• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aktivitas Manusia terhadap Distribusi Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) di Hutan Kemuning, Kabupaten Temanggung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengaruh Aktivitas Manusia terhadap Distribusi Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) di Hutan Kemuning, Kabupaten Temanggung"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Jurnal Biologi Edukasi Edisi 26, Volume 13 Nomor 1, Juni 2021, hal 1-5

Pengaruh Aktivitas Manusia terhadap Distribusi Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) di Hutan Kemuning, Kabupaten Temanggung

The Effect of Human Activities on the Distribution of the Javan Slow Loris (Nycticebus javanicus) in the Kemuning Forest, Temanggung Regencyr

Astri Maolani, Wanda Khairina, Ade Suryanda

Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta Email: astrimaolani_1304618017@mhs.unj.ac.id

Abstrak

Kukang Jawa (NycticebusJavanicus) termasuk ke dalam primata yang termasuk famili Lorisidae. Saat ini, kukang dikategorikan sebagai satwa langka dan dilindungi karena terancam punah.

Penyebabnya adalah aktivitas manusia seperti perburuan liar dan gangguan terhadap habitatnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh aktivitas manusia terhadap distribusi Kukang Jawa di Hutan Kemuning, kabupaten Temanggung. Penelitian ini dilakukan dengan teknik kajian pustaka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyaknya bentuk aktivitas manusia disekitar habitat kukang Jawa karena terdapat jalan utama yang menghubungkan desa-desa di sekitar hutan Kemuning yang digunakan sehari-hari oleh penduduk lokal untuk mendukung kegiatan ekonomi mereka. Distribusi kukang Jawa di hutan Kemuning terkonsentrasi di wilayah timur (Kleter) mengindikasikan bahwa satwa ini cenderung mendekati lokasi pohon tidur dan mencari tempat berlindung dari predator/pemangsa.

Kata kunci: Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus), primata, populasi, habitat, Hutan Kemuning

Abstract

The Javan slow loris (Nycticebus Javanicus) is a primate belonging to the Lorisidae family.

Currently, slow lorises are categorized as endangered and protected species because they are threatened with extinction caused by human activities such as poaching and disturbance to their habitat. This study aims to determine the effect of human activity on the distribution of Javan slow lorises in the Kemuning Forest, Temanggung district. This research was conducted using literature review techniques. The results showed that there are many forms of human activity around the Javan slow loris habitat because there is a main road that connects the villages around the Kemuning forest which is used daily by local residents to support their economic activities. The distribution of the Javan slow loris in the Kemuning forest which is concentrated in the eastern region (Kleter) indicates that this animal tends to approach sleeping trees and seek shelter from predators / predators.

Keywords: Javan Slow Loris (Nycticebus Javanicus), primates, population, habitat, Kemuning forest

(2)

Astri Maolani dkk: Pengaruh aktivitas manusia terhadap distribusi ………

2

Pendahuluan

Semua jenis kukang termasuk hewan yang dilindungi keberadaannya, termasuk kukang Jawa. Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) merupakan hewan yang sangat dilindungi dan menjadi salah satu hewan dari 25 spesies primata yang paling terancam punah di dunia. Ancaman kepunahan kukang Jawa disebabkan oleh penurunan kualitas habitat, fragmentasi, perdagangan dan perburuan. Di pasar perdagangan satwa, keberadaan kukang Jawa saat ini telah tergantikan oleh kukang Sumatera.

Deforestasi merupakan faktor utama penyebab terjadinya kehilangan dan fragmentasi habitat bagi berbagai jenis satwa liar di Indonesia. Faktor-faktor tersebut memiliki dampak penting terhadap laju kepunahan spesies dan berkurangnya biodiversitas (Laidlaw 2000; WRI 2004). Hasil penelitian Laurance (2002) menunjukkan bahwa pengaruh fragmentasi terhadap hutan tropis sangat substansial, antara lain terhadap perubahan dinamika hutan, struktur komunitas, konektivitas, isolasi habitat, ekologi, proses ekosistem, kekayaan spesies, dan kelimpahan spesies. Fragmentasi habitat (pemagaran jalan raya, tumbuhnya perumahan, deforestasi) dapat menyebabkan hilangnya variasi genetik melalui efek kombinasi dari drift dan inbreeding di dalam populasi yang kecil dan terisolasi (Sprem et al. 2013).

Salah satu satwa yang terdampak dengan terjadinya fragmentasi dan kehilangan hutan di pulau Jawa adalah kukang Jawa (Nycticebus javanicus). Faktor adanya kehilangan habitat dan fragmentasi habitat tersebut menyebabkan populasi kukang Jawa di alam memiliki kecenderungan mengalami penurunan (Nekaris et al. 2008). Nekaris dan Nijman (2007) menyatakan bahwa faktor kehilangan/

berkurangnya habitat (habitat loss) adalah faktor utama yang mempengaruhi penurunan kelimpahan kukang Jawa. Penelitian Nekaris dan Jaffe (2007) juga menyatakan kehilangan dan gangguan terhadap habitat adalah faktor kunci yang menyebabkan kelimpahan satwa ini berkurang.

Upaya-upaya perlindungan satwa kukang Jawa tersebut telah dilakukan untuk mempertahankan spesies kukang Jawa dari kepunahan. Di Indonesia, kukang Jawa merupakan satwa yang sangat dilindungi keberadaannya dengan Undang Undang No 5

tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam. Selanjutnya, terdapat pula Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/

SETJEN/KUM.1/6/2018 tanggal 29 Juni 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

Pada level internasional, saat ini kukang Jawa juga telah dinyatakan menjadi salah satu hewan yang dikelompokkan ke dalam 25 spesies primata yang paling terancam punah (Mittermeier et al. 2010). Satwa ini juga masuk ke dalam kategori Critically Endangered menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) (Nekaris et al. 2008), dan telah terdaftar dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wildlife (CITES) sebagai spesies termasuk dalam Appendix I, yaitu spesies yang dilarang diperjualbelikan dengan alasan apapun, kecuali untuk keperluan konservasi dan harus dengan surat perjanjian antar negara.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2020 dilakukan dengan teknik kajian pustaka (literature study). Data yang diperoleh merupakan data sekunder mengenai pengaruh aktivitas manusia dengan okupansi Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) di Hutan Tropis Dataran Rendah di Kemuning, Bejen, Temanggung, Jawa Tengah yang berasal dari penelitian sebelumnya. Data tersebut dianalisis dan disimpulkan untuk mendapatkan hasil studi yang inklusif mengenai pengaruh aktivitas manusia terhadap distribusi Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) di Hutan Kemuning, Kabupaten Temanggung.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Aktivitas manusia di sekitar hutan Kemuning Hutan Kemuning, Temanggung terletak di Desa Kemuning yang merupakan tempat pemukiman warga. Banyaknya bentuk aktivitas manusia disekitar habitat kukang Jawa karena terdapat jalan utama yang menghubungkan desa-desa di sekitar hutan Kemuning, jalan tersebut digunakan sehari-hari oleh penduduk lokal untuk mendukung kegiatan ekonomi mereka. Bekas jalan setapak banyak ditemukan di sekitar habitat kukang yang sekarang sudah tertutup semak belukar sehingga sulit dilalui.

Lokasi tersebut sangat disukai oleh kukang Jawa karena membentuk kerapatan tajuk yang tinggi. Vegetasi campuran merupakan habitat

(3)

3

Jurnal Biologi Edukasi Edisi 26, Volume 13 Nomor 1, Juni 2021, hal 1-5

yang disukai kukang Jawa karena ketersediaan pakan yang melimpah. Adapun titik lokasi

perjumpaan dengan kukang Jawa dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta distribusi perjumpaan kukang Jawa di hutan Kemuning Data perjumpaan Kukang Jawa

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan melalui kegiatan survei, didapatkan 33 perjumpaan kukang Jawa selama periode survei malam (32 soliter dan 1 berpasangan).

Perjumpaan kukang Jawa digambarkan dengan titik-titik koordinat (Gambar 1). Secara umum titik koordinat sebaran perjumpaan kukang Jawa mengelompok di tiga lokasi berbeda.

Kelompok pertama berada di daerah Kleter (nama lokal) atau daerah yang terletak dibagian timur dari Desa kemuning, ditemukan sebanyak 26 kali perjumpaan selama survei malam.

Kelompok kedua berada di daerah Klangon (nama lokal) atau daerah yang berada di bagian sebelah barat dari Desa Kemuning dengan 2 kali perjumpaan, dan di daerah Limit (nama lokal) atau daerah dibagian utara dari desa Kemuning sebanyak 5 kali perjumpaan. Data ini menunjukkan bahwa kukang Jawa menghuni sekitar 23,2% dari seluruh luas areal hutan.

Hubungan beberapa bentuk aktivitas manusia dengan potensi perjumpaan kukang Jawa

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat, distribusi kukang Jawa di daerah timur dari Desa Kemuning (Kleter) lebih banyak dijumpai dari pada lokasi lain karena daerah ini lebih aman dari kegiatan perburuan satwa terutama pemburu-pemburu dari luar daerah seperti Magelang, Semarang, dan lain lain. Berdasarkan observasi lapangan juga memperlihatkan bahwa satu-satunya akses jalan

menuju daerah Kleter harus melewati jalan ditengah-tengah Desa Kemuning sedangkan daerah Klangon dan Limit lebih bebas bagi pemburu dari luar daerah untuk keluar masuk ke lokasi tersebut. Terbatasnya akses jalan pemburu, membuat lokasi Kleter lebih aman dari kegiatan perburuan satwa sehingga diduga kukang Jawa lebih memilih lokasi yang aman dari resiko kegiatan perburuan tersebut. Faktor gangguan manusia terhadap satwa liar merupakan salah satu bentuk konsep predationrisk yang tepat digunakan untuk mewakili keberadaan manusia atas satwa liar (Sutherland, 1996).

Persebaran kukang Jawa dihutan Kemuning yang terkonsentrasi di wilayah timur (Kleter) juga mengindikasikan bahwa satwa ini cenderung mendekati lokasi pohon tidur dan mencari tempat berlindung dari predator/pemangsa. Hasil observasi di lapangan menunjukan bahwa pada lokasi Kleterter dapat tegakan bamboo dengan luasan dan kondisi tegakan relatif baik (lebat) dibandingkan dengan areal yang lain. Sebagaimana kebanyakan satwa primata, kukang Jawa juga tidak membuat sarang namun tidur di percabangan pohon, tubuhnya melengkung membentuk bola di pohon tidur yang mereka pilih.Pohon tidur yang dipilih kukang Jawa biasanya lebat yang diduga berfungsi untuk melindungi mereka dari suhu yang ekstrim dan juga dari predator (Nekaris2014).

(4)

Astri Maolani dkk: Pengaruh aktivitas manusia terhadap distribusi ………

4

Aktivitas manusia di sekitar hutan Kemuning belum menunjukkan adanya keresahan bagi kukang yang tinggal di habitat tersebut. Masyarakat sekitar yang melalui jalan setapak yang banyak dijumpai kukang cenderung masih ramah dan tidak mengganggu aktivitas dan habitat kukang yang ada. Hal ini tentu saja seharusnya menjadi kebiasaan yang harus diterapkan selama-lamanya supaya habitat kukang tetap terjaga serta ekosistem di sekitar hutan tetap aman. Masyarakat asli harus paham dan jeli apabila ada orang asing atau oknum tertentu yang ingin menguasai hutan

Kemuning dengan tujuan

deforestasi/fragmentasi hutan. Apabila masyarakat sekitar tidak peduli terhadap ancaman orang luar, maka akibat yang akan ditanggung adalah rusaknya hutan dan ekosistem yang sudah ada. Jika hal ini terjadi, maka kerugian akan diterima oleh penduduk asli karena sudah tidak ada lagi keseimbangan ekosistem makhluk hidup yang ada di hutan tersebut. Selain itu, apabila terjadi fragmentasi hutan maka para kukang akan sulit untuk menemukan makanannya dan lama kelamaan akan punah. Berbagai jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar pun akan lenyap apabila mereka tidak peduli dengan hutan Kemuning ketika ada oknum luar yang ingin memfragmentasi. Sejauh ini aktivitas manusia yang berada di sekitar hutan tersebut tidak mengganggu hidup kukang yang ada.

Banyaknya populasi kukang Jawa yang menghuni hutan kemuning tidaklah sedikit.

Sebanyak 23,2% kukang Jawa hidup disana.

Angka yang besar ini sangat penting dan juga berbahaya apabila deforestasi/fragmentasi hutan terjadi. Dengan jumlah populasi yang banyak sekarang ini, tentunya kukang Jawa masih dapat dirawat dan dilestarikan dengan mudah.

Sehingga sangat perlu adanya perlindungan hutan supaya makhluk hidup yang ada di hutan Kemuning tetap terjaga kelestariannya.

Aktivitas manusia tidak boleh berlebihan sehingga menyebabkan terganggunya habitat kukang Jawa. Aktivitas yang dapat membahayakan kukang Jawa di hutan Kemuning contohnya yakni penebangan pohon secara ilegal. Kegiatan ini menyebabkan banyak bahan makanan kukang yang akan hilang sehingga menghkawatirkan akan kepunahannya. Membakar hutan dan mendegradasi lahan akan membuat kukang Jawa kehilangan habitatnya. Maka semua aktivitas manusia yang berlebihan dan

membahayakan di hutan, makhluk yang ada akan berujung kepada kepunahan.

Aktivitas manusia yang meresahkan yang dapat membat kukang Jawa punah salah satunya adalah pemburuan secara ilegal.

Pemburuan ini dilakukan oleh oang di luar dari masyarakat sekitar hutan Kemuning. Apabila hal ini sudah diketahui banyak orang, seharusnya pemerintah sekitar membuat undang-undang dan menjaga hutan tersebut untuk melindungi kelestariannya dari para pemburu yang tidak bertanggung jawab.

Tentunya tidak hanya pemerintah saja yang harus turun tangan, masyarakat sekitar pun harus turut andil dalam menjaga kelestarian kukang Jawa di hutan Kemuning tersebut.

Karena jika bukan masyarakat sekitar, siapa lagi yang mampu menjaga dengan maksimal karena mereka lah yang lebih tau tentang seluk beluk hutan Kemuning.

Simpulan dan Saran Simpulan

Aktivitas manusia yang berdekatan dengan satwa harus memiliki batasan yang wajar sehingga tetap dapat menjaga kelestarian mahkluk hidup yang ada di hutan tersebut.

Penebangan hutan, degradasi lahan, fragmentasi hutan, perburuan, dan membakar hutan adalah aktivitas manusia yang dapat membahayakan kelangsungan hidup satwa yang ada. Untuk melindungi kukang Jawa yang ada di hutan Kemuning diperlukan kesinergitas antara masyarakat sekitar dengan pemerintah.

Saran

Adapun saran untuk penelitian berikutnya adalah diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai jumlah populasi kukang Jawa, pola perilaku kukang Jawa terhadap keberadaan manusia, dan pengaruh keberadaan pakan terhadap keberadaan kukang Jawa. Hasil penelitian ini juga merekomendasikan perlunya peningkatan pengawasan terhadap kegiatan perburuan dan gangguan aktivitas manusia lainnya yang berpotensi mengancam keberadaan kukang Jawa dan satwa liar lainya yang hidup di kabupaten Temanggung.

Daftar Pustaka

Laidlaw, R. (2000). Effects of Habitat Disturbance and Protected Areas on

Mammals of Peninsular

Malaysia. Conservation

(5)

5

Jurnal Biologi Edukasi Edisi 26, Volume 13 Nomor 1, Juni 2021, hal 1-5

Biology, 14(6), 1639-1648.

www.jstor.org/stable/2641515

Laurance, W.F., Lovejoy, T.E., Vasconcelos, H.L., Bruna, E.M., Didham, R.K., Stouffer, P.C., Gascon, C., Bierregaard, R.O., Laurance, S.G. and Sampaio, E. (2002), Ecosystem decay of Amazonian Forest Fragments: a 22- Year Investigation. Conservation

Biology, 16: 605-

618. https://doi.org/10.1046/j.1523- 1739.2002.01025.x.

Mittermeier, R. A., Wallis, J., Rylands, A. B., Ganzhorn, J. U., Oates, J. F., Williamson, E. A., ... & Schwitzer, C.

(2009). Primates in peril: the world's 25 most endangered primates 2008–

2010. Primate Conservation, 24(1), 1- 57.

Nekaris, K. A. I., & Jaffe, S. (2007).

Unexpected diversity of slow lorises (Nycticebus spp.) within the Javan pet trade: Implications for slow loris taxonomy. Contributions to Zoology, 76(3), 187-196.

Nekaris, K. A. I., & Munds, R. (2010). Using facial markings to unmask diversity:

the slow lorises (Primates: Lorisidae:

Nycticebus spp.) of Indonesia.

In Indonesian Primates (pp. 383-396).

Springer, New York, NY.

Nekaris, K. A. I., & Nijman, V. (2007). CITES proposal highlights rarity of Asian nocturnal primates (Lorisidae:

Nycticebus). Folia

Primatologica, 78(4), 211.

Nekaris, K., Poindexter, S., Reinhardt, K., Sigaud, M., Cabana, F., Wirdateti, W.,

& Nijman, V. (2017). Coexistence between Javan Slow Lorises (Nycticebus javanicus) and Humans in a Dynamic Agroforestry Landscape in West Java, Indonesia. International Journal of Primatology, 38(2).

Nekaris, K. A. I. (2014). Extreme primates:

Ecology and evolution of Asian lorises. Evolutionary Anthropology:

Issues, News, and Reviews, 23(5), 177-187.

Šprem, N., Frantz, A. C., Cubric-Curik, V., Safner, T., & Curik, I. (2013).

Influence of habitat fragmentation on population structure of red deer in Croatia. Mammalian Biology, 78(4), 290-295.

Winarti, I. (2011). Habitat, populasi, dan sebaran kukang Jawa (Nycticebus javanicus Geoffroy 1812) di Talun Tasikmalaya dan Ciamis, Jawa Barat.

Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Gambar

Gambar 1. Peta distribusi perjumpaan kukang Jawa di hutan Kemuning Data perjumpaan Kukang Jawa

Referensi

Dokumen terkait

Variasi konsentrasi alginat yang digunakan dalam formulasi serbuk effervescent sari jeruk lemon adalah 1, 2, 3 dan 4%.Kisaran konsentrasi ini berdasarkan hasil

Distribusi Triangular dari komponen biaya akan digunakan untuk menjalankan simulasi Monte Carlo. Metode perkiraan biaya proyek Monte Carlo berdasarkan pada

Keselamatan yang ditawarkan dalam Kristus jauh lebih baik ketimbang berkat yang ditawarkan oleh para guru palsu di Kolose. Keutamaan Kehidupan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganilisis dan mendeskripsikan (1) Proses dan aktivitas pembelajaran menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar dengan model

Perencanaan pada siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 24 Oktober 2016. Perencanaan pembelajaran disusun bersama kolaborator. Pada siklus ini penulisan teks

”Untuk pelajaran Fikih saya biasanya Sering menggunakan metode Ceramah, akan tetapi dalam materi yang menuntut harus dipraktekkan seperti pelaksanaan ibadah Haji ini,

Dari hasil karakterisasi yang dilakukan, dapat diketahui pengaruh variasi jarak penyangga ( spacer ) terhadap kualitas lapisan tipis Cd(S 0,6 Te 0,4 ) yang terbentuk meliputi