TATAP MUKA
10
MODUL PERKULIAHAN
Pengantar Manajemen
Bab 10 – Kepemimpinan
Disusun oleh: Kode Mata Kuliah: IT-021245
Ardiprawiro, SE., MMSI Fakultas: S1 – Ekonomi
ABSTRAK TUJUAN Kepemimpinan dilihat sebagai suatu proses
pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya sehingga kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu hal yang membuat seseorang pemimpin yang baik atau tidak.
Setelah membaca modul ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
Memahami tentang pengertian kepemimpinan, model kepemimpinan, fungsi komunikasi kepemimpinan dan hambatannya.
2022 Pengantar Manajemen
BAB 10
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan yang efektif pada dasarnya adalah menginspirasi dan memenangkan komitmen.
Seperti apa posisi kepemimpinan dalam manajemen, menurut Thomlison dalam Sagala (2018) tentu perlu dianalisis hasil-hasil penelitian para ilmuwan (expert) maupun menganalisis pengalaman praktisi kepemimpinan dan manajemen dari perspektif ilmu pengetahuan dan landasan filsafat. Fakta hasil penelitian oleh ilmuwan disusun, dan dikelompokkan lalu dianalisis dengan maksud agar hasil penyelidikan yang terpisah-pisah itu lebih mempunyai makna.
Kepemimpinan (leadership) dapat dimaknai sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian yang ada dalam diri pemimpin itu sendiri. Termasuk di dalamnya kewibawaan, keterampilan, pengetahuan, visi, dan kompetensi untuk dijadikan sebagai sarana kepemimpinan dalam rangka meyakinkan orang-orang yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, dan merasa tidak terpaksa. Mengacu pada serangkaian kemampuan dan sifat-sifat tersebut, maka kepemimpinan merupakan kekuatan dinamis yang berperan penting sebagai memotivasi dan mengoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif. Kemampuan kepemimpinan itu untuk menjaga keutuhan kerja sama, menciptakan rasa percaya diri, dan dukungan anggota organisasi melalui tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespons dan menimbulkan perubahan positif agar tujuan organisasi tercapai. Untuk itu, pemimpin berusaha menciptakan perubahan yang memberi kemanfaatan bagi dirinya dan organisasi. Cara yang dilakukan dengan memberi inspirasi kepada anggota organisasi untuk bekerja dengan penuh semangat, terampil mengembangkan kemampuan kreativitas, inovatif, efektif, dan menyenangkan.
Terkait dengan kepemimpinan maka komunikasi yang baik sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin karena berkaitan dengan tugasnya untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, mendorong anggota untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta mencapai efektivitas dalam kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan, manajemen konflik serta proses-proses organisasi lainnya.
Lalu bagaimana mungkin komunikasi bisa berjalan dengan baik jika seorang pemimpin tidak memberikan kenyamanan, malahan yang ada ketakutan bagi bawahannya dalam menyampaikan informasi kepadanya.
10.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai arti yang sangat luas, tidak terbatas pada terminologi jabatan saja. Kepemimpinan juga bisa diartikan sebagai seni (art) untuk memengaruhi. Lensufii dalam Nugroho (2018) mengatakan bahwa kepemimpinan memiliki keluasan arti, meliputi ilmu tentang kepemimpinan, teknik kepemimpinan, seni memimpin, ciri kepemimpinan, serta sejarah kepemimpinan. Secara umum kepemimpinan memang diartikan sebagai pemimpin karena terjemahan yang dipakai adalah dari kata asing berbahasa Inggris, yaitu Leadership. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemimpin adalah seseorang yang mampu
menggerakkan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam struktur kepemimpinan, pemimpin tidak dapat berjalan sendiri. Pemimpin adalah salah satu komponen di dalam kepemimpinan. Artinya, terdapat beberapa komponen lainnya di dalam sebuah struktur kepemimpinan, yaitu:
1. Pemimpin (leader)
2. Kemampuan untuk menggerakkan (ability to motivate) 3. Pengikut (follower)
4. Tujuan atau niat baik (good intention) 5. Organisasi
Sebagai sasaran akhir dari sebuah kepemimpinan yang efektif tentunya adalah tercapainya tujuan bersama atau tujuan organisasi melalui pengaruh yang diberikan oleh seorang pemimpin. Kapasitas untuk memengaruhi dan menggerakkan pengikut menjadi faktor kunci dari seorang pemimpin yang efektif. Seorang bisa dikatakan pemimpin yang berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari perusahaan.
Sifat-sifat ini berbeda-beda pada setiap orang. Kesadaran bahwa Anda sendiri yang menentukan kadar kemampuan kepemimpinan akan membantu upaya melakukan perbaikan- perbaikan. Tidak ada cara terbaik untuk menjadi pemimpin. Para wirausahawan adalah individu- individu yang mengembangkan gaya kepemimpinan mereka sendiri.
O’Connor dalam Saleh (2016) menyatakan ada 3 kepercayaan tentang kepemimpinan yang umumnya dipercaya orang:
1. Para pemimpin itu berbakat atau dilahirkan untuk memainkan peranannya. Terlahir sebagai pemimpin secara alamiah (leader are born by nature).
2. Situasi tertentu seperti waktu atau tempat tertentu, begitu tugas itu selesai maka para pemimpin itu mundur dari peranan mereka. Dengan kata lain menjadi pemimpin karena dibuat oleh situasi (leader are made by nurture).
3. Berbagai kualitas tertentu dapat menciptakan pemimpin, seperti ambisi, kharisma, keyakinan/rasa percaya diri, inisiatif, ketidaktergantungan, kreativitas, rasa tanggung jawab, dan banyak lagi lainnya (leader are born and made).
Kepemimpinan hanya menjadi konsepsi hampa tanpa komunikasi. Komunikasi mengalirkan substansi aspek kepemimpinan dalam keberlangsungan organisasi. Organisasi menjadi wadah yang di dalamnya memungkinkan pola-pola komunikasi terjadi. Pemimpin bertanggung jawab dalam menciptakan pola aliran komunikasi yang baik.
10.2 Model Kepemimpinan
Dalam berbagai riset dan studi telah dikenal berbagai oleh Mathis dalam Sagala (2018) model kepemimpinan dalam delapan macam, yaitu:
1. Model karismatik yang memiliki kekuatan energi, daya tarik, dan wibawa luar biasa untuk memengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya.
2022 Pengantar Manajemen
Pemimpin karismatik merupakan gaya kepemimpinan yang dibawa sejak lahir, merupakan totalitas kepribadian pemimpin yang memancarkan pengaruh dan daya tarik tersendiri.
2. Model paternalistis yang merupakan tipe pemimpin yang kebapakan dengan sifat-sifat yang selalu menganggap bawahannya sebagai orang yang tidak/belum dewasa, terlalu melindungi kurang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan atau inisiatif sendiri dan bersikap memantau.
3. Model militeristis merupakan tipe gaya kepemimpinan bersikap keras agak kemiliteran.
Memiliki sifat seperti: lebih banyak menggunakan sistem perintah, otoriter kaku dan sering kurang bijaksana terhadap bawahan. Pimpinan seperti ini menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahannya sangat formalitas disiplin yang ketat dan tidak dapat menerima kritik dan saran dari bawahannya.
4. Model otokratis mendasarkan diri pada kekuasaan paksaan yang mutlak harus dipenuhi.
Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa konsultasi dengan bawahan. Tipe pemimpin ini senantiasa ingin berkuasa absolut, tunggal dan merajai keadaan, sikap dan prinsipnya sangat konservatif dan ketat.
5. Model laiser faire menunjukkan sang pemimpin nyaris tidak memimpin, dia membiarkan setiap orang berbuat semaunya sendiri, pemimpin seperti ini tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya, semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan bawahan sendiri, pemimpin seperti ini hanya simbol dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis yang dibutuhkan seorang pemimpin.
6. Model populistis merupakan tipe pimpinan yang dapat membangun solidaritas karyawan, kepemimpinan ini berpegang teguh pada nilai-nilai yang masih tradisional.
7. Model administratif merupakan kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas- tugas administratif secara efektif, para pimpinannya terdiri dari teknokrat dan administrator yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan yang dapat membangun birokrasi yang efektif dan efisien untuk memimpin.
8. Model demokratis berorientasi pada karyawan dan memberikan bimbingan yang efisien pada bawahannya.
Dalam penerapannya tentu perlu dilihat karakteristik unit organisasi yang dipimpin dan siapa anggota organisasi. Dengan mengenal karakteristik organisasi yang dipimpin, tentu akan dapat diketahui tipe kepemimpinan seperti apa yang dapat menjadikan organisasi dengan performa yang tinggi secara efektif dapat mencapai tujuannya.
10.3 Fungsi Komunikasi Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang diperoleh memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti, informasi pada dasarnya diperlukan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran
manajemen memerlukan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sementara karyawan (bawahan) memerlukan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini terkait dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang mempengaruhi fungsi regulatif, yaitu:
a) Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen adalah mereka yang memiliki wewenang untuk mengatur semua informasi yang disampaikan. Di samping itu mereka juga memiliki wewenang untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
b) Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan- peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.
Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, bulletin) dan laporan kemajuan organisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata.
Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan. Untuk itu kita perlu memahami gaya atau style seseorang ketika ia berkomunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of interpersonal behaviours that are used in a give situation). Masing- masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).
2022 Pengantar Manajemen
10.4 Gaya Komunikasi Kepemimpinan
Gaya komunikasi mengendalikan (dalam bahasa Inggris: The Controlling Style) ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications. Gaya komunikasi ini dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain:
1. The Controlling Style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikasi satu arah atau one-way communications.
Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’
gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demikian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
2. The Equalitarian Style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakukan arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks.
Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian
kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama struktur inisiasi atau initiating structure. Stogdill dan Coons menjelaskan bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan- pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic Style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. The Relinquishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antar pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkret adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
2022 Pengantar Manajemen
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinquishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir:
controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat.
10.5 Hambatan dalam Komunikasi Kepemimpinan
Pada sebuah proses komunikasi yang terjadi terkadang kita juga akan mengalami banyak hambatan dalam berkomunikasi. Beberapa hambatan komunikasi adalah:
1. Hambatan sematiks. Hambatan yang disebabkan oleh faktor bahasa yang digunakan oleh para pelaku komunikasi.
2. Hambatan mekanik. Hambatan yang disebabkan oleh faktor elektrik, mesin atau media lainnya.
3. Hambatan antropologis. Hambatan yang disebabkan oleh perbedaan pada diri manusia.
4. Hambatan psikologis. Hambatan yang disebabkan oleh faktor kejiwaan.
Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip oleh Syarif (2014), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu:
1. Mendengar
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui
Kita cenderung mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
Jika ada bawahan yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya,
3. Menilai sumber
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda
Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan di penerima pesan. Perbedaan ini bahkan tidak sama dengan si penerima pesan.
Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, di antara pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda
Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita.
Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita, mempengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi
Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. Apa pun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
10.6 Urgensi Komunikasi bagi Pemimpin
Permasalahan bisa terjadi akibat kita salah mengkomunikasikan pesan kepada komunikan.
Kadang hal ini terlupakan, padahal, manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.
Dalam berkomunikasi sering kali kita menjumpai banyak perbedaan. Perbedaan gaya berkomunikasi sering kali menjadi suatu permasalahan. Perdebatan tersebut sering kali memicu fenomena etnosentrisme. Sehingga tak heran sering kali konflik di antara suku dibangsa ini disebabkan adanya salah menginterpretasikan perkataan ataupun maksud dari ucapan seseorang atau kelompok tertentu.
Selain itu juga dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antar individu maupun antar masyarakat agar terjadi keserasian dan dapat mencegah konflik. Di sisi lain, komunikasi juga dibutuhkan oleh setiap negara untuk saling berhubungan dengan negara lain (hubungan bilateral).
Komunikasi dengan kepemimpinan sangat erat hubungannya. Seorang pemimpin harus memiliki wawasan yang luas, jujur, bertanggung jawab , berani dalam mengambil keputusan, dan ia juga harus mempunyai keahlian berkomunikasi yang sangat baik. Karena komunikasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya.
Setiap pemimpin pasti memiliki bawahannya di mana bawahannya tersebut akan mengeluarkan gagasan/ide yang akan dipaparkan. Sehingga seorang pemimpin tersebut dapat mengambil keputusan berdasarkan gagasan/ide tersebut.
Kepemimpinan yang berhasil mempengaruhi orang lain sangat ditentukan oleh keterampilan dan kemampuan menjalankan fungsi komunikasi secara baik karenanya komunikasi yang baik dan menjadi efektif akan ditentukan pula oleh kepercayaan dan keyakinan seorang pemimpin dalam memimpin untuk mempengaruhi bawahan. Keyakinan dan
2022 Pengantar Manajemen
harmonis antara pimpinan dengan para bawahannya yang dapat benar-benar berkomunikasi dengan baik yang sejalan dengan makna fungsi komunikasi.
Dalam sebuah organisasi setiap orang yang terlibat di dalamnya ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, baik selaku pimpinan maupun para staf, agar semua pekerjaan dapat terlaksana dengan lancar dan harmonis untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati dan ditetapkan, maka unsur kerja sama harus senantiasa tercipta dengan baik. Dengan terjadinya proses kerja sama maka unsur komunikasi pun dengan sendirinya akan tercipta, karena apa pun bentuk instruksi, informasi dari pimpinan, masukan, laporan dari bawahan ke pimpinan, antara sesama bawahan senantiasa dilakukan melalui proses komunikasi.
Peran pimpinan dalam peningkatan komunikasi pada sebuah organisasi membutuhkan tiga hal. Pertama, pemimpin dan semua anggotanya harus memiliki kemampuan yang tepat dan mengerti komunikasi yang baik. Komunikasi bukanlah proses yang indah dan banyak orang membutuhkan pengertian yang mendalam mengenai isu komunikasi. Kedua, komunikasi organisasi yang efektif membutuhkan iklim atau budaya yang mendukung komunikasi yang efektif. Lebih spesifik iklim ini akan membutuhkan kejujuran, keterbukaan, praktik komunikasi yang baik dan tanggung jawab untuk membuat komunikasi lebih efektif. Ketiga, komunikasi yang efektif membutuhkan perhatian. Hal ini bukanlah sesuatu yang langsung terjadi tetapi dikembangkan sebagai hasil usaha staf dan jajaran manajemen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mukhyi, M.A., & Saputro, I.H. 1995. Pengantar Manajemen Umum (Untuk STIE), Depok:
Penerbit Gunadarma
2. Priyono. 2007. Pengantar Manajemen, Sidoarjo: Zifatama
3. Krisnandi, H., Efendi, S., & Sugiono, E. 2019. Pengantar Manajemen, Jakarta: LPU-UNAS 4. Pratama, R. 2020. Pengantar Manajemen, Sleman: Penerbit Deepublish
5. Sadikin, A., Misra, I., & Sholeh H, M. 2020. Pengantar Manajemen dan Bisnis, Yogyakarta:
Penerbit K-Media
6. Silalahi, Marto., dkk. 2020. Dasar-Dasar Manajemen dan Bisnis, Medan: Yayasan Kita Menulis
7. http://etheses.iainkediri.ac.id/1455/3/932113615%20-%20BAB%20II.pdf, diakses pada 26 Februari 2022 pukul 07.00.
8. https://accurate.id/marketing-manajemen/bcg-matrix/, diakses pada 27 Februari 2022 pukul 07.00.
9. Kusworo. 2019. Manajemen Konflik dan Perubahan dalam Organisasi, Bandung: Alqaprint Jatinangor