• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat disebuah negara maju ataupun negara berkembang pasti membutuhkan bank untuk menjadikan tempat dalam melakukan transaksi keuangan, karena mereka menganggap bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang dapat dipercaya untuk melakukan segala aktivitas keuangan.

Aktivitas keuangan yang dilakukan antara lain yaitu aktivitas penghimpunan dana dan penyaluran dana.1

Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Perbankan Syariah dan Bank Syariah yaitu:

Perbankan Syariah merupakan segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah (UUS) yang mencangkup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya itu sendiri ada tiga yaitu, bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS), dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS).2

Jadi bank syariah yaitu sebuah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat, dengan sistem dan mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan kepada hukum Islam atau prinsip syariah.

1 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenada Media, 2016), hal. 29

2 Ibid., hal. 33

(2)

Salah satu perbankan syariah yang cukup dikenal oleh masyarakat di Indonesia yaitu Bank Mega Syariah. Bank Mega Syariah merupakan salah satu bank umum Syariah (BUS) yang ada di Indonesia. Awal mula Bank Mega Syariah ini dikenal sebagai PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu) yang didirikan pada 14 Juli 1990, kemudian pada tahun 2001 diambil alih oleh CT Corp melalui Mega Corpora dan pada tahun tanggal 27 Juli 2004 yang semula bank umum konvensional dikonversi menjadi bank umum syariah dengan nama PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI). Pada tanggal 25 Agustus 2004, PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) ini resmi beroperasi sebagai bank syariah. Pada tanggal 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah ini masuk dalam kategori Bank Umum Syariah Devisa yang artinya bank dapat melakukan kegiatan dalam valuta asing. Dengan masuk kategori ini, Bank Mega Syariah menjadi salah satu bank umum syariah yang menjadi tolak ukur bagi bank umum syariah lainnya. Kemudian pada tanggal 2 November 2010, bank ini berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah.3

Sesuai tujuan ekonomis suatu bank yaitu dengan memperoleh keuntungan, maka PT Bank Mega Syariah perlu meningkatkan kinerjanya agar dapat menciptakan perbankan yang efektif dan efisien. Indikator yang biasanya digunakan bank syariah untuk mengukur kinerjanya yaitu

3 Bank Mega Syariah, “Profil-Perusahaan/Sejarah Perusahaan”, dalam https://www.megasyariah.co.id/site/profil-perusahaan/sejarah-perusahaan, diakses 26 Mei 2022

(3)

profitabilitas. Karena kinerja yang baik dari bank syariah tersebut dapat ditunjukkan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi.4

Suatu pengukuran yang digunakan untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam mencari keuntungan atau profit dalam jangka waktu tertentu disebut dengan profitabilitas. Rasio profitabilitas ini sering digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan uang. Untuk mengukur tingkat rasio profitabilitas dalam suatu bank yaitu dengan menggunakan Return On Assets (ROA), karena ROA dapat digunakan untuk membandingkan laba (sebelum pajak) dengan total aset bank. Sehingga hal ini menunjukkan efisiensi bank dalam mengelola asetnya.5

Rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA ini, dapat menilai sejauh mana investasi tersebut telah mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan harapan. Karena pengembalian atas kuantitas aset dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Maka dari itu, semakin besar laba, maka semakin tinggi ROA.6 Berikut tabel perkembangan profitabilitas PT Bank Mega Syariah yang diproksikan dengan ROA tahun 2013-2021:

4 Sufyati HS, dkk., Indikator Keuangan & Non Keuangan Kinerja Bank Syariah di Indonesia, (Bandung: Penerbit Insania, 2021), hal. 11

5 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2017), hal. 196

6 Yana Fajriah, Pembiayaan Bagi Hasil dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia, Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Perbankan Syariah, Vol. 6, No. 2, 2021, hal. 236

(4)

Tabel 1.1

Laporan Profitabilitas (ROA) PT Bank Mega Syariah Tahun 2013-2021

Tahun

Profitabilitas / ROA

(%) Rata-Rata

Tw I Tw II Tw III Tw IV

2013* 3,57 2,94 2,57 2,33 2,85

2014* 1,18 0,99 0,24 0,29 0,67

2015* -1,21 -0,73 -0,34 0,30 -0,49

2016 4,86 3,21 2,63 2,63 3,33

2017 1,82 1,63 1,54 1,56 1,63

2018 0,91 0,98 0,96 0,93 0,94

2019 0,65 0,61 0,73 0,89 0,72

2020 1,08 0,95 1,32 1,74 1,27

2021 3,18 3,39 3,30 4,08 3,49

1,60 Sumber: Laporan Keuangan Triwulan PT Bank Mega Syariah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)*7 (diolah)

Pada tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa profitabilitas (ROA) PT Bank Mega Syariah selama sembilan tahun terakhir mengalami fluktuasi, hal ini dapat dilihat pada tahun 2013 sampai tahun 2021 di setiap triwulannya terkadang mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2013 triwulan I hingga tahun 2014 triwulan III nilai profitabilitasnya mengalami penurunan, kemudian tahun 2014 triwulan IV mengalami kenaikan. Hal tersebut juga terjadi pada tahun 2016 dan 2017. Pada tahun 2018 dan 2021 di triwulan I ke triwulan II mengalami peningkatan, kemudian triwulan II ke triwulan III mengalami penurunan. Perolehan nilai profitabilitas terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar -1,21%.

Sedangkan perolehan nilai profitabilitas tertinggi terjadi pada tahun 2016

7 Bank Mega Syariah, “Laporan Keuangan Triwulan”, dalam https://www.megasyariah.co.id/site/funancial-report/laporan-keuangan-triwulan dan Otoritas Jasa Keuangan, “Laporan Keuangan Perbankan”, dalam https://www.ojk.go.id/kanal/perbankan/data- dan-statistik/laporan-keuangan-perbankan/, diakses 29 April 2022

(5)

yaitu sebesar 4,86%. Rata-rata nilai ROA PT Bank Mega Syariah selama sembilan tahun terakhir yaitu sebesar 1,60% yang dimana dapat dikatakan dalam kategori sehat menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004, karena 1,60% terletak di antara 1,25% sampai dengan 2%.

Tingkat profitabilitas pada bank dipengaruhi oleh faktor ekternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi struktur pasar, regulasi perbankan, inflasi, tingkat suku bunga, dan tingkat pertumbuhan pasar. Sedangkan faktor internalnya meliputi produk bank seperti penghimpunan dana dan penyaluran dana (pembiayaan), kualitas aset, modal, performance financing seperti: non performing financing (NPF); dana pihak ketiga

(DPK); biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), financing to deposit ratio (FDR); dan lain sebagainya.8 Pada penelitian ini, faktor profitabilitas yang digunakan yaitu faktor internal, meliputi produk pembiayaan dan performance financing. Produk pembiayaan yang dimaksud yaitu pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan pembiayaan sewa. Sedangkan performance financingnya yaitu non performing financing (NPF).

Menurut Muhammad Syafi’i Antonio “pembiayaan merupakan bagian terbesar dari aktiva bank, karena pembiayaan merupakan aktivitas utama dari usaha perbankan”. Maka dari itu pendapatan ataupun keuntungan dari pembiayaan merupakan instrumen perbankan syariah

8 Slamet Riyadi dan Agung Yulianto, Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia, Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 4, 2014, hal. 467

(6)

sebagai sumber pendapatan yang dominan.9 Sehingga hal ini sejalan dengan teori Kasmir yang menyatakan bahwa:

Besarnya keuntungan suatu bank sangat dipengaruhi oleh jumlah pembiayaan yang disalurkan dalam suatu periode. Semakin banyak pembiayaan yang disalurkan, semakin besar juga perolehan keuntungan dari pembiayaan ini.10

Adanya bank syariah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan yang diberikan kepada nasabahnya. Bank syariah dapat menjadi rekanan dengan nasabah melalui pembiayaan, sehingga hubungan antara bank syariah dengan nasabah tidak lagi bersifat kreditur dan debitur, melainkan kemitraan. Fungsi bank dalam menjalankan fungsi penggunaan dana yaitu dengan pembiayaan. Hal ini lah yang menjadi fungsi paling penting dalam sebuah bank, karena dapat diasumsikan bahwa pembiayaan bank yang diberikan atau disalurkan akan membuahkan hasil. Pendapatan terbesar dari bank adalah pendapatan dari pembiayaan (yield on financing).11

Pembiayaan yang diterapkan di bank syariah dalam menyalurkan dananya ada tiga macam, yaitu transaksi pembiayaan yang bertujuan untuk memiliki barang dengan prinsip jual beli, transaksi pembiayaan yang bertujuan untuk memperoleh jasa dengan menggunakan prinsip sewa, dan transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang

9 Muhammad Syafi’I Antonio, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Azkia Publisher, 2009), hal. 243

10 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), hal. 125

11 Rantisa Wagiarsita, Pengaruh Pembiayaan terhadap Peningkatan Laba (Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2013-2015), (Bengkulu: Skripsi Tidak Diterbitkan,2016), hal.

3

(7)

bertujuan untuk memperoleh barang dan jasa secara bersamaan dengan menggunakan sistem bagi hasil.12

Pembiayaan jual beli adalah pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang, dimana keuntungan bank telah ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Barang yang diperjualbelikan dapat berupa barang konsumtif maupun barang produktif.

Akad yang dipergunakan dalam produk jual beli ini adalah murabahah, salam dan istishna.13

Menurut teori Ismail, pembiayaan yang menggunakan prinsip jual beli yaitu:

Pembiayaan jual beli merupakan sebuah transaksi yang dilakukan oleh penjual dan pembeli atas suatu barang ataupun jasa yang menjadi objek jual beli. Kemudian return atas pembiayaan jual beli tersebut berasal dari selisih antara harga jual dan harga beli yang biasanya hal ini disebut margin keuntungan.14

Margin keuntungan diperoleh oleh bank tersebutlah yang akan mempengaruhi peningkatan laba bank. Peningkatan laba tersebutlah yang pada akhirnya akan mempengaruhi Return On Asset (ROA).15 Berikut ini perkembangan pembiayaan jual beli PT Bank Mega Syariah tahun 2013- 2021:

12 Dwi Suwiknyo, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 26

13 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa Negara, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 93

14 Ismail, Perbankan…, hal. 135

15 Dita Wulan Sari, Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Financing To Deposit Ratio, Dan Non Performing Financing Terhadap Profitbilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia, (Semarang: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2013), hal. 56

(8)

Tabel 1.2

Laporan Pembiayaan Jual Beli PT Bank Mega Syariah Tahun 2013-2021

Tahun Pembiayaan Jual Beli

Tw I Tw II Tw III Tw IV

2013* 6.266.609 6.682.990 6.858.159 6.871.695 2014* 6.561.999 6.340.954 5.962.720 5.322.628 2015* 4.730.366 5.224.041 4.846.539 5.010.660 2016 4.746.127 4.549.439 4.840.116 4.996.348 2017 4.833.245 4.859.195 4.558.504 4.456.035 2018 4.370.128 4.320.432 4.336.515 4.384.725 2019 4.406.068 4.527.140 4.543.372 4.519.539 2020 4.457.448 3.929.895 2.961.573 2.747.334 2021 2.657.923 2.727.569 2.728.594 2.723.411 Sumber: Laporan Keuangan Triwulan PT Bank Mega Syariah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)*16 (diolah)

Pada tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa pembiayaan jual beli di PT Bank Mega Syariah selama sembilan tahun terakhir mengalami penurunan.

Hal ini dapat dilihat pada tahun 2013 di triwulan I, pembiayaan jual belinya sebesar Rp. 6.266.609 (dalam jutaan rupiah) kemudian pada tahun 2021 di triwulan ke IV pembiyaan jual belinya menjadi sebesar Rp. 2.723.411 (dalam jutaan rupiah).

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu sebuah transaksi yang menggunakan akad kerja sama antara pemilik modal dengan pengelola modal untuk memperoleh keuntungan dan keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati.17

Menurut teori Muhammad mengenai pembiayaan bagi hasil yaitu:

16 Bank Mega Syariah, “Laporan Keuangan Triwulan”, dalam https://www.megasyariah.co.id/site/funancial-report/laporan-keuangan-triwulan dan Otoritas Jasa Keuangan, “Laporan Keuangan Perbankan”, dalam https://www.ojk.go.id/kanal/perbankan/data- dan-statistik/laporan-keuangan-perbankan/, diakses 29 April 2022

17 Muhammad Lathief Ilhamy Nasution, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Medan:

FEBI UIN-SU Press, 2018), hal. 160

(9)

Dalam pembiayaan bagi hasil ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kedua belah pihak, yaitu nisbah bagi hasil yang disepakati dan tingkat keuntungan bisnis yang didapat. Oleh karena itu, bank sebagai pihak yang memiliki dana akan melakukan perhitungan nisbah yang akan dijadikan kesepakatan pembagian pendapatan.18

Pendapatan dalam perhitungan nisbah yang diperoleh oleh bank tersebutlah yang akan mempengaruhi peningkatan laba bank yang akhirnya juga akan mempengaruhi profitabilitas yang tercermin dalam Return On Asset (ROA).19 Berikut ini perkembangan pembiayaan bagi hasil PT Bank Mega Syariah tahun 2013-2021:

Tabel 1.3

Laporan Pembiayaan Bagi Hasil PT Bank Mega Syariah Tahun 2013-2021

Tahun Pembiayaan Bagi Hasil

Tw I Tw II Tw III Tw IV

2013* 33.868 30.787 31.252 43.593

2014* 39.615 37.178 35.076 41.418

2015* 38.339 34.986 33.190 58.481

2016 200.181 210.833 272.913 343.812

2017 379.903 405.194 427.347 663.112

2018 714.592 769.778 901.301 1.260.486

2019 1.386.001 1.598.904 1.642.927 2.033.660 2020 2.190.851 2.271.049 2,355.985 2.188.721 2021 2.539.786 2.915.761 3.746.206 4.505.490 Sumber: Laporan Keuangan Triwulan PT Bank Mega Syariah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)*20 (diolah)

Pada tabel 1.3 di atas dapat dilihat bahwa selama sembilan tahun terakhir dari tahun 2013 sampai 2021 perkembangan pembiayaan bagi hasil

18 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YPN, 2005), hal. 109

19 Dita Wulan Sari, Pengaruh Pembiayaan Jual Beli . . ., hal. 57

20 Bank Mega Syariah, “Laporan Keuangan Triwulan”, dalam https://www.megasyariah.co.id/site/funancial-report/laporan-keuangan-triwulan dan Otoritas Jasa Keuangan, “Laporan Keuangan Perbankan”, dalam https://www.ojk.go.id/kanal/perbankan/data- dan-statistik/laporan-keuangan-perbankan/, diakses 29 April 2022

(10)

PT Bank Mega Syariah mengalami kenaikan secara terus-menerus. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2013 di triwulan ke I pembiayan bagi hasil PT Bank Mega Syariah sebesar Rp. 33.868 (dalam jutaan rupiah), kemudian di tahun 2021 triwulan ke IV pembiayaan bagi hasilnya menjadi sebesar Rp.

4.505.490 (dalam jutaan rupiah).

Pembiayaan sewa (ijarah) yaitu sebuah transaksi yang menggunakan prinsip sewa atau ijarah untuk melakukan pemindahan hak guna atau manfaat barang dan jasa dengan cara melakukan pembayaran sewa pada pemilik barang dan jasa.21 Menurut fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN), ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau

jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.22

Menurut teori Ismail mengenai pembiayaan sewa yaitu:

Dalam transaksi ijarah, akad pembiayaan sewa meyewa ini dilakukan oleh bank (muajjir) dengan nasabah (musta’jir) atas objek sewa (ma’jur) untuk mendapatkan imbalan atas objek yang disewakan.

Bank sebagai muajjir yang menyewakan objek sewa, akan mendapat imbalan dari nasabah. Imbalan atas transaksi sewa-menyewa ini disebut dengan pendapatan sewa.23

Pendapatan yang diperoleh oleh bank atas pembiayaan sewa menyewa akan mempengaruhi besarnya laba bank yang bersangkutan, yang kemudian

21 Ahmad Supriyadi, Sistem Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah, Al-Mawarid: Jurnal Hukum Islam,Vol. 12, No. 11, 2004, hal. 55

22 Muhammad Lathief Ilhamy Nasution, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Medan:

FEBI UIN-SU Press, 2018), hal. 3

23 Ismail, Perbankan . . ., hal. 162-163

(11)

akan mempengaruhi Return On Asset (ROA).24 Berikut ini perkembangan pembiayaan sewa PT Bank Mega Syariah tahun 2013-2021:

Tabel 1.4

Laporan Pembiayaan Sewa PT Bank Mega Syariah Tahun 2013-2021

Tahun Pembiayaan Sewa

Tw I Tw II Tw III Tw IV

2013* 0 0 0 0

2014* 0 0 128 901

2015* 1.102 1.025 942 153

2016 126 99 10 0

2017 0 0 0 0

2018 207 1.189 2.289 2.492

2019 2.427 2.466 2.466 2.255

2020 3.718 3.342 1.583 1.529

2021 1.448 1.911 1.897 2.729

Sumber: Laporan Keuangan Triwulan PT Bank Mega Syariah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)*25 (diolah)

Pada tabel 1.4 di atas dapat dilihat bahwa selama sembilan tahun terakhir dari tahun 2013 sampai 2021 perkembangan pembiayaan sewa PT Bank Mega Syariah mengalami fluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2013 di triwulan ke I sampai tahun 2014 triwulan ke II, pembiayaan sewa pada PT Bank Mega Syariah mengalami kekosongan. Namun di tahun 2014 triwulan ke III hingga tahun 2015 triwulan ke I mengalami kenaikan. Akan tetapi pada tahun 2016 dari triwulan I hingga triwulan IV pembiayaan sewanya terus mengalami penurunan hingga diangka nol. Bahkan di tahun

24 Erlyta Dhessy Irmawati, Pengaruh FDR, Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Sewa, dan NPF Terhadap Profitabilitas, (Semarang: Skripasi Tidak Diterbitkan, 2014), hal. 46

25 Bank Mega Syariah, “Laporan Keuangan Triwulan”, dalam https://www.megasyariah.co.id/site/funancial-report/laporan-keuangan-triwulan dan Otoritas Jasa Keuangan, “Laporan Keuangan Perbankan”, dalam https://www.ojk.go.id/kanal/perbankan/data- dan-statistik/laporan-keuangan-perbankan/, diakses 29 April 2022

(12)

2017 dari tiwulan I hingga IV sama sekali tidak ada pembayaan sewa. Pada tahun 2018 dari triwulan I hingga tahun 2019 triwulaan I mengalami peningkatan pembiayaan sewa kembali sebesar Rp. 3.718 (dalam jutaan rupiah). Akan tetapi hingga tahun 2021 pembiayaan sewa PT. Bank Mega Syariah ini mengalami penurunan hingga mencapai Rp. 2.729 (dalam jutaan rupiah).

Menurut Ismail “risiko pembiayaan merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang disalurkan tidak dapat kembali”.26 Oleh karena itu kualitas pembiayaan harus dijaga agar tidak sampai menjadi pembiayaan bermasalah yang menyebabkan tidak efektifnya pendapatan tetapi juga berakibat terhadap kerugian bank karena tidak terbayarnya kembali dana yang disalurkan melalui pembiayaan itu.27

Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu risiko yang pasti diahadapi oleh setiap bank karena risiko ini sering juga disebut dengan risiko kredit. Risiko kredit ini merupakan suatu eksposur yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya.28

Pembiayaan bermasalah dalam perbankan syariah merupakan suatu penyaluran dana yang dilakukan oleh bank untuk membiayai nasabahnya.

Namun pembiayaan yang disalurkan tersebut masuk dalam kategori seperti pembiayaan yang tidak likuid, pembiayaan yang tidak memenuhi

26 Ismail, Perbankan . . ., hal. 107

27 Muhammad Syafi’i Antonio, Dasar-Dasar Manajemen . . ., hal. 243-244

28 Robert Tampubolon, Risk Management: Pendekatakan Kualitatif Untuk Bank Komersial, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), hal. 24

(13)

persyaratan yang dijanjikan oleh debitur, dan pembiayaan yang berdampak buruk seperti ketidakpatuhan terhadap jadwal angsuran.29

Rasio yang digunakan untuk membandingkan antara pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu Non Performing Financing (NPF). Dimana dalam hal ini yang termasuk kriteria

pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan dalam kondisi kurang lancar, diragukan, dan macet.30

Menurut teori Muchdarsyah Sinungan mengenai Non Performing Financing (NPF) yaitu:

Rasio yang digunakan dalam meneliti kualitas aset terhadap profitabilitas bank yaitu dengan menggunakan Non Performing Financing (NPF). NPF merupakan tingkat resiko yang dihadapi bank.

NPF merupakan jumlah pembiayaan yang bermasalah dan pembiayaan kemungkinan tidak dapat ditagih. Semakin besar nilai NPF maka semakin buruk kinerja bank tersebut yang memperburuk juga profitabilitasnyanya.31

Akibatnya, besaran NPF ini mencerminkan kemampuan bank dalam mengelola uang yang dialokasikan. Jika pembiayaan masalah bertambah lebih besar, maka pendapatan bank akhirnya menjadi berkurang dan akibatnya, berdampak pada profitabilitas bank syariah di masa depan.32

29Adiwarman. A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), hal. 260

30 Medina Almunawwaroh dan Rina Marliana, Pengaruh CAR, NPF, dan FDR terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol.2 No.1, 2018, hal. 8

31 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2000), hal.

137

32 Ilik Bunadi dan Septia Putri Amalia, Pengaruh Pembiayaan Jual Beli dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah, Jurnal Cakrawala, Vol. 4, No. 1, 2021, hal. 28

(14)

Berdasarkan penelitian terdahulu, ada research gap terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi profitabilitas (ROA) pada PT Bank Mega Syariah. Dari research gap tersebut, terdapat empat variabel bebas (independen) yang mempengaruhi profitabilitas (ROA) pada PT Bank Mega Syariah.

Variabel pertama yaitu pembiayaan jual beli. Semakin tinggi jumlah pembiayaan jual beli maka semakin tinggi pula profitabilitas perbankan syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Intan Khoirunnisa’ yang menunjukkan hasil bahwa pembiayaan jual beli berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA).33 Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian dari Muthmainnah, dkk. yang menunjukkan bahwa pembiayaan jual beli berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA), yang artinya semakin tinggi jumlah pembiayaan jual beli maka semakin rendah tingkat profitabilitas.34 Dengan adanya research gap dari penelitian Intan Khoirunnisa’ dan Muthmainnah dkk., maka diperlukan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh pembiayaan jual beli terhadap profitabilitas (ROA).

33 Intan Khoirunnisa’, Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Financing Deposit Ratio, dan Rasio Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol. 4, No. 2, 2016, hal.

17

34 Muthmainnah, dkk., Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, dan NPF terhadap ROA Perbankan Syariah, El-Ecosy: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam, Vol. 02, No.

01, 2022, hal. 30

(15)

Variabel kedua yaitu pembiayaan bagi hasil. Semakin tinggi jumlah pembiayaan bagi hasil maka semakin tinggi pula profitabilitas perbankan syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Muthmainnah dkk. yang menunjukkan hasil bahwa pembiayaan bagi hasil berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA).35 Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian dari Fataya Muti Ahadini dkk. yang menunjukkan bahwa pembiayaan bagi hasil berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA) yang artinya semakin tinggi jumlah pembiayaan bagi hasil

maka semakin rendah tingkat profitabilitas.36 Dengan adanya research gap dari penelitian Muthmainnah dkk. dan Fataya Muti Ahadini dkk., maka diperlukan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh pembiayaan bagi hasil terhadap profitabilitas (ROA).

Variabel ketiga yaitu pembiayaan sewa. Semakin tinggi jumlah pembiayaan sewa maka semakin tinggi pula profitabilitas perbankan syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Ditha Nada Pratama, dkk., yang menunjukkan hasil bahwa pembiayaan sewa berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA).37 Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian dari Yuni Asih yang menunjukkan

35 Ibid., hal. 30

36 Fataya Muti Ahadini, dkk., Analisis Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Financing To Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2016-2020), Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 12, No. 1, 2022, hal. 36

37 Ditha Nada Pratama, dkk., Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, dan Sewa Ijarah Terhadap Profitabilitas, Jurnal Riset Keuangan dan Akuntansi, Vol.

3, No. 1, 2017, hal. 53

(16)

bahwa pembiayaan sewa berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, yang artinya semakin besar nilai pembiayaan sewa maka semakin kecil profitabilitas.38 Dengan adanya research gap dari penelitian Ditha Nada Pratama, dkk. dan Yuni Asih, maka diperlukan untuk melakukan penelitan lanjutan mengenai pengaruh pembiayaan sewa terhadap profitabilitas (ROA).

Variabel keempat yaitu pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF). Semakin kecil persentase non performing financing (NPF)

maka semakin tinggi persentase profitabilitas (ROA). Penelitian yang dilakukan oleh Ian Azhar dan Arim yang menunjukkan hasil bahwa non performing financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas

yang diukur dengan Return On Asset (ROA).39 Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian dari Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika yang menunjukkan bahwa non performing financing (NPF) berpengaruh positif terhadap profitabilitas, yang artinya semakin besar non performing financing (NPF), maka semakin besar profitabilitas.40 Dengan adanya research gap dari penelitian Ian Azhar dan Arim dengan Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika, maka diperlukan untuk melakukan

38 Yuni Asih, Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan Ijarah Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syari’ah di Indonesia Periode 2014-2018, (Magelang:

Skripsi Tidak Diterbitkan, 2019), hal. 69

39 Ian Azhar dan Arim, Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Non Performing Finance Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2012-2014), Jurnal Aset (Akuntansi Riset), Vol. 8, No. 1, 2016, hal. 72

40 Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika, Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia, Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 8, No. 1, 2012, hal. 13

(17)

penelitian lanjutan mengenai pengaruh non performing financing (NPF) terhadap profitabilitas (ROA).

Adapun yang menjadikan peneliti memilih PT Bank Mega Syariah sebagai objek penelitian karena profitabilitas (ROA) mengalami fluktusi yang tidak stabil dan bahkan pada tahun 2015 triwulan I, II, dan III berada pada angka negatif yang artinya bank mengalami kerugian. Menurut Kasmir, semakin banyak pembiayaan yang disalurkan, maka semakin besar juga perolehan keuntungan atau profitabilitas.41 Namun terdapat ketidaksesuaian teori pada pembiayaan dan profitabilitas. Ketidaksesuaian tersebut yaitu pada pembiayaan jual beli dan pembiayaan sewa rata-rata di setiap triwulannya mengalami penurunan, lalu pada pembiayaan bagi hasil rata-rata di setiap triwulannya mengalami peningkatan. Namun profitabilitasnya masih dapat mengalami peningkatan atau penurunan.

Kemudian dengan adanya pembiayaan tersebut memiliki risiko pembiayaan bermasalah. Apabila nilai pembiayaan bermasalah (NPF) bertambah lebih besar, maka pendapatan bank menjadi berkurang dan akibatnya akan berdampak pada profitabilitas bank syariah di masa depan.42

Alasan lainnya yaitu bank ini termasuk dalam kategori Bank Umum Syariah Devisa. Yang artinya dengan masuk kategori ini, PT Bank Mega Syariah menjadi salah satu bank umum syariah yang dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat perdagangan internasional. Selain itu bank

41 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan. . ., hal. 125

42 Ilik Bunadi dan Septia Putri Amalia, Pengaruh Pembiayaan Jual Beli dan Non Performing Financing. . ., hal. 28

(18)

dapat meluaskan jangkauan bisnisnya dan hal ini memantapkan posisi PT Bank Mega Syariah sebagai salah satu bank umum syariah terdepan di Indonesia. Sedangkan alasan lainnya yaitu banyak penghargaan yang diperoleh PT Bank Mega Syariah, contohnya di tahun 2016 mendapatkan penghargaan “Best Banking Brand 2016 for Best Reputation Title” yang dimana penghargaan tersebut dinilai dari performance bank di seluruh Indonesia yang dianggap memiliki reputasi baik dan mempunyai kinerja layanan yang prima. Pada tahun 2018, 2020, dan 2021 PT Bank Mega Syariah mendapatkan penghargaan “Indonesia Best Banking Award”

karena bank berpredikat sehat. Kemudian pada tahun 2019, 2020, dan 2021 mendapatkan penghargaan dari Infobank Award dengan predikat “Sangat Bagus atas Kinerja Keuangan”. Selain itu, dalam penelitian sebelumnya belum banyak yang menggunakan PT Bank Mega Syariah sebagai objek penelitian. Jika pun ada, variabel yang digunakan berbeda.

Berdasarkan penjabaran diatas, hal tersebutlah yang menjadi alasan penting untuk melakukan penelitian ini agar mencapai tujuan yang diinginkan dan agar dapat memecahkan masalah serta memberikan solusi.

Maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Sewa, dan Pembiayaan Bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas PT Bank Mega Syariah Tahun 2013-2021”. Guna mengetahui seberapa besar pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, Pembiayaan Sewa, dan pembiayaan bermasalah atau non

(19)

performing financing (NPF) terhadap profitabilitas PT Bank Mega Syariah.

Sehingga diharapkan PT Bank Mega Syariah dapat meningkatkan profitabilitasnya pada produk-produk yang dapat meningkatkan laba dan meningkatkan asetnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan yang ada di latar belakang, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah dari tahun 2013-2021 mengalami fluktuasi, karena pada tahun 2013 sampai tahun 2021 di setiap triwulannya terkadang mengalami kenaikan dan penurunan Bahkan di tahun 2015 triwulan I, II, dan III profitabilitas PT Bank Mega Syariah berada pada angka negatif.

2. Pembiayaan jual beli pada PT Bank Mega Syariah dari tahun 2013- 2021, rata-rata di setiap triwulannya mengalami penurunan. Namun profitabilitasnya masih dapat mengalami peningkatan atau penurunan.

3. Pembiayaan bagi hasil pada PT Bank Mega Syariah dari tahun 2013- 2021, rata-rata di setiap triwulannya mengalami peningkatan. Akan tetapi profitabilitasnya mengalami peningkatan atau penurunan.

4. Pembiayaan sewa adalah pembiayaan yang pedapatannya lebih rendah dibandingkan pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi hasil. Dari tahun 2013-2021 pembiayaan sewa PT Bank Mega Syariah mengalami peningkatan dan penurunan, akan tetapi rata-rata mengalami penurunan.

(20)

Pada tahun 2013 triwulan I hingga tahun 2014 triwulan II pembiayaan sewa tidak memiliki pendapatan sama sekali. Kemudian hal tersebut juga dialami kembali pada tahun 2017 triwulan I hingga triwulan IV.

Namun di sisi lain profitabilitasnya masih dapat mengalami peningkatan maupun penurunan.

5. Pada pembiayaan bermasalah apabila nilainya bertambah lebih besar, maka pendapatan bank menjadi berkurang dan akibatnya akan berdampak pada profitabilitas bank syariah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang ada di latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Apakah pembiayaan jual beli berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah?

2. Apakah pembiayaan bagi hasil berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah?

3. Apakah pembiayaan sewa berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah?

4. Apakah pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah?

5. Apakah pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, dan pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah?

(21)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah diuraikan diatas, maka tujuan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan jual beli terhadap profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah.

2. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan bagi hasil terhadap profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah.

3. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan sewa terhadap profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah.

4. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) terhadap profitabilitas pada PT Bank Mega

Syariah.

5. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, dan pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) terhadap profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah.

E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang sudah diuraikan diatas, maka kegunaan dari penelitian ini, sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide untuk menambah wawasan mengenai pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, pembiayaan

(22)

sewa, dan pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) terhadap profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah.

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan manfaat mengenai tambahan wawasan sehingga dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan peneliti mengenai pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, pembiayaan sewa, dan pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) terhadap profitabilitas pada suatu

bank Syariah baik secara parsial maupun simultan. Sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dan pengembangan untuk penelitian selanjutnya

b. Bagi Lembaga yang Diteliti

Peneliti berharap bahwa hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat mengenai sumbangan saran, dan pemikiran yang kedepannya dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berguna untuk membuat strategi dalam mengambil langkah pada manajemen keuangan terkait pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, pembiayaan sewa, dan pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) terhadap profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah.

(23)

c. Bagi Pihak Akademik

Peneliti berharap bahwa hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat mengenai tambahan kepustakaan atau referensi di bidang keilmuan Perbankan Syariah, khususnya pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti berharap bahwa hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada peneliti selanjutnya di masa yang akan datang sebagai bahan refrensi dan perbandingan untuk megembangkan serta memperbaiki penelitian ini.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian dalam penelitian ini, dimaksudkan agar tidak menyimpang terlalu jauh dari topik yang sudah ditetapkan. Maka dari itu permasalahan dalam penelitian ini dibatasi oleh hal-hal berikut ini:

1. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini dibatasi pada variabel pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, pembiayaan sewa, dan pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF).

Sedangkan variabel terikatnya (dependen) yaitu profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah.

(24)

2. Dalam penelitian ini, data yang digunakan yaitu data time series. Data yang dimana urutan observasinya disusun berdasarkan waktu dan penelitian ini hanya membahas mengenai laporan keuangan yang ada pada PT Bank Mega Syariah tahun 2013-2021 dengan mengakses website resmi PT Bank Mega Syariah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

G. Penegasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dan untuk mempermudah dalam memahami judul penelitian, maka perlu dijelaskan mengenai istilah-istilah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Definisi Konseptual

Secara konseptual mengenai “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Sewa, dan Pembiayaan Bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah Tahun 2013-2021”, yaitu sebagai berikut:

a. Pembiayaan Jual Beli

Menurut Ismail, pembiayaan jual beli yaitu:

Pembiayaan jual beli merupakan sebuah transaksi yang dilakukan oleh penjual dan pembeli atas suatu barang ataupun jasa yang menjadi objek jual beli. Kemudian return atas pembiayaan jual beli tersebut berasal dari selisih antara harga jual dan harga beli yang biasanya hal ini disebut margin keuntungan 43

43 Ismail, Perbankan…, hal. 135

(25)

Jadi pembiayaan jual beli yaitu transaksi yang dilakukan oleh bank dan nasabah atas suatu barang ataupun jasa yang dimana selisih harga jual dan harga beli tersebut menjadi margin kentungan yang telah disepakati bersama.

b. Pembiayaan Bagi Hasil

Menurut Nasution, pembiayaan bagi hasil yaitu:

Pembiayaan bagi hasil yaitu kerja sama antara bank sebagai pemilik modal dengan nasabah sebagai pengelola modal untuk memperoleh keuntungan dan membagi keuntungan yang diperoleh berdasarkan nisbah yang disepakati.44

Jadi pembiayaan bagi hasil adalah pembiayaan yang dilakukan oleh pemilik dana (bank) dan pengelola dana (nasabah) untuk kerja sama melakukan usaha tertentu yang di mana hasil usahanya dibagi sesuai kesepakatan bersama.

c. Pembayaan Sewa

Menurut Muhamad, pembiayaan sewa atau ijarah yaitu:

Pembiayaan sewa yaitu transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/ atau jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.45

Jadi pembiayaan sewa adalah pembiayaan yang menerapkan perjanjian sewa menyewa atas suatu barang atau jasa dalam waktu

44 Muhammad Lathief Ilhamy Nasution, Manajemen Pembiayaan…, hal. 160

45 Muhamad, Pengantar Bisnis . . ., hal. 178

(26)

tertentu dengan melakukan pembayaran sewa tanpa ada kepemindahan kepemilikan barang yang disewakan.

d. Pembiayaan Bermasalah

Menurut Adiwarman, pembiayaan bermasalah yaitu:

Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang diselenggarakan oleh lembaga keuangan yang membiayai nasabah, seperti pembiayaan yang tidak likuid, pembiayaan yang tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan oleh debitur, dan pembiayaan yang berdampak buruk seperti ketidakpatuhan terhadap jadwal angsuran.46

Jadi pembiayaan bermasalah adalah risiko pembiayaan yang yang terjadi karena kemungkinan kondisi dan ketidakpatuhan nasabah pembiayaan dalam membayar atau melunasi kewajibannya.

e. Profitabilitas

Menurut Kasmir, profitabilitas yaitu:

Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan untuk mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.47

Jadi profitabilitas adalah rasio untuk mengetahui efesiensi perusahaan dalam menilai kemampuan perusahaan untuk mencari keuntungan.

46 Adiwarman. A. Karim, Bank Islam Analisis . . ., hal. 260

47 Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta: Kencana, 2017), hal. 115

(27)

2. Definisi Operasional

Secara operasional, peneliti akan meneliti mengenai “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Sewa, dan Pembiayaan Bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah Tahun 2013-2021”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, dan pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) secara parsial maupun simultan terhadap

profitabilitas pada PT Bank Mega Syariah. Dalam penelitian ini menggunakan periode tahun 2013-2021 dengan menggunakan instrumen penelitian berupa laporan keuangan yang ada pada PT Bank Mega Syariah tahun 2013-2021 yang diakses melalui website resmi PT.

Bank Mega Syariah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

H. Sistematika Penulisan

Pemberian gambaran mengenai materi pembahasan dalam sebuah penelitian, maka diperlukan perumusan sistematika penulisan skripsi yang diharapkan dapat mempermudah para pembaca dalam memahami maksud penelitian skripsi. Adapun sistematika penulisan skripsi yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi mengenai gambaran secara singkat yang menjelaskan tentang apa saya yang akan dibahas dalam penelitian yang

(28)

dilakukan oleh peneliti. Dalam bab pendahuluan ini membahas beberapa sub bab diantaranya yaitu: latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika pembahasan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini menjelaskan tentang berbagai teori, konsep dan tanggapan dasar tentang teori dan variabel penelitian. Dalam bab landasan teori ini membahas beberapa sub bab diantaranya yaitu: teori yang membahas variabel-variabel penelitian, kajian penelitian terdahulu, kerangka konseptual, dan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian, diantaranya yaitu: pendekatan dan jenis penelitian, populasi, sampling dan sampel penelitian, sumber data, variabel dan skala pengukuran, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian serta analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang deskripsi data dan pengujian hipotesis. Dalam deskripsi data menjelaskan masing-masing variabel yang dilaporkan dari hasil penelitian setelah diolah dengan teknik statistik deskriptif. Sedangkan pengujian hipotesis menjelaskan mengenai pemaparan yang hampir sama atau tidak jauh berbeda dengan penyajian pada temuan untuk masing-masing variabel.

(29)

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang jawaban dari masalah penelitian, menafsirkan temuan-temuan penelitian dengan menggunakan logika dan teori yang sudah ada, mengintegrasikan temuan penelitian kedalam temuan penelitian dalam konteks khazanah ilmu yang luas, memodifikasi teori yang sudah ada ataupun menyusun teori baru. Jika teori yang sudah ada ditolak maka hendaknya dijelaskan modifikasinya.

BAB VI PENUTUP

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan disini merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dihasilkan dari hasil penelitian serta pembahasan untuk membuktikan kebenaran temuan ataupun hipotesis. Sedangkan sarannya berisi mengenai masukan yang dibuat berdasarkan hasil penelitian dan pertimbangan peneliti, selain itu masukan tersebut ditunjukkan kepada para pengelola objek maupun subjek penelitian, peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian yang sudah dilakukan dalam bidang yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor penyusun NTP dengan rincian sbb: subsektor perikanan mengalami kenaikan Ib sebesar 0,29 persen,, subsektor tanaman

Berdasarkan jawaban responden adanya pendapat, saran, bimbingan, dan kesempatan yang diberikan pimpinan kepada pegawai untuk mengembangkan kreativitasnya dalam

Terlaksananya kegiatan  peningkatan kapasitas  pelayanan administrasi  kependudukan  pemerintah kota  setidaknya diikuti 20 ...

Pendapatan usahatani padi adalah pendapatan bersih dari usahatani padi sawah irigasi hulu dan hilir yang dihasilkan dalam satu musim tanam yang diperhitugkan dari

Program PKW, PKK, dan Magang dilakukan berbasis pada SKL dan menggunakan acuan kurikulum berbasis kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI). Selanjutnya, SKL digunakan

tuturan memuji penutur atau kagum dengan yang dikatakan penutur tentang anaknya. e) Strategi bertutur di Dalam Hati Tindak tutur memuji atau menyanjung juga

 Pengertian latihan yang berasal dari kata training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek,

Hasil observasi pada atlet sepakbola di Sekolah Sepakbola Sport Supaya Sehat Semarang pada tahun 2020, diketahui bahwa saat melakukan pertandingan dan saat latihan terlihat