ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING
SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KERINCI
PERIODE 2005-2009
OLEH
IRMA NURDIANTI H14070060
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
IRMA NURDIANTI. Analisis Laju Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Kerinci Periode 2005-2009 (dibimbing oleh Fifi Diana Thamrin).
Pembangunan merupakan suatu usaha untuk menciptakan kesejahteraan. Umumnya pembangunan ekonomi dipusatkan melalui pertumbuhan ekonomi. Setiap daerah diberikan kesempatan untuk meningkatan kinerja daerahnya sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Tujuan pembangunan dalam kebijakan daerah adalah untuk mengurangi disparitas atau ketimpangan pembangunan antar daerah serta antar masyarakat, memberdayakan masyarakat, mengentaskan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan daerah, mempertahankan atau menjaga sumber daya alam agar bermanfaat, serta untuk tercapainya kemandirian daerah. Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh nilai PDRB dari tahun ke tahun merupakan salah satu indikator dari keberhasilan pembangunan daerah. PDRB dikategorikan dalam berbagai sektor perekonomian. Pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari peranan setiap sektor-sektor perekonomian tersebut.
Selama periode 2005-2009 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci cenderung meningkat, namun sempat mengalami penurunan dari 5,89 persen pada tahun 2007 menjadi 5,86 persen pada tahun 2008 dan kemudian meningkat kembali pada tahun 2009 sebesar 5,88 persen. Penurunan tersebut tidak begitu signifikan sehingga tidak berpengaruh besar terhadap perekonomian Kabupaten Kerinci. Disisi laini, Kabupaten Kerinci memiliki keterbatasan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Permasalahan lain yang dihadapi Kabupaten Kerinci adalah masalah kesempatan kerja yang masih rendah sehingga banyak dari masyarakat Kabupaten Kerinci yang mencari kerja di luar Kabupaten Kerinci, kemudian masalah kemiskinan, dan kesenjangan sosial. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan Kabupaten Kerinci kurang tepat dalam memilih atau menentukan sektor yang menjadi sektor unggulan di daerahnya.
Dengan demikian, Penelitian ini bertujuan menganalisis sektor-sektor perekonomian yang merupakan sektor basis di Kabupaten Kerinci, serta menganalisis laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci periode 2005-2009. Metode analisis yang digunakan adalah metode Location
Quotient dan metode Shift Share dengan menggunakan data PDRB Kabupaten Kerinci
dan Provinsi Jambi menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan 2000.
sektor ini memiliki keunggulan kompetitif. Sektor pertanian memiliki keunggulan kompetitif pada subsektor perkebunan, sedangkan sektor jasa-jasa pada subsektor jasa pemerintahan umum serta hiburan dan rekreasi. Terdapat empat sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci yang memiliki laju pertumbuhan cepat yaitu sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sedangkan sektor-sektor lainnya memiliki laju pertumbuhan lambat. Sektor perekonomian yang paling cepat laju pertumbuhannya adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.
Daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci selama periode 2005-2009 terhadap Provinsi secara keseluruhan memiliki daya saing yang rendah dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jambi. Terdapat satu sektor yang memiliki daya saing yang tinggi yaitu sektor industri pengolahan. Sektor ini memiliki daya saing yang tinggi karena industri-industri di Kabupaten Kerinci didominasi oleh hasil pertanian yang merupakan sektor basis di Kabupaten Kerinci. Pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci selama periode 2005-2009 secara keseluruhan tergolong kelompok sektor yang tidak progressive. Hanya terdapat satu sektor yang progressive (maju) yaitu sektor bangunan. Hal ini didukung oleh salah satu Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Kerinci yaitu percepatan pembangunan infrastruktur.
ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING
SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KERINCI
PERIODE 2005-2009
Oleh
IRMA NURDIANTI H14070060
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Judul Skripsi : Analisis Laju Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Kerinci Periode 2005-2009
Nama : Irma Nurdianti
NIM : H14070060
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Fifi Diana Thamrin, M.Si. NIP. 19730424 200604 2 006
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP. 19641022 198903 1 003
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Mei 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Irma Nurdianti lahir pada tanggal 15 Februari 1989 di Bogor.
Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Nurdin dan Suryati.
Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diawali dari Taman Kanak-Kanak di TK
An-Ni'mah, lalu menamatkan sekolah dasarnya di SD Negeri Ciomas 01, dan
melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2004, kemudian
melanjutkan sekolah menengah atasnya di SMA Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun
2007.
Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat. Skripsi ini berjudul “Analisis Laju Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Kerinci Periode 2005-2009”. Setiap daerah diberikan kesempatan untuk meningkatan kinerja daerahnya sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di daerah Kabupaten Kerinci. Selain itu, skripsi ini juga disusun sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Fifi Diana Thamrin, M.Si., yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Dr. M.P. Hutagaol yang telah menguji hasil penelitian ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ranti Wilasih, M.Si, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.
Penulis juga sangat terbantu oleh kritik dan saran dari para peserta pada Seminar Hasil Penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih kepada mereka. Penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
membantu. Semoga hasil karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2011
Irma Nurdianti
H14070060
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 36
4.1. Geografi dan Wilayah Administrasi ... 36
4.2. Kependudukan ... 38
4.3. Pendidikan ... 39
4.4. Ketenagakerjaan ... 40
4.5. Kesehatan ... 42
4.6. Rencana Pembangunan Kabupaten Kerinci ... 43
4.6.1. Visi ... 43
4.6.2. Misi ... 45
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
5.1. Analisis Sektor Basis di Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 ... 47
5.2. Analisis Perubahan PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 ... 49
5.3. Analisis Perubahan PDRB Provinsi Jambi Tahun 2005-2009 ... 52
5.4. Analisis Rasio PDRB Kabupaten Kerinci dan PDRB Provinsi Jambi Tahun 2005-2009 ... 55
5.5. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 ... 57
5.6. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Kerinci Periode 2005-2009 ... 63
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
6.1. Kesimpulan ... 67
6.2. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Tahun
2005-2009 (Persen)... 3 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi
Menurut Kecamatan Tahun 2009………. 37 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan
Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Kerinci Tahun 2009……... 38 4.3. Penduduk Berumur 15 Tahun keatas Menurut Jenis Kegiatan
Utama di Kabupaten Kerinci Tahun 2009……….. 40 4.4. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kerinci Tahun 2009……… 41 4.5. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Kerinci Tahun
2000, 2005 dan 2009………... 43 5.1. Analisis Location Quotient Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009………. 47 5.2. Perubahan PDRB Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha Selama Tahun 2005-2009……….. 50 5.3. Perubahan PDRB Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha Selama Tahun 2005-2009……….. 53 5.4. Rasio PDRB Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi Tahun 2005-2009
(Nilai Ra, Ri dan ri)……….. 55 5.5. Nilai Komponen Pertumbuhan Regional di Kabupaten Kerinci Tahun
2005-2009………. 57 5.6. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) di Kabupaten Kerinci
Tahun 2005-2009……….. 59
5.7. Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) di Kabupaten
Kerinci Tahun 2005-2009………. 62
5.8. Nilai Pergeseran Bersih (PB) Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1. Model Analisis Shift Share……….. 17
2.2. Kerangka Pemikiran……… 23
3.1. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian………...… 32 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Kerinci
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 …………... 73 2. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu usaha untuk menciptakan kesejahteraan
rakyat dan pembangunan mencerminkan suatu proses perbaikan dari suatu
masyarakat atau sistem sosial secara keseluruhan untuk bergerak maju menuju suatu
kondisi yang lebih baik. Umumnya pembangunan negara-negara sedang berkembang
dipusatkan pada pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Proses
pembangunan mengharapkan adanya pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan
perubahan struktur ekonomi dan perubahan kelembagaan, namun proses
pembangunan tidak mudah karena diperlukan waktu yang panjang.
Pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan
pengaturan sumberdaya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan
kinerja suatu daerah. Daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam
memenuhi kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan,
partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Sasaran
pembangunan nasional secara efisien dan efektif harus dilakukan dengan perencanaan
koordinasi dan keterpaduan antar sektor pembangunan yang disesuaikan dengan
kondisi dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Umumnya tujuan
pembangunan dalam kebijakan daerah adalah mengurangi disparitas atau
ketimpangan pembangunan antar daerah maupun antar masyarakat, memberdayakan
pendapatan dan kesejahteraan daerah, menjaga sumber daya alam agar bermanfaat,
serta agar tercapainya kemandirian daerah.
Pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun merupakan salah satu indikator
dari keberhasilan pembangunan daerah, ini dapat ditunjukkan oleh nilai PDRB.
PDRB dikategorikan dalam berbagai sektor perekonomian. Pertumbuhan PDRB tidak
lepas dari peran setiap sektor-sektor ekonomi tersebut, besar kecilnya kontribusi
pendapatan setiap sektor perekonomian merupakan hasil perencanaan secara sektoral
yang dilaksanakan oleh daerah.
Permasalahan utama suatu daerah dalam pelaksanaan pembangunan adalah
kurang mampunya pemerintah daerah melaksanakan strategi perencanaan yang
matang dan kurang telitinya melihat potensi daerah tersebut. Upaya dalam
peningkatan pembangunan ekonomi adalah perlu penetapan sektor unggulan sebagai
sektor basis daerah yang kemudian akan menjadi titik pertumbuhan daerah serta
melihat bagaimana laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian,
dengan demikian diharapkan akan tumbuh dan berkembang daerah-daerah sebagai
pusat pertumbuhan nasional sehingga pada akhirnya daerah akan menjadi tulang
punggung perekonomian nasional.
Kabupaten Kerinci memiliki potensi sumber daya yang beragam untuk dapat
dikembangkan yang tentunya akan dikelola sesuai dengan ketersediaan dan
faktor-faktor yang dimiliki. Pemanfaatan dan pengembangan sumber daya dengan baik
secara tidak langsung akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci dari tahun 2005-2009 dapat dilihat
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 (Persen) Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, 2009
Pada Tabel 1.1 selama periode 2005-2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Kerinci mengalami peningkatan yang cukup baik, walaupun pada tahun 2008 laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci sempat mengalami penurunan dari 5,89
persen di tahun 2007 menjadi 5,86 persen pada tahun 2008, ini disebabkan karena
bersamaan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi dan
perekonomian nasional sebagai imbas dari krisis keuangan global. Penurunan tersebut
tidak terlalu signifikan sehingga tidak memiliki pengaruh besar terhadap
perekonomian Kabupaten Kerinci. Di sisi lain Kabupaten Kerinci menghadapi
berbagai keterbatasan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang
ada, sehingga hal ini berimplikasi pada masalah kesempatan kerja yang masih rendah,
banyak masyarakat Kabupaten Kerinci yang mencari kerja di luar daerah, serta
berimplikasi pada masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Permasalahan pembangunan daerah tersebut dapat diatasi apabila didukung
oleh masyarakat di daerah itu sendiri. Selain itu dibutuhkan kebijakan ekonomi
daerah yang diarahkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
berkelanjutan, melalui pengembangan kegiatan utama yang berdasarkan potensi lokal
wilayah. Oleh karena itu diperlukan adanya informasi akurat yang memberikan
gambaran sektor basis serta laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor
perekonomian di Kabupaten Kerinci yang dapat dikembangkan sesuai dengan potensi
daerahnya. Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang Analisis Laju Pertumbuhan dan Daya Saing
Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi Periode
2005-2009.
1.2. Perumusan Masalah
Perencanaan pembangunan daerah diarahkan untuk mengacu pemerataan
pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan dan pemanfaatan potensi yang
dimiliki daerah secara optimal, sehingga mampu memecahkan masalah-masalah
pembangunan yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Perencanaan dapat
diarahkan kepada pengembangan sektor-sektor yang merupakan faktor utama dalam
perekonomian daerah.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sektor-sektor apa yang merupakan sektor basis Kabupaten Kerinci periode
2005-2009?
2. Bagaimana laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kerinci
periode 2005-2009?
3. Bagaimana daya saing sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kerinci periode
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan yang akan
dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis sektor basis Kabupaten Kerinci periode 2005-2009.
2. Menganalisis laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kerinci
periode 2005-2009.
3. Menganalisis daya saing sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kerinci periode
2005-2009.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1. Informasi tentang potensi dan pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di
Kabupaten Kerinci.
2. Rekomendasi bagi pemerintah daerah Kabupaten Kerinci dalam rangka program
pembangunan selanjutnya serta untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerahnya.
3. Bahan informasi bagi mahasiswa untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sektor basis serta
laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama adalah location
Alat analisis kedua adalah shift share karena dengan alat analisis ini dapat diketahui
sektor perekonomian mana yang mengalami laju pertumbuhan yang cepat dan sektor
mana yang pertumbuhannya lambat serta dapat mengetahui sektor mana yang
berdaya saing tinggi dan berdaya saing rendah di Kabupaten Kerinci dibandingkan
wilayah lainnya di Provinsi Jambi selama periode waktu analisis yaitu tahun
2005-2009.
Data yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah data sekunder. Data
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi
tahun 2005-2009 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 serta
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Basis Ekonomi
Sasaran pengembangan teori ini adalah peningkatan laju pertumbuhan,
penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan. Menurut Budiharsono
(2001) dalam teori basis ekonomi, perekonomian daerah dibagi menjadi dua sektor
utama yaitu sektor basis dan sektor non-basis. Sektor basis merupakan sektor yang
mengekspor barang dan jasa ataupun tenaga kerja ke tempat di luar batas
perekonomian daerahnya. Sektor non-basis adalah sektor yang menyediakan barang
dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di dalam
batas-batas daerah itu sendiri.
Pada konsep basis ekonomi, permintaan terhadap input akan meningkat
melalui perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis
(ekspor) dan sektor non-basis (lokal). Permintaan terhadap produksi sektor non-basis
akan meningkat apabila pendapatan lokal meningkat. Peningkatan pendapatan lokal
ini akan terbatas apabila perekonomiannya hanya mengandalkan pada sektor
non-basis. Jika perekonomian mampu mengembangkan dan meningkatkan sektor basis,
maka sektor basis akan mendorong sektor non-basis sehingga pendapatan lokal akan
meningkat melebihi peningkatan pendapatan lokal yang hanya mengandalkan sektor
non-basis. Dengan demikian, ekspor daerah merupakan penentu dalam pembangunan
ekonomi daerah.
Sektor basis dan non-basis pada suatu daerah tidak bersifat statis tetapi
suatu sektor merupakan sektor basis, namun untuk tahun-tahun berikutnya sektor
tersebut belum tentu menjadi sektor basis, karena sektor basis dapat mengalami
kemunduran ataupun kemajuan pada setiap tahun. Kemunduran sektor basis dapat
disebabkan oleh adanya penurunan permintaan di luar daerah ataupun karena
kehabisan cadangan sumber daya. Penyebab kemajuan sektor basis yaitu adanya
perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, perkembangan pendapatan dan
penerimaan daerah, perkembangan teknologi serta adanya pengembangan prasarana
ekonomi dan sosial.
2.2. Teori Pertumbuhan Rostow
Teori pertumbuhan menurut Walt W. Rostow pada tahun 1960 merupakan
teori tahapan pertumbuhan ekonomi yang memandang proses pembangunan sebagai
suatu tahapan yang harus dialami oleh seluruh negara atau daerah (Todaro, 2003).
Pembangunan ekonomi ditransformasikan dari suatu masyarakat tradisional menjadi
suatu masyarakat modern. Penyebab terjadinya perubahan struktur ekonomi tersebut
adalah :
1. Perubahan padangan masyarakat yang pada mulanya berkeyakinan bahwa
kehidupan manusia ditentukan oleh alam.
2. Perubahan reorientasi organisasi ekonomi.
3. Perubahan cara masyarakat dalam membentuk kedudukan seseorang dalam sistem
kekeluargaan menjadi ditentukan oleh kesanggupan melakukan pekerjaan.
4. Perubahan penanaman modal, dari penanam modal tidak produktif ke penanam
Adapun konsep dasar dari teori pertumbuhan Rostow ini yaitu :
1. Tahapan pembangunan yang harus dilalui oleh suatu negara atau daerah :
a. Masyarakat tradisional, dicirikan oleh fungsi produksi masih terbatas, teknologi
dan pengetahuan yang sederhana, sikap masyarakat masih primitif serta berpikir
irasional meliputi masyarakat yang sedang dalam peralihan. Ciri-ciri
masyarakatnya adalah memiliki produktivitas perkapita yang rendah,
sumberdaya masyarakat digunakan untuk sektor pertanian, struktur sosial
masyarakat bersifat hierarkis dan kekuatan politik ada pada tuan tanah.
b. Prasyarat pra-lepas landas, dicirikan oleh adanya perubahan dalam masyarakat
baik dalam tatanan ekonomi, sosial dan budaya. Tahap ini masyarakat berada
dalam masa transisi. Masyarakat mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri
serta pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis. Peran sektor
pertanian sangat penting karena kemajuan sektor ini akan menjamin pasokan
bahan makanan, dan kenaikan sektor pertanian akan memperluas sektor
industri. Ciri-ciri masyarakatnya adalah melakukan penerapan ilmu
pengetahuan modern, munculnya wirausaha, kenaikan investasi, perubahan
masyarakat dalam ilmu pengetahuan, perubahan teknik produksi dan
pengambilan risiko.
c. Lepas landas, kondisi yang dicirikan oleh tumbuhnya sektor-sektor industri
besar didukung oleh teknologi industri dan pertanian. Pada tahap ini terjadi
pembagunan prasarana serta tumbuhnya kekuatan politik yang sangat peduli
d. Tahap menuju kematangan, dicirikan oleh masyarakat sudah secara efektif
menggunakan teknologi modern pada semua kegiatan produksi. Pada tahapan
ini akan terjadi pola pergeseran sektor pempimpin yang akan digantikan oleh
sektor baru dengan perkembangan teknologi, kekayaan alam dan kebijakan
pemerintah. Ciri-ciri lainnya yaitu tahap ini didasari oleh pertumbuhan industri
yang beraneka ragam dan telah terkait dengan pasar internasional.
e. Masyarakat berkonsumsi tinggi, keadaan yang dicirikan oleh pendapatan per
kapita yang tinggi dan persoalaan telah beralih dari pertumbuhan industri ke
kesejahteraan sosial yang lebih tinggi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
memperbesar kekuasaan serta pengaruh luar negeri, menciptakan negara
kesejahteraan dan meningkatkan konsumsi masyarakat yang melebihi
kebutuhan pokok seperti barang konsumsi tahan lama dan
barang-barang mewah.
2. Adanya peranan pemerintah dalam proses tahapan tersebut yaitu perencanaan.
Teori pertumbuhan ini mendapatkan respon berupa pro dan kontra. Sejumlah
pendapat mengakui bahwa perubahan ekonomi membawa dampak pada struktur
sosial dan politik serta mengubah budaya dan perilaku. Sedangkan pendapat yang
kontra terhadap teori ini yaitu :
- Model pertumbuhanan di negara-negara maju belum tentu sesuai jika diterapkan di negara berkembang.
- Tidak memperhitungkan kemungkinan terjadinya kegagalan pada proses tahap lepas landas.
2.3. Prinsip dasar pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah menurut Darwanto (2002) merupakan bagian dari pembangunan daerah secara menyeluruh. Pembangunan ekonomi daerah perlu memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang terhadap isu‐isu ekonomi daerah
yang dihadapi, dan perlu mengkoreksi kebijakan yang salah. Dua prinsip dasar pengembangan ekonomi daerah yang perlu diperhatikan adalah (1) mengenali ekonomi wilayah, dan (2) merumuskan manajemen pembangunan daerah yang pro‐bisnis.
(1) Ekonomi Wilayah
Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama pertumbuhan ekonomi,
karena mampu menyebabkan suatu wilayah berubah cepat dari desa pertanian
menjadi agropolitan hingga pada akhirnya mencapai kota besar. Proses pertumbuhan
alami dan urbanisasi merupakan penyebab terjadinya pertumbuhan penduduk. Dalam
hal ini pertumbuhan alami merupakan faktor utama yang memberikan pengaruh
terhadap ekonomi wilayah karena menciptakan berbagai macam kebutuhan barang
dan jasa. Penyebab lainnya adalah urbanisasi dimana pada umumnya dilakukan oleh
orang-orang berusia muda yang mencari pekerjaan di industri atau perusahaan yang
jauh dari tempat mereka berasal, perpindahan wilayah itu terjadi dari desa ke kota.
Perpindahan tersebut terjadi berkaitan dengan pendidikan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka tingkat perpindahan pun akan semakin tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi migrasi keluar, masyarakat perlu mulai untuk melatih angkatan kerja
merencanakan masa depan mereka sebagai tenaga kerja dewasa dan memberikan
dorongan bagi mereka agar tetap tinggal dengan menyediakan lapangan kerja yang
sesuai.
Wilayah pinggiran biasanya memiliki karakter sebagai wilayah yang tidak
direncanakan, berkepadatan rendah dan tergantung sekali keberadaannya dengan
penggunaan lahan yang ada. Tempat seperti ini akan membuat penyediaan sarana
umum menjadi sangat mahal. Dalam suatu wilayah antar kota, desa dan
tempat-tempat lainnya harus ada satu kesatuan. Pemerintah daerah perlu mengenali pola
pengadaan sarana umum yang efektif di suatu wilayah, baik di wilayah lama maupun
di wilayah pinggiran.
Dalam ekonomi wilayah sebaiknya tidak berbasis satu sektor tertentu.
Keanekaragaman ekonomi diperlukan untuk mempertahankan lapangan pekerjaan
dan menstabilkan ekonomi wilayah. Selain itu suatu wilayah perlu memiliki akses
transportasi dan jalur jalan yang baik untuk menghubungkan suatu wilayah dengan
kota-kota besar sebagai prasarana utama bagi pengembangan ekonomi wilayah.
(2) Manajemen pembangunan daerah pro-bisnis
Pemerintah daerah dan pengusaha merupakan dua kelompok yang paling
berpengaruh dalam menentukan pola pertumbuhan ekonomi daerah. Hubungan antara
keduanya untuk merencanakan bagaimana ekonomi daerah akan diarahkan.
Pemerintah daerah mempunyai kesempatan membuat peraturan, menyediakan sarana
dan peluang serta membentuk wawasan orang banyak, tetapi pemerintah daerah tidak
mengetahui banyak bagaimana proses kegiatan ekonomi yang sebenarnya
orang banyak dengan inisiatifnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Aktivitas
memenuhi kebutuhan itu membuat roda perekonomian berputar, menghasilkan gaji
dan upah bagi pekerja dan pajak bagi pemerintah. Penghasilan dari pajak itu dapat
digunakan oleh pemerintahan daerah untuk membentuk suatu kondisi agar
perekonomian daerah berkembang lebih lanjut.
Jika kebijakan manajemen pembangunan tidak tepat sasaran maka akan
mengakibatkan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, manajemen
pembangunan daerah mempunyai potensi untuk meningkatkan pembangunan
ekonomi serta menciptakan peluang bisnis yang menguntungkan dalam mempercepat
laju pertumbuhan ekonomi daerah.
2.4. Konsep Daya Saing Wilayah dan Pengembangan Wilayah
Daryanto dan Hafizriandra (2010) pada tingkat wilayah, konsep daya saing
daerah menurut Departemen Perdagangan dan Industri Inggris (UK-DTI) adalah
kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja
yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan domestik dan internasional.
Menurut Center for Urban and Regional Studies (CURDS) di Inggris konsep daya
saing adalah kemampuan sektor bisnis atau perusahaan pada suatu daerah dalam
menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk
penduduknya, sedangkan World Economic Forum (WEF) mendefinisikan daya saing
nasional sebagai kemampuan perekonomian nasional yang mencapai pertumbuhan
tepat, institusi yang sesuai, serta karakteristik ekonomi lain yang mendukung. Pada
hakikatnya daya saing adalah kompetisi.
Daya saing suatu wilayah tercipta jika wilayah tersebut memiliki kompetensi
inti (core competence) yang dapat dibedakan dari wilayah lainnya. Kompetensi inti
tersebut dapat dicapai melalui creation of factor, yaitu upaya menciptakan berbagai
faktor produksi yang jauh lebih baik dibandingkan para pesaingnya.
Konsep pengembangan wilayah secara garis besar terbagi atas pengembangan
wilayah berbasis sumber daya, pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan,
pengembangan wilayah berbasis efisiensi dan pengembangan wilayah menurut
pelaku pembangunan. Kompetensi inti dalam konteks pengembangan wilayah
merupakan upaya dalam mengkoordinasikan dan mengintegrasikan sektor-sektor
yang berkembang di wilayah tertentu. Suatu wilayah akan dapat bersaing secara
global, apabila pengambil keputusan dan dunia usaha dapat mengkaji bagaimana
suatu kompetensi inti dan peluang ekonomi suatu wilayah dapat disesuaikan dengan
permintaan pasar lokal dan ekspor. Oleh karena itu, memerlukan dukungan market
intelligence yang mampu memandang ke depan mengenai pasar serta mampu
mengantisipasi adanya konsumsi dan ekspor.
2.5. Kegunaan, Keunggulan, dan Kelemahan Alat Analisis
2.5.1. Analisis Location Quotient
Location Quotient adalah salah satu alat analisis dalam perencanaan
pembangunan yang digunakan untuk menganalisis sektor potensial atau sektor basis
konsentrasi suatu sektor ekonomi dalam suatu daerah yaitu menghitung perbandingan
antara pendapatan (tenaga kerja) di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan
(tenaga kerja) dari total semua sektor pada daerah bawah dengan pendapatan (tenaga
kerja) di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan (tenaga kerja) semua sektor di
daerah atasnya (Priyarsono, et al., 2007).
Daerah atas dan daerah bawah dalam analisis location quotient merupakan
daerah administratif. Jika analisis dilakukan di tingkat kabupaten maka daerah
bawahnya adalah kabupaten itu sendiri, sedangkan daerah atasnya adalah provinsi
dimana kabupaten tersebut berada.
Metode analisis LQ memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan
metode LQ dalam mengidentifikasi sektor basis antara lain penerapannya sederhana,
mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Penyelesaian
analisis cukup dengan spread sheet dari Ms.Excel atau program Lotus, bahkan jika
datanya tidak terlalu banyak bisa menggunakan kalkulator. Kelemahan metode LQ
ini adalah karena demikian sederhananya, maka yang dituntut yaitu akurasi data.
Sebaik apapun hasil olahan LQ tidak akan banyak manfaatnya jika data yang
digunakan tidak valid. Analisis LQ tidak bisa menjawab apa yang menyebabkan
sebuah sektor menjadi sektor unggulan. Selain itu, dalam analisis LQ juga diperlukan
2.5.2. Analisis Shift Share
Analisis shift share menurut Perloff, et al. (1960) merupakan suatu analisis dengan metode yang sederhana untuk membuat keputusan baik lokal maupun
regional di seluruh dunia untuk menetapkan target sektor dan menganalisis dampak
ekonomi. Analisis shift share digunakan untuk dapat mengidentifikasi keunggulan
daerah dan menganalisis sektor yang menjadi dasar perekonomian daerah. Analisis
ini juga merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui perubahan dan
pergeseran sektor pada perekonomian. Analisis shift share menggambarkan kinerja
sektor-sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Bila
suatu daerah memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam
perekonomian nasional, maka akan dapat ditemukan adanya shift (pergeseran) hasil
pembangunan perekonomian daerah. Selain itu, laju pertumbuhan sektor-sektor di
suatu wilayah akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional
beserta sektor-sektornya, sekaligus melihat apabila daerah itu memperoleh
pertumbuhan sebagai perubahan suatu variabel wilayah yaitu pendapatan atau output
sektor-sektor ekonomi daerah selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh
pertumbuhan provinsi. Pengaruh provinsi disebut pengaruh pangsa (share), dan
pengaruh keunggulan kompetitif disebut regional share.
Secara umum, terdapat tiga komponen utama dalam analisis shift share.
Ketiga komponen tersebut adalah komponen pertumbuhan nasional/regional (PR),
komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa
a. Komponen pertumbuhan nasional/regional merupakan perubahan produksi atau
kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi atau
kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan
dalam hal-hal yang memengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah.
b. Komponen pertumbuhan proporsional timbul karena perbedaan sektor dalam
permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan
dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi) dan perbedaan
dalam struktur dan keragaman pasar.
c. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau
penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan
dengan wilayah lainnya dan cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah
dibandingan dengan wilayah lainnya yang ditentukan oleh keunggulan komparatif,
akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan
ekonomi regional pada wilayah tersebut.
Hubungan antara ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut :
Sumber : Priyarsono, et al. (2007).
Berdasarkan Gambar 2.1, melalui ketiga komponen pertumbuhan wilayah
tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasi perkembangan suatu sektor perekonomian
pada suatu wilayah. Jika PPij + PPWij ≥ 0, maka itu menunjukkan bahwa
pertumbuhan sektor ke-i di wilayah ke-j termasuk kedalam kelompok progressive
(maju), sedangkan untuk PPij + PPWij < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor
ke-i pada wlayah ke j tergolong kelompok pertumbuhan yang lambat.
Analisis shift share memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan
dari analisis shift share antara lain :
1. Analisis shift share tergolong sederhana, namun dapat memberikan gambaran
mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi.
2. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat.
3. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan
cukup akurat.
Kelemahan yang dimiliki analisis shift share, yaitu:
1. Ada data periode waktu tertentu di tengah periode pengamatan yang tidak
terungkap.
2. Analisis ini membutuhkan analisis lebih lanjut apabila digunakan untuk
peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke
periode lainnya.
3. Analisis shift share tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor.
2.6. Penelitian Terdahulu
Wahyuningsih (2009) menganalisis tentang pertumbuhan sektor-sektor
perekonomian di Kabupaten Banjarnegara periode 1996-2007 dengan menggunakan
alat analisis shift share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sepanjang periode
1996-2007 sektor yang memiliki laju pertumbuhan cepat di Kabupaten Banjarnegara
yaitu sektor listrik, gas dan air bersih. Dilihat dari daya saing, sebagian besar
sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara memiliki daya saing yang kurang
baik dibandingkan Provinsi Jawa Tengah. Beberapa faktor yang menyebabkannya
adalah masalah kurang investasi, infrastruktur dan prasarana sosial ekonomi yang
belum memadai. Pada kurun waktu tersebut, sektor yang termasuk dalam kelompok
pertumbuhan progressive (maju) di Kabupaten Banjarnegara adalah sektor listrik, gas
dan air bersih serta sektor angkutan dan komunikasi, sedangkan sektor yang
pertumbuhannya lambat adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor
perdagangan, dan sektor hotel dan restoran. Sektor yang kelompok pertumbuhannya
mengalami perubahan sepanjang tahun 1996-2007 adalah sektor pertambangan dan
penggalian, sektor bangunan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta
sektor jasa-jasa. Perubahan kelompok pertumbuhan tersebut disebabkan perubahan
dalam laju pertumbuhan serta perubahan dalam daya saing sektor-sektor
perekonomian.
Lestari (2009) menggunakan analisis shift share dan location quotient dalam
menganalisis pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten
Bogor periode 2003-2007. Hasil penelitian menunjukkan sektor yang mengalami laju
komunikasi, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta
sektor bangunan. Hal ini dikarenakan, selama lima tahun terakhir pembangunan fisik
berupa gedung, jalan raya, jembatan dan bangunan lainnya menunjukkan
pertumbuhan yang cepat. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat adalah
sektor pertanian, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa,
serta sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan yang lambat tersebut
disebabkan terjadi alih fungsi lahan pertanian secara berlebihan pada sektor
pertanian, sebagian besar kegiatan masyarakat tidak didominasi oleh kegiatan
produksi di sektor pertambangan dan penggalian, serta beberapa subsektor jasa-jasa
seperti pariwisata tidak dikelola secara optimal.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Lestari (2009), secara umum
sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bogor memiliki daya saing yang kuat.
Sektor yang memiliki daya saing tinggi adalah sektor jasa-jasa, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor industri pengolahan. Sektor yang memiliki
daya saing lemah adalah sektor bangunan, sektor pertanian, dan sektor perdagangan,
hotel dan restoran. Terdapat dua sektor unggulan di Kabupaten Bogor yaitu sektor
industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih.
Purwantina (2009) melakukan penelitian tentang perekonomian Kota Depok
periode 2003-2007 dengan menggunakan analisis shift share dan location quotient. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sektor perekonomian yang memiliki laju
pertumbuhan tercepat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini
disebabkan oleh arah pembangunan Kota Depok yang lebih cenderung pada sektor
oleh sektor sekunder. Sektor perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan paling
lambat adalah sektor pertambangan dan penggalian. Hal tersebut dikarenakan Kota
Depok tidak memiliki aktivitas pertambangan, penggalian barang tambang maupun
mineral. Dilihat dari daya saing sektor yang memiliki daya saing terbaik adalah
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, karena sektor tersebut cukup
berkembang di Kota Depok sebagai penunjang visi pembangunan Kota Depok
sebagai Kota perdagangan dan jasa. Sektor yang memiliki daya saing rendah adalah
sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan,
sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan
restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa.
Berdasarkan penelitian terdahulu, alat analisis location quotient dan shift
share dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis serta laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di suatu daerah. Penelitian ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya karena dilakukan di tempat yang berbeda yaitu
Kabupaten Kerinci serta menggunakan periode yang terbaru yaitu 2005-2009 sebagai
kurun waktu analisis.
2.7. Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan serangkaian suatu kebijakan
ekonomi untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan memperluas lapangan
kerja, meratakan distribusi pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antara
wilayah dan mengembangkan ekonomi secara sektoral maupun antar lintas sektoral
manusia di daerahnya. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Kerinci
menunjukkan peningkatan dari tahun 2005-2007, namun mengalami penurunan pada
tahun 2008. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh imbas krisis global yang terjadi
pada saat itu. Pada tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci
kembali mengalami peningkatan.
Peningkatan dan penurunan pertumbuhan ekonomi daerah tidak lepas dari
peranan sektor-sektor perekonomian di daerah itu sendiri. Wilayah akan tumbuh
dengan pesat jika sektor-sektor perekonomian di wilayah tersebut mengalami
pertumbuhan yang cepat dan sebaliknya jika sektor-sektor perekonomian di wilayah
tersebut mengalami pertumbuhan yang lambat, maka wilayah tersebut tidak akan
tumbuh dengan pesat.
Sektor basis dan non-basis di Kabupaten Kerinci akan dianalisis dengan
menggunakan metode analisis location quotient dan untuk menganalisis laju
pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci akan
dianalisis dengan menggunakan metode analisis shift share. Hasil analisis ini
diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah Kabupaten Kerinci dalam
membuat kebijakan untuk pengembangan sektor-sektor perekonomian serta
perencanaan pembangunan agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Kerinci. Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini, dapat dilihat pada
sektor basis Daya saing
sektor-sektor
Rekomendasi untuk kebijakan pengembangan sektor-sektor perekonomian serta perencanaan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011. Kabupaten Kerinci
dipilih menjadi lokasi penelitian karena Kabupaten Kerinci memiliki sumberdaya
alam yang beragam untuk dikembangkan. Namun, Kabupaten Kerinci menghadapi
berbagai keterbatasan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang
ada, sehingga berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat, kesempatan kerja,
kemiskinan, dan kesenjangan sosial.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
tersebut berupa data Produk Domestik Regionsl Bruto (PDRB) Kabupaten Kerinci
tahun 2005-2009 dan PDRB Provinsi Jambi tahun 2005-2009 menurut lapangan
usaha atas dasar harga konstan 2000 serta data-data lain yang mendukung. Sumber
data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, Badan Pusat Statistik
Provinsi Jambi, berbagai instansi terkait lainnya serta literatur dan internet.
3.3. Metode Analisis Data
3.3.1. Analisis Location Quotient
Salah satu indikator yang mampu menggambarkan keberadaan sektor basis
besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah
atasnya. Secara matematis untuk menghitung nilai LQ dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
Vi / Vt
LQ =
Yi / Yt
keterangan :
Vi = PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah (Kabupaten Kerinci)
Vt = total PDRB semua sektor pada tingkat wilayah yang lebih rendah (Kabupaten
Kerinci)
Yi = PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih atas (Provinsi Jambi)
Yt = total PDRB semua sektor pada tingkat wilayah yang lebih atas (Provinsi Jambi)
Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai :
- LQ > 1, maka sektor i merupakan sektor basisdan kemampuan produksi sektor
tersebut di Kabupaten Kerinci lebih besar dibandingkan sektor sejenis di
Provinsi Jambi.
- LQ < 1, maka sektor i merupakan sektor non-basis dan kemampuan produksi sektor
tersebut di Kabupaten Kerinci lebih kecil dibandingkan sektor sejenis di
Provinsi Jambi.
Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis Location Quotient yaitu :
1. Pola konsumsi rumah tangga di Kabupaten Kerinci sama dengan pola konsumsi
2. Selera dan pola pengeluaran di suatu daerah dengan daerah lain di seluruh wilayah
Provinsi Jambi sama.
3. Setiap penduduk di Kabupaten Kerinci mempunyai pola permintaan terhadap suatu
barang dan jasa sama terhadap pola permintaan barang dan jasa pada tingkat
Provinsi Jambi.
3.3.2. Analisis Shift Share
Pada analisis shift share faktor waktu sudah diperhitungkan. Analisis shift share mengakui adanya perbedaan dan kesamaan antar wilayah. Pada prinsipnya
analisis shift share berusaha untuk memecahkan atau mendekomposisi besaran deviasi (selisih) antara nilai tambah pada tahun ke-t (tahun akhir analisis) dengan
nilai tambah pada tahun dasar analisis.
Adapun langkah-langkah utama dalam analisis shift share sebagai berikut:
(1) Menentukan wilayah yang akan dianalisis.
Wilayah yang akan dianalisis dapat dilakukan di tingkat provinsi, kabupaten atau
kota. Jika wilayah analisis yang dipilih adalah kabupaten atau kota maka wilayah
atasnya adalah provinsi atau nasional. Pada penelitian ini analisis dilakukan
ditingkat kabupaten yaitu Kabupaten Kerinci, dengan wilayah atasnya adalah
Provinsi Jambi.
(2) Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis.
Indikator kegiatan ekonomi yang umum digunakan dalam analisis shift share
adalah pendapatan dan kesempatan kerja. Pada penelitian ini digunakan indikator
yang akan dianalisis yaitu tahun 2005 sebagai tahun dasar analisis dan tahun 2009
sebagai tahun akhir analisis.
(3) Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis.
Tahap ini menentukan sektor apa saja yang menjadi fokus utama. Pada penelitian
ini akan difokuskan pada semua sektor perekonomian di wilayah Kabupaten
Kerinci.
(4) Menghitung perubahan indikator ekonomi.
a. PDRB Provinsi Jambi dari sektor i pada tahun dasar analisis.
m
Yi =
∑
Yij (3.1) j=1
keterangan :
Yi = PDRB Provinsi Jambi dari sektor i pada tahun dasar analisis
Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis
b. PDRB Provinsi Jambi dari sektor i pada tahun akhir analisis.
m
Y'i =
∑
Y'ij (3.2)j=1
keterangan :
Y'i = PDRB Provinsi Jambi dari sektor i pada tahun akhir analisis
Y'ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun akhir analisis
∆Yij = Y’ij – Yij (3.3)
d. Persentase perubahan PDRB
% ∆Yij = [(Y'ij - Yij) / Yij ]*100 % (3.4)
keterangan :
∆Yij = perubahan PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci
Y'ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun akhir analisis
Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis
(5) Menghitung rasio indikator kegiatan ekonomi
Rasio indikator kegiatan ekonomi digunakan untuk melihat perbandingan PDRB
sektor perekonomian di suatu daerah tertentu. Rasio tersebut terdiri dari ri, Ri dan
Ra.
• ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci)
ri = [Y’ij - Yij] / Yij (3.5)
keterangan :
Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis
Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun akhir analisis
Ri = [Y’i – Yi] / Yi (3.6)
keterangan :
Yi = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jambi pada tahun dasar analisis
Y’i = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jambi pada tahun akhir analisis
• Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jambi)
Ra = [Y’..- Y..] / Y.. (3.7)
keterangan :
Y.. = PDRB wilayah Provinsi Jambi pada tahun dasar analisis
Y’.. = PDRB wilayah Provinsi Jambi pada tahun akhir analisis
(6) Menghitung komponen pertumbuhan wilayah
a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)
PRij = (Ra)Yij (3.8)
keterangan :
PRij = komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah Kabupaten
Kerinci
Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jambi
Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis
PPij = (Ri – Ra)Yij (3.9)
keterangan :
PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah
Kabupaten Kerinci
Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jambi
Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jambi
Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis
Jika :
PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci laju
pertumbuhannya lambat.
PPij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci laju
pertumbuhannya cepat.
c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
PPWij = (ri – Ri)Yij (3.10)
keterangan :
PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah
Kabupaten Kerinci
ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci
Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jambi
Jika :
PPWij > 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci mempunyai daya saing
yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya.
PPWij< 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci berdaya saing rendah
jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.
(7) Rumus-rumus lain yaitu sebagai berikut :
a. Perubahan dalam PDRB sektor i pada wilayah ke j (Kabupaten Kerinci)
dirumuskan sebagai berikut :
∆Yij = PRij + PPij + PPWij (3.11)
∆Yij = Y’ij + Yij (3.12)
b. Dalam bentuk persamaan matematik menjadi :
∆Yij = PRij + PPij + PPWij (3.13)
Y’ij + Yij = Yij(Ra) + Yij(Ri – Ra) + Yij(ri – Ri) (3.14)
c. Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dirumuskan sebagai berikut :
%PR = Ra (3.15)
%PP = Ri –Ra (3.16)
%PPW = ri - Ri (3.17)
atau
%PP = (PPij) / Yij * 100% (3.19)
%PPW = (PPWij) / Yij * 100% (3.20)
(8) Menentukan kelompok sektor ekonomi yang ditentukan berdasarkan pergeseran
bersih (PB).
PBij = PPij + PPWij (3.21)
Jika :
PBij > 0, menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhannya progressive
(maju).
PBij < 0, menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhannya tidak
progressive.
(9) Menganalisis profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian
Profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian dilakukan dengan cara
menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan yaitu :
PPW
Kuadran IV Kuadran I
PP
Kuadran III Kuadran II
Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian
Keterangan :
1. Kuadran I yaitu kuadran dimana PP dan PPW sama-sama bernilai positif yang
menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah tersebut memiliki laju
pertumbuhan yang cepat (dilihat dari nilai PP) dan memiliki daya saing yang
tinggi jika dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jambi (dilihat dari nilai
PPW).
2. Kuadran II yaitu kuadran yang menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di
wilayah tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat (nilai PP positif), tetapi
daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut rendah apabila dibandingkan
dengan wilayah lain di Provinsi Jambi (nilai PPW negatif).
3. Kuadran III yaitu dimana menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di
wilayah tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat (nilai PP negatif) dan
memiliki daya saing yang rendah jika dibandingkan dengan wilayah lain di
Provinsi Jambi (nilai PPW negatif).
4. Kuadran IV yaitu kuadran yang menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian
di wilayah tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat (nilai PP negatif) dan
memiliki daya saing wilayah yang tinggi untuk sektor-sektor tersebut jika
dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jambi (nilai PPW positif).
Pada Gambar 3.1. terdapat garis yang memotong Kuadran II dan Kuadran IV
yang membentuk 45○. Garis tersebut merupakan garis yang menunjukkan nilai
Analisis dengan menggunakan analisis location quotient dan analisis shift
share dapat lebih mudah dilakukan dengan menggunakan software komputer, yaitu program Microsoft Excel 2007. Hasil dari perhitungan dengan menggunakan dua analisis tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis dan non-basis
serta laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten
Kerinci.
3.4. Definisi Operasional
3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah. PDRB didefinisikan sebagai jumlah
nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu.
Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu pertama PDRB atas dasar
harga berlaku, menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga pada setiap tahun, dan kedua PDRB atas dasar harga konstan,
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya. PDRB yang akan
dianalisis adalah PDRB Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi atas dasar harga
konstan 2000 menurut lapangan usaha periode 2005-2009.
3.4.2. Tahun Dasar dan Tahun Akhir Analisis
Tahun dasar dan tahun akhir analisis sangat penting dalam penelitian ini.
menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian. Tahun akhir analisis
merupakan tahun yang dijadikan titik akhir untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor
perekonomian.
3.4.3. Sektor Perekonomian
Sektor perekonomian dibuat berdasarkan pendapatan oleh masing-masing
sektor atau berdasarkan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh setiap sektor. Pada
umumnya terdapat sembilan sektor perekonomian di suatu negara. Sektor-sektor
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengakutan dan Komunikasi
8. Keuangan dan Jasa Persewaan
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1. Geografi dan Wilayah Administratif
Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi. Ibu kota
dari kabupaten ini adalah Sungai Penuh. Letak wilayah Kabupaten Kerinci secara
geografis di antara 01○ 41’ sampai 02○ 26’ lintang selatan dan 101○ 08’ sampai 101○
40’ bujur timur berjarak 419 km dari Kota Jambi. Wilayah Kabupaten Kerinci di
sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, di sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Merangin, di sebelah barat Provinsi Bengkulu dan
Provinsi Sumatera Barat, dan Kabupaten Bungo di sebelah timur.
Kabupaten Kerinci merupakan salah satu kabupaten terkecil diantara
kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi. Wilayahnya memiliki luas 380.850 Ha
yang terletak di sepanjang Bukit Barisan. Secara umum wilayah Kabupaten Kerinci
dapat dikelompokkan dalam beberapa satuan morfologi yaitu dataran, perbukitan
yang bergelombang halus sampai perbukitan sedang dan pergunungan. Bentuk
morfologi dan peyebaran batuan di sebelah utara memiliki morfologi yang lebih
tinggi yaitu morfologi perbukitan gelombang sampai pergunungan, yang diikuti
dengan variasi dan jenis batuan yang ada, sedangkan di selatan terdapat morfologi
dataran rendah dan batuan yang relatif sejenis. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
wilayah Kabupaten Kerinci memiliki potensi sumber daya yang besar dan keindahan
keindahan alam Kerinci sebagai obyek wisata. Sejak lama Kerinci merupakan daerah
tujuan wisata yang potensial di Provinsi Jambi.
Kabupaten Kerinci secara administratif dibagi dalam 12 kecamatan dengan
berbagai perkembangannya masing-masing, baik karena potensi geografis, sumber
daya alam, sumber daya manusia, maupun karena pembangunan prasarana pada
masing-masing wilayah.
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan Tahun 2009
Kecamatan Luas (Ha) Desa Kelurahan Total
1. Gunung Raya 74.677 15 1 16
Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009
Kecamatan terluas di Kabupaten Kerinci adalah Kecamatan Gunung Raya
mencapai 74.677 Ha. Wilayah kecamatan yang paling sempit adalah Kecamatan
Depati Tujuh. Secara keseluruhan, 52 persen wilayah Kabupaten Kerinci merupakan
wilayah Kabupaten Kerinci sebesar 189.028 Ha merupakan kawasan budidaya, 41.620 Ha adalah kawasan non pertanian dan 147.408 Ha untuk lahan pertanian.
4.2. Kependudukan
Penduduk merupakan pelaku kegiatan ekonomi yang melaksanakan proses
pembangunan. Penduduk berada pada posisi pusat dalam setiap kebijakan dan strategi
pembangunan. Jumlah penduduk yang besar harus disertai dengan kualitas sumber
daya manusia yang tinggi sehingga keberadaannya dapat menjadi modal dasar proses
pembangunan.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Kerinci Tahun 2009
Kecamatan Jumlah Luas Kepadatan
Laki-laki Perempuan Total Km 2 Jiwa/Km2
Gunung Raya 7.737 7.654 15.391 746,77 21
Batang Merangin 11.312 11.745 23.057 567,32 41
Keliling Danau 10.902 11.583 22.485 304,39 74
Danau Kerinci 8.151 8.170 16.321 298,47 55
Sitinjau Laut 7.194 7.055 14.249 58,25 245
Air Hangat 10.583 11.013 21.596 216,75 100
Air Hangat Timur 9.200 9.543 18.743 160,00 117
Depati Tujuh 7.026 7.316 14.342 25,80 556
Gunung Kerinci 5.796 5.898 11.694 350,00 33
Siulak 15.201 15.476 30.677 590,20 52
Kayu Aro 18.341 18.172 36.513 328,05 111
Gunung Tujuh 6.028 5.969 11.997 162,50 74
Total 117.471 119.594 237.065 3.808,5 62
2008 235.419 3.808,5 61
Pada Tabel 4.2 jumlah penduduk Kabupaten Kerinci tahun 2009 tercatat
sebesar 237.065 jiwa, sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 235.419 jiwa. Selama
kurun waktu tersebut mengalami pertumbuhan penduduk sebesar 0,71. Berdasarkan
jenis kelamin, penduduk perempuan di Kabupaten Kerinci sebanyak 119.594 jiwa
dan penduduk laki-laki 117.471 jiwa yang tersebar di 12 kecamatan. Total jumlah
penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Kayu Aro, sementara jumlah penduduk
paling sedikit ditemukan di Kecamatan Gunung Kerinci.
Jumlah penduduk dan luas wilayah yang bervariasi pada setiap kecamatan
menyebabkan terjadinya ketimpangan kepadatan penduduk antar kecamatan, dengan
kepadatan tertinggi yaitu di Kecamatan Depati Tujuh yaitu sebesar 556 jiwa/km2 diikuti Kecamatan Sitinjau Laut sebesar 245 jiwa/km2, sementara kecamatan dengan kepadatan terendah adalah Kecamatan Gunung Raya dengan kepadatan penduduk
sebesar 21 jiwa/km2 dan Kecamatan Gunung Kerinci sebesar 33 jiwa/km2. Secara rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Kerinci adalah 62 jiwa per km
persegi.
4.3. Pendidikan
Pendidikan diharapkan dapat merubah perilaku kearah yang lebih baik
sehingga seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah beradaptasi
dengan berbagai perubahan atau kemajuan seperti perkembangan teknologi dan
perubahan sosial. Kabupaten Kerinci merupakan tempat pertama kali berdirinya
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di Provinsi
banyak ditemukan, ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Kerinci
tergolong cukup baik. Rata-rata masyarakat telah mengikuti pendidikan Sekolah
Dasar hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Sebagian penduduk bahkan telah
menamatkan pendidikan tinggi yang jumlahnya tercatat sebesar 4.448 jiwa (BPS
Kabupaten Kerinci, 2009).
4.4. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan modal yang sangat penting dalam menyukseskan
program pembangunan. Jumlah tenaga kerja di suatu daerah harus diimbangi dengan
ketersediaan lapangan pekerjaan. Selain itu banyaknya jumlah penduduk pun harus
diimbangi dengan pertumbuhan angkatan kerja agar tidak memunculkan
permasalahan dalam ketenagakerjaan, salah satunya masalah pengangguran.
Tabel 4.3. Penduduk Berumur 15 Tahun keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kabupaten Kerinci Tahun 2009
Jenis Kegiatan Utama Tahun 2009
(%)
I. Angkatan Kerja
1. Bekerja 94,12
2. Pengangguran Terbuka 5,88
II. Bukan Angkatan Kerja
1. Sekolah 28,46
2. Mengurus rumah tangga 46,22
3. Lainnya 25,31
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa persentase angkatan kerja yang bekerja di
Kabupaten Kerinci pada tahun 2009 cukup tinggi yaitu mencapai 94,12 persen yang
tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Kerinci. Persentase pengangguran
terbuka mencapai 5,88 persen yang sebagian besar adalah tamatan strata-1 (S1), ini
disebabkan makin sempitnya lahan mencari pekerjaan di Kabupaten Kerinci dan
sedikit perusahaan serta industri yang menampung tenaga kerja berpendidikan di
Kabupaten Kerinci.
Angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Kerinci tersebut tersebar di
berbagai lapangan usaha seperti pertanian, industri pengolahan, perdagangan,
restoran, hotel, jasa kemasyarakatan, pertambangan, penggalian, listrik, gas, air
bersih, bangunan, angkutan, komunikasi, keuangan, dan lain-lain. Persentase
angkatan kerja yang bekerja di berbagai lapangan usaha tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.4. :
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kerinci Tahun 2009
Lapangan Usaha Jumlah (%)
Pertanian 61,301
Industri Pengolahan 1,713
Perdagangan, Rumah makan, hotel 13,938
Jasa Kemasyarakatan 12,332
Lainnya (Pertambangan, penggalian, listrik, gas,air,
bangunan, angkutan, komunikasi, keuangan) 10,717
Pada Tabel 4.4 jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja
menurut lapangan usaha di Kabupaten Kerinci tahun 2009 menunjukkan bahwa
sebagian besar penduduk Kabupaten Kerinci bermata pencaharian di sektor pertanian.
Salah satu faktor pendukung yaitu karena Kabupaten Kerinci merupakan wilayah
yang cukup subur, namun untuk peningkatan pembangunan Kabupaten Kerinci tidak
harus tergantung pada sektor pertanian, karena dengan potensi alam yang dimilikinya
Kabupaten Kerinci dapat mengembangkan sektor-sektor lainnya agar penduduk
setempat dapat bekerja secara merata di setiap sektor .
4.5. Kesehatan
Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan berperan sangat penting dalam
meningkatkan masyarakat yang lebih sehat dengan melakukan sosialisasi dan
kegiatan penyuluhan tentang pola hidup sehat serta memberikan pelayanan
pengobatan terhadap masyarakat yang menderita suatu penyakit. Selain itu pelayanan
kesehatan akan semakin baik jika sarana dan prasarana kesehatan tersedia dalam
jumlah yang mencukupi dan kualitas yang baik serta dapat menjangkau seluruh
kelompok masyarakat.
Sarana dan prasarana kesehatan di Kaupaten Kerinci berpusat di ibu kota
Kabupaten Kerinci yaitu Sungai Penuh, akan tetapi pelayanan kesehatan sudah cukup
merata diseluruh kecamatan. Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan tersebut
diharapkan mampu menghasilkan pelayanan berbiaya rendah sehingga dapat
dijangkau oleh kelompok masyarakat berpenghasilan rendah atau masyarakat miskin.
Puskesmas di Kabupaten Kerinci meningkat, pada tahun 2000 sebanyak 17 buah,
kemudian pada tahun 2009 meningkat menjadi 20 buah. Dokter praktek swasta pun
mengalami peningkatan dari jumlah 30 buah pada tahun 2000 menjadi 40 buah pada
tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana kesehatan di
Kabupaten Kerinci cukup memadai.
Tabel 4.5. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Kerinci Tahun 2000, 2005 dan 2009
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, 2009
4.6. Rencana Pembangunan Kabupaten Kerinci
4.6.1. Visi
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan, yang didalamnya berisi suatu gambaran cita dan citra yang
yang akan datang diharapkan dapat dilakukan oleh Kabupaten Kerinci agar lebih
berperan sebagai agen pembangunan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Setelah mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan
peluang yang ada serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat
Kabupaten Kerinci, maka pokok-pokok visi Pemerintahan Daerah Kabupaten Kerinci
yang hendak dicapai dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut :
1. Sejahtera: Sejahtera yang dimaksud adalah suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan
pokok atau kebutuhan dasar masyarakat secara layak lahir dan batin dalam
menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Damai: Damai yang dimaksud adalah suatu kondisi masyarakat Kabupaten
Kerinci yang jauh dari pertikaian dan silang sengketa, kokoh, dalam menciptakan
berbagai bentuk kerukunan, mengedepankan azas musyawarah, serta tetap
menggalakkan dinamika masyarakat secara individu dan kelompok dalam
merangsang aktivitas yang kreatif dan inovatif guna kelancaran pembangunan dan
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
3. Agamis: Agamis yang dimaksud adalah suatu kondisi masyarakat yang
mengutamakan nilai-nilai agama sebagai landasan akal pikiran dan pertimbangan
dalam melaksanakan kehendak pembangunan masyarakat Kabupaten Kerinci
secara lahir dan batin, serta mampu menempatkan nilai-nilai agama sebagai