TATAP MUKA
11
MODUL PERKULIAHAN
Pengantar Manajemen
Bab 11 – Komunikasi
Disusun oleh: Kode Mata Kuliah: IT-021245
Ardiprawiro, SE., MMSI Fakultas: S1 – Ekonomi
2022 Pengantar Manajemen
ABSTRAK TUJUAN
Komunikasi akan menentukan kualitas hubungan seseorang dengan orang lain karena dengan komunikasi seseorang dapat membangun konsep diri dan identitas diri, yang keduanya menjadi dasar dalam menjalani kehidupan serta bagaimana mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis untuk mencapai hidup yang lebih baik.
Setelah membaca modul ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
Memahami tentang komunikasi, proses komunikasi, unsur komunikasi, tujuan komunikasi, prinsip dalam komunikasi, dan tampilan komunikasi.
BAB 11
KOMUNIKASI
Menurut Stephen Covey dalam Saleh (2016), komunikasi merupakan keterampilan yang paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar jam di saat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi. Sama halnya dengan pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja, sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan efektif. Kita tidak pernah dengan secara khusus mempelajari bagaimana menulis dengan efektif, bagaimana membaca dengan cepat dan efektif, bagaimana berbicara secara efektif, apalagi bagaimana menjadi pendengar yang baik. Bahkan untuk yang terakhir, yaitu keterampilan untuk mendengar tidak pernah diajarkan atau kita pelajari dalam proses pembelajaran yang kita lakukan baik di sekolah formal maupun pendidikan informal lainnya.
Pemahaman atas keberadaan orang lain hanya dapat dilakukan apabila seseorang melakukan komunikasi atau interaksi dengan orang lain. Komunikasi akan menentukan kualitas hubungan seseorang dengan orang lain. Bahwa tingkat kualitas hidup manusia adalah bagaimana seseorang mampu menjalin hubungan baik dengan orang melalui komunikasi dua arah yang dilakukannya dengan orang lain. Karena dengan komunikasi seseorang dapat membangun konsep diri dan identitas diri, yang keduanya menjadi dasar dalam menjalani kehidupan serta bagaimana mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis untuk mencapai hidup yang lebih baik.
11.1 Asal Kata dan Definisi
Istilah komunikasi (communication) berasal dari kata common yang berarti “sama” dengan maksud sama makna, sehingga secara sederhana dapat dikatakan komunikasi merupakan proses menyamakan persepsi, pikiran dan rasa antara komunikator dengan komunikan.
Namun secara lengkap, Supriyanto dalam Saleh (2016) mengutip berbagai definisi komunikasi sebagai berikut:
a) Komunikasi ialah mekanisme hubungan antara manusia untuk mengembangkan isi pikiran dengan lambang-lambang yang mengandung pengertian dan dengan cara yang leluasa serta tepat pada waktunya (Charles H. Cooley).
b) Komunikasi adalah proses pengoperan perangsang/lambang-lambang bahasa dari komunikator kepada komunikan untuk mengubah tingkah laku individu-individu komunikan (Carl I. Hovland).
c) Komunikasi sebagai pengoperan lambang-lambang yang berarti di antara individu- individu (William Albig).
d) Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, pengetahuan dan pengalaman supaya timbul saling pengertian, keyakinan/kepercayaan serta kontrol yang diperlukan (Sir Gerald Barry).
e) Komunikasi ialah usaha mengadakan “persamaan” dengan orang lain (Wilbur Schramm).
2022 Pengantar Manajemen
Sedang Mulyana dalam Saleh (2016) juga melengkapi dengan berbagai definisi komunikasi antara lain:
a) Komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang disebut komunikasi (Barnard Berelson dan Gary A. Steiner).
b) Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima (Theodore M. Newcomb).
c) Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk memengaruhi perilaku penerima (Gerald R. Miller).
d) Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud mengubah tingkah laku mereka (Everett M. Rogers).
e) (Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut). Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect? (Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?) (Harold Lasswell).
Bentuk Dasar Komunikasi
Komunikator yang baik harus tahu bagaimana menempatkan kata yang membentuk arti, bagaimana mengubah situasi menjadi lebih menari, mengajak peserta aktif diskusi, menyelipkan humor (intermezzo) yang mampu menghidupkan suasana. Apakah pesan akan disampaikan melalui tulisan (written) atau lisan (oral), dan perlunya memperkuat kata dengan gerak atau tindakan, termasuk mengatur ruangan yang mampu menghidupkan diskusi.
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal (verbal communication) merupakan bentuk komunikasi yang disampaikan kepada pihak lain melalui lisan (oral) dan tulisan (written). Sehingga berbincang dengan orang, menelepon, berkirim surat, membacakan buku, melakukan presentasi diskusi, menonton televisi merupakan contoh komunikasi verbal.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal (nonverbal communication) merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan bahasa isyarat atau body language sebagai sarana berkomunikasi dengan orang lain. Contoh perilaku nonverbal, mengepalkan tinju, menggigit jari sendiri, membuang muka, tersenyum pada orang lain, menjabat tangan atau menggelengkan kepala.
Dengan penggunaan komunikasi nonverbal, orang dapat mengambil kesimpulan tentang berbagai hal mengenai perasaan orang lain, seperti senang, benci, rindu, marah, kecewa, pasrah dan hal lain. Sehingga perbedaan komunikasi verbal dengan nonverbal cukup mendasar. Bentuk komunikasi jenis ini biasanya memiliki sifat yang kurang terstruktur, sehingga sulit dipelajari, bahkan lebih cenderung berlangsung alamiah.
11.2 Proses Komunikasi
Proses komunikasi menurut Effendy dalam Saleh (2016) terdiri dari dua tahap meliputi:
1. Proses Komunikasi Primer
Proses komunikasi secara primer merupakan proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi meliputi bahasa, kial (gesture), gambar, warna, dan sebagainya. Syaratnya, secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
Bahasa merupakan sarana yang paling banyak dipergunakan dalam berkomunikasi, karena hanya bahasa yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, baik yang berbentuk ide, informasi atau opini, bisa konkret atau abstrak. Hal itu bukan hanya sesuatu hal atau peristiwa yang sedang terjadi sekarang, tetapi juga pada masa lalu atau waktu yang akan datang.
Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang sehingga terekspresi secara fisik. Tetapi, menggapaikan tangan, atau memainkan jemari, mengedipkan mata, atau menggerakkan anggota tubuh lainnya, hanya dapat mengomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat terbatas). Demikian pula dengan isyarat yang menggunakan alat, seperti bedug, kentongan, dan sirine, dan lain-lain. Juga warna yang memiliki makna tertentu. Kedua lambang tersebut sangat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.
Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan orang dalam berkomunikasi memang melebihi kial, isyarat dan warna dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Kelebihan bahasa dalam menerjemahkan pemikiran seseorang tidak mungkin diganti gambar, apalagi dengan lambang-lambang lainnya.
Tetapi demi efektifnya komunikasi lambang-lambang tersebut sering dipadukan penggunaannya. Dalam kehidupan sehari-hari, bukan sesuatu yang berlebihan atau luar biasa, bila seseorang berkomunikasi yang menggunakan bahasa, tetapi disertai gambar-gambar berwarna.
Berdasarkan penjelasan tersebut, pikiran dan atau perasaan seseorang baru akan diketahui orang lain dan akan membawa dampak kepada orang tersebut, bila ditransformasikan melalui media primer itu, berupa lambang-lambang. Dengan kata lain pesan (message) yang disampaikan komunikator kepada komunikan terdiri dari isi (content) dan lambang (symbol).
2. Proses Komunikasi Sekunder
Proses komunikasi sekunder merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama.
Komunikator menggunakan media kedua dalam berkomunikasi, karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau dalam jumlah yang banyak. Sarana
2022 Pengantar Manajemen
yang sering dikemukakan guna komunikasi sekunder sebagai media kedua tersebut antara lain surat, telepon, faksimile, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet dan banyak lagi.
Bila masyarakat berbicara tentang media komunikasi, tentu yang mereka maksud media kedua. Jarang sekali seseorang menganggap udara atau bahasa sebagai media komunikasi.
Karena bahasa sebagai lambang (symbol) dan isi (content), berupa pikiran dan atau perasaan, yang dibawanya, menjadi totalitas pesan (message) yang tidak dapat dipisahkan. Orang seolah- olah tidak mungkin berkomunikasi tanpa bahasa, tetapi tetap dapat berkomunikasi tanpa surat, telepon, televisi, surat kabar atau radio serta alat komunikasi lainnya.
Karena itu pula, kebanyakan media merupakan alat atau sarana yang diciptakan meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa. Berbagai sarana komunikasi seperti surat, telepon, radio, televisi dan surat kabar merupakan media guna menyambung atau menyebarkan pesan yang menggunakan bahasa.
Televisi, film dan video merupakan perkembangan komunikasi media yang dipakai masyarakat. Dengan kemampuan teknologi berhasil memadukan komunikasi berlambang bahasa dengan komunikasi berlambang gambar dan warna. Media ini telah melanda masyarakat di seluruh negara.
3. Gambar Proses Komunikasi
Proses komunikasi secara primer menurut Effendy dalam Saleh (2016) merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi meliputi bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna dan lain-lain.
Dengan definisi tersebut, secara umum proses komunikasi sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 11.1 Model Proses Komunikasi Sederhana
Model proses komunikasi yang dikemukakan cukup banyak, tergantung dari berbagai ahli yang menyusun model. Dibanding model sederhana, lebih lengkap Courtland L. Bovee dan John V. Thill dalam Saleh (2016) menggambarkan proses komunikasi menjadi lima tahapan, meliputi:
a) Pengirim memiliki ide atau gagasan b) Ide diubah menjadi suatu pesan c) Pemindahan pesan
d) Penerima mendapat pesan
e) Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim
Gambar 11.2 Model Komunikasi Lisan Lebih Lengkap
Proses komunikasi secara sekunder dikatakan Effendy dalam Saleh (2016) sebagai proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alam atau sarana sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Langkah itu ditempuh komunikator karena komunikan atau audience sebagai sasaran komunikasinya berada di tempat yang relatif jauh atau memiliki jumlah yang banyak. Media kedua yang sering digunakan komunikator tersebut meliputi surat, telepon, faksimile, surat kabar, tabloid, majalah, radio, televisi, film atau berbagai ragam media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.
Sedang proses komunikasi dengan menggunakan saluran dijelaskan Berlo (1960) melalui buku Effendy dalam Saleh (2016) yang terdiri dari:
2022 Pengantar Manajemen
Gambar 11.3 Model Komunikasi Berlo
Dengan konsep itu Berlo menjelaskan, dalam proses komunikasi, komunikator menyampaikan pesan melalui saluran (berupa media atau metode) kepada komunikan (receiver). Tentunya dari proses komunikasi itu akan terjadi dampak (effect).
Tetapi tentu, proses komunikasi baru bisa berlangsung dengan baik dan efektif bila seluruh unsur terkait dalam proses itu berjalan dengan baik pula. Satu unsur saja keliru, proses komunikasi tidak berlangsung secara baik.
Sedang tujuan dari kegiatan komunikasi antara lain, agar pesan dapat dimengerti pihak yang diajak berkomunikasi, agar gagasan orang dapat diterima, supaya memahami pendapat orang lain, dan (mungkin penting untuk penyuluhan) berguna dalam menggerakkan orang lain untuk menerapkan pengetahuan dan teknologi dalam mencapai tujuan.
11.3 Unsur Komunikasi
Supaya proses komunikasi berlangsung baik, setiap unsur harus berperan baik, salah satu saja dari unsur tersebut tidak berjalan dengan baik, tentu komunikasi tersebut akan terganggu.
a) Komunikator
Komunikator menurut Meinando dalam Saleh (2016) merupakan individu atau kelompok yang mengambil prakarsa dalam mengadakan komunikasi dengan individu atau kelompok lain.
Sedang syarat umum sumber pesan atau komunikator yang baik meliputi (1) harus memiliki pengetahuan luas, (2) tidak menyembunyikan fakta (jujur), (3) berpendidikan (formal atau informal), dan (4) mengetahui tentang yang dikomunikasikan.
b) Pesan
Pesan merupakan inti atau perumusan tujuan dan maksud dari komunikator kepada komunikan. Pesan ini merupakan unsur yang sangat menentukan dalam keberhasilan komunikasi. Supaya pesan bisa diterima dengan baik, pesan harus memenuhi syarat harus mudah dimengerti.
c) Saluran
Supaya pesan yang diterima mudah dimengerti komunikan (receiver) bisa terwujud, harus dipertimbangkan secara tepat saluran yang digunakan melaksanakan komunikasi tersebut.
Saluran itu meliputi:
1. Metode (cara) yang ditempuh
Dapat menggunakan komunikasi verbal (verbal communication) yang bersifat langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui surat, dan lain-lain). Bisa juga dengan komunikasi nonverbal (nonverbal communication).
2. Media atau alat yang digunakan
Media atau alat yang digunakan juga mempertimbangkan kebutuhan dan sasaran (mungkin juga pertimbangan biaya). Bisa hanya menggunakan alat sederhana, tetapi juga ada yang harus menggunakan peralatan rumit.
Efektivitas saluran (metode dan media) yang dipakai sangat memengaruhi keadaan penerimaan komunikan (receiver). Bahkan banyak yang menganggap, kunci keberhasilan komunikasi terletak pada pesannya.
d) Komunikan
Komunikan (receiver) atau penerima memang diharapkan minimal punya pengetahuan tentang masalah yang dikomunikasikan dan memiliki pengetahuan luas. Namun kondisi komunikan tersebut beragam, sehingga keberhasilan komunikasi justru lebih banyak tergantung komunikator, pesan dan saluran. Seorang komunikator yang baik akan tahu cara memberi informasi kepada komunikan sesuai tingkat pengetahuan atau pendidikan mereka, komunikator juga akan memilih pesan yang mudah dimengerti dan saluran yang tepat.
e) Efek (effect)/Dampak
Harapan dari proses komunikasi, informasi atau pesan yang disampaikan komunikator bisa dimengerti komunikan secara baik dan akhirnya membawa dampak sesuai dengan yang diharapkan. Dampak itu biasanya diketahui dari feedback yang muncul dari komunikasi yang juga berlangsung melalui komunikasi atau bentuk lain yang “diperlihatkan” komunikan.
f) Umpan balik (feedback)
Setelah proses komunikasi berlangsung, salah satu unsurnya menyangkut umpan balik (feedback). Arus umpan balik tersebut selalu diharapkan seseorang atau kelompok orang yang melakukan kegiatan komunikasi. Dengan umpan balik tersebut komunikator akan dapat
2022 Pengantar Manajemen
informasi tentang bagaimana komunikan menginterpretasikan pesan yang disampaikan komunikator atau yang diterima komunikan.
11.4 Fungsi Komunikasi
Mengapa berkomunikasi? Sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, meskipun setiap hari manusia, bahkan hewan juga melakukannya. Saleh (2016) mengutip Scheidel yang mengatakan, manusia berkomunikasi untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, membangun kontak sosial dengan orang-orang di sekitarnya. Juga untuk memengaruhi orang lain, untuk merasa, berpikir atau berperilaku seperti yang diinginkan. Namun tujuan seseorang berkomunikasi guna mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis dirinya.
Verderver (dikutip di Saleh, 2016) mengemukakan, komunikasi itu memiliki dua fungsi, meliputi fungsi sosial dan pengambilan keputusan. Fungsi sosial bertujuan untuk kesenangan, menunjukkan ikatan, membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain. Pengambilan keputusan berupa memutuskan melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu.
Misalnya, apakah dirinya harus kuliah atau bekerja pagi ini, bagaimana mempersiapkan diri menghadapi ujian di kampus atau tes promosi pekerjaan di kantor. Keputusan yang diambil seseorang sebagian ditetapkannya sendiri, sebagian lagi diputuskan setelah orang itu berkonsultasi dengan orang lain.
Zimmerman (dikutip di Saleh, 2016) membagi fungsi komunikasi menjadi empat fungsi yang tidak saling meniadakan meliputi komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual dan komunikasi instrumental. Mulyana dalam Saleh (2016) mencoba menguraikan fungsi tersebut sebagai berikut:
1. Komunikasi Sosial
Komunikasi berfungsi sebagai komunikasi sosial menjadi bukti bila komunikasi tersebut membangun konsep diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan. Hal itu antara lain dilakukan dengan komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Dengan komunikasi pula seseorang menjalin kerja sama dengan masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, negara) guna meraih tujuan bersama.
Seseorang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lain bisa dipastikan
“tersesat”, karena dia tidak berkesempatan menata diri dalam suatu lingkungan sosial. Dengan komunikasi seseorang dapat menafsirkan sesuatu yang dihadapinya. Komunikasi pula yang memungkinkan seseorang mempelajari dan menerapkan strategi adaptif menghadapi situasi tersebut.
2. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif berkaitan erat dengan komunikasi sosial, kegiatan ini dapat dilakukan sendiri atau berkelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis ingin memengaruhi orang lain, tetapi komunikasi ini menjadi alat menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) seseorang yang terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal.
Banyak cara berkomunikasi yang dapat dianggap sebagai komunikasi ekspresif, seorang ibu yang membelai kepala anaknya, mahasiswa yang berunjuk rasa memprotes kebijakan penguasa kampus atau negara. Bahkan pemeo “katakan dengan bunga” merupakan ungkapan yang berkaitan dengan komunikasi ekspresif, meskipun kini ungkapan itu dipelesetkan menjadi
“katakan dengan bunga deposito”.
3. Komunikasi Ritual
Fungsi komunikasi ritual juga berhubungan dengan komunikasi ekspresif dan kegiatan ini sering dilakukan secara kolektif. Masyarakat atau komunitas tertentu sering melakukan upacara yang berlainan sepanjang tahun. Berbagai upacara dilakukan masyarakat mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, tunangan (tukar cincin), melamar, pernikahan, hingga upacara kematian. Bahkan banyak juga yang melakukan upacara setelah seseorang lama meninggal.
Komunikasi ritual juga sering bersifat ekspresif, misalnya saat pernikahan, tidak jarang pengantin (kebanyakan wanita) meneteskan air mata, demikian pula dengan sang ibu.
Paskibraka setelah sukses mengantar Sang Merah Putih ke puncak tiang halaman Istana Negara biasanya bertangis-tangisan karena haru.
4. Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental memiliki beberapa tujuan meliputi, menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, juga untuk menghibur. Bila diringkas, semua tujuan itu dapat disebut membujuk (bersifat persuasif), berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform). Bahkan komunikasi yang menghibur (to entertain) secara tidak langsung membujuk khalayak, minimal melupakan persoalan hidup mereka untuk sementara. Sebagai instrumen komunikasi tidak saja digunakan menciptakan dan membangun, namun juga mungkin untuk menghancurkan hubungan tersebut.
11.5 Tujuan Komunikasi
Dalam praktiknya, komunikasi dapat memiliki beragam tujuan, sebagaimana yang dirumuskan oleh Gordon I. Zimmerman (dikutip di Saleh, 2016), bahwa tujuan berkomunikasi dapat dibagi dalam dua kategori yaitu, pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kehidupan kita-untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan rasa penasaran kita kan lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Selain itu, tujuan seseorang berkomunikasi juga dapat dirumuskan antara lain:
a) Berinteraksi dan berhubungan baik dengan orang lain
Komunikasi adalah cara yang digunakan oleh setiap orang dalam berinteraksi dengan orang lain. Interaksi antar manusia inilah yang menjadikan kehidupan manusia lebih bermakna dan dinamis. Eksistensi kemanusiaan baru tampak dengan adanya interaksi tersebut. Dalam melakukan interaksi manusia menggunakan segala kemampuannya dalam berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan beragam simbol. Baik simbol verbal maupun nonverbal. Penggunaan simbol-simbol ini adalah untuk mempermudah manusia dalam memaknai setiap peristiwa komunikasi yang diciptanya sehingga semua
2022 Pengantar Manajemen
partisipan komunikasi dapat memahami maksud masing-masingnya yang akhirnya terjalin hubungan yang baik dan harmonis pada setiap orang yang terlibat. Komunikasi dalam tujuan ini dipahami sebagai upaya untuk memanusiakan manusia (human humanization).
b) Agar orang mau membantu dan bekerja sama
Kesediaan orang untuk bekerja sama dan membantu orang lain merupakan hasil dari sebuah proses dalam meyakinkan orang lain terhadap ide yang ditawarkan oleh pihak lain. Karena merupakan sebuah proses maka setiap orang diharapkan mampu mengkomunikasikan idenya dengan baik melalui proses komunikasi.
c) Untuk memotivasi orang lain
Komunikasi dimaksudkan untuk memberikan motivasi bagi orang lain agar orang mau melakukan sesuatu dengan penuh semangat ataupun memiliki semangat baru. Sering kali dalam organisasi kita jumpai, beberapa anggota organisasi mengalami suasana jenuh, loyo dan kurang bergairah yang disebabkan oleh beberapa sebab seperti konflik antar individu, terlalu banyak pekerjaan organisasi yang monoton, iklim dan suasana organisasi yang dianggapnya kurang kondusif maupun persoalan pribadi masing-masing anggota.
Komunikasi dalam hal ini dapat digunakan untuk tujuan memberikan pencerahan baru dan semangat baru bagi anggota organisasi dalam menjalani kehidupan organisasi.
d) Untuk memengaruhi orang lain
Komunikasi dalam hal ini dipahami agar orang lain mau melakukan apa yang kita inginkan.
Semakin orang lain mau mengikuti apa yang kita harapkan dan atau melakukan apa yang kita inginkan maka semakin efektif komunikasi yang dilakukannya.
11.6 Prinsip dalam Komunikasi
Berikut merupakan prinsip-prinsip komunikasi secara umum beserta penjelasannya.
a) Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Pada saat kita berkomunikasi dengan orang lain, kita menggunakan beragam simbol untuk menjelaskan apa yang ingin kita sampaikan. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang lain, berdasarkan kesepakatan bersama. Simbol atau lambang dapat meliputi kata-kata verbal maupun nonverbal maupun objek yang disepakati bersama. Dalam operasi organisasi maupun hubungan antar pribadi, penggunaan beragam simbol menjadi penting bagi proses efektivitas komunikasi yang dilakukan. Misalnya ungkapan untuk memuji orang lain atas prestasi atau potensi yang dimiliki guna memberikan motivasi bagi orang lain.
Pemberian merchandise bagi para tamu yang berkunjung ke sebuah universitas, simbol tersebut dipergunakan untuk menyatakan rasa terima kasih atas kunjungan yang dilakukan.
b) Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Salah satu aksioma yang diyakini dalam komunikasi manusia adalah bahwa kita tidak bisa tidak berkomunikasi dengan orang lain (we cannot not communicate) namun selama orang lain memberi makna pada setiap tindak komunikasi yang kita lakukan. Setiap perilaku yang kita
lakukan punya potensi untuk dimaknai dan ditafsiri oleh orang lain. Di saat pada suatu rapat Anda tidak berkomentar sepatah kata pun, mungkin orang lain akan menafsirkan sikap Anda dengan beragam penafsiran, misalnya Anda tidak setuju, sakit, ada masalah dan sebagainya.
Untuk itu menjadi sangat penting bagi setiap kita dalam mengelola setiap tindakan agar menjadi bermakna bagi orang lain dan tidak malah menjadi kontra produktif terhadap apa yang kita maksudkan bagi orang lain.
c) Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Topik perbincangan yang biasa Anda lakukan di rumah, di kantor, di perjalanan seperti lelucon, tertawa terbahak-bahak, mungkin akan terasa kurang tepat dan kurang sopan jika Anda lakukan di ruang rapat bersama pimpinan. Untuk itu kemampuan kita menilai sebuah ruang untuk berkomunikasi menjadi sangat penting bagi efektivitas komunikasi yang dilakukan. Begitu pula waktu akan memengaruhi makna terhadap suatu pesan. Dering telepon pada siang hari tentu akan dimaknai berbeda dengan dering telepon di malam hari.
d) Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi
Seseorang akan lebih mudah memengaruhi orang lain apabila mempergunakan berbagai lambang yang dapat mendekatkan dirinya dengan peserta komunikasi lainnya. Kesamaan itu bisa berupa agama, suku, organisasi, bahasa dan sebagainya. Anda mungkin akan mendapatkan harga yang lebih murah dengan pembeli lainnya jika Anda menggunakan bahasa Madura di saat penjual yang Anda hadapi adalah asal Madura. Untuk itu perlu kiranya bagi setiap Anda untuk mengetahui terlebih dahulu tentang latar belakang dan karakteristik dari partisipan komunikasi yang akan Anda ajak bicara atau interaksi.
e) Komunikasi bersifat irreversible
Irreversible berarti bahwa pesan komunikasi yang kita produksi baik berupa kata-kata, nonverbal maupun simbol-simbol lainnya apabila telah kita transaksikan atau disampaikan pada orang lain, maka dia tidak akan kembali lagi dan telah menjadi hak orang lain untuk menginterpretasikannya. Sedangkan kita yang telah memproduksi pesan tersebut tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan itu pada khalayak. Ibarat kita melepaskan anak panah, maka sekali lepas dia tidak akan kembali lagi. Begitu pulalah pesan yang telah kita transaksikan pada orang lain. Oleh karena itu implikasi dari prinsip ini seyogyanya kita berhati-hati dalam memproduksi dan menyampaikan pesan pada orang lain, karena pesan itu kemudian telah berada pada hak publik. Sehingga akan menjadi sangat kesulitan bagi kita untuk meralatnya apalagi jika yang kita produksi adalah pesan kebohongan. Untuk itu perlu persiapan yang matang bagi kita untuk menyampaikan pesan bagi orang lain agar menjadi kesan pertama yang terbaik.
11.7 Tampilan Komunikasi
Pacanowsky dan O’Donnel-Trujillo dalam Saleh (2016), sebagai tokoh dalam kajian gerakan budaya organisasi, menguraikan empat karakteristik dari tampilan (performance) komunikasi, yaitu:
2022 Pengantar Manajemen
1. Komunikasi lebih bersifat interaksional, yaitu proses dialogis antar personal dalam tindakan-tindakan sosial. Sedangkan organisasi adalah wadah terjadinya proses dialogis tersebut di mana orang-orang yang ada di dalamnya ikut serta bersama-sama.
2. Tampilan komunikasi bersifat kontekstual, di mana tidak hanya bisa dipandang sebagai tindakan-tindakan independen melainkan selalu terkandung dalam kerangka aktivitas yang lebih luas.
3. Tampilan komunikasi selalu berada dalam sebuah episode peristiwa tertentu.
4. Tampilan mengalami improvisasi, yaitu ada fleksibilitas dalam setiap tindak komunikasi yang dilakukan, meskipun tampilan-tampilan yang sama ditunjukkan berulang-ulang, namun tidak diulangi dengan cara yang persis sama.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mukhyi, M.A., & Saputro, I.H. 1995. Pengantar Manajemen Umum (Untuk STIE), Depok:
Penerbit Gunadarma
2. Priyono. 2007. Pengantar Manajemen, Sidoarjo: Zifatama
3. Krisnandi, H., Efendi, S., & Sugiono, E. 2019. Pengantar Manajemen, Jakarta: LPU-UNAS 4. Pratama, R. 2020. Pengantar Manajemen, Sleman: Penerbit Deepublish
5. Sadikin, A., Misra, I., & Sholeh H, M. 2020. Pengantar Manajemen dan Bisnis, Yogyakarta:
Penerbit K-Media
6. Silalahi, Marto., dkk. 2020. Dasar-Dasar Manajemen dan Bisnis, Medan: Yayasan Kita Menulis
7. http://etheses.iainkediri.ac.id/1455/3/932113615%20-%20BAB%20II.pdf, diakses pada 26 Februari 2022 pukul 07.00.
8. https://accurate.id/marketing-manajemen/bcg-matrix/, diakses pada 27 Februari 2022 pukul 07.00.
9. Kusworo. 2019. Manajemen Konflik dan Perubahan dalam Organisasi, Bandung: Alqaprint Jatinangor