• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PAS-10.OT.02.02 TAHUN 2021

TENTANG

SISTEM PENILAIAN PEMBINAAN NARAPIDANA DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pembinaan narapidana yang menerapkan evidence-based correctional treatment sehingga dapat mendorong objektivitas dan akuntabilitas dari penilaian narapidana;

b. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan yang mengamanatkan pemberian pembinaan narapidana perlu disesuaikan dengan tingkat risiko dan kebutuhan narapidana;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan tentang Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Tahun1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843);

(2)

Nomor 5332);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3842);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3846);

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 112 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3858);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 225, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5359);

9. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 84);

10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1685);

(3)

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 30 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1752).

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN TENTANG SISTEM PENILAIAN PEMBINAAN NARAPIDANA.

KESATU : Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana adalah pedoman dalam melaksanakan penilaian pembinaan narapidana dengan metode pengamatan perilaku sebagaimana tercantum pada lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU bertujuan untuk meningkatkan objektivitas penilaian perubahan perilaku narapidana dalam pelaksanaan pembinaan yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat risiko narapidana.

KETIGA : Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU dilaksanakan berdasarkan:

1. Observasi perilaku narapidana baik secara langsung ataupun tidak langsung;

2. Wawancara secara langsung dengan narapidana;

3. Melakukan penelusuran dan pengkajian dokumen yang berisi tentang data dan informasi narapidana;

4. Melaksanakan serangkaian tes evaluasi untuk mengukur sikap narapidana, keterampilan dan pengetahuan.

(4)

A. Latar Belakang;

B. Dasar Hukum;

C. Definisi Global;

D. Maksud dan Tujuan;

E. Sistem, Mekanisme dan Prosedur;

F. Jangka Waktu Penyelesaian;

G. Kebutuhan Sarana dan Prasarana;

H. Jumlah dan Kompetensi Pelaksana;

I. Kebutuhan Biaya Pelaksanaan;

J. Instrumen Penilaian Kinerja.

KELIMA : Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat perubahan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkandi : Jakarta

padatanggal : 10 Februari 2021

DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN,

REYNHARD SILITONGA NRP 67090332

(5)
(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang 3

B. Dasar Hukum 4

C. Definisi Global 5

D. Maksud dan Tujuan 6

E. Sistem, Mekanisme dan Prosedur 7

1. Sistem Penilaian dalam Revitalisasi 7

a. Tujuan 7

b. Karakteristik setiap Klasifikasi Lapas 8

c. Penilaian Pembinaan 11

2. Mekanisme Penilaian Pembinaan Narapidana 15

a. Pengumpulan Data 15

b. Pengisian 34

c. Penghitungan Skor 40

d. Pelaporan 41

3. Prosedur Penilaian Pembinaan Narapidana 42

F. Jangka Waktu Penyelesaian 44

G. Kebutuhan Sarana dan Prasarana 44

H. Jumlah dan Kompetensi Pelaksana 46

I. Kebutuhan Biaya Pelaksanaan 48

J. Instrumen Penilaian Kinerja 50

Lampiran I. Format Pelaporan 56

Lampiran II. Format Post-test Pengetahuan (Pelatihan Keterampilan) 59 Lampiran III. Lembar Penilaian Diri Self-Assessment Narapidana Teroris 64 Lampiran IV. Lembar Penilaian Diri Self-Assessment Bandar Narkotika 69

Lampiran V. Standar Operasional Prosedur 73

(7)

A. Latar Belakang

Pemasyarakatan merupakan proses untuk memulihkan hubungan antara terpidana dengan masyarakat dengan cara membuat terpidana menyadari perbuatannya dan kembali berlaku konformis di masyarakat.

Sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, dinyatakan bahwa Pemasyarakatan bertujuan untuk membuat Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Outputnya tidak lain ialah kembalinya narapidana sebagai warga yang baik dan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh narapidana serta merupakan penerapan dan bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Sehubungan dengan usaha mengembalikan narapidana ke tengah-tengah masyarakat dan sekaligus mencegah narapidana mengulangi kejahatannya, maka menjadi kewajiban petugas pemasyarakatan untuk memberikan pembinaan mental, sosial dan keterampilan kerja yang memadai untuk menjadi bekal kehidupan kelak. Penyelenggaraan kegiatan pembinaan di Lapas telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan yang membagi pembinaan menjadi kepribadian dan kemandirian.

Beriringan dengan zaman, program pembinaan bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan semakin mengalami kemajuan. Melalui Permenkumham Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan dinyatakan bahwa penyelenggaraan revitalisasi pembinaan dilaksanakan guna meningkatkan kualitas fungsi Pembinaan Narapidana dalam mendorong perubahan perilaku dan penurunan tingkat risiko Narapidana. Penyelenggaraan kegiatan pembinaan tersebut terwujud dalam klasifikasi lembaga pemasyarakatan berdasarkan tingkat risiko dan kebutuhan, yakni Lapas Super Maximum Security, Lapas Maximum Security, Lapas Medium Security dan Lapas Minimum Security. Pembagian klasifikasi ini merupakan langkah progresif pemasyarakatan dalam menerapkan perlakuan individual sebagai bagian dari evidence-based correctional treatment (pembinaan berbasis bukti atau data) untuk mendorong objektivitas dan akuntabilitas dari penilaian narapidana. Proses tersebut dimulai dengan melakukan asesmen risiko untuk rekomendasi penempatan atau pemindahan yang diikuti dengan asesmen kebutuhan untuk rekomendasi pembinaan. Kemudian, untuk mengetahui respon narapidana terhadap program pembinaan yang

(8)

perubahan perilaku dan perkembangan narapidana. Sehubungan dengan kebutuhan tersebut, disusunlah “Standar Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana” sebagai acuan petugas pemasyarakatan dalam melakukan penilaian pembinaan pada setiap klasifikasi lapas.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan;

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.01.PK-04.10 tahun 2007 tentang Wali Pemasyarakatan;

5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH- 05.0T.01.01 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M-01-PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan;

6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan bagi Narapidana dan Klien Pemasyarakatan;

7. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

8. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pengamanan Pada Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;

9. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;

10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 tentang Sistem Database Pemasyarakatan;

(9)

11. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan;

12. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2018 tentang Cetak Biru Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan Tahun 2019-2023;

13. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02- PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana dan Tahanan;

14. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-02.PK.01.02.02 Tahun 2017 Tentang Pedoman Kerja Lembaga Pemasyarakatan Khusus Bagi Narapidana Resiko Tinggi (High Risk) Kategori Bandar Narkotika;

15. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-02.PK.01.02.02 Tahun 2017 Tentang Pedoman Kerja Lembaga Pemasyarakatan Khusus Bagi Narapidana Resiko Tinggi (High Risk) Kategori Teroris;

16. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor PAS-24.OT.02.02 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembinaan bagi Narapidana Kategori Risiko Tinggi (High risk) pada Lembaga Pemasyarakatan Khusus;

17. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor PAS-15.PR.01.01 Tahun 2019 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan Pilot Project Maximum Security, Medium Security, dan Minimum Security.

C. Definisi Global

1. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.

2. Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan adalah suatu upaya mengoptimalisasi penyelenggaraan pemasyarakatan sebagai bentuk perlakuan terhadap Tahanan, Narapidana dan Klien serta perlindungan atas hak kepemilikan terhadap barang bukti.

3. Petugas Pemasyarakatan adalah Pejabat Fungsional Penegak Hukum yang melaksanakan tugas di bidang pembinaan, pengamanan, dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

4. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah institusi untuk melaksanakan pembinaan warga binaan pemasyarakatan dan anak didik pemasyarakatan.

5. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas.

(10)

kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.

7. Standar Pemasyarakatan adalah serangkaian peraturan dan instruksi tertulis yang dibakukan terkait berbagai proses penyelenggaraan pelayanan pemasyarakatan yang mengatur bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa harus dilakukan, apa dan bagaimana instrumen monitoringnya serta bagaimana evaluasi yang dilakukan, untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pelaksanaan standar pemasyarakatan.

8. Tim Pengamat Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut TPP adalah Tim yang bertugas memberikan saran mengenai program pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan.

9. Penilaian pembinaan adalah kegiatan mengamati, mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan sikap dan perilaku narapidana untuk mengetahui perubahan dan perkembangan narapidana sebagai hasil dari program pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan.

10. Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu dalam hubungannya dengan dirinya sendiri atau lingkungannya yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.

11. Lapas Super Maximum Security menjalankan program Pembinaan bagi Narapidana tingkat risiko tinggi untuk mendorong perubahan perilaku dan penurunan tingkat risiko.

12. Lapas Maximum Security menjalankan program Pembinaan Narapidana untuk mendorong perubahan sikap dan perilaku Narapidana yang sadar akan kesalahan, patuh terhadap hukum dan tata tertib serta peningkatan disiplin.

13. Lapas Medium Security menjalankan program Pembinaan Narapidana untuk mendorong perubahan sikap dan perilaku yang sadar akan kesalahan, patuh terhadap hukum dan tata tertib serta meningkatkan kompetensi dan kemampuan diri Narapidana.

14. Lapas Minimum Security menjalankan program Pembinaan Narapidana untuk membentuk perubahan sikap dan perilaku, meningkatkan kemandirian dan produktivitas Narapidana.

D. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan standar sistem penilaian pembinaan narapidana ini adalah untuk memberikan petunjuk kepada petugas pemasyarakatan dalam melakukan penilaian terhadap perilaku narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.

(11)

Tujuan disusunnya standar sistem penilaian pembinaan narapidana antara lain:

1. Terselenggaranya penilaian pembinaan narapidana melalui pengamatan perilaku yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka pemenuhan hak narapidana;

2. Terselenggaranya pembinaan narapidana yang sesuai dengan kebutuhan individual.

E. Sistem, Mekanisme dan Prosedur 1. Sistem Penilaian dalam Revitalisasi

Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 bahwa sistem pemasyarakatan bertujuan untuk menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Sejalan dengan tujuan tersebut, dalam pasal 2 Permenkumham Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan dinyatakan bahwa tujuan penyelenggaraan pemasyarakatan adalah meningkatkan objektivitas penilaian perubahan perilaku narapidana dalam pelaksanaan pembinaan. Secara lebih spesifik, dijelaskan pula tujuan dari revitalisasi pembinaan yaitu untuk meningkatkan kualitas fungsi Pembinaan Narapidana dalam mendorong perubahan perilaku dan penurunan tingkat risiko Narapidana. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka revitalisasi penyelenggaraan pemasyarakatan diselenggarakan di Lapas Super Maximum Security, Lapas Maximum Security, Lapas Medium Security dan Lapas Minimum Security. Setiap klasifikasi lapas memiliki tujuan, klasifikasi, serta penilaian pembinaan yang berbeda satu dengan yang lain:

a. Tujuan

Dalam setiap tingkatan klasifikasi Lapas terdapat tujuan yang menjadi fokus untuk dicapai. Hal ini yang kemudian menjadi acuan bagi penyelenggaraan pembinaan serta penilaian pembinaan.

Super Maximum

Security

Maximum Security

Medium Security

Minimum Security

(12)

Perubahan sikap dan

perilaku

Perubahan sikap dan

perilaku

Perubahan sikap dan

perilaku

Perubahan sikap dan

perilaku Penurunan

tingkat risiko

Sadar akan kesalahan

Sadar akan kesalahan

Peningkatan kemandirian

dan produktivitas Patuh

terhadap hukum dan

tata tertib

Patuh terhadap hukum dan

tata tertib Peningkatan

disiplin

Peningkatan kompetensi

dan kemampuan

diri

b. Karakteristik setiap Klasifikasi Lapas

Setiap klasifikasi Lapas mengampu narapidana yang telah diklasifikasikan berdasarkan karakteristik tingkat risiko dan kebutuhan, pun dengan tingkat pengamanan yang menunjang pada setiap kategori. Karakteristik ini yang menjadikan penyelenggaraan pembinaan, penempatan, dan metode penilaian pembinaan yang berbeda pada setiap kategori Lapas.

1) Lapas Super Maximum Security

a) Pembinaan diselenggarakan bagi narapidana tingkat risiko tinggi, yakni narapidana yang membahayakan keamanan negara dan/atau narapidana yang membahayakan keselamatan masyarakat;

b) Narapidana ditempatkan masing-masing dalam satu kamar hunian;

c) Penyelenggaraan program pembinaan narapidana dilaksanakan menggunakan metode pemisahan secara individual untuk mengetahui konsep kesadaran dirinya terhadap perilaku berisiko tinggi guna melindungi masyarakat dari pengaruh buruk;

d) Pemindahan narapidana ke Lapas Super Maximum Security harus seizin Direktorat Jenderal Pemasyarakatan;

(13)

e) Sikap dan perilaku narapidana pada Lapas Super Maximum Security diamati dan dicatat setiap hari melalui metode seperti observasi dari CCTV, studi dokumen dan wawancara dengan dengan pengamanan tinggi dan pembatasan interaksi antara narapidana dan petugas pemasyarakatan.

2) Lapas Maximum Security

a) Pembinaan diselenggarakan bagi narapidana dengan kategori:

i) terpidana yang ditempatkan pada Lapas Maximum Security berdasarkan hasil Litmas; dan

ii) Narapidana dari Lapas Super Maximum Security yang telah menunjukkan perubahan sikap dan perilaku serta penurunan tingkat risiko sesuai dengan hasil penilaian dan Litmas yang direkomendasikan pada sidang tim pengamat pemasyarakatan;

iii) Narapidana yang dipindahkan karena menunjukkan peningkatan tingkat risiko dari Lapas Medium atau Minimum Security;

b) Narapidana ditempatkan secara berkelompok atau komunal terbatas pada blok hunian dengan memperhatikan risiko pengulangan tindak pidana, risiko keselamatan dan keamanan, bentuk kegiatan pembinaan dan jenis kelamin;

c) Penyelenggaraan program Pembinaan Narapidana dilaksanakan dengan metode observasi dalam lingkungan komunal yang terbatas;

d) Sikap dan perilaku narapidana pada Lapas Maximum Security diamati dan dicatat setiap hari melalui metode seperti observasi dari CCTV, studi dokumen dan wawancara dalam lingkungan komunal yang terbatas;

e) Pemindahan narapidana ke Lapas Maximum Security harus seizin Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM setempat.

3) Lapas Medium Security

a) Pembinaan diselenggarakan bagi narapidana dengan kategori:

i) terpidana yang ditempatkan pada Lapas Medium Security berdasarkan hasil Litmas; dan

ii) Narapidana dari Lapas Maximum Security yang telah menunjukkan perubahan sikap dan perilaku serta penurunan tingkat risiko sesuai dengan hasil

(14)

sidang tim pengamat pemasyarakatan;

iii) Narapidana yang dipindahkan karena menunjukkan peningkatan tingkat risiko dari Lapas Minimum Security.

b) Narapidana ditempatkan secara berkelompok pada blok hunian dengan memperhatikan risiko pengulangan tindak pidana, risiko keselamatan dan keamanan, jenis kelamin, serta potensi minat bakat;

c) Penyelenggaraan program pembinaan narapidana dilaksanakan dengan metode pelatihan dan pendidikan;

d) Sikap dan perilaku narapidana pada Lapas Medium Security diamati dan dicatat setiap hari melalui metode observasi secara langsung maupun CCTV, studi dokumen, tes evaluasi dan wawancara;

e) Pemindahan narapidana ke Lapas Medium Security harus seizin Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM setempat.

4) Lapas Minimum Security

a) Pembinaan diselenggarakan bagi Narapidana yang berasal dari Lapas Medium Security yang telah menunjukkan perubahan sikap dan perilaku, peningkatan kompetensi dan kemampuan diri;

b) Narapidana ditempatkan secara berkelompok pada blok hunian dengan memperhatikan risiko pengulangan tindak pidana, risiko keselamatan dan keamanan, jenis kelamin, serta kompetensi kemampuan dan keahlian;

c) Penyelenggaraan program pembinaan narapidana dilaksanakan dalam bentuk asimilasi dan pemberian program reintegrasi;

d) Sikap dan perilaku narapidana pada Lapas Medium Security diamati dan dicatat setiap hari melalui metode observasi secara langsung maupun CCTV, studi dokumen, tes evaluasi dan wawancara.

e) Pemindahan narapidana ke Lapas Minimum Security harus seizin Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM setempat;

5) Lapas Multi-klasifikasi

a) Lapas yang belum ditetapkan dalam kepdirjen nomor:

PAS-15.PR.01.01 Tahun 2019 tentang Penetapan lembaga Pemasyarakatan Pilot Project Maximum Security, Medium Security, dan Minimum Security berlaku standar ini;

(15)

b) Lapas yang belum ditetapkan memiliki lebih dari satu klasifikasi tingkat risiko pengamanan dan menyelenggarakan pembinaan yang disesuaikan dengan risiko masing-masing narapidana;

c) Pemindahan narapidana ke Lapas Super Maximum, Maximum, Medium, dan Minimum Security dilakukan berdasarkan hasil penilaian, Litmas dan sidang TPP.

c. Penilaian Pembinaan

Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan pembinaan, maka perlu dilakukan penilaian perubahan perilaku yang objektif. Penilaian ini bertujuan untuk melihat respon narapidana dalam menerima program pembinaan yang tergambar pada perilakunya. Kesediaan narapidana untuk menerima program pembinaan menjadi tolok ukur perubahan perilaku narapidana tersebut. Hal ini merupakan langkah progresif pemasyarakatan dalam menerapkan perlakuan individual sebagai bagian dari evidence-based correctional practice (praktik berbasis bukti atau data). Evidence-based practice muncul pada awal abad ke-21 sebagai konsep yang telah diujikan dapat mengurangi residivisme secara signifikan pada penelitian terkait ‘what works’. Penelitian ini didasari pada keresahan akan tingginya angka residivisme sebagai dampak dari pendekatan offender-based (berbasis pelaku). Konsep evidence-based practice merujuk pada praktek profesional berdasarkan data/bukti penelitian yang memiliki strategi intervensi ilmiah, dampak yang rasional, penelaahan sistematis, uji statistik dan klinis yang signifikan dan data pendukung lainnya. Praktek evidence-based practice ini sejalan dengan tujuan dari Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan yang ingin meningkatkan objektivitas penilaian perubahan perilaku.

Terdapat beberapa prinsip dasar dari evidence-based practice yang berkaitan dengan pengurangan residivisme, tiga diantaranya adalah prinsip risiko, kebutuhan dan responsivitas.

Ketiga prinsip ini juga dikenal sebagai model RNR (risk, need dan responsivity) yang merupakan salah satu model yang paling berpengaruh dalam assessment dan perlakuan terhadap narapidana. Model ini pertama kali digunakan secara formal pada tahun 1990, dengan menguraikan teori kepribadian dan pembelajaran sosial kognitif dari perilaku kriminal. Prinsip risiko menekankan bahwa perilaku kriminal dapat diprediksi dan fokus perlakuan seharusnya pada pelaku yang memiliki risiko tinggi. Prinsip kebutuhan menyoroti pada pentingnya identifikasi

(16)

Sedangkan prinsip responsivity menegaskan bahwa program intervensi sebaiknya disesuaikan dengan gaya dan cara pembelajaran dari masing-masing pelaku. Dalam model RNR ini, penilaian perubahan perilaku masuk ke dalam prinsip responsivity untuk mengevaluasi dan menyesuaikan program intervensi berdasarkan respon narapidana.

Asumsi dasar dari prinsip responsivity ini menjelaskan bahwa setiap narapidana berbeda-beda. Meskipun telah terdapat berbagai upaya pengkategorisasian untuk memperkecil perbedaan, narapidana sebagai individu tetap dapat diidentifikasi dari intelijen, gaya komunikasi dan secara emosional. Karakter ini juga mempengaruhi bagaimana narapidana akan merespon upaya intervensi untuk merubah perilaku, pemikiran dan sikapnya. Karakteristik personal sebagai bentuk perlakuan individual ini menjadi fokus utama dari prinsip responsivity dalam melihat kemampuan dan motivasi narapidana dalam mengikuti program pembinaan.

Adapun jenis pembinaan yang ada saat ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, yang meliputi:

a. Kesadaran beragama;

b. Kesadaran berbangsa dan bernegara;

c. Intelektual;

d. Sikap dan perilaku;

e. Kesehatan jasmani dan rohani;

f. Kesadaran hukum;

g. Reintegrasi sehat dengan masyarakat;

h. Keterampilan kerja;

i. Latihan kerja dan produksi.

Kemudian, sebagai upaya untuk meningkatkan objektivitas penilaian, terdapat beberapa variabel penilaian perubahan sikap dan perilaku yang telah disesuaikan dengan karakteristik masing-masing klasifikasi Lapas sebagaimana yang diatur dalam Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan. Variabel penilaian tersebut terdiri dari:

a. Variabel penilaian pembinaan kepribadian;

b. Variabel penilaian pembinaan kemandirian;

c. Variabel penilaian sikap;

d. Variabel penilaian kondisi mental.

(17)

Setiap variabel diturunkan menjadi beberapa aspek dan item perilaku yang dinilai secara berkala sesuai frekuensinya. Adapun daftar aspek penilaian untuk masing-masing klasifikasi Lapas antara lain:

No Program Pembinaan

Super Maximum

Security

Maximum Security

Medium Security

Minimum Security

A Variabel Penilaian Pembinaan Kepribadian 1 Kesadaran

beragama

V V V V

2 Kesadaran hukum, berbangsa dan bernegara

V V V V

3 Kemampuan Intelektual

V V V V

4 Kesehatan Jasmani

V V V V

5 Konseling dan Rehabilitasi

V V V V

B Variabel Penilaian Pembinaan Kemandirian

1 Pelatihan Keterampilan

X X V V

2 Produksi Barang/Jasa

X X V V

C Variabel Penilaian Sikap 1 Keberfungsian dan

rutinitas

V V V V

2 Agresi V V V V

3 Pelanggaran Hukum

V V V V

(18)

4 Kemampuan mempengaruhi

V V V V

5 Ekspresi simbolik V V V V

D Variabel Penilaian Kondisi Mental

1 Depresi V V V V

2 Kecemasan V V V V

3 Psikosomatis V V V V

4 Malingering V V V V

5 Potensi bunuh diri V V V V

Dalam menilai item pada masing-masing aspek, digunakan metode ‘event/frequency sampling’ yang bertujuan untuk mengamati frekuensi munculnya perilaku. Dari pengamatan tersebut, petugas mendapatkan data kuantitatif berupa frekuensi atau jumlah tingkah laku dalam periode waktu tertentu. Daftar perilaku (item) yang perlu diamati telah ditentukan berdasarkan klasifikasi Lapas dalam bentuk behavioral checklist (lembar pencatatan perilaku) yang akan diisi petugas secara rutin ketika narapidana menunjukkan perilaku tersebut. Terdapat beberapa keuntungan dari metode event sampling ini yaitu petugas dapat melihat berbagai macam tingkah laku, penggunaan waktu dan SDM yang efisien, serta mendapatkan informasi jumlah dan perubahan perilaku dalam periode pengamatan tertentu.

Hasil dari penilaian pembinaan narapidana dicatat dalam laporan perkembangan pembinaan yang dapat digunakan sebagai data dukung dalam pengambilan keputusan pada saat sidang TPP. Jika ada ketidaksesuaian maka data hasil penilaian pembinaan narapidana dapat disanggah dengan data dukung lain yang dapat dipertanggungjawabkan. Adapun hasil penilaian pembinaan narapidana dapat digunakan untuk:

a. Melihat frekuensi perilaku narapidana selama menjalani program pembinaan di Lapas;

b. Pertimbangan bagi Pembimbing Kemasyakatan dalam penyusunan Penelitian Kemasyarakatan;

c. Pertimbangan pemberian hak-hak narapidana seperti kunjungan, remisi, asimilasi, cuti mengunjungi keluarga,

(19)

pembebasan bersyarat, cuti bersyarat, dan cuti menjelang bebas;

d. Pertimbangan penempatan atau pemindahan narapidana ke klasifikasi Lapas atau blok yang lebih rendah atau lebih tinggi tingkat pengamanannya.

2. Mekanisme Penilaian Pembinaan Narapidana a. Pengumpulan Data

1) Observasi

Observasi adalah aktivitas pengamatan langsung terhadap suatu objek yang ada di lingkungan. Kegiatan observasi didukung dengan lembar pencatatan item perubahan perilaku yang perlu diamati. Adapun pelaksanaan kegiatan observasi disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing Lapas.

a) Observasi di Lapas Super Maximum Security dilakukan dengan pembatasan interaksi antara narapidana dan petugas dengan pengamanan tinggi yang meliputi:

● Observasi perilaku melalui CCTV pada saat di sel tunggal, ruang kunjungan, ruang konseling, pengawalan, dan lingkungan Lapas lainnya;

● Observasi perilaku pada saat interaksi terbatas (langsung) antara narapidana dengan petugas seperti pada saat pengantaran dan pengambilan makanan, pakaian dan buku bacaan; rekreasi (angin-angin);

pengontrolan medis keliling; pemotongan rambut, janggut dan kuku; pengawalan; kunjungan; serta kegiatan interaksi lainnya yang disertai pengamanan ketat.

b) Observasi di Lapas Maximum Security dilakukan pada lingkungan komunal terbatas yang meliputi:

● Observasi perilaku melalui CCTV pada saat di kamar hunian, ruang kunjungan, ruang konseling, pengawalan, dan lingkungan Lapas lainnya;

● Observasi perilaku pada saat interaksi langsung antara narapidana dengan petugas maupun dengan narapidana lainnya seperti pada saat kegiatan pembinaan, pengontrolan keliling, apel, pemberian makanan, kunjungan, serta interaksi langsung lainnya.

c) Observasi di Lapas Medium Security dilakukan pada lingkungan pembinaan komunal meliputi:

● Observasi perilaku melalui CCTV di ruang kegiatan, blok

(20)

● Observasi perilaku pada saat interaksi langsung antara narapidana dengan petugas maupun dengan narapidana lainnya, seperti pada saat kegiatan pembinaan, pengontrolan keliling, apel, pemberian makanan, kunjungan, serta kegiatan interaksi langsung lainnya.

d) Observasi di Lapas Minimum Security dilakukan pada lingkungan pembinaan komunal meliputi:

● Observasi perilaku melalui CCTV di ruang kegiatan, blok dan lingkungan Lapas lainnya;

● Observasi perilaku pada saat interaksi langsung antara narapidana dengan petugas dan narapidana lainnya seperti pada saat kegiatan pembinaan, pengontrolan keliling, apel, pemberian makanan, kunjungan, serta kegiatan interaksi langsung lainnya.

2) Wawancara

Wawancara adalah aktivitas tanya jawab antara dua pihak dalam rangka mengumpulkan data dan informasi. Petugas menggunakan item-item penilaian sebagai panduan dalam melakukan wawancara. Adapun pelaksanaan kegiatan wawancara disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing Lapas.

a) Wawancara di Lapas Super Maximum Security dilakukan dengan pembatasan interaksi dan pengamanan tinggi pada saat kegiatan konseling; pengantaran dan pengambilan makanan, pakaian dan buku bacaan; rekreasi (angin-angin);

pengontrolan medis; pemotongan rambut, janggut dan kuku;

serta kegiatan interaksi lainnya yang disertai pengamanan ketat.

b) Wawancara di Lapas Maximum Security dilakukan pada lingkungan komunal terbatas pada saat kegiatan pembinaan, konseling, pengontrolan keliling, pemberian makanan, serta interaksi langsung lainnya.

c) Wawancara di Lapas Medium dan Minimum Security dilakukan pada lingkungan pembinaan komunal pada saat konseling, kegiatan pembinaan, pengontrolan keliling, pemberian makanan, serta kegiatan interaksi langsung lainnya.

3) Studi dokumen

(21)

Studi dokumen adalah kegiatan menelusuri dan mengkaji dokumen untuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan narapidana. Pelaksanaan kegiatan studi dokumen disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing Lapas.

Adapun dokumen-dokumen yang dapat dijadikan rujukan dalam pelaksanaan penilaian pembinaan narapidana antara lain:

● Daftar kehadiran;

● Hasil penilaian (asesmen, identifikasi, profiling, litmas, dan lain-lain);

● Catatan laporan perkembangan pembinaan dari petugas pembinaan yang bertanggung jawab atas kegiatan pembinaan yang diberikan kepada narapidana;

● Keterangan medis dari petugas perawatan kesehatan;

● Catatan petugas pengamanan yang berjaga (Blok, CCTV, Pos, dll);

● Register F;

● Putusan pengadilan dan eksekusinya.

4) Tes evaluasi

Tes evaluasi adalah serangkaian pertanyaan/latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan dan/atau sikap dari narapidana. Adapun pelaksanaan kegiatan tes evaluasi disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing Lapas.

a) Tes evaluasi di Lapas Super Maximum Security meliputi:

● Tes evaluasi dilakukan dalam kegiatan self-assessment:

● Pelaksanaan tes evaluasi dilakukan secara individual dan didampingi dengan pengamanan ketat;

● Pelaksanaan tes evaluasi menggunakan sarana prasarana yang tidak berpotensi mengganggu ketertiban dan keamanan.

b) Tes evaluasi di Lapas Maximum Security meliputi:

● Tes evaluasi dilakukan dalam kegiatan self-assessment dan pendidikan (formal maupun non formal);

● Pelaksanaan tes evaluasi dilakukan secara komunal terbatas dan didampingi dengan petugas pengamanan;

● Pelaksanaan tes evaluasi menggunakan sarana prasarana yang tidak berpotensi mengganggu ketertiban dan keamanan.

c) Tes evaluasi di Lapas Medium Security meliputi:

● Tes evaluasi pada kegiatan pendidikan (formal maupun non formal), self-assessment dan pelatihan keterampilan;

(22)

● Pelaksanaan tes evaluasi dilakukan secara komunal;

● Pelaksanaan tes evaluasi menggunakan sarana prasarana yang tidak berpotensi mengganggu ketertiban dan keamanan.

d) Tes evaluasi di Lapas Minimum Security meliputi:

● Tes evaluasi pada kegiatan produksi barang/jasa;

● Pelaksanaan tes evaluasi dilakukan secara komunal;

● Pelaksanaan tes evaluasi menggunakan sarana prasarana yang tidak berpotensi mengganggu ketertiban dan keamanan.

Pengumpulan data dilakukan pada beberapa variabel, aspek dan item penilaian pembinaan narapidana, antara lain:

a) Variabel Penilaian Pembinaan Kepribadian

Aspek Item Penjelasan Frekuensi Penilaian SMS MAX MED MIN Kesadaran

Beragama

Membaca dan/atau belajar Kitab Suci

Membaca dan/atau belajar Al-Quran, Alkitab, dan lainnya sesuai dengan agama masing-masing.

2x se- minggu

2x se- minggu

2x se- minggu

1x se- minggu

Ibadah tepat waktu / rutin

Ibadah wajib harian dan mingguan serta di bulan Puasa.

1x se- hari semua agama

1x se- hari semua agama

2x se- hari semua agama

2x se- hari semua agama

Melakukan Ibadah di luar ibadah wajib

Seperti sholat sunnah, puasa sunnah, saat teduh, serta ibadah lainnya.

1x se- minggu

1x se- minggu

1x se- minggu

1x se- minggu

Mendengar- kan dan mengikuti kegiatan ceramah atau

Bersedia

mendengarkan dan mengikuti saat ceramah atau

khotbah berlangsung.

1x se-

minggu 1x se-

minggu 1x se-

minggu 1x se- minggu

(23)

Aspek Item Penjelasan Frekuensi Penilaian SMS MAX MED MIN khotbah

Mengikuti ibadah secara berkelom- pok

Mengikuti ibadah secara berkelompok seperti sholat Jumat, kebaktian, pengajian, pesantren dan

sembahyang.

Tidak dinilai

1x se- bulan

1x se- bulan

1x se- minggu

Kesadaran Hukum, Berbangsa, dan Bernegara

Mendengar- kan

/mengikuti penyuluhan wawasan nusantara

Mengikuti

penyuluhan dengan materi terkait dengan nusantara seperti kebudayaan, kebangsaan, dan nasionalisme.

1x se-

minggu 1x se- bulan

1x se- bulan

1x se- bulan

Mendengar- kan

/mengikuti penyuluhan hukum dampak dan bahaya tindak pidana

Mengikuti

penyuluhan berisi video/materi

penyuluhan tentang hukum dan ham, bantuan hukum, dampak bahaya tindak pidana mereka.

1x se- minggu

1x se- bulan

1x se- bulan

1x se- bulan

Memper- oleh nilai evaluasi materi

penyuluhan

Narapidana

memperoleh nilai dari evaluasi materi penyuluhan yang telah diikuti sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

1x se- bulan

1x se- bulan

1x se- bulan

1x dalam 2 bulan

Mengikuti upacara

Bersedia mengikuti upacara sesuai tata cara yang berlaku pada umumnya.

Tidak dinilai 1x

dalam 2 bulan

1x se-

bulan Tidak dinilai

Hormat bendera saat upacara

Bersedia melakukan hormat bendera saat upacara berlangsung.

Tidak dinilai 1x

dalam 2 bulan

1x se-

bulan Tidak dinilai

(24)

Aspek Item Penjelasan Frekuensi Penilaian SMS MAX MED MIN Mengisi

lembar self- assessment

Lembar self- assessment merupakan

instrumen penilaian perubahan perilaku yang digunakan 1 kali dalam 3 bulan.

1x dalam 3 bulan (sesuai dengan situasi)

1x dalam 3 bulan (sesuai dengan situasi)

1x dalam 3 bulan (sesuai dengan situasi)

Tidak dinilai

Mengikuti pramuka / paskibraka

Bersedia mengikuti kegiatan pramuka sesuai jadwal yang diberikan.

Tidak dinilai

Tidak dinilai

1x se- minggu (sesuai dengan situasi)

Tidak dinilai

Kemampuan Intelektual

Menerima buku yang diberikan.

Bersedia menerima dan membaca buku bacaan yang telah diberikan oleh petugas.

1x dalam sebulan

1x dalam sebulan

1x dalam sebulan

1x dalam sebulan

Membaca buku di perpustaka -an.

Membaca buku yang telah disiapkan petugas di

perpustakaan Lapas.

Tidak dinilai 1x

dalam sebulan

1x dalam sebulan

1x dalam sebulan

Mengikuti pendidikan paket A, B, C

Bersedia mengikuti seluruh kegiatan program kejar paket A, B, C yang telah dijadwalkan petugas.

Tidak dinilai

1 paket (sesuai dengan situasi)

1 paket (sesuai dengan situasi)

Tidak dinilai

Mengikuti materi CMT dan LST

Mengikuti seluruh kegiatan CMT

(Conflict Management Training) untuk

mengelola konflik dan LST (Life-Skill

Training) untuk memperlengkapi kemampuan narapidana sesuai dengan jadwal.

Tidak

dinilai 1

paket 1

paket 1 paket

(25)

Aspek Item Penjelasan Frekuensi Penilaian SMS MAX MED MIN Kesehatan

Jasmani

Melakukan olahraga dan senam mandiri

Melakukan olahraga dan senam mandiri setiap hari sesuai jadwal.

1x se- hari

1x se- bulan

Tidak dinilai

Tidak dinilai

Melakukan kegiatan rekreasi

Melakukan kegiatan rekreasi yang telah disediakan seperti di ruang angin-angin, menonton TV, dan membaca koran.

1 jam dalam sehari (angin- angin)

2 jam dalam sehari (angin- angin dan nonton TV)

2 jam dalam sehari (angin- angin, baca Koran, dan nonton TV)

Tidak dinilai

Melakukan olahraga di luar

ruangan (komunal)

Bersedia mengikuti kegiatan olahraga bersama sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Tidak dinilai

2x se- bulan

1x se- minggu

1x se- bulan

Mengikuti kegiatan kesenian

Bersedia mengikuti kegiatan kesenian seperti

mendengarkan musik, menari, menyanyi, atau menggambar sesuai yang telah

dijadwalkan.

Tidak dinilai

Tidak

dinilai 1x se-

minggu Tidak dinilai

Konseling dan Rehabilitasi

Mengikuti konseling psikologi

Mengikuti konseling psikologi dengan konselor sesuai jadwal.

1x se- bulan (sesuai dengan situasi)

1x dua bulan (sesuai dengan situasi)

1x tiga bulan (sesuai dengan situasi)

1x tiga bulan (sesuai dengan situasi) Mengikuti

rehabilitasi sosial

Mengikuti kegiatan- kegiatan rehabilitasi sosial untuk layanan rehabilitasi narkotika sesuai dengan jadwal.

1x se- bulan (sesuai dengan situasi)

1x dua bulan (sesuai dengan situasi)

1x tiga bulan (sesuai dengan situasi)

1x tiga bulan (sesuai dengan situasi)

Mengikuti rehabilitasi

Mengikuti kegiatan- kegiatan rehabilitasi

Tidak dinilai

1x enam

1x enam

Tidak dinilai

(26)

Aspek Item Penjelasan Frekuensi Penilaian SMS MAX MED MIN medis medis untuk layanan

rehabilitasi narkotika sesuai dengan jadwal.

bulan (sesuai dengan situasi)

bulan (sesuai dengan situasi)

b) Penilaian Pembinaan Kemandirian

Aspek Item Penjelasan Frekuensi Penilaian

MED MIN

Pelatihan Keterampilan

Hadir tepat waktu Narapidana hadir kegiatan pelatihan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

1x sehari

(hari kerja) 1x sehari (hari kerja)

Mengikuti seluruh kegiatan pelatihan

Narapidana mengikuti setiap tahap kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir secara penuh.

1x sehari (hari kerja)

1x sehari (hari kerja)

Mematuhi

peraturan sesuai prosedur kegiatan

Narapidana mematuhi peraturan yang berlaku pada pelatihan seperti menggunakan seragam kerja, menyimpan barang sesuai tempat, mematuhi seluruh prosedur yang berlaku.

1x sehari (hari kerja)

1x sehari (hari kerja)

Mematuhi

peraturan dalam hubungan kerja

Narapidana berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik serta tidak

menimbulkan perselisihan dengan seluruh pihak terkait dalam pelatihan.

1x sehari

(hari kerja) 1x sehari (hari kerja)

Mendapatkan skor post test pengetahuan minimal 60

Mendapatkan skor minimal 60 dari post-test evaluasi mengenai

pengetahuan dan pemahaman pelatihan keterampilan yang diikuti.

1x sebulan 1x sebulan

Mendapatkan Mendapatkan skor 1x sebulan 1x sebulan

(27)

Aspek Item Penjelasan Frekuensi Penilaian

MED MIN

skor tes keterampilan minimal 60

minimal 60 dari tes evaluasi mengenai keahlian narapidana dalam pelatihan

keterampilan yang diikuti.

Menerapkan prosedur K3 dengan baik.

Narapidana memahami dan melakukan prosedur K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) selama mengikuti pelatihan.

1x sehari

(hari kerja) 1x sehari (hari kerja)

Produksi Barang dan Jasa

Hadir tepat waktu Narapidana hadir kegiatan produksi kerja tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

1x sehari (hari kerja)

1x sehari (hari kerja)

Mengikuti seluruh kegiatan produksi kerja

Narapidana mengikuti kegiatan produksi barang/jasa dari awal sampai akhir secara penuh.

1x sehari

(hari kerja) 1x sehari (hari kerja)

Mematuhi peraturan produksi

barang/jasa yang berlaku

Narapidana mematuhi peraturan yang berlaku pada proses produksi seperti menggunakan seragam kerja,

menyimpan barang sesuai tempat, mematuhi seluruh prosedur yang berlaku.

1x sehari (hari kerja)

1x sehari (hari kerja)

Mematuhi

peraturan dalam hubungan kerja

Narapidana berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik serta tidak

menimbulkan perselisihan dengan seluruh pihak terkait dalam pelatihan.

1x sehari (hari kerja)

1x sehari (hari kerja)

Menghasilkan barang/jasa sesuai dengan standar

Narapidana mampu

menghasilkan barang/jasa sesuai dengan standar dan waktu yang ditentukan.

1x sehari (hari kerja)

1x sehari (hari kerja)

Menerapkan prosedur K3

Narapidana memahami dan melakukan prosedur

1x sehari (hari kerja)

1x sehari (hari kerja)

(28)

Aspek Item Penjelasan Frekuensi Penilaian

MED MIN

dengan baik. K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) selama mengikuti pelatihan.

c) Penilaian Sikap Narapidana

Aspek Item Penjelasan Frekuensi Bulanan SMS MAX MED MIN Keberfungsian

dan Rutinitas

Menerima dan mengkon- sumsi makanan dan minuman

Narapidana bersedia menerima dan

mengkonsumsi makanan setiap pemberian makanan dan minuman.

1x se- hari (3x makan )

1x se- hari (3x makan )

1x se- hari (3x makan )

1x se- hari (3x makan )

Mengguna- kan baju yang bersih dan rapi/

baju kerja

Narapidana

menggunakan baju yang bersih dan rapi yang disediakan oleh lapas.

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari (2x ganti)

Mengguna- kan baju seragam

Narapidana bersedia menggunakan

seragam yang diberikan petugas lapas.

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

Membersih- kan kamar hunian

Narapidana bersedia membersihkan kamar hunian yang terdiri dari lantai, kamar mandi, tempat tidur, dan kerapihan tata letak.

1x se-

hari 1x se-

hari 1x se-

hari 1x se- hari

Ikut kerja bakti

Narapidana bersedia kerja bakti sesuai jadwal.

Tidak dinilai

1x se-

bulan 1x se- mingg u

1x se- bulan

Mematuhi tata tertib

Narapidana

mematuhi berbagai

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

(29)

Aspek Item Penjelasan Frekuensi Bulanan SMS MAX MED MIN lapas macam tata tertib

yang berlaku.

Menjawab salam dari petugas

Narapidana bersedia menjawab salam saat petugas memberi salam. Bagi

narapidana teroris dengan Lafal salam lengkap:

Waalaikumsalam wr.

wb (untuk Islam) dll.

1x se-

hari 1x se-

hari 1x se-

hari 1x se- hari

Mengucap- kan salam kepada petugas

Narapidana bersedia mengucapkan salam kepada petugas. Bagi narapidana teroris dengan Lafal salam lengkap:

Assalamualaikum wr.

wb (untuk Islam) dll.

1x se-

hari 1x se-

hari 1x se-

hari 1x se- hari

Tersenyum kepada petugas

Narapidana bersedia tersenyum saat bertemu /

berinteraksi dengan petugas.

1x se-

hari 1x se-

hari 1x se-

hari 1x se- hari

Bersalaman dengan petugas

Narapidana bersedia bersalaman tangan dengan petugas di waktu-waktu tertentu.

1x se- bulan (saat konsel ing)

Tidak dinilai

Tidak dinilai

Tidak dinilai

Menyapa petugas

Narapidana bersedia menyapa petugas terlebih dahulu (contoh: “selamat pagi, selamat siang, dll)

1x se-

hari 1x se-

hari 1x se-

hari 1x se- hari

Berbincang dengan petugas dalam

Narapidana bersedia kooperatif dalam berkomunikasi dan berbincang dengan

Tidak ada

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

(30)

Aspek Item Penjelasan Frekuensi Bulanan SMS MAX MED MIN konteks

konseling

petugas saat konseling.

Menerima kunjungan keluarga

Narapidana bersedia dan bersikap

kooperatif saat

menerima kunjungan keluarga inti dan orang tua kandung

1x se-

bulan 1x se-

bulan 1x se-

bulan 2x se- bulan

Menerima kunjungan dinas

Narapidana bersedia dan bersikap

kooperatif saat

menerima kunjungan pihak terkait dari institusi resmi.

1x se- bulan

1x se- bulan

1x se- bulan

1x se- bulan

Mau merapikan rambut, janggut, dan kuku satu bulan sekali

Narapidana bersedia dan bersikap

kooperatif saat merapikan rambut, janggut, dan kuku sesuai dengan jadwal.

1x dalam 2 bulan (sesuai dengan situasi)

1x dalam 2 bulan (sesuai dengan situasi)

1x dalam 2 bulan (sesuai dengan situasi)

1x dalam 2 bulan (sesuai dengan situasi)

Agresi Melakukan pemukulan tembok

Narapidana memukul tembok dengan atau tanpa alat bantu saat keadaan tertekan (marah, lapar, haus, dll).

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

Memban- ting barang- barang

Narapidana menunjukkan perilaku yang tidak biasa, seperti

membanting pakaian, alat makan, minum, mandi, ibadah

ataupun alat lainnya saat keadaan

tertekan (marah, lapar, haus, dll)

1x se-

hari 1x se-

hari 1x se-

hari 1x se- hari

Menunjuk- Narapidana 1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

(31)

Aspek Item Penjelasan Frekuensi Bulanan SMS MAX MED MIN kan sikap

marah- marah

menunjukkan sikap baik verbal maupun tindakan yang

dilakukan secara terus menerus.

Berteriak- teriak

Narapidana berteriak-teriak dengan atau tanpa sebab dan tujuan yang jelas.

1x se-

hari 1x se-

hari 1x se-

hari 1x se- hari

Merusak CCTV/

Inventaris lain

Narapidana merusak CCTV/Inventaris di dalam kamar dengan cara apapun.

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

Menggun- cang atau menendang teralis

Narapidana

mengguncang atau menendang teralis kamar dengan atau tanpa tujuan yang jelas.

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

Memanjat teralis

Narapidana memanjat teralis kamar dengan atau tanpa tujuan yang jelas, termasuk untuk menghindari sorotan CCTV.

1x se-

hari 1x se-

hari 1x se-

hari 1x se- hari

Pelanggaran Hukum

Berupaya melarikan diri

Narapidana

menunjukkan upaya yang dilakukan dengan maksud melarikan diri kamar atau lapas.

1x se-

hari 1x se-

hari 1x se-

hari 1x se- hari

Mengan- cam/

menyerang petugas

Narapidana

menunjukkan upaya yang dilakukan baik secara verbal

maupun tindakan tertentu yang

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

1x se- hari

Referensi

Dokumen terkait

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan sebagai salah satu unit Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan

ditujukan Kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia di Jakarta dan ditandatangani dengan pena bewarna hitam, format surat lamaran dapat diunduh

Penata Muda Pejabat Imigrasi pada Kantor Wilayah Kementerian Pejabat Imigrasi pada Direktorat Jenderal Imigrasi (III/a) Hukum dan Hak Asasi Manusia DKI Jakarta.. Penata Muda

bahwa berdasarkan surat Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia Nomor

Apabila narapidana/klien pemasyarakatan memiliki lebih dari satu pasangan, baik dalam ikatan pernikahan siri maupun resmi, maka penilaian dilakukan terhadap salah

29 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Direktorat Diseminasi dan Penguatan Hak Asasi Manusia di

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGANGKATAN PERTAMA DALAM JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KEMASYARAKATAN DI

KESATU : Membentuk Tim Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Desease (Covid-19) di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi