• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

58 BAB IV

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Data Pratindakan

Penelitian dilaksanakan di kelas X MIPA 3 SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. Data sekolah beserta data dan deskripsi kelas tempat penelitian diuraikan sebagai berikut:

a. Deskripsi Sekolah

SMA Al Islam 1 Surakarta beralamat di Jl. Honggowongso No.94, Panularan, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57149, Indonesia.

Sekolah ini memiliki berbagai fasilitas, seperti ruang guru, ruang kelas, ruang tata usaha, ruang OSIS, ruang BP, ruang serbaguna, masjid untuk putra dan putri, ruang keterampilan, UKS, koperasi, toilet, kantin, dan ruang praktek untuk setiap program jurusan.

b. Deskripsi Kelas

Kelas X MIPA 3 pada tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki. Tempat duduk siswa berpindah-pindah sesuai keinginan siswa, tetapi untuk laki-laki selalu di barisan depan dan perempuan di barisan belakang seperti shaff shalat. Inventaris kelas X MIPA 3 meliputi satu buah meja guru dan 1 buah kursi guru, 20 meja siswa, 40 kursi siswa, satu buah whiteboard lengkap dengan boardmarker dan penghapus, selain itu blackboard di belakang kelas lengkap dengan kapur dan penghapus. Fasilitas lain yang dimiliki kelas yaitu LCD, speaker, dan lampu. Kelengkapan administrasi terdiri dari absensi siswa, jurnal pelajaran, daftar pengurus kelas, daftar inventaris, data administrasi kelas, dan alat penunjang kebersihan seperti sapu, kemoceng, dan tempat sampah.

c. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Penelitian dimulai dengan kegiatan wawancara terhadap guru pengampu mata pelajaran Fisika pada tanggal 5 Januari 2016. Kemudian

(2)

dilanjutkan observasi kegiatan pembelajaran Fisika di kelas pada tanggal 15 Maret 2016. Pada tanggal 8 April 2016 dilakukan tes pra siklus materi suhu dan kalor.

Hasil observasi pada tanggal 15 Maret 2016 menunjukkan bahwa saat proses pembelajaran berlangsung cenderung satu arah, aktivitas belajar siswa terlalu banyak untuk membaca buku pegangan sehingga antusias siswa terhadap pembelajaran Fisika kurang. Ketika guru berusaha untuk melakukan diskusi dengan memberi pertanyaan pada siswa, hanya siswa tertentu saja yang selalu menjawab dan yang lain hanya diam menunggu jawaban dan bahkan tidak memperhatikan. Selain itu ketika guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas, hanya beberapa siswa yang mau mengerjakan. Keadaan ini disebabkan karena siswa tidak berani dalam mengungkapkan pendapat dan kemampuan analisis siswa masih kurang. Hal ini menujukkan bahwa keadaan pembelajaran di kelas tergolong pasif, padahal pada kurikulum 2013 siswa dituntut untuk aktif dalam bidang ketrampilannya baik ketrampilan bereksperimen maupun berbicara.

Hasil wawancara dan kajian dokumen yang dilakukan dengan guru pengampu mata pelajaran Fisika kelas X MIPA 3 memberikan hasil bahwa selama pembelajaran Fisika di kelas, metode yang sering digunakan adalah ceramah. Di kelas X MIPA 3 yang terdiri dari 19 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki memiliki nilai yang rendah pada nilai asli Ulangan Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Hasil nilai Ulangan Tengah Semester kelas X MIPA 3 hanya 10,26% atau 4 siswa yang dinyatakan tuntas, sedangkan pada Ujian Akhir Sekolah, nilai siswa yang tuntas hanya 3 siswa atau 7,69% dari jumlah siswa kelas X MIPA 3. Nilai UTS dan UAS dijelaskan pada Lampiran 6. Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran Fisika yang selama ini dilakukan belum berjalan optimal. Beliau menambahkan bahwa nilai siswa yang rendah disebabkan kemampuan siswa yang kurang memaknai pembelajaran Fisika. Pemahaman konsep pada pembelajaran Fisika siswa kelas X MIPA 3 sudah baik tetapi

(3)

kemampuan siswa kurang dalam menganalisis masalah Fisika yang diberikan.

Hasil tes pra siklus yang dilaksanakan pada tanggal 8 April 2016 menunjukkan bahwa kemampuan analisis kelas X MIPA 3 masih rendah.

Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4.1. Hasil tes pra siklus dapat dilihat pada Lampiran 10.

Gambar 4.1 Grafik Ketecapaian Indikator Kemampuan Analisis Prasiklus Pada indikator menganalisis menunjukkan prosentase 64,2%.

Indikator mendiagnosis menunjukkan prosentase 44,7%. Indikator memilih menunjukkan prosentase 52,1%. Indikator membandingkan menunjukkan prosentase 48,4%. Sedangkan indikator mengaitkan menunjukkan prosentase 58,4%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan analisis siswa masih rendah.

Secara umum kesimpulan dari hasil observasi permasalahan dalam kegiatan pembelajaran Fisika kelas X MIPA 3, yaitu: (1) aktivitas belajar siswa yang masih pasif (2) kemampuan analisis siswa masih rendah.

Berdasarkan hasil analisis pratindakan di atas, maka diperlukan adanya tindakan untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa kelas X MIPA 3 SMA AL Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Indikator Kemampuan Analisis

(4)

Setelah melakukan observasi, maka dilaksanakan koordinasi dengan guru Fisika untuk menentukan alternatif pemecahan masalah tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menerapkan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Melalui pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), diharapkan dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa kelas X MIPA 3 SMA Al Islam 1 Surakarta sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2. Hasil Tindakan Siklus 1

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan;

(3) pengamatan; dan (4) refleksi. Adapun penjelasan secara rinci adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan tindakan, dilaksanakan observasi terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa yang dilakukan mulai tanggal 15 Maret 2016. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung. Berdasarkan data proses pembelajaran yang telah terkumpul, kemudian dilakukan diskusi bersama guru untuk membuat rancangan tindakan. Rancangan tindakan dibuat berdasarkan pada solusi permasalahan tentang rendahnya kemampuan analisis siswa, yaitu dengan menerapkan model Contextual Teaching and Learning (CTL).

Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Adapun deskripsi perencanaan siklus I adalah sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Pada siklus I materi yang digunakan adalah Mata dan Kamera.

Pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan Kurikulum 2013, dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). RPP yang disusun meliputi: kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode, langkah-langkah

(5)

kegiatan, sumber dan media pembelajaran, serta lembar penilaian (RPP dapat dilihat pada Lampiran 11)

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung a) Ruang Kelas

Ruang kelas didesain sesuai dengan kegiatan pembelajaran.

Meja dan kursi disusun secara berkelompok untuk mempermudah siswa saat berdiskusi dan mempermudah guru dalam mengontrol siswa.

b) Ruang Praktikum

Ruang praktikum didesain sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Meja dan kursi disusun secara berkelompok untuk mempermudah siswa saat berdiskusi dan mempermudah guru dalam mengontrol siswa. Setiap meja kelompok disiapkan alat dan bahan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

c) Mempersiapkan Media dan Sumber Belajar

Mempersiapkan alat dan bahan serta Lembar Kerja Siswa untuk kegiatan eksperimen. Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan cek alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan eksperimen. Hal ini dilakukan agar pada saat pembelajaran semua alat dan bahan dapat digunakan dengan baik.

3) Mempersiapkan Lembar Observasi dan Lembar Penilaian Kemampuan Analisis

a) Lembar observasi digunakan untuk melakukan kognitif proses berupa lembar pengamatan kognitif proses.

b) Lembar penilaian kemampuan analisis digunakan untuk mendokumentasikan hasil tes individu. Lembar penilaian kemampuan analisis disusun berdasarkan kisi-kisi soal dan disesuaikan dengan indikator serta tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada 21 April 2016, 26 April 2016, dan 28 April 2016. Langkah-langkah pembelajaran berusaha

(6)

dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah disusun dalam tahap perencanaan.

1) Kegiatan Awal

Guru membuka pembelajaran dengan memberikan salam dan berdoa. Guru mengecek kehadiran siswa dan dilanjutkan apersepsi. Guru memberikan pertanyaan, dengan menggunakan apa yang kalian alami ketika senter disorotkan di depan mata kalian untuk waktu sebentar.

Tujuan dari apersepsi ini adalah untuk mengingatkan kembali konsep yang pernah diperoleh siswa di jenjang sekolah sebelumnya dengan kejadian yang pernah dialami di lingkungannya. Siswa mulai mengungkapkan pendapat mereka sesuai dengan pengalaman yang mereka alami. Guru mengarahkan siswa untuk mendapatkan permasalahan dari apersepsi. Dalam menemukan rumusan masalah akan timbul pertanyaan dari siswa dan mereka menuliskannya. Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan kelompok masing- masing untuk menjawab pertanyaan yang timbul dari peristiwa yang terjadi ketika senter disorotkan di depan mata untuk waktu sebentar.

Siswa berdiskusi dan hasil diskusi merupakan hipotesis sementara. Guru memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan hipotesis yang telah mereka susun tiap kelompoknya.

Selama kegiatan awal ini, ada 2 indikator kognitif proses yang diamati yaitu siswa membuat pernyataan dengan jelas dan siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari. Dari hasil pengamatan siswa membuat pernyataan dengan jelas terdapat 5 siswa yang berusaha membuat pernyataan dengan jelas, 14 siswa berusaha membuat pernyataan dengan kurang jelas, 15 berusaha membuat pernyataan dengan tidak jelas, dan 2 siswa tidak membuat pernyataan dengan jelas. Kemudian saat siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari terdapat 3 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan tepat, 22 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan kurang

(7)

tepat, 8 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan tidak tepat, dan 3 siswa tidak berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari. Pada kegiatan selanjutnya, hasil pengamatan menunjukkan terdapat 7 siswa yang berusaha membuat pernyataan dengan jelas, 13 siswa berusaha membuat pernyataan dengan kurang jelas, 16 siswa berusaha membuat pernyataan dengan tidak jelas, dan 1 siswa tidak membuat pernyataan dengan jelas. Kemudian saat siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari terdapat 2 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan tepat, 24 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan kurang tepat, 10 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan tidak tepat, dan 1 siswa tidak berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari. Setelah itu, perwakilan dari salah satu kelompok menuliskan pertanyaan yang paling sesuai dengan tujuan pembelajaran di white board. Pada kesempatan kali ini yang menulis adalah siswa nomor absen 21.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti diawali dengan guru membagikan lembar kerja siswa pada tiap-tiap kelompok kemudian siswa menuliskan perumusan masalah yang telah disusun pada tahap apersepsi sebelumnya di lembar kerja siswa. Guru mengarahkan siswa untuk tiap kelompoknya mendiskusikan hipotesis sementara dari perumusan masalah. Tiap kelompok mulai berusaha memecahkan masalah dengan berdikusi.

Kegiatan selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk mengamati mata temannya dengan tujuan agar siswa menganalisis bagian-bagian mata.

Selain itu guru mengarahkan siswa diperbolehkan untuk mencari referensi lain agar siswa tidak kesulitan. Siswa menuliskan bagian- bagian mata beserta fungsiya di lembar kerja siswa. Kegiatan selanjutnya yaitu melakukan eksperimen yang terdiri dari 2 kegiatan yaitu proses melihat dan solusi cacat amata dengan pemodelan mata sederhana.

(8)

Dari kegiatan ini, ada 3 indikator kognitif proses yaitu siswa merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, siswa berusaha memecahkan permasalahan, dan siswa menganalisis suatu permasalahan.

Berdasarkan pengamatan terdapat 8 siswa merinci semua bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, 23 siswa merinci ¾ bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, 5 siswa merinci setengah bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, dan tidak ada siswa yang tidak merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran. Saat memecahkan permasalahan tidak ada siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan tepat, 23 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan kurang tepat, 10 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan tidak tepat, 3 siswa tidak berusaha memecahkan permasalahan. Kemudian saat menganalisis suatu permasalahan tidak ada siswa menganalisis suatu permasalahan melalui diskusi dengan baik dan benar, 18 siswa menganalisis suatu permasalahan melalui diskusi dengan baik dan tidak benar atau tanpa melalui diskusi dengan baik dan benar, 16 siswa menganalisis suatu permasalahan tanpa melalui diskusi dengan kurang baik dan tidak benar, dan 1 siswa tidak pernah menganalisis suatu permasalahan.

Tahap selanjutnya yaitu presentasi hasil analisis, pada kegiatan ini yang mempresentasikan hasil analisis adalah siswa dengan nomor absen 26 dan 30. Selama pembelajaran terdapat indikator kognitif proses yang diamati yaitu siswa menyampaikan pertanyaan atau pernyataan.

Dari hasil pengamatan tidak ada siswa yang menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dengan jelas tanpa ditunjuk oleh guru, 8 siswa berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dengan jelas ataupun kurang jelas dan perlu ditunjuk oleh guru, 15 berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan kurang jelas dan perlu ditunjuk oleh guru, dan 13 siswa tidak berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan.

Kegiatan selanjutnya, pada tanggal 26 April 2016, siswa menganalisis prinsip kerja kamera dengan cara diskusi kelompok dengan

(9)

anggota yang berbeda dengan sebelumnya. Lalu siswa menuliskan hasil diskusi hasil diskusi pada lembar kerja siswa.

Pada kegiatan ini hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat 8 siswa merinci semua bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, 19 siswa merinci ¾ bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, 10 siswa merinci setengah bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, dan tidak ada siswa yang tidak merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran. Saat memecahkan permasalahan tidak ada siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan tepat, 26 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan kurang tepat, 9 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan tidak tepat, 2 siswa tidak berusaha memecahkan permasalahan. Kemudian saat menganalisis suatu permasalahan tidak ada siswa menganalisis suatu permasalahan melalui diskusi dengan baik dan benar, 23 siswa menganalisis suatu permasalahan melalui diskusi dengan baik dan tidak benar atau tanpa melalui diskusi dengan baik dan benar, 13 siswa menganalisis suatu permasalahan tanpa melalui diskusi dengan kurang baik dan tidak benar, dan 1 siswa tidak pernah menganalisis suatu permasalahan.

Tahap selanjutnya yaitu presentasi hasil analisis, pada kegiatan ini yang mempresentasikan hasil analisis adalah siswa dengan nomor absen 6 dan 7. Selama pembelajaran terdapat indikator kognitif proses yang diamati yaitu siswa menyampaikan pertanyaan atau pernyataan.

Dari hasil pengamatan tidak ada siswa yang menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dengan jelas tanpa ditunjuk oleh guru, 5 siswa berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dengan jelas ataupun kurang jelas dan perlu ditunjuk oleh guru, 19 berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan kurang jelas dan perlu ditunjuk oleh guru, dan 13 siswa tidak berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan.

3) Kegiatan Akhir

Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan praktikum yang dilakukan. Sebelum guru menyimpulkan pembelajaran, guru

(10)

mengkondisikan siswa agar kembali pada tempat duduk masing-masing.

Setelah semua terkondisikan, guru mengulas secara keseluruhan hasil diskusi kelompok yang telah dipresentasikan oleh temannya. Pada kegiatan ini indikator kognitif proses yan diamati yaitu menyimpulkan informasi yang telah dianalisis. Dari hasil pengamatan tidak ada siswa yang menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara lengkap, 14 siswa menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara kurang lengkap, 19 menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara tidak lengkap, 3 siswa tidak menyimpulkan informasi yang telah dianalisis.

Pada kegiatan selanjutnya tidak ada siswa yang menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara lengkap, 15 siswa menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara kurang lengkap, 18 siswa menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara tidak lengkap, 4 siswa tidak menyimpulkan informasi yang telah dianalisis. Kemudian guru memberikan penguatan konsep dan menegaskan kembali kesimpulan materi Mata dan Kamera. Pada saat guru memberikan penguatan dan menegaskan kesimpulan, seluruh siswa memperhatikan secara seksama.

Pada pertemuan selanjutnya tanggal 28 April 2016, guru membagikan soal dan lembar jawaban pada masing-masing siswa. Waktu yang diberikan untuk siswa mengerjakan soal evaluasi adalah 45 menit.

Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, siswa mengumpulkan lembar jawab dan soal ke meja guru di depan kelas. Guru menyampaikan materi pada pertemuan berikutnya. Pembelajaran diakhiri dengan berdoa bersama dan salam penutup.

c. Tahap Pengamatan

Pada tahap observasi, dilakukan pengamatan akan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Observasi dilakukan untuk mengetahui kognitif proses dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat lainnya selama berlangsungnya proses pembelajaran.

(11)

Observasi juga dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap pelaksanaan pembelajaran, sehingga akan diketahui perubahan yang dihasilkan pada pembelajaran Fisika, pada kemampuan analisis Fisika siswa.

Alat yang digunakan untuk pengambilan data penelitian adalah lembar observasi, yang meliputi lembar observasi kognitif proses siswa.

Dokumentasi pembelajaran yang berupa foto dan video juga diambil selama proses pembelajaran.

1) Pencapaian Kognitif Proses Siswa

Penelitian tindakan kelas ini untuk observasi kognitif proses menggunakan tujuh indikator. Tujuh komponen tersebut yaitu membuat pernyataan, merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari, memecahkan permasalahan, menganalisis suatu permasalahan, menyampaikan pendapat, dan menyimpulkan informasi yang telah dianalisis.

Berdasarkan hasil observasi selama pembelajaran tentang Mata dan Kamera pada siklus I diperoleh gambaran tentang hasil observasi pada setiap pertemuan. Hasil pencapaian kognitif proses diperoleh dari data hasil observasi terhadap siswa kelas X MIPA 3. Adapun hasil observasi selama siklus I disajikan dalam Gambar 4.2 dan dapat dilihat pada Lampiran 16.

(12)

Gambar 4.2. Bagan Ketercapaian Kognitif Proses Siswa Siklus I Keterangan Indikator pada Gambar 4.2:

Indikator 1 : mambuat pernyataan

Indikator 2 : merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran Indikator 3 : menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari Indikator 4 : memecahkan permasalahan dari materi yang dipelajari Indikator 5 : menganalisis suatu permasalahan

Indikator 6 : menyampaikan pertanyaan atau pernyataan Indikator 7 : menyimpulkan informasi yang telah dianalisis

Hasil observasi ketercapaian pada setiap indikator kognitif proses siswa dapat dilihat pada Gambar 4.2. Pada indikator pertama yaitu mambuat pernyataan teramati bahwa ada 7 siswa yang berusaha membuat pernyataan dengan jelas, 13 siswa berusaha membuat pernyataan dengan kurang jelas, 16 siswa berusaha membuat pernyataan dengan tidak jelas, dan 1 siswa tidak membuat pernyataan dengan jelas.

Target keberhasilan untuk indikator pertama adalah 60 % siswa masuk dalam kriteria yang baik. Pada penelitian tindakan kelas siklus I ini hanya 51,28 % siswa masuk dalam kriteria yang baik.

Indikator kedua yaitu merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran menunjukkan terdapat 8 siswa merinci semua bahan (alat

0 10 20 30 40 50 60 70 80

1 2 3 4 5 6 7

Ketercapaian %

Indikator Kognitif Proses

Sagat baik Baik Cukup Kurang

(13)

atau materi) dalam pembelajaran, 19 siswa merinci ¾ bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, 10 siswa merinci setengah bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, dan tidak ada siswa yang tidak merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran. Target keberhasilan untuk indikator kedua adalah 75% siswa minimal merinci ¾ bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran atau masuk dalam kriteria yang baik. Namun pada penelitian tindakan kelas siklus I ini hanya 69,23% siswa merinci ¾ bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran atau masuk dalam kriteria yang baik

Indikator ketiga adalah menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari terdapat 2 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan tepat, 24 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan kurang tepat, 10 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan tidak tepat, dan 1 siswa tidak berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari. Target keberhasilan untuk indikator ketiga adalah 70% siswa masuk dalam kategori baik. Namun pada penelitian tindakan kelas siklus I hanya 66,67% siswa masuk dalam kategori baik.

Indikator keempat adalah memecahkan permasalahan dari materi yang dipelajari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan tepat, 26 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan kurang tepat, 9 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan tidak tepat, 2 siswa tidak berusaha memecahkan permasalahan. Target keberhasilan untuk indikator keempat ini adalah 60% siswa masuk dalam kategori baik. Pada penelitian tindakan kelas siklus I ini 66,67% siswa masuk dalam kategori baik.

Indikator kelima adalah menganalisis suatu permasalahan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada siswa menganalisis suatu permasalahan melalui diskusi dengan baik dan benar, 23 siswa menganalisis suatu permasalahan melalui diskusi dengan baik dan tidak

(14)

benar atau tanpa melalui diskusi dengan baik dan benar, 13 menganalisis suatu permasalahan tanpa melalui diskusi dengan kurang baik dan tidak benar, dan 1 siswa tidak pernah menganalisis suatu permasalahan. Target keberhasilan untuk indikator kelima ini adalah 50% siswa masuk dalam kategori baik. Pada penelitian tindakan kelas siklus I ini 58,97% siswa masuk dalam kategori baik.

Indikator keenam adalah menyampaikan pertanyaan atau pernyataan. Dari hasil pengamatan tidak ada siswa yang menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dengan jelas tanpa ditunjuk oleh guru, 5 siswa berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dengan jelas ataupun kurang jelas dan perlu ditunjuk oleh guru, 19 berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan kurang jelas dan perlu ditunjuk oleh guru, dan 13 siswa tidak berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan. Target keberhasilan untuk indikator keenam ini adalah 40 % siswa masuk dalam kategori baik. Pada penelitian tindakan kelas siklus I ini 12,82 % siswa masuk dalam kategori baik.

Indikator ketujuh adalah menyimpulkan informasi yang telah dianalisis. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara lengkap, 15 siswa menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara kurang lengkap, 18 siswa menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara tidak lengkap, 4 siswa tidak menyimpulkan informasi yang telah dianalisis.

Targe keberhasilan unuk indikator ketujuh ini adalah 60% siswa masuk dalam kategori baik. Pada penelitian tindakan kelas siklus I ini hanya 38,46 % siswa masuk dalam kategori baik

Berdasarkan hasil observasi, berikut ini dipaparkan beberapa pertanyaan/pendapat siswa kepada teman atau guru seputar kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Anggeria Sulatin berpendapat bahwa yang terjadi pada mata ketika disorot dengan senter akan silau. Cahya Sukma Baiti Trinanda berpendapat yang terjadi pada mata adalah akan tetap menjadi mata. Marsella Rachmawati berpendapat pandangan mata jadi

(15)

ngeblur setelah senter disorotkan pada mata. Sekar Dewi Ariyanti berpendapat juga bahwa mata menjadi buram bu setelah senter disorotkan ke mata, selain itu dia juga bertanya mengapa mata dapat menjadi buram setelah di soroti senter. Rosy Hilal Mahendra juga menanyakan mengapa mata bisa buram setelah senter disorotkan pada mata. Laziofi Nur Fatimah berpendapat bahwa Kebanyakan cahaya yang diterima iris karena cahaya senter yang disorotkan kemudian diteruskan.

Aulia Rizky Ardiani berpendapat kepada kelopoknya bahwa intensitas cahaya yang diterima pada mata mengenai pupil. Isnadia Hindarto berpendapat kepada kelompoknya juga bahwa cahaya memasuki mata kemudian mengenai pupil sehingga mata menjadi buram. Ketika praktikum Yans Rayhan Firdaus Islam bertanya mengapa bayangan pada layar tidak keliatan. Adiana Musadewi juga bertanya tentang berapa jarak mata tidak berakomodasi paling jauh. Muhammad Arif Trinanda dan Muhammad Fahrurozi Menyampaikan data pengamatan dan hasil analisis kelompok. Pada pertemuan selanjutnya adalah kegiatan diskusi tentang kamera. Aulia Rizki Ardiani menyampaikan pendapat kepada kelompoknya bahwa lensa cembung dapat menangkap seluruh objek lalu diperkecil dan dia berpendapat juga bahwa kamera pasti menggunakan lensa, kalau cermin tidak mungkin. Annisa Eka Sulistyowati berpendapat juga bahwa bayang yang dihasilkan adalah maya tegak diperkecil. Selain itu Chory Afri Andari dan Aulia Rizki Ardiani menyampaikan hasil diskusi di depan kelas.

2) Pencapaian Kognitif Produk Siswa

Kemampuan kognitif memiliki lima indikator yaitu menganalisis, mendiagnosis, memilih, membandingkan, dan mengaitkan.

Di bawah ini ditunjukkan bagan ketercapaian kognitif produk siklus I.

Hasil kognitif produk dapat dilihat pada Lampiran 14.

(16)

Gambar 4.3. Bagan Ketercapaian Kognitif Produk Siklus I Hasil tes tertulis kognitif produk pada pencapaian tiap indikatornya dapat dilihat pada Gambar 4.3, diperoleh fakta bahwa indikator pertama adalah menganalisis. Hasil tes tertulis pada penelitian tindakan siklus I untuk indikator menganalisis diperoleh ketuntasan sebesar 57,8 %. Indikator pertama belum mencapai target keberhasilan.

Target keberhasilan pada indikator pertama ini adalah 75 % siswa mencapai ketuntasan, sedangkan siswa yang sudah dapat menganalisis hanya 57,8 %.

Indikator kedua adalah mendiagnosis. Hasil tes tertulis pada penelitian tindakan siklus I untuk indikator menganalisis diperoleh ketuntasan sebesar 65,3 %. Indikator kedua belum mencapai target keberhasilan. Target keberhasilan pada indikator kedua ini adalah 75 % siswa mencapai ketuntasan, sedangkan siswa siswa yang sudah dapat mendiagnosis 65,3%.

Indikator ketiga adalah memilih. Hasil tes tertulis pada penelitian tindakan siklus I untuk indikator memilih diperoleh ketuntasan sebesar 83,9 %. Indikator ketiga sudah mencapai target keberhasilan.

Target keberhasilan pada indikator ketiga ini adalah 75 % siswa mencapai ketuntasan.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Ketercapaian %

Indikator Kognitif Produk

(17)

Indikator keempat adalah membandingkan. Hasil tes tertulis pada penelitian tindakan siklus I untuk indikator membandingkan diperoleh ketuntasan sebesar 63,05 %. Indikator ketiga belum mencapai target keberhasilan. Target keberhasilan pada indikator keempat ini adalah 75 % siswa mencapai ketuntasan, sedangkan siswa siswa yang sudah dapat mendiagnosis 63,05%.

Indikator kelima adalah mengaitkan. Hasil tes tertulis pada penelitian tindakan siklus I untuk indikator mengaitkan diperoleh ketuntasan sebesar 63,33 %. Indikator kelimabelum mencapai target keberhasilan. Target keberhasilan pada indikator keempat ini adalah 75

% siswa mencapai ketuntasan, sedangkan siswa siswa yang sudah dapat mendiagnosis 63,33%.

Hasil tes tertulis menunjukkan bahwa semua indikator kemampuan kognitif belum mencapai target keberhasilan sehingga diperlukan adanya perbaikan di siklus II untuk ketercapaian target.

d) Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi dilakukan analisis tindakan pada siklus I.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan analisis pada kognitif proses dan kognitif produk siswa belum mencapai target keberhasilan penelitian. Hal ini dapat dilihat dari:

1) Pencapaian kemampuan analisis pada kognitif proses siswa masih terdapat dua indikator dari tujuh indikator yang belum mencapai target keberhasilan. dua indikator tersebut adalah memecahkan permasalahan dari materi yang dipelajari dan menganalisis permasalahan. Jadi, target keberhasilan kognitif proses siswa di siklus I belum tercapai dan perlu adanya tindakan selanjutnya.

2) Pencapaian kemampuan analisis pada kognitif produk siswa masih terdapat empat indikator dari lima indikator yang belum mencapai target. Empat indikator tersebut adalah mendiagnosis, menganalisis, membandingkan, dan mengaitkan. Target keberhasilan kemampuan analisis pada kognitif produk untuk

(18)

empat indikator pada siklus I belum tercapai dan perlu adanya tindakan selanjutnya.

Hasil refleksi yang diperoleh pada siklus I, yaitu:

a) Siswa kurang bisa membayangkan fenomena sebagai motivasi pembelajaran.

b) Masih terdapat siswa yang tidak merinci alat dan bahan (materi) dalam pembelajaran

c) Masih terdapat siswa yang tidak memperhatikan langkah praktikum karena setiap kelompok hanya memiliki satu lembar kerja siswa d) Siswa masih kurang antusias dalam mencari jawaban, masih

banyak siswa yang mencari jawaban dari teman.

e) Masih banyak siswa yang malu bertanya mengenai materi dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

f) Dalam pengisian analisis pada lembar kerja siswa hanya berpusat pada satu siswa dan belum menyeluruh untuk semua siswa

g) Masih sedikit siswa yang tidak mengemukakan pendapat

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka dilakukan rencana perbaikan di siklus II sebagai berikut:

a) Guru memberikan motivasi yang lebih menarik dan jelas di siklus II dengan mendemonstrasikannya.

b) Guru memberikan kesempatan siswa untuk mengisi sendiri nama alat dan bahan yang diguakan dalam praktikum.

c) Guru lebih memperjelas langkah kegiatan praktikum yang dilakukan.

d) Guru membagikan lembar kerja siswa secara merata setiap siswa mendapatkannya

e) Guru memberikan pembelajaran yang lebih menarik agar siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran secara menyeluruh.

f) Pembelajaran dilakukan dengan memusatkan pada kegiatan siswa, ketika kegiatan awal siswa dihadapkan motivasi yang lebih memancing siswa untuk bertanya. Motivasi yang diberikan

(19)

menyangkut dengan fenomena yang pernah diteui siswa di kehidupan sehari-hari.

g) Kegiatan praktikum melibatkan semua anggota kelompok untuk melakukan langkah praktikum sehingga semua anggota dapat melakukan analisis.

h) Saat tahap menyimpulkan kelompok dibagi menjadi kelompok menyimpulkan dan kelompok menanggapi sehingga lebih banyak siswa yang mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat.

Berdasarkan data perkembangan pencapaian kemampuan analisis pada kognitif proses dan kognitif produk siswa kelas X MIPA 3 SMA Al Islam 1 Surakarta serta kekurangan dalam pelaksanaan siklus I di atas, dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan kinerja yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu adanya tindak lanjut ke siklus II untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I dan mencapai indikator keberhasilan kinerja penelitian yang telah ditetapkan.

3. Hasil Tindakan Siklus 2

Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2016, tanggal 17 Mei 2016, dan tanggal 19 Mei 2016. Adapun tahapan-tahapan dalam siklus II adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan siklus II dirancang berdasarkan hasil refleksi dari siklus I. Hasil siklus I dipertimbangkan kemudian dilakukan perbaikan untuk tindakan siklus II sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan hasilnya lebih maksimal. Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP disusun dengan sub materi Lup dan Mikroskop menggunakan Kurikulum 2013, dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). RPP yang disusun meliputi: kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan

(20)

pembelajaran, materi, pendekatan, langkah-langkah kegiatan, sumber dan media pembelajaran, serta lembar penilaian. RPP dapat dilihat pada Lampiran 18.

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung a) Ruang Kelas

Ruang kelas didesain sesuai dengan kegiatan pembelajaran.

Meja dan kursi disusun secara berkelompok untuk mempermudah siswa saat berdiskusi dan mempermudah guru dalam mengontrol siswa.

b) Mempersiapkan Media dan Sumber Belajar

Mempersiapkan alat dan bahan serta Lembar Kerja Siswa untuk kegiatan eksperimen. Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan cek alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan eksperimen. Hal ini dilakukan agar pada saat pembelajaran semua alat dan bahan dapat digunakan dengan baik.

3) Mempersiapkan Lembar Observasi dan Lembar Penilaian Kognitif a) Lembar observasi digunakan untuk melakukan penilaian kognitif

proses berupa lembar pengamatan kognitif proses.

b) Lembar penilaian kognitif digunakan untuk mendokumentasikan hasil tes individu. Lembar penilaian kognitif disusun berdasarkan kisi-kisi soal dan disesuaikan dengan indikator serta tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada 12 Mei 2016, 17 Mei 2016, dan 19 Mei 2016. Pada pelaksanaan tindakan, peneliti dan 4 teman peneliti lainnya bertindak sebagai observer. Berikut merupakan deskripsi pelaksanaan tindakan siklus II.

1) Kegiatan Awal

Guru membuka pembelajaran dengan memberikan salam dan berdoa. Guru mengecek kehadiran siswa dan dilanjutkan apersepsi. Guru memberikan pertanyaan, dengan menunjukkan kepada siswa sebuah teks

(21)

bacaan dengan tulisan yang sangat kecil dan meminta pada siswa untuk membacanya. Tujuan dari apersepsi ini adalah untuk mengingatkan kembali konsep yang pernah diperoleh siswa di jenjang sekolah sebelumnya. Siswa mulai mengungkapkan pendapat mereka tentang pengalaman yang mereka alami dari permasalahan tersebut. Guru mengarahkan siswa untuk mendapatkan permasalahan dari apersepsi.

Dalam menemukan rumusan masalah akan timbul pertanyaan dari siswa dan mereka menuliskannya. Setelah itu guru mengarahkan siswa utuk berdiskusi dengan kelompok masing-masing untuk menjawab pertanyaan yang timbul dari peristiwa yang terjadi ketika bagaimana supaya bisa membaca tulisan yang sangat kecil. Siswa berdiskusi dan hasil diskusi merupakan hipotesis sementara. Guru memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan hipotesis yang telah mereka susun tiap kelompoknya.

Selama kegiatan awal ini, ada 2 indikator kognitif proses yang diamati yaitu siswa membuat pernyataan dengan jelas dan siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari. Dari hasil pengamatan siswa membuat pernyataan dengan jelas terdapat 10 siswa yang berusaha membuat pernyataan dengan jelas, 19 siswa berusaha membuat pernyataan dengan kurang jelas, 7 siswa berusaha membuat pernyataan dengan tidak jelas, dan tidak ada siswa tidak membuat pernyataan dengan jelas. Kemudian saat siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari terdapat 5 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan tepat, 27 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan kurang tepat, 4 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan tidak tepat, dan tidak ada siswa yang tidak berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari. Pada kegiatan selanjutnya, hasil pengamatan menunjukkan terdapat 15 siswa yang berusaha membuat pernyataan dengan jelas, 14 siswa berusaha membuat pernyataan dengan kurang jelas, 6 siswa berusaha membuat

(22)

pernyataan dengan tidak jelas, dan tidak ada siswa yang tidak membuat pernyataan dengan jelas. Kemudian saat siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari terdapat 3 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan tepat, 27 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan kurang tepat, 6 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan tidak tepat, dan tidak ada siswa yang tidak berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari.

2) Kegiatan Inti

Pada tanggal 12 Mei 2016, kegiatan inti diawali dengan guru membagikan lembar kerja siswa pada tiap-tiap kelompok kemudian siswa menuliskan perumusan masalah yang telah disusun pada tahap apersepsi sebelumnya di lembar kerja siswa. Guru mengarahkan siswa untuk tiap kelompoknya mendiskusikan hipotesis sementara dari perumusan masalah. Tiap kelompok mulai berusaha memecahkan masalah dengan berdikusi. Hasil hipotesis dari kegiatan diskusi ada beberapa cara untuk memaca tulisan yang berukuran sangat kecil yaitu dengan menggunakan lup, dengan menggunakan air dan mika, menggunakan air dan gelas, menggunakan air di dalam bohlam, selain itu dengan cara tulisan di dekatkan pada mata saat membacanya. Siswa menuliskan hasil hipotesis di lembar kerja siswa. Kegiatan selanjutnya yaitu melakukan eksperimen yaitu menemukan bayangan yang dihasilkan oleh lup dengan variasi jarak.

Dari kegiatan ini, ada 3 indikator kognitif proses yaitu siswa merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, siswa berusaha memecahkan permasalahan, dan siswa menganalisis suatu permasalahan.

Berdasarkan pengamatan terdapat 17 siswa merinci semua bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, 11 siswa merinci ¾ bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, 7 siswa merinci setengah bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, dan tidak ada siswa yang tidak merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran. Saat memecahkan

(23)

permasalahan 9 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan tepat, 23 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan kurang tepat, 4 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan tidak tepat, tidak ada siswa yang tidak berusaha memecahkan permasalahan. Kemudian saat menganalisis suatu permasalahan terdapat 4 siswa menganalisis suatu permasalahan melalui diskusi dengan baik dan benar, 30 siswa menganalisis suatu permasalahan melalui diskusi dengan baik dan tidak benar atau tanpa melalui diskusi dengan baik dan benar, 2 siswa menganalisis suatu permasalahan tanpa melalui diskusi dengan kurang baik dan tidak benar, dan tidak ada siswa yang tidak pernah menganalisis suatu permasalahan.

Tahap selanjutnya yaitu presentasi hasil analisis, pada kegiatan ini yang mempresentasikan hasil analisis adalah Muhammad Asyam Bagus Fauzani mempresentasikan hasil analisis poin satu, Marsella Rahmawati mempresentasikan hasil analisis poin dua, Farhan Hassamuddin mempresentasikan hasil analisis poin tiga, dan Isnadia Hindarto mempresentasikan hasil analisis poin empat. Selama pembelajaran terdapat indikator kognitif proses yang diamati yaitu siswa menyampaikan pertanyaan maupun pernyataan. Dari hasil pengamatan 6 siswa yang menyampaikan pertanyaan maupun pernyataan dengan jelas tanpa ditunjuk oleh guru, 18 siswa berusaha menyampaikan pertanyaan maupun pernyataan dengan jelas ataupun kurang jelas dan perlu ditunjuk oleh guru, 12 siswa berusaha menyampaikan pertanyaan maupun pernyataan kurang jelas dan perlu ditunjuk oleh guru, dan tidak ada siswa yang tidak berusaha menyampaikan pertanyaan maupun pernyataan

Kegiatan selanjutnya, pada tanggal 17 Mei 2016, siswa melakukan praktikum tentang pembentukan bayangan yang dihasilkan mikroskop. Lalu siswa menuliskan hasil diskusi hasil diskusi pada lembar kerja siswa.

(24)

Pada kegiatan ini hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat 23 siswa merinci semua bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, 10 siswa merinci ¾ bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, 3 siswa merinci setengah bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, dan tidak ada siswa yang tidak merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran. Saat memecahkan permasalahan 5 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan tepat, 23 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan kurang tepat, 8 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan tidak tepat, tidak ada siswa yang tidak berusaha memecahkan permasalahan. Kemudian saat menganalisis suatu permasalahan terdapat 4 siswa menganalisis suatu permasalahan melalui diskusi dengan baik dan benar, 25 siswa menganalisis suatu permasalahan melalui diskusi dengan baik dan tidak benar atau tanpa melalui diskusi dengan baik dan benar, 7 siswa menganalisis suatu permasalahan tanpa melalui diskusi dengan kurang baik dan tidak benar, dan tidak ada siswa yang tidak pernah menganalisis suatu permasalahan.

Tahap selanjutnya yaitu presentasi hasil analisis, pada kegiatan ini yang mempresentasikan hasil analisis adalah Nur Imamah AL Karimah mempresentasikan hasil analisis poin satu dan dua, Sekar Dewi Ariyanti mempresentasikan hasil analisis poin tiga, Muhammad Fahrurozi mempresentasikan hasil analisis poin empat, dan Shofiyah El Zulfa mempresentasikan hasil analisis poin lima. Selama pembelajaran terdapat indikator kognitif proses yang diamati yaitu siswa menyampaikan pertanyaan dan pernyataan. Dari hasil pengamatan terdapat 7 siswa yang menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dengan jelas tanpa ditunjuk oleh guru, 17 siswa berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dengan jelas ataupun kurang jelas dan perlu ditunjuk oleh guru, 12 siswa berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan kurang jelas dan perlu ditunjuk oleh guru, dan tidak ada siswa yang tidak berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan.

(25)

3) Kegiatan Akhir

Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan praktikum yang dilakukan. Sebelum guru menyimpulkan pembelajaran, guru mengkondisikan siswa agar kembali pada tempat duduk masing-masing.

Setelah semua terkondisikan, guru mengulas secara keseluruhan hasil diskusi kelompok yang telah dipresentasikan oleh temannya. Pada keiatan ini indikator kognitif proses yan diamati yaitu menyimpulkan informasi yang telah dianalisis. Dari hasil pengamatan tidak ada siswa yang menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara lengkap, 29 siswa menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara kurang lengkap, 7 siswa menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara tidak lengkap, tidak ada siswa yang tidak menyimpulkan informasi yang telah dianalisis. Pada kegiatan selanjutnya 8 siswa yang menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara lengkap, 24 siswa menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara kurang lengkap, 4 siswa menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara tidak lengkap, tidak ada siswa yang tidak menyimpulkan informasi yang telah dianalisis.

Kemudian guru memberikan penguatan konsep dan menegaskan kembali kesimpulan materi Lup dan Mikroskop. Pada saat guru memberikan penguatan dan menegaskan kesimpulan, seluruh siswa memperhatikan secara seksama.

Pada pertemuan selanjutnya tanggal 19 Mei 2016 adalah tes tertulis, guru membagikan soal dan lembar jawaban pada masing-masing siswa. Waktu yang diberikan untuk siswa mengerjakan soal evaluasi adalah 45 menit. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, siswa mengumpulkan lembar jawab dan soal ke meja guru di depan kelas. Guru menyampaikan materi pada pertemuan berikutnya.

Pembelajaran diakhiri dengan berdoa bersama dan salam penutup.

4) Tahap Pengamatan

Pada tahap observasi, dilakukan pengamatan akan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Contextual

(26)

Teaching and Learning (CTL). Observasi dilakukan untuk mengetahui kognitif proses dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat lainnya selama berlangsungnya proses pembelajaran.

Observasi juga dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap pelaksanaan pembelajaran, sehingga akan diketahui perubahan yang dihasilkan pada pembelajaran Fisika, pada kemampuan analisis Fisika siswa.

Alat yang digunakan untuk pengambilan data penelitian adalah lembar observasi, yang meliputi lembar observasi kognitif proses siswa.

Dokumentasi pembelajaran yang berupa foto dan video juga diambil selama proses pembelajaran.Adapun uraian observasi dalam pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut:

1) Pencapaian Kognitif Proses Siswa

Penelitian tindakan kelas ini untuk observasi kognitif proses menggunakan tujuh indikator. Tujuh komponen tersebut yaitu membuat pernyataan dengan jelas, merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari, memecahkan permasalahan, menganalisis suatu permasalahan, menyampaikan pendapat, dan menyimpulkan informasi yang telah dianalisis.

Berdasarkan hasil observasi selama pembelajaran tentang Lup dan Mikroskop pada siklus II diperoleh gambaran tentang hasil observasi pada setiap pertemuan. Hasil pencapaian kognitif proses diperoleh dari data hasil observasi terhadap siswa kelas X MIPA 3. Adapun hasil observasi selama siklus I disajikan dalam Gambar 4.4 dan dapat dilihat pada Lampiran 23.

(27)

Gambar 4.4. Bagan Ketercapaian Kognitif Proses Siswa Siklus II Keterangan Indikator pada Gambar 4.4 :

Indikator 1 : mambuat pernyataan

Indikator 2 : merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran Indikator 3 : menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari Indikator 4 : memecahkan permasalahan dari materi yang dipelajari Indikator 5 : menganalisis suatu permasalahan

Indikator 6 : menyampaikan pertanyaan atau pernyataan Indikator 7 : menyimpulkan informasi yang telah dianalisis

Hasil observasi ketercapaian pada setiap indikator kognitif proses siswa dapat dilihat pada Gambar 4.4. Pada indikator pertama yaitu membuat pernyataan teramati bahwa ada 15 siswa yang berusaha membuat pernyataan dengan jelas, 14 siswa berusaha membuat pernyataan dengan kurang jelas, 6 siswa berusaha membuat pernyataan dengan tidak jelas, dan tidak ada siswa yang tidak membuat pernyataan dengan jelas. Target keberhasilan untuk indikator pertama adalah 60 % siswa masuk dalam kriteria yang baik. Pada penelitian tindakan kelas siklus II ini 80,56 % siswa masuk dalam kriteria yang baik.

Indikator kedua yaitu merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran menunjukkan terdapat 23 siswa merinci semua bahan (alat

0 10 20 30 40 50 60 70 80

1 2 3 4 5 6 7

Ketercapaian %

Indikator Kognitif Proses

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

(28)

atau materi) dalam pembelajaran, 10 siswa merinci ¾ bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, 3 siswa merinci setengah bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran, dan tidak ada siswa yang tidak merinci bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran. Target keberhasilan untuk indikator kedua adalah 75% siswa minimal merinci ¾ bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran atau masuk dalam kriteria yang baik. Namun pada penelitian tindakan kelas siklus II ini 91,67% siswa yang telah merinci ¾ bahan (alat atau materi) dalam pembelajaran atau masuk dalam kriteria yang baik.

Indikator ketiga adalah menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari terdapat 3 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan tepat, 27 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan kurang tepat, 6 siswa berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari dengan tidak tepat, dan tidak ada siswa yang tidak berusaha menemukan permasalahan dari materi yang dipelajari. Target keberhasilan untuk indikator ketiga adalah 70% siswa masuk dalam kategori baik. Namun pada penelitian tindakan kelas siklus II 83,33% siswa masuk dalam kategori baik.

Indikator keempat adalah memecahkan permasalahan dari materi yang dipelajari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 5 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan tepat, 23 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan kurang tepat, 6 siswa berusaha memecahkan permasalahan dengan tidak tepat, tidak ada siswa tidak berusaha memecahkan permasalahan. Target keberhasilan untuk indikator keempat ini adalah 60% siswa masuk dalam kategori baik. Pada penelitian tindakan kelas siklus II ini 77,78% siswa masuk dalam kategori baik.

Indikator kelima adalah menganalisis suatu permasalahan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 4 siswa menganalisis suatu permasalahan melalui diskusi dengan baik dan benar, 25 siswa

(29)

menganalisis suatu permasalahan melalui diskusi dengan baik dan tidak benar atau tanpa melalui diskusi dengan baik dan benar, 7 menganalisis suatu permasalahan tanpa melalui diskusi dengan kurang baik dan tidak benar, dan tidak ada siswa yang tidak pernah menganalisis suatu permasalahan. Target keberhasilan untuk indikator kelima ini adalah 50%

siswa masuk dalam kategori baik. Pada penelitian tindakan kelas siklus II ini 80,56% siswa masuk dalam kategori baik.

Indikator keenam adalah menyampaikan pertanyaan atau pernyataan. Dari hasil pengamatan 7 siswa yang menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dengan jelas tanpa ditunjuk oleh guru, 17 siswa berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dengan jelas ataupun kurang jelas dan perlu ditunjuk oleh guru, 12 berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan kurang jelas dan perlu ditunjuk oleh guru, dan tidak ada siswa yang tidak berusaha menyampaikan pertanyaan atau pernyataan. Target keberhasilan untuk indikator keenam ini adalah 40 % siswa masuk dalam kategori baik. Pada penelitian tindakan kelas siklus II ini 66,67 % siswa masuk dalam kategori baik.

Indikator ketujuh adalah menyimpulkan informasi yang telah dianalisis. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 8 siswa yang menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara lengkap, 24 siswa menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara kurang lengkap, 4 siswa menyimpulkan informasi yang telah dianalisis secara tidak lengkap, tidak ada siswa yang tidak menyimpulkan informasi yang telah dianalisis. Targe keberhasilan unuk indikator ketujuh ini adalah 60%

siswa masuk dalam kategori baik. Pada penelitian tindakan kelas siklus II ini 88,89% siswa masuk dalam kategori baik

Berdasarkan hasil observasi, berikut ini dipaparkan beberapa pertanyaan/pernyataan siswa kepada teman atau guru seputar kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Alifa Nurjannah Putri Taqwami berpendapat tentang solusi dari tehap motivasiyaitu cara melihat tulisan

(30)

yang kecil menggunakan kacamata, air ditaruh diatas mikanya, selain itu ketika melakukan percobaan dia berpendapat bahwa bayangan dengan menggunakan lup jelas tapi bikin pusing. Shofiyah El Zulfa berpendapat bahwa melihat tulisan yang berukuran kecil dengan menggunakan teropong. Sekar Dewi Ariyanti berpendapat bahwa solusi pada motivasi yaitu diberi air (dengan menunjuk temannya yang sedang mempraktekkan penggunaan air di dalam botol minumannya untuk melihat tulisan yang berukuran kecil). Adiana Musadewi berpendapat bahwa solusi membaca tulisan yang berukurab sangat kecil dengan menggunakan bohlam dan air sama dengan cara yang tadi melihat dengan air dan gelas. Muhammad Fahrurozi berpendapat bahwa menggunakan air ini bayangan tidak terlihat (dengan menunjukkan air minuman gelas yang didekatkan tulisan berukuran kecil), dan bertanya apakah bayangan maya harus terbalik, mengapa disini tegak. Yahya Al Hadid berpendapat bahwa tulisan yang kecil dibasahi supaya dapat terbaca dan bertanya tentang cara mengukurnya. Wildan Wallaba berpedapat supaya air dimasukkan di dalam gelas. Yans Rayhan Firdaus Islam mengemukakan pernyataan bahwa tulisannya kelihatan saat melihat menggunakan mika yang diberi air. Aulia Riki Ardiani menyampaikan pernyataan yaitu sifat bayangan yang sifatnya nyata itu jelas. Fitri Nur Hidayah bertaya tentang maksud dari langkah yang jaraknya 3 cm, 5 cm, 10 cm dan seterusnya. Maisuri Widyasuri bertanya mengapa bayangan yang terlihat dengan menggunakan lup berbeda-beda dan tidak jelas, dan perbedaan bayangan maya dan nyata. Nur Hidayati (ketika menentukan sifat bayangan) mengatakan bahwa bayangan tulisan dengan jarak tertentu memiliki sifat tidak jelas dan diperkecil. Nur Imamah Al Karimah (ketika menentukan sifat bayangan) mengatakan bahwa bayangannya diperkecil. Winda Miftakul Jannah (ketika menentukan sifat bayangan) bertanya tentang maksud dari bayangan yang terbentuk dan tentang cara membedaan sifat bayangan maya dan nyata. Laziofi Nur Fatimah (ketika menjawab pertanyaan temannya)

(31)

Sifat bayangan yang nyata itu selalu terbalik dan yang maya itu selalu tegak. Dzakwan Murtadlo M menanyakan bagaimana apabila bayangan yang terbentuk tidak jelas. Rosy Hilal Mahendra memberi pendapat yaitu mikanya diberi air supaya tulisan terlihat besar, dan bertanya tentang bayangan maya itu terbalik atau tegak. Yazid Ahmad Firdaus (ketika menetukan sifat bayangan) bertanya apakah bayangan yang terbentuk disebut bayangan maya atau bukan. Muhammad Asyam Bagus Fauzani menyapaiakan hasil analisis poin satu bahwa percobaan yang menghasilkan akhir maya, tegak, diperbesar adalah percobaan yang ke 1 dan 2 dengan jarak pengamatan 3 cm dan 5 cm. Marsella Rachmawati menyampaikan hasil analisis poin 2 bahwa perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum 𝑀 =𝑠𝑛

𝑓 + 1 = 25/5 + 1 = 5 + 1 = 6 kali. Jadi perbesaran lup mata berakomodasi maksimum adalah 6 kali. Farhan Hassamudin menyampaikan hasil analisis poin 3 bahwa perbesaran lup untuk mata tak berakomodasi M = 𝑠𝑛

𝑓 = 25/5 = 5 kali.Jadi perbesaran lup mata tak berakomodasi adalah 5 kali. Isnadia Hindarto menyampaikan hasil analisis poin 4 bahwa perbesaran bayangan pada lup untuk mata dengan berakomodasi maksimum lebih besardibandingkan mata tidak berakomodasi. Mata dalam keadaan tidak berakomodasi ketika pengamatan benda melalui lup tidak cepat lelah dibanding pengamatan dengan mata berakomodasi maksimum karena tidak membutuhkan energi otot yang banyak karena pada saat akomodasi akan bekerja lebih banyak dan melelahkan. Pada pertemuan selanjutnya, Shofiyah El Zulfa berpendapat bahwa melihat bakteri tidak bisa menggunakan lup karena lup tidak bisa memperbesar bayangan seperti mikroskop, selain itu jugan menyampaikan hasil analisis poin 5 bahwa bayangan akhir yang dibentuk pada mikroskop untuk mata dengan berakomodasi maksimum lebih besar dibandingkan mata tidak berakomodasi. Sekar Dewi Ariyanti menyatakan pendapat saat motivasi bahwa tidak dapat apabila menggunakan lup karena perbesarannya kurang, dia juga bertanya yang

(32)

dimaksud simbol d itu api (bertanya secara bersamaan dengan Adiana), selain itu juga menyampaikan hasil analisis poin 3 bahwa perbesaran mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum M = |sob

sob x (sn

fok + 1)| = 20/20 x (25/25 + 1) = 2 kali. Winda Miftakul Jannah mengemukakan pernyataan yaitu lensa yang digunakan pada percobaan ini lensa cembung semua, melihat menggunakan mikroskop, perbesarannya ratusan kali lipat dibanding melihat dengan mata, dia juga bertanya tentang bayangan yang terbentuk pada layar itu maya atau nyata. Annisa Eka Sulistyowati (ketika menanggapi teman sekelompok) mengatakan bahwa dengan menggunakan lup bukan mata telanjang.

Muhammad Rizal Rifa’i meminta pendapat temannya tentang lilinnya diletakkan disini digeser-geser dulu (ketika percobaan dengan teman sekelompoknya). Arifa Maulida Salsabila bertanya mengapa tidak terbentuk bayangan, apakah ada yang salah sama lilinnya. Alifa Nurjannah Putri Taqwami juga bertanya bagaimana cara mendapatkan bayangan dilayar ini dan layarnya diletakkan dimana. Muhammad Arif Trinanda berpendapat bahwa lilin bagian bawah dipanasi lalu diusapkan dengan tetesan lilin yang masih basah segera (ketika praktikum dengan menunjuk lilin yang sedang dipegang Dzakwan). Nur Imamah Al Karimah menanyakan apa yang terjadi pada bayangan karena lensanya buram, selain itu juga menyampaikan hasil analisis poin 1 dan 2 bahwa sifat bayangan yang terbentuk pada layar (hasil bayangan lensa obyektif) adalah nyata, terbalik, dan diperbesar karena lilin (Sob) diletakkan diantara f dan 2f. Adiana Musadewi berpendapat tentang ukuran fokus lensa obyektif dan lensa okulernya, S aksen itu apa ( bertanya kepada temannya), dan maksud dai simbol d itu apa( bertanya secara bersamaan dengan sekar). Marsella Rachmawati menjawab pertanyaan temannya bahwa S aksen itu jarak bayangan. Ihda Izzatul Hikmah menjawab pertanyaan temannya bahwa d itu panjang mikroskop. Rosy Hilal Mahendra berpendapat bahwa jarak antara lilin dengan lensa obyektif

(33)

adalah Sob. Farhan Hassamudin menanyakan cara melihat bayangan dari lensa okuler. Aulia Riki Ardiani berpendapat bahwa bayangan yang terlihat di lensa okuler itu bayangan akhir, dan menanyakan jarak Sok nya kepada guru. Maisuri Widyasuri bertanya kepada guru tentang jarak benda dari lensa okuler (saat praktikum ketika plester belum ditandakan pada layar yang telah dilepas). Muhammad Fahrurozi menyampaikan hasil analisis poin 4 bahwa perbesaran mikroskop untuk mata tak berakomodasi 𝑀 = |𝑠𝑜𝑏

𝑠𝑜𝑏 𝑥 (𝑠𝑛

𝑓𝑜𝑘) | = 36/20 𝑥 (25/20) = 9/4 kali.

Yans Rayhan Firdaus Islam bertanya kepada guru tentang peletakan layar supaya terbentuk bayangan. Isnadia bertanya kepada guru apakah lensa di mikroskop harus memakai lensa cembung semua, selain itu juga bertanya mengapa apabila memakai lilin yang terlalu tinggi tidak terbentuk bayangan pada layar.

2) Pencapaian Kognitif Produk Siswa

Kognitif Produk memiliki lima indikator yaitu menganalisis, mendiagnosis, memilih, membandingkan, dan mengaitkan. Bagan ketercapaian kemampuan analisis kognitif produk siklus II ditunjukkan Gambar 4.5. Hasil kognitif produk dapat dilhat pada Lampiran 21.

Gambar 4.5. Bagan Ketercapaian Kognitif Produk Siklus II

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Ketercapaian %

Indikator Kognitif Produk

(34)

Hasil tes tertulis kemampuan kognitif pada pencapaian tiap indikatornya dapat dilihat pada Gambar 4.5, diperoleh fakta bahwa indikator pertama adalah menganalisis. Hasil tes tertulis pada penelitian tindakan siklus II untuk indikator menganalisis diperoleh ketuntasan sebesar 75.17%. Indikator pertama sudah mencapai target keberhasilan.

Target keberhasilan pada indikator pertama ini adalah 75 % siswa mencapai ketuntasan.

Indikator kedua adalah mendiagnosis. Hasil tes tertulis pada penelitian tindakan siklus II untuk indikator menganalisis diperoleh ketuntasan sebesar 81,67 %. Indikator kedua sudah mencapai target keberhasilan. Target keberhasilan pada indikator kedua ini adalah 75 % siswa mencapai ketuntasan.

Indikator ketiga adalah memilih. Hasil tes tertulis pada penelitian tindakan siklus I untuk indikator memilih diperoleh ketuntasan sebesar 84,44%. Indikator ketiga sudah mencapai target keberhasilan.

Target keberhasilan pada indikator ketiga ini adalah 75 % siswa mencapai ketuntasan.

Indikator keempat adalah membandingkan. Hasil tes tertulis pada penelitian tindakan siklus II untuk indikator membandingkan diperoleh ketuntasan sebesar 81.11%. Indikator ketiga sudah mencapai target keberhasilan. Target keberhasilan pada indikator keempat ini adalah 75 % siswa mencapai ketuntasan.

Indikator kelima adalah mengaitkan. Hasil tes tertulis pada penelitian tindakan siklus II untuk indikator mengaitkan diperoleh ketuntasan sebesar 76,94%. Indikator kelima sudah mencapai target keberhasilan. Target keberhasilan pada indikator keempat ini adalah 75%

siswa mencapai ketuntasan.

Hasil tes tertulis menunjukkan bahwa semua indikator kemampuan analisis sudah mencapai target keberhasilan.

(35)

d) Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi dilakukan analisis hasil tindakan pada siklus II.

Berdasarkan hasil observasi saat pelaksanaan siklus II dilakukan analisis sebagai berikut:

1) Siswa lebih memahami kegiatan pembelajaran dan mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

2) Rasa ingin tahu siswa meningkat tentang Fisika terlihat dari pertanyaan yang muncul ketika tahap motivasi maupun selama pembelajaran berlansung.

3) Siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ketika proses pembelajaran berlangsung pada tahap praktikum maupun tahap diskusi.

4) Siswa lebih memahami materi pelajaran Fisika dan lebih bisa menganalisis permasalahan-permasalahan yang ada dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) 5) Siswa lebih percaya diri dalam mengikuti pembelajaran, terlihat bahwa

siswa berani menyampaikan pendapat dan bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami.

6) Siswa lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran.

Ketercapaian indikator kemampuan analisis pada kognitif proses maupn kognitif produk siswa di siklus II sudah mencapai target keberhasilan penelitian. Hasil tindakan pada siklus II menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan analisis pada kognitif proses maupn kognitif produk siswa kelas X MIPA 3. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa kelas X MIPA 3 SMA Al Islam 1 Surakarta. Dengan adanya hal tersebut, maka tindakan dalam penelitian ini telah dinyatakan berhasil dan dihentikan pada siklus II.

(36)

4. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus

Hasil pengamatan dan analisis data menunjukkan terdapat peningkatan kemampuan analisis siswa. Peningkatan tersebut terlihat dari sebelum adanya tindakan atau pratindakan dan setelah tindakan, yaitu siklus I dan siklus II. Perbandingan peningkatan tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

a. Peningkatan Pencapaian Kognitif Proses Siswa

Peningkatan pencapaian kognitif proses pada siswa kelas X MIPA 3 SMA Al Islam 1 Surakarta pada siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Bagan Hasil Observasi Kognitif Proses

Pada keadaan pra siklus, kegiatan pembelajaran hanya berupa ceramah dan membaca buku sehingga indikator kognitif proses saat pra siklus belum muncul, oleh karena itu tidak ada penggambaran untuk pra siklus hanya dalam bentuk diskripsi. Gambar 4.6 menunjukkan bahwa ada peningkatan kognitif proses siswa dari siklus I ke siklus II. Kognitif proses ini juga telah mencapai indikator keberhasilan kinerja yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat dinyatakan bahwa melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Siklus 1 Siklus 2

Ketercapaian %

Kategori Kognitif Proses Siswa

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

(37)

meningkatkan kemampuan analisis siswa kelas X MIPA 3 SMA Al Islam 1 Surakarta

b. Peningkatan Pencapaian Kemampuan Analisis Kognitif Produk Siswa Berikut akan dipaparkan nilai tes kognitif produk pada siklus I, dan siklus II melalui Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Bagan Hasil Tes Kognitif Produk

Gambar 4.7. menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil tes kognitif produk siswa dari pra siklus ke siklus I dan ke siklus II. Hasil tes kognitif produk ini juga telah mencapai indikator keberhasilan. Hasil analisis data di atas, maka dapat dinyatakan bahwa melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa kelas X MIPA 3 SMA Al Islam 1 Surakarta.

B. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing- masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi tindakan. Sebelum melaksanakan siklus I, dilakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di SMA Al Islam 1 Surakarta. Hasil survei tersebut, ditemukan permasalahan bahwa kemampuan analisis siswa di kelas X MIPA 3 masih rendah. Oleh karena itu, dilaksanakan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Ketercapaian %

Indikator Kognitif Produk

PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Krulik (Supardi, 2012) mengemukakan bahwa dalam memahami maupun merencanakan penyelesaian masalah diperlukan suatu kemampuan berpikir kreatif siswa yang

1) Menentukan kelas yang akan dijadikan tempat dilakukannya penelitian tindakan. 2) Menentukan dan menyusun materi pembelajaran yang akan diambil dalam pelaksanaan

Rumusan kerjasama antara prodi, dan bagian kemahasiswaan Kaprodi, Staf Administrasi, Dana Sosialisasi dan pembinaan karya mahasiswa Meningkatnya kualitas karya

Perbedaan antara penelitian yang penulis lakukan dengan ketiga penelitian yang telah diuraikan di atas adalah, bahwa penulis mengembangkan metode penjadwalan Critical Chain

Pengembangan mobile learning bertujuan terjadi proses belajar sepanjang waktu (long life learning), peserta didik dapat lebih aktif dalam proses

Dengan demikian hypothetical learning trajectory dirumuskan berdasarkan hasil identifikasi learning obstacles, pertimbangan materi yang telah dipelajari siswa dilihat

Di dalam konteks ekonomi yang lebih luas, John, Morphet & Alexander (1983) mengungkapkan keuntungan investasi pendidikan dapat dirinci sebagai berikut:

Zona IIIax2, T2, B2, P1, dan I2: lereng 8-15%, regim temperatur panas, regim kelembapan kering, potensi tenaga kerja sangat mendukung, beban lingkungan berat, komoditas unggulan