• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDAMPINGAN IMAN ANAK DENGAN SANGGAR ANAK

D. Sanggar Anak Bedono

3. Sanggar Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono

Sejauh pengamatan penulis, Paroki Santo Thomas Rasul mempunyai delapan sanggar anak. Delapan sanggar anak tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sanggar Anak Sadang

1) Sejarah Sanggar Anak Sadang

Berawal dari sebuah kerinduan, saling bercanda, dan hobi, itulah kata yang tepat di balik Sanggar Anak Sadang (SAS). Menarik bahwa sesuatu itu bisa

terwujud bukan karena hal-hal besar melainkan dari hal-hal kecil. Dari hal-hal kecil jika diberi ruang dan tempat akan membuahkan hasil melimpah. Sekilas cerita melihat sesuatu di balik sanggar SAS. Sanggar Anak Sadang berdiri tahun 2012, dirintis oleh Bapak Benediktus Jangafarma bersama dengan Romo Patricius Hartono, Pr. Sanggar SAS bermula ketika Bapak Benediktus Jangafarma ingin membuat tempat duduk untuk berkumpul bagi anak-anak di samping halaman rumah. Seiring berjalannya waktu, keinginan itu ditanggapi baik oleh Bapak Andreas Kasno, dan ketika berbincang-bincang dengan Romo Patricius Hartono, Pr. (Romo Paroki St. Thomas Rasul Bedono), keinginan itu ditanggapi dengan mengusulkan untuk membangun Sanggar. Hal ini juga ditanggapi baik oleh Bapak Andreas Kasno dengan memberikan izin penggunaan tempat untuk pendirian gubug sanggar. Dalam pembangunan SAS umat wilayah Sadang turut mendukung dengan berbagai hal baik materi maupun tenaga. Dengan kerja sama warga dan umat Sanggar Anak Sadang mampu berdiri. Sanggar dibangun dari bambu dan atapnya dibuat dari daun nipah (welit). Pembangunan gubug sanggar dipercayakan kepada Bapak Agustinus Sutiar, Bapak Sukoco, Bapak Tarno, sebagai tukang bangunan dan dibantu umat Wilayah Sadang.

Sanggar Anak Sadang merupakan sanggar tertua (sulung) dari sanggar- sanggar anak yang ada di Paroki St. Thomas Rasul Bedono. Sanggar ini didirikan dengan tujuan untuk menjadi wadah di mana anak-anak Wilayah Sadang diberi ruang untuk mengekspresikan diri lewat berbagai kegiatan-kegiatan yang ada baik kegiatan dusun maupun Gereja. Sanggar SAS menjadi media dan tempat untuk mengumpulkan anak-anak dusun, baik Katolik maupun non Katolik. Di samping

sebagai tempat anak untuk mengekspresikan diri lewat kegiatan-kegiatan, Sanggar Anak Sadang juga menjadi wadah bagi orang tua dalam membangun kerja sama dalam mewujudkan kesatuan umat dan warga Dusun Sadang. Dengan Sanggar SAS ini para orang tua diajak untuk berpastisipasi memperhatikan bahwa pendampingan anak sangatlah penting sebagai pembentukan anak menjadi pribadi yang utuh.

2) Kekhasan Sanggar Anak Sadang

Kekhasan dari Sanggar Anak Sadang adalah pendampingan iman anak dengan mengembangkan kreativitas hidup baik dalam bernyanyi, bermain musik, menciptakan lagu-lagu rohani, dan gerak lagu. Sanggar Anak Sadang melaksanakan kegiatan lebih ke arah evangelisasi dengan mewartakan Kristus sebagai Allah kepada masyarakat sekitar dan masyarakat luas. Anak-anak dipelihara imannya tetapi sekaligus dilatih untuk menjadi seorang misionaris yang berani membawa nama Yesus Kristus lewat kreativitas hidup yang mereka punya.

Alam yang indah yang ada di sekitarnya seperti sungai, pegunungan, perkebunan, dan sawah yang membentang menjadi media pendampingan iman di sanggar ini. Dengan media alam yang ada di sekitarnya, sanggar ini khas dengan jalan salib alam dan kegiatan-kegiatan di alam.

b. Sanggar Anak Pelangi

1) Latar Belakang Berdirinya Sanggar Anak Pelangi

Sebelum tahun 2013 di gereja St Thomas Rasul Bedono, kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) dilakukan setiap hari Minggu bertempat di belakang gedung gereja. Pendamping PIA dipercayakan kepada anak-anak SMA Sedes Sapientiae Bedono. Anak SMA Sedes sebagian besar adalah pendatang, jadi setiap libur sekolah anak-anak pulang kampung, yang terjadi adalah tidak adanya pendamping PIA yang mengakibatkan pemeliharaan iman anak-anak dalam paroki tidak berjalan dengan baik.

Kegiatan PIA dari tahun ke tahun juga bersifat monoton, yaitu seperti kegiatan dalam perayaan paskah, mencari telur paskah pada saat hari raya Paskah dan lomba mewarnai pada saat hari raya Natal. Kegiatan yang terlaksana juga terkesan menjadi kurang menyeluruh, hanya anak yang dekat dengan pusat paroki yang dapat mengikuti PIA.

Kegiatan yang sudah berlangsung bertahun-tahun ini memang terasa menyenangkan bagi pendamping, karena menjalankan pendampingan hanya sesuai dengan tradisi saja, tidak pernah mencari cara baru yang lebih kreatif bagi pengembangan iman anak-anak. Kegiatan PIA juga terpusat dari dan untuk siswa SD Kanisius Bedono, karena sebagian anak-anak PIA adalah anak-anak dari SD Kanisius Bedono. Hal ini kadang diabaikan oleh beberapa pendamping, bahwa semua anak berhak mendapatkan pendampingan iman tanpa terkecuali. Seharusnya pendampingan iman anak tidak hanya bagi anak-anak SD, tetapi juga setiap anak berhak mendapatkannya, baik yang SD, SMP, maupun SLTA, tidak

menutup kemungkinan juga bagi mereka yang sudah bersekolah di perguruan tinggi. Mereka yang masih disebut anak dalam keluarga, tetap berhak mendapatkan pendampingan.

Keprihatinan akan kurangnya pendampingan iman bagi anak-anak ini menggerakkan beberapa umat. Bulan Maret 2013 umat Lingkungan Cicilia Ngangkruk, Paroki St. Thomas Rasul Bedono berinisiatif mengumpulkan anak- anak di sekitar Gracia (Lingkungan Gregorius dan Lingkungan Cicilia) untuk berkumpul, bermain dan berkreasi bersama setiap hari Jumat pukul 15.00 sampai 17.00. Kegiatan pertama dilaksanakan pada hari Jumat 12 April 2013 jumlah anak yang hadir hanya 5 orang anak dengan 1 pendamping. Kegiatan berlangsung dengan mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah secara bersama dan belajar berorganisasi dengan cara memilih pengurus PIA (waktu itu belum dinamakan sanggar). Pertemuan-pertemuan selanjutnya diisi dengan cerita, jalan-jalan, menyanyi, bermain musik tradisional dan permainan tradisional, dengan harapan melalui pertemuan itu anak memiliki tempat untuk berkumpul saling mengenal satu sama lain dan membentuk paguyuban iman yang jelas.

Perkumpulan semakin berkembang dengan kehadiran anak-anak dari lingkungan lain dengan berbagai latar belakang kehidupan yang berbeda mulai dari usia, sekolah, dan situasi ekonomi. Adanya berbagai latar belakang kehidupan yang berbeda ini menimbulkan “harmoni yang indah” pada saat kegiatan bersama, baik tertawa, marah, cemberut, usil, bahkan suka diam.

Berkumpul menjadi poin yang sangat penting bagi pendampingan iman saat ini. Sebagai tindak lanjut dari poin ini, maka lingkungan Gregorius dan

Cicilia membuat wadah dengan inspirasi sanggar sebelumnya (Sanggar Anak Sadang), yaitu Sanggar Anak Pelangi.

Sekarang kegiatan Sanggar Anak Pelangi semakin berkembang. Sanggar Anak Pelangi berkumpul sebagai paguyuban iman setiap Jumat sore. Selain mengisi kegiatan dengan menyanyi, cerita, bercanda, setiap minggu ketiga Sanggar Anak Pelangi mendapat kesempatan untuk melambungkan pujian bagi Tuhan di gereja dengan menampilkan kreativitasnya setelah penerimaan komuni. Kreativitas yang telah dilakukan oleh anak-anak saat melambungkan pujian di gereja adalah menyanyi dan menari dengan iringan musik. Pemain musik juga berasal dari anak-anak sanggar sendiri, sebagian usia remaja dan sebagian usia anak SD. Sampai tahun 2014 jumlah anggota Sanggar Anak Pelangi mencapai 20- 30 anak. Masih ada beberapa anak yang sampai saat ini juga belum aktif. Pendamping tetap melakukan pendekatan agar anak-anak tetap mau dan punya keinginan untuk bergabung dengan anak-anak yang sudah aktif di Sanggar Anak Pelangi.

2) Kekhasan Sanggar Anak Pelangi

Kekhasan Sanggar Anak Pelangi adalah pendampingan iman anak dengan mengembangkan seni suara, musik, seni drama, dan gerak lagu. Sanggar ini berkonsentrasi untuk mengembangkan paguyuban menjadi perkumpulan yang membawa dampak positif bagi Gereja dan masyarakat. Visi dari Sanggar Anak Pelangi adalah “Menjadikan anak berkembang baik dalam iman maupun kemampuan, menurut potensi yang dimilikinya sendiri dengan berpegang teguh

akan ajaran Kristiani (Profil Sanggar Pelangi, 2014).” Misi yang dimiliki Sanggar Anak Pelangi adalah:

a) Menanamkan kecintaan akan ajaran kristiani, b) Mengasah kepekaan anak melalui seni dan budaya,

c) Mengasah kepedulian anak akan alam dan lingkungan sekitar.

3) Proses Kegiatan Sanggar Anak Pelangi

Kegiatan sanggar anak dilakukan setiap hari Jumat dengan berbagai jenis kegiatan antara lain mendengarkan cerita rohani dari berbagai pendamping, olah raga tradisional seperti halang rintang dan gobag sodor (permainan tradisional Jawa). Selain kegiatan tersebut yang dilakukan di dalam sanggar adalah anak diajak untuk jalan bersama di sekitar kebun kopi menyusur rel kereta api untuk lebih mengenal alam yang mereka tinggali. Jalan bersama di alam ini bertujuan mendidik anak untuk mengenal, mencintai, dan tergerak untuk memelihara lingkungan alam serta bersyukur atas alam yang dianugerahkan kepada manusia.

Berbagai kegiatan baik tradisional maupun alam bermaksud supaya anak tidak larut dalam dunia yang modern dengan permainan di dunia internet, tetapi mendidik anak untuk mencintai budaya, mencintai alam dan mencintai seni. Dengan cinta akan budaya, seni, dan alam, maka akan membuat anak dengan sendirinya menggunakan perkembangan zaman seperti internet dengan positif.

Kegiatan rutin dalam liturgi yang dilakukan Sanggar Anak Pelangi adalah bernyanyi dan melambungkan pujian setiap minggu ketiga di gereja Paroki Bedono. Pujian-pujian ini dimaksudkan untuk memeriahkan liturgi dan

melibatkan anak-anak sebagai anggota Gereja yang pantas diberi ruang. Kegiatan melambungkan pujian ini memberikan daya tarik bagi semua umat untuk senantiasa memperhatikan anak-anak dan memberikan kepercayaan bahwa anak- anak adalah subyek dalam Gereja. Adanya pujian ini juga membuat anak-anak belajar membentuk paguyuban iman yang khas sejak dini.

4) Pelembagaan Kegiatan Sanggar Anak Pelangi

Melihat perkembangan anak dalam berkegiatan, orang tua dari anak-anak sanggar bersama Romo Patricius Hartono, Pr., berkumpul bersama merancang kegiatan anak pada tanggal 3 Mei 2013. Romo Patricius Hartono, Pr mengarahkan agar kegiatan anak dilembagakan sehingga ada sinergi yang saling terkait antara orang tua dan anak.

5) Prestasi Sanggar Anak Pelangi

Berdirinya Sanggar Anak Pelangi memberikan perkembangan yang utuh bagi anak-anak. Selain iman anak-anak terdampingi, mereka juga mendapat hal- hal baik. Iman yang mereka miliki mampu membuat dirinya berprestasi. Prestasi yang diperoleh merupakan hasil dari perwujudan iman yang selalu mereka ungkapkan dalam setiap kegiatan.

Lustrum Gereja St Thomas Rasul Bedono yang pertama menjadi awal prestasi sanggar sebagai paguyuban iman. Pada bulan Juli 2013 Sanggar Anak Pelangi beserta sanggar-sanggar di Paroki Bedono mengikuti Festival Visualisasi Kitab Suci di Wilayah Nawangsari. Sanggar Anak Pelangi mendapat undian

bertema “Domba Yang Hilang“. Tema ini oleh sanggar digarap dan ditampilkan dengan parodi yang berjudul: “Wedus Nita Ilang“. Parodi ini kental dengan nuansa Jawa ndesa (pedesaan), karena menggunakan bahasa Jawa dengan iringan gamelan. Dengan mengusung parodi ini, Sanggar Anak Pelangi mendapat juara I.

Pada bulan Agustus 2013 Sanggar Anak Pelangi menjadi penampil

welcome song di acara kenduri slametan gereja dengan lagu Ning Nong Ning

Gung dikolaborasi dengan lagu Reog Ponorogo. Pada bulan September 2013

Sanggar Anak Pelangi bersama Sanggar Anak Sadang mengikuti Festival Lagu Gereja di Wilayah St. Theresia Brosot, Paroki St. Yakobus Klodran Bantul. Dalam Festival Lagu Gereja ini Sanggar Anak Pelangi mendapatkan penghargaan Kategori Garapan Terbaik.

Pada bulan November 2013 Sanggar Anak Pelangi menutup kegiatan di tahun 2013 dengan berpartisipasi dalam sendratari kolosal Pring Reketeg dengan berperan sebagai anak-anak yang melakukan permainan tradisional. Pada bulan Februari 2014, Sanggar Anak Pelangi mendapatkan Kategori Garapan Terbaik di Festival Kesenian Tradisional dalam rangka ulang tahun gereja St Thomas Rasul Bedono.

Pada bulan Agustus 2014 Sanggar Anak Pelangi berpartisipasi dalam sendratari Pring Reketeg versi Mudika di Festival Kesenian Tradisional OMK Rayon Kulon Progo. Pada tanggal 31 Agustus 2014 dalam partisipasinya di Festival Visualisasi Kitab Suci II, Sanggar Anak Pelangi mendapatkan Juara II dengan tema “Gadis Bodoh dan Gadis Bijaksana”.

Pada bulan September 2014 bersama Kokerma Semarang, Sanggar Anak Pelangi mengisi acara Misa Novena Kaum Muda di GMKA dengan menampilkan “Wedus Nita Ilang”. Pada bulan September 2014 juga, Sanggar Anak Pelangi bersama dengan panitia pembangunan mencari dana ke Tanah Mas Semarang.

Pada bulan Oktober 2014 Sanggar Anak Pelangi mengikuti reog kolosal dalam rangka peringatan Hari Pangan Sedunia di Sadang. Pada bulan November - Desember 2014 Sanggar Anak Pelangi berdinamika bersama dengan Mahasiswa KBP (Karya Bakti Paroki) dari IPPAK Universitas Sanata Dharma. Dinamika dimulai dari mencari dana pembangunan pasturan di Paroki Kristus Raja Ungaran hingga Misa Natal Alam pada tanggal 25 Desember 2014 di Sanggar Anak Sodong. Kegiatan Sanggar Anak Pelangi bulan Desember 2014 ditutup dengan wisata bersama di Pikatan dan Pertapaan Rawaseneng.

c. Sanggar Anak Krajan

1) Latar Belakang Terbentuknya Sanggar Anak Krajan

Kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) di gereja paroki biasanya dilaksanakan pada saat Perayaan Ekaristi, anak-anak dipisahkan dari orang tua dan ditempatkan di ruangan sendiri supaya anak-anak bisa belajar bersama pendamping. Namun hal ini dirasa kurang mendidik anak-anak untuk belajar merayakan Ekaristi yang benar. Akhirnya, Romo Patricius Hartono, Pr dengan gerakan baru memberikan ruang kepada anak-anak untuk bersama merayakan Ekaristi dan mendapat bagian untuk terlibat dalam Perayaan Ekaristi.

Dalam Perayaan Ekaristi anak diberikan ruang untuk melambungkan pujian baik nyanyian, musik, dan tarian sesuai dengan kreativitas masing-masing. Mulai saat itu, anak-anak setiap wilayah mendapat giliran tampil dan berkembang menjadi sanggar anak.

Proses berkembangnya sanggar juga menggerakkan Lingkungan Krajan untuk menjadi sebuah sanggar anak. Mulai pada saat berkembangnya sanggar anak di Paroki Bedono, Krajan juga mendeklarasikan dirinya menjadi Sanggar Anak Krajan.

Sanggar ini diberi nama Sanggar Anak Krajan karena anak-anak yang ikut serta dalam kegiatan sanggar tidak hanya anak katolik, tetapi juga non-katolik. Sebutan Sanggar Anak Krajan ingin menunjukkan bahwa sanggar ini terbuka untuk setiap anak, tidak hanya bagi anak-anak yang beragama katolik. Tempat anak-anak berlatih pun di lapangan dekat rumah umat dan terkadang di rumah umat yang bersedia. Sanggar Anak Krajan mempunyai misi bahwa sebagai orang Katolik harus bisa hidup bersama dengan umat yang beragama lain. Anak sebagai penerus kehidupan Gereja perlu dilatih sejak dini bagaimana harus berelasi dengan umat yang beragama non-Katolik.

2) Kegiatan Sanggar Anak Krajan

Sanggar Anak Krajan mempunyai kegiatan yang menonjol dalam garapan reog anak kreatif. Sanggar Anak Krajan mempunyai anggota terbanyak, sangat kuat mempengaruhi anak-anak kampung non-katolik, dan sering mewakili Paroki tampil dalam karnaval budaya Merti Dusun Lendoh. Sanggar Anak Krajan

juga pernah tampil dalam kegiatan peringatan ulang tahun mandirinya Paroki St. Thomas Rasul Bedono.

Sanggar Anak Krajan berkumpul secara rutin setiap Sabtu sore pukul 16.00 terutama jika ada jadwal bertugas melambungkan pujian di gereja. Proses kegiatan juga dilakukan di umat Lingkungan Krajan, seringkali bertempat di lapangan dusun Krajan. Pendampingan dilakukan di tempat terbuka tanpa harus malu dilihat banyak warga masyarakat.

Pada tanggal 9 Januari 2015 Sanggar Anak Krajan mendapat kesempatan untuk bertugas koor dan mengisi acara di Natalan PT Coca Cola dengan menampilkan warogan dan tarian celengan.

3) Kekhasan Sanggar Anak Krajan

Kekhasan Sanggar Anak Krajan adalah pengembangan iman lewat kesenian tradisional, tari-tarian yang ada dalam masyarakat, alat musik gamelan, dan kreativitas membuat perlengkapan tari tradisional. Dasar pendampingan iman adalah mengutamakan sanggar yang kontekstual. Dengan adanya konsep ini Sanggar Anak Krajan berani merangkul anak-anak yang beragama non-kristiani untuk terlibat dalam Gereja.

d. Sanggar Anak Paseduluran Bocah Losari (Pasbolo)

1) Latar Belakang Berdirinya Sanggar Pasbolo

Latar belakang berdirinya Sanggar Anak Pasbolo adalah adanya Festival Kesenian Anak Bedono 2013. Adanya festival ini menggerakkan orang tua untuk

membentuk suatu komunitas iman yang memiliki pertemuan secara rutin. Semangat dan ketulusan dari rumah Bapak Sarwono untuk menjadi tempat sanggar berdiri menjadi dasar kelanjutan paguyuban anak. Setelah anak-anak dengan senang hati berkumpul dengan berbagai kegiatan yang ada mulai dari belajar menari tradisional, menyanyi, bermain musik tradisional yang dikemas dalam paguyuban iman, maka pada tanggal 17 Februari 2013 PIA Nawangsari mendeklarasikan dirinya menjadi sebuah sanggar yang bernama Sanggar Anak

Paseduluran Bocah Losari (PasBoLo).

Saat berdiri menjadi sanggar, para pendamping sanggar merasa kesulitan untuk menyediakan tempat karena tempat yang digunakan tidak dapat menampung jumlah anak yang datang. Para pendamping semakin merasa lebih bingung lagi saat anak-anak tidak mau latihan di tempat lain. Mereka diajak latihan di gereja tidak mau, diajak di rumah yang muat untuk menampung semua anak-anak juga tidak mau. Oleh sebab itu sanggar ini membuat sebuah gubug yang sederhana dengan bahan dasar bambu.

Gubug ini berdiri atas bantuan seluruh umat Nawangsari dengan menyumbangkan masing-masing bambunya, serta tenaga dan pikiran. Gubug ini selesai dalam waktu satu minggu. Setelah menjadi Sanggar Anak, Pasbolo rutin berlatih setiap hari Selasa, Kamis, Jumat, dan Minggu. Banyaknya jumlah pertemuan dapat mengubah karakter anak. Anak yang zaman sekarang harus menghadapi keasyikan dengan dirinya sendiri, terancam menjadi anak yang asosial, dengan adanya sanggar ini membuat anak menjadi terlatih dalam hal sosial. Hal ini terbukti jika anak-anak lebih memilih berkumpul dan bertemu

temannya daripada harus main play station dan hand phone serta barang-barang modern yang membuat anak asyik dengan dirinya sendiri.

Dengan adanya dukungan dari Romo Paroki, sanggar ini semakin berkembang, diimbangi dengan kesempatan tampil mempersembahkan pujian meriah bagi Tuhan setelah komuni, membuat anak-anak lebih percaya diri untuk mengakui dan mewartakan imannya. Dengan adanya harapan dari Romo Paroki untuk membuat setiap penampilan harus berbeda setiap minggunya, membuat sanggar ini semakin kreatif dan semakin banyak inovasi.

Sampai pada bulan Januari 2015, ada empat tarian yang dimiliki oleh sanggar Pasbolo, yaitu tari Ala Bare, tari Saman, tari Warog, tari Cublak Cublak Suweng dan sanggar ini kaya akan koleksi lagu serta gerakan, dan kaya akan kreativitas. Alat yang digunakan pun sangat sederhana, yaitu kentongan, galon air minum, bas dari ban bekas, suling dan terbang. Sanggar ini menggunakan apa yang ada di sekitarnya sebagai media untuk pendampingan iman dan pewartaan iman.

2) Profil Kegiatan Sanggar Pasbolo

Sanggar Anak Pasbolo berkumpul sebagai paguyuban iman setiap hari Senin, Kamis, dan Jumat pukul 16.00 dan setiap hari Minggu pukul 11.00. Media pendampingan di Sanggar Pasbolo menggunakan kreativitas seni tari, nyanyian, alat musik tradisional, dan berbagai budaya lokal sebagai pembentukan pribadi anak yang utuh.

Di Wilayah Nawangsari hanya ada satu sanggar anak. Hal ini menjadi kekhasan Sanggar Anak Pasbolo karena setiap Perayaan Ekaristi Mingguan selalu mendapat tempat untuk mengekspresikan kreativitasnya bagi kemuliaan Tuhan.

Pada tanggal 24 Februari 2013, sanggar anak ini mengikuti Festival Kesenian Anak Sanggar di Paroki Bedono, dan pada bulan September 2013 sanggar anak ini berpartisipasi dalam Festival Visualisasi Kitab Suci. Dalam rangka Hari Pangan Sedunia tahun 2013 di Paroki Bedono, Sanggar Anak Pasbolo juga berpartisipasi memeriahkan acara ini dengan menampilkan kesenian tradisional berupa reog bersama dengan OMK Paroki Bedono. Dalam even Festival Kesenian Anak 2014, Sanggar Anak Pasbolo berhasil mendapatkan Kategori Kostum Terbaik. Usaha ini dilakukan karena sanggar selalu berkumpul dan belajar bagaimana hidup sebagai paguyuban iman. Dalam rangka Festival Visualisasi Kitab Suci September 2014 Paroki Bedono, Sanggar Anak Pasbolo juga berpartisipasi dan ambil bagian sebagai peserta festival.

Bukan hanya kegiatan dalam Gereja saja, Sanggar Anak Pasbolo juga belajar menjadi seorang rasul yang berani mewartakan Yesus di tengah masyarakat luas. Sanggar Anak Pasbolo membuktikan diri dan berani mempersembahkan paguyubannya dalam Pentas Seni HUT RI di Kecamatan Grabag pada tahun 2014. Sebagai paguyuban beriman Katolik, Sanggar Anak Pasbolo telah mampu melayani berbagai kegiatan mulai dari Natal bersama di Hotel Mesa Stilla pada tanggal 14 Desember 2014, Natal bersama Lingkungan Sodong pada tanggal 30 Desember 2014, dan masih banyak pelayanan dan pewartaan yang dilakukan oleh anak-anak dari Sanggar Anak Pasbolo ini.

3) Kekhasan Sanggar Anak Pasbolo

Kekhasan Sanggar Anak Pasbolo menyangkut banyak aspek terlebih pada nilai kearifan lokal, mulai dari kesenian tradisional dengan mendalami tari- tarian tradisional, musik tradisional, seni suara, gerak dan lagu, drama, dan kreativitas pribadi dalam Kitab Suci, sampai pada Ajaran Gereja, Liturgi, Pelayanan, Pewartaan, dan Evangelisasi. Keutamaan yang ditekankan dalam Sanggar Anak Pasbolo adalah pribadi anak yang beriman cerdas, tangguh dan misioner. Dalam kegiatan Sanggar Anak Pasbolo, anak-anak diberikan kebebasan untuk mengasah kreativitas dengan didampingi para pendamping sanggar. Kegiatan rutin yang dilakukan adalah pentas setiap Perayaan Ekaristi Mingguan di gereja dan berani tampil di depan masyarakat umum dalam kegiatan kemasyarakatan.

e. Sanggar Anak Piningit

1) Latar Belakang Sejarah Sanggar Anak Piningit

Sanggar Anak Piningit adalah paguyuban yang beranggotakan anak- anak PIA dan OMK Lingkungan Yusuf dan Yulima. Sebelum membentuk paguyuban sanggar, PIA di dua lingkungan ini kurang terlibat dalam kegiatan PIA