25 BAB II
KAJIAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Pustaka
1.1.1 Tinjauan Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial merupakan sebuah kehidupan yang didalamnya terdapat komponen – komponen yang mendukung dan menjadikan kehidupan disebut sebagai kehidupan sosial, komponen tersebut antara lain adalah unsur sosial dan kemasyarakatan yang dijalani oleh individu ketika melakukan proses dan pola kehidupan sosialnya. Kehidupan sosial dapat dikatakan sebagai sebuah kehidupan yang terdapat unsur sosial, adalah ketika didalam kehidupan tersebut terdapat sebuah pola interaksi yang dilakukan oleh individu satu dan lainnya.
Kehidupan sosial memiliki unsur yang terdapat didalamnya anatara lain adalah kontak interaksi antara individu satu dan lainnya, terdapat bentuk komunikasi atau pola interaksi lain yang dijalankan dan dilakukan oleh individu ketika melakukan kehidupan sosial di wilayah atau lingkungan kehidupannya.
Selain itu dengan terjadinya kontak dan pola interaksi antara individu satu dan lainnya, yang dimana hal tersebut dilakukan entah secara komunkasi langsung atau tidak maka akan terdapat sebuah rasa ketergantungan dan membutuhkan antara satu dan lainnya.
Kehidupan sosial merupakan sebuah komponen keseharian yang didalamnya terdapat salah satunya adalah pola interaksi sosial, ketika kehidupan sosial terjadi antara individu satu dan lain maka didalamnya adalah terdapat interaksi yang dilakukan entah interaksi tersebut dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Interaksi sosial sendiri merupakan sebuah hubungan yang dilakukan secara timbal
26
balik oleh individu satu dan lainnya, sehingga hasil dari interaksi tersebut terjadi sebuah pengaruh antara individu dengan kelompok atau kelompok lainnya sehingga menjadi sebuah kesinambungan (Sarwono dan Meinarno, 2015 : 05).
Melihat penjelasan kehidupan sosial bahwa didalamnya terdapat individu satu dan lainnya yang memiliki kepentingan dan kesinambungan, dikarenakan interaksi yang dilakukan antara individu satu dan lainnya. Pada dasarnya masyarakat adalah sebuah kumpulan dari indivdiu dan manusia, yang didalamnya sendiri memiliki kepentingan Bersama yang harus dicapai Bersama dikarenakan interaksi yang dilakukan Bersama. Maka dapat dikatakan kehidupan sosial didalamnya terdapat banyak perilaku dan pola interaksi yang berkaitan, dan juga memiliki tujuan ketika dilakukan dalam proses menjalani kehidupan sosial.
Melalui kehidupan sosial didalamnya terdapat komponen ekonomi, industry dan juga sektor lain yang terbentuk dikarenakan hubungan interaksi, dengan begitu dapat dipahami bahwa kehidupan sosial didalamnya memiliki kompleksitas interaksi yang banyak. Selain itu juga terdapat individu yang menjalani kehidupan berbeda dengan tujuan yang individu tersebut hendak capai dan tuju, ketika menjalani interaksi sosial dengan individu lain maka terdapat sebuah kehidupan sosial tersendiri yang dikehendaki dan diinginkan oleh individu.
1.1.2 Tinjauan Mahasiswa
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perrguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa. Makna dari mahasiswa pada dasarnya tidak sesempit itu. Terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi atau
27
Universitas hanyalah sebagai syarat administratif menjadi seorang mahasiswa, tetapi menjadi mahasisiwa mengandung pengertian lebih luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri (Santoso, 2012 :30).
Mahasiswa sendiri identik dengan individu yang telah atau sedang menjalani aktifitas pendidikan atau studinya disebuah tempat perguruan tinggi, entah perguruan tersebut Universitas, Institusi, Politeknik, dan juga jenjang yang sejajar lainnya. Dimana disebut sebagai mahasiswa adalah ketika dan sedang dalam kondisi aktif menjalani kegiatan pembelajaran di sebuah perguruan tinggi dengan berbagai fokus atau jenjang program studi yang dipilih setiap mahasiswa berbeda berdasarkan tempat pendidikan yang ditujunya.
Mahasiswa adalah orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana. Sementara itu dapat dipahami juga mahasiswa adalah seorang yang sudah lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan sedang menempuh pendidikan tinggi.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa adalah orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi (Daldiyono, 2009:15).
Berdasarkan uraian diatas yang menjelaskan beberapa penjelasan mengenai mahasiswa dapat ditarik kesimpulan atau secara garis besar bahwa mahasiswa merupakan seorang peserta didik dengan usia 18 hingga 25 tahun, yang dimana terdaftar dan menjalani kegiatan pendidikannya di perguruan tinggi baik itu Politeknik, Institut, Universitas. Dengan tujuan dapat mempersiapkan diri untuk mendapatkan kejuruan dan juga keahlian dalam tingkat sarjana, mahasiswa
28
diidentikan oleh golongan intelektual yang dicap sebagai penerus bangsa dan mampu bersaing serta memiliki prestasi.
Mahasiswa kerap kali dianggap sebaagai kaum intelektual atau kaum cendikiawan oleh masyarakat, gabungan antara kesadaran akan amanah dari rakyat untuk Indonesia yang lebih baik dan kesempatan menjadi kaum intelektuallah yang bisa menjadi kekuatan hebat untuk menjadikan Indonesia hebat. Selain itu mahasiswa adalah aset yang sangat berharga. Harapan tinggi suatu bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi penerus yang memiliki loyalitas tinggi terhadap kemajuan bangsa terutama dalam dunia pendidikan.
1.1.3 Ciri – Ciri Mahasiswa
Mahasiswa memiliki ciri – ciri yang dapat dilihat dengan ciri tertentu, mahasiswa jugalah bagian dari kehidupan masyarakat, berikut penjelasan ciri – ciri dari mahasiswa yaitu :
- Memiliki kemampuan dan juga kesempatan untuk mengembangkan ilmu di perguruan tinggi dan menempuh pembelajaran sebagai golongan intelektual
- Memiliki harapan dapat memasuki dunia kerja yang lebih professional dan berkualitas
- Menjadi daya penggerak di kehidupan masyarakat dan juga perkembangan jaman karena memiliki kualitas pengetahuan
- Memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin dan juga keterampilan dalam memimpin masyarakat dan dalam dunia kerja.
29 1.1.4 Tinjauan Purel
Purel sendiri merupakan sebuah istilah yang ada dan umum disebutkan oleh
masyarakat dimana memiliki pengertian adalah perempuan panggilan, dimana pada umumnya mereka bekerja dan ada di tempat – tempat hiburan malam, seperti diskotik, karaoke dan juga tempat hiburan malam lainnya. Pekerjaan sebagai seorang perempuan panggilan yang pada umumnya memiliki tugas untuk menemani pelanggan yang menyewanya untuk menemani bernyanyi dan juga untuk menemani ketika di tempat hiburan malam tersebut, disini mereka para purel memiliki pengatur atau pengelolanya.
Pemandu lagu atau dengan nama lain purel tersebut memiliki tugas yaitu untuk menemani, memandu, memberikan hiburan dan juga menyediakan minuman atau music yang hendak dinyanyikan oleh pelanggan. Pemandu lagu atau purel selalu identik dengan perempuan panggilan dengan paras cantik dan tubuh seksi, selain itu saat ini purel tidak hanya memiliki tugas untuk menemani ketika bernyanyi di tempat karaoke saja, akan tetapi terdapat beberapa perkembangan pekerjaan seperti menemani tidur, menemani kencan hingga menerima beberapa panggilan dari para konsumen atau pelanggannya (Aprizal, 2017).
Purel atau pemandu karaoke memiliki stiga negatif di masyarakat dan juga
identik dengan pekerjaan yang ada di tempat – tempat hiburan malam, meskipun pandangan orang awam mengenai dunia hiburan malam adalah identik dengan kegiatan mabuk, obat – obatan dan juga sex diluar nikah, akan tetapi disini perempuan yang bekerja sebagai purel tersebut tidak semerta melayaninya begitu saja. Terdapat kesepakatan yang harus dicapai sebelumnya dengan germo atau si purel itu sendiri terkait pelayanan apa yang diberikan kepada para pelanggannya
30
karena mereka berbeda dengan pekerja seks komersial (Kartono dan Ambarwati, 2012).
Pemandu karaoke atau purel tidak seluruhnya ada disemua tempat karaoke karena pada biasanya tempat karaoke keluarga tidak menyediakan pemandu lagu seperti purel tersebut. Konteks pemandu lagu yang dimaksud dengan purel sendiri ada ditempat – tempat karaoke yang lebih bebas, karena pada dasarnya mereka memiliki tugas untuk memandu dan menemani pelanggan tidak hanya untuk bernyanyi saja, akan tetapi terdapat kegiatan menghibur lain seperti menemani minum, menyediakan lagu dan juga menemani berkencan.
Sekarang ini seorang pemandu karaoke sudah banyak berkembang berubah dari perkerjaan biasanya. Banyak sekali tempat tempat karaoke apalagi di kota besar seorang pemandu karaoke biasa merangkap pekerjaannya selain melayani pelanggan untuk bernyanyi, seperti diajak kencan oleh pelanggannya. Seorang pemandu karaoke identik dengan pakaian yang ketat dan seksi menarik perhatian pelanggan. Pakaian serba mini dan dandanan yang syur tentu akan menggoda mata melihat, Apalagi bila menemani bernyanyi dan bergoyang bersama.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pekerja pemandu karaoke adalah seseorang yang sengaja dan terencana melakukan kegiatan berupa pemberian arahan kepada seseorang atau beberapa orang yang menyanyikan lagu dengan diiringi musik dan syair yang muncul di layar dan melayani tamu hingga puas. Para wanita pemandu karaoke, selain menjadi wanita pemandu karaoke ada beberapa yang berprofesi ganda seperti mahasiswa dan pegawai. Yakni dalam menjalani kehidupannya dia berperilaku dan bersosialisasi layaknya seperti tuntutan atau profesi diluar sebagai wanita pemandu karaoke.
31 1.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dari penelitian ini mengenai Back Stage dan Front Stage Mahasiswa yang Bekerja Sebagai Pemandu Lagu Karaoke di Kota Malang, dalam jalannya peneliti mencoba menggunakan penelitian terdahulu sebagai referensi dalam memenuhi dan juga melakukan penelitian ini, berikut 5 Jurnal Penelitian yang dijadikan refernsi dalam jalannya penelitian :
Tabel 2.1 Jurnal Penelitian
No. Judul dan Penulis Hasil Penelitian Relevansi 1. Moral Disengagement
pada Pemandu Karaoke yang Berprofesi sebagai PSK terselubung.
Renna Ginanjar, Agung Wanodya. Departemen Psikologi dan Sosial, Fakultas Psikologi.
Jurnal Psikologi
Kepribadian dan Sosial, Volume 06, tahun 2017.
Hasil akhir dari penelitian ini adalah kedua pemandu karaoke yang bekerja sebagai pekerja seks komersial terselubung menunjukan perilaku yang
menimbulkan terbentuknya
moral disengagement.
Kedua partisipan melakukan tujuh perilaku, tetapi partisipan yang
berlatar belakang sakit hati lebih banyak melakukan perilaku antisosial yang menimbulkan
moral disengagement.
Pendapat baru penelitian ini yaitu kedua
partisipan tidak memunculkan adanya perilaku dehumanization pada dimensi empathy dan moral identity
Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu adalah
pertama menggunakan metode kualitatif, kedua adalah permasalahan yang serupa mengenai pemandu lagu, dan terakhir adalah Teknik pengumpulan data.
Sedangkan perbedaan antara
penelitian ini yaitu adalah Teknik Analisa data yang
32
digunakan serta sasaran hasil
penelitian yang berbeda.
2. Hubungan Self- Esteem Terhadap Perilaku
Mengkonsumsi
Minuman Keras pada Wanita Pemandu Lagu.
Triana Arisdiani, Yuni Puji. Program Studi Ners, Jurnal
Keperawatan, Volume 05 no 1, Mei tahun 2017
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan self esteem dengan perilaku mengkonsumsi minuman keras pada Pemandu Lagu (PL) di tempat-tempat karaoke.
Semakin self esteem pemandu lagu baik, maka semakin terhindar dari perilaku
mengkonsumsi minuman keras.
Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti variabel-variabel lain yang berkontribusi dengan perilaku Pemandu Lagu (PL) mengkonsumsi minum minuman keras melalui metode yang berbeda.
Persamaan antara penelitian terdahulu disini dengan penelitian sebelumnya adalah pertama menggunakan metode jenis penelitian deskriptif, dan kedua
pembahahasan mengenai pemandu lagu.
Perbedaan yang terdapat adalah metode penelitian yang digunakan adalah korelasional dan juga pendekatan populasi yang berbeda, Analisa data yang
digunakan dalam
mengolah data hasil
penelitian juga berbeda.
3. Rumah Bernyanyi Sebagai Sarana Penyimpangan Sosial
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab adanya persepsi
Persamaan yang terdapat antara
penelitian
33 Sulfasyah, Masud
;Ibrahim. Jurnal
Equilibrium Pendidikan Sosiologi, Volume 04 no 1 Mei tahun 2016.
masyarakat tentang rumah bernyanyi ini adalah karena adanya dampak yang dirasakan oleh masyarakat
sehingga mereka mengeluarkan
tanggapannya baik itu tanggapan persepsi positif maupun tanggapan persepsi negatif. Adapun dampak yang ditimbulkan
selain memiliki dampak negatif juga memiliki dampak positif adanya rumah bernyanyi, salah satu dampak negatifnya adalah pengunjung sering mengganggu ketenangan
masyarakat sekitar dengan cara mabuk- mabukan, dan adapun dampak positifnya memberikan
penghasilan kepada tukang parkir dan pekerja rumah
bernyanyi tersebut dan bisa pula di jadikan tempat hiburan untuk menghilangkan stress.
terdahulu dan juga
penelitian sekarang ini adalah
menggunakan metode penelitian kualitatif dan juga
permasalahan penelitian yaitu mengenai Pemandu lagu karaoke.
Perbedaan yang terdapat adalah jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, dan juga teori dalam menganalisa yang
digunakan adalah fungsionalis sedangkan penulis menggunakan dramaturgi.
4.
Dramaturgi
Mahasiswa Pelaku Hubungan Seksual di Luar Nikah.
Aris Martiana,
Pendidikan Sosiologi, Jurnal Ilmu – Ilmu Sosial, Volume 13 no 02 tahun 2016.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam
permainan peran informan memiliki wilayah-wilayah sebagai berikut (1).
Front Stage, di keluarga dan kampus informan cenderung lebih baik dan sopan dengan
Persamaan yang terdapat antara
penelitian terdahulu dan saat ini yaitu pertama, menggunakan metode penelitian kualitatif dan juga jenis
34
menonjolkan atribut keagamaan. (2).
Informan tidak
membangun jarak yang lebar dengan audien.
Mereka memiliki banyak teman tetapi tetap membangun jarak perihal aktivitas
seksualnya. (3).
Pengelolaan kesan informan yaitu
berperilaku lebih sopan dalam penampilan dan aktivitasnya
membangun interaksi assosiatif. (4). Terdapat dunia ketiga/dunia luar yang menjadi saksi pertunjukan dan menjaga
kerahasiaannya. (5).
Jarak peran yang dilakukan informan dengan merasa bersalah dan berdosa terhadap Tuhan, keluarga, dan teman-teman.
penelitian deskriptif, selanjutnya adalah konsep Front Stage dan Back Stage, Teknik penyajian data yang juga sama ditulis secara deskriptif.
Perbedaan yang terdapat adalah
pembahasan penelitian terdahulu, atau mengenai permasalahan penelitian yang dikaji.
5.
Pengaruh Layanan Mediasi Terhadap Perilaku Bullying terhadap Siswa.
Wahyu Nugroho, Jurnal Medi Kons, Volume 5 no 02 Oktober tahun 2019.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan mediasi dapat mengurangi
perilaku bullying.
Keberhasilan ini dapat dilihat melalui indikator keberhasilan
yang menunjukan berkurangnya perilaku bullying. Berdasarkan perubahan yang
terjadi antara pelaku dan korban bullying maka telah membuktikan bahwa pada penelitian dengan menggunakan layanan mediasi efektif untuk mengurangi
Persamaan antara penelitian terdahulu disisni dengan penelitian yang sedang ditulis peneliti adalah
menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, dan juga Teknik pengambilan data
menggunakan observasi,
35
perilaku bullying siswa kelas IX A SMP N 2 Gondangrejo tahun ajaran 2015/2016
wawancara dan
dokumentasi, sumber data primer dan sekunder.
Perbedaan yang terdapat adalah
permasalahan mengenai bullying sedangkan peneliti mengenai mahasiswa bekerja sebagai
pemandu lagu.
6.
Dramaturgy As Part Of The Life Of Female Commercial Sex Workers.
Dramaturgi Sebagai Bagian Dalam Kehidupan Wanita Pekerja Seks Komersial.
Ratifika Dewi Irianto, Jurnal Sejarah,
Pendidikan dan
Humaniora. Volume 02 Nomor 02, Oktober Tahun 2020.
The result of research in this journal is, On the front stage of the PSK to limit contact with the audience the actor this is because Dan
backstage that shows how he works as a prostitute. Through dramaturgy carried out by psk this has a
positive impact on his family, with him keeping his profession secret and doing dramaturgy then he can guide the child to become a better child. Another case if psk does not do
dramaturgy and family members know what profession is actually lived by the mother then the child and his family will bear the shame as well as psychological and moral burdens.
Persamaan yang terdapat dalam
penelitian ini yaitu adalah sama
menggunakan Teori
Dramaturgi dari Erving Goffman dalam membahas penelitian terkait, kedua yaitu adalah menggunakan metode penelitian deskriptif dan juga Teknik sampling dengan Snowball Sampling.
Perbedaan yang ada
36
Hasil dari penelitian ini adalah, Pada panggung depan sang PSK
melakukan pembatasan kontak dengan penonton sang aktor hal ini
dikarenakan Dan panggung belakang yang memperlihatkan bagaimana ia bekerja sebagai seorang PSK.
Melalui dramaturgi yang dilakukan oleh PSK hal ini memberikan dampak yang positif bagi keluarganya, dengan ia merahasiakan profesi dirinya dan melakukan dramaturgi maka ia dapat
membimbing sang anak agar menjadi anak yang lebih baik. Lain halnya apabila PSK tidak melakukan dramaturgi dan anggota
keluarganya mengetahui profesi apa
sesungguhnya yang dijalani oleh sang ibu maka anak dan keluarganya akan menanggung malu juga beban psikis dan moral.
dalam penelitian terkait yaitu adalah
pertama tidak menggunakan jenis
penelitian yang lebih detail, pembahasan permasalahan yang berbeda
37 1.3 Landasan Teori
Teori sosiologi yang digunakan untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian disini yaitu adalah teori dramaturgi dari Erving Goffman, yang dimana memiliki korelasi dalam permasalahan penelitian disini. Dengan judul Kehidupan Sosial Mahasiswa yang Bekerja sebagai Purel, yang dimana dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk menggali permasalahan mengenai dua sisi kehidupan mahasiswa di Kota Malang yang memiliki kehidupan berbeda pertama sebagai mahasiswa dan juga kehidupan sebagai purel yang tidak ditampilkan.
Dramaturgi merupakan sebuah istilah teater yang awalnya dipopulerkan oleh Aristoteles. Aristoteles menggambarkan dramaturgi sebagai sebuah ungkapan dalam artian seni. Hal ini berbeda dengan Erving Goffman yang mendalami dramaturgi dari segi sosiologi (Nurhadi, 2015:56-57). Melalui teori dramaturgi yang dikembangkan oleh Goffman ini nantinya akan menggali berbagai perilaku dalam interaksi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari yang menampilkan dirinya sendiri dengan karakter orang lain yang berusaha ditampilkan sebagai sebuah drama sehingga adanya manipulasi dalam menunjukan dirinya. Teori dramaturgi merupakan sebuah teori yang berusaha menjelaskan bahwa interaksi sosial akan dimaknai sama dengan pertunjukan drama.
Manusia berperan sebagai seorang aktor. Dalam sebuah peran yang ditampilkannya, manusia sebagai aktor akan berusaha mencapai tujuannya dengan mengembangkan perilaku-perilaku yang dapat menunjang dan mendukung perannya.
Identitas yang ditampilkan dapat berubah-ubah dan tidak stabil. Hal ini bergantung pada siapa manusia tersebut melakukan interaksi. Seorang aktor pun dalam drama
38
kehidupannya harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukannya seperti halnya setting, kostum, penggunaan kata (dialog), serta tindakan-tindakan nonverbal lainnya.
Sehingga sang aktor dapat meningkatkan kesan yang baik pada lawan interaksinya.
Teori dramaturgi sendiri menganalisis interaksi sosial sebagai suatu pertunjukan teatrikal. Kehidupan normal dibandingkan dengan suatu penampilan di atas panggung dimana manusia masing-masing memainkan peran dalam kehidupan. Peran yang manusia mainkan adalah suatu bentuk citra atau bayangan yang ingin diwujudkan oleh masing-masing individu dengan script yang telah ditentukannya, atau yang telah dipersiapkan oleh individu sebagai aktor di komunikasikan kepada khalayak umum.
Tujuan pertunjukan adalah untuk membuat khalayak percaya terhadap apa yang disajikan.
Teori Dramaturgi sendiri merupakan sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia. Dalam teori dramaturgi Erving Goffman, sebuah peran yang ditampilkan seorang aktor dibagi menjadi dua bagian. Goffman menyebutnya sebagai bagian depan (front) dan bagian belakang (back). Pada bagian depan (front) mencakup setting, penampilan diri (appearance), dan peralatan untuk mengekspresikan diri. Sedangkan pada bagian belakang (back) terdiri atas the self, yaitu semua kegiatan yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan dalam menunjukan acting seorang aktor dalam penampilan diri yang ada pada bagian depan (front).
Dalam teori ini, Goffman menggunakan kata “pertunjukan” untukmerujuk pada argumennya. Teori ini berintikan pandangan bahwa dalam interaksi manusia, setiap orang ingin mengelola pesan yang diharapkan dapat tumbuh pada orang lain terhadapnya. Panggung pertunjukkan ini terbagi menjadi dua yaitubagian depan (front)
39
dan bagian belakang (back) panggung. Dramaturgi merupakan suatu seni atau teknik dari komposisi dramatis dan representasi teatrikal, sehingga dalam prespektif ini interaksi sosialdimaknai sama dengan pertunjukan teater atau drama di atas panggung (Umiarso dan Elbadiansyah, 2014).
Olehsebab itu, pada analisanya dramaturgi memiliki kepentingan utama untuk mendeskripsikan kehidupan sosial sehari-hari sebagai “drama” dan memahami bagaimana individu berusaha memenuhi kebutuhan sosialpsikologis di bawah kondisi tersebut. Pendekatan dramaturgis Goffman berintikan pandangan bahwa ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya, ia ingin mengelola kesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain terhadapnya. Untuk itu, setiap orangmelakukan pertunjukan bagi orang lain (Deddy, 2001). Fokus pendekatan dramaturgis adalah bukan apa yang orang lakukan, apa yang ingin mereka lakukan, atau mengapa mereka melakukan, melainkanbagaimana mereka melakukannya.
Dramaturgi mempelajari konteks dari perilaku manusia unntuk mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dariperilakunya. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi manusia ada kesepakatan perilaku yang disetujui yang mengantarkan kepada tujuan akhir darimaksud interaksi sosial tersebut. Bukti nyara bahwa terjadi permainan peran dalam kehidupan manusia dapat dilihat pada masyarakat kita sendiri. Dapat dikatakan juga pendekatan dramaturgi Goffman khususnya berintikan pandangan bahwa ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya, ia ingin mengelola kesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain terhadapnya. Maka, fokus pendekatan dramaturgis adalah bukan apa yang orang
40
lakukan, apa yang ingin mereka lakukan, atau mengapa mereka melakukan, melainkan bagaimana mereka melakukannya (Mulyana, 2008).
41
Kerangka Teori
Dramaturgi Erving Goffman
Teori Dramaturgi
Front Stage (Yang Ditampilkan)
Back Stage
(Yang Disembunyikan)
Ditampilkan didepan umum sebagai mahasiswa
Kehidupan mahasiswa, Belajar
dan mengerjakan tugas
Tidak ditampilkan didepan umum sebagai purel tugas
purel, melayani pria dan melakukan servis seperti menemani bernyanyi dan minum minuman keras
Setting Kehidupan Sosial Mahasiswa (Panggung Drama)