• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV.USULAN PROGRAM UNTUK PARA PENDAMPING

Lampiran 2: Materi Formasio Iman Berjenjang (2)

Formasio Iman Berjenjang

1) Pengertian Formasio iman Berjenjang

Formasio iman dilakukan dalam dua bentuk, yakni secara berjenjang dan kategorial. Formasio iman secara berjenjang artinya formasio iman dilaksanakan melalui tahap-tahap usia, mulai dari usia balita sampai lanjut usia. Formasio iman berjenjang dilaksanakan melalui jalur paroki, dengan alasan bahwa di paroki terdapat umat mulai dari anak-anak sampai lanjut usia, from the womb to the tomb (dari rahim hingga makam). Mereka semua berhak untuk mendapatkan pendampingan iman sepanjang hidupnya.

Formasio iman berjenjang adalah formasio iman yang integratif dan progresif. Integratif artinya ada kesatuan dan keutuhan antarjenjang. Pendampingan iman tidak hanya membutuhkan pendamping yang dapat mendampingi dalam jenjang tertentu, tetapi juga memahami arah pendampingan selanjutnya. Itu sebabnya pendampingan ini juga bersifar progresif yang berarti ada suatu langkah dan tahap yang lebih tinggi menurut jenjang usianya. Untuk membantu arah tersebut ketersediaan pendamping dan program pendampingan sangatlah penting.

Formasio iman berjenjang sangat memperhatikan aspek perkembangan psikologi dan perkembangan iman. Hal ini dapat membantu keberhasilan sebuah pendampingan. Setiap jenjang usia tentu memiliki karakteristik psikologi yang berbeda-beda, maka formasio iman berjenjang harus memperhatikan karakteristik pesertanya untuk menentukan metode maupun cara pendampingan.

2) Peranan Formasio iman

a) Peran Kerygmatis

Formasio iman berperan meneguhkan iman umat melalui pewartaan yang bersumber dari Kitab Suci. Formatio menjadi perwujudan dari pelayanan sabda bagi umat. Oleh sebab itu hidup seorang pendamping iman tidak lepas dari Kitab Suci. Ia menghidupi dan menggemakan Kitab Suci melalui pengajaran, pewartaan dan kesaksian hidupnya.

Formasio iman menegaskan perutusan Gereja untuk selalu mewartakan Injil. Bukan hanya Gereja yang menjalankan formatio, tetapi Allah yang melalui Gereja memberikan Sabda dan hidup-Nya. Kitab Suci menjadi media utama dalam formasio iman. Terhadap pewartaan, umat beriman diajak untuk memberikan tanggapan dengan bebas berupa penyerahan diri kepada Allah dan menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya (DV 5).

b) Peran Edukatif

Formasio iman bersifat mendidik orang untuk hidup menurut Injil dan ajaran Gereja. Orang yang telah beriman dididik agar berkembang imannya sampai memberi dampak bagi hidupnya. Oleh sebab itu pendidikan tidak hanya menyangkut aspek pengetahuan tetapi juga penghayatan dan pengamalan. Iman

(3)

anak perlu didampingi sebab mereka merupakan ujung tombak perkembangan Gereja. Gereja harus bertanggungjawab atas perkembangan iman mereka.

c) Peran Kuratif

Memelihara iman umat agar bertumbuh dan berkembang dengan menjalankan tugas Gereja yang meliputi pewartaan sabda (word), doa (worship), persekutuan, kesaksian, sharing (witness), dan pelayanan serta keterlibatan yang memberdayakan (welfare). Dalam kebersamaan, orang akan terpelihara dan terjaga pertumbuhan imannya serta terbukti dayanya. Iman tidak mungkin tumbuh tanpa dipelihara, dijaga, dipupuk melalui doa, membaca kitab suci, beribadat dan bersekutu.

d) Peran Transformatif

Membarui hidup atas dasar iman. Tidak hanya pengajaran (inform) tetapi mengubah (transform). Perubahan itu meliputi unsur kognitif, afektif dan operatif serta kreatif. Iman membantu orang menjadi kritis. Formasio iman mendorong orang untuk bertindak benar dan membawa kebaikan bersama. Formasio iman mengantar orang pada pertobatan yaitu perubahan hidup umat berdasarkan nilai- nilai injili. Ia semakin serupa dengan hidup Yesus baik dalam pikiran, kata dan perbuatan.

3) Tujuan Formasio iman

a) Kemuridan

Seseorang disebut murid jika tinggal dan hidup bersama gurunya. Dalam proses kebersamaan itu terjadilah proses belajar bersama, terdidik, tertempa dan terbentuk dalam pengetahuan, karakter, keterampilan dan seluruh kepribadian secara utuh. Kemuridan bukan sekadar peniruan (imitasi) terhadap gurunya. Pemuridan merupakan konsekuensi logis mengalami panggilan Allah dan campur tangan Allah dalam diri kita. Melalui formasio iman, kita disadarkan akan panggilan Yesus untuk berelasi dan tinggal bersama-Nya, belajar mengalami kehidupan-Nya sampai pada akhirnya diperbarui serta diutus melanjutkan karya- Nya.

b) Kedewasaan

Hidup sebagai anak Allah dimulai saat menerima sakramen baptis, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah “tetap di dalam Kristus, berakar dalam Dia, dibangun di atas Dia, bertambah teguh dalam iman dan bersyukur” (lih. Kol 2:6- 7). Pendewasaan berarti proses pertumbuhan dalam relasi dengan Kristus, mengambil bagian dalam kehidupan-Nya, nasib-Nya dan turut dalam perutusan- Nya. Formasio iman membantu orang mengalami pendewasaan iman. Iman yang dewasa membawa manusia kepada penghayatan kehadiran Yesus yang mendalam.

c) Kekatolikan

Kekatolikan mengandung unsur iman dan tradisi dengan mengimani dan menghayati tradisi rasuli yang diwujudkan dalam pengakuan, penghayatan doa

(4)

dan liturgi serta dalam tindakan kasih. Kekatolikan yang diharapkan menyangkut unsur informasi, hati dan misi. Keuskupan Agung Semarang membentuk diri umatnya dengan kesadaran akan kekatolikan yang dihayati secara cerdas (memahami dan menghayati serta pandai memperhitungkan keadaan dan siap menghadapi tantangan serta dapat mempertanggungjawabkan imannya), tangguh (sikap dalam menghadapi pergulatan hidup, Kristus menjadi keyakinannya, tujuan dan sebagai jalan hidupnya, jiwanya dan jalan keselamatannya. Dalam formasio iman, umat perlu dibimbing agar iman dimaknai positif dan ditempatkan sebagai sesuatu yang berharga), misioner (melibatkan diri dalam masyarakat dan bekerjasama dengan semua yang berkehendak baik untuk menegakkan keselamatan).

4) Aspek Formasio iman

Unsur hidup meliputi kognitif, afektif, dan operatif; dengan demikian aspek formation iman menyangkut empat unsur tersebut, yaitu:

a) Pengetahuan Iman

Pengetahuan iman merupakan cara untuk dapat mempertanggungjawabkan apa yang umat yakini. Pengetahuan iman sangat perlu untuk mencapai penghayatan iman yang lebih dalam.

b) Tradisi Katolik

Bukan sekedar praktik keagamaan tetapi pengalaman iman bersama jemaat kristiani dan kesatuan jemaat dalam Roh. Tradisi merupakan kenyataan yang hidup yang menyimpan pengalaman iman jemaat yang diterima, diwartakan, dirayakan, dan diwariskan dari Gereja Perdana sampai sekarang meliputi: sakramen, sakramentali, doa dan devosi, praktik hidup Katolik lainnya.

c) Moral Katolik

Sikap dan tindakan etis yang bersumber dari pengalaman iman dan berpijak pada Ajaran Sosial Gereja meliputi: dekalog (Sepuluh Perintah Allah), khotbah di bukit, keterlibatan sosial berdasarkan prinsip menunjung martabat manusia, solidaritas. Dengan penghayatan moral Katolik, manusia diajak untuk membangun sikap tobat terus menerus sebagai usaha nyata pembaruan hidup moral.

d) Menjemaat dan memasyarakat

Iman Gereja bukan melulu iman personal yang dihayati pribadi melainkan iman ekklesial yang dihayati bersama melalui perjumapaan yang saling memperkembangkan iman, Gereja sebagai bagian dari masyarakat luas maka harus terlibat di dalamnya. Keterlibatan itu diwujudkan dengan cara: persaudaraan sejati lintas batas, kerjasama dengan semua yang berkehendak baik dan melibatkan diri dalam tanggung jawab sosial serta berani bersikap kritis-profetis (menyuarakan kehendak Allah dalam realitas). Ajaran Sosial Gereja menjadi bahan yang memadai untuk mendasari keterlibatan dalam masyarakat.

(5)