• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KARYAWAN PT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KARYAWAN PT"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

1

SYARIAH MAKASSAR SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

NOMOR 36 TAHUN 2008

I R M A Y A N T I 10573 02232 10

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2 SKRIPSI

(2)

2

UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NOMOR 36 TAHUN 2008

I R M A Y A N T I 10573 02232 10

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2014

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KARYAWAN PT. BANK SULSELBAR KANTOR CABANG

(3)

3 SKRIPSI

I R M A Y A N T I 10573 02232 10

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makkasr untuk memenuhi Persyaratan Guna memperoleh gelar sarjana Ekonomi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2014

(4)

4

(5)

5

(6)

6

Diatasi Seseorang Saat Berusaha Untuk Sukses Dari Pada Dari Posisi Yang Telah Diraihnya Dalam Kehidupan Ingatlah

“Sebuah Perjalanan Seribu Mil Harus DIMULAI dengan SATU LANGKAH“

(Penulis)

Sebagian Besar Penundaan Kita Datang Karena Pertimbangan yang Berlebihan Mengenai Bayangan Tentang Masalah-Masalah Besar Yang akan Menghadang Perjalanan

Kita.

(MarioTeguh)

Kupersembahkan karya ini untuk kedua orang tuaku tersayang, adikku, dan keluarga besarku, sebagai tanda hormat

dan baktiku atas segala do’a dan pengorbanan

yang diberikan selama ini.

(7)

7

Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang dengan tidak mendapat jasa timbal balik secara langsung. Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar. Ada beberapa data yang digunakan, diantaranya daftar gaji pegawai dan daftar perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar telah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar dapat diketahui bahwa Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar sudah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan No.36 Tahun 2008. Pelaporan Pajak Penghasilan dan perhitungn Pasal 21 pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar telah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008.

Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan nasional yang berguna bagi kepentingan bersama dalam rangka memajukan kesejahteraan umum

Kata Kunci : Perlakuan pajak pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar telah sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

(8)

8 Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadyah Makassar.

Skripsi ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab. Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II Landasan teori , kerangka pemikiran,dan Hipotesis Bab III metode penelitian, terdiri dari Lokasi dan waktu Penelitian, metode pengumpulan data,jenis dan sumber data,dan metode Analisis Bab IV gambaran umum perusahaan tempat penelitian. Bab V terdiri dari pembahasan hasil penelitian. Bab VI terdiri dari kesimpulan dan saran.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak, selaku Dr. H. Mahmud Nuhung, M.A pembimbing I dan Abd.Salam.

HB, SE, M.Si, Ak. selaku pembimbing II, yang senantiasa meluangkan

(9)

9

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadyah Makassar, yang dengan tulus memberikan nasehat, bimbingan, semangat serta petunjuk selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Muhammadyah Makassar ini sampai pada penyusunan dan penulisan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi/Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadyah Makassar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis duduk di bangku kuliah.

4. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung , M.A.,selaku Dekan dan para Pembantu Dekan serta staf Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadyah Makassar yang telah membantu dalam kelengkapan administrasi penelitian.

5. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammdyah Makassar yang telah memberikan pengarahan selama penulis menempuh proses pendidikan.

6. Keluarga besarku tercinta yang selama ini memberikan dukungan moril dan materil, khususnya orang tua tercinta Bapak Hasrul Ibrahim dan Ibu Saharia, adikku Nur Aliah, Om, Tante , dan Sepupu serta keluarga yang tidak bisa kusebutkan namanya satu persatu.

7. Kepada seseorang spesial yang selalu memberikan segenap bantuan dan perhatiannya Rachmat Baharuddin, tak lupa juga kepada Rekan, Sahabat serta Teman dekat yang selama ini membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini

(10)

10 padaku selama ini.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis, karena keterbatasan tempat sehingga tidak dapat dituliskan namanya, namun tidak mengurangi rasa terima kasih penulis. Semoga segala bantuan yang diberikan walau sekecil apapun memperoleh ganjaran di sisi-Nya.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, dan semoga semua bantuan dan partisipasi yang diberikan kepada penulis bernilai ibadah di sisi Allah SWT, Amin Ya Rabbal Alamin.

Wa’alaikumsalam Wr. Wb

Makassar, Juli 2014

Irmayanti

(11)

11

TABEL HALAMAN

II.1 Tarif Penghasilan Kena Pajak (PKP) ... 25

II.2 Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 29

II.3 Tarif Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun ... 30

V.1 Data Karyawan ... 52

V.2 Daftar gaji karyawan ... 54

(12)

12

GAMBAR HALAMAN

III.1 Gambar Kerangka Pikir... 33 VI.1 Struktur Perusahaan ... 44

(13)

13

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pengertian Pajak ... 6

B. Fungsi Pajak ... 7

C. Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 8

D. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 10

E. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 13

F. Penghasilan kena Pajak (PKP), Penghasilan Tidak Kena pajak (PTKP), Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 18

G. Kerangka Pikir ... 25

H. Hipotesis ... 26

(14)

14

C. Jenis dan Sumber Data ... 28

D. Metode Analisis... 28

BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 30

A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 30

B. Visi Dan Misi Perusahaan ... 31

C. Struktur Perusahaan ... 43

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Jenis Penghasilan Pegawai ... 52

B. Perhitungan PPh Pasal 21 Yang Diterapkan Oleh PT. Bank Sulselbar Kantor Cabang Syariah Makassar ... 51

C. Analisi Kesamaan Perhitungan ... 61

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63 DAFTAR PUSTAKA

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Negara Indonesia sekarang ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi, naiknya harga barang-barang, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serta turunnya daya beli masyarakat menjadi masalah yang sangat rumit yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah Indonesia berusaha untuk meningkatkan pendapatan yang berasal dari dalam negeri, dan pajak merupakan jawaban atas permasalahan tersebut. Pajak memberikan kontribusi pendapatan Negara Indonesia yang terbesar.

Bagi Indonesia, penerimaan pajak sangat besar peranannya dalam mengamankan anggaran Negara dalam APBN setiap tahunnya. Penerimaan Negara yang berkesinambungan dimungkinkan dan layak dibangun adalah perolehan dari sektor pajak. Struktur penerimaan Negara dalam APBN menempatkan penerimaan sektor pajak sebagai pos penerimaan terbesar. Kondisi itu tercapai ketika harga minyak bumi yang berfluktuasi di pasar internasional dalam kurun waktu relatif panjang pada awal dekade 1980-an.

Usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pajak untuk meningkatkan jumlah penerimaan Negara dengan tidak mengandalkan pada penerimaan dari sektor migas, kemudian dilakukan Reformasi perpajakan sebagai perubahan pada tahun

(16)

1983 mengambil kebijakan dengan melakukan reposisi andalan bagi penerimaan Negara yakni dari migas menjadi pajak.

Usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pajak untuk meningkatkan jumlah penerimaan Negara dengan tidak mengandalkan pada penerimaan dari sektor migas, kemudian dilakukan Reformasi perpajakan sebagai perubahan peraturan lama sampai keakar-akarnya, dasar falsafah dan sistem pemungutan diterapkan di Indonesia. Karena bagaimanapun, dengan mengandalkan sistem perpajakan yang sebelumnya akan menghalangi usaha peningkatan efisiensi industri dalam negeri, dimana sistem perpajakan yang ada dianggap belum efektif untuk menjangkau segala aspek perpajakan. Dan secara jelas IGGI (Inter Govermental Group of Indonesia) menyebutkan bahwa sistem perpajakan di Indonesia berada di bawah standar sistem perpajakan nasional

Pembaharuan sistem perpajakan nasional melalui reformasi perpajakan (tax reform) diupayakan untuk mendukung reposisi penerimaan andalan dari sektor pajak agar berjalan baik. Maka untuk pertama kalinya dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983, yaitu perubahan atas sistem Official Assessment System menjadi Self Assessment System. Bila dengan Official Assessment System, maka yang menghitung dan menetapkan besarnya pajak terutang yang harus dibayar oleh masyarakat adalah pihak fiskus yakni berdasarkan data dan informasi yang dimiliki. Sedangkan dengan Self Assessment System, maka diberikan kepercayaan kepada masyarakat (Wajib Pajak) untuk menghitung sendiri besar pajak yakni sesuai dengan transaksi atau kondisi yang dialami dan kemudian dibayar ke kas Negara.

(17)

Perubahan sistem pemungutan pajak tersebut memiliki tujuan penting yaitu meningkatkan jumlah penerimaan pajak sebagai penyumbang terbesar penerimaan Negara untuk tujuan pembangunan. Tujuan reformasi perpajakan adalah meningkatkan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak (Tax Payer’s Service Quality) sebagai sumber aliran dana untuk mengisi kas Negara, menekankan terjadinya penyelundupan pajak (tax evasion) oleh Wajib Pajak, meningkatkan kepatuhan bagi Wajib Pajak dalam penyelenggaraan kewajiban perpajakannya, menerapkan konsep good governance, adanya transparansi, responsibility, keadilan, dan akuntabilitas dalam meningkatkan kinerja instansi pajak sekaligus publikasi jelasnya pos penggunaan pengeluaran dana pajak, dan meningkatkan penegakan hukum pajak, pengawasan yang tinggi dalam pelaksanaan administrasi pajak, baik kepada fiskus maupun kepada Wajib Pajak. Dengan uang yang berasal dari pungutan pajak, negara memperoleh dukungan dana untuk melancarkan roda pemerintahan.

Tetapi disisi lain apabila pungutan pajak dilaksanakan dengan tanpa terkendali dapat berakibat pemerasan terhadap rakyat. Untuk tetap dalam koridor yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara maka pungutan pajak harus taat asas dan mematuhi aturan-aturan hukum yang berlaku. Untuk adanya control dari masyarakat maka para wajib pajak perlu memahami apa yang menjadi kewajiban sebagai wajib pajak, serta memahami apa fungsi pajak sebenarnya.

Saat ini Indonesia menganut tiga system pemungutan pajak, official assessment system, self assessment system dan withholding system. Ketiga system

(18)

diatas memiliki keistimewaan masing-masing. Namun yang memiliki peranan yang paling dominan adalah system self assessment yang mana wajib pajak diberikan wewenang untuk menghitung, melaporkan, dan menyetorkan sendiri pajak yang terutang. Berdasarkan penelitian, kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak memberikan pengaruh terhadap tindakan penyelundupan pajak.

Penyelundupan pajak merupakan usaha aktif wajib pajak dalam memanipulasi utang pajak, hal ini dapat terjadi karena iklim perpajakan di Indonesia mengandalkan Self Assessment System. Dengan harapan pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak mampu memenuhi harapan dan kebutuhan Wajib Pajak maka akan semakin baik tingkat pelaksanaan Self Assessment System Wajib pajak.

Apabila ada ketidaksesuaian dengan peraturan perpajakan yang berlaku, maka aparat yang berfungsi mengawasi Perpajakan akan mengambil tindakan dan memberi sanksi bagi pelanggar peraturan tersebut.

Pelaksanaan kerjasama antara wajib pajak dengan aparat pajak kadang tidak terjalin dengan baik. Bahkan, wajib pajak melakukan kerjasama dengan aparat pajak dalam memperkecil beban pajaknya. Sehubungan dengan permasalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian berupa evaluasi terhadap perhitungan dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan dengan studi kasus di Bank Sulselbar Makassar.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, mendorong penulis untuk menelaah lebih jauh perlakuan akuntansi pada karyawan dengan judul:

“Perlakuan akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21 pada karyawan PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar sesuai dengan Undang-Undang

(19)

Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008”

B. Rumusan Masalah

Untuk mendukung penelitian atas masalah yang dikemukakan disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Apakah Perlakuan Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21 pada karyawan PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar telah sesuai Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008”.

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan ini adalah : ”Untuk mengetahui perhitungan dan perlakuan akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21 pada karyawan PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar yang sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008”.

D. Manfaat

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan

sehubungan dengan Pajak Penghasilan Pasal 21.

2. Memberi informasi penerapan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21.

3. Untuk menambah wawasan penulis dalam bidang pengelolaan pajak sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan Indonesia.

4. Sebagai bahan referensi untuk penulisan selanjutnya.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pajak

Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan nasional yang berguna bagi kepentingan bersama dalam rangka memajukan kesejahteraan umum.

Menurut Rochmat Soemitro (2013:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Edy Suprianto (2011:1) bahwa: Pajak adalah iuran atau pemungutan wajib pajak yang dipungut oeh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembanunan tanpa balas jasa yang dapat dtunjukan secara langsung.

Menurut Mardiasmo (2011:1) bahwa: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.Menurut P.J.A Andriani bahwa : pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut

(21)

peraturan-peraturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak menurut Mulyo Agung (2007:2) adalah :

1. Iuran wajib rakyat kepada kas Negara

2. pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi secara langsung oleh pemerintah

4. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

5. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat sirplus, dipergunakan untuk membiayai publik investment.

6. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgetair yang mengatur (reguler)

B. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pemungutan pajak menurut Siti Resmi (2013:3), yaitu:

1. Fungsi budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untukmembiayai pengeluaran baik rutin

(22)

maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara.

2. Fungsi regulerend (Pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, sertai mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.

C. Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Penegrtian Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Edy Suprianto (2011-37), menyatakan bahwa: Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, dengan nama dan dalam bentuk apapunyang diterima atau diperoleh Waji Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan seubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai, atau bukan pegawai.

2. Dasar Pengenaan Pajak

Dasar hukum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah beberapa kali perubahan.

Pertama : Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Kedua : Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 Ketiga : Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000

(23)

Keempat : Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 merupakan perubahan terakhir

Sumber : Siti Resmi (2013:73) Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Pemotong adalah WP orang pribadi atau WP badan, termasuk BUT, penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran imbalan dengan nama dan bentuk apapun kepada orang pribadi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan yang meliputi:

1. Pemberi kerja terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun cabang perwakilan atauunit yang membayar gaji, upah, honorium, tunjangan dan pembayaran laindengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja dan badan- badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua.

4. Orang pribadi yang melakuk kegiatan atau pekerja bebas serta badan yang membayar:

a. Honorium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan

(24)

pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas nama sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuan.

b. Honorium atau pembayaran lain sebgai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subyek pajak luar negeri.

c. Honorium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan pelatihan dan magang.

5. Penyelenggara kegiatan , termasuk badan pemerintah organisasi yang bersifat nasional erkumpulan orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada WP orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

D. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21

Subyek Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Diaz Prianta (2012:275-276) adalah sebagai berikut :

1. Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh (full time) dalam pekerjaan tersebut.

(25)

2. Pegawai tidak tetap atau/tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersankutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.

3. Penerimaan penghasilan bukan pegawai adalah orang pribadi selain pegawai tetap dan pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari pemotong PPh Pasal 21 sebagai imbalan atas pekerjaan atau jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan, antara lain meliputi : a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari

pengacara, akuntan, arsitek, dokter,konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya.

c. Olahragawan

d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator.

e. Pengarang, peneliti dan penerjemah.

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer, dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.

g. Agen iklan.

(26)

h. Pengawas atau pengelola proyek.

i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara.

j. Petugas penjaja barang dagang.

k. Petugas luar asurnsi

l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau dirrect sselling dan kegiatan sejenis lainnya.

4. Peserta kegiatan adalah orang pribadi yan terlibat dalam suatu tertentu termasuk :

a. Mengikuti rapat, sidang, konfrensi, seminar, lokakarya (workshop) b. Mengikuti pendidikan, pelatihan, dan magang.

c. Mengikuti perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.

d. Mengikuti atau menjadi anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu.

e. Mengikuti kegiatan lainnya yang memperoleh imbalan yang sehubungan dengan keikutsertaan dalam kegiatan tertentu.

5. Penerimaan pensiun atau uang manfaat pensiun atau ahhli waris yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu , termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.

6. Penerimaan uang pesangon.

(27)

Tidak termasuk dalam pengertian Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 adalah:

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negarapp yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

2. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

E. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21

Objek pajak PPh pasal 21 adalah penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 Menurut Waluyo (2008:197 – 198) yaitu :

1. Penghasilan yang diterima atau yang diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang

(28)

ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.

3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan, atau pemagangan yang merupakan calon pegawai.

4. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, uang pesangon dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja.

5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri, terdiri atas:

a. Tenaga ahli yaitu terdiri atas pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris.

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,

(29)

peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya

c. Olahraga

d. Penasihat, pengacara, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator e. Pengarang, peneliti dan penterjemah

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, potografi, ekonomi dan social g. Agen iklan

h. Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu penelitian, dan peserta sidang atau rapat

i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan j. Peserta perlombaan

k. Petugas penjaja barang dagangan l. Petugas dinas luar asuransi

m. Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan bukan pegawai atau bukan sebagai calon pegawai

n. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenisnya.

6. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan yang terkait dengan gaji dan honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan- tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya.

(30)

7. Penghasilan yang dipotong Pasal 21 di atas pada butir 1 sampai dengan 6 termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain Pemerintah, atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (demeed profit).

Penegecualian Obyek Pajak Penghasilan Pasal 21

Penghasilan yang tidak dipotong PPh pasal 21 adalah :

1. Pembayaran manfaat atau satuan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa. Pembayaran manfaat atau satuan asuransi tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 karena pada saat menghitung besarnya PPh pasal 21 atas penghasilan pegawai atau PPh orang pribadi, iuran atau premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayar pegawai atau orang pribadi tidak boleh sebagai pengurangan penghasilan bruto.

2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh WP atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh:

a. Bukan WP

b. WP yang dikenakan PPh yang bersifat final

c. WP yang dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit)

(31)

Berhubung pemberi kerja yang dikenakan PPh yang bersifat final atau dikenakan PPh berdasarkan norma penghitungan khusus tidak dapat mengurangkan natura dan/atau kenikmatan sebagai biaya dalam menghitung PPh Badan maka penerimaan natura dan/atau kenikmatan oleh pekerja dari pemberi kerja tersebut harus menjadi penghasilan bagi penerimanya. Demikian pula natura dan/atau kenikmatan yang diberikan oleh bukan WP kepada orang pribadi atau subyek pajak dalam negeri, maka pemberian tersebut harus menjadi penghasilan orang pribadi subyek pajak dalam negeri.

F. Penghasilan Kena Pajak (PKP), Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21

Tarif pajak yang berlaku beserta penetapannya menurut ketentuan dalam Pasal 2 undang-undang pajak penghasilan dalam bukunya Mardiasmo (2011:175) adalah sebagai berikut:

Penghasilan Kena Pajak

Berdasarkan Pasal UU PPh, diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak dari :

1. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak dari:

a. Pegawai tetap.

b. Penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan.

c. Pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon pegawai yang dibayarkan secara bulanan.

(32)

d. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

PPh pasal 21 = Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17 UU PPh

2. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh diterapakan atas penghasilan bruto berupa:

a. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain dengan nama sebagai imbalan atas jasa atau kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan yang diberikan yang diterima atau diperoleh dalam satu bulan takwim.

b. Honorarium yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merengkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang selama satu tahun takwim.

c. Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus yang diterima atau diperoleh mantan pegawai selama satu tahun takwim.

d. Penarikan dana pada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan oleh peserta program pension sebelum memasuki masa pension yang diterima atau diperoleh selama satu tahun takwin.

PPh Pasal 21 = Penghasilan Bruto x tarif pasal 17 UU PPh

3. Tarif Pasal 17 UU PPh diterapkan atas perkiraan penghasilan neto yang dibayarkan atau terutang kepada tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris).

(33)

Besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 50% dari penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.

PPh Pasal 21 = (Penghasilan Bruto x 50%) x tarif pasal 17 UU PPh 4. Tarif sebesar 5% diterapkan atas upah harian, upah mingguan, upah satuan,

upah borongan, dan uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp 110.000,00 sehari tetapi tidak melebihi Rp 1.100.000,00 dalam satu bulan takwin dan atau tidak dibayarkan secara bulanan

PPh Pasal 21 sehari = (Penghasilan Bruto Sehari – Rp 150.000) x 5%

Tabel II.1

Tarif Penghasilan Kena Pajak (PKP) PPh Pasal 21 Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai Undang-Undang 36 tahun 2008

No. PKP

Lapisan PKP Tarif

1 Sampai dengan 50.000.000 5%

2 50.000.000 sampai dengan 250.000.000 15%

3 250.000.000 sampai dengan 500.000.000 25%

4 500.000.000 juta ke atas 30%

Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh

Sumber : Siti Resmi (2013:125)

(34)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 1. Bagi pegawai tetap :

Besarnya penghasilan kena pajak bagi pegawai tetap adalah sebesar penghasilan neto dikurangi PTKP. Sedangkan penghasilan neto dihitung seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan:

a. Biaya jabatan

b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dan pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuanganatau badan penyelenggar tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan.

Secara ringkas sebagai berikut:

PPh Pasal 21 = (penghasilan neto – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh.

= (penghasilan neto – biaya jabatan – iuran pensiun dan iuran THT/JHT yang dibayarkan sendiri) x tarif Ps 17 UU PPh

2. Bagi pegawai penerima pensiun berkala :

Berdasarkan penghasilan kena pajak adalah bagi penerima pensiun berkala sebesar penghasilan neto dikurangi PTKP. Besarnya penghasilan neto adalah seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun.

Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:

(35)

PPh Pasal 21 = (penghasilan netto – PTKP) x tarif Ps UU PPh

= (penghasilan bruto – biaya pensiun – PTKP)x tarif Ps 17 UU PPh

3. Bagi pegawai tidak tetap yang dibayar secara bulanan:

Bagi pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima selama 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp. 1.320.000,00 besarnya penghasilan bruto dikurangi PTKP.

Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:

PPh Pasal 21 = (penghasilan bruto – PTPK) x tarif Ps17 UU PPh

Tabel II.2

Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) PPh Pasal 21 sesuai Undang-Undang 36 tahun 2008

No. JENIS Tarif PTKP

1 Wajib Pajak Orang Pribadi 24.300.000

2 Wajib Pajak Yang Kawin 2.025.000

3 Tambahan untuk isteri yang penhasilannya digabung dengan penghasilan suami

24.300.000

(36)

4 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

2.025.000

Sumber : Siti Resmi (2013:98)

Biaya Jabatan Dan Biaya Pensiun

Tabel II.3

Tarif Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun sesuai Undang-Undang 36 tahun 2008

No. Jenis Biaya Tarif Biaya

1 Biaya Jabatan 5% dari penghasilan bruto (maksimal 500.000 per bulan atau 6.000.000 setahun)

2 Biaya Pensiun 5% dari penghasilan bruto (maksimal 200.000 sebulan atau 2.400.000 setahun)

Sumber : Mardiasmo (2008)

Perhitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap atas penghasilan yang bersifat tetap secara umum dapat dirumuskan sacara berikut :

A. Penghasilan Bruto :

1. Gaji Sebulan Rp. xxx

2. Tunjangan PPh Rp. xxx

(37)

3. Tunjangan dan honararium lainnya Rp. xxx 4. Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp. xxx 5. Penerimaan dalam bentuk natura yang dikenekan

dikenekan pemotongan PPh Ps 21 Rp. xxx

6. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1s.d 5) Rp.xxx B. Pengurangan :

7. Biaya jabatan (5% x penghasilan bruto, maksimal

Rp. 500.000 sebulan) Rp. xxx

8. Iuran pensiun atau iuran THT/JHT (yang dibayarkan

oleh penerima penghasilan) Rp. xxx

9. Jumlah pengurangan (jumlah 7+8) Rp.xxx

C. Penghitungan PPh Pasal 21 :

10. Penghasilan neto sebulan (6-9) Rp.xxx

11. Penghasilan neto setahun/disetahunkan (10 x 12bulan) Rp.xxx

12. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Rp.xxx

13. Penghasilan Kena Pajak setahun (11-12) Rp.xxx 14. PPh Pasal 21 yang terutang (13 x tarif Pasal 17ayat (1) huruf a.) Rp.xxx 15. PPh Pasal 21yangg dipotong sebulan (14 + 12 bulan) Rp.xxx Sumber : Siti Resmi (2013:120)

D. Jurnal Pajak Penghasilan Pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar

Gaji Dibayar :

(38)

a. Biaya Gaji xx

Kas xx

Gaji Belum Dibayar :

b. Biaya Gaji xx

Utang Gaji xx

c. Utang Gaji xx

Kas xx

Bonus Karyawan xx

Kas xx

Biaya Jabatan / Profesi xx

Kas xx

Belum Dibayar :

d. Pajak Penghasilan xx

Utang Pajak xx

Sudah Dibayar

e. Utang Pajak xx

Kas xx

G. Kerangka Pikir

Instansi/departemen sebagai pemberi kerja diberikan tanggung jawab oleh Pemerintah untuk menghitung dan memotong sendiri Pajak Penghasilan (PPh) pegawai/karyawannya yang selanjutnya disetor sendiri ke kas negara.

(39)

Gaji yang diterima oleh pegawai/karyawan suatu instansi/departemen merupakan tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh, yang dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaaan pegawai/karyawan. Gaji yang diterima tersebut merupakan objek pajak penghasilan yang merupakan kewajiban wajib pajak untuk menunaikannya.

Gambar II.1

PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar

Karyawan

PPh 21 yang harus dibayar oleh

pegawai Gaji / penghasilan

pegawai

Hasil

Undang-Undang No.

36 Tahun 2008

(40)

H. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

“Menduga bahwa perlakuan akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar sudah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan No. 36 tahun 2008”.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar yang beralamat di Jalan DR. Ratulangi No.16 Makassar. Sedangkan waktu penelitian diperlikan kurang lebih sebulan di mulai bulan Mei tahun 2014.

B. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung pada kegiatan pengolahan data.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pimpinan PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar dan sejumlah pegawai yang terkait.

3. Dokumentasi, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar yang meliputi data pajak penghasilan pada pegawai.

4. Studi Kepustakaan yaitu penelitian yang melalui penalaan literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas untuk mendapatkan landasan teoritis dan gambaran yang benar dari teori pendukung.

(42)

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

a. Data Kualitatif, yaitu data yang berkaitan dengan keterangan secra tertulis diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

b. Data Kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung dari buku laporan pajak setiap tahun pada PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar yang akan diteliti, seperti sejarah berdirinya perusahaan, uaraian tugas masing-masing karyawan dan strukutur organisasi.

b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar dan informassi tertulis mengenai keadaan instansi/departemen yang berkaitan dengan pembahasan, mengenai data pajak penghasilan setiap tahun.

(43)

D. Metode Analisis

Dalam pelaksanaan penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif untuk kepentingan analisis yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari; dokumentasi dan wawancara yang dilakukan pada saat penelitian. Setelah data diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan dan menguraikan mengenai penerapan metode dalam penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang digunakan oleh instansi/

departemen.

(44)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1. Sejarah Singkat PT. Bank Sulselbar Syariah

Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan didirikan di Makassar pada tanggal 13 Januari 1961 dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara sesuai dengan Akta Notaris Raden Kadiman di Jakarta No. 95 tanggal 23 Januari 1961. Kemudian berdasarkan Akta Notaris Raden Kadiman No. 67 tanggal 13 Juli 1961 nama PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara.

Berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara No. 002 tahun 1964 tanggal 12 Februari 1964, nama Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara dengan modal dasar Rp250.000.000. Dengan pemisahan antara Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dengan Propinsi Tingkat I Sulawesi Tenggara, maka pada akhirnya Bank berganti nama menjadi Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan.

Dengan lahirnya Peraturan Daerah No. 01 tahun 1993 dan penetapan modal dasar menjadi Rp25 milyar, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dengan sebutan Bank BPD Sulsel dan berstatus Perusahaan Daerah (PD).

(45)

Selanjutnya dalam rangka perubahan status dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Peraturan Daerah No. 13 tahun 2003 tentang Perubahan Status Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dari PD menjadi PT dengan Modal Dasar Rp. 650 Milyar.

Akta Pendirian PT telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI berdasarkan Surat Keputusan No. C- 31541.HT.01.01 tanggal 29 Desember 2004 tentang Pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan disingkat Bank Sulsel, dan telah diumumkan pada Berita Negara Republik Indonesia No. 13 tanggal 15 Februari 2005, Tambahan No. 1655/2005.

Pada tanggal 10 Februari 2011, telah dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) yang dilakukan secara circular resolution dan Keputusan RUPS LB tersebut telah disetujui secara bulat oleh para pemegang saham. Keputusan RUPS LB tersebut telah dibuatkan aktanya oleh Notaris Rakhmawati Laica Marzuki, SH dengan Akta Pernyataan Tentang Keputusan Para Pemegang Saham sebagai Pengganti Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas PT. Bank Sulsel, Nomor 16 Tanggal 10 Februari 2011. Dimana dalam Akta tersebut para pemegang saham memutuskan untuk merubah nama PT.

Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan disingkat PT. Bank Sulsel menjadi PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat disingkat PT. Bank Sulselbar.

(46)

Perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan nomor AHU-11765.AH.01.02. Tahun 2011 Tentang Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan. Disamping itu, perubahan nama ini juga telah memperoleh Persetujuan Bank Indonesia berdasarkan kepada Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor:

13/32/KEP. GBI/2011 Tentang Perubahan Penggunaan Izin Usaha Atas nama PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Disingkat PT. Bank Sulsel Menjadi Izin Usaha Atas Nama PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Disingkat PT. Bank Sulselbar.

B. Visi dan Misi a. Visi

Menjadi Bank Kebanggaan dan Pilihan Utama Membangun Kawasan Timur Indonesia

b. Misi

1. Memberikan Pelayanan Prima yang berkualitas dan terpercaya

2. Mitra Strategis PEMDA dalam menggerakkan sektor riil

3. Memberikan nilai tambah optimum bagi stakeholder

c. SEMBOYAN

"Melayani Sepenuh Hati"

1. Sumber Daya Manusia

Keberhasilan Bank Sulselbar dalam menjalankan kegiatan bisnisnya selama tahun 2011 tidak lepas dari dukungan Sumber Daya Manusia (SDM)

(47)

yang memadai untuk mengelola berbagai fungsi organisasi dan menghadapi berbagai tantangan. Bank Sulselbar secara konsisten dan berkesinambungan terus berupaya membentuk dan mengembangkan potensi human capital yang dimiliki karena perusahaan memandang bahwa SDM yang berkualitas merupakan aset penting bagi kelangsungan dan keberhasilan Bank Sulselbar di masa mendatang. Oleh karena itu, berbagai inisiatif telah dilakukan untuk menjaga kualitas SDM Bank Sulselbar agar sesuai dengan kebutuhan bisnis dengan cara yang efektif.

Sumber daya manusia Bank Sulselbar dikelola melalui Grup Sumber Daya Manusia yang fungsinya mengembangkan potensi dan kualitas SDM agar menjadi ahli dan unggul dibidangnya. Grup SDM senantiasa berupaya menyediakan tenaga kerja sesuai kebutuhan, baik dalam jumlah maupun kualitas SDM yang diharapkan dapat berperan dalam melaksanakan fungsi- fungsi organisasi secara maksimal. Dan secara keseluruhan, Grup SDM Bank Sulselbar bertanggung jawab terhadap pengelolaan SDM secara komprehensif meliputi rekruitmen, pengembangan kompetensi, manajemen karir, dan peningkatan kesejahteraan.

Untuk mencapai kinerja bisnis yang optimal dan sejalan dengan visi dan misi perusahaan, Bank Sulselbar juga telah menginternalisasikan Nilai – Nilai Perusahaan (Corporate Values) kepada seluruh elemen perusahaan yaitu PRIORITAS PRIMA yang diuraikan sebagai berikut : Profesional, Inovasi, Kerjasama, Integritas dan Pelayanan Prima. Program di bidang SDM yang

(48)

sedang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran bisnis Bank Sulselbar sebagai berikut :

a. Penataan database SDM

b. Membangun sistem informasi SDM

Sampai dengan tahun 2011, Bank Sulselbar memiliki sumber daya manusia sejumlah 1.037 orang yang terdiri dari karyawan tetap sebanyak 929 orang dan tidak tetap sebanyak 108 orang.

a. Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Kompetensi dan produktivitas karyawan senantiasa menjadi fokus Bank Sulselbar untuk terus ditingkatkan demi mendukung kelangsungan bisnis dan pencapaian target perusahaan yang optimal. Selain itu, lingkungan kerja yang sehat juga memiliki peran penting guna memotivasi karyawan untuk terus memberikan sumbangsih yang terbaik yang dimilikinya bagi perusahaan. Bank Sulselbar memberikan kesempatan kepada seluruh karyawan untuk dapat mengikuti program pendidikan dan pelatihan bagi pengembangan wawasan dan keahlian.

Program – program terkait dengan pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia yang telah dilaksanakan tahun 2011, antara lain : Program Pendidikan dan Pelatihan, yang meliputi :

1. Pendidikan karir yang dilaksanakan secara reguler dan bertujuan untuk mengantisipasi rencana pengembangan organisasi dan jaringan kantor cabang, serta pengembangan karir. Bank Sulselbar telah melaksanakan program ini dengan baik, di antaranya adalah Pelatihan

(49)

Manajer Lini Pertama, Manajer Madya, Sertifikasi Pemimpin Cabang Konvensional dan Syariah, Pelatihan ALMA, Sekolah Staf dan Pimpinan Bank (Sespibank),dll.

2. Pendidikan dan pelatihan di bidang teknis perbankan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian pegawai, yaitu Pendidikan Akuntansi Bank, Analis Kredit, Account Officer, dll.

3. Pelatihan maupun sosialisasi terkait dengan tranformasi organisasi dan pengembangan jaringan dilakukan melalui pelatihan Budaya Kerja, Nilai – Nilai Perusahaan dan Layanan Prima.

4. Pendidikan akademis, dengan memberikan kesempatan karyawan untuk mengikuti pendidikan S-2.

5. Program peningkatan integritas pegawai dan efektifitas penerapan Good Corporate Governance (GCG) dengan melaksanakan pendidikan di bidang GCG dll.

6. Dalam hal pengelolaan risiko bank, sebagai bagian kepatuhan (compliance) bank terhadap peraturan Bank Indonesia, Bank Sulselbar secara konsisten mengikutsertakan pejabat dan staf untuk mengikuti program Sertifikat Manajemen Risiko dan pendidikan di bidang risk management secara berkelanjutan.

7. Program pengembangan kapasitas pegawai lainnya, dilakukan dengan mengikuti seminar, workshop, outbound (team building), pelatihan persiapan pensiun, dan lain sebagainya.

(50)

Sepanjang tahun 2011, Bank Sulselbar telah menginvestasikan dana untuk program pendidikan, pelatihan, sosialisasi dan program pengembangan pegawai lainnya, sebesar Rp8.502 juta, terjadi kenaikan 19,74% dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp7.100 juta.

b. Serikat Pekerja

Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989), maka Bank Sulselbar memiliki Serikat Pekerja yang telah terdaftar pada Kantor Departemen tenaga Kerja Republik Indonesia dengan Nomor Tanda Bukti Pencatatan dari Dinas Tenaga Kerja adalah 560.568/1162/T.Kerja Tanggal 22 September 2005. Serikat Pekerja dibentuk dalam rangka menjamin dan menciptakan hubungan kerja yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan kondusif antara Bank dan Pegawai sehingga dapat mendorong peningkatan kinerja bank, kinerja pegawai dan kesejahteraan pegawai yang selaras dengan pelaksanaan visi, misi dan nilai-nilai budaya bank serta dapat menciptakan peningkatan produktifitas dan usaha bank yang berkesinambungan.

(51)

c. Dana Pensiun

Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477), Perseroan mendirikan Dana Pensiun Bank BPD Sulawesi Selatan yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dengan Surat Keputusan No. Kep-172/KM.6/2002 tentang pengesahan atas peraturan dana pensiun dari dana pensiun Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan sebagaimana diumumkan dalam Berita Negara No.73 tanggal 10 September 2002 beserta tambahan Berita Negara No.34

2. Pembiayaan a. Murabahah

Yaitu pembiayaan dengan prinsip Jual Beli untuk memenuhi kebutuhan nasabah seperti property, kendaraan, alat-alat industri dan barang lainnya, dengan proses yang mudah, dimana Bank Sulsel Syariah menjual barang yang dipesan/diinginkan Nasabah sebesar harga pokok ditambah margin keuntungan bank.

Setelah memenuhi prosedur dan persyaratan seperti uang muka dan kelayakan mengenai kemampuan angsuran dan lainnya, Nasabah sebagai pembeli dapat memanfaatkan fasilitas anggsuran selama 60 bulan untuk Nasabah (perorangan/badan usaha) berpenghasilan tidak tetap serta maksimal 96 bulan untuk Nasabah (perorangan) berpenghasilan tetap. Kelebihan

(52)

Murabahah dibanding produk sejenis non syariah adalah selain sesuai syariah (prinsip jual beli) adalah jumlah angsuran tetap tidak berubah walaupun terjadi fluktuatif suku bunga. Pembiayaan Murabahah dapat dimanfaatkan Nasabah untuk memenuhi kebutuhan barang-barang produktif maupun konsumtif termasuk dapat pula digunakan untuk pengadaan barang berdasarkan pesanan dari pihak ketiga dengan bukti Surat Perintah Kerja/Kontrak Kerja dari dari Instansi Pemerintah/BUMN/BUMD serta pihak swasta yang kredible.

b. Istishna

Yaitu pembiayaan dengan prinsip Jual Beli untuk memenuhi kebutuhan nasabah khusus property dan barang lainnya yang memerlukan proses produksi/pembangunan/renovasi.

Pihak produsen/pemborong/kontraktor dapat ditunjuk oleh Bank atau nasabah sendiri. Kemudian Bank Sulsel Syariah menjual barang yang dipesan/diinginkan Nasabah sebesar harga pokok ditambah margin keuntungan bank.

Penyerahan barang oleh Bank kepada Nasabah dilakukan setelah barang selesai atau maksimal setelah melewati masa proses Produksi/Pembangunan/Renovasi (MPP). Setelah memenuhi prosedur dan persyaratan seperti uang muka dan kelayakan mengenai kemampuan angsuran dan lainnya, Nasabah sebagai pembeli dapat memanfaatkan fasilitas anggsuran selama 60 bulan untuk Nasabah (perorangan/badan usaha) berpenghasilan tidak tetap serta maksimal 96 bulan untuk Nasabah

(53)

(perorangan) berpenghasilan tetap. Kelebihan Istishna dibanding produk sejenis non syariah adalah selain sesuai syariah (prinsip jual beli) adalah jumlah angsuran tetap tidak berubah walaupun terjadi fluktuatif suku bunga serta kewajiban angsuran dapat dilakukan setelah masa proses produksi/pembangunan/Renovasi (MPP) selama maksimal tiga bulan.

c. Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerjasama antara Bank Syariah dan Nasabah untuk membiayai suatu usaha tertentu dimana Bank dan Nasabah memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi kontribusi dana atau kesepakatan bersama. Dalam implementasinya Bank Syariah berperan sebagai Investor Pasif yang menanamkan modalnya saja sedangkan nasabah berperan sebagai Investor Aktif yang selain menanamkan modal juga mengelola langsung objek usaha yang dibiayai bersama tersebut. Pendapatan/Keuntungan real dari pengelolaan usaha tersebut akan dibagi antara Nasabah dan Bank Syariah sesuai Nisbah (Porsi) yang telah disepakti pada saat Akad Musyarakah ditandatangi.

Pembiayaan Musyarakah dapat dimanfaatkan Nasabah untuk kebutuhan :

a. Tambahan Modal Kerja usaha perdagangan, industri, manufaktur, pertanian, angkutan dan lainnya serta bidang usaha jasa.

b. Tambahan Modal Kerja kontraktual

(54)

d. Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerjasama antara Bank Syariah dan Nasabah untuk membiayai suatu usaha tertentu dimana Bank memberikan kontribusi seluruh modal dana sedangkan Nasabah adalah pelaksana usaha yang dibiayai Bank Syariah dengan kontribusi skill dalam pengelolaan usaha.

Ketentuan pembagian keuntungan dan risiko akan ditanggung Bank selama Nsabah tidak melakukan khianat/wan prestasi. Dalam implementasinya Pendapatan/Keuntungan real dari pengelolaan usaha tersebut akan dibagi antara Nasabah dan Bank Syariah sesuai Nisbah (Porsi) yang telah disepakti pada saat Akad Mudharabah ditandatangi. Perhitungan realisasi Bagi Hasil Mudharabah secara prinsip tidak jauh berbeda dengan perhitungan Bagi Hasil Musyarakah.

3. Produk Jasa Perbankan Syariah

Bank Sulsel Syariah menyediakan produk-produk jasa untuk melayani dan memenuhi kebutuhan transaksi jasa perbankan yang dibutuhkan masyarakat, dengan dukungan sistem on line di seluruh jaringan kantor Bank Sulsel Syariah dan office channeling diharapkan dapat lebih memudahkan dan mendekatkan layanan bank syariah kepada masyarakat. Produk jasa Bank Sulsel Syariah yang dapat dimanfaatkan oleh nasabah adalah sebagai berikut :

a. Penarikan dan penyetoran on line di seluruh kantor Bank Sulsel di seluruh Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

(55)

b. Setoran dan penarikan cek/Bilyet Giro melalui kliring.Transfer dan Inkaso antar rekening Bank Sulsel atau Bank Lain.

c. Pembuatan Surat Refrensi dan Dukungan Bank

d. Penerbitan Surat Jaminan Bank (Bank Garansi)

4. Simpanan Investasi Nasabah

a. Giro Syariah (PrinsipWadiah)

Giro Syariah adalah sarana penyimpanan dana dalam bentuk mata uang rupiah dengan pengelolaan berdasarkan prinsip titipan (Wadiah yad Dhamanah) dimana dana Nasabah akan dikelola secara amanah dan dijamin penarikannya. Giro Syariah dirancang khusus untuk memberikan jaminan keamanan dan kemudahan serta ketersediaan dana setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha Nasabah, dengan penarikan melalui Cek/Bilyet Giro.

b. Tabungan Tandamata Syariah (Prinsip Wadiah)

Tabungan tandamata yaitu Simpanan Nasabah (perorangan) di Bank Sulsel Syariah dalam bentuk Tabungan dalam bentuk mata uang rupiah dengan pengelolaan berdasarkan prinsip Titipan (Wadiah Yad Dhamanah) dimana dana Nasabah akan dikelola secara amanah dan dijamin penarikannya. Penyetoran dan penarikan dapat diambil setiap saat dengan fasilitas ATM Bersama dan On Line di seluruh Kantor Bank Sulsel.

(56)

c. Tabungan Simpeda Syariah (Prinsip Mudharabah)

Tabungan Simpeda Syariah yaitu Inventasi Nasabah (perorangan) di Bank Sulsel Syariah dalam bentuk mata uang rupiah dengan pengelolaan berdasarkan prinsip Mudharabah (Bagi Hasil) dimana dana Nasabah akan dikelola dengan Amanah dan Profesional dalam usaha Bank Sulsel Syariah, Insya Allah akan memperoleh bagi hasil dari Pendapatan Bank sesuai dengan Nisbah (porsi) Bagi Hasil yang disepakati di awal pembukaan rekening.

Penyetoran dan penarikan dapat diambil setiap saat dengan fasilitas ATM Bersama di seluruh Kantor Bank Sulsel.

d. Deposito Syariah (Prinsip Mudharabah)

Deposito Syariah yaitu Inventasi Nasabah di Bank Sulsel Syariah dalam bentuk mata uang rupiah dengan pengelolaan berdasarkan prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) dengan jangka waktu 1, 3, 6, 12 dan 24 bulan, dimana dana Nasabah akan dikelola sesuai dengan Amanah dan Profesional dalam usaha Bank Sulsel Syariah. Pendapatan Bank Syariah atas pengelolaan dana tersebut akan dibagi sesuai dengan Nisbah (porsi) Bagi Hasil yang disepakati di awal pembukaan rekening. Penyetoran dan penarikan sesuai jangka waktu yang disepakati dan dapat diperpanjang atau diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over). Bagi hasil dapat dipindahbukukan secara otomatis ke rekening lain milik Nasabah di Bank Sulsel Syariah.

(57)

C. Struktur Organisasi PT. Bank Sulselbar Kantor Cabang Syariah Makassar.

Gambar IV.1

Struktur Organisasi PT. Bank Sulselbar Syariah

PEMIMPIN CABANG HARTANI DJURNI

PEMIMPIN SEKSI PEMASARAN &

TREASURY / SAMURIA FIRMANSYAH

SUTRISNO / PETUGAS GADAI

AHYANI / JUNIOR ANALIS

MUH. KAFRAWI / JUNIOR ANALIS

IRFAN HIDAYAT / ASS. ADMINISTRASI

A.KURNIATI / FUNDING

ANDI REZA ARISANDY / DATA ENTRY

ANDI YASKUR/ DATA ENTRY

PEMIMPIN SEKSI AKUNTANSI &

PELAPORAN / A.YUDIARTI

REZKI GEMALA R / TELLER

AGUS FITRAWAN / PETUGAS KLIRING DAN ATM

ERVIN ASOKAWATY P / CUSTUMER SERVICE

SHELYA SAFITRI / ADM. KEUANGAN

RASYIDI TASRIF / KOOR. KANTOR KAS

AYU KARTINI / TELLER KAS PEMIMPIN SEKSI UMUM & PERSONALIA /

ZUHRA ABD. RASYID

KUSUMAWARDANI / DATA ENTRY

GITAWAHYUNI / OG

SUPARDI / OB

MUH. IKHSAN / OB

ALI WARDANA / OB

MUSTAMIR KIFLI DRIVER

RAHMAT DRIVER

SYHARIR DRIVER

ARFAN SECURITY

ZAIN BATOLA SECURITY SUARDI SECURITY

HERMAWAN SECURITY

(58)

4. Nilai- nilai Prioritas Prima A. Profesional

a. Nilai

Kami selalu meningkatkan kemampuan untuk menjadi ahli dibidangnya agar dapat memahami arah dan tujuan kerja, bertanggung jawab terhadap hasil yang dicapai dan menghasilkan kinerja yang cepat tepat dan akurat.

b. Perilaku Utama

I. Memahami tugas dan tanggung jawab secara utuh dan kaitannya dengan sasaran yang lebih besar.

II. Bertindak cermat dengan melakukan check & re-check pada setiap kesempatan

III. Bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan

IV. Memberikan hasil kerja dengan kualitas terbaik pada setiap kesempatan

V. Menggunakan waktu kerja dengan efektif dan efisien

VI. Aktif mengembangkan diri dari waktu ke waktu sesuai bidang pekerjaan

(59)

B. Inovasi a. Nilai

Kami mengembangkan ide baru untuk menghasilkan sistem, teknologi, produk dan layanan unggulan dan dapat memberikan nilai tambah kepada stakeholder dan siap untuk mengantisipasi perubahan.

b. Perilaku Utama

I. Berpikir di luar kerangka kelaziman untuk menemukan solusi terbaik

II. Mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang untuk menghasilkan pengembangan sistem, teknologi, produk dan layanan Unggulan.

III. Mengikuti perkembangan jaman dan kemajuan teknologi IV. Terbuka terhadap ide-ide baru yang membangun

V. Proaktif dalam mengantisipasi perubahan

VI. Belajar dari keberhasilan dan kegagalan untuk kemajuan perusahaan

C. Kerjasama b. Nilai

Kami meningkatkan sinergi antar individu, unit kerja dan institusi dengan membagi fungsi dan peran yang sesuai serta tetap memperhatikan hubungan baik antar individu dengan prinsip kesetaraan untuk mencapai sasaran perusahaan.

(60)

c. Perilaku Utama

1. Melakukan koordinasi anggota tim sesuai fungsi, peran dan tanggung jawab masing-masing untuk menyelesaikan pekerjaan

2. Berkomunikasi dengan efektif terhadap anggota tim maupun unitunit kerja terkait

3. Selalu siap membantu satu sama lain untuk mencapai kepentingan bersama

4. Saling menghargai perbedaan pendapat yang ada sebagai peluang untuk mendapatkan hasil terbaik sesuai dengan tujuan

5. Menerima dan memberikan kritik dengan baik

6. Saling menghormati dan mengapresiasi D. Integritas

a. Nilai

Kami berpegang teguh pada etika bisnis perusahaan, jujur, satunya kata dengan perbuatan dan mengutamakan kepentingan perusahaan di atas kepentingan pribadi.

b. Perilaku Utama

1. Jujur

2. Satunya kata dengan perbuatan

3. Berani menindak atau melaporkan segala bentuk penyimpangan

4. Menjaga rahasia perusahaan

5. Mengemukakan data dan informasi secara akurat dan benar

(61)

6. Mengutamakan kepentingan perusahaan di atas kepentingan pribadi dan unit kerja

E. Layanan Prima a. Nilai

Kami meningkatkan sinergi antar individu, unit kerja dan institusi dengan membagi fungsi dan peran yang sesuai serta tetap memperhatikan hubungan baik antar individu dengan prinsip kesetaraan untuk mencapai sasaran perusahaan.

b. Perilaku Utama

1. Memberikan layanan dengan sepenuh hati

2. Menjiwai pekerjaan dengan berperilaku 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) setiap saat

3. Memberikan nilai tambah kepada nasabah

4. Memberikan solusi layanan yang cepat dan akurat

5. Menjalankan standard layanan dengan konsisten

6. Memahami kebutuhan dan keinginan nasabah

(62)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Jenis Penghasilan Pegawai

Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk meningkatkan kinerja pegawai yang mempengaruhi efisiensi dan efektivitas suatu instansi/departemen adalah peningkatan produktivitas pegawainya. Hal ini dilakukan agar tindakan, perilaku dan sikap terarah pada pencapaian tujuan organisasi sehingga dalam melakukan tugasnya pegawai dapat bekerja dan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat demi tercapainya tujuan negara.

Adapun jenis penghasilan yang diberikan oleh karyawan PT. Bank Sulselbar kantor cabang syariah makassar kepada pegawainya adalah sebagai berikut :

1. Gaji sebulan yang terdiri atas gaji pokok, tunjangan istri/suami, dan tunjangan anak.

2. Tunjangan jabatan yang terdiri atas tunjangan jabatan, tunjangan struktural, tunjangan fungsional, dan tunjangan fungsional lainnya.

3. Tunjangan lainnya yang terdiri atas tunjangan PPh Pasal 21.

Dari jenis penghasilan yang diterima tersebut tidak luput dari pengenaan pajak yang dilakukan sesuai dengan Undang-undang perpajakan yang berlaku kecuali tunjangan pajak penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja karena bukan

Gambar

GAMBAR  HALAMAN
Tabel II.1
Tabel II.2
Tabel II.3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap awal produksi gas sangat dipengaruhi oleh proudksi air yang berada di cleats di dalam reservoir yang juga mengontrol aliran fluida ke dalam sumur.Air di dalam

Pengertian satwa langka diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yaitu : menurut Pasal 1 angka

Pengertian satwa langka diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yaitu : menurut Pasal 1 angka

Bagian tengah cabang memiliki proporsi polip karang yang berkaitan dengan lo- kasi energi untuk pertumbuhan yang lebih reproduktif (100%) dengan kandungan rataan jumlah telur yang

Nitrosomonas, Nitrosolobus, Nitrosospira, Nitrospina pada bak pengendapan Idan genus Nitrospira dan Nitrococcus pada bak pengendapan II justru tetap dapat tumbuh

Pada umumnya konsumen menginginkan barang yang dapat sampai padanya secepat-cepatnya, dan dengan biaya serendah- rendahnya (apabila ongkos angkut menjadi tanggungan pembeli).

Peserta didik diminta untuk bekerja secara berkelompok untuk menemukan pemecahan masalah terhadap permasalah yang yang telah diberikan baik melalui sumber internal

Pada saat energi kinetik suatu benda yang bergerak harmonik sama dengan energi potensialnya, maka besar sudut fase dan fase getarannya adalah …. Frekuensi getaran