• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang."

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi Peranan Sanggar Anak sebagai Alternatif Pendampingan

Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono dipilih berdasarkan pada

realitas dan keprihatinan penulis terhadap pelaksanaan pendampingan iman anak yang terjadi di zaman sekarang. Anak sebagai pribadi di zaman globalisasi ini semakin menjadi anak yang semakin memiliki budaya yang serba mudah dan konsumtif. Gereja ikut terlibat dalam mengupayakan pendidikan bagi iman anak demi membangun pribadi anak yang beriman tangguh dan utuh. Pada umumnya Gereja mengusahakan pembinaan iman bagi anak-anak dengan istilah Sekolah Minggu atau Pendampingan Iman Anak (PIA) yang sering dilakukan di setiap gereja satu minggu sekali. Pendampingan iman anak yang dilakukan hanya satu minggu sekali tidak cukup untuk mengubah karakter anak yang kebanyakan berbudaya konsumtif ke budaya kreatif, butuh waktu yang lebih untuk melakukan sebuah perubahan. Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi Gereja akan generasi masa depan. Gereja perlu memperbarui karya pastoral bagi anak-anak. Berangkat dari keprihatinan tersebut, skripsi ini ditulis sebagai sebuah gagasan atas peranan sebuah model pendampingan yaitu sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak dalam membangkitkan kearifan lokal sebagai media pendampingan iman di zaman modern.

Persoalan utama yang perlu dijawab dalam skripsi ini adalah apakah sanggar anak dapat digunakan sebagai model pendampingan iman anak. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan studi pustaka untuk memperoleh pengertian-pengertian ilmiah serta data yang sesuai dengan tema yang diangkat. Deskripsi yang diperoleh berdasarkan studi pustaka tersebut digunakan sebagai dasar gagasan-gagasan dan penguat argumen penulis dalam mengkaji peranan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang. Untuk menunjang deskripsi tersebut, disajikan pula analisis dan profil sanggar anak yang ada di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Setelah kajian pustaka penulis memberikan hasil penelitian. Jenis penelitian yang dipilih oleh penulis adalah deskripsi analisis yang diambil dengan kuesioner sebagai instrumennya.

(2)

ix

ABSTRACT

The title of the thesis The Roles of “Sanggar Anak” as an Alternative Children Faith Mentoring in the Parish of St. Thomas Rasul Bedono is

chosen based on the realities and concerns of the author towards the implementation of children faith mentoring nowadays. “Sanggar Anak” means a small village hall for children activities. Child as a person in this globalization era becomes a child who has culture which are completely easy and consumptive. Christians are involved in pursuing education for children in order to build a personal faith of children which are formidable devout and intact. In general, Christians try the faith mentoring for children with the term of Sunday School or Children Faith Mentoring (PIA) that is often done in every church once a week. Children faith mentoring which is done only once a week is not enough to change their character which is consumptive becomes creative. It takes more time to make a change. It becomes a challenge for the Christians for its generations. The Church needs to renew its pastoral method for children. Based on this concern, this thesis is written as an idea of mentoring model’s role which is “Sanggar Anak” as an alternative children faith mentoring in provoking the local wisdom as a faith mentoring media in modern era.

The main issues that need to be answered in this thesis is whether “Sanggar Anak” can be used as a model of faith mentoring for children. To answer this question, it is important to do a literature study to get scientific notions and data that are appropriate with the theme. The description obtained is used as the basis for the ideas and strengthener arguments of the author in assessing the role of “Sanggar Anak” toward children faith mentoring process in the parish of St. Thomas Rasul Bedono, Semarang District. To support the description, it is presented an analysis and profile of “Sanggar Anak” in the Parish of St. Thomas Rasul Bedono. After reviewing of the literature, the author gives the results of the study. The type of the research that is chosen by the author is the analysis description which is taken from the questionnaires as its instrument.

(3)

i

PERANAN SANGGAR ANAK

SEBAGAI ALTERNATIF PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO

KABUPATEN SEMARANG

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

YUSTINUS TYASMANTO

NIM: 111124003

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada Franciscus Xaverius Mulyata

Caecilia Tri Sandari Agustinus Rahmanto

Ervyna Citra Dewi Romo Patricius Hartono, Pr

Sanggar Anak Sadang, Sanggar Anak Pasbolo, Sanggar Anak Sodong, Sanggar Anak Pelangi, Sanggar Anak Wawar, Sanggar Anak Bomas,

Sanggar Anak Krajan, Sanggar Anak Piningit Paroki Santo Thomas Rasul Bedono IPPAK – Universitas Sanata Dharma

(7)

v

MOTTO

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”.

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi Peranan Sanggar Anak sebagai Alternatif Pendampingan

Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono dipilih berdasarkan pada

realitas dan keprihatinan penulis terhadap pelaksanaan pendampingan iman anak yang terjadi di zaman sekarang. Anak sebagai pribadi di zaman globalisasi ini semakin menjadi anak yang semakin memiliki budaya yang serba mudah dan konsumtif. Gereja ikut terlibat dalam mengupayakan pendidikan bagi iman anak demi membangun pribadi anak yang beriman tangguh dan utuh. Pada umumnya Gereja mengusahakan pembinaan iman bagi anak-anak dengan istilah Sekolah Minggu atau Pendampingan Iman Anak (PIA) yang sering dilakukan di setiap gereja satu minggu sekali. Pendampingan iman anak yang dilakukan hanya satu minggu sekali tidak cukup untuk mengubah karakter anak yang kebanyakan berbudaya konsumtif ke budaya kreatif, butuh waktu yang lebih untuk melakukan sebuah perubahan. Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi Gereja akan generasi masa depan. Gereja perlu memperbarui karya pastoral bagi anak-anak. Berangkat dari keprihatinan tersebut, skripsi ini ditulis sebagai sebuah gagasan atas peranan sebuah model pendampingan yaitu sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak dalam membangkitkan kearifan lokal sebagai media pendampingan iman di zaman modern.

Persoalan utama yang perlu dijawab dalam skripsi ini adalah apakah sanggar anak dapat digunakan sebagai model pendampingan iman anak. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan studi pustaka untuk memperoleh pengertian-pengertian ilmiah serta data yang sesuai dengan tema yang diangkat. Deskripsi yang diperoleh berdasarkan studi pustaka tersebut digunakan sebagai dasar gagasan-gagasan dan penguat argumen penulis dalam mengkaji peranan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang. Untuk menunjang deskripsi tersebut, disajikan pula analisis dan profil sanggar anak yang ada di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Setelah kajian pustaka penulis memberikan hasil penelitian. Jenis penelitian yang dipilih oleh penulis adalah deskripsi analisis yang diambil dengan kuesioner sebagai instrumennya.

(11)

ix

ABSTRACT

The title of the thesis The Roles of “Sanggar Anak” as an Alternative Children Faith Mentoring in the Parish of St. Thomas Rasul Bedono is

chosen based on the realities and concerns of the author towards the implementation of children faith mentoring nowadays. “Sanggar Anak” means a small village hall for children activities. Child as a person in this globalization era becomes a child who has culture which are completely easy and consumptive. Christians are involved in pursuing education for children in order to build a personal faith of children which are formidable devout and intact. In general, Christians try the faith mentoring for children with the term of Sunday School or Children Faith Mentoring (PIA) that is often done in every church once a week. Children faith mentoring which is done only once a week is not enough to change their character which is consumptive becomes creative. It takes more time to make a change. It becomes a challenge for the Christians for its generations. The Church needs to renew its pastoral method for children. Based on this concern, this thesis is written as an idea of mentoring model’s role which is “Sanggar Anak” as an alternative children faith mentoring in provoking the local wisdom as a faith mentoring media in modern era.

The main issues that need to be answered in this thesis is whether “Sanggar Anak” can be used as a model of faith mentoring for children. To answer this question, it is important to do a literature study to get scientific notions and data that are appropriate with the theme. The description obtained is used as the basis for the ideas and strengthener arguments of the author in assessing the role of “Sanggar Anak” toward children faith mentoring process in the parish of St. Thomas Rasul Bedono, Semarang District. To support the description, it is presented an analysis and profile of “Sanggar Anak” in the Parish of St. Thomas Rasul Bedono. After reviewing of the literature, the author gives the results of the study. The type of the research that is chosen by the author is the analysis description which is taken from the questionnaires as its instrument.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah atas segala berkat, rahmat, dan cinta-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. Kasih Allah yang begitu besar selalu dirasakan oleh penulis dalam setiap langkah kehidupan dan dalam penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “PERANAN SANGGAR ANAK

SEBAGAI ALTERNATIF PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL KABUPATEN SEMARANG” menjadi kesempatan

yang baik bagi perkembangan karya pastoral Gereja bagi anak-anak.

Melalui skripsi ini penulis bermaksud memberikan sumbangan pemikiran untuk komunitas Sanggar Anak Paroki Santo Thomas Rasul Bedono sebagai paguyuban iman yang berperan penting dalam hidup menggereja baik dari segi liturgi, diakonia, martyria, dan koinonia.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

(13)

xi

2. Drs. F.X. Heryatno W.W., S.,J.,M.Ed selaku dosen pembimbing akademik, penguji II dan Ketua Program Studi IPPAK-USD yang dengan sabar dan setia membimbing penulis selama masa studi sampai pada skripsi dan telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 3. P. Banyu Dewa HS, S. Ag, M. Si selaku dosen penguji III, yang telah

memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan bimbingan kepada penulis mulai dari persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian sampai skripsi ini selesai.

4. Patricius Hartono, Pr., selaku Pastor Paroki Santo Thomas Rasul Bedono yang telah memberikan tempat, dukungan, dan waktu bagi penulisan skripsi ini.

5. Pendamping Sanggar Anak di Paroki Santo Thomas Rasul yang telah bekerja sama dalam penulisan skripsi ini khususnya dalam penelitian skripsi.

6. Keluarga besar IPPAK-USD khususnya bagi angkatan 2011 yang saling memberikan dukungan doa dan semangat bagi penulis.

7. Keluarga penulis, F.X. Mulyata, C. Tri Sandari sebagai ayah dan ibu, Agustinus Rahmanto sebagai kakak yang selalu memberikan dukungan baik secara spiritual, doa, dana, dan dukungan dalam bentuk apa pun.

8. Semua pihak yang terlibat dalam perkuliahan penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

(14)
(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN PUBLIKASI ILMIAH ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Metode Penulisan ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II PENDAMPINGAN IMAN ANAK DENGAN SANGGAR ANAK DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO ... 10

A. Pendampingan ... 10

1. Pengertian Pendampingan ... 10

2. Ciri Khas Pendampingan ... 11

3. Tujuan Pendampingan Anak ... 12

B. Iman ... 12

(16)

xiv

2. Pengertian Iman Kristiani ... 14

a. Iman sebagai Jawaban Manusia atas Wahyu Allah ... 14

b. Iman sebagai Penyerahan Diri Manusia kepada Allah ... 15

C. Pendampingan Iman Anak (PIA) ... 16

1. Sejarah Pendampingan Iman Anak (PIA) ... 16

2. Kekhasan Dasar dan Tujuan Pendampingan Iman Anak (PIA) ... 18

a. Kekhasan Pendampingan Iman Anak (PIA) ... 18

b. Dasar Pendampingan Iman Anak (PIA) ... 19

c. Tujuan Pendampingan Iman Anak (PIA) ... 23

3. Ciri Khas Pendampingan Iman Anak (PIA) ... 24

a. Santai ... 24

b. Mendalam ... 26

4. Peserta Pendampingan Iman Anak (PIA) ... 27

5. Spiritualitas Pendamping PIA ... 27

a. Kerendahan Hati... 27

b. Beriman Dewasa ... 28

c. Kristosentris ... 28

d. Keterbukaan ... 28

e. Kerjasama dan Saling Melengkapi... 29

f. Mencintai Kitab Suci... 29

g. Semangat Pelayanan dan Rela Berkorban... 29

6. Macam-Macam Metode dalam PIA ... 30

a. Metode Ekspresi ... 30

b. Metode Populer ... 30

c. Metode Dinamika Kelompok ... 31

d. Metode Diskusi ... 31

e. Metode Eksploratif dan Simulatif ... 31

f. Metode Naratif ... 32

D. Sanggar Anak Bedono ... 32

(17)

xv

a. Arti Sanggar Anak... 32

b. Latar Belakang Sanggar Anak Paroki Bedono... 33

c. Dasar Kegiatan Sanggar Anak Bedono ... 33

d. Tujuan Sanggar Anak Bedono ... 35

e. Visi dan Misi Sanggar Anak Bedono ... 36

2. Metode Pendampingan Sanggar Anak Bedono ... 37

3. Sanggar Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono ... 38

a. Sanggar Anak Sadang ... 38

b. Sanggar Anak Pelangi ... 41

c. Sanggar Anak Krajan ... 47

d. Sanggar Anak Paseduluran Bocah Losari (Pasbolo) ... 49

e. Sanggar Anak Piningit ... 53

f. Sanggar Anak Sodong ... 54

g. Sanggar Anak Fransiskus, Ignatius dan Aloysius (Fransyola)/ Sanggar Anak Wawar ... 61

h. Sanggar Anak Bocah Dlimas (Sanak Bomas) ... 62

4. Nilai-Nilai yang Diperjuangkan ... 63

a. Pengembangan Paguyuban Iman ... 63

b. Toleransi Agama ... 63

c. Ekologi ... 64

d. Penguatan Seni Budaya Lokal ... 65

e. Tanggung Jawab sebagai Anggota Gereja ... 65

f. Identitas Iman ... 66

g. Fleksibilitas Sanggar ... 66

E. Sanggar Anak Bedono sebagai Alternatif Pendampingan Iman Anak ... 67

BAB III. PERANAN SANGGAR ANAK SEBAGAI ALTERNATIF PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO ... 70

A. Latar Belakang Penelitian ... 70

(18)

xvi

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 72

D. Metode Penelitian ... 72

E. Instrumen Penelitian ... 73

F. Responden Penelitian ... 73

G. Variabel Penelitian ... 74

H. Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 80

1. Identitas Responden ... 80

2. Proses Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul ... 82

3. Peranan Sanggar Anak sebagai Alternatif Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono ... 89

4. Faktor Pendukung dan Penghambat... 105

I. Rangkuman Hasil Penelitian ... 112

J. Refleksi terhadap Hasil Penelitian ... 116

BAB IV.USULAN PROGRAM UNTUK PARA PENDAMPING SANGGAR ANAK DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO TENTANG PENGGUNAAN SANGGAR ANAK SEBAGAI ALTERNATIF PENDAMPINGAN IMAN ANAK ... 122

A. Pengertian Program ... 122

B. Latar Belakang Program ... 122

C. Tujuan Program ... 124

D. Usulan Program ... 124

E. Bentuk Program ... 126

F. Matriks Program ... 127

G. Satuan Persiapan Program ... 131

1. Satuan Persiapan I ... 131

2. Satuan Persiapan II ... 138

3. Satuan Persiapan III ... 146

(19)

xvii

BAB V. PENUTUP ... 158

A. Kesimpulan ... 158

B. Saran ... 161

DAFTAR PUSTAKA ... 163

LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Pelaksanaan Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Materi Formasio Iman Berjenjang... (2)

Lampiran 3: Materi Spiritualitas Pendamping Pendampingan Iman Anak ... (5)

Lampiran 4: Materi tentang Pedoman Menyelenggarakan Pendampingan Iman Anak Yang Mengacu dari Kitab Suci ... (8)

Lampiran 5: Permainan Tradisional sebagai Media Pendampingan Iman Anak ... (13)

Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian ... (29)

Lampiran 7: Oray-Orayan ... (36)

(20)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab

Deuterokanonika, Lembaga Biblika Indonesia, 2009.

B. Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Trandendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979. DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II

tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.

FC Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes

Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen dalam dunia modern, 22 November 1981.

GE : Gravissium Educationis, Deklarasi Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, 18 November 1965.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici),

diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.

(21)

xix

C. Singkatan Lain

Art : Artikel

Bdk : Bandingkan

BEDOSALUNG : Pertemuan OMK Paroki Bedono, Salatiga, dan Ungaran

BIA : Bina Iman Anak

BIAK : Bina Iman Anak Katolik

Fransyola : Sanggar Anak Fransiskus, Ignatius, dan Aloysisu GMKA : Goa Maria Kerep Ambarawa

Gracia : Lingkungan Gregorius dan Cicilia HUT RI : Hari Ulang Tahun Republik Indonesia

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik KBP : Karya Bakti Paroki

Kokerma : Komisi Kerasulan Mahasiswa

OMK : Orang Muda Katolik

Pasbolo : Paseduluran Bocah Losari

PIA : Pendampingan Iman Anak

PIR : Pendampingan Iman Remaja PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PT : Perseroan Terbatas

SAGKI : Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia

Sanak : Sanggar Anak

Sanak Bomas : Sanggar Anak Bocah Dlimas

(22)

xx St. : Santo atau Santa

SD : Sekolah Dasar

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Agama dalam kurikulum pendidikan di Indonesia telah mendapat bagian yang penting demi menghasilkan karakter religius bagi anak didik sebagai penerus bangsa. Berbagai kurikulum dihasilkan demi perkembangan karakter positif dan membangun manusia yang berkualitas. Seperti pada kata pengantar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik II (2014: iii), beliau mengatakan jika agama bukanlah soal mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, tetapi mengetahui dan melakukannya seperti yang dikatakan dalam Yak. 2:26 “Sebab

seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian juga iman tanpa perbuatan adalah mati”. Pendidikan formal juga mengupayakan dan mengambil peran penting

untuk menjadikan manusia Indonesia yang beriman dan berbudaya. Dalam kerangka ini Gereja juga memberikan perwujudan dengan berbagai upaya untuk ikut serta mendidik dan memperkembangkan iman bagi umatnya lewat kegiatan menggereja, katekese, pastoral, dan berbagai kegiatan lainnya demi perkembangan kualitas hidup umatnya. Dalam proses beriman Gereja khususnya umat Keuskupan Agung Semarang mengambil langkah pendidikan iman bagi anak-anak lewat kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA).

(24)

dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, yang membawa dampak positif maupun negatif. Secara positif dampak perkembangan teknologi begitu menguntungkan manusia di mana manusia dapat berkomunikasi, bekerja, beraktivitas, dan mengembangkan persaudaraan semakin luas tanpa terhalang ruang dan waktu. Tetapi globalisasi juga membawa manusia pada budaya konsumerisme dan hedonisme. Menurut Mgr. Ignatius Suharyo (2009: 12), “budaya konsumerisme atau masyarakat konsumtif adalah masyarakat yang

membeli secara berlebihan, bukan membeli hal-hal yang perlu saja untuk hidup dan tidak pernah bisa mengatakan cukup”. Budaya ini juga berimbas kepada

kualitas hidup manusia dimana manusia tidak lagi mengembangkan kreativitas hidupnya dan seringkali terjebak dengan ketergantungan kepada barang-barang duniawi untuk mengejar hidup yang modern.

Budaya konsumtif yang terjadi di masyarakat luas tidak dapat terhindarkan. Masyarakat khususnya dalam keluarga zaman sekarang semakin mengejar ekonomi yang melimpah dan akhirnya seringkali harus mengorbankan kebersamaan dengan anak-anak. Dengan memberikan fasilitas yang modern dan menuruti kemauan anak orang tua merasa telah mendidik anaknya dengan baik.

(25)

Karakter ini akan membentuk anak-anak menjadi pribadi yang asosial. Ancaman yang berdampak negatif lainnya yaitu bahwa anak-anak ikut dalam menghayati ideologi konsumerisme yang akan mematikan kreativitas hidup anak karena bergantung pada barang-barang hasil membeli dan merasa tidak bahagia jika tidak mempunyai barang-barang yang diinginkannya. Kebahagiaan anak dengan mudah dihancurkan oleh pengaruh media elektronik yang telah merasuki hidup anak yang membuat ajaran tentang iman yang disampaikan oleh Gereja kepada mereka tidak lagi diterima sebab hati dan kebahagiaan mereka tidak lagi tertuju pada Yesus Kristus, melainkan pada pesona media elektronik yang menggerakkan hati mereka (Babin, 1991: 29-30).

(26)

senang. Dengan memiliki segala-galanya, memperoleh segala-galanya atau membeli segala-galanya manusia merasa kebahagiaannya telah tercapai (Iswarahadi, 2013: 96).

Menurut Mgr. Ignatius Suharyo, (2009: 155), konsumerisme itu terbatas pada kesenangan, bukan kebahagiaan. Kesenangan itu berciri sesaat, dan dalam hal ini amat egois tanpa ada unsur sosial sedikit pun. Sementara kebahagiaan mengandaikan relasi yang harmonis dengan Allah, sesama, dan alam ciptaan, dan kebahagiaan itu lestari.

Gereja tidak boleh tinggal diam dengan keadaan ini. Dalam hal ini Keuskupan Agung Semarang mencoba mengupayakan pemeliharaan hidup anak-anak dengan mengembangkan komunitas atau paguyuban bagi anak-anak-anak-anak. Paguyuban itu sering disebut Pendampingan Iman Anak atau Sekolah Minggu. Tujuan dari kegiatan ini secara sederhana adalah untuk menjaga kebahagiaan anak-anak, bukan untuk mencari kesenangan belaka. Anak-anak yang bahagia adalah anak-anak yang beriman. Upaya ini sebagai kelanjutan dari hidup beriman anak-anak setelah belajar di sekolah.

(27)

menyenangkan) (Iswarahadi, 2013: 88). Gereja perlu mencari alternatif baru untuk mendidik iman anak supaya tidak terancam dengan budaya global negatif.

Alternatif Pendampingan Iman Anak sejauh penulis temukan dalam pengalaman Karya Bakti Paroki di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono selama 50 hari adalah Sanggar Anak Bedono. Tujuan dari sanggar anak ini sebagai usaha melawan budaya-budaya negatif yang muncul setelah adanya globalisasi. sanggar anak berarti tempat untuk berkegiatan bagi anak-anak. Dalam kerangka ini sanggar anak menjadi gerakan dari umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono sebagai upaya meningkatkan Pendampingan Iman Anak yang dirasa kurang jika hanya dilakukan satu kali dalam seminggu.

Dari keprihatinan ini penulis mencoba mendalami alternatif pendampingan iman anak yang relevan dan signifikan bagi Gereja. Dalam kesempatan penulisan ini penulis hendak memaparkan “Peranan Sanggar Anak sebagai Alternatif

Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji lewat penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan “Sanggar Anak” dan urgensinya bagi

Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono?

(28)

3. Apa yang dapat dilakukan melalui sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.

2. Untuk mengetahui sejauh mana sanggar anak dapat menjadi alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.

3. Sebagai upaya mengembangkan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi anak:

a. Anak dapat semakin tergerak untuk mengikuti pendampingan iman anak dalam sanggar.

b. Anak disadarkan jika sanggar mempunyai peran penting bagi perubahan karakter hidupnya.

2. Bagi pendamping sanggar:

(29)

3. Bagi orang tua:

Sebagai dorongan semangat bagi orang tua supaya semakin aktif dalam mendidik anak dan sebagai penyadaran jika peranan sanggar sangat penting bagi kehidupan anaknya.

4. Bagi penulis:

Dapat mengetahui secara lebih mendalam bahwa sanggar anak mampu berperan membawa anak mempunyai iman yang kokoh. Dengan penulisan ini penulis semakin tersadarkan akan pentingnya alternatif pendampingan iman yang kontekstual bagi Gereja.

5. Bagi Universitas Sanata Dharma:

Sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang akan digunakan oleh penulis dalam skripsi adalah deskripsi analisis. Deskripsi analisis adalah metode yang menggambarkan dan menganalisis data yang diperoleh melalui studi pustaka dan diperkuat dengan adanya penelitian. Dalam rangka mendapatkan data yang valid penulis akan terjun langsung dalam kegiatan sanggar anak sebagai subyek penelitian.

Umar (1998: 81) mengutip pandangan dari Travers, yakni: “metode

deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu”.

(30)

saat ini, menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu persatu, dan variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan (treatment). Penelitian deskriptif pada umumnya menggunakan survei sebagai metode pengumpulan data (Kountur, 2005: 105-106).

Pengumpulan data yang akan digunakan penulis adalah kuesioner langsung. Kuesioner tersebut akan ditujukan bagi para pendamping, anak, dan orang tua sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Menurut Sutrisno Hadi, kuesioner langsung terjadi apabila pertanyaan dikirim langsung kepada orang yang dimintai pendapat atau keyakinannya (2004: 178).

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kuantitatif dan responden adalah subyek yang mengetahui proses pendampingan iman anak dalam sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Artinya apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya (Sutrisno Hadi, 2004: 79).

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis menyusun karya ilmiah ini melalui beberapa tahapan, yakni:

Bab I Penulisan Bab I berisi uraian tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II Penulisan Bab II berisi paparan tentang pengertian pendampingan,

(31)

dasar-dasar, sejarah, peserta, dan pendamping, metode PIA, selain penguraian tentang PIA penulis juga memaparkan pengertian sanggar anak, penulis akan memaparkan pula beberapa hal antara lain meliputi pengertian sanggar anak, latar belakang sanggar anak, tujuan sanggar anak, kekhasan sanggar anak, metode pendampingan sanggar, berbagai kegiatan sanggar anak, dan sanggar anak sebagai alternatif PIA.

Bab III Pada bab III penulis memaparkan metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, teknik analisis data dan uji hipotesis. Hal ini diperlukan supaya instrumen valid dan data yang didapat akurat serta terpercaya.

Bab IV Pada bab IV penulis memaparkan usulan program bagi para pendamping sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono tentang penggunaan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak yang meliputi pengertian program, latar belakang program, tujuan program, usulan program, bentuk program, matriks program, dan satuan persiapan program.

(32)

10

BAB II

PENDAMPINGAN IMAN ANAK DENGAN SANGGAR ANAK DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO

Bab II berisi paparan mengenai pengertian pendampingan, pengertian iman, Pendampingan Iman Anak (PIA) yang meliputi dasar-dasar, sejarah, peserta, dan pendamping, metode PIA, selain penguraian tentang PIA penulis juga memaparkan pengertian sanggar anak. Penulis akan memaparkan pula beberapa hal antara lain meliputi latar belakang Sanggar Anak Bedono, tujuan Sanggar Anak Bedono, kekhasan Sanggar Anak Bedono, metode pendampingan sanggar anak, nilai-nilai yang diperjuangkan oleh sanggar anak, berbagai kegiatan sanggar anak, dan sanggar anak sebagai alternatif PIA.

A. Pendampingan

1. Pengertian Pendampingan

Menurut Aart van Beek (2001: 9) istilah pendampingan berasal dari kata kerja “mendampingi”. Mendampingi merupakan suatu kegiatan menolong orang

lain yang karena suatu sebab perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan “mendampingi” disebut sebagai “pendamping”. Antara yang didampingi dan

(33)

sebagai wujud dari kegiatan kemitraan, bahu membahu, menemani, membagi/berbagi dengan tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan.

2. Ciri Khas Pendampingan

Ciri khas pendampingan terlihat dari bentuknya. Bentuk dari pendampingan adalah informal. Mangunhardjana (1986: 48) menjelaskan bahwa pendampingan itu dijalankan di luar jalur pendidikan formal. Jangkauan pendampingan mencakup bidang pribadi, kerja sama, dan peran dalam masyarakat. Segi-seginya meliputi pengetahuan, kecakapan, sikap, perbuatan dan perilaku. Mangunhardjana juga menegaskan jika pendampingan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuannya daripada pendidikan jalur formal, karena pendampingan menjadi pelengkap dari pendidikan formal, mulai dari materi dan program, bentuk, metode, teknik dan sistem evaluasinya.

(34)

sehingga orang lain tumbuh dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya (Mayerof, 1993: 53).

3. Tujuan Pendampingan Anak

Pendampingan kaum muda bertujuan untuk membantu kaum muda mendapatkan ilmu, pengetahuan, informasi, kecakapan, sikap, perbuatan, perilaku, hidup memadahi dalam segi-segi pokok yang berhubungan dengan hidup pribadi, kebersamaan dengan orang lain, dan peran mereka dalam masyarakat, bangsa dan dunia (Mangunhardjana, 1986: 26).

Pendampingan pada dasarnya membantu seseorang untuk memperoleh sesuatu yang positif atau meningkatkan kualitas pribadinya seperti 1) menambah pengetahuan, 2) meningkatkan kecakapan, 3) peningkatan dalam segi sikap, 4) perilaku ke arah yang lebih baik, dan 5) meningkatkan kebersamaan dan relasi dengan teman-teman yang mengikuti pendampingan. Kebersamaan dan relasi ini akan membuat seseorang mudah bergaul dan tidak minder untuk berteman, sehingga pada pergaulan yang lebih luas nanti mereka sudah tidak canggung lagi (Mangunhardjana, 1986: 26-27).

B. Iman

1. Pengertian Iman Secara Umum

(35)

peristiwa hubungan atau perjumpaan secara pribadi antara manusia dengan Allah. Jadi dapat dikatakan bahwa iman merupakan pertemuan pribadi yang mendalam dengan Allah yang hidup dimana terjadi suatu penerimaan akan kehadiran Allah dan penyerahan diri seutuhnya kepada kehendak Allah atas hidup kita. Telaumbanua mengatakan bahwa seorang beriman adalah:

“Orang yang menerima dan mau tunduk serta berserah kepada

Allah, mempercayakan diri sungguh kepada Allah, menerima bahwa Allah adalah kebenaran, menaruh sandaran kepada-Nya dan bukan dirinya sendiri, dan dengan demikian menjadi teguh dan benar oleh karena keteguhan dan kebenaran Allah” (1999: 44).

Penulis dapat menyimpulkan bahwa beriman berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah dan menanggapi akan kasih Allah serta menerima bahwa Allah adalah kebenaran. Dengan demikian beriman membutuhkan sikap dari seseorang untuk mau menanggapi kehadiran Allah dan menyerahkan dirinya secara penuh kepada Allah.

Simpulan dari penulis didukung dengan tulisan dalam Buku dan Referensi

Iman Katolik (KWI, 1996: 129), “Dalam iman manusia menyadari dan mengakui

(36)

2. Pengertian Iman Kristiani

Secara umum iman dimengerti sebagai jawaban manusia terhadap wahyu Allah, dalam iman kristiani telah dinyatakan lewat pewahyuan Allah dalam diri Yesus Kristus. Iman dalam pengertian Kristiani adalah sebagai berikut:

a. Iman sebagai Jawaban Manusia atas Wahyu Allah

Sejauh dilihat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan Diri kepada manusia, wahyu merupakan pertemuan Allah dan manusia. Dilihat dari pihak manusia yang menanggapi wahyu, manusia yang menanggapi wahyu dan menyerahkan diri kepada Allah, iman adalah pertemuan yang sama.

Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia lewat perjalanan sejarah melalui perantaraan para nabi. Setelah berkali-kali mengalami kegagalan, akhirnya Allah mengutus Putra-Nya (Dei Verbum: art 4).

Beberapa uraian dari Kitab Suci, iman sebagai wahyu dijelaskan dalam Surat Ibrani 1:2, “Pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada kita dengan

perantaraan Dia yang adalah Anak-Nya”. Dalam diri Yesus pewahyuan Allah mencapai puncak keakraban dan kedekatannya. Musa mengatakan, “Bangsa besar

manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepada-nya seperti Tuhan, Allah kita, dekat pada kita setiap kali kita memanggil kepada-Nya?” (Ul. 4:7). Surat Ibrani 10:1 mengatakan jika “dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan

saja dari keselamatan yang akan datang”. Kesempurnaan dan kepenuhan wahyu datang dalam Yesus Kristus, yang tidak hanya “menyampaikan firman Allah”

(Yoh 3:34), tetapi adalah “Firman Allah” sendiri (Yoh. 1:1; Why. 19:3). Dalam

(37)

Yesus adalah wahyu Allah yang penuh dan menentukan (Iman Katolik, 1996: 127).

Penjelasan di atas menegaskan bahwa wahyu Allah terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Umat Kristiani mengartikan bahwa menjawab wahyu Allah berarti menjawab panggilan dari Yesus Kristus. Percaya kepada Yesus merupakan iman yang utuh dalam sejarah keselamatan. Keselamatan itu tidak lain dari kesatuan Allah dengan manusia dan terlaksana dengan sepenuhnya dalam diri Yesus Kristus. Dalam Yohanes 14:9, Yesus mewahyukan diri-Nya dalam Allah bahwa “Barang siapa melihat Aku, ia melihat Bapa”. Yesus adalah Bapa yang hidup dan

berkenan menjadi manusia.

Sikap yang harus dibangun manusia untuk menjawab wahyu Allah ialah seperti ajaran Paulus tentang “ketaatan iman” (Rom. 1;5; 16:26). Tekanan ada

pada ketaatan iman secara penuh, sebab hanya iman seperti itu dapat menjadi jawaban wajar terhadap wahyu Allah.

b. Iman sebagai Penyerahan Diri Manusia kepada Allah

(38)

bahwa Yesus adalah jalan kebenaran dan hidup merupakan bentuk penyerahan diri yang memberikan banyak karunia dan keselamatan.

Manusia yang berkomitmen untuk dibabtis dan mengikuti iman Katolik dengan sepenuh hati merupakan tindakan penyerahan diri manusia kepada Allah yang harus senantiasa dipupuk sejak usia dini. Anak-anak adalah masa depan Gereja. Jika mereka sudah mengenal Yesus sejak dini, pada saat dewasa nanti mereka akan menjadi orang katolik yang militan untuk membangun dan mengembangkan Gereja.

C. Pendampingan Iman Anak (PIA)

1. Sejarah Pendampingan Iman Anak (PIA)

PIA merupakan singkatan dari pendampingan iman anak yang juga biasa disebut Sekolah Minggu. Kata “Sekolah Minggu” berasal dari bahasa Inggris “Sunday School” (Sunday: Hari pertama dalam minggu, hari istirahat, dan hari

ibadah bagi orang Kristen; School: lembaga formal yang menangani pendidikan). Sunday School” merupakan suatu kegiatan yang dihadiri oleh anak-anak dan

pelaksanaannya berlangsung di gereja dengan tujuan untuk mengikuti pelajaran agama (Pusat Kateketik, 2002: 12).

(39)

peningkatan kondisi kesehatan, dan perlakuan lebih manusiawi. Dia juga mengadakan pembinaan bagi para napi (Kadarmanto, 2005: 26).

(40)

Bertolak dari pengalaman tersebut, Gereja Katolik juga terlibat mengembangkan pelayanan iman bagi anak-anak. Pelayanan iman yang dikenal juga bernama Sekolah Minggu. Tahun 1972 dikembangkan lebih lanjut dengan pertemuan rutin sekelompok anak-anak, dengan kegiatan berdoa, bernyanyi, dan bermain bersama.

Istilah yang dipakai di berbagai keuskupan dan paroki pun berbeda-beda, ada yang mengistilahkan Sekolah Minggu, Pendampingan Iman Anak (PIA), Bina Iman Anak (BIA), Bina Iman Anak Katolik (BIAK) dan sebagainya (Prasetya, 2008: 7). Dalam penulisan ini Paroki Santo Thomas Rasul Bedono mengistilahkan pendampingan iman bagi anak-anak dengan sebuatan Sanggar Anak.

2. Kekhasan Dasar dan Tujuan Pendampingan Iman Anak (PIA)

a. Kekhasan Pendampingan Iman Anak (PIA)

(41)

b. Dasar Pendampingan Iman Anak (PIA)

Pendampingan Iman Anak (PIA) adalah suatu bentuk usaha untuk membantu mengembangkan iman anak melalui pendampingan informal. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam pengembangan iman anak. Dalam “Gereja Keluarga” anak mendapatkan pewartaan iman awal dan mengembangkan

panggilan rohani mereka (bdk. LG 11). Bahkan dalam keluarga itu bukan hanya orang tua yang bertugas mewartakan Injil kepada anaknya, tetapi orang tua pun mendapat pewartaan dalam anak (Nota Pastoral, 2008: 36). Tidak dapat dipungkiri bahwa zaman yang semakin maju membuat keluarga harus memenuhi tuntutan ekonomi dan memaksa orang tua harus bekerja lebih keras. Akibatnya anak menjadi kurang terdampingi. Hal ini diperkuat oleh survei yang dilakukan oleh Keuskupan Agung Semarang tahun 2005 bahwa banyak orang tua menghabiskan waktunya untuk bekerja sehingga anak kurang terdampingi.

Gereja melihat bahwa kehidupan kaum muda dan anak-anak sangat memprihatinkan. Hal ini mendorong Gereja membentuk kelompok untuk memberikan pendampingan iman bagi anak, sehingga iman dalam diri anak-anak semakin diperkuat. Pendampingan ini sangat menentukan kehidupan anak-anak di masa depan, baik yang menyangkut kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan beriman, maupun panggilan hidupnya.

(42)

1) Dasar Kitab Suci

Yesus mengajar semua orang dengan mengatakan bahwa anak-anak adalah gambaran dari Kerajaan Surga. Yesus secara tegas memberikan pandangan-Nya mengenai anak-anak dan anak-anak harusnya diberikan kesempatan untuk selalu dekat dengan Tuhan. Perikop dalam Injil Lukas 18:15-17 mengatakan,

“Maka datanglah orang-orang membawa anak-anaknya yang kecil kepada Yesus, supaya ia menjamah mereka. Melihat itu murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus memanggil mereka dan berkata: “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya barang siapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya”

Sabda Yesus ini menunjukkan bahwa anak-anak mendapat tempat di hati Yesus. Anak-anak tidak hanya diundang untuk datang kepada Yesus, tetapi bahkan dijadikan model bagi mereka yang menanggapi pewartaan Yesus. Teks tersebut juga menjadi dasar ajaran Yesus untuk anak-anak. Yesus sangat menekankan bahwa semua murid-Nya wajib untuk memberikan jalan dan petunjuk yang benar bagi anak-anak.

(43)

2) Dasar Dokumen Gereja

Konsili Vatikan II khususnya dalam Deklarasi tentang Pendidikan Kristiani menyatakan bahwa para orang tua mengemban tugas mulia untuk mendidik putra-putri mereka, termasuk pendidikan iman, dan mereka sendiri adalah pendidik pertama dan utama bagi putra-putri mereka. Diakui pula bahwa tugas ini membutuhkan bantuan masyarakat dan jemaat beriman. Di samping orang tua, orang lain pun dapat menolongnya, demikian pula Gereja. Deklarasi tentang Pendidikan Iman Kristiani, artikel 3 menyatakan bahwa tugas mendidik juga ada pada Gereja, bukan saja karena Gereja dianggap oleh masyarakat sebagai instansi (kelompok) yang mampu mendidik, akan tetapi bahwa Gereja wajib mewartakan jalan keselamatan bagi semua orang, sehingga makin memperkenalkan Kristus kepada semua orang (GE: art 3).

Saatnya kemampuan kanak-kanak ditampung ke dalam hubungan yang hidup dengan Allah. Itu adalah karya yang sangat penting. Oleh karena itu karya itu memerlukan kasih yang besar dan sikap hormat yang mendalam terhadap anak-anak yang berhak atas penyajian iman Kristen yang sederhana sekali dan benar (Catechesi Tradendae art 36).

(44)

Iman Kristiani. Penyajian iman secara konkrit perlu diusahakan di dalam kegiatan pendampingan.

3) Dasar Teologis

Pendampingan Iman Anak (PIA) juga didasarkan pada ajaran-ajaran Gereja yang mendasari iman kristiani. Secara dogmatis iman kristiani mengakui bahwa beriman merupakan hubungan pribadi dengan Allah. Relasi pribadi tersebut merupakan tanggapan manusia terhadap Wahyu Allah yang telah dilaksanakan oleh Allah sendiri lewat sejarah. Karya pewahyuan Allah ini diwujudnyatakan melalui pribadi Yesus yang menjelma sebagai manusia sebagai pemenuhan janji Allah kepada umat-Nya (Dei Verbum: art 4).

4) Dasar Psikologis

Pendidikan anak-anak di segala bidang kehidupan, khususnya pendidikan iman, sebaiknya dilakukan sejak dini. Hal ini sangat penting dan mendesak untuk dipikirkan dan dilakukan. Pendidikan iman sejak usia dini ini sangat menentukan keberadaan dan kehidupan anak-anak di masa depan, baik yang menyangkut kepribadian hidupnya, kehidupan sosial, kehidupan beriman, maupun panggilan hidupnya (Prasetya, 2008: 17).

(45)

pribadi yang utuh dan tangguh menghadapi aneka tantangan kehidupan sehari-hari. Mereka akan mempunyai iman yang mendalam untuk mencintai Yesus Kristus dan Gereja-Nya.

c. Tujuan Pendampingan Iman Anak (PIA)

Orang Kristiani yang telah dilahirkan kembali dari air dan roh adalah putra-putri Allah. Oleh karena itu mereka berhak menerima pendidikan Kristiani. Pendidikan Kristiani bertujuan untuk mematangkan pribadi manusia, yaitu menjadi manusia sempurna sesuai dengan kepenuhan Kristus (bdk. Ef. 4:13). Konsili Vatikan II juga mengingatkan agar semua orang beriman memperoleh pendidikan Kristiani, terutama anak muda yang merupakan harapan Gereja (Sugiarti, 1999: 17).

(46)

juga ada pada Gereja, karena Gereja wajib menuturkan jalan keselamatan bagi semua orang, dan makin memperkenalkan Yesus sebagai jalan kebenaran dan hidup kepada semua orang. Menanggapi hal ini kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) ingin membantu orang tua kristiani dalam usaha mendampingi anak-anak yang sedang berkembang menuju masa remaja, di dalam iman dan di dalam kepribadian mereka (Sugiarti, 1999: 17).

3. Ciri Khas Pendampingan Iman Anak (PIA)

Kegiatan Pendampingan Iman Anak memiliki ciri-ciri yang berbeda dari sekolah formal. Perbedaan ini lebih pada suasana yang diciptakan dalam kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA). Suasana yang dimaksud adalah santai namun mendalam.

a. Santai

1) Gembira

(47)

Dengan demikian PIA menjadi semakin menggembirakan dan warta gembira Yesus Kristus semakin tersampaikan dalam kegiatan PIA (Sugiarti, 1999: 19).

2) Bebas

Kebebasan merupakan unsur terpenting untuk beriman. Oleh karena itu suasana yang membebaskan perlu diterapkan dalam Pendampingan Iman Anak (PIA). Unsur keterpaksaan perlu dibuang jauh-jauh. Jika di sekolah anak-anak selalu merasa diabsen dan dituntut untuk selalu datang ke sekolah, dalam PIA anak-anak perlu merasa bahwa kehadiran mereka tidak terpaksa (karena diabsen atau takut dihukum), melainkan karena mereka dengan senang hati hadir dalam PIA tersebut. Dengan suasana demikian anak dijauhkan dari suasana gelisah karena takut akan ujian, absensi, dan nilai. Memang hal tersebut ada maknanya sendiri dalam lingkup sekolah, namun di dalam kelompok PIA bukan pada tempatnya. Pengikat pada kelompok PIA hendaknya adalah suasana yang menyenangkan, simpatiknya pembina, dan suasana kebebasan yang dapat dirasakan (Sugiarti, 1999: 19).

3) Bermain

(48)

bermain kreativitas juga berkembang, sosialisasi meningkat, dan wawasan menjadi lebih luas (Sugiarti, 1999: 19).

b. Mendalam

1) Berpola pada Yesus Kristus

Yesus Kristus merupakan pusat kehidupan bagi orang Kristiani. Oleh karena itu dalam usaha pembinaan iman dan pengembangan iman harus senantiasa berpusat pada Yesus Kristus. Bisa diartikan bahwa pendampingan iman anak dilaksanakan atas dasar Yesus Kristus dan mengajak semua anak yang didampingi untuk semakin beriman kepada-Nya (Pusat Kateketik, 2002: 16).

2) Menjemaat

Dalam kegiatan pendampingan PIA anak-anak dilatih untuk belajar dan saling berkomunikasi dengan teman-temannya. Dengan kebiasaan yang demikian, anak terbiasa hidup bersama dengan jemaat. Pengalaman ini diharapkan dapat menumbuhkan minat mereka terhadap lingkungan Gereja dan masyarakat di mana seorang anak tinggal (Pusat Kateketik, 2002: 16).

3) Terbuka

(49)

melainkan terbuka bagi anak-anak yang belum dibaptis pula (Pusat Kateketik, 2002: 16).

4. Peserta Pendampingan Iman Anak (PIA)

Menurut Sugiarti (1999: 22) peserta Pendampingan Iman Anak (PIA) biasanya adalah anak-anak berumur 5-13 tahun, atau seusia anak TK sampai dengan kelas II SLTP. Pada dasarnya mereka sudah dianggap matang untuk bersekolah dan bergaul bersama teman-temannya. Dalam pendampingan seorang pendamping dituntut untuk dapat memahami anak dengan baik, agar pendampingan dapat berjalan secara maksimal, sehingga anak-anak dapat memperoleh manfaat yang maksimal atas pendampingan tersebut.

5. Spiritualitas Pendamping PIA

Tentu saja sebagai seorang pendamping PIA, terlebih dahulu pendamping harus menguasai spiritualitas pendamping PIA agar pendampingan menjadi semakin maksimal. Spiritualitas Pendampingan Iman Anak (PIA) adalah sebagai berikut:

a. Kerendahan Hati

(50)

Yesus Kristus yang berkenan menghidupkan, membebaskan dan menyelamatkan manusia (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).

b. Beriman Dewasa

Beriman dewasa artinya memiliki keyakinan mendalam akan cinta kasih Allah yang menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus, dan mampu menghayati imannya dalam situasi apa pun juga serta mampu memberikan seluruh hidupnya demi keselamatan orang banyak (Prasetya, 2008: 27).

c. Kristosentris

Kristosentris artinya seluruh hidup berpusat pada Yesus Kristus, seorang pendamping hendaknya terus menerus menimba kekuatan inspirasi dan nilai-nilai hidup Kristus untuk ditularkan pada anak-anak yang didampingi (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).

d. Keterbukaan

(51)

e. Kerjasama dan Saling Melengkapi

Pendamping hendaknya mau dan mampu menjalin kerjasama dengan orang lain (sesama pendamping) agar dapat saling melengkapi dalam usaha mencapai tujuan yang diharapkan oleh Gereja (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).

f. Mencintai Kitab Suci

Seorang pendamping PIA hendaknya akrab dengan Kitab Suci. Dengan membaca, merenungkan, dan menggali Sabda Allah terus menerus diharapkan pengalaman iman dalam Kitab Suci sungguh mempengaruhi hidup pendamping dalam mendampingi hidup anak-anak, sehingga pendamping tidak hanya sekadar membagi pengetahuan tentang Kitab Suci tetapi juga menjiwai Kitab Suci tersebut (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).

g. Semangat Pelayanan dan Rela Berkorban

(52)

6. Macam-Macam Metode dalam PIA

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (KBBI, 2001). Macam-macam metode yang ditawarkan dalam Pendampingan Iman Anak antara lain metode ekspresi, metode populer, metode dinamika kelompok, metode diskusi, metode eksploratif dan simulatif, dan metode naratif (Prasetya, 2008: 45).

a. Metode Ekspresi

Metode ini digunakan untuk mengajak anak-anak mengekspresikan ide yang telah diterima dalam satu atau dua pertemuan, baik secara individual maupun kelompok. Ekspresinya dapat berupa gerak, irama, gambar, dan puisi. Ekspresi gerak antara lain: anak-anak diminta untuk mengekspresikan idenya dengan gerak mencipta bentuk, baik bersifat diam (statis), bergerak (dinamis), maupun gerak indah dengan tari. Ekspresi irama antara lain: anak-anak diminta untuk mengekspresikan idenya dengan mencipta bunyi-bunyian, mengubah syair lagu. Ekspresi gambar antara lain: anak-anak diminta untuk mengekspresikan gagasan atau idenya dengan membuat gambar, mencari gambar, dan sebagainya. Ekspresi puisi antara lain: anak-anak diminta untuk mengekspresikan gagasannya dengan membuat dan membacakan puisi (Prasetya, 2008: 45).

b. Metode Populer

(53)

dan dekat dengan hidupnya seperti acara televisi, baik talk show maupun permainan dengan kuis, gambar, dan lagu yang populer, dengan menggunakan sarana audio visual. (Prasetya, 2008: 46).

c. Metode Dinamika Kelompok

Metode ini digunakan untuk mengajak anak-anak mendalami materi dan proses pendampingan dalam bentuk outbond dan aneka permainan yang menghibur namun mendidik (Prasetya, 2008: 46).

d. Metode Diskusi

Diskusi merupakan salah satu metode sebagai pengembangan keberanian anak-anak dalam mengungkapkan pendapatnya. Metode ini digunakan untuk mengajak anak-anak berinteraksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling bertukar pengalaman, informasi, dan kerjasama dalam memecahkan masalah.

e. Metode Eksploratif dan Simulatif

(54)

f. Metode Naratif

Metode ini digunakan untuk mengajak anak-anak mendalami materi melalui cerita, baik yang berkaitan dengan cerita rakyat, cerita fabel (binatang), maupun cerita bergambar yang menarik dan dekat dengan mereka (Prasetya, 2008: 46).

D. Sanggar Anak Bedono

1. Arti, Latar Belakang, Dasar, Tujuan, Visi dan Misi Sanggar Anak Bedono

a. Arti Sanggar Anak

Kata “sanggar” yang dikenal oleh banyak umat Hindu berarti tempat

pemujaan yang terletak di pekarangan rumah. Jika dilihat dari konteks penggunaan kata, “sanggar” berarti tempat untuk berkegiatan bersama. Sanggar Anak berarti tempat untuk berkegiatan bersama bagi anak-anak.

Dalam konteks pembangunan jemaat di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono, “Sanggar Anak” adalah rumah tumbuh iman anak, di mana iman anak

(55)

b. Latar Belakang Sanggar Anak Paroki Bedono

Pendidikan formal yang terbatas dengan ruangan dan materi membuat anak semakin terpisah dengan lingkungan masyarakat dan alam. Pendampingan Iman Anak yang terjadi seperti pada umumnya juga telah terpengaruh dengan konsep sekolah formal. Semakin terhimpitnya dengan kebudayaan global yang semakin merajalela, membuat sekolah Minggu tidak bisa diandalkan lagi. Tergerusnya iman orang muda dan kurang partisipasi aktif dalam Gereja merupakan tanda yang nyata bahwa pendampingan iman sangat tidak mencukupi. Dalam kesempatan ini Paroki Santo Thomas Rasul Bedono mencari alternatif pendekatan non kelas untuk pendampingan iman anak (Presentasi Sanggar Anak di Paroki Sukorejo, tanggal 6 April 2014).

Paroki Bedono dengan segala usahanya mencari sebuah alternatif baru. Alternatif yang ditemukan adalah Pendampingan Iman Anak melalui Sanggar Anak Paroki Bedono. Sejauh pengamatan yang dilakukan oleh penulis, sanggar anak mempunyai banyak sekali keuntungan bagi pendampingan iman anak.

c. Dasar Kegiatan Sanggar Anak Bedono

1) Pendampingan Menuju Pribadi yang Utuh

Anak dalam sanggar memiliki peran sebagai subyek. Anak adalah yang diutamakan. Dalam kegiatan sanggar, pendampingan tidak lagi terpaut dengan proses pendidikan formal. Sanggar bukan lagi mementingkan kurikulum yang bobotnya terlalu besar, sanggar juga tidak mengejar “ranking” sebagai tujuan

(56)

menjadi berkualitas dan utuh. Hidup dan berkembang secara utuh berarti menjadikan murid Kristus yang total.

2) Nilai Budaya Tradisional

Proses pendampingan dalam sanggar anak dilakukan dengan pendekatan

“kakak –adik”. Pendekatan ini bermaksud sebagai pembangunan komunitas yang

kekeluargaan, tidak ada senioritas dan saling takut. Kakak sebagai pribadi yang dianggap lebih dewasa mampu melindungi, mengajari, mengajak bermain, dan mengasihi dengan sepenuh hati.

3) Lokalitas

Lokalitas adalah ciri khas yang dimiliki sebuah tempat baik berupa produk fisik (karya seni, arsitektur) ataupun produk non-fisik (budaya, ekonomi). Lokalitas adalah sebuah lingkungan yang memiliki ciri khas dan suasana yang berarti bagi lingkungannya. Suasana itu tampak dari benda yang konkret (bahan, rupa, tekstur, warna) maupun benda yang abstrak, yaitu asosiasi kultural dan regional yang dilakukan oleh manusia di tempatnya.

(57)

dilaksanakan membuat anak menjadi orang Katolik yang mampu mencintai lingkungan hidup dan mewartakan kebaikan Kristus lewat media lahan pertanian tersebut. Contoh lain adalah Sanggar Anak Sadang. Adanya sungai, pegunungan, perkebunan, sawah, dan fasilitas alam ciptaan membuat kreativitas sudah tersedia bagi proses pendampingan. Dalam pendampingan, media-media tersebut bisa digunakan untuk kegiatan jalan salib, Misa Alam, dan kegiatan pengembangan iman yang lain tanpa harus membuat acara yang rumit dan biaya yang besar karena menggunakan prinsip lokalitas. Adanya kesenian tradisional seperti dalam Sanggar Anak Krajan membuat pendampingan iman menjadi khas. Kesenian reog membawa anak-anak untuk berkumpul dan bersama membentuk paguyuban iman yang kompak.

Dengan dasar prinsip lokalitas membawa kegiatan sanggar kepada anak-anak yang memiliki kearifan lokal yang belum didapatkan dalam sekolah formal. Teori yang diperoleh di sekolah menjadi terpenuhi saat mengikuti kegiatan sanggar, karena dengan kegiatan sanggar, anak-anak dengan sendirinya mempraktikkan apa yang telah mereka ketahui.

d. Tujuan Sanggar Anak Bedono

Menurut Komunitas Sanggar Anak Bedono (2015: 5) tujuan Sanggar Anak Bedono adalah sebagai berikut:

(58)

2) Anak mampu mencintai lingkungannya (alam fisik, alam hayati, masyarakat, budaya dan kehidupan beragama) sebagai tempat dan materi belajar.

3) Menjadi wadah kegiatan dengan cakupan lebih luas, riil, holistik dan integratif dan mengembangkan berbagai dimensi kehidupan manusia (kecerdasan majemuk) secara terintegrasi (pendekatan utuh).

4) Mampu menjadi pendampingan iman anak yang kontekstual menggunakan media yang ada dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

5) Inklusif, yaitu mampu mencakup semua umat beriman (teman sebaya, adik-kakak, orang tua, dan umat lingkungan) sesuai dengan kebutuhannya.

6) Menjadi kegiatan yang dapat memberdayakan setiap umat untuk menjadi pendamping sesuai dengan keahliannya.

e. Visi dan Misi Sanggar Anak Bedono

Sanggar Anak Bedono mempunyai visi dan misi sebagai berikut: 1) Visi

“Umat beriman Paroki Santo Thomas Rasul Bedono bertekad

mengembangkan pribadi yang cerdas, peka dan peduli yang didasarkan pada iman akan Yesus Kristus dalam kesatuan dengan Gereja Katolik” (Komunitas

(59)

2) Misi

Sanggar Anak Bedono mempunyai misi sebagai berikut: a) Mengembangkan daya tahan dalam situasi zaman yang global b) Meningkatkan daya juang dalam menghadapi tantangan c) Membangun kekuatan berdaya saing dalam hidup harian d) Membangun paguyuban iman di tengah masyarakat

2. Metode Pendampingan Sanggar Anak Bedono

Pendampingan dalam sanggar dilakukan dengan cara membangun konsep dan metode yang unik, lahir dari hal-hal unik dari daerah masing-masing. Pendampingan sanggar anak tidak membawa metode dari luar untuk dipaksakan dan digunakan. Metode yang digunakan adalah frame yang membebaskan untuk berpikir, mengamati, menemukan dan mengalami atau mempraktikkan.

Fungsi pendamping dalam sanggar anak adalah sebagai aktor yang merencanakan pengalaman anak dan menjadi teman dekat pelaksanaan kegiatan. Pendamping menjadi fasilitator bagi anak-anak dengan membawa mereka untuk menemukan dan mengalami sendiri.

(60)

Semua umat bisa menjadi pendamping. Pendamping tidak harus lulusan dari pendidikan tinggi dan muda. Semua umat diberikan karunia dan tanggungjawab untuk mendidik iman anak. Semua orang di dunia juga diberi anugerah keunikan oleh Tuhan. Tidak ada manusia yang sama baik fisik dan rohaninya. Bakat dan kemampuan manusia juga berbeda. Keanekaragaman pendamping menjadi salah satu kekayaan iman dan pengalaman dalam sanggar. Pendamping dibebaskan untuk mendampingi dan mengajak anak mengalami dan menyadari akan hidupnya. Jika pendamping seorang petani, maka anak-anak diajak untuk bertani. Jika pendamping seorang tukang kayu, anak-anak diajak mengenal cara kerja tukang kayu. Jika pendamping seorang juru masak, maka anak-anak juga diajak memasak begitu seterusnya. Masing-masing umat pasti mempunyai keahlian di bidang pekerjaannya dan itu menjadi materi sanggar yang kontekstual. Anak diajak untuk belajar kehidupan dan situasi yang berbeda-beda sebagai penghayatan akan panggilannya sebagai murid Kristus lewat berbagai macam kegiatan.

3. Sanggar Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono

Sejauh pengamatan penulis, Paroki Santo Thomas Rasul mempunyai delapan sanggar anak. Delapan sanggar anak tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sanggar Anak Sadang

1) Sejarah Sanggar Anak Sadang

(61)

terwujud bukan karena hal-hal besar melainkan dari hal-hal kecil. Dari hal-hal kecil jika diberi ruang dan tempat akan membuahkan hasil melimpah. Sekilas cerita melihat sesuatu di balik sanggar SAS. Sanggar Anak Sadang berdiri tahun 2012, dirintis oleh Bapak Benediktus Jangafarma bersama dengan Romo Patricius Hartono, Pr. Sanggar SAS bermula ketika Bapak Benediktus Jangafarma ingin membuat tempat duduk untuk berkumpul bagi anak-anak di samping halaman rumah. Seiring berjalannya waktu, keinginan itu ditanggapi baik oleh Bapak Andreas Kasno, dan ketika berbincang-bincang dengan Romo Patricius Hartono, Pr. (Romo Paroki St. Thomas Rasul Bedono), keinginan itu ditanggapi dengan mengusulkan untuk membangun Sanggar. Hal ini juga ditanggapi baik oleh Bapak Andreas Kasno dengan memberikan izin penggunaan tempat untuk pendirian gubug sanggar. Dalam pembangunan SAS umat wilayah Sadang turut mendukung dengan berbagai hal baik materi maupun tenaga. Dengan kerja sama warga dan umat Sanggar Anak Sadang mampu berdiri. Sanggar dibangun dari bambu dan atapnya dibuat dari daun nipah (welit). Pembangunan gubug sanggar dipercayakan kepada Bapak Agustinus Sutiar, Bapak Sukoco, Bapak Tarno, sebagai tukang bangunan dan dibantu umat Wilayah Sadang.

(62)

sebagai tempat anak untuk mengekspresikan diri lewat kegiatan-kegiatan, Sanggar Anak Sadang juga menjadi wadah bagi orang tua dalam membangun kerja sama dalam mewujudkan kesatuan umat dan warga Dusun Sadang. Dengan Sanggar SAS ini para orang tua diajak untuk berpastisipasi memperhatikan bahwa pendampingan anak sangatlah penting sebagai pembentukan anak menjadi pribadi yang utuh.

2) Kekhasan Sanggar Anak Sadang

Kekhasan dari Sanggar Anak Sadang adalah pendampingan iman anak dengan mengembangkan kreativitas hidup baik dalam bernyanyi, bermain musik, menciptakan lagu-lagu rohani, dan gerak lagu. Sanggar Anak Sadang melaksanakan kegiatan lebih ke arah evangelisasi dengan mewartakan Kristus sebagai Allah kepada masyarakat sekitar dan masyarakat luas. Anak-anak dipelihara imannya tetapi sekaligus dilatih untuk menjadi seorang misionaris yang berani membawa nama Yesus Kristus lewat kreativitas hidup yang mereka punya.

(63)

b. Sanggar Anak Pelangi

1) Latar Belakang Berdirinya Sanggar Anak Pelangi

Sebelum tahun 2013 di gereja St Thomas Rasul Bedono, kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) dilakukan setiap hari Minggu bertempat di belakang gedung gereja. Pendamping PIA dipercayakan kepada anak-anak SMA Sedes Sapientiae Bedono. Anak SMA Sedes sebagian besar adalah pendatang, jadi setiap libur sekolah anak-anak pulang kampung, yang terjadi adalah tidak adanya pendamping PIA yang mengakibatkan pemeliharaan iman anak-anak dalam paroki tidak berjalan dengan baik.

Kegiatan PIA dari tahun ke tahun juga bersifat monoton, yaitu seperti kegiatan dalam perayaan paskah, mencari telur paskah pada saat hari raya Paskah dan lomba mewarnai pada saat hari raya Natal. Kegiatan yang terlaksana juga terkesan menjadi kurang menyeluruh, hanya anak yang dekat dengan pusat paroki yang dapat mengikuti PIA.

(64)

menutup kemungkinan juga bagi mereka yang sudah bersekolah di perguruan tinggi. Mereka yang masih disebut anak dalam keluarga, tetap berhak mendapatkan pendampingan.

Keprihatinan akan kurangnya pendampingan iman bagi anak-anak ini menggerakkan beberapa umat. Bulan Maret 2013 umat Lingkungan Cicilia Ngangkruk, Paroki St. Thomas Rasul Bedono berinisiatif mengumpulkan anak- anak di sekitar Gracia (Lingkungan Gregorius dan Lingkungan Cicilia) untuk berkumpul, bermain dan berkreasi bersama setiap hari Jumat pukul 15.00 sampai 17.00. Kegiatan pertama dilaksanakan pada hari Jumat 12 April 2013 jumlah anak yang hadir hanya 5 orang anak dengan 1 pendamping. Kegiatan berlangsung dengan mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah secara bersama dan belajar berorganisasi dengan cara memilih pengurus PIA (waktu itu belum dinamakan sanggar). Pertemuan-pertemuan selanjutnya diisi dengan cerita, jalan-jalan, menyanyi, bermain musik tradisional dan permainan tradisional, dengan harapan melalui pertemuan itu anak memiliki tempat untuk berkumpul saling mengenal satu sama lain dan membentuk paguyuban iman yang jelas.

Perkumpulan semakin berkembang dengan kehadiran anak-anak dari lingkungan lain dengan berbagai latar belakang kehidupan yang berbeda mulai dari usia, sekolah, dan situasi ekonomi. Adanya berbagai latar belakang kehidupan yang berbeda ini menimbulkan “harmoni yang indah” pada saat kegiatan bersama, baik tertawa, marah, cemberut, usil, bahkan suka diam.

(65)

Cicilia membuat wadah dengan inspirasi sanggar sebelumnya (Sanggar Anak Sadang), yaitu Sanggar Anak Pelangi.

Sekarang kegiatan Sanggar Anak Pelangi semakin berkembang. Sanggar Anak Pelangi berkumpul sebagai paguyuban iman setiap Jumat sore. Selain mengisi kegiatan dengan menyanyi, cerita, bercanda, setiap minggu ketiga Sanggar Anak Pelangi mendapat kesempatan untuk melambungkan pujian bagi Tuhan di gereja dengan menampilkan kreativitasnya setelah penerimaan komuni. Kreativitas yang telah dilakukan oleh anak-anak saat melambungkan pujian di gereja adalah menyanyi dan menari dengan iringan musik. Pemain musik juga berasal dari anak-anak sanggar sendiri, sebagian usia remaja dan sebagian usia anak SD. Sampai tahun 2014 jumlah anggota Sanggar Anak Pelangi mencapai 20-30 anak. Masih ada beberapa anak yang sampai saat ini juga belum aktif. Pendamping tetap melakukan pendekatan agar anak-anak tetap mau dan punya keinginan untuk bergabung dengan anak-anak yang sudah aktif di Sanggar Anak Pelangi.

2) Kekhasan Sanggar Anak Pelangi

Kekhasan Sanggar Anak Pelangi adalah pendampingan iman anak dengan mengembangkan seni suara, musik, seni drama, dan gerak lagu. Sanggar ini berkonsentrasi untuk mengembangkan paguyuban menjadi perkumpulan yang membawa dampak positif bagi Gereja dan masyarakat. Visi dari Sanggar Anak Pelangi adalah “Menjadikan anak berkembang baik dalam iman maupun

(66)

akan ajaran Kristiani (Profil Sanggar Pelangi, 2014).” Misi yang dimiliki Sanggar Anak Pelangi adalah:

a) Menanamkan kecintaan akan ajaran kristiani, b) Mengasah kepekaan anak melalui seni dan budaya,

c) Mengasah kepedulian anak akan alam dan lingkungan sekitar.

3) Proses Kegiatan Sanggar Anak Pelangi

Kegiatan sanggar anak dilakukan setiap hari Jumat dengan berbagai jenis kegiatan antara lain mendengarkan cerita rohani dari berbagai pendamping, olah raga tradisional seperti halang rintang dan gobag sodor (permainan tradisional Jawa). Selain kegiatan tersebut yang dilakukan di dalam sanggar adalah anak diajak untuk jalan bersama di sekitar kebun kopi menyusur rel kereta api untuk lebih mengenal alam yang mereka tinggali. Jalan bersama di alam ini bertujuan mendidik anak untuk mengenal, mencintai, dan tergerak untuk memelihara lingkungan alam serta bersyukur atas alam yang dianugerahkan kepada manusia.

Berbagai kegiatan baik tradisional maupun alam bermaksud supaya anak tidak larut dalam dunia yang modern dengan permainan di dunia internet, tetapi mendidik anak untuk mencintai budaya, mencintai alam dan mencintai seni. Dengan cinta akan budaya, seni, dan alam, maka akan membuat anak dengan sendirinya menggunakan perkembangan zaman seperti internet dengan positif.

(67)

melibatkan anak-anak sebagai anggota Gereja yang pantas diberi ruang. Kegiatan melambungkan pujian ini memberikan daya tarik bagi semua umat untuk senantiasa memperhatikan anak dan memberikan kepercayaan bahwa anak-anak adalah subyek dalam Gereja. Adanya pujian ini juga membuat anak-anak-anak-anak belajar membentuk paguyuban iman yang khas sejak dini.

4) Pelembagaan Kegiatan Sanggar Anak Pelangi

Melihat perkembangan anak dalam berkegiatan, orang tua dari anak-anak sanggar bersama Romo Patricius Hartono, Pr., berkumpul bersama merancang kegiatan anak pada tanggal 3 Mei 2013. Romo Patricius Hartono, Pr mengarahkan agar

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian
Tabel berikut ini memaparkan tentang identitas responden sesuai dengan
Tabel 2. Identitas Responden
Tabel 3. Proses Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul
+4

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini masyarakat desa Kota Lama berada dalam keadaan tidak sejahtera yang ditandai dengan pembangunan infrastruktur pedesaan yang belum maksimal, kondisi jalan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Pengaruh Perubahan Suhu Panas Dan Suhu Dingin Pada Media Air Terhadap Membuka & Menutup Operculum Benih Ikan

1) Pertumbuhan daerah perkotaan yang terus menerus, termasuk sejumlah CBD dan pusat daerah pinggir kota dan regional, membutuhkan pelayanan transportasi yang

Jadi nanti setelah selesai membuat karya yang didalamnya ada materi yang sudah saya dibagi per kelompok tadi, kemudian salah satu dari kelompoknya menjadi model

Jadi, dapat diketahui bahwa motivasi dan gizi itu akan mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang karena dengan motivasi dan gizi yang baik maka seseorang akan

Pendidik meminta peserta didik yang lain untuk membandingkan hasil diskusi kelompok dengan poin-poin yang telah di catat kan di papan tulis..

Hasil ringkasan analisis ragam menunjukan bahwa pengaruh interaksi varietas dan jumlah tanam per lubang pada vigor benih ditunjukan pada benih sorgum yang sudah

dari sebuah piksel. Pada metode ini setiap piksel foreground pada gambar memiliki arah tersendiri dimana arah yang digunakan terdiri dari 4 arah dan