82,25 sedangkan kelas kontrol 76,29. Hasil uji normalitas ranah kognitif kelas eksperimen L0 0,1040 < Ltabel 0,161, kelas kontrol L0 0,1261 < Ltabel 0,161, maka kedua data normal. Hasil uji homogenitas diperoleh Fhitung 0,60 < Ftabel 1,87, maka kedua sampel homogen, hipotesis yang digunakan adalah uji-t, dengan thitung 2,59 > ttabel
1,673, maka hipotesis H1 yaitu diterima berarti penerapan model discovery learning disertai media video dapat meningkatkan hasil belajar kognitif.
3. Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotor diperoleh berdasarkan hasil laporan analisis kelompok. Indikator yang dinilai yaitu kelengkapan laporan analisis, isi analisis dan keterbacaan laporan analisis. Rata-rata nilai ranah psikomotor bisa dilihat Gambar 4 .
82,25
76,29
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Eksperimen
Kontrol
Eksperimen Kontrol
Rata-Rata Nilai
Gambar 4. Rata-Rata Nilai Psikomotor Kelas Sampel
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada ranah psikomotor untuk indikator kelengkapan laporan hasil analisis kelas eksperimen 91,41, kelas kontrol 83,87, pada indikator isi analisis kelas eksperimen 58,59, kelas kontrol 41,94 dan pada indikator keterbacaan laporan analisis kelas eksperimen 71,88, kelas kontrol 66,13. Hasil uji normalitas kedua kelas sampel berdistribusi normal. Kemudian dilakukan uji homogenitas kedua sampel tidak homogen dan setelah dilakukan Uji-t' diperoleh (H1) diterima berarti penerapan model discovery learning diserta media video dapat meningkatkan hasil belajar biologi ranah psikomotor.
B. Pembahasan 1. Ranah Afektif
Berdasarkan hasil uji hipotesa memakai uji-t diperoleh hasil belajar biologi siswa ranah afektif thitung (2,34) > ttabel (01,671) (H1) diterima berarti hasil belajar afektif di kelas XI SMA kartika 1-5 Padang dapat meningkat dengan menggunakan model discovery learning dan media video. Disebabkan karena
91,41
58,59
71,88 83,41
41,94
66,13
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Kelengkapan Hasil Analisis
Isi Analisis Keterbacaan Hasil Analisis
Eksperimen Kontrol
Rata-Rata Nilai
kelas eksperimen menggunakan model discovery learning dan media video sehingga peserta didik merasa tertarik serta cenderung aktif selama terjadinya proses pembelajaran.
Selama terjadinya proses pembelajaran tersebut dilakukan penilaian ranah afektif oleh observer yang meliputi aspek bertanggung jawab dan kerjasama dalam kelompok kecil. Pada aspek bertanggung jawab, rata-rata nilai kelas eksperimen 82,03 diperoleh predikat (B) dan kelas kontrol 76,88 diperoleh predikat (B). Tingginya nilai kelas eksperimen dikarenakan dalam model discovery learning terdapat tahapan memberi stimulus untuk siswa dengan
menggunakan video. Hal ini membuat siswa merasa tertarik sehingga dapat membuat siswa untuk menemukan sendiri permasalahan yang ada dan membuat siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikannya. Selain itu juga dapat merangsang keingintahuan siswa mengenai apa yang belum mereka ketahui dari materi yang akan dipelajarinya.
Menurut Fazrina, Khairi (2018), pembelajaran discovery learning ini memungkinkan peserta didik mencari informasi untuk menjawab rasa ingin tahunya, sehingga membagikan peluang untuk peserta didik mengeksplorasi keinginannya serta menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik. Selain itu (Setyawati, 2018) menerapkan model discovery learning bisa menjadikan peserta didik menjadi makin berkewajiban terhadap proses pembelajaran dan lebih mengutamakan ketuntasan penguasaan materi pembelajaran. (Busyaeri, Akhmad Tamsik Udin, 2016) mengatakan bahwa video dapat memunculkan pikiran dan tanggapan peserta didik, mengembangkan imajinasi dan bisa berfungsi sebagai
media utama dalam mendokumentasikan realita sosial yang dibahas saat berlangsungnya pembelajaran.
Pada aspek kerjasama dalam kelompok kecil, nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu 81,51 diperoleh predikat (B) dan kelas kontrol yaitu 71,77 diperoleh predikat (B). Selama proses pembelajaran sebagian besar siswa di kelas eksperimen sudah berpartisipasi mencari jawaban berdasarkan sumber, menyampaikan pendapat berdasarkan sumber, mengolah data dan berpartisipasi dalam membuat laporan.
Penerapan model discovery learning di kelas eksperimen membuat peserta didik aktif saat diskusi kelompok sehingga terlihat partisipasi setiap anggota kelompok dalam menyelesaikan permasalahan dan antusias dalam membuktikan jawaban berdasarkan hasil penemuan mereka sendiri, dengan itu mereka juga mampu bekerjasama dalam kelompoknya. Menurut (Balqist, Jalmo, & Yolida, 2019), model discovery learning mengasih peluang bagi peserta didk berkolaborasi dalam kelompok demi menemukan masalah yang dkasih oleh guru, sehingga model ini merangsang semangat peserta didik menemukan berbagai permasalahan dan menjadikan suasana kelas lebih kondusif terutama pada saat kegiatan diskusi. Sesuai dengan pendapat (Susanti & Santri, 2017) bahwa model discovery learning memposisikan peserta didik berada di tengah proses
pembelajaran, sehingga peserta didik giat menemukan berita sendiri melalui observasi, eksperimen, aktif berdiskusi dan bertukar pendapat membuktikan teori atau kenyataan mengenai materi yang dipelajari guna mendapatkan suatu kesimpulan.
Aspek kerjasama dalam kelompok kecil kelas kontrol menggunakan pendekatan saintifik, dalam tahapan pendekatan saintifik ini siswa membaca buku untuk menemukan suatu permasalahan sehingga terlihat cenderung hanya sebagian siswa yang aktif dalam kelompok kecil dan lebih banyak mengandalkan teman yang pintar dalam menyelesaikan hasil diskusi, kurangnya kerjasama antar kelompok dan banyak siswa yang meribut sehingga mangganggu konsentrasi siswa yang lain. Jika dalam belajar yang aktif peserta didik yang pintar, maka yang mendapatkan ilmu juga peserta didik yang pintar tersebut. Pembelajaran yang demikian akan tidak efektif dan akan sangat berpengaruh terhadap nilai afektif siswa khususnya pada aspek kerjasama. Sesuai pendapat (Latisma, 2011) orang yang tidak mempunyai keinginan pada mata pelajaran tertentu, susah diharapkan akan mencapai keberhasilan belajar yang optimal.
2. Ranah Kognitif
Berdasarkan hasil uji hipotesa memakai uji-t didapatkan hasil belajar biologi siswa pada ranah kognitif thitung (2,59) > ttabel (1,673) (H1) diterima, berarti hasil belajar kognitif kelas XI SMA Kartika 1-5 Padang dapat meningkat dengan menerapkan model discovery learnig dan media video. Penerapan model discovery learning mampu meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif,
sehingga model ini membuat siswa mampu merumuskan permasalahan berdasarkan video yang diamati, dengan diberikan video siswa merasa tertarik dengan apa yang dipelajarinya dan mampu mengumpulkan data serta menjawab pertanyaan yang dibuatnya. Sehingga siswa pahaam tentang apa yang telah dipelajarinya tersebut. Menurut (Fazrina, Khairi, 2018), “pembelajaran discovery
learing dapat memungkinkan peserta didik mencari informasi untuk menjawab
rasa ingin tahu mereka, sehingga memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi keinginannya dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik”.
Model discovery learning memusatkan siswa agar bisa menemukan sesuatu lewat proses pembelajaran yang dilaluinya. Peserta didik dibimbing berpikir kritis dan menjadi seorang saintis (ilmuwan). Peserta didik bukan hanya menerima tetapi juga ikut berperan aktif menciptakan ilmu pengetahuan dengan pengetahuan awal yang mereka punya. Menurut (Hosnan, 2016) discovery learning merupakan cara belajar aktif dengan menciptakan dan memeriksa
sendiri, sehingga dapat mengakibatkan peserta didik akan lebih lama mengingatnya. Pembelajaran discovery learning mampu meningkatkan daya pikir analisis peserta didik.
Selain itu penerapan media video mampu menarik perhatian dan membangkitkan minat peserta didik, sehingga mereka memiliki antusias yang ekstra untuk belajar. Hal ini sesuai pendapat (Busyaeri, Akhmad Udin : 2016) bahwa karakteristik media video mampu menggambarkan kejadian-kejadian masa lalu dengan jelas, sehingga dapat mengembangkan pikiran dan pendapat siswa.
Rendahnya hasil belajar peserta didik kelas kontrol disebabkan kurangnya minat mereka mencari dan mempelajari materi sendiri. Pada setiap pertemuan dikelas kontrol mencari pertanyaan atau permasalahan hanya melalui buku sumber saja, di dalam buku sumber materi yang disajikan lebh panjang sehingga siswa tidak termotivasi untuk membacanya. Pada kelas control menggunakan