• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV.USULAN PROGRAM UNTUK PARA PENDAMPING

G. Satuan Persiapan Program

4. Satuan Persiapan IV

a. Judul Pertemuan : Permainan Tradisional sebagai Media Pendampingan

Iman Anak

b. Tujuan : Peserta dapat menggunakan permainan tradisional sebagai media yang cocok bagi pendampingan iman anak

c. Peserta : Pendamping Sanggar Anak Sadang, Pelangi, Sodong, Krajan, Pasbolo, Bomas, Piningit, dan Wawar

d. Waktu : 360 menit

e. Tempat : Lahan sayur, rumah bambu, dapur, dan tanah lapang di Sanggar Anak Sodong

f. Pemikiran Dasar

Media merupakan hal penting dalam kegiatan pengajaran. Media merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam proses pendampingan. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Media menjadi pokok dari sebuah pendampingan khususnya pendampingan iman anak.

Dalam proses pendampingan sanggar anak dari berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan banyak media yang telah digunakan. Media yang banyak tersebut tentu dimiliki oleh masing-masing sanggar anak sebagai kekhasannya masing- masing.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di sanggar anak seluruh Paroki Santo Thomas Rasul Bedono sebagian 13 (62%) responden menyatakan kesulitan dalam menentukan media yang kontekstual. Ada beberapa orang yang menyatakan tidak kesulitan dalam memilih media kontekstual. Oleh sebab itu dalam pendampingan bagi para pendamping sanggar anak ini bertujuan setiap pendamping sanggar anak dapat berkumpul dan saling berbagi media yang kontekstual dan saling melengkapi antarsanggar.

Dalam kerangka ini penulis akan membagikan jenis permainan tradisional yang banyak mengandung pesan dan makna yang baik untuk pendampingan iman anak. Bermain juga membantu anak dalam menjalin hubungan sosial antar anak, mengembangkan imajinasi mereka, mengembangkan kognisi, bahasa dan rnotorik kasar dan halus. Anak menggunakan gerakan dan kemampuan fisiknya, melatih kreativitas, dan mengasah kemampuannya menyelesaikan masalah dengan rnenghadapi berbagai permainan dan bermain dapat membantu bahasa anak melalui interaksi dengan teman sebaya dan lingkungan. Jadi bermain bagi anak tidak sekadar menghabiskan waktu, tetapi merupakan media bagi anak untuk belajar.

Permainan tradisional adalah permainan yang berkembang dan biasa dimainkan anak-anak dalam lingkungan masyarakat umum dengan menyerap segala kekayaan dan kearifan lingkungannya. Di dalam permainan tradisional, pribadi anak ditumbuhkembangkan, kreativitas dan semangat inovasinya diwujudnyatakan. Permainan tradisional menjadi wahana bagi ekspresi diri anak. Keterlibatan dalam permainan tradisional akan mengasah, menajamkan,

menumbuh-kembangkan otak anak, melahirkan empati dan membangun kesadaran sosial serta menegaskan kepribadiannya. Semua segi kehidupan terangkum dalam permainan tradisonal.

g. Sumber Bahan

Sumber bahan yang dipakai dalam satuan persiapan IV ini adalah pengalaman peserta dan permainan tradisional. Beberapa peserta yang datang dan tidak kesulitan dalam memilih media kontekstual diberikan menjadi sumber bahan proses pendampingan ini. Permainan tradisional diambil sebagai media pendampingan iman anak yang kontekstual sesuai dengan sanggar anak yang mengupayakan pendidikan kontekstual.

h. Metode

Metode yang digunakan dalam satuan persiapan ini adalah sharing pengalaman dan outbound. Sharing pengalaman dilakukan untuk mengkaji kekhasan dari sanggar anak masing-masing. Outbound merupakan kegiatan yang dilakukan dialam terbuka dengan melakukan beberapa simulasi permainan.

Outbound dalam persiapan ini akan diisi dengan permainan tradisional.

i. Sarana

Sarana yang digunakan adalah panduan permainan tradisional untuk mempermudah peserta dalam mengikuti proses kegiatan. Panduan permainan tradisional Pecahan Genting/ubin/asbes/keramik, kapur/arang/ranting untuk

membuat gambar. Syair Oray-Orayan digunakan untuk mempermudah menghafalkan lagu. Sebuah bola tenis bekas dan beberapa keping pecahan genting sepuluh buah yang sebesar atau selebar telapak tangan anak-anak digunakan dalam permainan gebogan. Tiang atau pohon sebagai batang untuk permainan

betengan.

j. Materi

Materi yang disajikan di satuan persiapan IV ini adalah materi tentang permainan tradisional sebagai media pendampingan iman anak. Isi dari materi adalah sharing pengalaman dan pelaksanaan permainan tradisional dan diakhir pertemuan akan diberikan peneguhan berupa makna atau refleksi dari permainan tradisional.

k. Proses Pendampingan

1) Pembukaan

Sebagai pembuka sesi ini dapat diberikan pengantar untuk mengarahkan peserta menuju perhatian pada sesi ini sebagai berikut:

“Bapak, Ibu, dan Saudara-Saudari yang terkasih dalam Kristus, pada kesempatan ini kita akan bersama-sama belajar mengenai media pendampingan iman anak serta beberapa game yang dapat digunakan dalam proses pendampingan. Permainan tradisional merupakan media yang baik diterapkan bagi pendampingan iman anak dalam sanggar anak. Dengan mengangkat budaya

dan kearifan lokal, maka iman anak akan tumbuh dan berkembang secara utuh dan sesuai dengan budaya yang mereka hidupi.”

Untuk melangkah pada sharing pengalaman dan outbound, pertemuan ini dibuka dengan doa secara spontan yang dipimpin oleh salah satu peserta yang bersedia memimpin doa.

2) Sharing Pengalaman

Dalam proses berbagi pengalaman tentang media yang dipakai, peserta diberi waktu untuk menggali semua media yang dimiliki oleh sanggar anak yang didampinginya. Setelah itu masing-masing peserta menuliskannya pada kertas yang sudah disediakan, selanjutnya peserta diberikan waktu untuk presentasi masing-masing sanggar anak. Waktu yang diberikan untuk menulis dan berbagi pengalaman adalah 30 menit. Peserta tetap dalam kelompok besar untuk melakukan diskusi dengan pertanyaan panduan sebagai berikut:

a) Media apa yang pernah Anda gunakan dalam proses kegiatan sanggar anak? Apa kelebihan dan kelemahan dari media tersebut?

b) Bagaimana media tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan iman anak?

3) Outbound

Peserta diajak untuk berpindah ke tanah lapang di depan rumah bambu Sanggar Anak Sodong. Peserta dibagi dalam dua kelompok. Setelah kelompok terbagi, fasilitator memberikan pengantar outbound berdasarkan Lampiran 5

(halaman 13). Setelah fasilitator memberikan pengantar, peserta diajak untuk memulai outbound bersama. Fasilitator memandu outbound sesuai dengan

lampiran 5 (halaman 16). Waktu setiap permainan adalah 50 meni. Setiap

permainan selesai fasilitator menjelaskan manfaat permainan dari berbagai aspek, mulai aspek moral dan iman, fisik, bahasa, kognitif, sosial-emosional, dan refleksi permainan. Jumlah seluruh permainan tradisional yang diusulkan penulis berjumlah enam permainan.

4) Penutup

Fasilitator dapat menutup sesi ini dengan kata-kata sebagai berikut:

“Setiap anak memiliki keunikan tersendiri dalam belajar dan setiap anak menyadari bahwa dirinya sebagai individu bisa menerima kelebihan dan kekurangannya. Untuk itu dalam proses belajarnya juga harus menggunakan metode yang unik, dalam artian tidak biasa untuk proses belajar bagi remaja dan dewasa. Salah satu metode dan media belajar itu adalah dengan bermain dan permainan. Dengan bermain, anak-anak bisa menyerap unsur-unsur pembelajaran yang terkandung dalam bentuk permainan. Tingkat kreativitas anak akan terpacu melalui daya khayalnya dan akan membuat anak-anak mampu melihat gambaran dan wawasan baru di dunianya.

Outbound dengan permainan tradisional yang kita lakukan fokus pada

aspek moral dan iman, fisik, bahasa, kognitif dan sosial emosional menunjukkan bahwa permainan tradisional bisa dijadikan media pembelajaran anak. Dalam bermain, anak membuat pilihan, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan

bernegosiasi. Anak-anak menciptakan peristiwa khayalan, melatih keterampilan fisik, sosial, kognitif, dan sosial emosional. Aspek-aspek ini adalah modal dasar yang bisa digunakan dalam menjalani kehidupan dewasa. Hasil pembelajaran ini akan bertahan sampai dewasa karena didapatkan dengan cara yang menyenangkan dan dalam suasana yang bebas.

Dalam permainan tradisional juga terdapat refleksi yang mendalam dengan ajaran Yesus, yakni cinta kasih, kesabaran, pelayanan bagi orang lain, mau berbagi dengan orang lain. Dalam semangat Yesus ini anak-anak perlu dikembangkan sebagai pribadi yang utuh dalam kasih Yesus.”

Setelah fasilitator menyampaikan kesimpulan peserta diajak untuk berdoa bersama. Sebagai penutup dapat didoakan sebagai berikut:

“Tuhan Yesus yang mahakasih, kami bersyukur kepada-Mu atas penyertaan yang telah Engkau berikan dalam sesi ini. Kami berharap selalu kepada-Mu, agar kami sebagai pendamping sanggar anak selalu Engkau berikan kelancaran dalam mendampingi anak-anak-Mu. Ajarilah kami dengan bahasa cinta-Mu ya Tuhan agar anak-anak kami mampu kami arahkan menuju pribadi yang utuh sesuai dengan teladan Yesus Kristus Putera-Mu. Amin.”

158

BAB V

PENUTUP

Pada bagian penutup penulis akan memaparkan kesimpulan dan saran berkaitan dengan “Peranan Sanggar Anak sebagai Alternatif Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang”. Bagian kesimpulan berisikan gagasan-gagasan pokok dari keseluruhan isi penulisan skripsi ini dan bagian saran berisi usaha-usaha yang dapat dilakukan agar pendampingan iman anak dengan model sanggar anak dapat berjalan demi perkembangan Gereja sebagai usaha memperluas karya keselamatan Allah yang dianugerahkan Allah bagi Gereja. Saran akan ditujukan bagi Pendamping Sanggar Anak di Paroki Santo Thomas Rasul, Gereja Santo Thomas Rasul Bedono, dan bagi perkembangan mata kuliah di program studi IPPAK.

A. Kesimpulan

Pendampingan Iman Anak (PIA) adalah suatu bentuk usaha untuk membantu mengembangkan iman anak melalui pendampingan informal. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam pengembangan iman anak. Dalam “Gereja Keluarga” anak mendapatkan pewartaan iman awal dan mengembangkan panggilan rohani mereka (bdk. LG 11). Bahkan dalam keluarga itu bukan hanya orangtua yang bertugas mewartakan Injil kepada anaknya, tetapi orangtua pun mendapat pewartaan dalam anak (Nota Pastoral, 2008: 36). Tidak dapat dipungkiri bahwa zaman yang semakin maju membuat keluarga harus memenuhi

tuntutan ekonomi dan memaksa orang tua harus bekerja lebih keras. Akibatnya anak menjadi kurang terdampingi. Hal ini diperkuat oleh survei yang dilakukan oleh Keuskupan Agung Semarang tahun 2005 bahwa banyak orang tua menghabiskan waktunya untuk bekerja sehingga anak kurang terdampingi (Nota

Pastoral, 2008: 36).

Pendampingan iman yang terjadi di berbagai paroki dan keuskupan mempunyai ciri khas masing-masing. Di paroki Santo Thomas Rasul pendampingan iman anak-anak menggunakan model pendampingan sanggar anak. Dalam konteks pembangunan jemaat di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono, “Sanggar Anak” adalah rumah tumbuh iman anak, di mana iman anak dipupuk dan disiram agar dapat bertumbuh dan berkembang secara utuh dan berbuah, sesuai dengan potensi yang dimiliki, konteks di mana mereka tinggal dan tantangan zaman, sehingga mereka dapat mengelola kehidupannya serta turut serta menghadirkan perubahan baik untuk sekitarnya. Dalam sanggar anak terjadi proses pendampingan iman anak lewat kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan baik kegiatan bersama maupun kegiatan personal sanggar. Pendampingan iman anak terjadi secara utuh dan kontekstual.

Sanggar anak sejauh ini telah berperan sebagai rumah atau tempat yang mengusahakan pelaksanaan kegiatan dengan pendekatan non-kelas, memberikan kesempatan dan ruang bebas kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dan menemukan hal-hal baru. Kegiatan yang sudah berjalan membawa anak mampu mencintai lingkungannya (alam fisik, alam hayati, masyarakat, budaya dan kehidupan beragama) sebagai tempat dan materi belajar. Sanggar anak

juga berperan menjadi wadah kegiatan dengan cakupan lebih luas, riil, integratif dan mengembangkan berbagai dimensi kehidupan manusia (kecerdasan majemuk) secara terintegrasi (pendekatan utuh). Sanggar anak juga mampu menjadi katekese atau pendampingan iman anak yang kontekstual dengan pembelajaran disesuaikan dengan tema kehidupan masyarakat sehari-hari. Sanggar anak memiliki ciri khas inklusif, yaitu mampu mencakup semua umat beriman (teman sebaya, adik-kakak, orang tua, dan umat lingkungan) sesuai dengan kebutuhannya dan dapat memberdayakan setiap umat untuk menjadi pendamping sesuai dengan keahliannya.

Peranan sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul sebagai alternatif pendampingan iman anak dengan metode dan media pendampingan yang konteksual. Iman diwartakan dan dikomunikasikan melalui kesenian tradisional, kegiatan lahan pertanian organik, dan melalui alam yang ada di sekitarnya. Peranan sanggar anak dalam kegiatan pengembangan iman dapat dilihat dari berbagai segi, mulai dari liturgi, diakonia, pewartaan, koinonia, dan martiria.

Dilihat dari segi liturgi, kegiatan Misa Alam, tugas koor, tugas putra altar, tugas menyanyikan lagu pujian dalam perayaan Ekaristi membuat anak-anak semakin mendapat tempat dalam Gereja. Anak-anak dilatih untuk dekat dengan liturgi Gereja sejak dini. Dilihat dari segi diakonia, anak dilatih untuk melayani umat yang sedang membutuhkan dalam kegiatan sanggar anak. Sebagai contoh kesenian tradisional yang dimiliki oleh sanggar anak dibagikan kepada umat dan masyarakat secara luas. Pelayanan yang diajarkan tidak hanya terbatas untuk umat Katolik saja, tetapi kepada siapa saja yang membutuhkan. Dilihat dari segi

koinonia, anak-anak dilatih untuk berkumpul bersama membentuk sebuah paguyuban yaitu sanggar anak. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh sanggar anak membantu melatih anak sejak dini untuk belajar mengorganisasi paguyuban sehingga anak terbiasa mengelola paguyuban dimana mereka berada.

Dengan kegiatan sanggar anak, anak terbentuk menjadi pribadi yang beriman melalui kearifan lokal atau nilai budaya tradisional. Kegiatan sanggar anak mampu mengangkat lokalitas tempat di mana anak tinggal. Kegiatan sanggar anak mampu mendidik anak untuk mencintai lingkungan hidupnya sebagai usaha membawa anak bersyukur dan mau memelihara ciptaan Tuhan. Kegiatan sanggar anak dapat menjadi katekese bagi anak-anak yang kontekstual dengan lingkungan hidupnya sekaligus menjadi tempat Gereja Lokal ber-evangelisasi (mewartakan Kabar Gembira). Sanggar anak dapat merangkul siapa saja termasuk umat beda agama.

B. Saran

1. Bagi pendamping sanggar anak:

Untuk menunjang kegiatan sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono, maka pendamping perlu melakukan usaha-usaha sebagai berikut:

a. Mengadakan pertemuan rutin bagi para pendamping sanggar anak se-Paroki Santo Thomas Rasul Bedono untuk bersama-sama membahas materi pendampingan iman anak yang kontekstual dengan daerahnya masing-masing sebagai upaya mempermudah sanggar anak dalam menentukan inkulturatif materi pendampingan iman anak.

b. Pendamping sanggar anak saling membagikan media yang dimiliki dalam sanggar sebagai upaya membentuk kesatuan sanggar anak yang harmonis di seluruh Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.

c. Pendamping semakin bersemangat dan tetap memelihara spiritualitas pendamping pendampingan iman anak walaupun ada orang tua dan umat yang kurang mendukung kegiatan sanggar anak.

2. Bagi Umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono:

Umat semakin terlibat dalam kegiatan sanggar anak, karena kegiatan sanggar anak mampu membawa Gereja semakin gembira dan nama Yesus semakin diwartakan. Anak adalah empu dari Kerajaan Surga, maka dari itu anak perlu diberikan tempat sebagai anggota Gereja yang utuh.

3. Bagi Program Studi Ilmu Pendidikan dengan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik:

Kampus IPPAK perlu mengembangkan matakuliah Pendidikan Iman Anak dengan cara belajar bersama sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul sebagai tambahan wawasan dan model pendampingan iman anak yang beracuan dengan budaya atau kearifan lokal dan alam ciptaan.

(163)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Amalorpavadas, D.S. (1972). Katekese Sebagai Tugas Pastoral Gereja. Yogyakarta: Pusat Kateketik.

Amin Susanto dkk. (2012). Minggu Gembira Panduan untuk Pembimbing

Sekolah Minggu. Yogyakarta: Kanisius.

Babin, Pierre. (1991). The New Era in Religious Communication. Minneapolis, USA: Fortress Press.

Benedictus XVI. (2007). “Anak-anak dan Media: Sebuah Tantangan untuk

Pendidikan”. Surat Gembala pada Hari Komunikasi Sosial se- Dunia ke 43, 20 Mei 2007.

Charis, Edwin. (2003). Menyusun Program Gerejawi bagi Pemula. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang. (2008). Nota Pastoral

Melibatkan Anak dan Remaja untuk Pengembangan Umat.

Muntilan: Dewan Karya Pastoral KAS 2008.

. (2014). Formatio Iman Berjenjang. Yogyakarta: PT Kanisius.

Fransiskus. (2014). “Komunikasi demi Melayani Perjumpaan Budaya

Sejati”. Surat Gembala pada Hari Komunikasi Sosial se-Dunia ke 48, 1 Juni 2014.

Hurlock, Elisabeth B. (1991). Psikologi Perkembangan Anak: Cetakan 1. Terj. Med Meitasari Tjadrasa. Jakarta: Erlangga.

Iswarahadi, Y.I. (1999). Metode Katekese Alternatif. Yogyakarta: Pusat Pastoral.

. (2002). Pendidikan Iman di Zaman Audiovisual. Yogyakarta: Pusat Pastoral.

. (2003). Beriman dengan Bermedia. Yogyakarta: Kanisius. . (2013). Sebuah Antopologi Komunikasi Media &

Pewartaan Iman Usaha Mencari Model Pewartaan Iman pada Zaman Digital. Yogyakarta: Kanisius.

Kadarmanto, Ruth S. (2005). Tuntunlah ke Jalan yang Benar, Panduan

Mengajar Anak di Jemaat. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014).

Pendidikan Agama Katolik Menjadi Murid Yesus SD Kelas II.

Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik Buku Informasi dan

Referensi. Yogyakarta: Kanisius.

Kountur, Ronny. D.M.S.,Ph.D. (2003). Metode Penelitian untuk Penulisan

Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM.

Mangunhardjana, A.M. SJ. (1986). Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius.

Mayeroff, Milton. (1993). Mendampingi untuk Menumbuhkan. Yogyakarta: Kanisius.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Paroki St. Thomas Rasul Bedono. (2015). Dinamika Komunitas Sanggar

Kegiatan. Kab. Semarang: Sanggar Anak Bedono

Pendampingan Calon Pendamping PIA. (2003). Menjadi Pendamping PIA

yang Berkualitas. Yogyakarta: FIPA-USD

Prasetya dkk. (2008). Dasar-Dasar Pendampingan Iman Anak. Yogyakarta: Kanisius.

Pusat Kateketik. (2002). Kursus Pendampingan Iman Anak Bagi Para Novis

dan Postulan Yogyakarta. Yogyakarta: IPPAK.

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan

Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

SAGKI. (2006). Bangkit dan Bergeraklah! Dokumentasi Hasil Sidang

Agung Gereja Katolik 2005. Jakarta: Obor.

Sugiarti, Maria Goretti AK. (1999). Pendampingan Iman Anak., Yogyakarta: FIPA – Universitas Sanata Dharma.

Suharsimi Arikunto. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suharyo, Mgr. Ignatius. (2009). The Catholic Way: Kekatolikan dan

Keindonesiaan Kita. Yogyakarta: Kanisius.

Sutrisno Hadi. (2004a). Metodologi Reaserch 1. Yogyakarta: Andi Offset. (2004b). Metodologi Reaserch 2. Yogyakarta: Andi Offset. Telaumbanua, Marinus. (2005). Ilmu Kateketik Hakikat, Metode, dan

Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.

Tim Pendamping Sanggar Anak Bedo No!. (2014). Presentasi Sanggar Anak di Paroki Sukorejo:”Membangun Rumah Tumbuh Iman Anak”, tanggal 6 April 2014.

Umar, Husein. (1998). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

van Beek, Aart. (2001). Pendampingan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Yohanes Paulus II. (1981). Anjuran Apostolik, Familiaris Consortio,

Peranan Keluarga Kristen Dalam Dunia Modern. Jakarta: KWI

. (1991). Catechesi Trandendae. Terj. R..Hardawiryana, SJ. Dalam Dokumen Gerejani. Jakarta: KWI.

2. Internet

Benie Varman. (2015). Sanggar Anak Sadang-Bedono.

https://www.youtube.com/watch?v=ni5wkAosjqQ. Diterbitkan

tanggal 17 Februari 2015, diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul 17.48 WIB.

eFKa. (2013). Kompasiana: Mandiri, Membumi, dan Lestari (Lustrum I

Paroki St. Thomas Rasul Bedono).

http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/08/mandiri-membumi-dan-

lestari-lustrum-i-paroki-st-thomas-rasul-bedono-616693.html. Diakses

tanggal 24 Februari 2015 pukul 15.25 WIB.

Fransiskus Kurniawan. (2013). Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS)

Paroki St. Tomas Rasul Bedono.

https://www.youtube.com/watch?v=hr1m8HseQ5c. Diterbitkan

tanggal 28 Oktober 2013, diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul 16.00 WIB.

. (2014). Salam Natal dari Bedo No!.

https://www.youtube.com/watch?v=PaWy56Behf8. Diakses pada

tanggal 24 Februari 2015 pukul 16.10 WIB.

. (2014). [Dongeng Bahasa Jawa] Pitulungane

Monggo-Festival Anak Sanggar Bedono 2014.

https://www.youtube.com/watch?v=FvQR-HNnzOo. Diterbitkan

tanggal 25 Februari 2014, diakses pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 16.20 WIB.

. (2014). Festival Anak Sanggar - Sanggar Anak

Sadang. https://www.youtube.com/watch?v=k3BhlV_rS4g. Diterbitkan tanggal 10 April 2014, diakses pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 16.27 WIB.

. (2014). Wayang Sayur oleh Sanak Sodong.

https://www.youtube.com/watch?v=MegTo6D8PoY. Diterbitkan

tanggal 4 April 2014, diakses pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 16.37 WIB.

. (2014). Festival Sanggar Anak - Reog Jaran

Blarak. https://www.youtube.com/watch?v=WtixW658Jjg. Diterbitkan tanggal 4 Maret 2014, diakses tanggal 25 Februari 2015 pukul 05.35 WIB.

. (2014). Pring Reketeg - Lustrum I Paroki

Bedono. https://www.youtube.com/watch?v=VTkzqIUxQLg. Diterbitkan tanggal 22 Februari 2014, diakses tanggal 23 Februari 2015 pukul 16.50 WIB.

. (2014). Perayaan HPS Sadang, Paroki St. Thomas

Rasul Bedono. https://www.youtube.com/watch?v=EzBCxJ4LC34. Diterbitkan tanggal 29 Oktober 2014 diakses tanggal 23 Februari 2015 pukul 17.13 WIB.

Sanak Sodong. (2014). Berbagi Cerita, Berbagi Bahagia.

http://sodonglestari.com/ . diakses tanggal 24 Februari 2015.

. (2014). Tidak Sekedar Membagi. http://sodonglestari.com/ . diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul 19:41 WIB.

. (2014). Festival Anak Sanggar BedoNo!.

http://sodonglestari.com/. Diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul

. (2014). Wayang Sayur Sanggar Anak Sodong.

http://sodonglestari.com/. Diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul

19.35 WIB.

Thomas Puji Ristanto. (2014). Suasana Latihan Sanggar Anak Sodong.

https://www.youtube.com/watch?v=qxP-ZTCLyUU. Diterbitkan

tanggal 13 Apr 2014 diakses tanggal 23 Februari 2015 pukul 19.05 WIB.

Triangle photography & videography. (2013). Sanggar anak Sadang,

Bedono. https://www.youtube.com/watch?v=zh3JxJ6SnhQ. Diterbitkan tanggal 20 Jun 2013 diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul 17.19 WIB.

(1)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (IPPAK) Jl. Ahmad Jazuli 2, Tromolpos 75 Yogyakarta 55002

Telp. (0274) 589035, 541642 – Fax (0274) 541641 Hal : Surat Permohonan Izin Pelaksanaan Penelitian

Yth. Rm. Patricius Hartono, Pr

Pastor Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang Di Bedono

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penelitian skripsi yang berjudul “Peranan Sanggar Anak terhadap Proses Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang”, saya,

Nama : Yustinus Tyasmanto

NIM : 111124003

Semester : VIII

Program Studi : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian dengan mengedarkan kuesioner kepada para pendamping sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono dengan tujuan mendapatkan data tentang peranan sanggar anak terhadap proses pendampingan iman anak.

Demikian surat permohonan saya, atas perhatian dan izin yang diberikan Pastor Paroki Santo Thomas Rasul Bedono saya ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, 2 Juni 2015

Pembimbing Skripsi, Pemohon,

Drs. Y.I. Iswarahadi, SJ, MA Yustinus Tyasmanto

Mengetahui, Kaprodi IPPAK USD

(2)