• Tidak ada hasil yang ditemukan

Serambi Konstruktivis, Volume 2, No.4, Desember 2020 ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Serambi Konstruktivis, Volume 2, No.4, Desember 2020 ISSN :"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

91 Peningkatan Materi Evolusi Melalui Model Pembelajaran Kolaborasi Pada Siswa

Kelas XII IPA di MAN 2 Aceh Tengah Kabupaten Aceh Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018

Ria Ariawati, IB, M.Si

MAN 2 Aceh Tengah Kabupaten Aceh Tengah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan hasil belajar dan aktivitas siswa dengan penerapan Model Pembelajaran Kolaborasi pada materi Evolusi di MAN 2 Aceh Tengah. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini alat pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes tertulis diambil pada akhir siklus I dan siklus II, yang terdiri atas materi Evolusi. Sedangkan teknik non tes meliputi teknik observasi dan dokumentasi. Observasi digunakan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas kemampuan memahami materi Evolusi pada siklus I dan siklus II. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data proses pembelajaran berlangsung khususnya nilai mata pelajaran Biologi. Dan Alat pengumpulan data meliputi: Tes Tertulis, terdiri atas 10 butir soal. Dan Non tes, meliputi lembar observasi dan dokumen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Action Research). Subyek penelitian adalah Kelas XII.IPA. MAN 2 Aceh Tengah.

Data utama dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dan aktivitas siswa selama pembelajaran, sedangkan data pendukung adalah Dokumentasi. Data hasil belajar diperoleh dari hasil tes dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Kolaborasi dapat mengoptimalkan hasil belajar materi Evolusi di MAN 2 Aceh Tengah yang dibuktikan aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus II lebih baik dan meningkat dibandingkan siklus I.

Kata Kunci : Peningkatan, Model Pembelajaran, Kolaborasi, Siswa

PENDAHULUAN

Guru dituntut melaksanakan kegiatan belajar mengajar semenarik mungkin sehingga siswa senang mengikuti pelajaran. Tapi pada kenyataannya guru hanya menggunakan metode ceramah saja dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan metode ceramah masih berpusat pada guru bukan pada siswa, sehingga kurang memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi. Motivasi siswa menjadi kurang dalam pelajaran tersebut sehingga hasil belajar cenderung rendah. Agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik perlu variasi metode pembelajaran, selain itu penggunaan media pembelajaran yang bervariasi juga akan meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan observasi di MAN 2 Aceh Tengah dalam pembelajaran Evolusi, guru menggunakan metode ceramah diselingi kegiatan diskusi. Pelaksanaan metode pembelajaran ceramah tidak berjalan optimal, karena sewaktu pembelajaran siswa kurang termotivasi mengikuti pelajaran dan siswa ramai sendiri. Ketika melakukan diskusi tidak semua siswa ikut aktif dalam kegiatan tersebut. Ada beberapa siswa yang bermain sendiri, tidak peduli dengan tugasnya dan mereka mengandalkan teman yang lain untuk menyelesaikan tugas tersebut. Berdasarkan data nilai ulangan materi Evolusi pada semester gasal tahun 2018, rata-rata hasil belajar siswa kelas XII.IPA hanya

(2)

92 67,51 berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM untuk mata pelajaran Biologi di MAN 2 Aceh Tengah adalah 80.

Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi, aktifitas dan hasil belajar siswa adalah penerapan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dengan membentuk siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil (Slavin 2009).

Pembelajaran kooperatif menciptakan kondisi lingkungan di dalam kelas saling mendukung melalui belajar dengan kelompok kecil dan diskusi kelompok dalam kelas. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa berpikir kritis, memecahkan masalah dan belajar bekerja sama dengan anggota lain dalam satu kelompok.

Pembelajaran kooperatif yang merangsang keaktifan siswa adalah model pembelajaran Kolaborasi. Model pembelajaran Kolaborasi adalah model pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh untuk memahami materi pelajaran baik secara kelompok maupun individual (Kusumojanto 2009). Pada proses pembelajaran siswa lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam pembelajaran Kolaborasi siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda. Setiap siswa diwajibkan untuk menyelesaikan soal yang sesuai dengan nomor anggota mereka.

Dengan pembelajaran semacam ini siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh- sungguh dan juga siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai sehingga dapat meminimalkan tingkat kesulitan belajar Biologi khususnya pada materi Evolusi.

Materi Evolusi berisi tentang suatu proses perubahan makhluk hidup yang terjadi secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang sangat lama sehingga menimbulkan spesies baru. Sebagai media dalam pembelajaran, buklet diharapkan akan mempermudah siswa dalam memahami materi dan mengatasi keterbatasan pengamatan. Siswa mudah memahami materi Evolusi dengan diskusi kelompok dan dibimbing oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, maka fokus dari penelitian ini adalah “Peningkatan Materi Evolusi Melalui Model Pembelajaran Kolaborasi pada Siswa Kelas XII. IPA di MAN 2 Aceh Tengah Kabupaten Aceh Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018” sehingga diharapkan dapat tercapainya kegiatan pembelajaran yang lebih optimal serta mampu membantu siswa dalam memahami materi tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengoptimalkan hasil belajar dan aktivitas siswa dengan penerapan model pembelajaran kolaborasi pada materi Evolusi di MAN 2 Aceh Tengah Kabupaten Aceh Tengah.

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran

Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar, tugas guru ini sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Secara garis besar, tugas guru dapat ditinjau dari tugas-tugas yang langsung berhubungan dengan tugas utamanya, yaitu menjadi pengelola dalam proses pembelajaran dan tugas-tugas lain yang secara tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran, tetapi akan menunjang keberhasilan menjadi guru yang handal dan diteladani. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut merupakan pengekspresian seluruh potensi dan kemampuan yang

(3)

93 dimiliki seseorang serta menuntut adanya kepemilikan yang penuh dan menyeluruh.

Dengan demikian, munculnya kinerja seseorang merupakan akibat dari adanya suatu pekerjaan atau tugas yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan profesi dan job deskcription individu yang bersangkutan. Menurut Uno (2010), menjelaskan bahwa ada tiga jenis tugas guru yaitu tugas guru dalam bidang profesi, tugas guru dalam bidang kemanusiaan, tugas guru dalam bidang kemasyarakatan.

Model Pembelajaran Kolaborasi

Dikemukakan oleh Purwanto (2011) bahwa “kolaborasi mengacu pada model pengajaran dimana siswa dalam satu kelompok yang bervariasi tingkat kecakapan bekerja sama dalam kelompok kecil yang mengarah pada tujuan bersama. Dengan demikian, kolaborasi berarti suatu proses saling ketergantungan fungsional dalam mencoba untuk keterampilan koordinasi, mereka saling membantu antara satu dengan yang lain. Jadi situasi belajar kolaboratif ada unsur ketergantungan yang positif untuk mencapai kesuksesan.

Kolaborasi menekankan adanya partisipasi maksimal dan keaktifan dalam pembelajaran, tentu peran guru cenderung sebagai fasilitator, motivator dan membimbing menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi siswa dalam belajar.

Pembelajaran kolaboratif adalah filsafat interaksi dan gaya hidup yang menjadikan kerja sama sebagai suatu struktur interaksi yang dirancang sedemikian rupa guna memudahkan usaha kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Penggunaan teknik kolaborasi dalam pembelajaran menulis didasarkan pada beberapa alasan, seperti dikemukakan oleh Alwasilah (2003) bahwa:

1. Dalam berkolaborasi selalu ada imam atau seorang yang dianggap paling senior yang bertindak sebagai model. Jadi dalam hal ini guru adalah model atau imam yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam menulis

2. Kolaborasi adalah ajang bertegur sapa dan bersilaturrahmi ilmu pengetahuan. Jadi ada halnya pembelajaran harus bersama, dengan prinsip setiap orang memiliki kelebihan tersendiri.

3. Seorang yang paling seniorpun apabila keliru harus diperingatkan dengan santun, jadi pembelajaran kolaborasi saling mengingatkan, serta dengan tegur sapa anda semakin mengenal potensi diri dan membuat tulisan semakin bernapas

4. Dalam berkolaborasi setiap orang dibiarkan mengembangkan potensi dan kesenangannya mungkin dalam menulis materi evolusi. artikel atau opini.

Materi Evolusi

Pengertian Evolusi adalah proses perubahan mahluk hidup secara bertahap dalam jangka waktu yang lama dari bentuk sederhana menjadi bentuk yang kompleks.

Ada dua macam evolusi:

Evolusi progresif. Perubahan yang menghasilkan spisies yang memungkinkan melanjutkan kehidupan selanjutnya

Evolusi Regresif. Perubahan yang menghasilkan spesies yang tidak memungkinkan melanjutkan kehidupan selanjutnya.

Pengertian evolusi biologi atau evolusi biologis adalah keadaan yang mana terjadi perubahan genetic dalam suatu populasi yang turun-temurun dari beberapa generasi. Perubahan-perubahan tersebut bisa terlihat dan dalam skala besar bisa juga disebut sebagai makroevolusi ataupun bisa juga tidak terlalu nampak atau ada dalam skala kecil yang disebut mikroevolusi.

(4)

94 METODE PENELITIAN

Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas XII.IPA MAN 2 Aceh Tengah. Madrasah Aliyah ini terletak di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Pemilihan sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian karena peneliti ingin menerapkan Penelitian Tindakan Kelas untuk memperbaiki proses belajar Biologi siswa khususnya pokok bahasan Evolusi. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai dari bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2018.

Subyek Penelitian

Arikunto (2006:116) mengatakan bahwa “Subyek penelitian merupakan benda hal, orang atau tempat data untuk variabel penelitian yang melekat dan dipermasalahkan”. Berdasarkan judul penelitian yaitu “Peningkatan Materi Evolusi melalui Model Pembelajaran Kolaborasi Pada Siswa Kelas XII.IPA Di MAN 2 Aceh Tengah Kabupaten Aceh Tengah”.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini alat pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes tertulis diambil pada akhir siklus I dan siklus II, yang terdiri atas materi Evolusi. Sedangkan teknik non tes meliputi teknik observasi dan dokumentasi.

Observasi digunakan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas kemampuan memahami materi Evolusi pada siklus I dan siklus II. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data proses pembelajaran berlangsung khususnya nilai mata pelajaran Biologi.

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data meliputi tes Tertulis, terdiri atas 20 butir soal dan non tes, meliputi lembar observasi dan dokumen.

Analisis Data

Analisis Data yang diagunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriftif, yang meliputi:

1. Analisis deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara membandingkan hasil belajar pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan hasil belajar dengan indikator pada siklus I dan siklus II.

2. Analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II.

Prosedur Penelitian

Secara rinci, penelitian ini dilaksanakan dengan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action research) yang ditandai adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Deskripdi Kondisi Awal

Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru mengajar secara konvensional. Guru cenderung menstranfer ilmu pada siswa, sehingga siswa pasif,

(5)

95 kurang kreatif, bahkan cenderung bosan. Disamping itu dalam menyampaikan materi, guru tanpa menggunakan Metode mengajar maupun alat peraga.

Melihat kondisi pembelajaran yang monoton, suasana pembelajaran tampak kaku, berdampak pada nilai yang diperoleh siswa kelas XII.IPA pada kompetensi dasar Evolusi sebelum siklus I (pra siklus) seperti pada tabel dibawah. Banyak siswa belum mencapai ketuntasan belajar minimal dalam mempelajari kompetensi dasar tersebut. Hal ini diindikasikan pada capaian nilai hasil belajar di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 80.

Tabel Nilai Tes Pra Siklus NO Hasil

(Angka)

Hasil

(Huruf) Arti Lambang Jumlah

Siswa Persen

1 90-100 A Sangat baik 7 16,28 %

2 80-89 B Baik 15 34,88 %

3 70-79 C Cukup 10 23,25 %

4 61-69 D Kurang 6 13,95 %

5 <60 E Sangat Kurang 5 11,63 %

Jumlah 43 100%

Sumber : Hasil tabulasi data Januari 2018

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk tabel diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai A (sangat baik) sejumlah 16,28 % atau 7 siswa, yang mendapat nilai B (baik) sebanyak 34,88 % atau sebanyak 15 siswa dan yang mendapat nilai C (cukup) sebanyak 23,25 % atau 10 siswa, dan yang mendapat nilai kurang 13,95 % atau sebanyak 6 siswa, sedangkan yang mendapat nilai sangat kurang 11,63 % atau sebanyak 5 siswa.

Dari hasil tes seperti tersebut di atas, sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hanya sebagian kecil yang telah mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel di bawah ini :

Tabel Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus No Ketuntasan

Belajar

Jumlah Siswa Pra Siklus

Jumlah Persen

1. Tuntas 22 51,16 %

2. Belum Tuntas 21 48,83 %

Jumlah 43 100%

Sumber : Hasil tabulasi datar Januari 2018

Berdasarkan data pada tabel 4.2 tersebut di atas, diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM 80, sebanyak 22 siswa. Dengan demikian jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimum untuk kompetensi dasar Evolusi sebanyak 21 siswa (48,83 %). Sedangkan yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 22 siswa ( 51,16 %).

Deskripsi Siklus I Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelasaksanaan pembelajaran Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar Evolusi. Berdasarkan materi yang dipilih tersebut, kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Indikator yang dipilih dalam siklus I adalah Menggambarkan Evolusi yang

(6)

96 bekerja pada suatu benda secara proporsional. Berdasarkan indikator yang telah dipilih tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Masing-masing RPP diberikan alokasi waktu sebanyak 2 x 35 menit, artinya setiap RPP disampaikan dalam 2 kali tatap muka. Dengan demikian, selama siklus I terjadi 2 kali tatap muka.

b. Pembentukan kelompok-kelompok belajar Pada siklus I, siswa dalam satu kelas dibagi menjadi 7 kelompok kecil.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Tatap Muka

Tatap muka I dan II dengan RPP tentang materi Menggambarkan Evolusi yang bekerja pada suatu benda secara proporsional. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Kolaborasi berbantu media buklet dengan panduan Lembar Kerja Siswa (LKS). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut;

1) Guru secara klasikal menjelaskan strategi pembelajaran yang harus dilaksanakan siswa.

2) Secara kelompok siswa mengamati teman-temanya.

3) Secara kelompok siswa mencari dan menemukan kelebihan dan kekurangan teman-temanya.

4) Secara kelompok siswa membacakan hasil pengamatan.

5) Guru memberi umpan balik hasil pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dengan mengadakan evaluasi berupa tes.

6) Guru menilai hasil evaluasi.

7) Guru memberikan tindak lanjut.

Sekilas gambaran proses pembelajaran pada siklus I, guru tidak lagi mentransfer materi pada siswa, tapi siswa secara aktif bekerja sama dalam kelompok untuk mencari materi serta mendiskusikannya. Siswa tampak aktif dan bergairah dalam pembelajaran.

Dalam kegiatan ini mereka saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk berkompetisi dengan kelompok lain dalam menyelesaikan lembar kerja siswa. Suasana pembelajaran lebih menyenangkan nampak semua siswa bergairah dalam mengikuti pelajaran.

b. Observasi

Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal ini observasi dilakukan oleh 1 observer yaitu guru sebagai teman sejawat (Hilaili Fitri S.Pd). Observasi dilaksanakan untuk mengetahui secara detail keaktifan, kerjasama, kecepatan dan ketepatan siswa dalam memahami materi Evolusi. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan rencana tindakan pada siklus II.

Hasil Observasi

Hasil pengamatan pada siklus I dapat dideskripsikan seperti pada tabel berikut ini. Untuk memperjelas data hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Hasil Rekap Nilai Tes Siklus I

No Hasil (Angka) Hasil (Huruf) Arti Lambang Jumlah Siswa Persen

1 90-100 A Sangat baik 15 34,88 %

2 80-89 B Baik 15 34,88 %

3 70-79 C Cukup 10 23,25 %

(7)

97

4 61-69 D Kurang 2 4,65 %

5 <60 E Sangat Kurang 1 2,32%

Jumlah 43 100 %

Sumber: Hasil Tabulasi Data Januari 2018

Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 15 siswa (34,88 % ), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 15 siswa atau (34,88 % ), sedangkan dari jumlah 43 siswa yang masih mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 10 siswa (23,25 %), sedangkan yang mendapat nilai D (kurang) ada 2 siswa (4,65 %), sedangkan yang mendapat nilai E (sangat kurang) ada 1 siswa atau 2,32%.

Tabel Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I

No Ketuntasan Jumlah Siswa

Jumlah Persen

1. Tuntas 30 69,76 %

2. Belum Tuntas 13 30,23 %

Jumlah 43 100 %

Sumber: Hasil Tabulasi Data Januari 2018

Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 43 siswa terdapat 30 atau 69,76% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 13 siswa atau 30,23%

belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 90, nilai terendah 40, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 78,95 seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel Rata-rata Hasil Tes siklus I

No Keterangan Nilai

1 Nilai tertinggi 90,00

2 Nilai Terendah 40,00

3 Nilai Rata-rata 78,95

Sumber : Data yang diolah

Refleksi

Berdasarkan hasil tes kemampuan awal dengan hasil tes kemampuan siklus I dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah Kriteria ketuntasan Minimal. Pada pra siklus jumlah siswa yang dibawah KKM sebanyak 21 anak dan pada akhir siklus I berkurang menjadi 13 anak. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 48,3 menjadi 78,95. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I, seperti disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel Perbandingan Hasil Nilai Tes Pra Siklus dan Siklus I No Hasil tes

(dalam huruf )

Jumlah siswa yang berhasil Pra siklus Siklus I

1 A 90-100 7 15

2 B 80-89 15 15

3 C 70-79 10 10

4 D 61-69 6 2

5 E <60 5 1

Jumlah 43 43

Sumber : Hasil Tabulasi data Januari 2018

Tabel Perbandingan Ketuntasan Belajar antara Pra Siklus dengan Siklus I

(8)

98 No Ketuntasan

Jumlah Siswa

Pra Siklus Siklus I Jumlah Persen Jumlah Persen

1. Tuntas 22 51,16 % 30 69,76 %

2. Belum Tuntas 21 48,83 % 13 30,23 %

Jumlah 43 100% 43 100%

Sumber: Hasil Data Januari 2018

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Kolaborasi mampu meningkatkan hasil belajar, khususnya pada kompetensi dasar Evolusi. Oleh karena itu, ketuntasan belajarpun mengalami kenaikan.

Walaupun sudah terjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namun hasil tersebut belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari hasil observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran, karena sebagian siswa beranggapan bahwa kegiatan ini hanya merupakan peraktek atau kelompok biasa. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Deskripsi Hasil Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut;

Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelasaksanaan pembelajaran

Dalam siklus II, pada hakikatnya merupakan perbaikan atas kondisi siklus I.

Materi pelajaran dalam siklus II adalah Evolusi terhadap Fosil dan Kuda Laut Atas dasar materi pelajaran tersebut kemudian dilanjutkan dengan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut adalah 2 x 45 menit dengan 1 kali tatap muka.

b. Pembentukan Kelompok

Pada siklus II, strategi pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kolaborasi dan dilanjutkan dengan pembelajaran di kelas tentang Evolusi dan lain-lain dalam bentuk kuis yang dikompetisikan antar kelompok, sehingga siswa dapat bercerita dan bertanya jawab.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Tatap Muka

Tatap muka dengan RPP tentang materi Evolusi. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Pembelajaran Kolaborasi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Guru memberikan evaluasi atas kegiatan pembelajaran pada siklus II.

2. Guru memberikan motivasi pentingnya metode Kolaborasi 3. Membimbing siswa untuk melaksanakan observasi.

4. Guru memberikan evaluasi dengan tes.

5. Guru menilai hasil evaluasi.

6. Guru melakukan pengamatan terhadap proses penyelesaian soal Evolusi.

b. Wawancara

Wawancara dilaksanakan pada saat siswa melakukan penyelesaian soal Evolusi.

Wawancara diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam

(9)

99 memahami, memadukan dengan mata pelajaran lain. Disamping itu, wawancara digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa. Hasil wawancara digunakan sebagai bahan refleksi.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan Kolaborasi dan tatap muka di kelas, dalam hal ini observasi dilakukan oleh 1 (satu) observer yaitu guru bidang studi lain. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi.

Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada siklus II dapat dideskripsikan seperti pada tabel berikut ini:

Tabel Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II

No Hasil (Angka) Hasil (Huruf) Arti Lambang Jumlah Siswa Persen

1 90-100 A Sangat Baik 30 69,76 %

2 80-89 B Baik 13 30,22 %

3 70-79 C Cukup - -

4 61-69 D Kurang - -

5 <60 E Sangat Kurang - -

Jumlah 43 100%

Sumber : Tabulasi Data Februari 2018

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 69,76 % atau 30 siswa, sedangkan yang banyak yaitu yang mendapat nilai baik (B) adalah 30,22 % atau 13 siswa. Dan yang mendapat nilai C (cukup) adalah 0 % atau sebanyak 0 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai D dan E juga tidak ada.

Sedangkan nilai rata-rata kelas 85,46

Ketuntasan belajar pada siklus II dapat ditabulasikan seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel Ketuntasan Belajar Siklus II No Ketuntasan

Belajar

Jumlah Siswa

Jumlah Persen

1. Tuntas 43 100 %

2. Belum Tuntas 0 0 %

Jumlah 43 100 %

Sumber: Tabulasi Data Februari: 2018

Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sudah ada peningkatan . Rata-rata kelas pun menjadi meningkat Hasil Nilai Rata- rata Siklus II dapat diperjelas di bawah ini :

Tabel Rata-rata Hasil Tes siklus II

No Keterangan Nilai

1 Nilai tertinggi 100

2 Nilai Terendah 80

3 Nilai Rata-rata 86,32

Sumber : Data yang diolah Februari 2018

Refleksi

Berdasarkan nilai hasil siklus I dan nilai hasil siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan metode Kolaborasi dapat meningkatkan hasil belajar materi

(10)

100 Evolusi, khususnya kompetensi dasar Menganalisis tentang evolusi dan seleksi alam dengan pandangan baru mengenai pembentukan spesies baru di bumi berdasarkan studi literatur. Untuk lebih jelasnya pada tabel berikut dipaparkaan hasil refleksi pada siklus II.

Tabel Perbandingan Hasil Nilai Tes Model Siklus I dan Siklus II No Hasil Tes Jumlah Siswa yang Berhasil

Siklus I Siklus II

1 90-100 15 30

2 80-89 15 13

3 70-79 10 -

4 61-69 2 -

5 <60 1 -

Jumlah 43 43

Sumber : Hasil Tabulasi Data Februari 2018

Jika dibandingkan antara keadaan kondisi awal , siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa saat kondisi awal rata- rata kelas sebesar 48,3, sedangkan nilai rata- rata kelas siklus I sudah ada peningkatan menjadi 78,95. Adapun kenaikan rata-rata pada siklus II menjadi 86,32. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan diagram dibawah ini:

Tabel Perbandingan Hasil Tes Pra siklus, siklus I dan Siklus II NO Hasil Lambang

Angka

Hasil Evaluasi

Arti Lambang

Pra Tindakan

Model Siklus I

Model Siklus II

1 90-100 A Sangat Baik 7 15 30

2 80-89 B Baik 15 15 13

3 70-79 C Cukup 10 10 -

4 61-69 D Kurang 6 2 -

5 <60 E Sangat Kurang 5 1 -

Jumlah 43 43 43

Sumber: Data Hasil Tes Februari: 2018

Tabel Perbandingan ketuntasan nilai rata-rata Pra siklus, siklus I dan siklus II

No Uraian Jumlah siswa Rata-

Rata Tuntas Belum Tuntas

1 Pra Siklus 22 Anak 21 anak 40,83

2 Siklus I 30 anak 13 anak 76,95

3 Siklus II 43 anak 0 anak 86,32

Sumber: Data yang diolah

Atas dasar informasi pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Kolaborasi khususnya pada penguasaan kompetensi dasar Menganalisis tentang teori evolusi dan seleksi alam dengan pandangan baru mengenai pembentukan spesies baru di bumi berdasarkan studi literature.

Pembahasan

Hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menerapkan model koopertif kolaborasi menggunakan media buklet lebih tinggi daripada hasil belajar menggunakan media konvensional biasa. Model kolaborasi merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok- kelompok kecil dan

(11)

101 diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan-kegiatan belajar.

Dalam kegiatan diskusi, siswa diberi kebebasan bertanya dan berdiskusi yang mendukung kerja kelompok sehingga siswa merasa senang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan diskusi memudahkan siswa memahami dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari karena pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model kolaborasi dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada materi Evolusi, hal ini dapat dilihat dari hasil tes siswa siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa saat kondisi awal ketuntasan sebesar 51,16%, sedangkan ketuntasan pada siklus I sudah ada peningkatan menjadi 69,76%. Adapun ketuntasan pada siklus II menjadi 100%.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar dan Suzanna, 2003, Menulis dengan Teknik Kolaborasi, Bandung:Khaifa.

Arikunto, Suharsimi, 2009, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Kusumojanto. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head.

Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada mata diklat manajemen perkantoran kelas X APK SMK Arjudna 01 Malang. Jurnal Pendidikan, Tahun 19, Malang, UMN.

Slavin RE. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Purwanto. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Uno, B Hamzah, 2010, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Bumi Aksara

Gambar

Tabel Nilai Tes Pra Siklus  NO  Hasil
Tabel Hasil  Rekap Nilai Tes Siklus I
Tabel Ketuntasan Belajar  Siswa Hasil Tes Siklus I
Tabel Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

(1) Warga Negara Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) yang berkunjung ke Indonesia untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan tidak bermaksud untuk

Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah tahu kuning yang dijajakan oleh pedagang di sembilan pasar Kota Malang yaitu Pasar Tawamangu, Pasar Dinoyo, Pasar

Penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan kadar bilirubin plasma terutama asam taurokholat menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas mukosa yang dapat mendasari

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

Sedangkan upaya sekolah yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam kegiatan tidak terprogram (kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan keteladanan) yaitu; (a)

Sistem informasi perpustakaan sekarang ini sangatlah penting untuk sekolah, instansi maupun pihak lainnya, dengan menggunakan sistem informasi perpustakaan, proses peminjaman,

Masalah keamanan menjadi bagian penting untuk developer perangkat lunak.Kebutuhan keamanan dalam pengembangan perangkat lunak menghasilkanpenciptaan yang disebut Secure