• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOTA DINAS Nomor: TAN.03.01/142/DII.M.EKON.03/07/2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NOTA DINAS Nomor: TAN.03.01/142/DII.M.EKON.03/07/2022"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN AGRIBISNIS ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

PERKEBUNAN

NOTA DINAS

Nomor: TAN.03.01/142/DII.M.EKON.03/07/2022

Kepada Yth. : Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dari : Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan Hal : Penyampaian Laporan Kinerja Triwulan II Tahun 2022 Tanggal : 30 Juni 2022

Lampiran : 1 (satu) berkas

Tembusan : Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis

Menindaklanjuti nota dinas Bapak Kepala Biro Perencanaan Nomor AK.3.1- 168/SET.M.EKON.1/07/2022 Tanggal 7 Juli 2022, dengan hormat kami sampaikan laporan kinerja Triwulan II tahun 2022 Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan untuk dapat dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.

Demikian, atas perhatian dan arahan Bapak kami ucapkan terima kasih

Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan

Moch. Edy Yusuf

NIP 19700217 198912 1 001

(2)

A. Capaian Kinerja Triwulan II Tahun 2022

Hasil pengukuran kinerja Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan sampai dengan Triwulan II Tahun 2022 dapat ditampilkan pada Tabel 1, sebagai berikut:

Tabel 1. Ringkasan Capaian Kinerja Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan Triwulan I Tahun 2022

No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target 2022 Realisasi Triwulan

II

Capaian (%)

Perspektif: Stakeholder

1. Terwujudnya Kebijakan di Bidang Agribisnis

Perkebunan yang berkualitas

1.1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Sub Sektor Perkebunan

1,0 – 1,5% N/A N/A

1.2. Nilai Tukar Petani (NTP) Sub Sektor Tanaman Perkebunan Rakyat

105 127.30 121%

Perspektif: Internal Business Process 2. Terwujudnya Pelaksanaan

Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian di Bidang Pengembangan Agribisnis Perkebunan yang Efektif

2.1. Indeks Kualitas Koordinasi, Sinkronisasi dan Pengendalian di Bidang

Pengembangan Agribisnis Perkebunan

Baik

(3 dari 4) Baik (3 dari 4)

100%

2.2. Persentase

Penyelesaian Analisis Kebijakan Bidang Pengembangan Agribisnis Perkebunan

75% 55% 73.33%

Perspektif : Learning and Growth 3. Terwujudnya Tata Kelola

Asisten Deputi

Pengembangan Agribisnis Perkebunan yang Baik

3.1. Persentase ASN Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan yang Memenuhi Ketentuan Jam Pelajaran (JP) ASN

70% 50% 71,4%

Laporan Capaian Kinerja Triwulan II Tahun 2022

Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan

(3)

3.2. Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Asisten Deputi

Pengembangan Agribisnis Perkebunan

90% 69.42% 77,13%

Kinerja Asisten Pengembangan Agribisnis Perkebunan sampai dengan Triwulan II Tahun 2022 sebagaimana tercantum dalam ringkasan Tabel 1 dapat diuraikan sebagai berikut:

Pencapaian Sasaran Kegiatan 1: Terwujudnya Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Sub Sektor Perkebunan ditunjukkan oleh pencapaian satu indikator kinerja yaitu Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Sub Sektor Perkebunan.

Capaian indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Latar Belakang

PDB Sub Sektor perkebunan merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha di sektor Perkebunan yang dihitung dengan pendekatan produksi. Pertumbuhan PDB Sub Sektor perkebunan menunjukkan perubahan PDB Sub Sektor Perkebunan atas dasar harga konstan (ADHK) yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu yaitu tahun 2010 sebagai acuan.

Pertumbuhan PDB Sub Sektor perkebunan menjadi salah satu indikator kinerja Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan digunakan sebagai indikator yang menggambarkan capaian Pemerintah dalam melakukan upaya peningkatan nilai tambah barang dan jasa Sub Sektor Perkebunan. Hasil capaian tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi Pemerintah dalam mendorong kebijakan peningkatan produksi perkebunan.

Data PDB Sub Sektor Perkebunan dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) setiap triwulan dengan lag (jeda waktu) selama dua bulan per triwulan. Pertumbuhan PDB Sub Sektor perkebunan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan perkebunan dari tahun ke tahun (Y on Y) atau triwulan ke triwulan (Q to Q) atas dasar harga konstan.

B. Target Kinerja Tahun 2022

Pertumbuhan PDB Sub Sektor perkebunan pada tahun 2022 ditargetkan sebesar 1,0 – 1,5%, berbeda dibandingkan dengan target capaian pada tahun 2021 sebesar 1,0 – 1,5%, dengan realisasi sebesar 3,52%.

Penetapan target tahun 2022 tersebut didasarkan pada pertimbangan/asumsi dari realisasi tahun sebelumnya mengingat saat ini mulai masuk kepada masa pemulihan pandemic covid-19.

C. Hasil Pengukuran Kinerja

Hingga Triwulan II Tahun 2022, Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Sub Sektor Perkebunan sesuai dengan data di Badan Pusat Statistik bahwa data realisasi belum dirilis sesuai dengan ringkasan pada tabel berikut:

Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja IKU-1.1

Pertumbuhan PDB Subsektor Perkebunan

% 1,0 – 1,5 N/A N/A

Sasaran Kegiatan 1: Terwujudnya Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Sub Sektor Perkebunan

1

(4)

D. Narasi Capaian IKU

Berdasarkan data BPS (2022) berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami pertumbuhan tertinggi pada Q1/2022 sebesar 9,09 persen (q-t-q) dan pertumbuhan sebesar 1,16 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya (y-on-y). Pertumbuhan positif yang diperoleh oleh sektor pertanian salah satunya diperkuat dengan adanya hasil ekspor dari komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, kopi, karet, dan kelapa. Untuk komoditas kelapa sawit sendiri ditopang oleh adanya program pemerintah melalui Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) dan peningkatan harga sawit di pasar Internasional. PDB perkebunan yang baik ditopang oleh perbaikan harga komoditas internasional seperti kelapa sawit (21%), karet (18%), kopi (16%), dan kakao (11%). Secara umum PDB perkebunan dipengaruhi oleh komponen penyusun PDB dari yang paling berpengaruh ke yang kurang berpengaruh yaitu konsumsi rumah tangga (54%), ekspor (32%), dan investasi (12%).

Pada triwulan I tahun 2022 sub sektor perkebunan memiliki persentase kontribusi terbesar terhadap PDB Sektor Pertanian dibandingkan dengan subsektor lain yaitu sebesar 37,32 persen, diikuti oleh sub sektor tanaman pangan sebesar 28,59 persen, sub sektor peternakan 17,62 persen, sub sektor tanaman hortikultura 14,41 persen, dan terakhir oleh sub sektor jasa pertanian dan perburuan sebesar 2,06 persen.

Capaian Pertumbuhan PDB Pertanian pada Triwulan II baru akan dirilis pada Agustus 2022 namun melihat capaian kinerja pada Triwulan II tersebut dibandingkan dengan yang ditargetkan sebesar 1,0 – 1,5%, serta merujuk pada capaian triwulan-triwulan sebelumnya, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis optimis bahwa pertumbuhan relative perkebunan pada Triwulan I tahun 2022 bisa tumbuh lebih dari 1,0 – 1,5% karena persentase PDB relative perkebunan masih memberikan pertumbuhan positif seiring dengan pertumbuhan PDB pertanian.

Sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang tetap tumbuh di tengah masa pandemic covid-19 lalu, khususnya sub sektor perkebunan. Pemerintah berperan ikut serta berperan aktif dalam penguatan Agribisnis Kelapa Sawit melalui Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) dan Percepatan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Selain itu, peningkatan harga kelapa sawit serta peningkatan permintaan konsumsi komoditas perkebunan, daya beli, stabilitas harga (terutama kelapa sawit dan karet), sedang gencarnya investasi salah satunya dalam pabrik pengolahan industri gula dan komoditas berorientasi ekspor seperti kelapa sawit, karet kopi, kelapa, dan lain-lain serta volume ekspor minyak kelapa sawit ke beberapa negara yang diharapkan terus mengalami peningkatan.

(5)

E. Pelaksanaan Rencana Aksi TW II

Adapun rencana aksi yang telah dilaksanakan untuk mencapai target Triwulan II tahun 2022 adalah sebagai berikut:

No. Rencana Aksi TW II Status Keterangan

1. Rapat Dalam Rangka Program Kampanye Positif Kelapa Sawit

Terlaksana ▪ Rapat dihadiri oleh Kementerian/Lembaga dan stakeholders terkait kampanye positif kelapa sawit dimandang perlu membangun secara terpadu dan menjangkau semua segment secara massif dan berkesinambungan khususnya melalui pendiikan formal dan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan.

▪ BPDPKS dan GAPKI diharapkan dapat bekerja sama untuk memperbarui buku “Mitos dan Fakta Kelapa Sawit” sehingga dapat di share ke seluruh masyarakat.

2. Roundtable Discussion

“Dinamika dan

Perkembangan Terkini Terkait Minyak Sawit dan Minyak Nabati Lain di Uni Eropa”

Terlaksana ▪ Rapat dilaksanakan bersama K/L terkait dan mengundang narasumber Prof. Paganini dari University of Philadelphia and John Cabot University Rome, Italy.

▪ Prof. Paganini melalui paparannya menekankan bahwa saat ini adalah saat yang tepat bagi Indonesia untuk mengambil peranan sebagai leader dalam rangka penyediaan minyak nabati dunia. Terlepas dari isu domestik terkait kasus minyak goreng dan larangan ekspor produk CPO dan turunannya, eropa sangat membutuhkan minyak kelapa sawit karena kosongnya stok sunflower oil yang tidak dapat digantikan oleh minyak nabati lain seperti soybean oil, rapeseed oil, dll.

3. Rapat Koordinasi Pembahasan Penugasan Minyak Goreng Curah kepada BUMN

Terlaksana § Rapat dihadiri oleh beberapa perwakilan dari Kementerian-kementerian terkait, BUMN, serta asosiasi bahwa penugasan penyaluran Minyak Goreng Curah bersubsidi oleh perum BULOG/BUMN telah disampaikan oleh Menteri Perindustrian kepada Menteri BUMN melalui surat Nomor B/53/M-IND/III/2020 tanggal 31 Maret 2022.

§ Jalur distribusi Minyak Goreng Curah melalui perum BULOG/BUMN tetap menggunakan mekanisme umum/business to business.

Rapat Koordinasi Sekretariat

Komite Pengarah BPDPKS Terlaksana ▪ Rapat dilaksanakan bersama K/L terkait untuk membahas terkait Pungutan Ekspor CPO dan produk turunannya.

▪ Perubahan tarif PE mulai 1 Juni 2022 naik progresif US$5 (setiap harga CPO naik US $50 Tarif PE naik US$25 untuk produk Crude dan US$21 untuk produk turunan)

▪ Penerimaan PE naik menjadi Rp71,53T dengan saldo anggaran diperkirakan sebesar Rp32,02T.

Masih terdapat outstanding pembayaran insentif biodiesel tahun 2022 yang dipeerkirakan sebesar Rp12 T.

(6)

5. Rapat Koordinasi Kebijakan Pergulaan

Terlaksana ▪ Rapat dilaksanakan bersama K/L terkait dengan pembahasan terkait evaluasi kebijakan gula, pembangunan kebun tebu, kebijakan sistem beli putus, dan stabilisasi harga gula.

▪ Gula merupakan komoditas strategis yang menopang perekonomian nasional sehingga diperlukan jaminan keberlanjutannya baik melalui pemerhatian terhadap kesejahteraan petaninya maupun kebijakan investasi industri gula yang

sejalan dengan peningkatan luas kebun tebu.

6. Rapat Koordinasi Kebijakan Kelapa

Terlaksana ▪ Rapat dilaksanakan bersama K/L terkait dengan pembahasan meliputi kondisi perkelapaan Indonesia terkini serta mulai merancang badan pendanaan untuk mendorong kelapa Indonesia yang berkelanjutan.

▪ Kelapa merupakan salah satu komoditas perkebunan dengan kontribusi terhadap perekonian Indonesia secara signifikan. Kelapa merupakan komoditas leading sector yang jika di kelola dengan baik maka akan memengaruhi industry lain kearah yang lebih baik. Kelapa juga merupakan komoditas berorientas ekspor dengan banyak produk turunan. Namun saat ini produksi kelapa terus menurun yang diakibatkan luasan yang terus berkurang dan produktivitas yang menurun akibat kurangnya peremajaan sehingga peremajaan kelapa sangat dibutuhkan.

7. Indonesia Premium Coffee Expo & Forum 2022

Terlaksana § Sebagai komoditas perkebunan ketiga terbesar setelah sawit dan karet, tanaman kopi memiliki kontribusi terhadap PDB perkebunan sebesar 16,15%. Sebanyak 7,8 juta jiwa penduduk Indonesia menggantungkan hidup dari perkebunan kopi. Indonesia Premium Coffee Expo & Forum 2022 juga membidik perluasan pasar global dengan menjadikan pertemuan G-20 di Bali dan konferensi perubahan iklim COP-27 di Mesir 2022 sebagai rangkaian kegiatan. Hal ini akan memberikan manfaat bagi perluasan rantai nilai dan strategi pemasaran guna memperkuat

“Trade Mark” sekaligus meningkatkan penjualan kopi nasional ke manca negara.

(7)

F. Capaian Output Kegiatan

Realisasi output untuk pencapaian IKU Pertumbuhan PDB Sub Sektor Perkebunan sampai dengan Triwulan II Tahun 2022 adalah sebanyak dua paket rekomendasi atau mencapai 100% dari target output IKU Pertumbuhan PDB Sub Sektor Perkebunan. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

No Output Target Tahun

2022

Realisasi Triwulan I

% Capaian Output 1. Rekomendasi Kebijakan Pertumbuhan

PDB Sub Sektor Perkebunan

2 paket rekomendasi

2 paket

rekomendasi 50%

Adapun 2 (dua) paket rekomendasi kebijakan pertumbuhan PDB sub sektor perkebunan antara lain sebagai berikut:

1) Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Perkebunan

a. Rekomendasi tersebut dilakukan melalui koordinasi dengan beberapa Kementerian/Lembaga dan pemangku kepentingan terkait dalam rangka pelaksanaan kebijakan yang mendukung peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan.

b. Dengan diundangkannya PMK No.76 Tahun 2022 tentang 76/PMK.05/2022 tentang Perubahan Kedua PMK Nomor 191/PMK.05/2020 tentang Tarif Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, besaran tarif pungutan ekspor produk kelapa sawit, termasuk CPO dan produk turunannya ditetapkan berdasarkan harga referensi Kementerian Perdagangan dengan cut off perhitungan pungutan tarif tersebut adalah tanggal penerbitan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Dengan adanya perubahan ini diharapkan terjadi keseimbangan antara pengembangan subsistem hulu dan hilir industri sawit secara berkelanjutan yang kemudian memberikan dampak positif terhadap perekonomian dan PDB.

c. Dalam rangka meningkatkan produktivitas komoditas perkebunan, pemerintah melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang diharapkan menjadi program strategis dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas yang secara tidak langsung juga berperan dalam peningkatan kesejahteraan petani sawit rakyat dengan target 180.000 Ha di tahun 2022 dan target realisasi sebesar 500.000 ha selama tahun 2022-2022. Percepatan Program Peremajaan Sawit Rakyat telah dilaksanakan di 5 lokasi sentra melalui pertemuan koordinasi serta pemberkasan dokumen PKSP di masing-masing provinsi.

d. Strategi lain yang ditempuh untuk mendukung kebijakan peningkatan produksi dan produktivitas perkebunan melalui pemetaan lahan dan potensi produk tiap wilayah (One Village One Product), pengembangan kemitraan hulu dan hilir, akses pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), penerapan teknologi, serta kemudahan pembentukan koperasi petani/pekebun.

e. Pemerintah juga memberikan izin akses lahan hutan melalui Program Perhutanan Sosial yang diharapkan dalam pemanfaatan hutan maka dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan pekebun.

f. Pemberlakuan kebijakan sistem beli putus untuk meningkatkan produktivitas tebu petani maupun kualitasnya.

g. Pengevaluasian pertambahan luas kebun tebu seiring peningkatan investasi pabrik gula baru dan perluasan kebun tebu melalui kerjasama penggunaan lahan Perhutani.

(8)

2) Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Ekspor Perkebunan

a. Rekomendasi kebijakan peningkatan ekspor perkebunan dilakukan melalui upaya pemerintah dalam hal peningkatan daya saing produk perkebunan.

b. Beberapa program yang menjadi fokus pemerintah yaitu pembangunan logistik benih, peningkatan produksi dan optimalisasi lahan, peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM), kelembagaan ekonomi pekebun, inisiasi sistem Traceability dan Sustainability, digitalisasi dan e- commerce, serta transformasi ekspor.

c. Beberapa komoditas perkebunan yang memiliki daya saing tinggi adalah kelapa sawit, karet, kakao, kopi, dan kelapa. Selain itu, program yang masih terus didorong oleh pemerintah yaitu pengembangan produk kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan.

d. Kampanye positif sawit terutama baik kepada masyarakat dalam negeri dan dunia internasional penting dilakukan supaya nilai ekspor kelapa sawit dan produk turunannya tetap terjaga dan tetap memberikan konribusi positif bagi Perekonomian Nasional melalui peningkatan PDB Pertanian.

G. Faktor Keberhasilan Pencapaian Target

Untuk mendukung pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan melakukan koordinasi kebijakan, dukungan, serta kunjungan lapangan guna pencapain target, antara lain:

1. Melakukan survey atau kunjungan lokasi ke beberapa daerah yang menjadi sentra komoditas perkebunan.

2. Mengadakan Rapat Koordinasi dengan K/L atau mengadakan Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas pengembangan Agribisnis berbagai komoditas perkebunan (dari hulu ke hilir).

3. Melakukan diskusi dengan berbagai delegasi antar Kementerian/Lembaga sebagai upaya penyamaan pemahaman dalam mencapai target serta tindak lanjut setiap permasalahan sektor perkebunan.

H. Kendala Pencapaian Target

Selama tahun 2022, terdapat beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Adapun berikut beberapa kendala yang dihadapi dalam mencapai target tersebut:

1. Masih adanya pembatasan perdagangan internasional untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 yang dilakukan oleh beberapa negara importir sehingga membuat berkurangnya volume ekspor produk perkebunan (Kelapa Sawit, Karet, Kopi dll).

2. Adanya bentuk negative campaign (kampanye negatif) yang dilakukan oleh negara lain terhadap komoditas perkebunan Indonesia.

(9)

Pencapaian Sasaran Kegiatan 2: Tercapainya Kesejahteraan Petani ditunjukkan oleh pencapaian satu indikator kinerja yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat

Capaian indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Latar Belakang

Nilai Tukar Petani (NTP) Sub Sektor Tanaman Perkebunan Rakyat adalah perbandingan indeks harga tanaman perkebunan rakyat yang diterima petani tanaman perkebunan rakyat (It) terhadap indeks harga tanaman perkebunan rakyat yang dibayar petani tanaman perkebunan rakyat (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah tangga.

Angka NTP menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian dibandingkan dengan produk lain. Jika NTP > 100 berarti petani mengalami kondisi surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya dan pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya. Jika NTP = 100 berarti petani mengalami kondisi impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi, sehingga dapat dinyatakan pendapatan petani sama dengan pengeluarannya. Sedangkan jika NTP < 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya, dan dalam kondisi ini kesejahteraan petani turun karena pendapatan lebih kecil dari pengeluarannya. Atas dasar ini upaya produk spesialisasi dan peningkatan kualitas produk pertanian dapat dilakukan. Adapun data NTP dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Pemilihan NTP Perkebunan sebagai salah satu dari Indikator Kinerja Asdep Pengembangan Agribisnis Perkebunan adalah wujud dari peran Kemenko Perekonomian untuk memastikan kesejahteraan petani, meningkatkan semangat Petani/Pekebun dalam melakukan pengelolaan lahan perkebunan dengan baik dan berkelanjutan, sehingga terciptanya kedaulatan produk tanaman perkebunan rakyat yang berkualitas.

B. Target Kinerja Tahun 2022

Target kinerja NTP Sub Sektor Tanaman Perkebunan rakyat di tahun 2022 atau periode bulan Januari – Desember 2022 sebesar 105. Target kinerja dimaksud menunjukkan nilai jual produk perkebunan rakyat yang dihasilkan lebih besar daripada nilai yang dikeluarkan untuk produksi produk perkebunan. Faktor yang mempengaruhi penghitungan NTP, antara lain: (1) harga komoditas; (2) harga dan pasokan pupuk dan benih tanaman; (3) akses pembiayaan; dan (4) ketersediaan saprodi pertanian.

C. Hasil Pengukuran Kinerja

Hasil pengukuran kinerja Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan sampai dengan Triwulan II Tahun 2022 dapat ditampilkan pada tabel sebagai berikut:

Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja

IKU 2.1

NTP Perkebunan Rakyat Indeks 105 127,3 121

(Memenuhi ekspektasi) Sasaran Kegiatan 2: Tercapainya Kesejahteraan Petani Perkebunan

2

(10)

Pada tahun 2022 (April - Juni 2022), rata-rata NTP Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 127,30 atau mencapai 121% dari target Tahun 2022. NTP Sub Sektor Perkebunan Rakyat terus meningkat di Bulan April namun pada bulan Mei hingga Juni 2022 terlihat menurun seperti terlihat pada Tabel berikut:

Indikator Kinerja Utama 2022

Apr Mei Juni

NTP Tanaman

Perkebunan Rakyat 136,21 123,56 122,13

D. Narasi Capaian IKU

Berdasarkan data BPS (2022), rata-rata NTP Perkebunan Rakyat April s.d Juni 2022 sebesar 127,30.

Pada bulan Juni 2022 terjadi penurunan persentase NTPR sebesar 1,16 persen (m-to-m) yang disebabkan karena adanya penurunan Indeks Harga yang Diterima oleh Petani (It) sebesar 0,04 persen yang disebabkan oleh turunnya indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat khususnya komoditas kelapa sawit dan kelapa, namun untuk Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 1,14 persen yang disebabkan oleh kenaikan Indeks Kelompok KRT sebesar 1,35 persen dan Indeks Kelompok BPPBM sebesar 0,37 persen.

Meskipun begitu, secara rata-rata NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat berkontribusi paling besar terhadap pertumbuhan NTP Sektor Pertanian pada triwulan II tahun 2022.. Lima komoditas utama perkebunan penyumbang proporsi terbesar pada NTP perkebunan, yaitu kelapa sawit (26,54%), karet (26,37%), kopi (10,77%), kakao (7,87%), dan tebu (7,62%). Perubahan harga internasional terhadap 5 komoditas tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan petani perkebunan. Perubahan tahun dasar perhitungan NTP Perkebunan juga berpengaruh pada melonjaknya nilai NTP Perkebunan secara drastis. Semula tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2012 kemudian dirubah tahun dasarnya menjadi tahun 2018.

Hasil analisis ekonometrika dengan Vector Error Correction Model (VECM) menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi NTP Perkebunan pada jangka pendek adalah harga CPO pada 1 dan 2 periode sebelumnya (signifikan dan positif) dan suku bunga periode sebelumnya (signifikan dan negatif). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi NTP Perkebunan pada jangka panjang adalah harga CPO, harga karet, dan kurs rupiah (signifikan dan positif); serta harga kopi (signifikan dan negatif). Korelasi harga 5 komoditas utama perkebunan dengan NTP Perkebunan adalah berkorelasi kuat dengan harga komoditas CPO dan karet, berkorelasi sedang dengan harga komoditas gula dan kopi, serta berkorelasi lemah dengan harga komoditas kakao.

Berdasarkan hasil capaian Triwulan II tahun 2022, Asisten Pengembangan Agribisnis Perkebunan memperkirakan bahwa target Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) tahun 2022 dapat terpenuhi.

E. Pelaksanaan Rencana Aksi TW II

Adapun rencana aksi yang telah dilaksanakan untuk mencapai target Triwulan II tahun 2022 adalah sebagai berikut:

No. Rencana Aksi TW I Status Keterangan

1. Rapat Koordinasi Pembahasan terkait Kerjasama Kelapa Sawit Berkelanjutan

Terlaksana ▪ Rapat dihadiri oleh Kementerian/Lembaga dan stakeholders membahas terkait Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN KSB) Tahun 2019- 2024.

▪ Upaya pemberian instentif bagi pekebun merupakan langkah strategis dalam mendorong percepatan sertifikasi ISPO dan dapat memberikan kejelasan mengenai manfaat yang akan mereka peroleh melalui sertifikasi ISPO.

▪ Beberapa potensi insentif sebagai upaya percepatan sertifikasi ISPO bagi pekebun swadaya:

a. Sertifikasi ISPO yang dilakukan oleh petani swadaya dibiayai oleh APBN atau sumber dana lain seperti BPDPKS atau perusahaan mitra b. Jaminan terhadap keberterimaan pasar secara luas

dan posisi tawar hasil kebun

(11)

c. Memberikan added value pada hasil kebun seperti harga premium bagi minyak kelapa sawit yang berasal dari perkebunan tersertifikasi

d. Jaminan Good Agriculture Practices (GAP) termasuk didalamnya penerapan pemupukan, pestisida serta teknik pemanenan

3. Rapat Koordinasi Pembahasan Regulasi Industri Kelapa Sawit di Sepanjang Rantai Pasok

Terlaksana § Rapat dihadiri oleh Kementerian/Lembaga terkait yang membahas tentang regulasi-regulasi sepanjang rantai pasok industri kelapa sawit hulu-hilir.

§ Beberapa regulasi terkait saprodi antara lain:

a. Kebijakan Penguatan Kelembagaan PT RPN untuk Penyediaan Benih

b. Kebijakan Pupuk Subsidi c. Kebijakan KUR Khusus

d. Kebijakan Satu Peta (Penyelesaian Sawit dalam Kawasan Hutan)

e. Kebijakan PSR

f. Kebijakan Pembentukan BPDP

g. Kebijakan Moratorium Izin Perkebunan KS

§ Regulasi di tingkat petani:

a. Kebijakan Pembelian TBS Petani b. Kebijakan ISPO

§ Regulasi bagi PKS:

a. Pabrik Migor Kebijakan Subsidi Kebijakan SIMIRAH b. Pabrik Biodiesel

Kebijakan B30 c. Industri Oleokimia

Kebijakan Hilirisasi Sawit

d. Industri Pangan Fungsional dan Kosmetik Kebijakan Pangan

e. Perdagangan dan Ekspor Kebijakan DMO/DPO f. Organisasi Internasional

Pembentukan CPOPC 4. Indonesia Premium

Coffee Expo & Forum 2022

Terlaksana § Kopi mempunyai peran penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Sebagai komoditas perkebunan ketiga terbesar setelah sawit dan karet, tanaman kopi memiliki kontribusi terhadap PDB perkebunan sebesar 16,15%. Sebanyak 7,8 juta jiwa penduduk Indonesia menggantungkan hidup dari perkebunan kopi. Kondisi itu menjadikan Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ke-4 dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia.

§ Indonesia Premium Coffee Expo & Forum 2022 juga membidik perluasan pasar global dengan menjadikan pertemuan G-20 di Bali dan konferensi perubahan iklim COP-27 di Mesir 2022 sebagai rangkaian kegiatan. Hal ini akan memberikan manfaat bagi perluasan rantai nilai dan strategi pemasaran guna memperkuat “Trade Mark”

sekaligus meningkatkan penjualan kopi nasional ke manca negara.

(12)

No. Output Target Tahun 2022

Realisasi Triwulan I

% Capaian Output 1. Rekomendasi Kebijakan NTP

Tanaman Perkebunan Rakyat

2 paket rekomendasi

2 paket

rekomendasi 50%

Untuk mendukung pencapaian IKU NTP Tanaman Perkebunan Rakyat, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan melalui kegiatan koordinasi dan pengendalian kebijakan dengan Kementerian/Lembaga terkait, seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Luar Negeri, dan Badan Pusat Statistik, serta petani, asosiasi pelaku usaha komoditas untuk memastikan produksi dalam rangka stabilisasi harga, serta upaya meningkatkan nilai tambah produk petani perkebunan. Adapun 2 (dua) paket rekomendasi kebijakan NTP Tanaman Perkebunan Rakyat sampai dengan Triwulan I antara lain sebagai berikut:

2) Rekomendasi Kebijakan Stabilisasi Harga Komoditas Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Sasaran kebijakan dalam rangka stabilisasi harga komoditas tanaman perkebunan rakyat adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani perkebunan yang diukur melalui pendapatan petani perkebunan dan mendukung peningkatan produktivitas petani tanaman perkebunan rakyat.

b. Kebijakan stabilisasi harga komoditas tanaman perkebunan rakyat (khususnya karet dan kelapa sawit yang merupakan komoditas unggulan) diarahkan untuk mendorong inovasi, agribisnis dan agroindustri, investasi, dan konservasi lingkungan.

c. Dalam rangka stabilisasi harga karet, pemerintah melalui Kementerian/Lembaga terkait berkoordinasi untuk menggunakan produk aspal karet untuk mendongkrak harga karet rakyat.

d. Penguatan produktivitas perkebunan kelapa sawit dilakukan melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang secara beriringan diharapkan mampu meningkatkan produktivitas petani perkebunan.

e. Penerapan kebijakan sistem beli putus (SPT) tebu petani diharapkan dapat mensejahterakan petani tebu dan menjaga stabilitas harga gula pada harga yang wajar.

3) Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Petani melalui Optimalisasi Input Produksi

a. Sasaran kebijakan perlindungan petani melalui optimalisasi input produksi diperlukan untuk menjaga kesejahteraan petani/pekebun.

b. Hal ini ditunjukkan Pada Triwulan II tahun 2022 (April – Juni 2022), rata-rata NTP Perkebunan Rakyat sebesar 127,30 atau mencapai 121% dari target yang ditetapkan sebesar 105.

c. Kebijakan SPT tebu dapat memberikan perlindungan dan jaminan terhadap kesejahteraan petani tebu.

F. Faktor Keberhasilan Pencapaian Target

Terdapat beberapa faktor kunci yang mampu memberikan dukungan dalam proses tercapainya target kinerja yang telah ditetapkan, antara lain:

1. Terkendalinya produksi dan harga komoditas tanaman perkebunan rakyat (terutama kelapa sawit, karet, dan gula) selama pandemi Covid-19;

2. Selama memasuki masa PPKM, relatif tidak terjadi gejolak/fluktuasi harga yang signifikan baik di tingkat hulu maupun hilir.

(13)

G. Kendala Pencapaian Target

Sampai dengan Triwulan II Tahun 2022, terdapat beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi dalam mencapai target yang telah ditetapkan, antara lain:

1. Pembatasan kegiatan ekspor oleh negara-negara tujuan ekspor utama (importir) untuk mengurangi penyebaran Covid-19;

2. Harga dari beberapa komoditas tanaman perkebunan rakyat khususnya komoditas ekspor seperti kelapa sawit dan karet dalam negeri masih dipengaruhi/dikendalikan oleh harga di tingkat internasional.

3. Terbatasnya cash flow Pabrik Gula (PG) BUMN untuk melaksanakan kebijakan SPT sehingga pelaksanaanya baru sekitar 20% dari PG BUMN yang ada.

4. Kebijakan SPT dilapangan tidak berjalan sebagaimana mestinya, misalnya tebu petani dihargai lebih mahal oleh PG yang mendapatkan alokasi impor RS. Di satu sisi hal tersebut menguntungkan petani, namun disisi lain pembelian tebu dengan harga tinggi di atas harga SPT yang dikeluarkan Kementan dapat menjadi predatory pricing bagi PG lainnya khususnya PG BUMN sehingga dapat gulung tikar dan terjadi persaingan usaha yang tidak sehat.

5. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menyebabkan petani khususnya swadaya mengalami keterlambatan pengiriman hasil panen dan input produksi seperti pupuk.

(14)

Pencapaian Sasaran Kegiatan 3 yaitu tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Agribisnis Perkebunan yang Berkualitas ditunjukkan oleh pencapaian satu indikator kinerja yaitu: Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Agribisnis Perkebunan yang Diterima Deputi.

Capaian indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Latar Belakang

Rekomendasi kebijakan pengembangan agribisnis perkebunan yang diterima Deputi adalah rekomendasi kebijakan yang disampaikan oleh Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan yang disetujui oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis untuk ditindaklanjuti dalam bentuk regulasi/deregulasi, policy brief pada Rakortas/Rakornis, dan arahan/disposisi Deputi.

Rekomendasi kebijakan tersebut diperlukan untuk memastikan rekomendasi kebijakan bidang pengembangan agribisnis perkebunan yang disampaikan kepada Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis telah ditelaah dan dikaji secara mendalam serta dikoordinasikan dengan kementerian/lembaga dan stakeholder terkait serta implementatif untuk penyelesaian isu strategis di bidang pengembangan agribisnis perkebunan.

Persentase rekomendasi kebijakan bidang pengembangan agribisnis perkebunan yang diterima Deputi dihitung dengan menggunakan formula jumlah rekomendasi kebijakan bidang pengembangan agribisnis perkebunan dari Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan yang disetujui oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis untuk dilaksanakan/ditindaklanjuti dibagi dengan jumlah rekomendasi kebijakan bidang pengembangan agribisnis perkebunan yang diusulkan dikalikan 100%.

B. Target Kinerja Tahun 2022

Persentase rekomendasi kebijakan bidang pengembangan agribisnis perkebunan yang diterima Deputi pada tahun 2022 ditargetkan sebesar 100%.

C. Hasil Pengukuran Kinerja

Hingga Triwulan I Tahun 2022, Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Agribisnis Perkebunan yang Diterima Deputi yang telah terealisasi sebesar 75% dari target tahun 2022. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja IKU-3.1

Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Agribisnis Perkebunan yang Diterima Deputi

Persen 100 50 50%

Sasaran Kegiatan 3: Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Agribisnis Perkebunan yang Berkualitas

3

(15)

D. Narasi Capaian IKU

Berdasarkan persentase disposisi yang diterima Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan, 100% disposisi Deputi atas Nota Dinas laporan baik rapat maupun monitoring dan evaluasi yang disampaikan Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan disetujui oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis.

Berdasarkan hasil capaian Triwulan II tahun 2022, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan memperkirakan bahwa target persentase rekomendasi kebijakan Bidang Pengembangan Agribisnis Perkebunan yang diterima Deputi tahun 2022 dapat terpenuhi.

E. Capaian Output Kegiatan

Realisasi output untuk pencapaian IKU.3 Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Agribisnis Perkebunan Yang Diterima Deputi sampai dengan Triwulan II Tahun 2022 adalah sebanyak 11 (Sebelas) paket rekomendasi atau mencapai 100% dari target output IKU.3 Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Agribisnis Perkebunan Yang Diterima Deputi. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

No Output Target Tahun

2022

Realisasi Triwulan II

% Capaian Output

1

Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Komoditas Perkebunan yang Berkelanjutan

5 paket rekomendasi

5 paket

rekomendasi 50%

2

Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan

1 paket rekomendasi

1 paket

rekomendasi 50%

3

Rekomendasi Kebijakan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Sub Sektor Perkebunan

2 paket rekomendasi

2 paket

rekomendasi 50%

4. Rekomendasi Kebijakan Nilai Tukar Petani (NTP) Sub Sektor Tanaman Perkebunan Rakyat

2 paket

rekomendasi 2 paket

Rekomendasi 50%

5. Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Peremajaan Sawit Rakyat

1 paket

rekomendasi 1 paket

Rekomendasi 50%

(16)

1. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Komoditas Perkebunan yang Berkelanjutan (5 paket rekomendasi)

a. Rekomendasi Kebijakan Kelapa Sawit

i.

Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 44 Tahun 2022 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia yang mulai berlaku pada tanggal 12 Maret 2020.

Ketentuan ISPO yang tertuang dalam Perpres Nomor 44 Tahun 2020 merupakan penyempurnaan dari Permentan nomor 11 Tahun 2015 yang diharapkan dapat memberikan harapan baru bagi perbaikan tata kelola dan implementasi good agriculture practices perkebunan kelapa sawit indonesia.

ii. Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam terkait pengaplikasian tanaman sela “sawit- porang”, namun telah ada beberapa yang telah menerapkan porang sebagai tanaman sela di kebun sawit (baru berjalan sekitar 4-6 bulan) karena porang berpotensi sebagai sumber penghasilan alternatif bagi petani sawit (pada saat TBM) yang melakukan replanting.

b. Rekomendasi Kebijakan Karet

i. Platform Kebijakan Karet Berkelanjutan di tingkat International Tripartite Rubber Council (ITRC) berupa Global Platform for Sustainable Natural Rubber (GPNSR) yang disepakati;

ii. Softlaunching platform nasional karet alam berkelanjutan (SNARPI)

iii. Kebijakan AETS (Agreed Export Tonnage Scheme)/ pembatasan ekspor karet sehingga harga karet tetap remuneratif bagi petani;

iv. Kebijakan SMS (Supply Management Scheme)/ pembatasan suplai produksi karet dengan menetapkan luasan lahan yang boleh dilakukan masing-masing negara produsen setiap tahunnya sehingga harga tetap terjaga;

v. Kebijakan DPS (Demand Promotion Scheme)/ penyerapan produksi karet secara struktural dan masif melalui penyerapan dalam negeri di masing-masing negara;

vi. Rekomendasi kebijakan Task Force on Alternative Mechanisms to Solve Rubber Price Problem in Short Term Period pada level ANRPC (Association of Natural Rubber Producing Countries);

vii. Melakukan inisiasi Gerakan Karet Berkelanjutan pada level nasional yaitu SNARPI (Sustainable Natural Rubber Platform of Indonesia)

c. Rekomendasi Kebijakan Kopi

i. Kebijakan Kopi Indonesia yang berkelanjutan yang dikoordinasikan antara K/L terkait bersama SCOPI;

ii. Kebijakan rencana penyiapan kebun pembibitan (nursery) untuk tanaman perkebunan kopi sebanyak 3-5 lokasi dengan jumlah 10-20 juta bibit per lokasi dengan mengunjungi kebun pembibitan Kopo di Cempaka Wangi, Cianjur.

d. Rekomendasi Kebijakan Kakao

i. Kebijakan Kakao Indonesia yang berkelanjutan yang dikoordinasikan antara K/L terkait bersama CSP (Cocoa Sustainable Partnership);

ii. Kebijakan pupuk khusus dan pembiayaan KUR terkait komoditas kakao;

iii. Kebijakan hulu-hilir kakao berkelanjutan yang dapat diterapkan oleh Perusahaan Pengolahan Swasta yang berdampak pada petani kakao kecil.

(17)

e. Rekomendasi Kebijakan Tebu/Gula

i. Sinkronisasi Kebijakan Gula Nasional yang dikoordinasikan antara K/L terkait bersama Prospera;

ii. Kebijakan Nasional Gula yang berkelanjutan yang dikoordinasikan dengan berbagai K/L terkait bersama AGI (Asosiasi Gula Indonesia).

iii. Strategi Merumuskan Pergulaan Nasional bersama PERAGI (Perhimpunan Agronomi Indonesia) Institute serta melakukan tindak lanjut melalui Rapat Koordinasi bersama Kementerian BUMN dalam rangka Kebijakan Perluasan Lahan Tebu seluas 600 ribu ha menjajaki penggunaan lahan Pehutani.

iv. Mendukung pendirian Single entity (Sugar Co) dalam rangka mencapai swasembada gula yang akan melibatkan Indonesia Investment Authority (INA).

v. Kebijakan SPT tebu dan evaluasi pertambahan luas kebun tebu seiring dengan penambahan investasi baru PG.

f. Rekomendasi Kebijakan Kelapa Dalam

i. Kebijakan rencana penyiapan kebun pembibitan (nursery) untuk tanaman perkebunan kelapa dalam sebanyak 3-5 lokasi dengan jumlah 10-20 juta bibit per lokasi.

ii. Kebijakan korporasi petani kelapa dalam dengan mengupdate hasil kunjungan kebun pembibitan kelapa genjah di Lampung Selatan.

2. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan (1 paket rekomendasi) yaitu Rekomendasi Kebijakan Rencana Aksi Nasional Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN KSB).

Pada umumnya, sampai dengan semester II tahun 2022 ini setiap kementerian telah melaksanakan implementasi RAN KSB yang menjadi tugasnya. Beberapa kementerian/lembaga melaporkan telah mengalokasikan anggaran untuk kegiatan tahun 2022 seperti:

a. Bappenas bersama Kementerian Pertanian mengalokasikan anggaran untuk penerbitan 10.000 STD-B.

b. Kementerian Dalam Negeri sudah mengalokasikan anggaran di tahun 2022 untuk pembentukan Tim Pelaksana Daerah RAD KSB.

c. Kementerian Luar Negeri akan melanjutkan berbagai kegiatan dalam rangka advokasi dan diplomasi kelapa sawit di tahun 2022 seperti mengoptimalkan manfaat posisi Indonesia Middle East Forum ProPN; keanggotaan Indonesia dalam CPOPC untuk melawan diskriminasi melalui penjajagan tanggapan bersama kebijakan UE seperti kebijakan 3 MCPD; Pembahasan usulan Indonesia voluntary guidelines on sustainable vegetable oils terkait kontribusi minyak nabati dalam mendukung SDG’s.

3. Rekomendasi Kebijakan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Sub Sektor Perkebunan (2 paket rekomendasi)

a. Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Perkebunan

i. Rekomendasi tersebut dilakukan melalui koordinasi dengan beberapa Kementerian/Lembaga dan pemangku kepentingan terkait dalam rangka pelaksanaan kebijakan yang mendukung peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan.

ii. Dalam rangka meningkatkan produktivitas komoditas perkebunan, pemerintah melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang diharapkan menjadi program strategis dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas yang secara tidak langsung juga berperan dalam peningkatan kesejahteraan petani sawit rakyat dengan target realisasi sebesar 540.000 ha selama tahun 2020-2022.

(18)

iii. Strategi lain yang ditempuh untuk mendukung kebijakan peningkatan produksi dan produktivitas perkebunan melalui pemetaan lahan dan potensi produk tiap wilayah (One Village One Product), pengembangan kemitraan hulu dan hilir, akses pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), penerapan teknologi, serta kemudahan pembentukan koperasi petani/pekebun.

iv. Pemerintah juga memberikan izin akses lahan hutan melalui Program Perhutanan Sosial yang diharapkan dalam pemanfaatan hutan maka dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan pekebun.

Rakor Evaluasi Perkembangan PDB Subsektor Perkebunan Rapat membahas terkait perkembangan PDB di Subsektor Perkebunan. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia mengalami penurunan secara keseluruhan di tahun 2020 akibat dari pandemi Covid-19. Sektor Pertanian merupakan sektor yang paling tangguh, mengalami pertumbuhan serta masih dapat berkontribusi sebesar 13,7% dari PDB nasional dan mengalami pertumbuhan sebesar 1,75%

dibandingkan tahun 2019. Strategi dalam mendongkrak PDB subsektor perkebunan telah disusun pemetaan strategi dan penentuan kebijakan prioritas yang diolah berdasarkan multiplier effect yang dihasilkan dari data hasil olahan input/output yang bersumber dari BPS tahun 2020. Pada hasil pengolahan ini ditentukan komoditas mana yang memiliki sensitivitas lebih baik dibandingkan dengan komoditas lain. Sensitivitas ini menentukan perbandingan pengaruh yang dihasilkan ketika komoditas tersebut mendapatkan insentif yang sama dengan koomoditas lainnya. Sehingga dapat dipetakan prioritas komoditas perkebunan untuk dikembangkan.

b. Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Ekspor Perkebunan

i. Rekomendasi kebijakan peningkatan ekspor perkebunan dilakukan melalui upaya pemerintah dalam hal peningkatan daya saing produk perkebunan.

ii. Beberapa program yang menjadi fokus pemerintah yaitu pembangunan logistik benih, peningkatan produksi dan optimalisasi lahan, peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM), kelembagaan ekonomi pekebun, inisiasi sistem Traceability dan Sustainability, digitalisasi dan e-commerce, serta transformasi ekspor, perubahan regulasi pungutan ekspor sebagai bentuk jaminan kepastian bertransaksi.

iii. Beberapa komoditas perkebunan yang memiliki daya saing tinggi adalah kelapa sawit, karet, kakao, kopi, dan kelapa. Selain itu, program yang masih terus didorong oleh pemerintah yaitu pengembangan produk kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan (renewable energy).

4. Rekomendasi Kebijakan Nilai Tukar Petani Sub Sektor Tanaman Perkebunan Rakyat (2 paket rekomendasi)

a. Rekomendasi Kebijakan Stabilisasi Harga Komoditas Tanaman Perkebunan Rakyat

i. Sasaran kebijakan dalam rangka stabilisasi harga komoditas tanaman perkebunan rakyat adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani perkebunan yang diukur melalui pendapatan petani perkebunan dan mendukung peningkatan produktivitas petani tanaman perkebunan rakyat.

ii. Kebijakan stabilisasi harga komoditas tanaman perkebunan rakyat (khususnya karet dan kelapa sawit yang merupakan komoditas unggulan) diarahkan untuk mendorong inovasi, agribisnis dan agroindustri, investasi, dan konservasi lingkungan.

iii. Dalam rangka stabilisasi harga karet, pemerintah melalui Kementerian/Lembaga terkait berkoordinasi untuk menggunakan produk aspal karet untuk mendongkrak harga karet rakyat.

iv. Penguatan produktivitas perkebunan kelapa sawit dilakukan melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang secara beriringan diharapkan mampu meningkatkan produktivitas petani perkebunan.

(19)

b. Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Petani melalui Optimalisasi Input Produksi

i. Sasaran kebijakan perlindungan petani melalui optimalisasi input produksi diperlukan untuk menjaga kesejahteraan petani/pekebun.

ii. Hal ini ditunjukkan Pada tahun 2022 (Januari-Juni 2022), rata-rata NTP Perkebunan Rakyat sebesar 130,37 atau mencapai 124% dari target Tahun 2022 yang ditetapkan sebesar 105.

5. Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Peremajaan Sawit Rakyat (1 paket rekomendasi) yaitu Rekomendasi Kebijakan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).

i. Monitoring dan evaluasi progress Program Peremajaan Sawit Rakyat yang dilaksanakan bersama dengan Kementerian/Lembaga terkait dalam rangka meningkatkan Tandan Buah Segar (TBS) dan Crude Palm Oil (CPO).

ii. Relaksasi untuk dapat lebih fleksibel jika diperlukan untuk pindah lokasi baik antar Provinsi maupun Kabupaten.

iii. Tahun 2020 sudah dilakukan simplifikasi persyaratan menjadi 2 syarat yaitu: (i) kelembagaan pekebun dan (ii) legalitas lahan menggunakan aplikasi online dan diverifikasi oleh tim terintegrasi (Pusat, Provinsi dan Kabupaten), namun yang terjadi di lapangan tetap diminta KTP, rekening Bank, STDB dan CP/CL sebagai kelengkapan persyaratan lainnya. Berkenaan dengan hal tersebut diminta kepada Kementerian Pertanian (Kementan) c.q. Ditjen Perkebunan untuk konsisten dengan ketentuan syarat utama Rekomtek yakni 2 syarat dimaksud. Untuk kelengkapan lainnya dapat diusulkan atau paralel dilengkapi oleh Ditjen Perkebunan setelah Rekomtek diterbitkan.

Sedangkan dokumen yang sudah disiapkan oleh pihak ke-3 (surveyor) dapat langsung disetujui Kementan untuk diterbitkan Rekomtek.

iv. Sebagai tindak lanjut arahan Menko Perekonomian untuk mensosialisasikan program PSR kepada Pekebun di lokasi sekitar Perkebunan Anggota GAPKI, telah terdata sebanyak 203 Kelompok Tani (Poktan) yang sudah mendapatkan dana PSR namun belum mempunyai perusahaan Mitra.

Untuk hal tersebut perlu dilakukan upaya sebagai berikut:

a. GAPKI akan segera melakukan identifikasi areal dan mendorong anggota GAPKI untuk menjadi mitra di lokasi wilayah perkebunannya untuk membantu petani melaksanakan replanting.

b. Untuk mempercepat PT SI dalam menyiapkan calon-calon lokasi replanting, dapat dilakukan melalui komunikasi langsung dengan mitra-mitra perusahaan perkebunan dan menyiapkan dokumen Rekomtek yang diperlukan.

c. Sebagai inisiasi awal, PT Sinar Mas akan memulai di lokasi wilayah Kalimantan Selatan dan bekerjasama dengan PT SI untuk menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk Rekomtek.

d. BPDPKS memfasilitasi dengan segera para Poktan dimaksud dengan Mitra potensial sebagai Mitra Poktan.

e. Melaksanakan rapat koordinasi secara berlanjut sebagai upaya untuk percepatan pelaksanaan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) seperti bersama para pelaku indutri kelapa sawit Indonesia dan pihak perbankan untuk melakukan pembahasan terkait skema pembiayaan yang akan dilakukan. Dana BPDPKS sebesar 30 juta rupiah tidak dapat dijadikan sebagai jaminan individu melainkan digunakan sebagai biaya untuk pembukaan lahan dan tahap selanjutnya dapat dilakukan dnegan peminjaman melalui KUR dan pinjaman komersial.

F. Faktor Keberhasilan Pencapaian Target

Terdapat beberapa faktor kunci yang mampu memberikan dukungan dalam proses tercapainya target kinerja yang telah ditetapkan, antara lain:

1. Kerjasama yang baik dengan K/L terkait dalam melakukan koordinasi sehingga dapat diperoleh rekomendasi kebijakan yang efektif

2. Terdefinisinya target yang akan dicapai dengan jelas sehingga dapat dilaksanakan serangkaian kegiatan koordinasi yang sesuai dan tepat sasaran.

3. Banyaknya permasalahan dalam kaitannya dengan komoditas perkebunan yang dihadapi oleh K/L terkait perlu diselesaikan sehingga koordinasi dan sinkronisasi dapat dilakukan dengan terarah dan baik.

(20)

G. Kendala Pencapaian Target

Sampai dengan Triwulan II Tahun 2022, terdapat beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Adapun berikut beberapa kendala yang dihadapi dalam mencapai target tersebut:

1. Kondisi masa pemulihan pandemi Covid 19 membuat pergerakan atau mobilitas menjadi terbatas.

2. Keterbatasan jumlah Sumber Daya Manusia yang tersedia di Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan.

3. Diberlakukannya pembatasan perdagangan internasional untuk mengantisipasi penyebaran Covid 19 yang dilakukan oleh beberapa negara tujuan ekspor komoditas perkebunan Indonesia membuat menurunnya volume ekspor.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi (R²), sehingga diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,753 hal ini berarti variabel independen yang terdiri dari

November 2015, tiga dari lima subsektor pertanian mengalami kenaikan NTP yaitu NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 1,99 persen dari 94,93 menjadi 96,82, NTP Subsektor

Rekomendasi kebijakan hortikultura yang diterima Deputi adalah rekomendasi kebijakan yang disampaikan oleh Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura yang

Rekomendasi kebijakan perkebunan yang diterima Deputi adalah rekomendasi kebijakan yang disampaikan oleh Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan yang

Peningkatan usaha melalui model bisnis klaster padi dilakukan dengan menyusun kriteria penentuan lokasi klaster bisnis padi dan melakukan kunjungan lapang ke

Peningkatan usaha melalui model bisnis klaster padi dilakukan dengan menyusun kriteria penentuan lokasi klaster bisnis padi dan melakukan kunjungan lapang ke

TANANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN 02 01 19 30 Pengembangan Tanaman Perkebunan - Pertumbuhan

Balai Proteksi Tanaman Perkebunan dalam mendukung kebijakan pembangunan perkebunan adalah BPTP Pontianak menetapkan kebijakan sebagai berikut: melakukan pengembangan