• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HIV/AIDS

2.1.1 Definisi HIV/AIDS

HIV merupakan singkatan dari (human immunodeficiency virus) adalah virus positif yang menyerang sistem kekebalan tubuh pada manusia. Dengan masuknya virus HIV kedalam sel darah putih yang dapat merusaknya. Sehingga sel darah putih yang Masuk kedalam tubuh manusia Akan menurun jumlahnya karena fungsi dari sel darah putih yaitu sebagai pertahanan. Sedangkan AIDS merupakan singkatan dari (Acquried Immunity Deficiency syndrome) merupakan syimtoms Yang disebabkan oleh HIV akibat Turunnya sistem kekebalan tubuh pada manusia yaitu terdapat kumpulan berbagai gejala penyakit (Sindrom). Ketika Seseorang Mengalami Turunnya sisitem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV, maka penyakit dengan mudah masuk kedalam tubuh (infeksi Opportunism) berbahaya (Haryono, 2018).

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang atau menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquried Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi (Infeksi Oppoturnistik) yang sering berakibat fatal. Bagi orang yang mengidap HIV ini sangat memerlukan pengobatan untuk menurunkan peningkatan virus ke tingkat stadium AIDS maka dibutuhkan obat Antiretroviral (ARV). Untuk penderita AIDS sangat membutuhkan pengobatan ARV agar mencegah terjadinya infeksi opportunistik (IO) dengan berbagai komplikasinya (Kemenkes RI, 2014).

(2)

5 2.1.2 Epidemiologi HIV/AIDS

Epidemiologi orang dengan HIV/ AIDS pada tahun 2018 merupakan sebanyak 640. 443 jiwa. Dimana sangat banyak ditemui pada usia 20- 24 tahun serta 25- 29 tahun( Departemen Kesehatan RI, 2018). Jumlah HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 hingga tahun 2019 hadapi peningkatan tiap tahun. Jumlah permasalahan HIV yang dilaporkan pada tahun 2019 sebanyak 349. 882.

Sebaliknya AIDS dari tahun 2005 hingga juni 2019 tiap tahunnya relatif normal dengan jumlah sebanyak 117. 064 antara lain ialah pada kelompok usia 15- 19 tahun( 3, 2%), usia 20- 29 tahun( 32, 1%), usia 30- 39 tahun( 31%), usia 40- 49 tahun( 13, 6%) serta pada usia 50- 59 tahun( 5, 1%). Salah satu Provinsi yang mempunyai jumlah penyakit HIV/ AIDS paling tinggi ke- 2 di indonesia ialah Provinsi Jawa Timur( Departemen Kesehatan RI, 2019).Orang dengan HIV/ AIDS di Jawa Timur masih menempati posisi paling tinggi yaituada di Kota Malang bagaikan posisi tertingi ke 2 sehabis Surabaya. Dimana dari tahun ke tahun orang dengan HIV/ AIDS terus menjadi meningkat. (Kementerian Kesehatan RI, 2019)

2.1.3 Tanda Gejala HIV/ AIDS

Inveksi HIV pada umumnya tidak menunjukan bentuk yang jelas di masa paparan. Konvensional ODHA tidak menguak ciri ataupun masukan HIV/ AIDS yang particular dalam sebagian tahun awal terinfeksi. Radang HIV mayoritas mengonsumsi waktu sampai 2 hingga 15 tahun hingga dapat mendapatkan informasi yang valid. HIV tidak langsung menyerang organ tubuh. Virus ini lama- lama menyerang sistem kekebalan tubuh serta melemahkan imun tubuh sehingga tubuh menjadi rentan diserang penyakit.

Ketika seseorang telah terinfeksi HIV dalam waktu 2 sampai 4 Minggu, maka seseorang yang terinfeksi HIV akan menimbulkan gejala seperti demam, menggigil, flu dan infeksi opportunism yang dimana infeksi opportunism merupakan infeksi yang terjadi pada

(3)

6

seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang sehat. HIV Akan berkembang secara terus menerus tetapi dengan tingkat yang rendah, Dimana jika HIV tidak diobati maka akan menjadi AIDS. Biasanya terjadi pada kurung waktu 10 atau lebih lama pada penderita HIV (Haryono, 2018).

Berikut adalah tanda-tanda infeksi oportunistik dan gejala dari AIDS menurut Haryono (2018), diantaranya:

a. Sakit ketika menelan.

b. Merasakan Sakit Kepala.

c. Batuk yang disebabkan oleh infeksi tenggorokan.

d. Munculnya keringat yang berlebihan ketika malam hari.

e. Demam atau menggigil38ºC dalam beberapa minggu.

f. Munculnya bintik-bintik putih di mulut atau di lidah.

g. Radang Paru

2.1.4 Patofisiologi HIV/ AIDS

Virus HIV masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu melalui vertikal, horizontal, transeksual. Seseorang yang terinfeksi virus HIV belum menunjukkan gejala atau kelainan yang khas dan belum jelas terdeteksi masuk kedalam tubuh manusia (melusui pemeriksaan darah). Biasanya virus HIV masuk kedalam tubuh manusia dalam kurung waktu 2-4 Minggu. Akan tetapi, jika seseorang sudah terinfeksi virus HIV maka virus tersebut akan menular ke orang lain. Orang yang terinfeksi virus HIV akan mengalami AIDS. Biasanya jika seseorang sudah terkena infeksi oportunistik akan mengalai AIDS dan dari HIV ke AIDS dapat terjadi dalam kurung waktu 5-10 tahun (Ersha & Ahmad, 2018).

HIV menginfeksikan dan menghancurkan limfosit CD4 (Cluster Differential Four) yaitu dengan melakukan perubahan sesuai DNA inangnya. Virus HIV biasanya mneyerang pada sel-sel tertentu seperti sel-sel yang mempunyai antigen CD4 terutama limfosit T4, dimana sel tersebut merupakan bagian yang penting

(4)

7

dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Virus yang masuk ke dalam tubuh manusia akan mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfost. Dari proses ini, maka terjadinya suatu penyakit yang dsiebut AIDS yaitu infeksi yang disebabkan oleh HIV (Ersha & Ahmad, 2018).

Selanjutnya sel yang berkembang biak akan memiliki bahan genetik infection. Peradangan HIV dengan demikian menjadi irreversibel serta berlangsung seumur hidup. Pada saat peradangan, virus HIV tidak langsung menimbulkan kematian dari sel yang diinfeksinya, namun terlebih dulu menghadapi replikasi sehingga terdapat peluang buat tumbuh dalam tubuh pengidap tersebut serta lambat laun akan mengganggu limfosit T4 hingga pada jumlah tertentu. Masa ini disebut dengan masa inkubasi.

Masa inkubasi merupakan waktu yang dibutuhkan semenjak seorang terpapar infection HIV hingga menampilkan indikasi AIDS. Pada masa inkubasi, infection HIV tidak bisa ditemukan dengan pengecekan laboratorium kurang lebih 3 bulan semenjak tertular infection HIV yang diketahui dengan masa" window period". Setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun terlihat indikasi klinis pada pengidap akibat dari peradangan HIV tersebut.

Pada sebagian pengidap memperlihatkan indikasi tidak khas pada peradangan HIV kronis, 3- 6 minggu sehabis terinfeksi. Indikasi yang terjalin seperti demam, perih menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, ataupun batuk. Setelah peradangan kronis, dimulailah peradangan HIV asimptomatik (tanpa indikasi). Masa tanpa indikasi ini biasanya berlangsung sepanjang 8- 10 tahun, namun terdapat sekelompok kecil pengidap yang memliki ekspedisi penyakit sangat cepat hanya kurang lebih 2 tahun serta terdapat pula yang sangat lama( non- progressor).

Secara bertahap sistem imunitas badan yang terinfeksi oleh infection HIV akan menimbulkan imunitas tubuh rusak. Imunitas tubuh yang rusak akan menyebabkan energi tubuh menurun,

(5)

8

sehingga pengidap akan menampakkan tanda- tanda akibat peradangan oportunistik. (Ersha & Ahmad, 2018)

2.1.5 Penularan HIV/ AIDS

Menurut Widoyono (2011) Virus HIV bisa menular lewat beberapa metode, yaitu:

1. Berhubungan intim dengan penderita HIV/ AIDS

Berhubungan intim secara langsung, anal, serta oral dengan pengidap HIV tanpa pelindung dapat menularkan HIV. Sepanjang hubungan intim berlangsung, air sperma, cairan vagina, serta darah bisa menyerang selaput lendir vagina, penis, dubur, ataupun mulut sehingga HIV yang ada dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah. Selama berhubungan dapat pula terjalin mikrolesi ataupun cedera pada vagina, dubur, serta mulut yang dapat jadi pintu masuk jalannya HIV ke aliran darah pendamping intim.

2. Ibu pada bayinya

Penularan HIV dari ibu yang dapat terjalin pada masa kehamilan( in utero). Apabila ibu baru terinfeksi virus HIV serta belum terdapat indikasi AIDS, mungkin balita terinfeksi virus HIV sebanyak 20- 35%, sebaliknya jika indikasi AIDS pada ibu mungkin tertularnya infeksi virus AIDS mencapai 50%. Maka selama proses persalinan bisa tertular lewat tranfusi fetomaternal ataupun kontak antara kulit ataupun membran mukosa balita dengan darah ataupun sekresi maternal ketika melahirkan. .Lalu menjadi lambat untuk proses melahirkan, menjadi besar efek penularan. Oleh sebab itu, lama persalinan dapat dipersingkat dengan pembedahan caesar.

Transmisi lain terjalin selama periode post partum lewat ASI. Efek balita yang tertular lewat air susu ibu( ASI) dari ibu yang positif terinfeksi 10%.

3. Menggunakan perlengkapan kesehatan yang tidak steril

Alat- alat kesehatan yang tidak steril semacam memakai disaat pengecekan isi misalnya spekulum, tenakulum, serta alat- alat yang lain yang terkena darah, cairan vagina, ataupun air sperma yang terinfeksi HIV.

Pemakaian alat- alat kesehatan ini langsung dipakai orang lain yang tidak terinfeksi dapat menularkan HIV.

4. Memakai alat suntik secara bergantian

(6)

9

Pengguna alat suntik yang dipakai diberbagai sarana kesehatan tidak hanya digunakan dalam bidang tersebut, melainkan juga digunakan oleh para pengguna narkoba( Injecting Drug User/ IDU) yang sangat berpotensi menularkan virus HIV. Para pemakai IDU tidak cuma mengenakan jarum suntik, namun juga secara bersama- sama memakai tempat penyampur, pengaduk, serta gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi besar menularkan HIV.

Penularan HIV tidak bisa melalui lewat makan, baju, handuk, sapu tangan, wc yang dipakai secara bersama- sama, berpelukan di pipi, berjabat tangan, hidup serumah dengan pengidap HIV/ AIDS, gigitan nyamuk, serta hubungan sosial yang lain( Nursalam& Ninuk, 2016).

5. Pencegahan HIV/ AIDS

Pencegahan HIV/ AIDS menurut Elisanti( 2018) antara lain:

A. Pencegahan penularan melaui hubungan seksual

1. Memakai kondom dalam melaksanakan hubungan intim agar menghindari peradangan HIV/ AIDS. Penggunan kondom sangat dianjurkan mengingat virus HIV dapat terinfeksi melalu cairan yang bisa berpotensi dalam penularan virus HIV/ AIDS. Sehingga dapat terjadi semakin parah jiga tidak segera ditangani.

2. Mengenali keadaan kesehatan pasangan saat sebelum melaksanakan hubungan intim.

3. Menjauhi berhubungan intim dengan sesama pria( homoseksual ataupun biseksual), konsumsi obat IV secara bertepatan ataupun orang yang terinfeksi HIV/ AIDS.

B. Pencegahan penularan lewat non seksual

1. Tidak menggunakan perlengkapan suntik secara berlebihan dalam melaksanakan penyembuhan pada penderita, tato serta tindik.

Tidak hanya itu senantiasa melindungi steril dari jarum suntik.

2. Untuk orang yang mempunyai efek besar terhadap HIV/ AIDS hendaknya tidak melaksanakan donor darah ataupun donor organ.

3. Petugas kesehatan yang ikut serta dalam pekerjaan yang memiliki efek besar terinfeksi HIV/ AIDS semacam transfusi darah serta

(7)

10

isemninasi artifisial ialah memasukan sel mani kedalam rahim dalam mendapatkan kehamilan.

4. Menjauhi narkoba, zat aditif serta psikotropika.

C. Pencegahan penularan lewat perinatal

1) Ibu hamil yang terinfeksi HIV/ AIDS bisa ditularkan pada calon anak ataupun bayinya.

Ibu yang sudah terinfeksi HIV/ AIDS sebaiknya tidak hamil karena akan menularkan pada calon anak ataupun bayinya.

2.2 Pengertian ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) 2.2.1 Definisi ODHA

ODHA adalah singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS, sebagai pengganti istilah penderita yang mengarah pada pengertian bahwa orang tersebut secara positif didiagnosa terinfeksi HIV. HIV adalah virus penyebab AIDS yang menyerang sistem kekebalan tubuh (Diane, 2002:1). Fungsi dari sistem kekebalan tubuh itu sendiri sangat vital karena melindungi terhadap segala penyakit. Bila sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi dengan baik atau dirusak oleh virus maka akan berakibat kematian.Secara terusmenerus HIV memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T- helper, sel yang membuat zat anti dalam tubuh.

2.3 Konsep pengalaman

2.3.1 Pengertian Pengalaman

Pengalaman merupakan keseluruhan pengamatan yang telah disimpan didalam ingatan atau digabungkan dengan suatu penghargaan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah dilakukan atau diamati pada masa lalu. Pengalaman juga dapat diartikan sebagai sebuah pengertian lain dari empirisme. Empirisme adalah aliran pada filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau parsial didasarkan kepada pengalaman yang menggunakan indra. Secara terminologi pengalaman merupakan permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari pada semacam perhitungan, yakni penggabungan data-data inderawi yang sama dengan cara berlainan (Susanto, 2011)

(8)

11 2.3.2 Fungsi Pengalaman

Pengalaman berfungsi sebagai awal dari penjejahan ilmu. Selain itu pengalaman juga berfungsi sebagai gambaran objek secara jelas dan terperinci pengalaman juga merupakan ilmu dalam menjauhkan atau menghindari hal-hal yang tidak diharapkan serta hal-hal yang diharapkan.

Fungsi itu dapat terjadi karena kita pernah mengalaminya di masa lalu (Latif, 2014)

2.1.3 Tipe Pengalaman

Pengalaman memiliki dua tipe yaitu, perjumpaan dengan objek yang dirasakan jadi menimbulkan pemahaman dengan ide-ide sensasi. Ketika mata, telinga, hidung, jari-jari, dan lidah kita dipengaruhi oleh objek fisik, pikiran- pikiran kita akan dipengaruhi oleh objek-objek yang dapat dirasakan. Tipe yang kedua yaitu, pertimbangan atas operasional pikiran sendiri menyediakan pemahaman dengan ide yang menimbulkan refleksi. Ketika pikiran kita merefleksikan ide-ide yang muncul dari sensasi, yaitu ketika kita berfikir, meragukan, mempercayai, kita mengalami aktivitas-aktivitas itu (Garvey, 2010)

2.4 Konsep Keluarga 2.4.1 Pengertian keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masingmasing yang merupakan bagian dari keluarga ( friedman, 2010).

Menurut bailon yang di kutip Efendi, F & Makhfudli (2009)menjelaskan keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan satu budaya

2.4.2. Fungsi keluarga

Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 2010) adalah sebagai berikut :

(9)

12

1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

3. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi keperawatan atau pemeliharaan kesehatan yaitu fungsi untuk memeprtahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi. Ini dikembangkan menjadi tugas di bidang kesehatan.

2.4.3 Konsep peran keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Friedman, 2010) Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat diklasifikasi menjadi dua kategori, yaitu peran formal dan peran informal. Peran formal adalah peran eksplisit yang terkadung dalam struktur peran keluarga. Peran informal bersifat tidak tampak dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional keluarga dan memelihara keseimbangan keluarga.

Berbagai peranan yang terdapat dalam keluaraga adalah :

1. Peran formal Peran parental dan pernikahan, diidetifikasi menjadi delapan peran yaitu peran sebagai provider (penyedia), peran sebagai pengatur rumah tangga, peran perawatan anak, peran sosialisasi anak, peran rekreasi, peran persaudaraan (kindship), peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif), dan peran seksual.

(10)

13

2. Peran informal Terdapat berbagai peran informal yaitu peran pendorong, pengharmonis, insiator-kontributor, pendamai, pioner keluarga, penghibur, pengasuh keluarga, dan perantara keluarga.

2.4.4 Peranan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan keluarga Keluarga berperan dalam memberikan perawatan kesehatan yang terapeutik kepada anggota keluarga yang menderita suatu penyakit. Perawatan adalah suatu usaha yang berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat seutuhnya (Depkes RI, 2012). Penelitian dari Prasetyawan (2011) secara umum, penderita yang mendapatkan perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau keluarga biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis daripada penderita yang kurang mendapatkan dukungan sosial (peran keluarga).

1. Tujuan perawatan individu dalam konteks keluarga

1) Teratasinya masalah yang dihadapi individu yang ada kaitannya dengan latar belakang keluarganya.

2) Teratasinya masalah yang dihadapi individu dengan dukungan, bantuan atau pemeranan keluarga.

3) Terlaksananya pemberian asuhan keperawatan yang paripurna kepada sasaran individu dari keluarganya, sebagai tindak lanjut pelayanan rawat inap maupun jalan.

4) Meningkatkan kesadaran keluarga dan anggota keluarganya yang belum mencari pelayanan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dasar yang tersedia.

5) Meningkatkan kemampuan individu dan keluarganya dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri.

2. Tugas keluarga di dalam menanggulangi masalah kesehatan (Efendi, F &

Makhfudli 2013):

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berartidan karena kesehatnlah kadang seluruh kekuatan sumber

(11)

14

daya dan dan keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga atau orang tua.

2. Memutuskan tindakan kesehatn yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai keadaan keluarga , dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang memepunyai kramampuan memeutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

3. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:

(1) Keadaan penyakit

(2) Sifat dan perkembangan perawat yang diperlukan untuk perawatan (3) Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan

(4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (5) Sikap keluarga terhadap yang sakit 1. Memodifikasi lingkungan rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan rumah yang sehat kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:

(1) Sumber-sumber keluarga yang dimiliki (2) Manfaat pemeliharaan lingkungan (3) Pentingnya hiegiene sanitasi (4) Upaya pencegahan penyakit (5) Sikap atau pandangan keluarga (6) Kekeompakan antra anggota keluarga

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal berikut ini :

a. Keberadaan fasilitas kesehatan

b. Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan c. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan

(12)

15

d.Pengalaman yang kuranmg baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan c. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkauoleh keluarga

2.4 Perawatan Keluarga Dalam Merawat ODHA

Salah satu tempat terbaik dalam merawat pasien dengan HIV/ AIDS adalah rumah dan dikelilinggi orang orang tercinta. Dirawat orang terdekat lebih menyenangkan, lebih akrab dan membuatnya bisa mengatur hidupnya sendri. Penyakit- penyakit yang berhubungan dengan orang yang terinfeksi HIV akan cepat membaik dengan kenyamanan keluarga, dan orang orang yang dicintainya (Green & Hestin, 2009).

Pasien HIV/ AIDS penting mengetahui bahwa ia bisa hidup dengan normal dan produktif. Demikian juga dengan keluarganya, keluarga harus bisa menerima ODHA dengan besar hati dan tidak melakukan diskriminasi terhadapnya, kadang tak mudah membangkitkan semangat hidup ODHA. Hal itu terjadi terutama pada ODHA yang secara kejiwaan lemah, tak bisa menerima kenyataan hidup (Yvonne, 2014).

A. Dukungan emosional

Dukungan emosinal mencakup ungkapan empati,kepedulian, motivasi dan perhatian terhadap pasien yang terinfeksi HIV/ AIDS berupa keluarga senantiasa membahas perkembangan penyakit pasien, keluarga membahas perkembangan penyakit pasien untuk menentukan langkah tindak lanjut, keluarga selalu memberi rasa nyaman pada pasien selama dirawat di rumah berupa kasih sayang dan penerimaan, keluarga bersikap halus dan menerima bila ada sikap negatif yang muncul dari pasien, dengan demikian diharapkan pasien lebih bisa bersabar dan menerima kondisinya walaupun pada awalnya ada sikap penyangkalan dari pasien dan keluarga, tetapi peran keluarga diharapkan mampu memahami dan memaklumi apabila penyakit yang diderita merupakan suatu musibah dan percaya bahwa dibalik merawat pasien dengan HIV/ AIDS pasti ada hikmah yang bisa dipetik. Keluarga selalu mengingatkan, untuk lebih dekat kepada Allah dan selalu ber – ihtiar untuk proses kesembuhan. Salah satu bentuk mekanismen pertahanan diri manusia/ koping adalah strategi koping religius yaitu melibatkan agama dalam penyelesaian masalah

(13)

16

dengan meningkatkan ritual keagamaan sehingga akan menggurangi tekanan ataupun stresor yang dialami, dalam hal ini pasien HIV/ AIDS ataupun keluargannya. Pada umumnya saat suasana yang tidak terkendali, individu mengakui adanya sesuatu yang lebih berkuasa daripada dirinya.

Kebanyakan orang Indonesia menggunakan strategi religi untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan sholat adalah mekanisme yang paling sering dipakai (Manfredi & Picket dalam Primaldhi, 2006).

B. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan bisa berupa keluarga membandingkan dengan orang lain, sehingga bahwa masih banyak orang lain yang menderita penyakit yang sama sehingga termotivasi dalam menjalani pengobatan. HIV adalah masalah kesehatan, bukan aib sehingga ada keterkaitan erat pentingnya pencegahan dan upaya dukungan. HIV bisa mengenai siapa saja, sehingga dengan dukngan yang baik langkah pencegahan penularan ke orang lain akan behasil apabila pasien merasa nyaman secara individu, keluarga dan masyarakat (Green & Hestin, 2009).

C. Dukungan instrumental

Bantuan ini berupa dukungan yang secara langsung seperti merawat, mengantar kontrol, menyiapkan obat, penyediaan finansial utuk berobat ataupun pemberian materi secara langsung.

D. Dukungan informatif

Dukungan infromasi berupa bantuan atau tindakan yang dilakukan oleh keluarga berupa saran, informasi serta nasehat yang dilakukan kepada pasien yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek dalam dukungan ini berupa nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

E. Gambaran dukungan keluarga berdasasarkan perspektif anggota keluarga Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap pasien HIV/ AIDS di rumah. Dalam penelitian ini orang yang terdekat dengan penderita adalah keluarga. Peran keluarga sangat

(14)

17

dibutuhkan untuk memelihara kesehatan anggota keluarganya yang sakit.

Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal berupa sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa diterima, dalam hal ini keluarga yang menderita HIV/ AIDS (Friedmen, 2010). Keluarga dapat membantu menurunkan kesakitan dan mempercepat proses pemulihan dari suatu penyakit dengan cara memberikan dukungan pada anggota keluargannya yang sakit. Baik buruknya dukungan keluarga sangat mempengaruhi kondisi kesehatan anggota keluarga yang sedang sakit, karena anggota keluarga yang sedang sakit membutuhkan dorongan dari luar dirinya untuk menjaga atau membantu meningkatkan kesehatan dirinya. Bagi penderita HIV/ AIDS dalam menjalani kehidupannya akan terasa sulit, karena dari segi fisik akan mengalami perubahan berkaitan dengan perkembangan penyakitnya. Tekanan emosional dan psikologis bisa dialami karena dikucilkan oleh keluarga atau masyarakat (Nihayati, 2012).

Referensi

Dokumen terkait

Gudang Garam,Tbk tahun 2013-2018, dengan teknik analisis Regresi Linier Berganda.Penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri dari data laporan keuangan tahunan

Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar perencanaan, dimana

Selain itu dapat juga dilakukan komunikasi data antar 2 PC tanpa menggunakan modem, tetapi menggunakan kabel nullmodem seperti pada Gb.. Gb 2: Komunikasi antar PC tanpa

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah respon jawaban IST dari peserta yang mengikuti tes di Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Universitas

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan (1) pilihan kata yang terdapat dalam kegiatan panjat dinding di

Pemikir AA dapat memahami permasalahan berdasarkan konsep fisika serta memproyeksi arah-arah gaya dan persamaan yang akan digunakan untuk memecahkan masalah

Berdasarkan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa strategi guru PAI mengembangkan kemampuan soft skills siswa SMPN Satu Atap 2 Kahayan Kuala meliputi :

Yaitu Kriya Rakyat (Folk Craft) yang dapat dipakai serta beredar luas pada semua golongan masyarakat.. Jenis Kriya Rakyat sangat mengedepankan nilai fungsi yang dimiliki oleh