• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

digilib.uns.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

Berisi latar belakang tentang penelitian, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, posisi penelitian dalam lingkup ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota, manfaat dan alur penelitian serta sistematika laporan penelitian.

1.1 Latar Belakang

Saat ini masyarakat dituntut untuk aktif, kreatif dan ikut serta dalam memajukan pembangunan. Kementerian Pariwisata Indonesia tengan gencar melakukan pengembangan wisata berbasis pedesaan. Sehingga saat ini Pemerintah Kota/Kabupaten berlomba-lomba untuk memajukan kawasan tempat tinggalnya dengan cara memberikan ciri khas pada desanya masing-masing. Ciri khas desa inilah yang nantinya akan di „jual‟ kepada penikmat destinasi wisata dan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Salah satu kegiatan untuk memajukan desa dapat dilakukan dengan cara menjadikan desa-desa yang memiliki potensi pariwisata sebagai desa wisata. Akan tetapi ada beberapa desa wisata yang terbentuk akibat „program latahan‟, yaitu desa wisata yang berdiri karena desa tersebut memiliki obyek pariwisata.

Adapun pengertian dari desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tradisi yang berlaku di masyarakat (Nuryanti, 1993). Desa wisata dilihat sebagai bentuk industri pariwisata berupa kegiatan yang bersifat menghimbau, merayu, mendorong wisatawan agar melakukan perjalanan wisata ataupun menggunakan produk dari desa wisata tersebut (Soekadijo, 2000). Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa desa wisata merupakan integrasi antara kehidupan masyarakat desa, fasilitas, akomodasi, dan atraksi yang berada pada suatu desa yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi suatu daya tarik wisata. Jadi bukan hanya karna memiliki obyek wisata kemudian desa tersebut dicanangkan menjadi desa wisata, tetapi harus ada faktor-faktor lain yang mendukung objek wisata tersebut.

Tidak semua desa dapat ditetapkan menjadi desa wisata. Hanya desa-desa yang memenuhi syarat komponen desa wisata yang dapat ditetapkan menjadi desa wisata. Dari komponen desa wisata ini nanti dapat diketahui potensi maupun masalah dari desa yang akan dikembangkan menjadi desa wisata. Adapun komponen dari desa wisata menurut Priasukmana dan Mulyadin (2001), yaitu:

“ Penetapan desa wisata harus memenuhi syarat diantaranya, (1) aksesibilitas yang baik, mudah dijangkau dengan berbagai jenis

(2)

digilib.uns.ac.id

2 transportasi, (2) memiliki objek menarik berupa alam, seni budaya,

legenda, makanan lokal dan sebagainya untuk dikembangkan sebgai wisata, (3) adanya dukungan dari masyarakat dan aparat desa, (4) terjaminya keamanan pada desa wisata, (5) tersedianya akomodasi, telekomunikasi dan tenaga kerja yang memadai, (6) beriklim sejuk dan dingin, serta (7) berhubungan dengan objek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas.”

Salah satu Kabupaten yang mulai melakukan pengembangan desa wisata adalah Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berjarak sekitar 14 km sebelah timur Kota Surakarta. Kabupaten Karanganyar memiliki 17 kecamakan dan 177 kelurahan/desa dengan total luas Kabupaten Karanganyar seluas 772,20 km. Wilayah Kabupaten Karanganyar memiliki ketinggian antar 80-2000 meter diatas permukaan laut yang cocok dikembangkan sebagai daerah pertanian.

Dibidang pariwisata, kondisi alam Kabupaten Karanganyar potensial dijadikan daerah tujuan wisata karena letaknya di kaki Gunung Lawu yang menjadikan wilayah ini berudara sejuk dengan pemandangan alam yang indah. Karena hal inilah dalam kebijakan penataan ruang RTRW Kabupaten Karanganyar tahun 2013-2032, Kabupaten Karanganyar akan melakukan pengembangan wilayah dengan tiga pilar, yakni Industri, Pertanian dan Pariwisata (INTANPARI), dengan basis pariwisata berupa potensi alam dan karakteristik lokal.

Kemudian dalam strategi penataan ruang juga dijelaskan Kabupaten Karanganyar akan mengembangkan kegiatan pariwisata alam dan budaya pada bagian Timur wilayah Karanganyar sebagai penggerak utama dan potensi pariwisata lainnya sebagai pendukung. Hal ini didukung dengan adanya strategi pembangunan sarana dan prasarana penunjang pariwisata seperti transportasi guna meningkatkan aksesibilitas pendukung pariwisata. Kemudian dalam strategi pengembangan kawasan pariwisata juga di sebutkan bahwa Kabupaten Karanganyar akan mengembangkan potensi desa untuk dikembangkan sebagai daya tarik desa wisata.

Adapun kawasan peruntukan pariwisata dan dikembangkan sebagai desa wisata berada di Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Jenawi, Kecamatan Kerjo, Kecamatan Karangpandan Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Gondangrejo dan Kecamatan Matesih. Pengembangan desa ini didukungan dengan Misi Kabupaten Karanganyar point 4 yakni Pembangunan desa sebagai pusat pertumbuhan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Karanganyar tahun 2014-2018, sesuai data sampai tahun 2012 Kabupaten Karanganyar telah memiliki 16 Desa Wisata yang tersebar di Kabupaten Karanganyar. Kecamatan Matesih merupakan salah satu kecamatan yang akan dikembangkan sebagai desa wisata. Dalam Perda No 6 Tahun 2016

(3)

digilib.uns.ac.id

3 tentang Rencana induk pembangunan kepariwisataan (Riparda) Kabupaten Karanganyar tahun 2016-2026, Kecamatan Matesih masuk kedalam Wilayang Pengembangan Pariwisata (WPP Selatan) Kabupaten Karanganyar dan merupakan Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten (KPPK), yaitu area atau kawasan tertentu dengan komponen kepariwisataan, serta memiliki karakter atau tema produk wisata tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai komponen pencitraan kawasan.

Kecamatan Matesih terbagi menjadi 9 wilayah desa. Desa Girilayu merupakan salah satu desa di Kecamatan Matesih dan telah ditetapkan sebagai Desa Vokasi pada tahun 2013.

“Desa Girilayu merupakan Sentra Batik Tulis (desa pembatik zaman Mangkunegaran) di Kabupaten Karanganyar. Pada Desa Girilayu terdapat makam Keluarga Raja Mangkunegaran (Astana Giribangun dan Astana Mangadeg) serta berdekatan dengan Astana Giribangun (makam dari keluarga Soeharto) yang merupakan objek wisata ziarah di Kabupaten Karanganyar”.

(Sumber:http://indonesianbatik.id/2018/04/14/astana-mangadeg-girilayu-dan- giribangun-tujuan-menarik-wisata-ziarah/).

Dengan potensi batik tulis serta wisata ziarah, kemudian warga desa dan Pemerintah Desa Girilayu berinisiatif mencanangkan Desa Girilayu menjadi Desa Wisata Batik. Untuk pengoptimalan potensi yang sudah ada kemudian akan dilakukan penelitian mengenai strategi pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu berdasarkan potensi dan masalah komponen desa wisata. Dengan tujuan untuk mendapatkan strategi pengembangan yang tepat agar Desa Wisata Batik Girilayu dapat berkembang.

1.2 Rumusan Masalah

Desa Girilayu adalah salah satu desa di Kecamatan Matesih yang merupakan Sentra Batik Tulis di Kabupaten Karanganyar. Dengan mayoritas penduduknya memiliki keterampilan membatik tulis, pada tahun 2013 Desa Girilyu ditetapkan sebagai Desa Vokasi.

Selain sebagai Sentra Batik Tulis, Desa Girilayu juga memiliki wisata ziarah yaitu, Astana Girilayu dan Astana Mangadeg yang merupakan makam Keluarga Raja Mangkunegaran, Surakarta. Kemudian Desa Girilayu juga berbatasan langsung dengan Astana Giribangun yang merupakan komplek makam keluarga Soeharto (mantan Presiden Republik Indonesia).

Karena hal itulah kemudian masyarakat dan Pemerintah Desa Girilayu berinisiatif mencanangkan Desa Girilayu menjadi Desa Wisata Batik. Hal ini sejalan dengan Perda No 6 Tahun 2016 tentang Rencana induk pembangunan kepariwisataan (Riparda) Kabupaten Karanganyar tahun 2016-2026, yang menjelaskan bahwa Kecamatan Matesih masuk kedalam Wilayang Pengembangan Pariwisata (WPP Selatan) Kabupaten Karanganyar dan merupakan Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten (KPPK), yaitu area atau kawasan tertentu

(4)

digilib.uns.ac.id

4 dengan komponen kepariwisataan, serta memiliki karakter atau tema produk wisata tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai komponen pencitraan kawasan. Dengan adanya pencanangan Desa Wisata Batik Gilirayu maka akan dilakukan penelitian berupa strategi pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu berdasarkan potensi dan masalah komponen desa wisata yang ada di sana.

1.3 Tujuan dan Sasaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu berdasarkan penilaian potensi dan masalah komponen desa wisata yang ada di sana.

Dengan harapan penelitian ini dapat menjadi alternatif bagi masyarakat maupun dinas terkait dalam pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu. Dengan sasaran yang akan dilakukan, berupa:

1. Mengidentifikasi potensi dan masalah komponen desa wisata yang ada di Desa Wisata Batik Girilayu.

2. Melakukan penilaian potensi dan masalah komponen desa wisata yang ada di Desa Wisata Batik Girilayu.

3. Menganalisisi hasil penilaian potensi dan masalah yang diaplikasikan kedalam Diagram Kartesius untuk mengetahui kedudukan dan strategi pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup ini membahas mengenai batasan–batasan penelitian yang akan dilakukan. Ruang lingkup penelitian meliputi ruang lingkup wilayah, ruang lingkup substansi dan ruang lingkup waktu.

1.4.1 Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi adalah batasan yang akan dibahas pada penelitian. Ruang lingkup substansi pada penelitian ini yaitu komponen desa wisata yang ada di Desa Girilayu sebagai Desa Wisata Batik.

1.4.2 Ruang Lingku Waktu

Ruang lingkup waktu merupakan ruang lingkup proses pengambilan data yaitu pada tahun 2019.

1.4.3 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini adalah Desa Girilayu, Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar yang dicanangkan sebagai Desa Wisata Batik. Karena Desa Girilayu merupakan Sentra Batik Tulis di Kabupaten Karanganyar yang mayoritas warganya memiliki

(5)

digilib.uns.ac.id

5 keahlian membatik turun-temurun sejak zaman Raja-raja Mangkunegaran. Hingga saat ini Batik Girilayu masih diproduksi dan sudah dikenal dikalangan pecinta batik nusantara.

Desa Girilayu merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Matesih, dengan luas wilayah Desa Girilayu seluas 311.541 Ha. Dengan dominasi penggunaan lahan tanah kering seluas 226.838 Ha dan memiliki ketinggian sekitar 600 mdpl. Jumlah penduduk di Desa Girilayu sebanyak 3832 jiwa dan dominasi pekerjaan sebagai petani (BPS, 2019). Desa Girilayu berbatasan dengan:

Sebelah Timur : Desa Plumbon, Kecamatan Tawangmangu

Sebelah Selatan : Desa Koripan dan Desa Karanglo, Kecamatan Tawangmangu Sebelah Barat : Desa Karangbangun dan Desa Pablengan, Kecamatan Matesih Sebelah Utara : Desa Gerdu, Kecamatan Karangpandan

Adapun peta administrasi Desa Girilayu dapat dilihat pada Gambar 1.1.

(6)

digilib.uns.ac.id

6 Gambar 1.1 Batas Administrasi Desa Girilayu

(7)

digilib.uns.ac.id

7 1.5 Posisi Penelitian

Posisi penelitian ini terdiri dari posisi penelitian terhadap disiplin ilmu perencanaan wilayah dan kota serta posisi penelitian terhadap penelitian sejenis sebelumnya. Berikut ini merupakan penjelasan dari posisi penelitian:

1.5.1 Posisi Penelitian Terhadap Disiplin Ilmu Perencanaan Wilayah Dan Kota

Perencanaan Wilayah dan Kota meruakan salah satu disiplin ilmu yang berperan dalam perencanaan strktur ruang dan pola ruang suatu kota/wilayah. Perencanaan pola ruang sendiri dibagi menjadi dua, yaitu: perencanaan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pada kawasan budidaya berisi rencana-rencana yang berkaitan dengan kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata dan kawasan peruntukan perdagangan jasa. Pada Penelitian ini akan meneliti kawasan pariwisata berdasarkan daya tarik wisata dan melakukan penilaian potensi dan masalah komponen desa wisata yang ada untuk mengetahui strategi pengembangan yang sesuai. Adapun posisi penelitian ini diperjelas dengan bagan yang dapat dilihat pada Gambat 1.2.

1.5.2 Posisi Peneliti Terhadap Penelitian Sejenis

Posisi penelitian terhadap penelitian terdahulu dilakukan dengan melalui perbandingan menggunakan tabel. Adapun untuk posisi penelitian terhadap penelitian lain yang memiliki kesamaan tema maupun judul dengan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Posisi Penelitian terhadap Penelitian Sebelumnya

Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Jenis

Analisis Hasil Penelitian Penelitian Sebelumnya

Endang Widiyastuti,

dkk (2013)

Pengembangan Seni Kerajinan Batik Girilayu Menuju Ekonomi

Kreatif Untuk Memberdayakan

Masyarakat dan Mendukung Pembangunan Pariwisata Di Kabupaten Karanganyar

Mengeksplorasi pengembangan

seni batik Girilayu serta perumusan model

dan strategi pengembangan

seni kerajinan batik Girilayu menuju ekonomi

kreatif yang mendukung pariwisata di

Kabupaten Karanganyar

Deskriptif

Kualitatif Interaktif

Draf model pengembangan seni

kerajinan batik Girilayu yang disebut

model Integrated Competence Building

(ICB), yaitu model pengembangan untuk

peningkatan kompetensi perempuan

pengrajin batik agar mampu meningkatkan kualitas dan daya saing

produk serta membangun dan memperluas jaringan

pasar batik Girilayu.

Agus Nur Setyawan (2016)

Model Pengembangan

Desa Wisata

Merumuskan dan menetapkan konsep atau

Action

Research SWOT

Desa Girilayu dinilai dapat mengembangankan

(8)

digilib.uns.ac.id

8 Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Jenis

Analisis Hasil Penelitian Penelitian Sebelumnya

Batik Girilayu Berbasis Budaya

Lokal Sebagai Konsep Strategi

Pengembangan Ragam Tujuan

Wisata (Destination

Branding)

“Kantong Budaya”

model pengembangan DesaWisata Batik

Girilayu berbasis budaya lokal.

konsep CBT dalam pengembangan desa

wisata.

Arvia Ari Sugesti

(2015)

Kinerja Keterlibatan Masyarakat dalam

Sarana Prasarana Pariwisata

Menurut Community Based Tourism pada Desa Wisata Berjo Ngargoyoso

Mengetahui keterlibatan masyarakat dalam

sarana prasarana pariwisata Desa Wisata Berjo dengan Konsep

CBT

Deskriptif Kuantitatif - Kualitatif

Deskriptif dan Skoring

Keterlibatan masyarakat dalam sarana dan prasarana

pariwisata di Desa Wisata Berjo telah mengacu pada prinsip

CBT

Sumber: Peneliti, 2019

Penelitian yang akan dilakukan berfokus kepada strategi pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu sesuai dengan kajian teori yang ada. Posisi penelitian ini terhadap penelitian terdahulu adalah melengkapi identifikasi potensi dan masalah yang pernah dilakukan untuk perumusan strategi pengembangan. Akan tetapi dalam penelitian ini lebih berfokus pada potensi dan masalah komponen desa wisata untuk mengetahui strategi pengembangan Desa Girilayu sebagai Desa Wisata Batik.

1.6 Manfaat Penelit 1.6.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu Perencanaan Wilayah Dan Kota perihal komponen desa wisata untuk mengetahui strategi pengembangan dengan cara penilaian potensi dan masalah komponen desa wisata.

1.6.2 Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada masyarakat maupun dinas terkait mengenai strategi pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu berdasarkan penilaian potendi dan masalah komponen desawisata yang ada di sana.

(9)

digilib.uns.ac.id

9 Gambar 1.2 Bagan Posisi Penelitian Terhadap Disiplin Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota

Sumber: Peneliti, 2019 Perencanaan Wilayah dan Kota

Hutan Produksi Pertanian Pertambangan Permukiman Industri Pariwisata Perdagangan Jasa

Pola Ruang Struktur Ruang

Kawasan Lindung Kawasan Budidaya

Alam Sosial Budaya Minat khusus Buatan Manusia

Desa Wisata Batik

Komponen Desa Wisata

Usaha Pariwisata Wisatawan

Daya Tarik Wisata

Strategi Pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu Berdasarkan Potensi dan Masalah Komponen Desa

Wisata

(10)

digilib.uns.ac.id

10 1.7 Alur Penelitian

Gambar 1.3 Diagram Alur Penelitian Sumber: Peneliti, 2019

Latar Belakang: Kementerian Pariwisata Indonesia tengah gencar melakukan pengembangan wisata yang berbasis pada wilayah pedesaan. Begitu pula Kabupaten Karanganyar juga tengah mengembangan desa wisata. Salah satu Desa yang dicanangkan sebagai desa wisata yaitu Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar yang merupakan Sentra Batik Tulis dan memiliki wisata ziarah Astana Girilayu dan Astana Mangadeg.

Rumusan Masalah: “Bagaimana strategi pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu berdasarkan potensi dan masalah komponen desa wisata?”

Tujuan: Mengetahui strategi pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu berdasarkan penilaian potensi dan masalah komponen desa wisata yang ada di sana.

Sasaran:

1. Mengidentifikasi potensi dan masalah komponen desa wisata yang ada di Desa Wisata Batik Girilayu.

2. Melakukan penilaian potensi dan masalah komponen desa wisata yang ada di Desa Wisata Batik Girilayu.

3. Menganalisisi hasil penilaian potensi dan masalah yang diaplikasikan kedalam Diagram Kartesius untuk mengetahui kedudukan dan strategi pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu.

Kajian Literatur: Pengertian Pariwisata, Komponen Pariwisata, Pengertian Desa Wisata dan Komponen Desa Wisata.

Kompilasi Data: Data potensi dan masalah serta data penilaian potensi dan masalah komponen desa wisata yang ada pada Desa Wisata Batik Girilayu.

Analisis: Analisis SWOT EFAS-IFAS untuk mengetahui strategi pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu.

Output: Mengetahui strategi pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu berdasarkan hasil penilaian potensi dan masalah komponen desa wisata yang ada disana. Sehingga diharapkan penelitian ini mampu memberikan masukan atau alternatif untuk pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu.

(11)

digilib.uns.ac.id

11 1.8 Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang tentang penelitian, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, posisi penelitian dalam lingkup ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota, manfaat dan alur penelitian serta sistematika laporan penelitian.

BAB II TINJAUAN TEORI

Bab ini menguraikan perihal teori yang menjadi dasar untuk melakukan penelitian. Memuat tentang teori pengertian pariwisata, daya tarik wisata, komponen pariwisata, teori pengertian desa wisata dan komponen desa wisata. Kemudian teori yang terkumpul disintesis hingga menghasilkan variabel dan sub variabel penelitian guna mencapai tujuan dan sasaran penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini mencakup penjelasan tentang pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, variabel operasional, kebutuhan data, cara pengumpulan data serta teknik analisis data yang akan digunakan penelitian.

BAB IV DATA DAN ANALISIS

Bab ini berisikan hasil penggalian data berupa identifikasi potensi dan masalah komponen desa wisata, pengelompokan potensi dan masalah serta pembahasan mengenai strategi pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu berdasarkan potensi dan masalah komponen desa wisata.

BAB V PEMBAHASAN

Bab pembahasan ini berisi kritisi hasil analisis terhadap sudut pandang yang digunakan untuk membandingkan fakta lapangan dengan teori penelitian. Hal ini untuk mengetahui keterkaitan hasil analisis dengan teori yang sudah ada.

BAB VI KESIMPULAN

Pada bab kesimpulan akan dimuat kesimpulan hasil penelitian beserta rekomendasi untuk masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Batik Girilayu yang menjadi fokus dari penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk melihat tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan berdasarkan fasilitas wisata di Batu Mentas yang meliputi Daya Tarik Wisata,

Beberapa keunggulan diatas, menjadikan kawasan ini memiliki daya tarik yang cukup tinggi sehingga banyak pihak yang memanfaatkannya tidak hanya sebagai alternatif tempat

Dalam penelitian ini yang ditinjau adalah persepsi dan preferensi pengunjung tentang Desa Wisata Cibuntu yang terdiri dari (daya tarik, servis/pelayanan, promosi serta

potensi alam dan sarana prasarana yang ada secara visual / survey lapangan. Penilaian dengan hasil quisioner terhadap minat dan daya tarik wisatawan Pantai Rancabuaya yang

Pencetusan branding Pesona Indonesia, memberikan daya tarik tersendiri pada pariwisata Indonesia. Selain menjadi salah satu komponen penting dalam pemasaran pariwisata

Desa wisata menurut Nuryanti (dalam Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau, 2016:2) merupakan suatu daerah tujuan wisata atau disebut pula destinasi

Unit analisis dalam penelitian ini ialah karakteristik dari Kampung Adat Negeri Olok Gading serta potensi dan pengembangannya untuk menjadi suatu daya tarik wisata budaya yang

UU no.9 tahun 1990 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata yang terdiri atas, obyek dan daya tarik