Abstrak— Computer Integrated Manufacturing (CIM) adalah integrasi dari bisnis, keteknikan, manufaktur, dan manajemen informasi yang mencakup fungsi-fungsi perusahaan dari pemasaran sampai distribusi produk (Hannam, 1997). Beberapa tahun ini PT.
PG Candi Baru Sidoarjo melakukan perbaikan secara bertahap dan mengarah pada perbaikan menuju otomatisasi dan integrasi perusahaan. Hal ini dilakukan seiring dengan rencana perusahaan untuk meningkatkan kapasitasnya. Secara tidak langsung perusahaan telah menerapkan sistem manufaktur terintegrasi komputer. Namun, sampai saat ini perusahaan masih belum pernah melakukan evaluasi terhadap kematangan sistem manufaktur perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk membantu perusahaan mengetahui kondisi sistem manufakturnya melalui evaluasi kematangan sistem manufaktur. Sistem evaluasi yang digunakan merupakan sistem evaluasi perpaduan antara KPI manufaktur dengan karakteristik CIM. Evaluasi ini dimulai dengan mengumpulkan data mengenai sistem bisnis dan sistem integrasi manufaktur, melakukan interview dengan pekerja dan manajer, serta melakukan penilaian. Penilaiannya berupa pengisian SAQ (penilaian kualitatif) dan validasi penilaian (penilaian kuantitatif).
Berdasarkan hasil pengolahan data, kematangan sistem perusahaan berada pada level 5 dengan pencapaian sebesar 81,80%. Kematangan subkriteria Utilized Time vs Unutilized Time dan kriteria safety berada pada level 3. Untuk kematangan level 4 dimiliki oleh subkriteria Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours. Kematangan subkriteria Operation Time vs Down Time dan Actual Time vs Teoritical Time adalah level 5. Sedangkan kematangan subkriteria Rejection Case by Quality Control, Rejection Case by Customer, kriteria biaya, delivery and transfer, dan moral adalah level 6.
Kata Kunci—Computer Integrated Manufacturing (CIM), Computer Integrated Manufacturing for Open System Architecture (CIMOSA), Industri Proses, Penilaian Kematangan Integrasi Manufaktur
I. PENDAHULUAN
ULA adalah salah satu kebutuhan pokok bagi penduduk Indonesia. Gula biasanya digunakan sebagai pemanis suatu makanan atau minuman, atau dapat juga digunakan sebagai salah satu bahan baku untuk industri tertentu, seperti industri penghasil pasta gigi, industri makanan, dan lain sebagainya. Angka permintaan gula di Indonesia cukup tinggi. Setiap tahunnya, angka permintaan gula semakin meningkat. Adanya permintaan yang cukup tinggi tersebut ternyata belum dapat dipenuhi oleh industri gula di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Perbandingan Produksi dan Konsumsi Gula di Indonesia Sumber : Dewan Gula Indonesia (2013)
Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara jumlah yang diproduksi dan jumlah yang dikonsumsi oleh masyarakat. Konsumsi gula di Indonesia lebih besar daripada produksinya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat permasalahan yang menyebabkan produksi gula masih belum mampu memenuhi permintaan konsumen.
Permasalahan di industri gula diklasifikasikan menjadi dua, yakni bahan baku dan produksi [1]. Permasalahan bahan baku ini meliputi rendahnya produktifitas lahan dan rendemen gula di sebagian pabrik gula milik PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) atau PT. Rajawali Nusantara Indonesia (PTRNI) dibandingkan dengan pabrik gula swasta, bahan baku raw sugar untuk industri gula rafinasi masih seluruhnya diimpor, dan pengembangan industri raw sugar untuk memasok bahan baku industri gula rafinasi dalam negeri belum juga terwujud [1].
Sedangkan permasalahan produksi melingkupi mutu gula putih produksi dalam negeri masih belum memadai, produksi tebu dan gula masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera, pada umumnya mesin produksi perusahaan gula putih sudah tua sementara program revitalisasi perusahaan gula belum berjalan sebagaimana yang diharapkan [1]. Selain itu, tingkat efisiensi pabrik (overall recovery) masih jauh di bawah standar, kinerja mesin dan peralatan pabrik gula yang kurang memadai, rendahnya tingkat otomatisasi pabrik yang mempengaruhi efisiensi dan daya saing usaha, pengalihan teknologi proses sulfitasi menjadi karbonatasi belum menjadi pertimbangan oleh perusahaan gula, dan belum berkembangnya diversifikasi produk termasuk energi untuk meningkatkan daya saing industri gula [2]. Meninjau hal tersebut, Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian menyusun strategi-strategi untuk memenuhi sasaran pengembangan industri gula jangka
0 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Grafik Perbandingan
Produksi dan Konsumsi Gula di Indonesia
Produksi (ton) Konsumsi (ton)
Evaluasi Computer Integrated Manufacturing (CIM) PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Normalita Sari Yuniasti, Yudha Prasetyawan
Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
E-mail: [email protected], [email protected]
G
pendek, menengah, dan panjang. Salah satunya adalah revitalisasi pabrik gula atau otomatisasi operasional pabrik dalam rangka peningkatan mutu gula.
PT. PG Candi Baru Sidoarjo merupakan anak perusahaan dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia yang bergerak di bidang Agro Industri. Produk yang dihasilkan adalah gula jenis SHS 1A. Perusahaan ini dibangun pada jaman Belanda, yakni pada tahun 1832. Mesin-mesin yang digunakan juga merupakan mesin yang berasal saat jaman Belanda.
Menindak lanjuti himbauan dari pemerintah, perusahaan menjadikan perbaikan sebagai fokusnya. Hal ini terbukti dengan visi perusahaan yang berbunyi “Menjadi Pabrik Gula Terefisien di Jawa Timur dengan kinerja terus meningkat”
[3]. Perbaikan yang dilakukan perusahaan adalah meningkatkan performansi mesin produksi dan mengganti beberapa mesin manual menjadi otomatis dan terintegrasi dengan program komputer. Adanya program komputer ini memudahkan operator dalam menjalankan proses produksi dan pengawasan. Pengawasan tidak hanya dilakukan melalui program komputer ini saja, namun juga melalui pengawasan secara langsung di lantai produksi. Selain itu, perusahaan juga meningkatkan sistem informasi untuk menunjang proses produksi. Perbaikan-perbaikan perusahaan dilakukan secara bertahap dan mengarah pada perbaikan menuju otomatisasi dan integrasi perusahaan. Hal ini dilakukan seiring dengan rencana perusahaan untuk meningkatkan kapasitasnya.
Berikut adalah Gambar 2 dimana menunjukkan rencana peningkatan kapasitas perusahaan.
Gambar 2. Grafik Rencana Peningkatan Kapasitas PT. PG Candi Sidoarjo Sumber : PT. PG Candi Baru Sidoarjo (2010)
Dari perbaikan yang telah dilakukan oleh perusahaan, secara tidak langsung perusahaan telah menerapkan Computer Integrated Manufacturing (CIM). CIM adalah integrasi dari bisnis, keteknikan, manufaktur, dan manajemen informasi yang mencakup fungsi-fungsi perusahaan dari pemasaran sampai distribusi produk [4]. CIM perusahaan ini masih belum matang. Hal ini terlihat dari masih adanya mesin yang masih belum otomatis dan sedikitnya cell controller.
Selama ini, perusahaan masih belum melakukan evaluasi terhadap kematangan integrasi manufaktur perusahaan.
Selama ini, perusahaan masih belum melakukan evaluasi terhadap kematangan integrasi manufaktur perusahaan.
Evaluasi yang telah dilakukan oleh perusahaan selama ini adalah evaluasi terhadap pencapaian atau kinerja perusahaan untuk semua bagian di perusahaan. Evaluasi kematangan integrasi sistem manufaktur selain dapat membantu perusahaan dalam mengetahui kondisi dari sistem
manufaktur perusahaan, di dalam evaluasi kematangan juga terdapat indikator-indikator kematangan yang dapat membantu dan mempermudah perusahaan dalam melakukan perbaikan. Oleh karenanya, maka diperlukan adanya evaluasi kematangan terhadap CIM PT. PG Candi Baru Sidoarjo.
Sistem evaluasi yang digunakan adalah sistem evaluasi kematangan integrasi manufaktur dari penelitian yang dilakukan oleh Prasetyawan dkk. [5]. Sistem evaluasinya merupakan perpaduan antara KPI manufaktur dengan komponen dari CIM Wheel. Adanya evaluasi ini dapat membantu perusahaan dalam mengetahui tingkat kematangan sistem manufakturnya dan membantu dalam hal perbaikan menuju otomatisasi dan integrasi perusahaan.
II. URAIANPENELITIAN A. Tahap Telaah
1) CIM
Computer Integrated Manufacturing (CIM) atau sistem manufaktur terintegrasi komputer adalah integrasi dari bisnis, keteknikan, manufaktur, dan manajemen informasi yang mencakup fungsi-fungsi perusahaan dari pemasaran sampai distribusi produk [4]. Fokus CIM adalah integrasi dari sistem komputer (melalui jaringan dan interface yang cocok), software sistem komputer, proses bisnis, aktivitas, dan tugas, serta proses dan aktivitas manufaktur, melalui jaringan [4].
Terdapat 5 tingkatan/level otomasi dan kontrol di dalam CIM [6]. Adapun 5 tingkatan otomasi dan kontrol yaitu :
1. Tingkat alat, dimana meliputi sensor, unit penggerak, dan elemen perangkat keras lainnya.
2. Tingkat mesin, dimana meliputi mesin individual.
3. Tingkat sistem, dimana meliputi sistem manufaktur dan kelompok mesin.
4. Tingkat pabrik, dimana meliputi sistem produksi.
5. Tingkat perusahaan, dimana meliputi sistem informasi perusahaan.
Tingkatan/level otomasi dan kontrol ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pembuatan struktur CIM.
Implementasi CIM dimulai dengan mengukur kondisi perusahaan yang meliputi teknologi, sumber daya manusia (SDM) dan sistem, melakukan penyederhanaan atau mengeliminasi waste, lalu mengimplementasikan dengan pengukuran kinerja [7]. Strategi sukses untuk mengimplementasikan CIM adalah dengan menggunakan komputer untuk integrasi informasi dan aliran material, produksi kecil secara batch dengan sistem kontrol produksi online (contohnya Flexible Manufacturing System), dan penerapan LAN untuk mengintegrasi aliran informasi di dalam perusahaan [8].
2) CIMOSA
Computer Integrated Manufacturing for Open System Architecture (CIMOSA) adalah salah satu model proses bisnis dimana di dalamnya terdapat beberapa elemen proses bisnis yang saling terikat dan terintegrasi satu sama lain.
Selain menggambarkan proses bisnis perusahaan, CIMOSA juga dapat menggambarkan integrasi CIM pada perusahaan [4]. Berikut adalah Gambar 3 mengenai model proses bisnis CIMOSA.
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Kapasitas (TCD)
Tahun
Rencana Peningkatan Kapasitas PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Gambar 3. Model Proses Bisnis CIMOSA
Model proses bisnis CIMOSA di Gambar 3 terbagi atas 3 proses utama, yakni manage process, core process, dan support process. Manage process adalah proses utama dari proses bisnis yang menjadi dasar dalam melakukan proses bisnis inti atau core process. Manage process mengambil peran yang sangat penting dikarenakan di dalamnya terkandung tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Set direction adalah proses dimana suatu perusahaan menentukan perusahaan tersebut ke depannya akan menjadi bagaimana.
Set strategy adalah proses menentukan visi, misi, dan strategi yang akan diambil untuk mencapai tujuan. Set strategy ini dilandaskan pada set direction dari perusahaan. Sedangkan direct business adalah proses menentukan bagian- bagian/departemen yang dapat melakukan visi, misi, dan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan. Direct business ini didasarkan pada set strategy perusahaan. Model CIMOSA membantu dalam pemetaan elemen-elemen yang ada di perusahaan berdasarkan elemen-elemen yang ada di dalam model CIMOSA.
3) Industri Proses
Saat ini jenis industri manufaktur modern sangat beragam, salah satunya adalah industri kimia. Industri kimia adalah sebuah industri yang menghasilkan produk kimia dengan menerapkan prinsip-prinsip kimia [9]. Sistem manufaktur pada industri kimia adalah sistem manufaktur proses. Sistem manufaktur proses adalah sebuah bagian penting dari proses pengolahan bahan baku menjadi produk dimana materialnya dalam bentuk cairan, panas dan tekanan juga terlibat dalam proses tersebut [4]. Tahap akhir sistem manufaktur proses sering melibatkan metode produksi diskrit karena material cairannya dapat dimasukkan ke dalam wadah seperti kaleng atau botol, dan lainnya. Selain itu, produk tersebut bisa menjadi suatu produk yang solid, seperti kaca. Proses yang terjadi pada industri kimia adalah proses kontinyu (continuous process) dimana reaktan diumpankan dan dipindahkan secara kontinyu. Pemilihan katalis yang tepat untuk mempercepat laju reaksi menjadi perhatian penting.
Hal ini bertujuan agar produk dapat cepat terbentuk dan tidak menghasilkan produk samping yang tidak dikehendaki [9].
Salah satu industri kimia yang prosesnya kontinyu adalah industri gula. Pembuatan gula pada industri gula menerapkan prinsip-prinsip kimia dimana bahan atau reaktan mengalir dari satu wadah ke wadah lainnya secara kontinyu.
4) Penilaian Kematangan Integrasi Manufaktur Penilaian kematangan integrasi sistem manufaktur nantinya menggunakan model penilaian yang disusun oleh
Prasetyawan dkk. dimana memadukan antara KPI manufaktur dengan CIM Wheel [5]. Kriteria yang ada pada penilaian kematangan ini berjumlah 6, yakni kriteria produktivitas, kualitas, biaya, delivery and transfer, safety, dan moral. Dari keenam kriteria, hanya ada dua kriteria yang memiliki subkriteria yaitu kriteria produktivitas dan kualitas.
Subkriteria dari kriteria produktivitas berjumlah empat, yakni Availability (Operation Time vs Downtime), Performance (Actual Time vs Teoritical Time), Utilized Time vs Unutilized Time, dan Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours.
Sedangkan subkriteria yang ada pada kriteria kualitas adalah Rejection by Quality Control dan Rejection by Customer.
Secara umum, penilaian kriteria atau subkriteria bersifat kualitatif, kecuali subkriteria Availability (Operation Time vs Downtime), Performance (Actual Time vs Teoritical Time), Utilized Time vs Unutilized Time, Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours, Rejection by Quality Control dan Rejection by Customer. Dari hasil penilaian didapatkan pencapaian kematangan integrasi. Pencapaian ini menunjukkan level kematangannya. Level kematangan integrasi manufaktur ada 6. Adapun skala kematangan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Skala Kematangan No. Level
Kematangan
Prosentase Kematangan
1 1 0 % - 16%
2 2 17 % - 32 %
3 3 33 % - 49 %
4 4 50 % - 66 %
5 5 67 % - 83 %
6 6 84 % - 100 %
B. Metode Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian ini terbagi atas 3 tahap, yaitu :
1. Tahap Identifikasi Permasalahan
Sebelum melakukan penelitian, Penulis pada awalnya melakukan identifikasi permasalahan dan merumuskan tujuan penelitian. Setelah itu, penulis melakukan studi literatur mengenai teori-teori yang melandasi penelitian ini. Selain itu, penulis juga melakukan survey ke perusahaan untuk mengetahui kondisi terkini perusahaan secara umum.
2. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada tahap kedua, penulis melakukan interview dengan pekerja dan manajer, pengisian SAQ (penilaian kualitatif), dan validasi penilaian (penilaian kuantitatif). Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk melakukan perhitungan nilai kematangan masing-masing KPI serta kematangan nilai sistem perusahaan. Selanjutnya dibuat 3. Tahap Analisa dan Pengambilan Kesimpulan
Setelah melakukan pengolahan data, selanjutnya dilakukan analisa mengenai pencapaian kematangan perusahan.
Selanjutnya dilakukan pengambilan kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan.
C. Penilaian Kematangan Integrasi Manufaktur PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Penilaian kematangan integrasi manufaktur dimulai
Set Direction Set Strategy Direct Business
Human Resources
Information Technology
Financial/
Accounting Maintenance
Manage Process
Support Process
Develop
Product Get Order Fulfill Order Support
Product
Core Process
dengan mengumpulkan data mengenai sistem bisnis dan sistem integrasi manufaktur. Sistem bisnis dan integrasi manufaktur perusahaan dapat dipetakan menggunan CIMOSA. Berikut ini adalah Gambar 4 mengenai CIMOSA perusahaan.
Gambar 4. CIMOSA PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Gambar 4 menunjukkan CIMOSA perusahaan dimana di dalamnya terdapat kotak-kotak yang memiliki warna berbeda. Warna biru mewakili manage process. Warna oranye mewakili core process. Sedangkan warna hijau mewakili support process. Selanjutnya dibuat struktur CIM perusahaan. Adapun struktur CIM PT. PG Candi Baru Sidoarjo dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Struktur CIM PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Selanjutnya dilanjutkan dengan mewawancarai tenaga ahli di perusahaan terkait dengan kriteria yang ada pada KPI.
Selain itu juga dilakukan pengisian SAQ untuk masing- masing kriteria. Berikut adalah Tabel 2 mengenai pencapaian masing-masing kriteria maupun subkriteria.
Tabel 2. Pencapaian Masing-Masing Kriteria maupun Subkriteria Penilaian Kematangan Integrasi Manufaktur
Pencapaian kriteria pada Tabel 2 didapatkan dari penjumlahan pencapaian kualitatif dan kuantitatif lalu dibagi dua. Selanjutnya, dari pencapaian kriteria tersebut, dihitung kontribusi kematangan dari masing-masing kriteria maupun subkriteria. Perhitungan kontribusi ini bertujuan untuk menghitung nilai kematangan integrasi manufaktur PT. PG Candi Baru Sidoarjo. Rekap perhitungan nilai kematangan integrasi manufaktur dapat dilihat di Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Rekap Perhitungan Nilai Kematangan Integrasi Manufaktur PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Kontribusi kematangan didapatkan dari perkalian antara pencapaian kriteria dengan bobot. Sedangkan nilai pencapaian kematangan didapatkan dari penjumlahan seluruh kontribusi kematangan masing-masing kriteria atau subkriteria. Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa level kematangan perusahaan adalah level 5 dengan pencapaian 81,80%. Level 5 ini menunjukkan bahwa sistem manufaktur terintegrasi komputer PT. PG Candi baru itu :
1. Efektif, pendekatan sistematis, dan responsif terhadap keseluruhan hingga di luar item persyaratan pada KPI 2. Pendekatan tersebar dengan baik, tidak ada gap yang
signifikan
3. Pendekatan sistematik untuk mengevaluasi dan improvement serta pembelajaran organisasi, termasuk
Set Direction Visi :
Menjadi Pabrik Gula Terefisien di Jawa Timur dengan kinerja terus meningkat Misi :
Pertumbuhan, Tekad berbuat yang terbaik, Lebih mensejahterakan karyawan, Bermanfaat bagi masyarakat
Set Strategy Memaksimalkan kapasitas giling, efisiensi biaya,
memastikan jumlah tebu giling
Direct Business Administrasi dan Keuangan, SDM dan Umum,
Tanaman, Instalasi, Fabrikasi
Human Resources Terdapat evaluasi kinerja SDM, upgrading, training, sistem pegawai tetap dan
kontrak
Information Technology Terdapat sistem informasi bagian keuangan, tanaman,
gudang, SDM
Financial/ Accounting Pembuatan laporan keuangan
sekali dalam satu bulan dan laporan akhir sekali dalam masa produksi, Terbuka dengan pemegang saham
Maintenance Dilakukan pada masa giling (Predictive Maintenance dan beberapa stoppage planning) dan masa tidak giling (Pembongkaran mesin total),
ada tim khusus untuk maintenance Manage Process
Support Process Develop Product
Mengemas produk dalam packaging 1 kg (retail) dan 50
kg (curah)
Get Order Kerja sama dengan anak perusahaan PT. RNI lainnya,
yakni PT. Nusindo
Fulfill Order Kerja sama dengan Petani Tebu, sistem produksi 24 jam
Support Product Kemasan gula terbuat dari plastik (1 kg) dan karung (50 kg), adanya after sales service Core Process
Enterprise Level
Plant Level
Machine Level
Device Level
Administration &
Accounting
Manual Semi Automation Automation
Material Processing
Machine
Assembly &
Packaging Machine
Inspection Machine
Material Handling
Data Collection
Data Processing
Data Transfer Financial Planning
1. Cane Leveller 2. Cane Cutter 3. Unigrator 4. Juice Heater I dan II 5. Flash Tank 6 Single Tray Clarifier 7. Rotary Vacuum Filter 8. Pan Penguapan 1-5 9. Mesin Puteran C 1 dan 2 10. Mesin Puteran D1 1-3 11. Mesin Puteran D2 1-2 12. Mesin Puteran SHS 2 dan 3
1. Gilingan I-IV 2. Pan Masakan A 3. Pan Masakan C 4. Pan Masakan D 5. Mesin Puteran A 1 6. Boiler 1.Mesin Puteran A 2 dan 3 2. Mesin Puteran SHS 1
3. Pengemasan
Piping
Cane Carrier I dan II Meja
Tebu 1 dan 2
Telepon HT Printer Kamera
CD/DVD USB
Checksheet Buku Komputer
Komputer
Intranet Production Planning
& Control Human Resources
Planning
Raw Material Resources Planning
Cell Controller : 1. Pengaturan Boiler 2. Pengaturan Turbin
Conveyor Pengemasan Travelling
Cane
Sensor :
Berat, cahaya, suhu, tekanan
DCS Cane Elevator Pompa
Internet Facilities Planning
No. Kriteria Subkriteria Pencapaian Kualitatif
Pencapaian Kuantitatif
Pencapaian Kriteria 1 Produktifitas 1 Operation Time vs
Down Time 66,67% 98,97% 82,82%
2 Produktifitas 2 Actual Time vs
Teoritical Time 65,63% 82,97% 74,30%
3 Produktifitas 3 Utilized Time vs
Unutilized Time 40,00% N/A 40,00%
4 Produktifitas 4
Valued Man Hours vs Unvalued Man
Hours
62,50% N/A 62,50%
5 Kualitas 1 Rejection Case by
Quality Control 85,71% 99,9954% 92,85%
6 Kualitas 2 Rejection Case by
Customer 91,67% 100,00% 95,83%
7 Biaya - 94,74% N/A 94,74%
8 Delivery &
Transfer - 90,00% N/A 90,00%
9 Safety - 44,44% N/A 44,44%
10 Moral - 90,91% N/A 90,91%
No. Kriteria Subkriteria Pencapaian Kualitatif
Pencapaian Kuantitatif
Pencapaian
Kriteria Bobot Kontribusi Kematangan 1 Produktifitas 1Operation Time vs
Down Time 66,67% 98,97% 82,82% 0,16354 13,54%
2 Produktifitas 2 Actual Time vs
Teoritical Time 65,63% 82,97% 74,30% 0,01892 1,41%
3 Produktifitas 3 Utilized Time vs
Unutilized Time 40,00% N/A 40,00% 0,03317 1,33%
4 Produktifitas 4
Valued Man Hours vs Unvalued Man
Hours
62,50% N/A 62,50% 0,07537 4,71%
5 Kualitas 1 Rejection Case by
Quality Control 85,71% 99,9954% 92,85% 0,21788 20,23%
6 Kualitas 2 Rejection Case by
Customer 91,67% 100,00% 95,83% 0,03113 2,98%
7 Biaya - 94,74% N/A 94,74% 0,195 18,47%
8 Delivery &
Transfer - 90,00% N/A 90,00% 0,039 3,51%
9 Safety - 44,44% N/A 44,44% 0,106 4,71%
10 Moral - 90,91% N/A 90,91% 0,12 10,91%
81,80%
Level 5 Level Kematangan Total Pencapaian Kematangan
inovasi menjadi tools kunci manajemen, perbaikan terihat jelas sebagai hasil dari analisis dan sharing level organisasi
4. Terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi sekarang dan masa depan teridentifikasi melalui respon terhadap Profil Organisasi dan item lainnya
5. Sistem informasi sudah berkembang, penggunaan komputer pada beberapa mesin semi automated dan fully automated, plant level
Pencapaian kematangan integrasi perusahaan bergantung dari kematangan pencapaian masing-masing kriteria maupun subkriteria. Berikut adalah Tabel 4 yang menunjukkan rekap level kematangan untuk masing-masing kriteria dan subkriteria.
Tabel 4. Rekap Level Kematangan Masing-Masing Kriteria dan Subkriteria
Dari Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa ada 1 subkriteria dan 1 kriteria yang memiliki level 3, 1 subkriteria level 4, serta 4 subkriteria dan 3 kriteria memiliki level maksimum, yakni level 6. Untuk memudahkan dalam mengetahui tinggi rendahnya pencapaian masing-masing kriteria, maka dibuatlah grafik kematangan. Grafik kematangan ini ditunjukkan oleh Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Pencapaian Kematangan Masing-masing Kriteria dan Subkriteria Penilaian Kematangan Integrasi Manufaktur PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa pencapaian kematangan terendah adalah pencapaian dari subkriteria Utilized Time vs Unutilized Time dengan pencapaian 43,75%.
Sedangkan pencapaian kematangan tertinggi adalah pencapaian dari subkriteria Rejection Case by Customer.
III. KESIMPULAN/RINGKASAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu : 1. Kematangan integrasi manufaktur PT. PG Candi Baru
Sidoarjo adalah level 5 dengan pencapaian sebesar 81,80%. Hal ini menunjukkan bahwa luas cakupan perusahaan adalah plant level.
2. Kematangan pencapaian masing-masing kriteria itu berbeda. Untuk kematangan subkriteria Utilized Time vs Unutilized Time dan kriteria safety adalah level 3.
Kematangan level 4 dimiliki oleh subkriteria Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours. Kematangan subkriteria Operation Time vs Down Time dan Actual Time vs Teoritical Time adalah level 5. Sedangkan kematangan subkriteria Rejection Case by Quality Control, Rejection Case by Customer, kriteria biaya, delivery and transfer, dan moral adalah level 6.
UCAPANTERIMAKASIH
Penulis Normalita Sari Yuniasti mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih juga kepada Ayah Andi Suhelmi dan Ibu Tutik Agustyowati yang senantiasa mendoakan, mendukung, dan memotivasi penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng selaku dosen pembimbing dan Bapak Imam Hambali serta seluruh keluarga besar PT. PG Candi Baru Sidoarjo yang telah memberikan bimbingan, saran, serta bantuan untuk penelitian ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan dan dukungannya dalam pelaksanaan penelitian ini.
No. Kriteria Subkriteria Pencapaian
Kriteria Bobot Kontribusi Kematangan
Level Kematangan 1 Produktifitas 1
Operation Time vs Down Time
82,82% 16,3542% 13,54% Level 5
2 Produktifitas 2
Actual Time vs Teoritical
Time
74,30% 1,8915% 1,41% Level 5
3 Produktifitas 3
Utilized Time vs Unutilized
Time
40,00% 3,3174% 1,33% Level 3
4 Produktifitas 4
Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours
62,50% 7,5369% 4,71% Level 4
5 Kualitas 1
Rejection Case by Quality Control
92,85% 21,7875% 20,23% Level 6
6 Kualitas 2
Rejection Case by Customer
95,83% 3,1125% 2,98% Level 6
7 Biaya - 94,74% 19,5% 18,47% Level 6
8 Delivery &
Transfer - 90,00% 3,9% 3,51% Level 6
9 Safety - 44,44% 10,6% 4,71% Level 3
10 Moral - 90,91% 12% 10,91% Level 6
82,82%
74,30%
40,00%
62,50%
92,85%95,83% 94,74%
90,00%
44,44%
90,91%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
Grafik Pencapaian Kematangan Masing-masing Kriteria Penilaian Kematangan Integrasi Manufaktur PT. PG
Candi Baru Sidoarjo
Pencapaian Kriteria
DAFTARPUSTAKA
[1] Kementrian Perindustrian, Roadmap Industri Gula. Jakarta: Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementrian Perindustrian (2009) [2] Ergi Agson Gani, Intermediasi Revitalisasi Industri Gula Nasional.
Jakarta: Pusat Teknologi Industri Manufaktur Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (2010)
[3] PT. PG Candi Baru Sidoarjo (2014). Profil Perusahaan. Tersedia di:
http://www.candibaru.com/profil.html
[4] Roger Hannam, Computer Integrated Manufacturing: from concepts to realisation. Harlow: Addison-Wesley (1997)
[5] Yudha Prasetyawan, Novita Anggraini Wibowo, dan Siti Cholifah,
“Perancangan Instrumen Kematangan Integrasi Sistem Manufaktur (Studi Kasus Perusahaan Flow Line Production),” Metris, Vol. 14 (2013) 105-112.
[6] Mikell P. Groover, Automation, Production Systems, and Computer Integrated Manufacturing. New Jersey: Prentice Hall (2008) [7] J. A. Rehg dan H.W. Kraebber, Computer-Integrated Manufacturing.
New Jersey: Prentice-Hall (2001)
[8] A. Gunasekaran, “Implementation of computer-integrated manufacturing: a survey of integration and adaptability issues.
Computer Integrated Manufacturing,” (1997) 266-280.
[9] Oxtoby, Gillis, Nachtrieb, dan Suminar, Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga (2003)