• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geografi sebagai ilmu yang mempelajari fenomena di permukaan bumi, memiliki sifat yang multi-variate, dimana kajian yang berbeda-beda dipelajari dan membentuk satu kesatuan ilmu yang solid (Yunus, 2008). Pembangunan wilayah menjadi salah satu kajian dalam ilmu geografi. Pembangunan wilayah tidak hanya pada fisik wilayah namun juga pada bidang ekonomi, dalam hal ini pembangunan dapat berupa pembangunan ekonomi maupun nonekonomi. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang akan membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan yang baru dan dapat merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di Indoensia, setelah sektor industri dan perdagangan. Berdasarkan data BPS Tahun 2014 sektor ini menyumbangkan sekitar 13,38 % dari pendapatan nasional dengan pertumbuhan 4,84 % (Wicaksono, 2015). Sektor pertanian terdiri dari 5 sub sektor, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil- hasilnya, kehutanan, dan perikanan (Badan Pusat Statistik). Produk subsektor perkebunan di Indonesia terdiri dari bermacam komoditas, salah satu komoditas subsektor perkebunan yaitu tembakau.

Indonesia merupakan 10 negara penghasil tembakau terbesar di dunia, dengan produksi mencapai 2,2 % dari total produksi global. Indonesia menempati urutan ketujuh dibawah AS, Uni Eropa (Daeng dkk, 2011). Peran tembakau terhadap perekonomian baik daerah maupun perekonomian secara nasional sangatlah besar, data dari Bank Indonesia tahun 2011, melihatkan bahwa

(2)

2

penerimaan cukai tembakau sebesar 62,759 Triliun. Industri rokok menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, selain dari hasil cukai rokok, juga penggunaan bahan baku lokal, penampung tenaga kerja, penyangga pasar dalam negeri dan pemicu produksi petani. Manfaat dari tembakau dalam penggerak ekonomi daerah ataupun nasional khusunya dalam bidang tenaga kerja, mampu memberikan penghidupan jutaan orang baik petani maupun dari sektor lain yang berhubungan dengan komoditas tembakau.

Industri tembakau di Indonesia mampu menghidupi jutaan penduduknya dari petani, pengecer, pekerja pabrik, jasa transportasi bahkan sampai jasa event organizer yang menjadikan rokok sebagai sponsor. Tembakau dan industri hasil tembakau mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 6,5juta orang, yang terdiri dari petani tembakau 2,5juta orang, petani cengkeh 1,5juta orang, pekerja pabrik rokok 500.000 orang, pedagang asongan dan eceran sekitar 2 juta orang, sedangkan sektor keuangan, percetakan, transportasi, dan lainnnya melibatkan sekitar 1,5 juta orang, dengan demikian ada 20 juta orang yang hidupnya tergantung dari industri hasil tembakau (Soemiran, 2008, dalam Rencana Induk Pertembakauan Kabupaten Temanggung, 2012)

Sektor pertanian Kabupaten Temanggung merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar, pada tahun 2014 PDRB atas harga berlaku dari sektor pertanian berkontribusi sebesar 30,69 % dari total keseluruhan PDRB Kabupaten Temanggung, menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Temanggung merupakan sektor penggerak roda perkonomian daerah. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Temanggung, pada tahun 2014 jumlah tenaga kerja yang terserap dari sektor pertanian yaitu sebanyak 58,23%. Tembakau menjadi salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Temanggung, dalam logo Kabupaten Temanggung terdapat daun tembakau yang bermakna tanaman khas daerah yang memberikan kesejahteraan daerah. Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan komoditas unggulan Kabupaten Temanggung sekaligus uggulan bagi para petani, hal ini terbukti tembakau mampu memberikan pendapatan yang besar ketika panen raya musim tembakau tiba.

(3)

3

Tembakau sebagai komoditas unggulan dapat mendorong terciptanya keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Tembakau Kabupaten Temanggung memiliki spesifikasi rasa, aroma, tekstur, yang khas dan merupakan bahan baku dalam pembuatan rokok kretek di Indoenesia. Menanam tembakau bagi masyarakat Temanggung telah menjadi budaya secara turun menurun (Rencana Induk Pertembakauan Kabupaten Temanggung, 2012). Sebagai komoditas unggulan, tembakau Temanggung mendapatkan Sertifikat Indikasi Geografis dari Kementrian Hukum dan HAM yang menetapkan tembakau Temanggung sebagai tembakau dengan kualitas terbaik dan harga paling mahal dengan nama indikasi geografis “Tembakau Srinthil Temanggung”. Penetapan tersebut berdasarkan aspek fisik, kimia, dan organeleptik. (www.temanggungkab.go.id).

Nilai ekonomi yang tinggi, menjadikan tembakau memiliki daya saing yang tinggi terhadap komoditas lain. Keunggulan kompetitif tersebut menjadi daya tarik bagi petani untuk membudidayakan tembakau. Petani yang mengandalkan tembakau sebanyak 57000 orang, maka tidak heran bila tembakau merupakan pemasok pendapatan terbesar dari sektor pertanian terhadap PDRB, 70% PDRB berasal dari sektor pertanian berasal dari komoditas tembakau. Usaha tani tembakau Temanggung dapat menyumbang pendapatan total petani sebanyak 60% – 80%

(RKPD Kab Temanggung Tahun 2015)

Otonomi daerah menjadikan pembangunan ekonomi daerah menghadapi tantangan baik dari dalam daerah mapun luar daerah. Arus globalisasi menuntut daerah untuk lebih meningkatkan pembangunan ekonomi agar mampu bersaing dan terlepas dari kesenjangan. Pembangunan ekonomi daerah bertujuan untuk mengurangi ketertinggalan dalam persaingan secara bebas serta tetap mempertimbangkan pengurangan kesenjangan sekaligus kemiskinan. Dengan adanya komoditas unggulan diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan mampu memberikan nilai tambah yang dapat berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat sekaligus menggerakan perekonomian wilayah, salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Temanggung yaitu tanaman tembakau.

(4)

4

Tembakau sebagai komoditas unggulan tidak terlepas dari yang namanya tantangan dan ancaman. Adanya gerakan anti rokok yang dipelopori WHO tahun 1974 diikuti dengan penggalangan “The Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), yaitu kesepakatan internasional dalam pengendalian masalah tembakau yang mempunyai kekuatan mengikat secara hukum bagi negara-negara yang meratifikasinya. FCTP adalah perjanjian internasional yang dibuat untuk membatasi produksi, distribusi, dan penjualan tembakau di dunia dengan alasan kesehatan (Daeng dkk, 2011). Tantangan lain yaitu Peraturan Pemerintah tentang pajak untuk produk pertanian yang digunakan sebagai bahan baku industri serta adanya peraturan daerah tentang kawasan publik yang bebas asap rokok. Terbitnya UU tentang perlindungan dampak tembakau terhadap kesehatan akan membatasi pengembangan komoditas tembakau. Dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 113 menyebutkan bahwa tembakau merupakan zat adiktif yang harus diamankan, ayat UU tersebebut tentunya akan mempengaruhi terhadap penyerapan tembakau di Temanggung.

Disahkannhya PP nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengadung Zat Adiktif Tembakau bagi Kesehatan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 24 Desember 2012 menimbulkan kontra bagi petani tembakau di Kabupaten Temanggung. Penetapan PP tersebut sebagai perwujudan pasal 116 UU No 36 tahun 2012. Berlakunya PP 109 Tahun 2012 memunculkan adanya gerakan protes sosial yang dilakukan oleh petani tembakau dari berbagai kecamatan di Kabupaten Temanggung, karena dengan berlakunya PP No 109 Tahun 2012 akan bepengaruh terhadap mati dan hidupnya perekonomian petani tembakau.

Demonstrasi petani tembakau Temanggung merupakan wujud dari kekecewaan atas disahkannya PP No 109 Tahun 2012, karena keberlanjutan nasib petani tembakau sangat dipengaruhi oleh adanya PP tersebut (solopos.com).

Komoditas tembakau harus dipahami sebagai bagian dari sistem politik yang ada, sehingga tidak lepas dari yang namanya masalah krisis. Krisis yang terjadi pada komoditas tembakau seperti munculnya ketidakadilan dan lain sebagainya sebagai refleksi krisis yang terjadi pada tingkatan makro. Kebijakan PP No. 109 Tahun

(5)

5

2012 membentuk opini publik termasuk petani tembakau yang gelisah akan nasibnya, mengingat tembakau merupakan komoditas andalan bagi petani.

Gerakan protes yang dilakukan petani untuk mengkritisi maupun memprotes kebijakan yang mengancam kesejahteraan petani tembakau (Herdiyani, 2013).

Adanya tantangan dan ancaman tersebut menimbulkan ketidakpastian harga tembakau rakyat, dimana hal tersebut akan dapat mengancam lesunya usaha pertanian pada komoditas tembakau, padahal tembakau memiliki keunggulan baik komparatif dan keunggulan kompetitif bila dibandingkan dengan komoditas lainnya. Komoditas unggulan yang berdaya saing mampu bersaing dengan komoditas unggulan daerah lain dalam memproduksi dan memasarkan barang dan jasanya (Christanto, 2011).

Permasalahan terkait dengan adanya kebijakan pemerintah yang membatasi tembakau menjadikan alasan bagi peneliti untuk mengkaji tembakau. Apakah dengan berlakunya kebijakan tersebut akan berpengaruh besar terhadap keberlanjutan usaha tani tembakau di Kabupaten Temanggung, terkait dengan produksi dan produktivitas tembakau yang dihasilkan serta hal lain menyangkut tembakau.

1.2. Rumusan Masalah

Tembakau sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Temanggung yang mampu menggerakan roda perekonomian baik daerah maupun nasional serta merupakan komoditas yang memiliki keunggulan baik komparatif ataupun keunggulan kompetitif dibanding komoditas lain. Tembakau menjadi sumber penghidupan dan memberi kesejahteraan bagi penduduk yang berkecimpung mengolah tembakau, dimana hampir 60% – 80% pendapatan sebagian besar petani di Temanggung berasal dari tembakau. Berlakunya PP No 109 Tahun 2012 tentang tentang Pengamanan Bahan yang Mengadung Zat Adiktif Tembakau bagi Kesehatan menjadikan ancaman terhadap pertanian tembakau di Kabupaten

(6)

6

Temanggung. Dari latar belakang yang telah dituliskan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebgai berikut:

1. Bagaimana sebaran spasial daerah-daerah basis komoditas tembakau di Kabupaten Temanggung?

2. Adakah pengaruh adanya kebijakan pemerintah tentang perlindungan dampak tembakau terhadap produksi dan produktivitas tembakau di Kabupaten Temanggung?

3. Alternatif komoditas perkebunan apa yang dapat dijadikan pilihan dalam bertanam selain tembakau terkait ancaman kebijakan pemerintah tentang perlindungan dampak tembakau?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi dan memetakan daerah-daerah basis tembakau di Kabupaten Temanggung

2. Mengetahui pengaruh kebijakan pemerintah tentang perlindungan dampak tembakau terhadap produksi dan produktivitas komoditas tembakau Kabupaten Temanggung

3. Mengidentifikasi alternatif komoditas unggulan selain tembakau terkait adanya kebijakan pemerintah tentang perlindungan dampak tembakau.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian tentang kajian tembakau sebagai komoditas unggulan Kabupaten Temanggung adalah:

(7)

7

1. Bagi penulis dapat mengetahui dan memahami sebaran daerah basis komoditas tembakau dan tingkat produktivitasnya dalam upaya pengembangan ekonomi lokal Kabupaten Temanggung

2. Bagi pemerintah Kabupaten Temanggung dapat dijadikan sebagai evaluasi terkait pembangunan ekonomi daerah terutama terkait ancaman kebijakan pemerintah tentang perlindungan dampak tembakau terhadap komoditas tembakau sebagai bahan pertimbangan kedepannya dalam menentukan kebijakan terkait dengan pengembangan ekonomi lokal terutama pada komoditas unggulan daerah Kabupaten Temanggung di sektor perkebunan

3. Bagi pembaca sebagai bahan informasi dan pertimbangan apabila berminat melaksanakan penelitian di bidang yang sama.

1.5. Tinjauan Pustaka dan Penelitian Sebelumnya 1.5.1. Geografi dan Wilayah

Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisa gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu (Bintarto, 1979). Menurut Yunus (2008), geografi merupakan ilmu yang sangat istimewa, karena sifatnya multi-variate di mana beberapa bidang kajian yang berbeda-beda dipelajari dan membentuk satu kesatuan ilmu yang solid.

Pendekatan geografi menurut Hagget (1983, dalam Yunus 2008) ada 3 pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)

Pendekatan ini merupakan suatu metoda analisis yang menekankan analisis pada eksitensi ruang (space) sebagai wadah untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer. Organisasi objek studi geografi yaitu fenomena geosfer, maka

(8)

8

segala sesuatu yang terkait dengan objek dalam ruang dapat disoroti dari berbagai matra antara lain: pola, struktur, proses, interaksi, organisasi dalam sistem keruangan, asosiasi, tendensi, pembandingan, dan sinergi keruangan.

2. Pendekatan Ekologi (Ecological Approach)

Pendekatan ini merupakan suatu metoda analisis yang menekankan pada manusia dan kegiatan manusia selalu menjadi fokus analisis dalam keterkaitannya dengan lingkungan abiotik, biotik, maupun lingkungan sosial, ekonomi, dan kulturalnya. Analisis utama dalam pendekatan ekologi yaitu: analisis human behavior - environmental theme of analysis, analisis human activity (performance) - environment theme of analysis, analisis physico natural feature (performance) - environment theme of analysis, physico artificial feature (performance) - environment theme of analysis.

3. Pendektan Kompleks Wilayah (Regional Complex Approach)

Pendekatan ini merupakan integrasi antara pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi. Pendekatan ini mengisyaratkan adanya pemahaman mendalam tentang properti yang ada dalam wilayah yang bersangkutan dan merupakan regional entity.

Geografi juga didefiniskan sebagai ilmu yang menguraikan mengenai permukaan bumi, iklim, penduduk, fauna, flora, serta basil-basil yang diperoleh dari bumi. Aspek pokok dalam geografi yaitu aspek fisik dan aspek manusia. Aspek fisik mempelajari terkait dengan bentuklahan, jenis batuan, dll. Aspek manusia dimana manusia sebagai aspek pokoknya, didalamnya termasuk aspek kependudukan, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek budaya dan lainnya.

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional (UU No 26 Tahun 2007). Komponen yang terdapat dalam wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumber daya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan. Wilayah lebih menekankan pada interaksi antara mansusia dengan alam. Konsep wilayah menurut

(9)

9

Hagget (1983) mengenai tipologi wilayah, mengklasifikasikan konsep wilayah dalam tida kategori, yaitu: (1). Wilayah homogen (uniform/homogenous region), (2) wilayah nodal (nodal region), dan (3) wilayah perencanaan (planning region/

programming region). Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan (spatial approach), dengan menggunkan konsep yaitu penyebaran, interelasi, dan deskripsi.

Perbedaan keadaan kondisi wilayah berpegaruh terhadap komoditas wilayah yang berbeda-beda antara wilayah satu dengan lainnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan (spatial approach) dan pendekatan temporal. Konsep pendekatan keruangan pada prinsipnya adalah adanya penyebaran, interelasi, dan deskripsi. Adanya perbedaan komoditas di setiap wilayah yang berbeda-beda antara wilayah satu dengan lainnya karena perbedaan kondisi wilayah. Pendekatan temporal lebih menekankan pada dimensi waktu, bahwa tidak setiap tahun suatu komoditas menghasilkan nilai produksi yang sama.

1.5.2. Ekonomi Regional

Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup yang biasanya diukur dengan pendapat riil perkapita dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas. Pembangunan ekonomi mampu mengadakan pilihan kesempatan yang lebih luas, meningkatkan kehidupan yang lebih layak serta memungkinkan orang untuk memikirkan lebih banyak sifat-sifat peri kemanusiaan (Irawan dan Suparmoko, 2002). Pembangunan ekonomi salah satunya melalui pembangunan ekonomi regional. Ekonomi regional menjadi salah satu ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi akan kebutuhan hidup dimana ketersediaan dan kemampuan orang untuk mendapatkan tersebut terbatas, ilmu ekonomi regional kaitannya dengan aspek keruangan (Tarigan, 2005).

Kelompok ilmu yang menggunakan ilmu ekonomi regional ada dua kelompok, pertama regional science yang lebih menekankan pada analisis aspek sosial, ekonomi, dan geografi, serta yang kedua yaitu regional planning yang lebih

(10)

10

menekankan pada analisis aspek-aspek tata ruang, land use, dan perencanaan. Ilmu ekonomi regional menitikberatkan pada dimensi tata ruang / space / spatial. Ilmu ekonomi regional memiliki peranan untuk menentukan kebijakan awal, sektor mana yang dianggap strategis, memiliki daya saing dan daya hasilnya besar dan dapat menyarankan komoditas atau kegiatan yang dijadikan unggulan dan di subwilayah mana komoditas itu dikembangkan. Landasan pentingnya ekonomi regional yaitu:

1. Keuntungan sumber daya alam (natural resources advantage) 2. Penghematan dari pemusatan (economic of concentration) 3. Biaya angkut

1.5.3. Teori Basis Ekonomi

Teori Basis Ekonomi menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi daerah adalah dengan adanya permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Teori ini menekankan pada pertumbuhan industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, yang mana akan menghasilkan pendapatan daerah dan menciptakan peluang kerja. Metode ini memiliki kelemahan dimana model ini berdasarkan permintaan eksternal bukan internal, yang menyebabkan ketergantungan tinggi pada kekuatan pasar nasional maupun global (Arsyad, 1999). Teori ini untuk identifikasi sektor-sektor pembangunan yang masuk sektor basis maupun non basis pada suatu daerah (Muta’ali, 2015)

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari daerah lain atau besarnya ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokan atas kegiatan ekonomi basis dan nonbasis. Kegiatan ekonomi basis mampu mendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Menurut Glasson (1997, dalam Muta’ali, 2015) semakin banyak sektor basis maka akan semakin banyak pendapatan yang diperoleh suatu wilayah, terjadi peningkatan permintaan akan barang dan jasa didalamnya, dan akan menimbulkan kenaikan volume sektor non basis. Sebagai sektor penggerak utama perekonomian

(11)

11

wilayah, sektor basis erat kaitannya dengan hubungan permintaan dari luar.

Menurut Richardson (2001, dalam Muta’ali, 2015), terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya karena efek pengganda pembelanjaan kembali pendapatan yang dihasilkan melalui penyediaan barang dan jasa.

Sektor unggulan merupakan sektor yang diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan suatu wilayah. Richardson (2001, dalam Muta’ali, 2015) dalam model teori basis ekonomi menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah atas:

1. Sektor unggulan, yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa sektor unggulan merupakan sektor yang secara tidak langsung mempunyai kemampuan untuk mengekspor barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu sektor atau kegiatan tersebut ke daerah lain.

2. Sektor non unggulan, yaitu sektor atau kegiatan yang hanya mampu melayani pasar di daerah itu sendiri

Sektor unggulan dipengaruhi oleh faktor anugerah. Adanya sektor unggulan akan membantu dan memudahkan dalam perencanaan wilayah dalam menyusun rencana pembangunan perekonomian daerah. Sektor basis atau sektor unggulan dalam perkembangannya dapat mengalami kemajuan atau kemunduran. Hal ini dipengaruhi oleh usaha yang dilakukan dalam mengelola sektor unggulan tersebut.

Kemajuan sektor unggulan dapat mendorong pengembangkan jaringan transportasi dan komunikasi, perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah, perkembangan teknologi, dan pengembangan prasarana ekonomi dan sosial. Kemunduran sektor unggulan bisa dikarenakan terjadinya perubahan permintaan dari luar daerah, sumber daya yang habis karena terbatas atau karena kebijakan yang menjadikan sektor unggulan tersebut menjadi melemah sehingga mengalami kemunduran (Muta’ali, 2015).

(12)

12 1.5.4. Komoditas Unggulan

Komoditas unggulan adalah produk sektoral atau kegiatan ekonomi yang melayani baik pasar domestik maupun pasar luar daerah dan khusunya pasar eksport (Muta’ali, 2015). Komoditas unggulan merupakan komoditas yang potensi untuk dikembangkan di suatu daerah dengan memanfaatkan dan di dukung dengan sumber daya yang ada di daeerah tersebut. Komoditas unggulan sebagai komoditas yang paling menonjol dibandingkan komoditas lain sehinggga memberikan sumbangsih besar terhadap pendapatan daerah. Sebagai komoditas unggulan, komoditas tersebut haruslah memiliki daya saing, berorientasi pasar serta ramah lingkungan dan mampu menghadapi persaingan global.

Komoditas unggulan memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Muta’ali, 2015):

1. Memiliki produksi yang tinggi dan dominan

2. Laju pertumbuhan produksi dan produktivitas tinggi 3. Menyerap tenaga kerja yang relatif besar

4. Memiliki keterkaitan atau dampak pengganda antar komoditas yang tinggi baik ke depan atau ke belakang

5. Mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi 6. Berorientasi melayani pasar diluar wilayahnya

Komoditas unggulan sebagai penggerak utama pembangunan, dimana komoditas tersebut mampu memberikan kontribusi yang besar pada peningkatan produski dan pendapatan serta kesejahteraan penduduk. Komoditas unggulan menurut Hendayana (2003, dalam Irnawati, dkk, 2011) merupakan suatu jenis komoditas yang paling diminati dan memiliki nilai jual tinggi serta diharapkan mampu memberikan pemasukan yang besar dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Menurut Alkadri (1999) komoditas unggulan memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward linkages) yang kuat baik sesame komoditas unggulan atau dengan komoditas lainnya. Komoditas unggulan memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, memiliki keterkaitan dengan wilayah lain (regional linkages) baik dalam hal pasar maupun pemasokan bahan baku, serta

(13)

13

dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu dan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.

Adanya otonomi daerah, harus membuat suatu daerah untuk mampu mengembangkan berbagai sektor yang mampu meingkatkatkan pendapatan daerah.

Hal tersebut menjadikan pemilihan strategi dalam pengembangan ekonomi lokal, terutama pada komoditas unggulan menjadi sangat penting. Komoditas unggulan memiliki posisi strategis untuk dikembangkan dalam upaya pengembangan wilayah.

1.5.5. Teori Komoditas Unggulan

Penentuan komoditas unggulan mengacu pada teknik analisis Location Quotient (LQ), menurut Arsyad (1999), teknik dapat untuk mementukan kapasitas eksport dan derajat self-sufficiensy suatu sektor. Dalam teknik ini kegiatan suatu daerah dibagi menjadi dua golongan yaitu pertama kegiatan industri ekonomi atau industri yang melayani pasar daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan (sektor basis/sektor unggulan), kedua industri yang melayani pasar di daerah tersebut (sektor non basis/ sektor bukan unggulan).

Semakin banyak sektor basis di suatu daerah akan mampu meningkatkan pendapatan daerah yang bersangkutan, menambah volume permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan dan dapat memicu peningkatkan kegiatan sektor- sektor bukan basis yang ada. Menurut Glasson (1997, dalam Sidete, 2010) sektor basis memiliki peranan penting dalam meningkatakan perekonomian daerah, dimana dalam hal ini sektor basis merupakan penggerak utama perekonomian daerah melalui efek pengganda yang ditimbulkan oleh setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada sektor basis.

Analisis Location Quotient (LQ) merupakan cara untuk mengklasifikasikan sektor-sektor yang menjadi keunggulan kompetitif sebagai penentu pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Teknis perhitungan LQ adalah dengan membandingkan persentase sumbangan masing-masing komoditas dalam nilai produksi di masing-

(14)

14

masing Kecamatan di Kabupaten Temanggung dengan komoditas yang sama nilai produksi di Kabupaten Temanggung. Model persamaan perhitungan LQ adalah sebagai berikut (Muta’ali, 2015):

LQij = (Lij/Li) / (Nip/Np) Keterangan:

LQij = Location Quotient komoditi i di wilayah j

Lij = Nilai produksi komoditi i di wilayah amatan j (misal kabupaten) Li = Total nilai produk komoditi di wilayah amatan (misal kabupaten) Nip = Nilai produk komoditi i wilayah acuan (misal provinsi)

Np = Total nilai produk komoditi di wilayah acuan (misal provinsi)

Pengukuran terhadap derajat spesialisasi dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika nilai LQ > 1, menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi komoditas tertentu di tingkat amatan (kabupaten) secara relatif dibandingkan dengan total provinsi atau terjadi pemusatan aktivitas di kecamatan tertentu atau terjadi surplus produksi di kabupaten, maka komoditas tersebut merupakan komoditas basis di kabupaten 2. Jika nilai LQ < 1, maka pada kabupaten tertentu peranan komoditas

tertentu lebih kecil daripada peranan komoditas kabupaten, menunjukan komoditas tersebut termasuk komoditas nonbasis 3. Jika nilai LQ = 1, maka pada kabupaten tertentu mempunyai

komoditas tertentu yang setara dengan komoditas kabupaten, menunjukkan bahwa komoditas tersebut hanya dapat mencukupi wilayah itu sendiri.

Dinamic Location Quotient (DLQ) untuk menentukan reposisi sektor basis (komoditas unggulan) ke depan di daerah tertentu. Analisis ini akan mengetahui apakah dimasa mendatang sektor atau komoditas tertentu bisa bertahan sebagai

(15)

15

sektor/komoditas basis atau bukan basis, atau sektor/komoditas yang sebelumnya bukan basis akan tetapi memiliki potensi sebagai basis di masa yang akan datang.

Analisis DLQ pada prinsipnya sama dengan LQ, yakni digunakan untuk menganalisis komoditas unggulan dari suatu wilayah yang dapat dikembangkan.

Perbedaannya hanya pada mengintroduksikan laju pertumbuhan dengan asumsi bahwa setiap nilai tambah komoditas maupun total komoditas mempunyai rata-rata laju pertumbuhan pertahun sendiri-sendiri selama kurun waktu tertentu (Muta’ali, 2015)

Model persamaan yang digunakan untuk mencari nilai DLQ adalah sebagai berikut (Muta’ali, 2015):

DLQ = 1 + Gin (1+Gn) 1 + Gi1 +G Keterangan:

DLQ = Indeks Dynamic Location Quotient

Gin = Laju pertumbuhan komoditas i (misal tembakau) di kabupaten n Gi = Laju pertumbuhan komoditas i (misal tembakau) di provinsi n Gi = Laju pertumbuhan rata-rata seluruh komoditas (misalnya

perkebunan) di kabupaten n

G = Laju pertumbuhan rata-rata seluruh komoditas (misalnya perkebunan) di provinsi

Kriteria

1. DLQ > 1, berarti proporsi laju pertumbuhan komoditas i terhadap laju pertumbuhan rata-rata komoditas kabupaten lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan komoditas i terhadap total komoditas provinsi

2. DLQ < 1, berarti proporsi laju pertumbuhan komoditas i terhadap laju pertumbuhan rata-rata komoditas kabupaten lebih kecil

(16)

16

dibandingkan laju pertumbuhan komoditas i terhadap total komoditas provinsi

1.5.6. Sektor Pertanian

Sektor pertanian adalah suatu sektor dimana didalamnya terdapat penggunaan sumberdaya hayati untuk memproduksi suatu bahan pangan, bahan baku industri, dan sumber energi serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.

Pengertian pertanian dibagi menjadi dua pembagian, yaitu pertanian dalam arti sempit dan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas mencakup (1) pertanian rakyat (pertanian dalam arti sempit), (2) perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar), (3) kehutanan, (4) peternakan dan (5) perikanan, baik perikanan darat maupun perikanan laut (Mubyarto, 1973). Pembagian secara konvesional ini kurang konsisten dan tidak jarang menimbulkan kesulitan, misalnya perkebunan rakyat secara ekonomis dapat disamakan dengan pertanian rakyat karena perbedaanya hanya terletak pada macam tanaman atau hasil.

Dengan demikian pembangian antara pertanian rakyat dan perkebunan menjadi kabur dan kehilangan arti, sehingga pembagian bidang pertanian dibagi menjadi dua yaitu usaha tani pertanian rakyat dan perusahaan pertanian. Dari segi ekonomi, pertanian rakyat diusahakan sebagai pertanian keluarga (pertanian subsisten atau setengah subsisten), sedangkan perusahaan pertanian diusahakan sepenuhnya secara komersil (Mubyarto, 1973). Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah, ladang atau pekarangan. Pertanian rakyat meruapakan usaha tani yang tidak hanya menghasilkan satu produk saja. Dalam satu tahun petani dapat menentukan untuk menanam bahan makanan atau tanaman perdagangan.

Keputusan menanam bahan makanan digunakan untuk memenuhi kebutuhna makan seluruh keluarga petani. Keputusan menanam tanaman perdagangan didasarkan atas harapan iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut dan harapan harga. Tanaman-tanaman perdagangan

(17)

17

rakyat yang dikenal dengan hasil perkebunan rakyat meliputi tembakau, tebu rakyat, kopi, karet, lada, kelapa, cengkeh, teh, panili, buah-buahan, sayur-sayuran, dan bunga-bungaan.

1.5.7. Tembakau

Tembakau (Nicotiana tabacum) adalah genus tanaman yang berdaun lebar yang berasal dari daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan. Daun dari tembakau sering digunakan sebagai bahan baku rokok, baik menggunakan pipa maupun digulung dalam bentuk rokok atau menghisap bubuk tembakau melalaui hidung, selain itu pula tembakau mengandung zat alkaloid nikotin. Tembakau Temanggung memiliki rasa yang khas dan aroma yang menonjol karena komposisi kadar nikotinya tinggi, berkisar antara 3 % sampai 8 % dengan kadar gula rendah, antara 2,04 % sampai 7,57 %. Daerah pengembangannya meliputi lereng Gunung Sumbing, Sindoro, dan Prau, dengan ketinggian 500 – 1.500 mdpl, topografi wilayah 60% berupa lereng dengan kemiringan lebih dari 15%.

Tembakau Temanggung yang banyak ditanam oleh para petani ada 8 jenis tembakau, yaitu (1) jenis Lamuk, (2), jenis Lamsi, (3) jenis Twalo, (4) jenis Paksi, (5) jenis Swanbin, (6) jenis Tionggang, (7) jenis Swatingjan dan (8) jenis sawah.

Daerah di Temanggung yang menghasilkan tembakau terbaik yaitu di daerah Lamsi dan Lamuk, tembakau dari daerah tersebut menghasilkan mutu, rasa, dan keharuman yang menjadi legenda, yang dikenal dengan tembakau Srinthil (Brata, 2012). Tembakau lainnya juga menghasilkan kualitas yang baik, namun tidak sekelas dengan tembakau srinthil. Meskipun menanam dengan jenis tembakau yang sama, di setiap daerah akan menghasilkan kualitas yang berbeda, hal ini karena masing-masing jenis tembakau diciptakan oleh karakteristik tanah, tingkat ketinggian dan kemiringan tanah, serta kelembapan yang khas di masing-masing tempat (Brata, 2012).

Tembakau mempunyai pengaruh yang signifikan, dimana tembakau menerima pasukan dari 16 sektor lain. Sampai saat ini komoditas tembakau belum

(18)

18

tergantikan karena memberi hasil dalam jangka pendek yang langsung bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga (RKPD Kab Temanggung Tahun 2015).

Tembakau Temanggung sebagai tembakau terbaik di Indoensia, memiliki kadar nikotin 3 % – 8 %. Pengembangan tembakau ada di ada di 17 kecamatan, yaitu Parakan, Kledung, Basari, Bulu, Temanggung, Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang, Kranggan, Kaloran, Kandangan, Kedu, Ngadirejo, Jumo, Candiroto, Trertep, Prngsurat dan Wonoboyo. Data dari Dinas Pertanian menunjukkan bahwa luas lahan tanam tembakau di Temanggung pada tahun 2012 sebesar 14244 Ha dengan jumlah produksi 9978,5 ton serta produktivitasnya 0,64 ton/ha.

Nilai ekonomi yang tinggi, menjadikan tembakau memiliki daya saing yang tinggi terhadap komoditas lain. Keunggulan kompetitif tersebut menjadi daya tarik bagi petani untuk membudidayakan tembakau. Petani yang mengandalkan tembakau sebanyak 57000 orang, maka tidak heran bila tembakau merupakan pemasok pendapatan terbesar dari sektor pertanian terhadap PDRB, 70 % PDRB berasal dari sektor pertanian berasal dari komoditas tembakau. Usaha tani tembakau Temanggung dapat menyumbang pendapatan total petani sebanyak 60 % – 80 % (RKPD Kab Temanggung Tahun 2015)

1.5.8. Kesesuaian Lahan

Lahan merupakan bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik, termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan keadaan vegetasi alami yang secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976).

Kenyataan dalam lapangan, penggunaan lahan eksiting tidak selamanya sesuai dengan kemampuan lahannya, sehingga perlu analisis kesusuaian lahan.

Kesesuaian lahan merupakan spesifikasi kemampuan lahan, khususnya kecocokan suatu jenis lahan tertentu untuk macam penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan suatu wilayah untuk pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan atas dasar kecocokan antara sifat kimia dan fisik lingkungan mencakup iklim, tanah, topografi, batuan di permukaan dan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan

(19)

19

tumbuh tanaman (Ferdinan, dkk, 2013). Kesesuaian lahan merupakan gabungan antara pemanfaatan lahan dan daya dukung lahan. Kemampuan lahan menunjukkan kapasitas lahan dalam berproduksi (Yudono, dkk, 2006). Evaluasi lahan dilakukan untuk tujuan memaksimalkan penggunaan lahan yang berpotensi sebagai lahan budidaya usaha tani tembakau sehingga produktivitas lahan dapat dimaksimalkan (Aditiyas, dkk, 2014).

1.5.9. Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan suatu peraturan yang hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika-praktika sosial yang ada dalam masyarakat. Menurut Dye (1981, dalam Herdiyani, 2013) kebijakan publik sendiri merupakan segala sesuatu yang dikerjakan baik oleh pemerintah maupun bukan pemerintah, mengapa kebijakan harus dilakukan dan apakah manfaat bagi kehidupan bersama yang harus menjadi pertimbangan holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat bagi warganya serta tidak menimbulkan persoalan yang merugikan. Ini berati kebijakan publik tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan praktik sosial dalam masyarakat.

Peraturan Pemrintah No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan disahkan pada bulan Desember Tahun 2012. Kebijakan ini merupakan penjelasan pasal 116 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009. Kebijakan ini berisi peraturan yang memberikan batasan bagi pengedaran, penjualan, dan iklan dari produk tembakau, yakni rokok. Secara garis besar, PP No. 109 Tahun 2012 mengatur tentang:

1. Standarisasi kadar tar dan nikotin pada rokok

2. Pencantuman kadar nikotin dan pelarangan penggunaan bahan tambahan

3. Pencantuman gambar dan tulisan peringatan 4. Pelarangan pencantuman tanda yang menyesatkan 5. Pengendalian iklan rokok, atau iklan produk tembakau

(20)

20

6. No smoking area, kawasan tanpa rokok, dan kawasan merokok

1.6. Kerangka Penelitian

Pembangunan wilayah memiliki makna perubahan yang meliputi fisik wilayah, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan didukung perubahan dan penerapan teknologi, perubahan struktur perekonomian, konsumsi dan sistem tata nilai kehidupan masyarakat. Pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat baik di masa sekarang maupun yang akan datang.

Pembangunan wilayah perlu mempertimbangkan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah tersebut. Pembangunan wilayah sendiri dapat berupa pembangunan fisik wilayah ataupun pembangunan perekonomian wilayah. Pembangunan perekonomian wilayah dapat merujuk pada sektor unggulan yang ada disuatu wilayah. Sektor basis dijadikan sebagai tumpuan menentukan sektor unggulan.

Sektor unggulan keberadaannya diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan suatu wilayah.

Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi sektor unggulan di Kabupaten Temanggung, dan berdasarkan data statistik tentang struktur ekonomi atas dasar harga berlaku menunjukkan bahwa sektor pertanian sebagai sektor unggulan, dengan kontribusi sektor pertanian yaitu paling tinggi diantara sektor lainnya yaitu sebesar 30,69 % pada tahun 2014 (PDRB Kab Temanggung Tahun 2014). Sektor pertanian sendiri terdiri dari 5 subsektor yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Subsektor perkebunan merupkan salah satu sektor yang memiliki peranan besar terhadap perekonomian di Kabupaten Temanggung. Subsektor perkebunan menghasilkan komoditas diantaranya tembakau, kopi arabika, kopi robusta, cengkeh, panili, kapuk, aren, lada, dan lain sebagainya.

Komoditas yang menjadi unggulan pada subsektor perkebunan salah satunya yaitu komoditas tembakau. Tembakau Temanggung menjadi salah satu komoditas yang terun temurun dibudidayakan oleh masyarakat Temanggung sejak

(21)

21

dahulu, dan sebagai komoditas unggulan daun tembakau dijadikan simbol dalam logo Kabupaten Temanggung yang merupakan tanaman khas Daerah Kabupaten Temanggung melambangkan kesejahteraan daerah. Daerah basis tembakau di Temanggung untuk menunjukkan sebaran spasial sentra penghasil tembakau di Temanggung. Adanya kebijakan pemerintah tentang perlindungan dampak tembakau dikhawatirkan mengancam keberlanjutan usaha tani tembakau di Kabupaten Temanggung, ancaman tersebut menimbulkan ketidakpastian harga tembakau rakyat, dimana hal tersebut akan dapat mengancam lesunya usaha pertanian pada komoditas tembakau sehingga berdampak terhadap penyerapan akan tembakau Temanggung serta kesejahteraan petani tembakau. Perlu adanya alternatif komoditas unggulan lainnya pada subsektor perkebunan untuk dibudidayakan petani sebagai alternatif komoditas tembakau (Gambar 1.1)

Sektor Pertanian Sebagai Sektor Unggulan di Kabupaten Temanggung

Tanaman bahan makanan

Tanaman perkebunan

rakyat

Peternakan Perikanan Kehutanan

Pembangunan Wilayah

Pembangunan Ekonomi Pembangunan Non Ekonomi

Pembangunan Sektoral

(22)

22

Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian

(Sumber: Konstruksi Penulis, 2016)

Fokus Penelitian

Bukan Fokus Penelitian

Tembakau sebagai Komoditas Unggulan

Kebijakan Pemerintah

Identifiaksi dan memetakan daerah – daerah basis tembakau

Pengaruh terhadap produksi dan produktivitas

Alternatif komoditas selain tembakau

LQ

LQ > 1 basis tembakau LQ < 1 tidak basis

tembakau Tujuan 1

Produktivitas = Jumlah produksi / luas lahan

&

Uji paired t-test Tujuan 2

Analisis Tipologi Klassen

Komoditas: prima dan potensial Tujuan 3

UU No 36 Tahun 2009 &

PP No 109 Tahun 2012

Pengaruh terhadap usahatani tembakau

(23)

23 1.7. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah hipotesis untuk mengetahui pengaruh kebijakan perlindungan dampak tembakau terhadap produksi dan produktivitas tembakau di Kabupaten Temanggung. Berikut ini hipotesis dari penelitian ini:

1. Terdapat pengaruh kebijakan perlindungan dampak tembakau terhadap produksi tembakau di Kabupaten Temanggung yang dapat dilihat dari produksi tembakau yang dihasilkan antara sebelum berlakunya kebijakan dengan setelah berlakunya kebijakan.

2. Terdapat pengaruh kebijakan perlindungan dampak tembakau terhadap produktivitas tembakau di Kabupaten Temanggung yang dapat dilihat dari produktivitas tembakau yang dihasilkan antara sebelum berlakunya kebijakan dengan setelah berlakunya kebijakan.

Gambar

Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

Mencermati PDRB, IPM, dan IKD merupa- kan tiga ukuran yang lazim digunakan untuk menyatakan tingkat kesejahteraan masyarakat [1] dan terdapat 18 indikator pengukurnya

dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu (1) Bagaimana kondisi sosial dan politik orang kulit hitam sebelum mendapatkan kesetaraan hak sipil?; (2) Apa

Modul ini dikembangkan dengan tujuan agar mahasiswa mengerti, memahami masalah Penggunaan Obat yang Rasional ( POR ); memahami dan berkemampuan cara mengidentifikasi masalah POR;

rinci tentang pengaruh penggunaan media gambar terhadap keterampilan menulis teks deskripsi bahasa Bugis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanete Riaja Kabupaten

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari dan mengakui bahwa banyak sekali kesulitan-kesulitan yang penulis temui, namun berkat ketekunan, kesabaran, serta atas

permasalahan mengenai tata letak gudang finish good atau yang sering disebut.. dengan

Penyusunan skripsi dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi