• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENAFSIRAN TEKS DALAM TRADISI BARAT DAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "METODE PENAFSIRAN TEKS DALAM TRADISI BARAT DAN ISLAM"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

METODE PENAFSIRAN TEKS DALAM TRADISI BARAT DAN ISLAM

PERBANDINGAN HERMENEUTIKA HANS-GEORG GADAMER DAN TAKWIL MUHYI AL-DIN IBN AL-‘ARABI

Penulis:

Hairus Abdul Halim

Penerbit:

Polinema Press

(3)

iii

METODE PENAFSIRAN TEKS DALAM TRADISI BARAT DAN ISLAM

PERBANDINGAN HERMENEUTIKA HANS-GEORG GADAMER DAN TAKWIL MUHYI AL-DIN IBN AL-‘ARABI

Hak Cipta ©Hairus Hak Cipta ©Abdul Halim

Hak Terbit pada POLINEMA PRESS

Penerbit POLINEMA PRESS, Politeknik Negeri Malang Jl. Soekarno-Hatta no.09 PO BOX 04 Malang 65141 Telp. (0341) 404424, 404425

Fax. (0341) 404420

UPT. Percetakan dan Penerbitan Gedung AU ground floor [email protected] www.polinemapress.org press.polinema.ac.id

Anggota APPTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia) no.

207/KTA/2016

Anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) no. 177/JTI/2017 Cetakan Pertama, Mei 2019

ISBN : 978-602-5952-95-1 xvi;86 hlm.; 15,5 x 23 cm

Setting & Layout : S. Hariyanto Cover Design : Avin Rizaldy Penyunting : Methania A. S.,M.Pd

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit. Pengutipan harap menyebutkan sumber.

(4)

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta

1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(5)

v

“Ia mengetahui bahwa hamba-hambanya berlainan pendapat dalam memahami sebuah ayat… Karenanya, ketika seseorang memahami sebuah ayat dari firman-Nya, ayat itu dimaksudkan oleh-Nya sejauh

pembacanya mampu memahaminya”.

Futuuhat al-Makkiyyah II. 567.19

Muhyi al-Din ibn al-‘Arabi

(560-638 Hijriah atau 1165-1240 Masehi)

(6)

“Bahasa adalah perekam keterbatasan, bukan disebabkan oleh struktur bahasa manusia yang beragam, tetapi lebih dikarenakan setiap bahasa secara terus-menerus dibentuk dan dikembangkan. Lebih dari itu, bahasa

menunjukkan dirinya sebagai pengalaman dunia”.

Truth and Method (1975: 415)

Hans-Georg Gadamer (11 Februari 1900-13 Maret 2002)

(7)

vii

PRAKATA

Revolusi teknologi yang booming sejak 2007 menjadi faktor penting yang mendorong terjadinya perubahan lanskap sosial-politik di banyak negara. Hal ini ditandai dengan peluncuran iPhone, Facebook, Twitter, Hadoop, Big Data, Cloud, dan Android yang telah memberikan pelbagai kemudahan kepada pengguna internet untuk saling berkomunikasi dan bertukar informasi secara langsung meski tinggal di benua yang berbeda.

Statista.com mencatat, pemakai Twitter terbesar berada di Amerika Serikat (67,54 juta), diikuti India (41,19 juta), Indonesia (24,34 juta), Jepang (22,4 juta), China (19,19 juta), Brasil (17,97 juta), Inggris (14,06 juta), dan Meksiko (9,62 juta).

Bagaimana dengan pengguna Facebook? Statista.com menunjukkan, pengguna Facebook terbesar kelima belas di dunia tersebar di India (195,16 juta), Amerika Serikat (191,3 juta), Brasil (90,11 juta), Indonesia (77,58 juta), China (52,87 juta), Meksiko (46,03 juta), Filipina (39,82 juta), Jerman (36,82 juta), Inggris (36,45 juta), Turki (33,09 juta), Prancis (30,39 juta), Jepang (28,21 juta), Italia (28,18 juta), Kanada (22,37 juta), dan Spanyol (21,48 juta).

Kini jumlah pengguna media sosial Twitter dan Facebook meningkat berlipat-lipat. Statista.com menyebut, pada kuartal III 2018, Twitter memiliki 326 juta pengguna aktif. Sementara Facebook pada kuartal IV 2018 telah digunakan oleh 2,32 miliar warga dunia. Pendek kata, Twitter, Facebook, dan belakangan YouTube telah mengubah gaya hidup banyak orang, tak terkecuali di Indonesia.

Lazimnya sebuah teks, informasi yang dipertukarkan di media sosial sejatinya mengandaikan adanya proses penafsiran yang melibatkan sedikitnya dua pihak. Dari aktivitas penafsiran inilah, diharapkan muncul pemahaman di antara kedua belah pihak. Pertanyaannya, bagaimana kondisi ruang publik kita di jagat maya saat ini?

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2017) mencatat, 16,68% pengguna internet adalah mereka yang berusia antara 13-18 tahun,

(8)

disusul usia 19-34 tahun (49,52%). Sisanya 29,55% dikontribusikan oleh mereka yang berusia 35-54 tahun dan lebih dari 54 tahun sebanyak 4,24%.

Menariknya, 88,24% pengguna internet memiliki latar belakang pendidikan tinggi (S2/S3), disusul 79,23% (S1/Diploma), 70,54%

(SMA/MA), 48,53% (SMP/MTs), 25,10% (SD/Madrasah Ibtidaiyah), dan hanya 5,45% yang tidak bersekolah.

Deskripsi pengguna internet di atas mestinya setali tiga uang dengan kualitas informasi yang diproduksi, yakni memiliki tingkat validasi yang baik, koheren, dan bisa dipertanggungjawabkan. Terlebih mayoritas pengguna internet adalah mereka yang berpendidikan tinggi. Lantas, apa yang menjadi penyebab begitu maraknya informasi hoaks, penuh kebencian, dan bahkan berujung pada pertikaian antar-pengguna internet marak?

Hans-Georg Gadamer, filosof berkebangsaan Jerman, menengarai bahwa persoalan yang kita hadapi saat ini adalah problem pemahaman yang tidak berakar pada kedalaman erudisi yang dipengaruhi oleh tradisi yang membentuknya dan ketidakterbukaan kita dalam melakukan proses dialog dengan yang lain. Dalam situasi inilah, ada keterbatasan bahasa (sebagai perantara pengalaman hermeneutik) yang dihadapi oleh sebagian pengguna internet. Umumnya, bahasa yang digunakan telah disusupi oleh keinginan untuk memaksakan kehendak dan saling mendominasi.

Tak jauh berbeda, Muhyi al-Din Ibn al-‘Arabi juga menyebut bahwa ketidakmampuan mendayagunakan imajinasi kreatif turut menjadi akar masalah betapa banalnya teks/informasi yang dipertukarkan. Dalam situasi inilah, sebagian pengguna internet justru terjebak di dalam komunikasi artifisial yang mengabaikan keinginan untuk menghadirkan kebajikan bersama (bonum commune). Inilah problem penafsiran teks/informasi yang kita hadapi di era digital seperti saat ini.

Dilatarbelakangi oleh situasi itulah, penulis tergerak untuk menghadirkan buku berjudul “Metode Penafsiran Teks dalam Tradisi Barat dan Islam: Perbandingan Hermeneutika Hans-Georg Gadamer dan Takwil Muhyi al-Din ibn al-‘Arabi”. Hadirnya buku ini, betapapun

(9)

ix sederhanya, diharapkan mampu mengurai problem penafsiran teks/informasi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Terima kasih juga patut disampaikan kepada Prof. Dr. Abdul Hadi Widji Muthari, seorang sastrawan dan budayawan, serta intelektual prolifik yang menguasai falsafah Islam dan pemikiran Keindonesiaan di Universitas Paramadina, Jakarta. Berkat bimbingan beliau, manuskrip awal buku yang berada di tangan pembaca ini lahir.

Kepada Penerbit Polinema Press yang bersedia menerbitkan dan menyebarluaskan gagasan di dalam buku ini, penulis juga haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat, maslahat, dan inspirasi bagi perjuangan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Malang, April 2019 Penulis

(10)

KATA PENGANTAR

Konsep hermeneutika yang ditulis oleh saudara Abdul Halim dan Hairus adalah buku yang menarik untuk dibaca dan dicermati. Dikatakan demikian karena buku ini akan mengulas konsep hermeneutika secara mendalam dan prinsip serta mengeksplorasi ke dalam sebuah teks ilmiah.

Dalam kerangka hermeneutika Gadamer dijelaskan bahwa suatu teks yang terjelaskan menjadi wacana dapat dipahami dengan mudah dan gamblang menjelaskan prinsip-prinsip hermenuika. Namun demikian, hermeneutika yang dimaksud adalah disesuaikan dengan prinsip awal; dipahami dan ditafsirkan ke dalam situasi dan suasana kontekstual dimana teks tersebut berlaku dan ada. Hal ini tidak lepas dari lingkungan yang melingkupinya, waktu dimana teks itu berada, personal atau individu yang memproduksi teks, dan personal atau individu yang berusaha memahami teks.

Ada dua domain dalam menginterpretasikan teks yaitu domain yang menghasilkan teks (produser) dan domain dalam menafsirkan teks (readers). Konsep hermeneutika yang digaungkan oleh Gadamer hanya mengeksplorasikan dari unsur pembaca saja sehingga akan terjadi kekurangan comprehensiveness atau keutuhan teks tersebut. Hermeneutika yang bagus dan objektif adalah berusaha menggabungkan dua sudut pandang tersebut: penghasil teks (produser) dan pembaca teks (readers).

Guna melengkapi konsep Gadamer selanjutnya prinsip-prinsip hermeneutika dimotori oleh Ibn ‘Arabi berusaha membuat lebih sederhana dengan konsep takwil. Konsep ini sebenarnya sama dengan konsep hermeneutika, namun sangat berbeda. Perbedaaan nya terletak pada cara menafsirkan sebuah teks dengan melihat kedua aspek yang belum di eksplorasikan oleh Gadamer. Dengan demikian hasil hermeneutika yang diperolehnya menjadi lebih baik.

Judul buku ini tentu saja menantang bagi para pembaca buku karena beruhasa mengkonfrontasikan pemikiran yang popular dengan istilah hermeneutika. Melawan konsep Ibn ‘Arabi, takwil yang merupakan

(11)

xi pengejawantahan hermeneutika islami (Arabism). Namun keduanya sama- sama melihat suatu hal yang termuat dalam teks menggunakan perspektif dan kacamata yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dinyatakan bahwa konsep hermeneutika Gadamer hanya bertolak pada logika scientist belaka.

Sebaliknya konsep hermeneutika takwil Ibn ‘Arabi mengedepankan logika scientist dan berpatokan pada ilmu pengetahuan. Inilah sebenearnya titik pangkal perbedaan hermeneutika barat dengan Arabism (timur).

Dengan membaca buku ini secara komprehensip dan mendalam, para pembaca dituntut untuk mampu memiliki pengetahuan tentang hermeneutika dengan berpangkal pada ilmu pengetahuan dan juga religi.

Dengan demikian hermeneutika yang diinginkan betul2 komprehensif dan tidak menggelinding secara bebas dan tidak beraturan. Buku ini memang menerangkan konsep hermeneutika keduanya: hermeneutika barat dan hermeneutika timur. Namun penulis lupa menggarisbawahi bahwa keduanya berangkat dengan prinsip yang berbeda tetapi berpola sama dalam mengaplikasikan hermenika yang dimaksudkan, sehingga para pembaca dibiarkan bebas memahami hermeneutika dengan sebebas- bebasnya atau seluas-luasnya, ini berbahaya bilamana pembaca kurang memahami ilmu dan prinsip filosofis suatu keilmuan tertentru misanya hermeneutika. Dikatakan demikian karena akan menyesatkan pembaca dalam menggali ilmu dan memahami ilmu hermeneutika sedalam- dalamnya. Tetapi bagi permbaca buku ini tetap penting untuk dijadikan bahan acuan untuk memahami suatu teks. Pembaca juga dituntut memahami konsep analisis wacana kritis yang dimotori oleh Teun A. van Dijk dan kawan-kawan sehingga betul-betul mampu memilah mana hermeneutika dan mana yang analisi wacana kritis.

Malang, Mei 2019 Abd. Muqit Asesor Penerbitan dan Perbukuan Nasional

(12)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Sistem translitrasi kata-kata bahasa Arab yang dipakai dalam penulisan buku ini berpedoman pada Pedoman Translitrasi Arab-Latin pada buku karya Prof. Dr. Nurcholish Madjid, MA berjudul Pintu-pintu Menuju Tuhan yang diterbitkan oleh Paramadina, 2002. Namun di sini hanya dicantumkan sesuai dengan kebutuhan yang digunakan di dalam penulisan buku ini.

ا a ب b ت t ث ts ج j ح h خ kh

د d ذ dz ر r ز z س s ش sy ص sh ض dl ط th

(13)

xiii

ا a ظ zh عغ gh ف f

Untuk Madd dan Diftong ق q

a (panjang) k â

ك

i (panjang) l ii

ل

u (panjang) uu

م m

أَ aw وْ

ن n

أَ ay يْ

و w ھ h ـ ء , ي y

(14)
(15)

xv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PRAKATA ... vii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xv

Bagian 1 Mukadimah ... 1

1.1. Penafsiran Teks dalam Tradisi Barat dan Islam ... 1

1.2. Pemahaman sebagai Penanda Ontologis Penafsir ... 7

Bagian 2 Hans-Georg Gadamer dan Hermeneutika ... 15

2.1. Sejarah Perkembangan Hermeneutika ... 15

2.2. Riwayat Hidup Hans-Georg Gadamer ... 20

2.3. Fondasi Pemikiran Hermeneutika Hans-Georg Gadamer ... 22

2.3.1 Dialog dan Phronesis ... 22

2.3.2 Ontologi dan Hermeneutika ... 23

2.3.3 Estetika dan Subyektivitas ... 26

2.4. Falsafah Hermeneutika Hans-Georg Gadamer ... 27

2.4.1 Rehabilitasi Prasangka ... 27

2.4.2 Tradisi ... 29

2.4.3 Kebahasaan Pemahaman ... 31

2.4.4 Falsafah dan Sejarah Falsafah ... 32

2.4.5 Kesusastraan dan Seni ... 33

2.4.6 Falsafah Praktis ... 34

Bagian 3 Muhyi al-Din Ibn Al-‘Arabi dan Takwil ... 35

3.1. Sejarah Perkembangan Takwil ... 35

3.2. Riwayat Hidup Muhyi al-Din Ibn Al-‘Arabi ... 39

3.3. Imajinasi Kreatif sebagai Barzakh ... 40

3.4. Derajat Ontologis Dunia Imajinasi ... 43

3.5. Bahasa Perlambang ... 47

3.6. Takwil sebagai Metode Penafsiran Teks ... 49

Bab 4 Analisa Perbandingan Antara Hermeneutika Hans-Georg Gadamer dan Takwil Ibn ‘Arabi ... 55

4.1. Bahasa Perlambang ... 57

4.2. Imajinasi Kreatif dan Kuasa Penafsiran ... 60

4.3. Hermeneutika (Takwil) dan Kebenaran ... 64

(16)

Bab 5 Epilog: Hermeneutika/Takwil dan Urgensi Inklusivitas Dialog

... 69

5.1. Dialog Jurgen Habermas dan Habermas atas Klaim Universal Hermeneutika ... 69

5.2. Relevansi Takwil (Hermeneutika) bagi Kaidah Pemahaman Al- Qur’an ... 71

5.3. Pendayagunaan Imajinasi Kreatif dan Kuasa Penafsiran... 75

Daftar Pustaka ... 79

Glosarium ... 83

Indeks ... 85

Referensi

Dokumen terkait

berganda, dimana akan diuji secara empiris untuk mencari hubungan.. fungsional dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji linier berganda

Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru kimia SMAN 1 Batulayar di peroleh bahwa hasil belajar kimia siswa kelas X terutama pada materi pokok

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengorganisasian kegiatan ekstrakurikuler berbasis pengembangan karakter siswa di SMA Negeri 2 Kota Lubuklinggau sebagai

Untuk mengatur kelancaran lintas penyebaran antarbank serta pelaksanaan Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS), telah dikeluarkan peraturan tersendiri

Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurang dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain. disajikan setelah

*aris patah sederhana dengan luka - " cm bersih tanpa kerusakan 'aringan *aris patah sederhana dengan luka - " cm bersih tanpa kerusakan 'aringan lunak ang luas

Berdasar pada hasil analisis data, kecepatan memberikan sumbangan sebesar 88% terhadap keberhasilan menggiring bola siswa sekolah sepak bola Senuro dengan asumsi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aisah, Wibowo dan Purwanto (2017) di SMP Negeri 1 Tlogowungu Pati dan SMP Negeri 2 Tlogowungu Pati, beberapa siswa