• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Analisis Sektor Basis di Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009

Nilai dari hasil analisis dengan menggunakan analisis location quotient yang menunjukkan besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah atasnya serta menunjukkan sektor basis dan non basis di Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut.

Tabel 5.1. Analisis Location Quotient Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009

No. Sektor Perekonomian 2005 2006 2007 2008 2009

1 Pertanian 2.23 2.12 2.17 2.21 2.21

2 Pertambangan & Penggalian 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04

3 Industri Pengolahan 0.20 0.20 0.21 0.21 0.21

4 Listrik, Gas & Air Bersih 0.92 0.92 0.97 0.89 0.85

5 Bangunan 0.77 0.79 0.75 0.73 0.72

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0.51 0.50 0.50 0.52 0.52 7 Pengangkutan & Komuikasi 0.52 0.52 0.51 0.53 0.53 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahan 0.24 0.23 0.20 0.17 0.15

9 Jasa-jasa 1.26 1.27 1.26 1.27 1.26

Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.1, selama periode 2005-2009 sektor perekonomian yang memiliki nilai LQ > 1 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Artinya, kedua sektor perekonomian tersebut merupakan sektor basis atau sektor unggulan di Kabupaten Kerinci. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mempunyai peran yang penting dalam perekonomian Kabupaten Kerinci. Sektor pertanian dan sektor jasa-jasa memiliki keunggulan kompetitif. Sektor tersebut

menjadi sektor unggulan karena didukung dengan adanya prioritas pembangunan oleh pemerintah di kedua sektor tersebut.

Sektor pertanian menjadi sektor basis atau sektor unggulan di Kabupaten Kerinci. Sektor ini juga menjadi penyumbang kontribusi yang besar terhadap PDRB Kabupaten Kerinci. Kabupaten Kerinci berada di wilayah dataran tinggi yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang relatif baik. Sektor pertanian tersebut banyak menyerap tenaga kerja dan merupakan mata pencaharian utama masyarakat Kabupaten Kerinci. Selain itu sektor pertanian berperan sebagai pemasok berbagai produk bahan makanan baik nabati maupun hewani untuk kebutuhan rumah tangga dan bahan baku industri. Produk-produk pertanian yang berasal dari Kabupaten Kerinci ditawarkan ke berbagai daerah di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa bahkan ekspor ke negara tetangga. Komoditi pertanian utama yang memiliki keunggulan komparatif yaitu komoditi kayu manis, sehingga peluang investasi yang ditawarkan dari komoditi kayu manis ini cukup menjanjikan, salah satu contohnya dengan memanfaatkan kayu manis sebagai bahan dasar untuk pembuatan produk makanan dan minuman. Selain kayu manis, komoditi yang memiliki keunggulan komparatif lainnya adalah teh dan kopi.

Selain sektor pertanian, sektor jasa-jasa juga menjadi sektor basis di Kabupaten Kerinci dan penyumbang kontribusi terbesar kedua terhadap PDRB Kabupaten Kerinci setelah sektor pertanian. Sektor jasa-jasa di Kabupaten Kerinci cukup berkembang seiring dengan bertambahnya penduduk serta sarana dan prasarana di Kabupaten Kerinci. Selain itu didukung oleh reinstra Kabupaten Kerinci melalui alokasi anggaran 20 persen untuk pendidikan, serta peningkatan kualitas dan

kuantitas pelayanan kesehatan. Sektor jasa-jasa di Kabupaten Kerinci yang memberikan kontribusi terbesar yaitu di bidang pemerintahan seperti jasa adminstrasi pemerintah, pertahanan dan jasa pemerintah lainnya, serta jasa hiburan dan rekreasi.

Kabupaten Kerinci hanya memiliki dua sektor basis sedangkan sisanya merupakan sektor non basis atau non unggulan. Dilihat dari Tabel 5.1 pada halaman 47, ternyata sektor non basis lebih banyak yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan karena memiliki nilai LQ < 1. Ketujuh sektor tersebut tidak memiliki keunggulan kompetitif dimana lebih banyak mengimpor dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Kerinci. Sektor-sektor tersebut juga cenderung hanya menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Kabupaten Kerinci.

5.2. Analisis Perubahan PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kerinci berdasarkan harga konstan dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan yaitu dari Rp. 847.651,96 juta pada tahun 2005, kemudian naik menjadi Rp. 1.059.597,03 juta pada tahun 2009. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci selama periode 2005-2009 sebesar 25,00 persen. Hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.2. Perubahan PDRB Kabupaten Kerinci Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Selama Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah)

No. Sektor Perekonomian PDRB Perubahan PDRB Persen 2005 2009 1 Pertanian 571.821,40 720.069,06 148.247,62 25,93 2 Pertambangan & Penggalian 4.113,04 4.671,99 558,95 13,59 3 Industri Pengolahan 23.499,75 29.551,31 6.051,56 25,75 4 Listrik, Gas & Air

Bersih 6.020,22 7.126,00 1.105,78 18,37

5 Bangunan 27.570,92 36.864,43 9.293,51 33,71

6 Perdagangan, Hotel &

Restoran 73.439,33 92.455,22 19.015,89 25,89

7 Pengangkutan &

Komuikasi 35.506,07 43.558,93 8.052,86 22,68

8 Keuangan, Persewaan

& Jasa Perusahan 7.684,54 8.690,70 1.006,16 13,09

9 Jasa-jasa 97.996,65 116.609,39 18.612,74 18,99

Total 847.651,96 1.059.597,03 211.945,07 25,00

Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.2, pada periode 2005-2009 tingkat pertumbuhan sektor- sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci cenderung meningkat dan tidak terdapat sektor perekonomian yang mengalami penurunan. Tingkat pertumbuhan PDRB di Kabupaten Kerinci yang paling besar adalah sektor bangunan, perubahan PDRB sektor bangunan dari tahun 2005-2009 mencapai 33,71 persen. Tingginya pertumbuhan sektor ini disebabkan tingginya kegiatan pembangunan fisik kontruksi dan meningkatnya kebutuhan lahan untuk berbagai penggunaan lainnya seperti pembangunan areal pemukiman penduduk, gedung perkantoran, pertokoan, dan infrastruktur jalan. Hal ini didukung oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM) Kabupaten Kerinci yang tertuang dalam salah satu misi Kabupaten Kerinci yaitu percepatan pembangunan infrastruktur.

Sektor perekonomian kedua yang memiliki tingkat pertumbuhan PDRB tinggi adalah sektor pertanian, tingkat pertumbuhan sektor ini yaitu sebesar 25,93 persen. Sektor ini memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Kerinci, yaitu sebesar Rp. 571.821,40 juta pada tahun 2005, meningkat menjadi Rp. 720.069,06 juta pada tahun 2009. Tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Kerinci karena perekonomian masyarakat Kabupaten Kerinci sebagian besar bertumpu pada sektor pertanian. Sektor perekonomian lainnya yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup meningkat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan tingkat pertumbuhan sebesar 25,89 persen, sektor industri pengolahan sebesar 25,75 persen serta sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 22,68 persen.

Sektor perekonomian keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan PDRB yang terkecil jika dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya yaitu sebesar 13,09 persen. Sektor ini memiliki kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Kerinci yaitu sebesar Rp. 7.684,54 juta pada tahun 2005 kemudian pada tahun 2009 sebesar Rp. 8.690,70 juta. Tingkat pertumbuhan PDRB tersebut dapat dilihat dari subsektor jasa perusahaan yang meningkat dengan dimulainya pembangunan PLTA Kerinci Tirta Energi di Muara Imat.

Sektor perekonomian yang memiliki kontribusi terkecil terhadap PDRB Kabupaten Kerinci sepanjang periode 2005-2009 adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp. 4.113,04 juta pada tahun 2005 dan pada tahun 2009 mencapai Rp. 4.671,99 juta. Aktivitas sektor pertambangan dan penggalian masih sangat

terbatas pada aktivitas subsektor penggalian khususnya bahan galian golongan C seperti pasir, kaolin, gips, pospat, batu kapur, tanah liat, andesit dan sebagainya. Aktivitas pertambangan bahan galian golongan A seperti minyak bumi dan gas bumi hampir tidak ditemukan di Kabupaten Kerinci.

Berdasarkan teori pertumbuhan rostow tahapan pembangunan terdiri dari tahapan masyarakat tradisional, prasyarat untuk lepas landas, lepas landas, menuju kematangan, dan berkonsumsi tinggi. Kabupaten Kerinci berada pada tahap pembangunan prasyarat untuk lepas landas. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Kabupaten Kerinci. Perkembangan sektor pertanian di Kabupaten Kerinci telah mendorong pengembangan industri rumahan seperti pembuatan dodol kentang yang berbahan baku dari hasil pertanian serta industri-industri kecil lainnya. Selain itu juga didorong oleh masyarakat Kabupaten Kerinci yang sudah banyak menjenjang pendidikan yang cukup baik, sehingga mereka mampu melakukan penerapan ilmu pengetahuan modern dan meciptakan banyak wirausaha, serta adanya perubahan yang didukung oleh pemerintah dengan membangun fasilitas prasarana umum terutama di bidang transportasi.

5.3. Analisis Perubahan PDRB Provinsi Jambi Tahun 2005-2009

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat terlihat dari PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga konstan dari tahun 2005 sampai 2009 yang mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2005 sebesar Rp. 12.619.972,17 juta kemudian meningkat menjadi Rp. 16.272.259,11

juta pada tahun 2009. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi selama periode 2005-2009 sebesar 28,94 persen.

Tabel 5.3. Perubahan PDRB Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Selama Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah)

No. Sektor Perekonomian PDRB Perubahan PDRB Persen 2005 2009 1 Pertanian 3.811.540,80 4.998.781,32 1.187.240,52 31,15 2 Pertambangan & Penggalian 1.588.492,98 1.864.642,89 276.149,91 17,38 3 Industri Pengolahan 1.769.220,83 2.158.283,62 389.062,79 21,99 4 Listrik, Gas &

Air Bersih 97.824,03 128.645,78 30.821,75 31,51

5 Bangunan 535.289,07 782.474,7 247.185,63 46,18

6 Perdagangan,

Hotel & Restoran 2.149.765,19 2.756.590,81 606.825,62 28,23 7 Pengangkutan & Komuikasi 1.021.598,53 1.268.174,97 246.576,44 24,14 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahan 483.787,03 889.519,04 405.732,01 83,87 9 Jasa-jasa 1.162.453,71 1.425.145,98 262.692,27 22,60 Total 12.619.972,17 16.272.259,11 3.652.286,94 28,94 Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2009 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.3 pada periode 2005-2009 sektor perekonomian yang memiliki PDRB terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Ketiga sektor tersebut memang memiliki kontribusi PDRB yang paling rendah, namun ketiganya memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi di Provinsi Jambi yaitu untuk sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 83,87 persen. Hal ini didukung oleh Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Jambi Tahun 2006-2010 yaitu dengan ditetapkan strategi untuk peningkatan kualitas pelayanan publik.

Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tersebut terutama didorong oleh subsektor perbankan dan persewaan yang rata-rata tumbuh diatas 10 persen. Selanjutnya sektor bangunan sebesar 46,18 persen dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 31,51 persen. Ini menunjukkan bahwa pemerintah Provinsi Jambi selama periode 2005-2009 telah cukup berhasil mengembangkan ketiga sektor tersebut, walaupun kontribusi PDRB dari ketiga sektor tersebut masih rendah dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya.

Sektor perekonomian di Provinsi Jambi yang memiliki tingkat pertumbuhan PDRB terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 17,38 persen. Tingkat pertumbuhan yang kecil tersebut dikarenakan turunnya produksi batu bara di beberapa kabupaten di Provinsi Jambi seperti Kabupaten Bungo, Tebo, Sarolangun, dan Batang Hari.

Berdasarkan Tabel 5.3 sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi PDRB terbesar di Provinsi Jambi yaitu Rp. 3.811.540,80 juta pada tahun 2005 dan meningkat sebesar Rp. 4.998.781,32 juta pada tahun 2009. Sektor pertanian merupakan sumber perekonomian utama Provinsi Jambi. Selain itu sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan pertanian sangat menentukan peningkatan aktivitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Jambi.

5.4. Analisis Rasio PDRB Kabupaten Kerinci dan PDRB Provinsi Jambi Tahun 2005-2009

Pada periode 2005-2009, PDRB sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi mengalami pertumbuhan yang positif. Perbandingan nilai PDRB Kabupaten Kerinci dan PDRB Provinsi Jambi setiap sektor antara dua titik waktu yaitu tahun 2005 sebagai tahun dasar analisis dan tahun 2009 sebagai tahun akhir analisis akan menghasilkan rasio di setiap sektor yang berbeda-beda. Rasio tersebut merupakan rasio PDRB Kabupaten Kerinci dan PDRB Provinsi Jambi yang tercermin dari nilai Ra, Ri dan ri.

Tabel 5.4. Rasio PDRB Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi Tahun 2005-2009 (Nilai Ra, Ri dan ri)

No. Sektor Perekonomian Ra Ri ri

1 Pertanian 0,29 0,31 0,26

2 Pertambangan & Penggalian 0,29 0,17 0,14

3 Industri Pengolahan 0,29 0,22 0,26

4 Listrik, Gas & Air Bersih 0,29 0,32 0,18

5 Bangunan 0,29 0,46 0,34

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,29 0,28 0,26

7 Pengangkutan & Komuikasi 0,29 0,24 0,23

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahan 0,29 0,84 0,13

9 Jasa-jasa 0,29 0,23 0,19

Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009 (diolah)

Nilai Ra dihitung dari selisih antara total PDRB Provinsi Jambi pada tahun 2009 dan total PDRB Provinsi Jambi tahun 2005, kemudian dibagi dengan total PDRB Provinsi Jambi tahun 2005. Apabila nilai Ra positif maka terjadi pertumbuhan ekonomi yang positif dan sebaliknya apabila nilai Ra negatif maka terjadi pertumbuhan yang negatif. Hasil perhitungan pada Tabel 5.4 diperoleh nilai Ra

sebesar 0,29. Hal ini menunjukkan bahwa pada periode 2005-2009 pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi meningkat sebesar 0,29.

Nilai Ri diperoleh dari selisih antara PDRB setiap sektor pada tahun 2009 dengan PDRB setiap sektor tahun 2005 di Provinsi Jambi, kemudian dibagi dengan PDRB Provinsi Jambi setiap sektor pada tahun 2005. Apabila nilai Ri bernilai positif (Ri>0) maka terjadi pertumbuhan yang positif pada sektor tersebut dan sebaliknya nilai Ri negatif (Ri<0) maka terjadi pertumbuhan ekonomi yang negatif pada sektor tersebut. Hasil perhitungan pada Tabel 5.4, semua nilai Ri untuk setiap sektor bernilai positif. Ini berarti bahwa semua sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jambi selama tahun 2005-2009 mengalami pertumbuhan yang positif. Hal tersebut juga dapat dilihat dari perubahan PDRB setiap sektor perekonomian di Provinsi Jambi yang terus meningkat selama tahun 2005-2009.

Nilai ri untuk setiap sektor di Kabupaten Kerinci dihitung berdasarkan selisih antara PDRB setiap sektor di Kabupaten Kerinci tahun 2009 dengan PDRB setiap sektor di Kabupaten Kerinci tahun 2005, kemudian dibagi dengan PDRB setiap sektor di Kabupaten Kerinci tahun 2005. Seperti halnya nilai Ri, nilai ri yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif di suatu sektor adalah nilai ri yang bernilai positif, sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi yang negatif di suatu sektor ditunjukkan oleh nilai ri yang negatif. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 5.4, semua sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci mengalami pertumbuhan yang positif sehingga semua sektor perekonomian tersebut memberikan kontribusi yang positif terhadap PDRB Kabupaten Kerinci. Sektor perekonomian yang memiliki nilai

ri terbesar adalah sektor bangunan yaitu sebesar 0,34 sedangkan nilai ri terkecil adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0,13.

5.5. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Kerinci Tahun 2005- 2009

Pada analisis shift share terdapat perhitungan beberapa komponen pertumbuhan wilayah diantaranya yaitu komponen pertumbuhan regional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Ketiga komponen tersebut memengaruhi pertumbuhan sektor- sektor perekonomian pada suatu wilayah.

Tabel 5.5. Nilai Komponen Pertumbuhan Regional di Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009

No. Sektor Perekonomian PRij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian 165.488,16 28,94

2 Pertambangan & Penggalian 1.190,34 28,94

3 Industri Pengolahan 6.800,95 28,94

4 Listrik, Gas & Air Bersih 1.742,28 28,94

5 Bangunan 7.979,17 28,94

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 21.253,73 28,94

7 Pengangkutan & Komuikasi 10.275,65 28,94

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahan 2.223,95 28,94

9 Jasa-jasa 28.360,75 28,94

Total 245.314,98 28,94

Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009 (diolah)

Komponen pertumbuhan regional merupakan perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah. Berdasarkan Tabel 5.5, semua sektor-sektor

perekonomian di Kabupaten Kerinci selama periode 2005-2009 memberikan kontribusi yang positif. Hal ini terlihat dari nilai perhitungan komponen pertumbuhan regional (PR) yang bernilai positif pada semua sektor.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pertumbuhan regional di Kabupaten Kerinci selama periode 2005-2009 mengalami perubahan, yang ditunjukkan oleh peningkatan PDRB sebesar Rp. 245.314,98 juta (28,94 persen). Perubahan pertumbuhan regional tersebut berbeda jika dibandingkan dengan perubahan PDRB Kabupaten Kerinci yaitu sebesar Rp. 211.945,07 juta (25 persen). Perbedaan tersebut disebabkan oleh pengaruh peningkatan pertumbuhan proporsional sebesar Rp. 11.200,55 juta (1,32 persen), dan pengaruh pertumbuhan pangsa wilayah yang menunjukkan daya saing yang lemah dimana terjadi penurunan sebesar Rp. 44.570,46 juta (-5,26 persen). Jika semua nilai komponen pertumbuhan dijumlahkan, maka akan menunjukkan perubahan yang sama sebesar Rp. 211.945,07 juta.

Berdasarkan nilai komponen pertumbuhan regional di Kabupaten Kerinci ternyata sektor yang memiliki nilai komponen PR yang paling tinggi dari seluruh sektor adalah sektor pertanian yaitu sebesar Rp. 165.488,16 juta. Sektor pertanian ini memiliki peningkatan kontribusi terbesar. Artinya, sektor pertanian sangat berpengaruh terhadap perubahan kebijakan daerah, apabila terjadi perubahan kebijakan maka kontribusi sektor pertanian akan mengalami perubahan.

Komponen pertumbuhan kedua yang memengaruhi pertumbuhan sektor perekonomian yaitu komponen pertumbuhan proporsional (PP). Hasil nilai komponen pertumbuhan proporsional di Kabupaten Kerinci yaitu:

Tabel 5.6. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) di Kabupaten Kerinci

Tahun 2005-2009

No. Sektor Perekonomian PPij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian 12.626,05 2,21

2 Pertambangan & Penggalian -475,31 -11,56

3 Industri Pengolahan -1.633,21 -6,95

4 Listrik, Gas & Air Bersih 154,58 2,57

5 Bangunan 4.752,52 17,24

6 Perdagangan, Hotel & Restoran -523,62 -0,71

7 Pengangkutan & Komuikasi -1.705,78 -4,80

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahan 4.220,76 54,93

9 Jasa-jasa -6.215,39 -6,34

Total 11.200,55 1,32

Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009 (diolah)

Berdasarkan nilai komponen pertumbuhan proporsional pada Tabel 5.6, sektor perekonomian yang memiliki nilai pertumbuhan proporsional positif adalah sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini berarti bahwa keempat sektor perekonomian tersebut selama periode 2005-2009 laju pertumbuhannya cepat di Kabupaten Kerinci. Sektor perekonomian yang mengalami laju pertumbuhan yang lambat adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pegolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pangangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Kelima sektor tersebut memiliki nilai pertumbuhan proporsional yang negatif.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang laju pertumbuhannya paling cepat di Kabupaten Kerinci selama periode 2005-2009. Cepatnya laju pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di

Kabupaten Kerinci ini disebabkan banyak bank-bank yang membuka cabang di Kabupaten Kerinci dan jasa-jasa keuangan lainnya. Selain itu berkembangnya sektor ini disebabkan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan untuk menunjang kegiatan ekonomi mereka. Keberadaan sektor ini memudahkan masyarakat sekitar untuk melakukan transaksi dibidang keuangan. Selain itu dengan adanya perbankan dan lembaga keuangan lainnya dapat memberikan pinjaman kepada masyarakat untuk melakukan usaha sehingga muncul banyak wirausaha di Kabupaten Kerinci.

Sektor perekonomian kedua yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat adalah sektor bangunan. Salah satu faktor cepatnya laju pertumbuhan sektor bangunan ini karena berkembangnya sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di Kabupaten Kerinci. Kedua sektor tersebut saling berkaitan, dengan berkembangnya sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mempermudah sektor bangunan untuk melakukan kinerjanya seperti membangun infrastruktur jalan yang menghubungkan antar provinsi karena Kabupaten Kerinci ini merupakan daerah perbatasan antara Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat. Selain itu banyak pembangunan-pembangunan perumahan, gedung perkantoran, pertokoan dan lain sebagainya.

Sektor ketiga yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Pertumbuhan yang cepat tersebut disebabkan kebutuhan masyarakat di Kabupaten Kerinci akan listrik, gas, dan air bersih sangat tinggi karena sektor tersebut merupakan sektor yang penting bagi kelangsungan hidup masyarakat.

Sektor lain yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat adalah sektor pertanian. Sektor pertanian di Kabupaten Kerinci merupakan sektor basis dan sektor penyumbang kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Kerinci. Laju pertumbuhan yang cepat tersebut disebabkan oleh adanya perubahan teknik di bidang pertanian dengan teknik baru yang lebih modern dalam rangka peningkatan produksi. Sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci selama periode 2005-2009 yang memiliki laju pertumbuhan lambat yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor yang paling lambat laju pertumbuhannya adalah sektor pertambangan dan penggalian. Lambatnya laju pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian itu dikarenakan kegiatan masyarakat di bidang pertambangan seperti pertambangan minyak bumi, gas bumi dan pertambangan tanpa migas tidak ditemukkan di Kabupaten Kerinci, aktivitas sektor ini masih terbatas pada subsektor penggalian khususnya bahan galian golongan C. Begitu pula dengan sektor industri pengolahan yang laju pertumbuhannya lambat karena aktivitas industri masih terbatas pada industri-industri kecil seperti industri rumahan.

Komponen pertumbuhan ketiga yang memengaruhi pertumbuhan sektor- sektor perekonomian adalah komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Komponen pertumbuhan ini timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya dan cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingan dengan wilayah lainnya.

Tabel 5.7. Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) di Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009

No. Sektor Perekonomian PPWij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian -29.866,59 -5,22

2 Pertambangan & Penggalian -156,08 -3,79

3 Industri Pengolahan 883,82 3,76

4 Listrik, Gas & Air Bersih -791,03 -13,14

5 Bangunan -3.438,18 -12,47

6 Perdagangan, Hotel & Restoran -1.714,22 -2,33

7 Pengangkutan & Komuikasi -517,00 -1,46

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahan -5.438,54 -70,77

9 Jasa-jasa -3.532,63 -3,60

Total -44.570,46 -5,26

Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2009 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.7, pada periode 2005 sampai 2009 semua sektor perekonomian secara keseluruhan sektor perekonomian di Kabupaten Kerinci memiliki daya saing yang rendah. Hal ini sesuai dengan salah satu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kerinci tahun 2005-2025 yaitu melakukan peningkatan dan pengembangan daya saing perekonomian Kabupaten Kerinci. Namun, selama periode 2005-2009 terdapat satu sektor perekonomian yang memiliki daya saing tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya di Provinsi Jambi yaitu sektor industri pengolahan yang memilili nilai PPWij yang

positif yaitu 3,76 persen.

Sektor industri pengolahan di Kabupaten Kerinci memiliki daya saing yang tinggi, salah satu faktor pendukungnya yaitu karena sektor industri tersebut berbasis komoditas unggulan yaitu sektor pertanian. Kegiatan industri di Kabupaten Kerinci didominasi oleh hasil pertanian yang merupakan komoditas unggulan di daerah

tersebut. Walaupun sektor pertanian memiliki daya saing yang rendah, namun setelah hasil pertanian diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi akan memiliki prospek yang sangat baik karena dapat berdaya saing dengan baik.

5.6. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Kerinci Periode 2005-2009

Nilai pergeseran bersih diperoleh dari perhitungan jumlah nilai pertumbuhan proporsional dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayah pada setiap sektor. Jika nilai PB positif (PB>0) maka sektor perekonomian tersebut memiliki pertumbuhan yang progressive, sebaliknya jika nilai PB negatif (PB<0) maka sektor perekonomian tersebut memiliki pertumbuhan yang tidak progressive.

Tabel 5.8. Nilai Pergeseran Bersih (PB) Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Kerinci Tahun 2005-2009

No. Sektor Perekonomian PBij

Juta Rupiah Persen

1 Pertanian -17.240,54 -3,02

2 Pertambangan & Penggalian -631,39 -15,35

3 Industri Pengolahan -749,39 -3,19

4 Listrik, Gas & Air Bersih -636,50 -10,57

5 Bangunan 1.314,34 4,77

6 Perdagangan, Hotel & Restoran -2.237,84 -3,05

7 Pengangkutan & Komuikasi -2.222,79 -6,26

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahan -1.217,79 -15,85

9 Jasa-jasa -9.748,01 -9,95

Total -33.369,91 -3,94

Pada Tabel 5.8, selama periode 2005-2009 sektor perekonomian yang memiliki pertumbuhan yang progressive hanya satu sektor yaitu sektor bangunan. Sektor bangunan selama periode 2005-2009 mengalami pertumbuhan yang

Dokumen terkait