• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci periode 2005-2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci periode 2005-2009"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING

SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KERINCI

PERIODE 2005-2009

OLEH

IRMA NURDIANTI H14070060

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

 

IRMA NURDIANTI. Analisis Laju Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Kerinci Periode 2005-2009 (dibimbing oleh Fifi Diana Thamrin).

Pembangunan merupakan suatu usaha untuk menciptakan kesejahteraan. Umumnya pembangunan ekonomi dipusatkan melalui pertumbuhan ekonomi. Setiap daerah diberikan kesempatan untuk meningkatan kinerja daerahnya sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Tujuan pembangunan dalam kebijakan daerah adalah untuk mengurangi disparitas atau ketimpangan pembangunan antar daerah serta antar masyarakat, memberdayakan masyarakat, mengentaskan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan daerah, mempertahankan atau menjaga sumber daya alam agar bermanfaat, serta untuk tercapainya kemandirian daerah. Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh nilai PDRB dari tahun ke tahun merupakan salah satu indikator dari keberhasilan pembangunan daerah. PDRB dikategorikan dalam berbagai sektor perekonomian. Pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari peranan setiap sektor-sektor perekonomian tersebut.

Selama periode 2005-2009 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci cenderung meningkat, namun sempat mengalami penurunan dari 5,89 persen pada tahun 2007 menjadi 5,86 persen pada tahun 2008 dan kemudian meningkat kembali pada tahun 2009 sebesar 5,88 persen. Penurunan tersebut tidak begitu signifikan sehingga tidak berpengaruh besar terhadap perekonomian Kabupaten Kerinci. Disisi laini, Kabupaten Kerinci memiliki keterbatasan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Permasalahan lain yang dihadapi Kabupaten Kerinci adalah masalah kesempatan kerja yang masih rendah sehingga banyak dari masyarakat Kabupaten Kerinci yang mencari kerja di luar Kabupaten Kerinci, kemudian masalah kemiskinan, dan kesenjangan sosial. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan Kabupaten Kerinci kurang tepat dalam memilih atau menentukan sektor yang menjadi sektor unggulan di daerahnya.

Dengan demikian, Penelitian ini bertujuan menganalisis sektor-sektor perekonomian yang merupakan sektor basis di Kabupaten Kerinci, serta menganalisis laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci periode 2005-2009. Metode analisis yang digunakan adalah metode Location

Quotient dan metode Shift Share dengan menggunakan data PDRB Kabupaten Kerinci

dan Provinsi Jambi menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan 2000.

(3)

sektor ini memiliki keunggulan kompetitif. Sektor pertanian memiliki keunggulan kompetitif pada subsektor perkebunan, sedangkan sektor jasa-jasa pada subsektor jasa pemerintahan umum serta hiburan dan rekreasi. Terdapat empat sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci yang memiliki laju pertumbuhan cepat yaitu sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sedangkan sektor-sektor lainnya memiliki laju pertumbuhan lambat. Sektor perekonomian yang paling cepat laju pertumbuhannya adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

Daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci selama periode 2005-2009 terhadap Provinsi secara keseluruhan memiliki daya saing yang rendah dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jambi. Terdapat satu sektor yang memiliki daya saing yang tinggi yaitu sektor industri pengolahan. Sektor ini memiliki daya saing yang tinggi karena industri-industri di Kabupaten Kerinci didominasi oleh hasil pertanian yang merupakan sektor basis di Kabupaten Kerinci. Pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci selama periode 2005-2009 secara keseluruhan tergolong kelompok sektor yang tidak progressive. Hanya terdapat satu sektor yang progressive (maju) yaitu sektor bangunan. Hal ini didukung oleh salah satu Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Kerinci yaitu percepatan pembangunan infrastruktur.

(4)

ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING

SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KERINCI

PERIODE 2005-2009

Oleh

IRMA NURDIANTI H14070060

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

Judul Skripsi : Analisis Laju Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Kerinci Periode 2005-2009

Nama : Irma Nurdianti

NIM : H14070060

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Fifi Diana Thamrin, M.Si. NIP. 19730424 200604 2 006

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP. 19641022 198903 1 003

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2011

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Irma Nurdianti lahir pada tanggal 15 Februari 1989 di Bogor.

Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Nurdin dan Suryati.

Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diawali dari Taman Kanak-Kanak di TK

An-Ni'mah, lalu menamatkan sekolah dasarnya di SD Negeri Ciomas 01, dan

melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2004, kemudian

melanjutkan sekolah menengah atasnya di SMA Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun

2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu

Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat. Skripsi ini berjudul “Analisis Laju Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Kerinci Periode 2005-2009”. Setiap daerah diberikan kesempatan untuk meningkatan kinerja daerahnya sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di daerah Kabupaten Kerinci. Selain itu, skripsi ini juga disusun sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

  Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Fifi Diana Thamrin, M.Si., yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Dr. M.P. Hutagaol yang telah menguji hasil penelitian ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ranti Wilasih, M.Si, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.

Penulis juga sangat terbantu oleh kritik dan saran dari para peserta pada Seminar Hasil Penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih kepada mereka. Penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

(9)

membantu. Semoga hasil karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2011

Irma Nurdianti

H14070060

(10)
(11)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 36

4.1. Geografi dan Wilayah Administrasi ... 36

4.2. Kependudukan ... 38

4.3. Pendidikan ... 39

4.4. Ketenagakerjaan ... 40

4.5. Kesehatan ... 42

4.6. Rencana Pembangunan Kabupaten Kerinci ... 43 

4.6.1. Visi ... 43

4.6.2. Misi ... 45 

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

5.1. Analisis Sektor Basis di Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 ... 47

5.2. Analisis Perubahan PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 ... 49

5.3. Analisis Perubahan PDRB Provinsi Jambi Tahun 2005-2009 ... 52

5.4. Analisis Rasio PDRB Kabupaten Kerinci dan PDRB Provinsi Jambi Tahun 2005-2009 ... 55

5.5. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 ... 57

5.6. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Kerinci Periode 2005-2009 ... 63

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

6.1. Kesimpulan ... 67

6.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Tahun

2005-2009 (Persen)... 3 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi

Menurut Kecamatan Tahun 2009………. 37 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan

Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Kerinci Tahun 2009……... 38 4.3. Penduduk Berumur 15 Tahun keatas Menurut Jenis Kegiatan

Utama di Kabupaten Kerinci Tahun 2009……….. 40 4.4. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja

Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kerinci Tahun 2009……… 41 4.5. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Kerinci Tahun

2000, 2005 dan 2009………... 43 5.1. Analisis Location Quotient Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009………. 47 5.2. Perubahan PDRB Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha Selama Tahun 2005-2009……….. 50 5.3. Perubahan PDRB Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha Selama Tahun 2005-2009……….. 53 5.4. Rasio PDRB Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi Tahun 2005-2009

(Nilai Ra, Ri dan ri)……….. 55 5.5. Nilai Komponen Pertumbuhan Regional di Kabupaten Kerinci Tahun

2005-2009………. 57 5.6. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) di Kabupaten Kerinci

Tahun 2005-2009……….. 59

5.7. Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) di Kabupaten

Kerinci Tahun 2005-2009………. 62

5.8. Nilai Pergeseran Bersih (PB) Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Model Analisis Shift Share……….. 17

2.2. Kerangka Pemikiran……… 23

3.1. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian………...… 32 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Kerinci

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 …………... 73 2. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu usaha untuk menciptakan kesejahteraan

rakyat dan pembangunan mencerminkan suatu proses perbaikan dari suatu

masyarakat atau sistem sosial secara keseluruhan untuk bergerak maju menuju suatu

kondisi yang lebih baik. Umumnya pembangunan negara-negara sedang berkembang

dipusatkan pada pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Proses

pembangunan mengharapkan adanya pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan

perubahan struktur ekonomi dan perubahan kelembagaan, namun proses

pembangunan tidak mudah karena diperlukan waktu yang panjang.

Pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan

pengaturan sumberdaya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan

kinerja suatu daerah. Daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam

memenuhi kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan,

partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Sasaran

pembangunan nasional secara efisien dan efektif harus dilakukan dengan perencanaan

koordinasi dan keterpaduan antar sektor pembangunan yang disesuaikan dengan

kondisi dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Umumnya tujuan

pembangunan dalam kebijakan daerah adalah mengurangi disparitas atau

ketimpangan pembangunan antar daerah maupun antar masyarakat, memberdayakan

(16)

pendapatan dan kesejahteraan daerah, menjaga sumber daya alam agar bermanfaat,

serta agar tercapainya kemandirian daerah.

Pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun merupakan salah satu indikator

dari keberhasilan pembangunan daerah, ini dapat ditunjukkan oleh nilai PDRB.

PDRB dikategorikan dalam berbagai sektor perekonomian. Pertumbuhan PDRB tidak

lepas dari peran setiap sektor-sektor ekonomi tersebut, besar kecilnya kontribusi

pendapatan setiap sektor perekonomian merupakan hasil perencanaan secara sektoral

yang dilaksanakan oleh daerah.

Permasalahan utama suatu daerah dalam pelaksanaan pembangunan adalah

kurang mampunya pemerintah daerah melaksanakan strategi perencanaan yang

matang dan kurang telitinya melihat potensi daerah tersebut. Upaya dalam

peningkatan pembangunan ekonomi adalah perlu penetapan sektor unggulan sebagai

sektor basis daerah yang kemudian akan menjadi titik pertumbuhan daerah serta

melihat bagaimana laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian,

dengan demikian diharapkan akan tumbuh dan berkembang daerah-daerah sebagai

pusat pertumbuhan nasional sehingga pada akhirnya daerah akan menjadi tulang

punggung perekonomian nasional.

Kabupaten Kerinci memiliki potensi sumber daya yang beragam untuk dapat

dikembangkan yang tentunya akan dikelola sesuai dengan ketersediaan dan

faktor-faktor yang dimiliki. Pemanfaatan dan pengembangan sumber daya dengan baik

secara tidak langsung akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci dari tahun 2005-2009 dapat dilihat

(17)

Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 (Persen) Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, 2009

Pada Tabel 1.1 selama periode 2005-2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Kerinci mengalami peningkatan yang cukup baik, walaupun pada tahun 2008 laju

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci sempat mengalami penurunan dari 5,89

persen di tahun 2007 menjadi 5,86 persen pada tahun 2008, ini disebabkan karena

bersamaan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi dan

perekonomian nasional sebagai imbas dari krisis keuangan global. Penurunan tersebut

tidak terlalu signifikan sehingga tidak memiliki pengaruh besar terhadap

perekonomian Kabupaten Kerinci. Di sisi lain Kabupaten Kerinci menghadapi

berbagai keterbatasan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang

ada, sehingga hal ini berimplikasi pada masalah kesempatan kerja yang masih rendah,

banyak masyarakat Kabupaten Kerinci yang mencari kerja di luar daerah, serta

berimplikasi pada masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial.

Permasalahan pembangunan daerah tersebut dapat diatasi apabila didukung

oleh masyarakat di daerah itu sendiri. Selain itu dibutuhkan kebijakan ekonomi

daerah yang diarahkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan

berkelanjutan, melalui pengembangan kegiatan utama yang berdasarkan potensi lokal

(18)

wilayah. Oleh karena itu diperlukan adanya informasi akurat yang memberikan

gambaran sektor basis serta laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor

perekonomian di Kabupaten Kerinci yang dapat dikembangkan sesuai dengan potensi

daerahnya. Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang Analisis Laju Pertumbuhan dan Daya Saing

Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi Periode

2005-2009.

1.2. Perumusan Masalah

Perencanaan pembangunan daerah diarahkan untuk mengacu pemerataan

pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan dan pemanfaatan potensi yang

dimiliki daerah secara optimal, sehingga mampu memecahkan masalah-masalah

pembangunan yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Perencanaan dapat

diarahkan kepada pengembangan sektor-sektor yang merupakan faktor utama dalam

perekonomian daerah.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sektor-sektor apa yang merupakan sektor basis Kabupaten Kerinci periode

2005-2009?

2. Bagaimana laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kerinci

periode 2005-2009?

3. Bagaimana daya saing sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kerinci periode

(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan yang akan

dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis sektor basis Kabupaten Kerinci periode 2005-2009.

2. Menganalisis laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kerinci

periode 2005-2009.

3. Menganalisis daya saing sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kerinci periode

2005-2009.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :

1. Informasi tentang potensi dan pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di

Kabupaten Kerinci.

2. Rekomendasi bagi pemerintah daerah Kabupaten Kerinci dalam rangka program

pembangunan selanjutnya serta untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

daerahnya.

3. Bahan informasi bagi mahasiswa untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sektor basis serta

laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama adalah location

(20)

Alat analisis kedua adalah shift share karena dengan alat analisis ini dapat diketahui

sektor perekonomian mana yang mengalami laju pertumbuhan yang cepat dan sektor

mana yang pertumbuhannya lambat serta dapat mengetahui sektor mana yang

berdaya saing tinggi dan berdaya saing rendah di Kabupaten Kerinci dibandingkan

wilayah lainnya di Provinsi Jambi selama periode waktu analisis yaitu tahun

2005-2009.

Data yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah data sekunder. Data

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi

tahun 2005-2009 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 serta

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Basis Ekonomi

Sasaran pengembangan teori ini adalah peningkatan laju pertumbuhan,

penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan. Menurut Budiharsono

(2001) dalam teori basis ekonomi, perekonomian daerah dibagi menjadi dua sektor

utama yaitu sektor basis dan sektor non-basis. Sektor basis merupakan sektor yang

mengekspor barang dan jasa ataupun tenaga kerja ke tempat di luar batas

perekonomian daerahnya. Sektor non-basis adalah sektor yang menyediakan barang

dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di dalam

batas-batas daerah itu sendiri.

Pada konsep basis ekonomi, permintaan terhadap input akan meningkat

melalui perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis

(ekspor) dan sektor non-basis (lokal). Permintaan terhadap produksi sektor non-basis

akan meningkat apabila pendapatan lokal meningkat. Peningkatan pendapatan lokal

ini akan terbatas apabila perekonomiannya hanya mengandalkan pada sektor

non-basis. Jika perekonomian mampu mengembangkan dan meningkatkan sektor basis,

maka sektor basis akan mendorong sektor non-basis sehingga pendapatan lokal akan

meningkat melebihi peningkatan pendapatan lokal yang hanya mengandalkan sektor

non-basis. Dengan demikian, ekspor daerah merupakan penentu dalam pembangunan

ekonomi daerah.

Sektor basis dan non-basis pada suatu daerah tidak bersifat statis tetapi

(22)

suatu sektor merupakan sektor basis, namun untuk tahun-tahun berikutnya sektor

tersebut belum tentu menjadi sektor basis, karena sektor basis dapat mengalami

kemunduran ataupun kemajuan pada setiap tahun. Kemunduran sektor basis dapat

disebabkan oleh adanya penurunan permintaan di luar daerah ataupun karena

kehabisan cadangan sumber daya. Penyebab kemajuan sektor basis yaitu adanya

perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, perkembangan pendapatan dan

penerimaan daerah, perkembangan teknologi serta adanya pengembangan prasarana

ekonomi dan sosial.

2.2. Teori Pertumbuhan Rostow

Teori pertumbuhan menurut Walt W. Rostow pada tahun 1960 merupakan

teori tahapan pertumbuhan ekonomi yang memandang proses pembangunan sebagai

suatu tahapan yang harus dialami oleh seluruh negara atau daerah (Todaro, 2003).

Pembangunan ekonomi ditransformasikan dari suatu masyarakat tradisional menjadi

suatu masyarakat modern. Penyebab terjadinya perubahan struktur ekonomi tersebut

adalah :

1. Perubahan padangan masyarakat yang pada mulanya berkeyakinan bahwa

kehidupan manusia ditentukan oleh alam.

2. Perubahan reorientasi organisasi ekonomi.

3. Perubahan cara masyarakat dalam membentuk kedudukan seseorang dalam sistem

kekeluargaan menjadi ditentukan oleh kesanggupan melakukan pekerjaan.

4. Perubahan penanaman modal, dari penanam modal tidak produktif ke penanam

(23)

Adapun konsep dasar dari teori pertumbuhan Rostow ini yaitu :

1. Tahapan pembangunan yang harus dilalui oleh suatu negara atau daerah :

a. Masyarakat tradisional, dicirikan oleh fungsi produksi masih terbatas, teknologi

dan pengetahuan yang sederhana, sikap masyarakat masih primitif serta berpikir

irasional meliputi masyarakat yang sedang dalam peralihan. Ciri-ciri

masyarakatnya adalah memiliki produktivitas perkapita yang rendah,

sumberdaya masyarakat digunakan untuk sektor pertanian, struktur sosial

masyarakat bersifat hierarkis dan kekuatan politik ada pada tuan tanah.

b. Prasyarat pra-lepas landas, dicirikan oleh adanya perubahan dalam masyarakat

baik dalam tatanan ekonomi, sosial dan budaya. Tahap ini masyarakat berada

dalam masa transisi. Masyarakat mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri

serta pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis. Peran sektor

pertanian sangat penting karena kemajuan sektor ini akan menjamin pasokan

bahan makanan, dan kenaikan sektor pertanian akan memperluas sektor

industri. Ciri-ciri masyarakatnya adalah melakukan penerapan ilmu

pengetahuan modern, munculnya wirausaha, kenaikan investasi, perubahan

masyarakat dalam ilmu pengetahuan, perubahan teknik produksi dan

pengambilan risiko.

c. Lepas landas, kondisi yang dicirikan oleh tumbuhnya sektor-sektor industri

besar didukung oleh teknologi industri dan pertanian. Pada tahap ini terjadi

pembagunan prasarana serta tumbuhnya kekuatan politik yang sangat peduli

(24)

d. Tahap menuju kematangan, dicirikan oleh masyarakat sudah secara efektif

menggunakan teknologi modern pada semua kegiatan produksi. Pada tahapan

ini akan terjadi pola pergeseran sektor pempimpin yang akan digantikan oleh

sektor baru dengan perkembangan teknologi, kekayaan alam dan kebijakan

pemerintah. Ciri-ciri lainnya yaitu tahap ini didasari oleh pertumbuhan industri

yang beraneka ragam dan telah terkait dengan pasar internasional.

e. Masyarakat berkonsumsi tinggi, keadaan yang dicirikan oleh pendapatan per

kapita yang tinggi dan persoalaan telah beralih dari pertumbuhan industri ke

kesejahteraan sosial yang lebih tinggi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk

memperbesar kekuasaan serta pengaruh luar negeri, menciptakan negara

kesejahteraan dan meningkatkan konsumsi masyarakat yang melebihi

kebutuhan pokok seperti barang konsumsi tahan lama dan

barang-barang mewah.

2. Adanya peranan pemerintah dalam proses tahapan tersebut yaitu perencanaan.

Teori pertumbuhan ini mendapatkan respon berupa pro dan kontra. Sejumlah

pendapat mengakui bahwa perubahan ekonomi membawa dampak pada struktur

sosial dan politik serta mengubah budaya dan perilaku. Sedangkan pendapat yang

kontra terhadap teori ini yaitu :

- Model pertumbuhanan di negara-negara maju belum tentu sesuai jika diterapkan di negara berkembang.

(25)

- Tidak memperhitungkan kemungkinan terjadinya kegagalan pada proses tahap lepas landas.

2.3. Prinsip dasar pembangunan ekonomi daerah

Pembangunan ekonomi daerah menurut Darwanto (2002) merupakan bagian dari  pembangunan  daerah  secara  menyeluruh.  Pembangunan  ekonomi  daerah  perlu  memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang terhadap isu‐isu ekonomi daerah 

yang  dihadapi,  dan  perlu  mengkoreksi  kebijakan  yang  salah.  Dua  prinsip  dasar  pengembangan ekonomi daerah yang perlu diperhatikan adalah (1) mengenali ekonomi  wilayah, dan (2) merumuskan manajemen pembangunan daerah yang pro‐bisnis. 

(1) Ekonomi Wilayah 

Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama pertumbuhan ekonomi,

karena mampu menyebabkan suatu wilayah berubah cepat dari desa pertanian

menjadi agropolitan hingga pada akhirnya mencapai kota besar. Proses pertumbuhan

alami dan urbanisasi merupakan penyebab terjadinya pertumbuhan penduduk. Dalam

hal ini pertumbuhan alami merupakan faktor utama yang memberikan pengaruh

terhadap ekonomi wilayah karena menciptakan berbagai macam kebutuhan barang

dan jasa. Penyebab lainnya adalah urbanisasi dimana pada umumnya dilakukan oleh

orang-orang berusia muda yang mencari pekerjaan di industri atau perusahaan yang

jauh dari tempat mereka berasal, perpindahan wilayah itu terjadi dari desa ke kota.

Perpindahan tersebut terjadi berkaitan dengan pendidikan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan maka tingkat perpindahan pun akan semakin tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi migrasi keluar, masyarakat perlu mulai untuk melatih angkatan kerja

(26)

merencanakan masa depan mereka sebagai tenaga kerja dewasa dan memberikan

dorongan bagi mereka agar tetap tinggal dengan menyediakan lapangan kerja yang

sesuai.

Wilayah pinggiran biasanya memiliki karakter sebagai wilayah yang tidak

direncanakan, berkepadatan rendah dan tergantung sekali keberadaannya dengan

penggunaan lahan yang ada. Tempat seperti ini akan membuat penyediaan sarana

umum menjadi sangat mahal. Dalam suatu wilayah antar kota, desa dan

tempat-tempat lainnya harus ada satu kesatuan. Pemerintah daerah perlu mengenali pola

pengadaan sarana umum yang efektif di suatu wilayah, baik di wilayah lama maupun

di wilayah pinggiran.

Dalam ekonomi wilayah sebaiknya tidak berbasis satu sektor tertentu.

Keanekaragaman ekonomi diperlukan untuk mempertahankan lapangan pekerjaan

dan menstabilkan ekonomi wilayah. Selain itu suatu wilayah perlu memiliki akses

transportasi dan jalur jalan yang baik untuk menghubungkan suatu wilayah dengan

kota-kota besar sebagai prasarana utama bagi pengembangan ekonomi wilayah.

(2) Manajemen pembangunan daerah pro-bisnis

Pemerintah daerah dan pengusaha merupakan dua kelompok yang paling

berpengaruh dalam menentukan pola pertumbuhan ekonomi daerah. Hubungan antara

keduanya untuk merencanakan bagaimana ekonomi daerah akan diarahkan.

Pemerintah daerah mempunyai kesempatan membuat peraturan, menyediakan sarana

dan peluang serta membentuk wawasan orang banyak, tetapi pemerintah daerah tidak

mengetahui banyak bagaimana proses kegiatan ekonomi yang sebenarnya

(27)

orang banyak dengan inisiatifnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Aktivitas

memenuhi kebutuhan itu membuat roda perekonomian berputar, menghasilkan gaji

dan upah bagi pekerja dan pajak bagi pemerintah. Penghasilan dari pajak itu dapat

digunakan oleh pemerintahan daerah untuk membentuk suatu kondisi agar

perekonomian daerah berkembang lebih lanjut.

Jika kebijakan manajemen pembangunan tidak tepat sasaran maka akan

mengakibatkan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, manajemen

pembangunan daerah mempunyai potensi untuk meningkatkan pembangunan

ekonomi serta menciptakan peluang bisnis yang menguntungkan dalam mempercepat

laju pertumbuhan ekonomi daerah.

2.4. Konsep Daya Saing Wilayah dan Pengembangan Wilayah

Daryanto dan Hafizriandra (2010) pada tingkat wilayah, konsep daya saing

daerah menurut Departemen Perdagangan dan Industri Inggris (UK-DTI) adalah

kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja

yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan domestik dan internasional.

Menurut Center for Urban and Regional Studies (CURDS) di Inggris konsep daya

saing adalah kemampuan sektor bisnis atau perusahaan pada suatu daerah dalam

menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk

penduduknya, sedangkan World Economic Forum (WEF) mendefinisikan daya saing

nasional sebagai kemampuan perekonomian nasional yang mencapai pertumbuhan

(28)

tepat, institusi yang sesuai, serta karakteristik ekonomi lain yang mendukung. Pada

hakikatnya daya saing adalah kompetisi.

Daya saing suatu wilayah tercipta jika wilayah tersebut memiliki kompetensi

inti (core competence) yang dapat dibedakan dari wilayah lainnya. Kompetensi inti

tersebut dapat dicapai melalui creation of factor, yaitu upaya menciptakan berbagai

faktor produksi yang jauh lebih baik dibandingkan para pesaingnya.

Konsep pengembangan wilayah secara garis besar terbagi atas pengembangan

wilayah berbasis sumber daya, pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan,

pengembangan wilayah berbasis efisiensi dan pengembangan wilayah menurut

pelaku pembangunan. Kompetensi inti dalam konteks pengembangan wilayah

merupakan upaya dalam mengkoordinasikan dan mengintegrasikan sektor-sektor

yang berkembang di wilayah tertentu. Suatu wilayah akan dapat bersaing secara

global, apabila pengambil keputusan dan dunia usaha dapat mengkaji bagaimana

suatu kompetensi inti dan peluang ekonomi suatu wilayah dapat disesuaikan dengan

permintaan pasar lokal dan ekspor. Oleh karena itu, memerlukan dukungan market

intelligence yang mampu memandang ke depan mengenai pasar serta mampu

mengantisipasi adanya konsumsi dan ekspor.

2.5. Kegunaan, Keunggulan, dan Kelemahan Alat Analisis

2.5.1. Analisis Location Quotient

Location Quotient adalah salah satu alat analisis dalam perencanaan

pembangunan yang digunakan untuk menganalisis sektor potensial atau sektor basis

(29)

konsentrasi suatu sektor ekonomi dalam suatu daerah yaitu menghitung perbandingan

antara pendapatan (tenaga kerja) di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan

(tenaga kerja) dari total semua sektor pada daerah bawah dengan pendapatan (tenaga

kerja) di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan (tenaga kerja) semua sektor di

daerah atasnya (Priyarsono, et al., 2007).

Daerah atas dan daerah bawah dalam analisis location quotient merupakan

daerah administratif. Jika analisis dilakukan di tingkat kabupaten maka daerah

bawahnya adalah kabupaten itu sendiri, sedangkan daerah atasnya adalah provinsi

dimana kabupaten tersebut berada.

Metode analisis LQ memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan

metode LQ dalam mengidentifikasi sektor basis antara lain penerapannya sederhana,

mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Penyelesaian

analisis cukup dengan spread sheet dari Ms.Excel atau program Lotus, bahkan jika

datanya tidak terlalu banyak bisa menggunakan kalkulator. Kelemahan metode LQ

ini adalah karena demikian sederhananya, maka yang dituntut yaitu akurasi data.

Sebaik apapun hasil olahan LQ tidak akan banyak manfaatnya jika data yang

digunakan tidak valid. Analisis LQ tidak bisa menjawab apa yang menyebabkan

sebuah sektor menjadi sektor unggulan. Selain itu, dalam analisis LQ juga diperlukan

(30)

2.5.2. Analisis Shift Share

Analisis shift share menurut Perloff, et al. (1960) merupakan suatu analisis dengan metode yang sederhana untuk membuat keputusan baik lokal maupun

regional di seluruh dunia untuk menetapkan target sektor dan menganalisis dampak

ekonomi. Analisis shift share digunakan untuk dapat mengidentifikasi keunggulan

daerah dan menganalisis sektor yang menjadi dasar perekonomian daerah. Analisis

ini juga merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui perubahan dan

pergeseran sektor pada perekonomian. Analisis shift share menggambarkan kinerja

sektor-sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Bila

suatu daerah memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam

perekonomian nasional, maka akan dapat ditemukan adanya shift (pergeseran) hasil

pembangunan perekonomian daerah. Selain itu, laju pertumbuhan sektor-sektor di

suatu wilayah akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional

beserta sektor-sektornya, sekaligus melihat apabila daerah itu memperoleh

pertumbuhan sebagai perubahan suatu variabel wilayah yaitu pendapatan atau output

sektor-sektor ekonomi daerah selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh

pertumbuhan provinsi. Pengaruh provinsi disebut pengaruh pangsa (share), dan

pengaruh keunggulan kompetitif disebut regional share.

Secara umum, terdapat tiga komponen utama dalam analisis shift share.

Ketiga komponen tersebut adalah komponen pertumbuhan nasional/regional (PR),

komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa

(31)

a. Komponen pertumbuhan nasional/regional merupakan perubahan produksi atau

kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi atau

kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan

dalam hal-hal yang memengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah.

b. Komponen pertumbuhan proporsional timbul karena perbedaan sektor dalam

permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan

dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi) dan perbedaan

dalam struktur dan keragaman pasar.

c. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau

penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan

dengan wilayah lainnya dan cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah

dibandingan dengan wilayah lainnya yang ditentukan oleh keunggulan komparatif,

akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan

ekonomi regional pada wilayah tersebut.

Hubungan antara ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai

berikut :

Sumber : Priyarsono, et al. (2007).

(32)

Berdasarkan Gambar 2.1, melalui ketiga komponen pertumbuhan wilayah

tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasi perkembangan suatu sektor perekonomian

pada suatu wilayah. Jika PPij + PPWij ≥ 0, maka itu menunjukkan bahwa

pertumbuhan sektor ke-i di wilayah ke-j termasuk kedalam kelompok progressive

(maju), sedangkan untuk PPij + PPWij < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor

ke-i pada wlayah ke j tergolong kelompok pertumbuhan yang lambat.

Analisis shift share memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan

dari analisis shift share antara lain :

1. Analisis shift share tergolong sederhana, namun dapat memberikan gambaran

mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi.

2. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat.

3. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan

cukup akurat.

Kelemahan yang dimiliki analisis shift share, yaitu:

1. Ada data periode waktu tertentu di tengah periode pengamatan yang tidak

terungkap.

2. Analisis ini membutuhkan analisis lebih lanjut apabila digunakan untuk

peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke

periode lainnya.

3. Analisis shift share tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor.

(33)

2.6. Penelitian Terdahulu

Wahyuningsih (2009) menganalisis tentang pertumbuhan sektor-sektor

perekonomian di Kabupaten Banjarnegara periode 1996-2007 dengan menggunakan

alat analisis shift share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sepanjang periode

1996-2007 sektor yang memiliki laju pertumbuhan cepat di Kabupaten Banjarnegara

yaitu sektor listrik, gas dan air bersih. Dilihat dari daya saing, sebagian besar

sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara memiliki daya saing yang kurang

baik dibandingkan Provinsi Jawa Tengah. Beberapa faktor yang menyebabkannya

adalah masalah kurang investasi, infrastruktur dan prasarana sosial ekonomi yang

belum memadai. Pada kurun waktu tersebut, sektor yang termasuk dalam kelompok

pertumbuhan progressive (maju) di Kabupaten Banjarnegara adalah sektor listrik, gas

dan air bersih serta sektor angkutan dan komunikasi, sedangkan sektor yang

pertumbuhannya lambat adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor

perdagangan, dan sektor hotel dan restoran. Sektor yang kelompok pertumbuhannya

mengalami perubahan sepanjang tahun 1996-2007 adalah sektor pertambangan dan

penggalian, sektor bangunan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta

sektor jasa-jasa. Perubahan kelompok pertumbuhan tersebut disebabkan perubahan

dalam laju pertumbuhan serta perubahan dalam daya saing sektor-sektor

perekonomian.

Lestari (2009) menggunakan analisis shift share dan location quotient dalam

menganalisis pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten

Bogor periode 2003-2007. Hasil penelitian menunjukkan sektor yang mengalami laju

(34)

komunikasi, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta

sektor bangunan. Hal ini dikarenakan, selama lima tahun terakhir pembangunan fisik

berupa gedung, jalan raya, jembatan dan bangunan lainnya menunjukkan

pertumbuhan yang cepat. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat adalah

sektor pertanian, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa,

serta sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan yang lambat tersebut

disebabkan terjadi alih fungsi lahan pertanian secara berlebihan pada sektor

pertanian, sebagian besar kegiatan masyarakat tidak didominasi oleh kegiatan

produksi di sektor pertambangan dan penggalian, serta beberapa subsektor jasa-jasa

seperti pariwisata tidak dikelola secara optimal.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Lestari (2009), secara umum

sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bogor memiliki daya saing yang kuat.

Sektor yang memiliki daya saing tinggi adalah sektor jasa-jasa, sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor industri pengolahan. Sektor yang memiliki

daya saing lemah adalah sektor bangunan, sektor pertanian, dan sektor perdagangan,

hotel dan restoran. Terdapat dua sektor unggulan di Kabupaten Bogor yaitu sektor

industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih.

Purwantina (2009) melakukan penelitian tentang perekonomian Kota Depok

periode 2003-2007 dengan menggunakan analisis shift share dan location quotient. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sektor perekonomian yang memiliki laju

pertumbuhan tercepat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini

disebabkan oleh arah pembangunan Kota Depok yang lebih cenderung pada sektor

(35)

oleh sektor sekunder. Sektor perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan paling

lambat adalah sektor pertambangan dan penggalian. Hal tersebut dikarenakan Kota

Depok tidak memiliki aktivitas pertambangan, penggalian barang tambang maupun

mineral. Dilihat dari daya saing sektor yang memiliki daya saing terbaik adalah

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, karena sektor tersebut cukup

berkembang di Kota Depok sebagai penunjang visi pembangunan Kota Depok

sebagai Kota perdagangan dan jasa. Sektor yang memiliki daya saing rendah adalah

sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan,

sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan

restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa.

Berdasarkan penelitian terdahulu, alat analisis location quotient dan shift

share dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis serta laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di suatu daerah. Penelitian ini berbeda

dengan penelitian sebelumnya karena dilakukan di tempat yang berbeda yaitu

Kabupaten Kerinci serta menggunakan periode yang terbaru yaitu 2005-2009 sebagai

kurun waktu analisis.

2.7. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan serangkaian suatu kebijakan

ekonomi untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan memperluas lapangan

kerja, meratakan distribusi pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antara

wilayah dan mengembangkan ekonomi secara sektoral maupun antar lintas sektoral

(36)

manusia di daerahnya. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Kerinci

menunjukkan peningkatan dari tahun 2005-2007, namun mengalami penurunan pada

tahun 2008. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh imbas krisis global yang terjadi

pada saat itu. Pada tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci

kembali mengalami peningkatan.

Peningkatan dan penurunan pertumbuhan ekonomi daerah tidak lepas dari

peranan sektor-sektor perekonomian di daerah itu sendiri. Wilayah akan tumbuh

dengan pesat jika sektor-sektor perekonomian di wilayah tersebut mengalami

pertumbuhan yang cepat dan sebaliknya jika sektor-sektor perekonomian di wilayah

tersebut mengalami pertumbuhan yang lambat, maka wilayah tersebut tidak akan

tumbuh dengan pesat.

Sektor basis dan non-basis di Kabupaten Kerinci akan dianalisis dengan

menggunakan metode analisis location quotient dan untuk menganalisis laju

pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci akan

dianalisis dengan menggunakan metode analisis shift share. Hasil analisis ini

diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah Kabupaten Kerinci dalam

membuat kebijakan untuk pengembangan sektor-sektor perekonomian serta

perencanaan pembangunan agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Kerinci. Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini, dapat dilihat pada

(37)

 

sektor basis Daya saing

sektor-sektor

Rekomendasi untuk kebijakan pengembangan sektor-sektor perekonomian serta perencanaan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci

(38)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011. Kabupaten Kerinci

dipilih menjadi lokasi penelitian karena Kabupaten Kerinci memiliki sumberdaya

alam yang beragam untuk dikembangkan. Namun, Kabupaten Kerinci menghadapi

berbagai keterbatasan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang

ada, sehingga berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat, kesempatan kerja,

kemiskinan, dan kesenjangan sosial.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

tersebut berupa data Produk Domestik Regionsl Bruto (PDRB) Kabupaten Kerinci

tahun 2005-2009 dan PDRB Provinsi Jambi tahun 2005-2009 menurut lapangan

usaha atas dasar harga konstan 2000 serta data-data lain yang mendukung. Sumber

data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, Badan Pusat Statistik

Provinsi Jambi, berbagai instansi terkait lainnya serta literatur dan internet.

3.3. Metode Analisis Data

3.3.1. Analisis Location Quotient

Salah satu indikator yang mampu menggambarkan keberadaan sektor basis

(39)

besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah

atasnya. Secara matematis untuk menghitung nilai LQ dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut.

Vi / Vt

LQ =

Yi / Yt

keterangan :

Vi = PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah (Kabupaten Kerinci)

Vt = total PDRB semua sektor pada tingkat wilayah yang lebih rendah (Kabupaten

Kerinci)

Yi = PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih atas (Provinsi Jambi)

Yt = total PDRB semua sektor pada tingkat wilayah yang lebih atas (Provinsi Jambi)

Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai :

- LQ > 1, maka sektor i merupakan sektor basisdan kemampuan produksi sektor

tersebut di Kabupaten Kerinci lebih besar dibandingkan sektor sejenis di

Provinsi Jambi.

- LQ < 1, maka sektor i merupakan sektor non-basis dan kemampuan produksi sektor

tersebut di Kabupaten Kerinci lebih kecil dibandingkan sektor sejenis di

Provinsi Jambi.

Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis Location Quotient yaitu :

1. Pola konsumsi rumah tangga di Kabupaten Kerinci sama dengan pola konsumsi

(40)

2. Selera dan pola pengeluaran di suatu daerah dengan daerah lain di seluruh wilayah

Provinsi Jambi sama.

3. Setiap penduduk di Kabupaten Kerinci mempunyai pola permintaan terhadap suatu

barang dan jasa sama terhadap pola permintaan barang dan jasa pada tingkat

Provinsi Jambi.

3.3.2. Analisis Shift Share

Pada analisis shift share faktor waktu sudah diperhitungkan. Analisis shift share mengakui adanya perbedaan dan kesamaan antar wilayah. Pada prinsipnya

analisis shift share berusaha untuk memecahkan atau mendekomposisi besaran deviasi (selisih) antara nilai tambah pada tahun ke-t (tahun akhir analisis) dengan

nilai tambah pada tahun dasar analisis.

Adapun langkah-langkah utama dalam analisis shift share sebagai berikut:

(1) Menentukan wilayah yang akan dianalisis.

Wilayah yang akan dianalisis dapat dilakukan di tingkat provinsi, kabupaten atau

kota. Jika wilayah analisis yang dipilih adalah kabupaten atau kota maka wilayah

atasnya adalah provinsi atau nasional. Pada penelitian ini analisis dilakukan

ditingkat kabupaten yaitu Kabupaten Kerinci, dengan wilayah atasnya adalah

Provinsi Jambi.

(2) Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis.

Indikator kegiatan ekonomi yang umum digunakan dalam analisis shift share

adalah pendapatan dan kesempatan kerja. Pada penelitian ini digunakan indikator

(41)

yang akan dianalisis yaitu tahun 2005 sebagai tahun dasar analisis dan tahun 2009

sebagai tahun akhir analisis.

(3) Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis.

Tahap ini menentukan sektor apa saja yang menjadi fokus utama. Pada penelitian

ini akan difokuskan pada semua sektor perekonomian di wilayah Kabupaten

Kerinci.

(4) Menghitung perubahan indikator ekonomi.

a. PDRB Provinsi Jambi dari sektor i pada tahun dasar analisis.

m

Yi =

Yij (3.1) j=1

keterangan :

Yi = PDRB Provinsi Jambi dari sektor i pada tahun dasar analisis

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis

b. PDRB Provinsi Jambi dari sektor i pada tahun akhir analisis.

m

Y'i =

Y'ij (3.2)

j=1

keterangan :

Y'i = PDRB Provinsi Jambi dari sektor i pada tahun akhir analisis

Y'ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun akhir analisis

(42)

∆Yij = Y’ij – Yij (3.3)

d. Persentase perubahan PDRB

% ∆Yij = [(Y'ij - Yij) / Yij ]*100 % (3.4)

keterangan :

∆Yij = perubahan PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci

Y'ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun akhir analisis

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis

(5) Menghitung rasio indikator kegiatan ekonomi

Rasio indikator kegiatan ekonomi digunakan untuk melihat perbandingan PDRB

sektor perekonomian di suatu daerah tertentu. Rasio tersebut terdiri dari ri, Ri dan

Ra.

• ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci)

ri = [Y’ij - Yij] / Yij (3.5)

keterangan :

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis

Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun akhir analisis

(43)

Ri = [Y’i – Yi] / Yi (3.6)

keterangan :

Yi = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jambi pada tahun dasar analisis

Y’i = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jambi pada tahun akhir analisis

• Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jambi)

Ra = [Y’..- Y..] / Y.. (3.7)

keterangan :

Y.. = PDRB wilayah Provinsi Jambi pada tahun dasar analisis

Y’.. = PDRB wilayah Provinsi Jambi pada tahun akhir analisis

(6) Menghitung komponen pertumbuhan wilayah

a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

PRij = (Ra)Yij (3.8)

keterangan :

PRij = komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah Kabupaten

Kerinci

Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jambi

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis

(44)

PPij = (Ri – Ra)Yij (3.9)

keterangan :

PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah

Kabupaten Kerinci

Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jambi

Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jambi

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Kerinci pada tahun dasar analisis

Jika :

PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci laju

pertumbuhannya lambat.

PPij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci laju

pertumbuhannya cepat.

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

PPWij = (ri – Ri)Yij (3.10)

keterangan :

PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah

Kabupaten Kerinci

ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci

Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jambi

(45)

Jika :

PPWij > 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci mempunyai daya saing

yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya.

PPWij< 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Kerinci berdaya saing rendah

jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.

(7) Rumus-rumus lain yaitu sebagai berikut :

a. Perubahan dalam PDRB sektor i pada wilayah ke j (Kabupaten Kerinci)

dirumuskan sebagai berikut :

∆Yij = PRij + PPij + PPWij (3.11)

∆Yij = Y’ij + Yij (3.12)

b. Dalam bentuk persamaan matematik menjadi :

∆Yij = PRij + PPij + PPWij (3.13)

Y’ij + Yij = Yij(Ra) + Yij(Ri – Ra) + Yij(ri – Ri) (3.14)

c. Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dirumuskan sebagai berikut :

%PR = Ra (3.15)

%PP = Ri –Ra (3.16)

%PPW = ri - Ri (3.17)

atau

(46)

%PP = (PPij) / Yij * 100% (3.19)

%PPW = (PPWij) / Yij * 100% (3.20)

(8) Menentukan kelompok sektor ekonomi yang ditentukan berdasarkan pergeseran

bersih (PB).

PBij = PPij + PPWij (3.21)

Jika :

PBij > 0, menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhannya progressive

(maju).

PBij < 0, menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhannya tidak

progressive.

(9) Menganalisis profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian

Profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian dilakukan dengan cara

menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan yaitu :

PPW

Kuadran IV Kuadran I

PP

Kuadran III Kuadran II

(47)

Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian

Keterangan :

1. Kuadran I yaitu kuadran dimana PP dan PPW sama-sama bernilai positif yang

menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah tersebut memiliki laju

pertumbuhan yang cepat (dilihat dari nilai PP) dan memiliki daya saing yang

tinggi jika dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jambi (dilihat dari nilai

PPW).

2. Kuadran II yaitu kuadran yang menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di

wilayah tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat (nilai PP positif), tetapi

daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut rendah apabila dibandingkan

dengan wilayah lain di Provinsi Jambi (nilai PPW negatif).

3. Kuadran III yaitu dimana menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di

wilayah tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat (nilai PP negatif) dan

memiliki daya saing yang rendah jika dibandingkan dengan wilayah lain di

Provinsi Jambi (nilai PPW negatif).

4. Kuadran IV yaitu kuadran yang menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian

di wilayah tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat (nilai PP negatif) dan

memiliki daya saing wilayah yang tinggi untuk sektor-sektor tersebut jika

dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jambi (nilai PPW positif).

Pada Gambar 3.1. terdapat garis yang memotong Kuadran II dan Kuadran IV

yang membentuk 45○. Garis tersebut merupakan garis yang menunjukkan nilai

(48)

Analisis dengan menggunakan analisis location quotient dan analisis shift

share dapat lebih mudah dilakukan dengan menggunakan software komputer, yaitu program Microsoft Excel 2007. Hasil dari perhitungan dengan menggunakan dua analisis tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis dan non-basis

serta laju pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kabupaten

Kerinci.

3.4. Definisi Operasional

3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah. PDRB didefinisikan sebagai jumlah

nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu.

Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu pertama PDRB atas dasar

harga berlaku, menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan

menggunakan harga pada setiap tahun, dan kedua PDRB atas dasar harga konstan,

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga

pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya. PDRB yang akan

dianalisis adalah PDRB Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi atas dasar harga

konstan 2000 menurut lapangan usaha periode 2005-2009.

3.4.2. Tahun Dasar dan Tahun Akhir Analisis

Tahun dasar dan tahun akhir analisis sangat penting dalam penelitian ini.

(49)

menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian. Tahun akhir analisis

merupakan tahun yang dijadikan titik akhir untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor

perekonomian.

3.4.3. Sektor Perekonomian

Sektor perekonomian dibuat berdasarkan pendapatan oleh masing-masing

sektor atau berdasarkan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh setiap sektor. Pada

umumnya terdapat sembilan sektor perekonomian di suatu negara. Sektor-sektor

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Bersih

5. Bangunan

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

7. Pengakutan dan Komunikasi

8. Keuangan dan Jasa Persewaan

(50)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Geografi dan Wilayah Administratif

Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi. Ibu kota

dari kabupaten ini adalah Sungai Penuh. Letak wilayah Kabupaten Kerinci secara

geografis di antara 01○ 41’ sampai 02○ 26’ lintang selatan dan 101○ 08’ sampai 101○

40’ bujur timur berjarak 419 km dari Kota Jambi. Wilayah Kabupaten Kerinci di

sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, di sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Merangin, di sebelah barat Provinsi Bengkulu dan

Provinsi Sumatera Barat, dan Kabupaten Bungo di sebelah timur.

Kabupaten Kerinci merupakan salah satu kabupaten terkecil diantara

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi. Wilayahnya memiliki luas 380.850 Ha

yang terletak di sepanjang Bukit Barisan. Secara umum wilayah Kabupaten Kerinci

dapat dikelompokkan dalam beberapa satuan morfologi yaitu dataran, perbukitan

yang bergelombang halus sampai perbukitan sedang dan pergunungan. Bentuk

morfologi dan peyebaran batuan di sebelah utara memiliki morfologi yang lebih

tinggi yaitu morfologi perbukitan gelombang sampai pergunungan, yang diikuti

dengan variasi dan jenis batuan yang ada, sedangkan di selatan terdapat morfologi

dataran rendah dan batuan yang relatif sejenis. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

wilayah Kabupaten Kerinci memiliki potensi sumber daya yang besar dan keindahan

(51)

keindahan alam Kerinci sebagai obyek wisata. Sejak lama Kerinci merupakan daerah

tujuan wisata yang potensial di Provinsi Jambi.

Kabupaten Kerinci secara administratif dibagi dalam 12 kecamatan dengan

berbagai perkembangannya masing-masing, baik karena potensi geografis, sumber

daya alam, sumber daya manusia, maupun karena pembangunan prasarana pada

masing-masing wilayah.

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan Tahun 2009

Kecamatan Luas (Ha) Desa Kelurahan Total

1. Gunung Raya 74.677 15 1 16

Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009

Kecamatan terluas di Kabupaten Kerinci adalah Kecamatan Gunung Raya

mencapai 74.677 Ha. Wilayah kecamatan yang paling sempit adalah Kecamatan

Depati Tujuh. Secara keseluruhan, 52 persen wilayah Kabupaten Kerinci merupakan

(52)

wilayah Kabupaten Kerinci sebesar  189.028 Ha merupakan kawasan budidaya, 41.620 Ha adalah kawasan non pertanian dan 147.408 Ha untuk lahan pertanian.

4.2. Kependudukan

Penduduk merupakan pelaku kegiatan ekonomi yang melaksanakan proses

pembangunan. Penduduk berada pada posisi pusat dalam setiap kebijakan dan strategi

pembangunan. Jumlah penduduk yang besar harus disertai dengan kualitas sumber

daya manusia yang tinggi sehingga keberadaannya dapat menjadi modal dasar proses

pembangunan.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Kerinci Tahun 2009

Kecamatan Jumlah Luas Kepadatan

Laki-laki Perempuan Total Km 2 Jiwa/Km2

Gunung Raya 7.737 7.654 15.391 746,77 21

Batang Merangin 11.312 11.745 23.057 567,32 41

Keliling Danau 10.902 11.583 22.485 304,39 74

Danau Kerinci 8.151 8.170 16.321 298,47 55

Sitinjau Laut 7.194 7.055 14.249 58,25 245

Air Hangat 10.583 11.013 21.596 216,75 100

Air Hangat Timur 9.200 9.543 18.743 160,00 117

Depati Tujuh 7.026 7.316 14.342 25,80 556

Gunung Kerinci 5.796 5.898 11.694 350,00 33

Siulak 15.201 15.476 30.677 590,20 52

Kayu Aro 18.341 18.172 36.513 328,05 111

Gunung Tujuh 6.028 5.969 11.997 162,50 74

Total 117.471 119.594 237.065 3.808,5 62

2008 235.419 3.808,5 61

(53)

Pada Tabel 4.2 jumlah penduduk Kabupaten Kerinci tahun 2009 tercatat

sebesar 237.065 jiwa, sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 235.419 jiwa. Selama

kurun waktu tersebut mengalami pertumbuhan penduduk sebesar 0,71. Berdasarkan

jenis kelamin, penduduk perempuan di Kabupaten Kerinci sebanyak 119.594 jiwa

dan penduduk laki-laki 117.471 jiwa yang tersebar di 12 kecamatan. Total jumlah

penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Kayu Aro, sementara jumlah penduduk

paling sedikit ditemukan di Kecamatan Gunung Kerinci.

Jumlah penduduk dan luas wilayah yang bervariasi pada setiap kecamatan

menyebabkan terjadinya ketimpangan kepadatan penduduk antar kecamatan, dengan

kepadatan tertinggi yaitu di Kecamatan Depati Tujuh yaitu sebesar 556 jiwa/km2 diikuti Kecamatan Sitinjau Laut sebesar 245 jiwa/km2, sementara kecamatan dengan kepadatan terendah adalah Kecamatan Gunung Raya dengan kepadatan penduduk

sebesar 21 jiwa/km2 dan Kecamatan Gunung Kerinci sebesar 33 jiwa/km2. Secara rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Kerinci adalah 62 jiwa per km

persegi.

4.3. Pendidikan

Pendidikan diharapkan dapat merubah perilaku kearah yang lebih baik

sehingga seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah beradaptasi

dengan berbagai perubahan atau kemajuan seperti perkembangan teknologi dan

perubahan sosial. Kabupaten Kerinci merupakan tempat pertama kali berdirinya

Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di Provinsi

(54)

banyak ditemukan, ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Kerinci

tergolong cukup baik. Rata-rata masyarakat telah mengikuti pendidikan Sekolah

Dasar hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Sebagian penduduk bahkan telah

menamatkan pendidikan tinggi yang jumlahnya tercatat sebesar 4.448 jiwa (BPS

Kabupaten Kerinci, 2009).

4.4. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan modal yang sangat penting dalam menyukseskan

program pembangunan. Jumlah tenaga kerja di suatu daerah harus diimbangi dengan

ketersediaan lapangan pekerjaan. Selain itu banyaknya jumlah penduduk pun harus

diimbangi dengan pertumbuhan angkatan kerja agar tidak memunculkan

permasalahan dalam ketenagakerjaan, salah satunya masalah pengangguran.

Tabel 4.3. Penduduk Berumur 15 Tahun keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kabupaten Kerinci Tahun 2009

Jenis Kegiatan Utama Tahun 2009

(%)

I. Angkatan Kerja   

1. Bekerja 94,12

2. Pengangguran Terbuka 5,88

     

II. Bukan Angkatan Kerja   

1. Sekolah 28,46

2. Mengurus rumah tangga 46,22

3. Lainnya 25,31

(55)

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa persentase angkatan kerja yang bekerja di

Kabupaten Kerinci pada tahun 2009 cukup tinggi yaitu mencapai 94,12 persen yang

tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Kerinci. Persentase pengangguran

terbuka mencapai 5,88 persen yang sebagian besar adalah tamatan strata-1 (S1), ini

disebabkan makin sempitnya lahan mencari pekerjaan di Kabupaten Kerinci dan

sedikit perusahaan serta industri yang menampung tenaga kerja berpendidikan di

Kabupaten Kerinci.

Angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Kerinci tersebut tersebar di

berbagai lapangan usaha seperti pertanian, industri pengolahan, perdagangan,

restoran, hotel, jasa kemasyarakatan, pertambangan, penggalian, listrik, gas, air

bersih, bangunan, angkutan, komunikasi, keuangan, dan lain-lain. Persentase

angkatan kerja yang bekerja di berbagai lapangan usaha tersebut dapat dilihat pada

Tabel 4.4. :

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Kerinci Tahun 2009

Lapangan Usaha Jumlah (%)

Pertanian 61,301

Industri Pengolahan 1,713

Perdagangan, Rumah makan, hotel 13,938

Jasa Kemasyarakatan 12,332

Lainnya (Pertambangan, penggalian, listrik, gas,air,

bangunan, angkutan, komunikasi, keuangan) 10,717

(56)

Pada Tabel 4.4 jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja

menurut lapangan usaha di Kabupaten Kerinci tahun 2009 menunjukkan bahwa

sebagian besar penduduk Kabupaten Kerinci bermata pencaharian di sektor pertanian.

Salah satu faktor pendukung yaitu karena Kabupaten Kerinci merupakan wilayah

yang cukup subur, namun untuk peningkatan pembangunan Kabupaten Kerinci tidak

harus tergantung pada sektor pertanian, karena dengan potensi alam yang dimilikinya

Kabupaten Kerinci dapat mengembangkan sektor-sektor lainnya agar penduduk

setempat dapat bekerja secara merata di setiap sektor .

4.5. Kesehatan

Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan berperan sangat penting dalam

meningkatkan masyarakat yang lebih sehat dengan melakukan sosialisasi dan

kegiatan penyuluhan tentang pola hidup sehat serta memberikan pelayanan

pengobatan terhadap masyarakat yang menderita suatu penyakit. Selain itu pelayanan

kesehatan akan semakin baik jika sarana dan prasarana kesehatan tersedia dalam

jumlah yang mencukupi dan kualitas yang baik serta dapat menjangkau seluruh

kelompok masyarakat.

Sarana dan prasarana kesehatan di Kaupaten Kerinci berpusat di ibu kota

Kabupaten Kerinci yaitu Sungai Penuh, akan tetapi pelayanan kesehatan sudah cukup

merata diseluruh kecamatan. Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan tersebut

diharapkan mampu menghasilkan pelayanan berbiaya rendah sehingga dapat

dijangkau oleh kelompok masyarakat berpenghasilan rendah atau masyarakat miskin.

(57)

Puskesmas di Kabupaten Kerinci meningkat, pada tahun 2000 sebanyak 17 buah,

kemudian pada tahun 2009 meningkat menjadi 20 buah. Dokter praktek swasta pun

mengalami peningkatan dari jumlah 30 buah pada tahun 2000 menjadi 40 buah pada

tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana kesehatan di

Kabupaten Kerinci cukup memadai.

Tabel 4.5. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Kerinci Tahun 2000, 2005 dan 2009

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, 2009

4.6. Rencana Pembangunan Kabupaten Kerinci

4.6.1. Visi

Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir

periode perencanaan, yang didalamnya berisi suatu gambaran cita dan citra yang

(58)

yang akan datang diharapkan dapat dilakukan oleh Kabupaten Kerinci agar lebih

berperan sebagai agen pembangunan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Setelah mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan

peluang yang ada serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat

Kabupaten Kerinci, maka pokok-pokok visi Pemerintahan Daerah Kabupaten Kerinci

yang hendak dicapai dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut :

1. Sejahtera: Sejahtera yang dimaksud adalah suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan

pokok atau kebutuhan dasar masyarakat secara layak lahir dan batin dalam

menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Damai: Damai yang dimaksud adalah suatu kondisi masyarakat Kabupaten

Kerinci yang jauh dari pertikaian dan silang sengketa, kokoh, dalam menciptakan

berbagai bentuk kerukunan, mengedepankan azas musyawarah, serta tetap

menggalakkan dinamika masyarakat secara individu dan kelompok dalam

merangsang aktivitas yang kreatif dan inovatif guna kelancaran pembangunan dan

kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

3. Agamis: Agamis yang dimaksud adalah suatu kondisi masyarakat yang

mengutamakan nilai-nilai agama sebagai landasan akal pikiran dan pertimbangan

dalam melaksanakan kehendak pembangunan masyarakat Kabupaten Kerinci

secara lahir dan batin, serta mampu menempatkan nilai-nilai agama sebagai

Gambar

Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009 (Persen)
Gambar 2.1. Model Analisis Shift Share
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi                  Menurut Kecamatan Tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh model pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika pada materi persegi, persegi panjang dan jajargenjang siswa kelas VII SMPN 2 Ngunut Tulungagung ...

Kekuasaan Yudikatif pun terpisah dari kekuasaan lainnya karena pemilihan anggota- anggota badan perwakilan rakyat terpisah dari pemilihan anggota badan eksekutif. (Kewarganegaraan

Bagi mereka yang telah mendapat izin penggembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam hutan dimaksud

Dalam peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 22 Tahun 2008 tentang “Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan Bagi Mahasiswa Program Kependidikan Universitas

The data showed that QualityManagement (QM) practices are significantlycorrelated with the supplier participation strategyand this influences tangible business results, and

KENCING MANIS Kanser paru-paru Kanser ha ti Kanser p er ut Kanser k olor ektal La in -la in Kanser pa yudar a Kanser esofagus Kanser pank reas Page 4 OR ANG MENGHID AP

Berdasarkan uraian permasalah di atas maka dibutuhkan suatu alat bantu yang bisa menyelesaikan masalah, yaitu, timbangan digital menggunakan mikrokontroller ATMega 2560

Sebelum mengikuti pelatihan saya masih bingung karena guru harus mengajar secara menyeluruh, tidak hanya mewakili bidang studi yang diajarkan saja. Setelah ikut