• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIKIH DI PESANTREN MADINATUL MUNAWWARAH BUKITTINGGI. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIKIH DI PESANTREN MADINATUL MUNAWWARAH BUKITTINGGI. Skripsi"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIKIH DI PESANTREN MADINATUL MUNAWWARAH BUKITTINGGI

Skripsi

"Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Oleh Afrima Yunani

2116.074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini atas nama Afrima Yunani, NIM : 2116.074 dengan judul

“Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fikih di Pesantren Madinatul Munawwarah Bukitinggi” telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan

ke sidang munaqasyah.

Demikianlah persetujuan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. .

Bukittinggi, November 2020

Dosen Pembimbing

Dr. Iswantir, M.M.Pd Nip. 197605192006041001

(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Afrima Yunani

NIM : 2116.074

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fikih di Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya dengan judul di atas adalah asli karya saya sendiri, demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, November 2020 Saya yang menyatakan

Afrima Yunani NIM. 2116.074

(4)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “ Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fikih di Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi”, disusun oleh Afrima Yunani, Nim: 2116.074, Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Maksud dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana penerapan metode demonstrasi yang dilakukan oleh guru dalam mata pelajaran Fikih di kelas VIIIC Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi.

Penelitian ini dilatar belakangi karena guru yang menggunakan metode demonstrasi pada materi Pelaksanaan ibadah Haji belum efektif menerapkan metode demonstrasi tersebut. Berdasarkan observasi awal penulis di Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi pada tanggal 1 Februari 2020, terdapat beberapa langkah metode demontrasi yang belum terlaksanakan terkait materi Ibadah Haji.

Jenis Penelitian yang penulis gunakan adalah Penelitian lapangan (Field

research). Lokasi penelitiannya adalah di Pesantren Madinatul Munawwarah.

Informan penelitiannya ada dua, yaitu Informan Kunci dan informan pendukung. Informan Kuncinya adalah guru yang mengajar Fikih di kelas VIIIC Pesantren Madinatul Munawwarah, dan informan Pendukungnya adalah Siswa kelas VIIIC Pesantren Madinatul Munawwarah. Penulis menganalisis data dengan mengunakan metode deskriptif Kualitatif, artinya data yang nantinya muncul berupa data tertulis atau lisan dari dari orang atau pelaku yang diamati yang diproses melalui catatan, kemudian disusun dalam teks.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dalam penerapan metode demonstrasi, Terdapat beberapa langkah yang belum terlaksanakan, yaitu pada tahap Persiapan ada dua hal yang belum dilaksanakan oleh guru yaitu pertama, guru belum menggunakan alat atau media yang memadai, seperti ka’bahnya meja dan pakaian Ihramnya baju sekolah saja. Kedua, melakukan uji coba. guru belum melaksanakan uji coba. Pada tahap pelaksanaan, guru langsung mendemonstrasikan tanpa merangsang siswa untuk berpikir terlebih dahulu, seharusnya guru merangsang siswa dengan beberapa pertanyaan.

Kata Kunci: Pelaksanaan Metode Demonstrasi

(5)

DAFTAR ISI

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ...iii

DAFTAR ISI ... 1v

KATA PENGANTAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Rumusan dan Batasan Masalah ... 10

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

E. Penjelasan Judul ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi ... 15

2. Situasi dalam Penggunaan Metode Demonstrasi ... 18

(6)

4. Langkah-langkah Melaksanakan Metode Demonstrasi ... 22

B. Pembelajaran Fikih ... 29

1. Pengertian Pembelajaran Fikih ... 29

2. Ruang Lingkup Pelajaran Fikih ... 29

3. Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar Pelajaran Fikih ... 39

C. Penelitian Relevan ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Lokasi Penelitian ... 46

C. Informan Penelitian ... 47

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

E. Teknik Pengolahan Data ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 49

G. Teknik Menjamin Keabsahan Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 52

B. Hasil Penelitian ... 55

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

(7)

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA ... 69

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik hidayah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafaatnya nanti di yaumul qiamah dan tetap menjadi umatnya kelak. Aamiin.

Tidak terlepas dari pertolongan dan hidayah-Nya peneliti dapat menyusun laporan ini memenuhi tugas akhir Skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fikih di Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi ”. Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan pencapaian gelar Sarjana Pendidikan dalam Program Pendikan Agama Islam IAIN Bukittinggi.Dengan usaha serta motivasi dari berbagai pihak akhirnya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Selama penyusunan Skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dukungan semangat dan motivasi dari berbagai pihak demi kelancaran penyusunan Skripsi ini.Pada kesempatan kali ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayah Busrizal yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta nasehat-nasehat yang memberikan kekuatan bagi penulis untuk melewati semuanya. Terima kasih juga untuk Ibu Erma tersayang yang telah memberikan semua kasih sayang dan kehangatan yang tak ternilai dengan apapun, serta Ama Sulastri beserta Adik tunggal saya Ahmad Raffi Utama yang selalu memberikan dorongan, semangat, kasih sayang serta bisa menghibur penulis dikala lelah dengan memberikan semangat dan motivasi yang tak terhingga sehingga pemulis sangat bersemnagat dalam menjalan kan semua rintangan dan cobaan, penulis mengucapakan terimakasi sebanyak-banyak mungkin.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dukungan semangat dan motivasi dalam kelancaran penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:

(9)

1. Ibu Rektor Dr. Ridha Ahida, M. Hum dan Wakil Rektor I Bapak Dr. Asyari, S.Ag, M.Si dan Wakil Rektor II Bapak Dr. Novi Hendri, M.Ag dan Wakil Rektor III Bapak Dr. Miswardi, M. Hum IAIN Bukittinggi, yang telah menerima saya di kampus ini.

2. Ibu Dekan Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan Dr. Zulfani Sesmiarni, M.Pd, Wakil Dekan I Dr. Iswantir, M.Ag, Wakil Dekan II Charles, S.Ag, M.PdI, dan Wakil Dekan III Dr. Supratman Zakir, M.Pd, M.Kom yang telah membantu saya dalam setiap keperluan dalam melaksanakan skripsi ini.

3. Ibu Salmiwati M.Ag sebagai ketua Prodi Pendidikan Agama Islam IAIN Bukittinggi, beserta staff yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan selama kepentingan perkuliahan dari awal hingga penulis menyelesaikan studi.

4. Bapak Dr.Iswantir M, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing Akademik (PA) penulis yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan pendidikan di IAIN Bukittinggi.

5. Bapak Dr. Iswantir M,M. Ag sebagai pembimbing penulis yang telah mengarahkan, membimbing, dan mengoreksi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku. 6. Bapak dan ibu Dosen IAIN Bukittinggi, terkhusus Dosen Prodi

Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu kepada penulis, sehingga penulis dapat memperoleh ilmu.

7. Bapak Drs Syafi’i selaku Pimpinan Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi yang telah memberikan fasilitas, waktu dan tenaga kepada penulis selama melalukan penelitian di Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi

8. Ibuk Rahma Yulia, S.Pd.I yang telah besedia menjadi informan Kunci dalam penelian peneliti. Serta Para Santri Kelas VIIIC Tahun 2019/2020 yang telah bersedia menjadi informan pendukung dalam penelitian ini

(10)

9. Rekan-rekan seperjuangan terkhusus lokal PAI B 2016 yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan motivasi dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 10. Kepada sahabat-sahabat yang sangat penulis sayangi, terkhusus Yanuar

Iqbal, Yulia S, Asni Faisah, Rois, Mesi yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang tidak ada batasnya untuk penulis, yang selalu ada disaat suka dan duka. Terimakasih telah menjadi sahabat terbaik penulis. Semoga kita selalu bersama dan menjadi sukses bersama.

Atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis, penulis ucapkan terimakasih, semoga apa yang telah diberikan itu dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang setimpal. Aamiin yarabbalallamiin.

Bukittinggi, 3 November 2020 Penulis

Afrima Yunani Nim.2116074

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi setiap manusia. Hal ini dapat ditelusuri sejak masa Rasul hingga sekarang kegiatan yang dilakukan rasulullah seperti mengadakan ta’lim kepada para sahabatnya, untuk mengetahui ajaran Islam, sehingga Rasul membuat komplek belajar Darul Al-Arqam.1 Melalui pendidikan manusia akan memiliki pengetahuan yang luas, pola berpikir kreatif dan berkualitas serta akhirnya akan menghasilkan karya dan budaya yang baik.2 Sedangkan pendidikan itu sendiri adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia dan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui upaya pengajaran dan pelatihan sebagai layanan belajar. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 yaitu, “ Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

1

Suriadi, Triyo Supriyatno, Muhammad Walid. Implementasi Pendekatan Contextual Teaching and Learning pada Pembelajaran Quran Hadis, Vol.5, No.1, Januari-Juni 2020

2

Nofri Dodi, Penerapan Pendekatan Konstruktivistik Dalam Pendidikan Bagi Anak Usia Dini Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pembelajaran, Vol.1, No.2, Juli-Desember 2016, hal 155

(12)

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.3

Fikih merupakan salah satu ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim. Di sekolah seperti pesantren sangat penting untuk mempelajari Fikih, sehingga di pesantren tersebut fikih dijadikan sebagai mata pelajaran. Fikih itu sendiri adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syariat Islam yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci. Dilihat dari segi ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kalangan ulama Islam, fikih itu ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan atau membahas tentang hukum-hukum Islam yang bersumber pasa Alquran, Sunnah dan dalil-dalil Syari lainnya. Hukum yang diatur dalam fikih itu terdiri dari hukum Wajib seperti Shalat, Sunnah seperti Sujud Tilawah, Mubah seperti Makan Minum, Makhruh seperti berkumur saat puasa, dan Haram seperti berzina. Dan ada pula dalam bentuk lain seperti sah, batal, benar, salah dan lainnya. Dilihat dari segi pengamalan ajaran Islam, pembelajaran Fikih ini adalah pembelajaran yang bersifat amaliah, yang harus mengandung unsur teori dan praktek. 4

Dalam menguasai ilmu fikih, tentu seseorang harus melewati pembelajaran. Pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Pembelajaran dimaknai sebagai seperangkat

3 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 4

Dzakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal 76-85

(13)

komponen rancangan pembelajaran yang memuat hasil rancangan guru untuk mengajar muridnya. Rancangan ini meliputi lima komponen yaitu, materi atau bahan pelajaran, metode, media, sumber, dan evaluasi.5 Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreatifitas peserta didik melalui interaksi dan pengalaman belajar.

Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru dimana pembelajaran juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran, terdapat dua aspek penting yaitu hasil belajar berupa perubahan perilaku pada diri siswa dan proses hasil belajar berupa sejumlah pengalaman, intelektual, emosi, dan fisik pada diri siswa.6

Pada dasarnya pembelajaran sangat terkait dengan bagaimana membangun interaksi yang baik antara dua komponen, yaitu pendidik dan peserta didik. Interaksi yang baik dapat membuat peserta didik belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang ada dalam kurikulum sebagai kebutuhan mereka. Dan pembelajaran ini juga merupakan segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada peserta didiknya. Sedangkan

5 Khairuddin, Meningkatkan kompetensi Akhlak Siswa Melalui Proses Pembelajaran¸Vol.1, No.2, Juli-Desember 2016, hal 124

6

Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar Dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal 6

(14)

belajar itu sendiri adalah perubahan perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman yang didapatkan dan dilakukan secara bertahap, berkesinabungan sarta dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.7 Dalam kegiatan ini, tentu pendidik akan terlibat dalam kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang ia inginkan.

Pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan guru untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar peserta didik tersebut nantinya mampu berinteraksi dengan lingkungannya secara baik. Lingkungan adalah suatu keadaan yang harus dilalui oleh peserta didik nantinya dan mereka akan mengaplikasikan kompetensi-kompetensi yang dimilikinya setelah mengikuti pembelajaran tersebut. Pembelajaran juga dikatakan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan guru sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. seperti tingkah laku siswa yang mulanya tidak membaca salam sebelum masuk ruangan sehingga ia terbiasa membaca salam sebelum masuk ruangan, siswa yang sebelumnya tidak rajin membaca Alquran dan setelah mengikuti pembelajaran dan diberikan penguatan oleh gurunya, ia akan rajin membaca Alquran, siswa yang tadinya belum mengetahui apa-apa sehingga ia mengetahuinya setelah diberikan oleh guru penjelasan sehingga siswa berubah kearah yang lebih baik dan perubahan lain sebagainya. Guru dalam pembelajaran bukan hanya bertugas mengajar

(15)

saja, akan tetapi juga mendidik. Guru harus mendidik siswanya agar siswanya menjadi manusia yang lebih baik. sebagaimana tujuan pendidikan dan pengajaran itu adalah membentuk manusia yang beriman dan bertakwa. Iman dan takwa adalah kunci dari segala urusan di dunia. Jika seorang manusia telah beriman dan bertakwa, maka di dalam hidupnya akan selalu dihiasi dengan iman dan takwa yang dimilikinya tersebut. Ia akan selalu mengingat Tuhan dan Agamanya.

Suatu pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya metode. Sedangkan metode dalam Bahasa Arab dikenal dengan

Thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk

melakukan suatu pekerjaan. Dalam bahasa Inggris metode dikenal pula dengan istilah Method yang berarti cara8

. Sedangkan pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan.9

Metode pembelajaran itu sendiri adalah seperangkat cara sistematis yang dilakukan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi dan indikator pembelajaran yang telah disusun secara rinci, sehingga peserta didik dapat memahami pembelajaran. Adapun beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah metode Demonstrasi, metode ceramah, metode

8 Syahraini Tambak, Pendidikan Agama Islam:Konsep Metode Pembelajaran Pai,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hal 60

9 Suyono dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

(16)

tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas, metode proyek, metode Simulasi, dan masih banyak lagi metode lainnya.

Dalam hal ini, penulis akan membahas mengenai metode demonstrasi. Demonstrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Peragaan, Pertunjukan menganai cara memakai Sesuatu. Menurut Syaiful dalam Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya bahwa Demonstrasi adalah pertunjukan proses terjadinya sesuatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh siswa secara nyata atau tiruannya.10

Metode demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Metode ini mengharuskan pendidik lebih aktif daripada peserta didik. Karena memang gurulah yang memperlihatkan sesuatu kepada anak didiknya, gurulah yang terlebih dahulu memperagakan sesuatu tersebut.11

Penggunaan metode Demonstrasi dalam pembelajaran sudah sangat familiar bagi para guru, bahkan bukan istilah baru. Metode Demonstrasi dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan termasuk Pondok Pesantren. Metode Demonstrasi ini dapat membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda,

10 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi mengajar Multiple Intelligences Mengajar Sesuai Kerja Otak Dan Gaya Belajar Siswa, (Jakarta: Kencana, 2015), hal 245

11 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:

(17)

karena siswa secara langsung melihatnya sendiri. Juga dapat memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa dapat lebih terbatas. Dan selanjutnya kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil metode Ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh nyata dengan menghadirkan contoh yang sebenarnya atau dengan memperlihatkan contoh yang sebenarnya. Sedangkan dampak yang kemungkinan dapat diperoleh oleh metode demonstrasi ini adalah jika hal ditunjukkan adalah hal kecil, ini akan mengakibatkan siswa kurang bisa melihatnya dengan jelas. Kemudian tidak semua hal dapat didemonstrasikan. Selanjutnya sukar dipahami jika guru yang mendemonstrasikannya kurang memahami sesuatu yang didemonstrasikan tersebut.12

Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran lebih berkesan secara mendalam, sehingga akan membentuk pemahan yang baik. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung. Dan metode demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami cara atau langkah-langkah melakukan sesuatu, misalnya tata cara melaksanakan Sujud Tilawah, Sujud Syukur, Shalat, Haji dan Umrah dan lain sebagainya.

Penggunaan Metode Demonstrasi sangat menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas. Keuntungan yang diperoleh ialah: dengan demonstrasi perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran

12

(18)

yang sedang diberikan, kesalahan-kesalahan yang terjadi ketika pelajaran dengan menggunakan metode ceramah akan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh yang nyata. Sehingga kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan akan cepat masuk ke dalam pikiran atau otaknya. Dan supaya dapat memberikan motivasi agar siswa lebih giat untuk belajar. Jadi dengan metode demonstrasi siswa dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat mengembangkan kemampuannya.13

Ada beberapa langkah dalam penerapan metode demonstrasi, yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan, hal yang harus dilakukan adalah merumuskan tujuan yang jelas, menetapkan garis-garis besar langkah metode demonstrasi yang akan dilaksanakan, memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, selama demonstrasi guru harus intropeksi diri dan menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik.

2. Pelaksanaan, hal-hal yang harus dilakukan adalah memeriksa perencanaan di atas terlaksana, memulai dengan menarik perhatian, mengingat pokok materi yang akan didemonstrasikan, memperhatikan apakah semua siswa mengikuti demonstrasi dengan baik, memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa

13

(19)

yang dilihat dan didengarnya dalam bentuk mengajukan pertanyaan dan lainnya dan menghindari ketegangan dalam proses pelaksanaan demonstrasi.

3. Evaluasi, sebagai tindak lanjut setelah diadakan demonstrasi sering diiringi dengan kegiatan belajar selanjutnya, seperti pemberian tugas membuat laporan, menjawab pertanyaan dan mmemberi latihan pada siswa.14

Dalam mata pelajaran Fikih, salah satu metode yang sering digunakan oleh guru ialah metode Demonstrasi. Sedangkan mata pelajaran Fikih itu sendiri adalah bidang studi yang harus dipelajari di madrasah-madrasah yang didesain dan diberikan kepada peserta didik yang islam dalam rangka meningkatkan kemampuan dan memahami tentang Kaidah Hukum-hukum Islam dengan baik dan benar juga merupakan cabang dari Pendidikan Agama Islam (PAI).

Berdasarkan observasi awal penulis tanggal 1 Februari 2020 di Lokal VIIIC Pondok Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi pada Materi Praktek Haji bersama dengan guru mata pelajaran Fikihnya yaitu Ustadzah Rahma Yulia, S.Pd.I. Penulis mendapati bahwa ternyata metode demonstrasi sudah diterapkan dalam mata pelajaran fikih namun belum efektif terlaksana. karena pada kenyataannya masih ada beberapa langkah metode demonstrasi yang belum terlaksana. Sebagian besar siswa belum bisa mempraktekkan Haji dan nilai siswa banyak yang di bawah KKM

14

Arief Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002

(20)

(Kriteria Ketuntasan Minimal), KKMnya adalah 75. hal ini dibuktikan dengan data nilai Praktek yang telah penulis dapat di Kelas VIIIC pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi. Dan fenomena yang penulis temui selanjutnya adalah, siswa kurang mampu menjawab pertanyaan ringan yang diajukan oleh guru terkait Praktek kegiatan Haji yang telah mereka pelajari.15

Maka dari fenomena yang terjadi di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti bagaimana penerapkan metode Demonstrasi dalam mata pelajaran Fikih pada materi kegiatan Haji di Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi. Maka dari itu penulis mengangkat sebuah judul dari fenomena diatas yaitu “PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIKIH DI PONDOK PESANTREN MADINATUL MUNAWWARAH BUKITTINGGI”. Semoga penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis jabarkan di atas, maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah Sebagai berikut:

1. Guru telah menerapkan metode demonstrasi akan tetapi belum efektif 2. Sebagian besar siswa nilainya masih ada di bawah KKM

3. Sebahagian siswa belum mampu mempraktekkan gerakan

15

Observasi Awal, Rabu, 29 Februari 2020, di Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi

(21)

Pelaksanaan Haji secara baik

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dan pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti adalah Penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran fikih dengan materi Pelaksanaan Haji di pondok Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi tingkat Tsanawiyah kelas VIII, khususnya kelas VIIIC.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu, bagaimana penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran fikih materi pelaksanaan ibadah Haji di kelas VIIIC Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Penerapan Metode Demonstrasi oleh guru Fikih pada materi pelaksanaan Haji di Kelas VIIIC Pondok Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi

(22)

a. Untuk menambah ilmu dan wawasan penulis serta memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (SPd) pada Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

b. Sebagai sumbangan positif yang dapat menambah pembendaharaan dan bahan bacaan bagi mahasiswa IAIN Bukittinggi.

c. Untuk memberikan konstribusi yang berharga terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan, serta menjadi acuan bagi para guru dalam usaha Menerapkan metode Demonstrasi di Sekolah-sekolah.

E. Penjelasan Judul

Supaya tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami maksud dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan beberapa yang terpenting dalam judul:

Penerapan : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara, proses, perbuatan, pemasangan, pemanfaatan. Suatu proses atau cara yang harus dipraktekan terhadap sesuatu ilmu di dalam kehidupan.16

Yang penulis maksud adalah tentang bagaimana Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fikih di Pesantren

16

Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal 945

(23)

Madinatul Munawwarah Bukittinggi

Metode

Demonstrasi :

Suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkaitan dengan materi pelajaran.17

Mata Pelajaran

Fikih:

Adalah bidang studi yang harus dipelajari di madrasah-madrasah yang didesain dan diberikan kepada peserta didik yang islam dalam rangka meningkatkan kemampuan dan memahami tentang Kaidah Hukum-hukum Islam dengan baik dan benar juga merupakan cabang dari Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pondok Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi:

Suatu lembaga pendidikan formal di bawah naungan Menteri Agama yang terletak di Jalan Abdul Manan, Kelurahan Campago Guguk Bulek, Kecamatam Mandi Angin Koto Selayan, Kota Bukittinggi.

Maksud dari judul skripsi ini adalah Penerapan artinya Cara yang harus dipraktekkan, Metode Demonstrasi ialah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkaitan dengan materi pelajaran, Pembelajaran Fikih adalah bidang studi yang harus dipelajari di Madrasah supaya peserta didik memahami

17

Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal 239

(24)

hukum-hukum Islam dan Pondok Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi adalah lembaga pendidikan formal di bawah naungan Menteri Agama yang terletak di Jalan Abdul Manan, Kelurahan Campago Guguk Bulek, Kecamatam Mandi Angin Koto Selayan, Kota Bukittinggi.

Jadi maksud secara keseluruhan dari judul skripsi penulis ini ialah cara yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkaitan dengan materi pelajaran yaitu pelajaran tentang memahami pokok ajaran Islam di Pondok Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi yang terletak di Jalan Abdul Manan, Kelurahan Campago Guguk Bulek, Kecamatan Mandi Angin Koto Selayan, Kota Bukittinggi.

F. Sistematika penulisan

Agar skripsi ini memiliki hubungan yang kuat antara keseluruhan pembahasan perlu dibuat sistematis penulisan, yaitu sebagai berikut:

BAB I, merupakan pendahuluan yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, identifikasi masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul dan sistematika penulisan.

BAB II, merupakan landasan teoritis yang berisi tentang teori-teori tentang Metode Demonstrasi dan teori-teori tentang Pembelajaran Fikih.

BAB III, merupakan metodologi Penelitian. Yang berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengolahan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan.

(25)

BAB IV, merupakan hasil penelitian yang terdiri dari temuan umum dan temuan khusus.

BAB V, merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Pada bab ini dikemukakan jawaban permasalahan yang dirumuskan sebelumnya.

(26)

16

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran memiliki posisi yang sangat menentukan dalam proses pembelajaran, karena secara praktis metode pembelajaran sebagai aplikasi dari tujuan pembelajaran.18 Fikih merupakan salah satu mata pelajaran yang harus menggunakan metode yaitu metode demonstrasi. Secara bahasa Demonstrasi berasal bahasa Inggris yaitu Demonstration yang artinya mempertunjukkan atau mempertontonkan. Adapun pengertian kata Demonstrasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan peragaan atau pertunjukkan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu.19 Dengan demikian dapat disimpulkan secara bahasa metode Demonstrasi adalah cara atau teknik peragaan.

Dan jika dilihat dari segi terminologi ini, metode demonstrasi bila dihubungkan dengan pembelajaran PAI adalah mempertunjukkan atau mempertontonkan materi pembelajaran PAI pada peserta didik. Adapun metode demontstrasi secara Istilah, banyak ahli memberikan pendapat yaitu sebagai berikut:

a. Menurut Mubbin Syah dalam Syahraini Tambak, metode

18

Mindani, Problem Solving dalam Pembelajaran PAI, Desember 2016, hal 135

19 Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat

(27)

demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran.

b. Menurut Abdul Rachman Shaleh metode Demonstrasi adalah suatu cara mengjar dengan mempertunjukkan sesuatu. Yang dapat berupa suatu model, rangkaian percobaan dan suatu keterampilan tetentu20

c. Menurut Darwyan Syah dalam Syahraini Tambak, metode demonstrasi adalah cara yang digunakan dalam penyajian pelajaran dengan cara memperlihatkan bagaimana membuat, mempergunakan serta mempraktekkan suatu benda atau alat baik asli maupun tiruan, atau bagaimana mengerjakan sesuatu perbuatan yang mana dalam memperagakannya disertai dengan isan.

d. Menurut Syaiful Sagala dalam Syahraini Tambak, metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruan.

e. Menurut Zakiyah Daradjat dalam Syahraini Tambak, metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan

20 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Dan Pembangunan Watak Bangsa,

(28)

peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu pada peserta didik. Dalam hal ini bisa dilakukan oleh guru itu sendiri atau langsung oleh anak didik.21

f. Menurut Abuddin Nata metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari tiruannya.22 g. Menurut Arief Armai, Metode demonstrasi adlah metode

mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa.23 h. Menurut Syukri metode demonstrasi adalah upaya guru

menyampaikan materi dengan cara mempertunjukkan alat peraga pembelajaran bersifat asli atau tiruan untuk memperjelas materi.24

Penulis dapat menyimpulkan dari penjelasan diatas, bahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dengan mempertunjukkan materi pembelajaran dengan tingkah laku yang

21

Syahraini Tambak, 6 Metode Ilmiah Dan Inovatif Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hal 196-199

22 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,

2014), hal 183

23 Arief, Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat

Pers, 2002), hal 190

24 Syukri, Metode Khusus Pendidikan Dan Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Prenada

(29)

dicontohkan oleh guru dan peserta didik menirukannya secara nyata agar mereka memiliki pemahaman dan keterampilan yang maksimal sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan metode demonstrasi guru atau murid memperlihatkan kepada seluruh anggota kelas mengenai suatu proses, misalnya bagaimana cara melaksanakan Sujud Tilawah dengan baik dan benar. Sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut, guru lebih dahulu mendemonstrasikan yang sebaik-baiknya, lalu murid ikut mempraktekkan sesuai dengan petunjuk.

2. Situasi dalam Penggunaan Metode Demonstrasi

Pendidik yang profesional harus memiliki kompetensi-kompetensi yang lengkap, salah satu kompetensinya yaitu penguasaan strategi yang mencakup pendekatan, metode dan teknik pendidikan, Termasuk kemampuan evaluasinya.25 Begitu juga dengan metode demonstrasi yang digunakan oleh seorang guru yang profesional, Penerapan metode pembelajaran sangat penting dalam menunjang keberhasilan kegiatan pembelajarannya. Dengan metode yang tepat akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Kegiatan belajar yang biasa saja tanpa adanya perubahan dari waktu ke waktu akan membuat siswa merasa bosan. Dengan menerapkan sebuah metode yang tepat akan membuat siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Ingatan

25

M Iswantir, Integritas Pendidik Profesional dalam melaksanakan Tugas dan Tanggung jawabnya Perspektif Pendidikan Islam, November 2012, Hal 3044

(30)

siswa akan sangat tajam karena pembelajaran yang dialami mereka dengan memaksimalkan seluruh indera yang ada.26 Salah satunya metode yang menggunakan indera yaitu metode demonstrasi. Metode demonstrasi dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai berikut:

a. Untuk memberikan keterangan keterampilan tertentu kepada anak didik. Penjelasan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan ceramah kepada peserta didik karena dikhawatirkan pesera didik akan sulit untuk memahami penjelasan tersebut. Mengajarkan keterampilan tertentu kepada peserta didik secara lebih nyata haeuslah diikuti dengan praktek yang dapat dilihat secara langsung oleh peserta didik. Maka materi tersebut dapat digunakan pada materi yang berkaitan dengan keterampilan, seperti cara melakukan sujud Tilawah.

b. Untuk memudahkan penjelasan, hingga mudah dipahami, karena penggunaan bahasa dalam pembelajaran memiliki sifat keterbatasan. Sebuah materi yang bersifat keterampilan akan memiliki keterbatasan bahasa untuk menjelaskannya. Namun hal itu akan menjadi jelas jika dipraktekkan sehingga peserta didik dapat melihat dan memahami secara langsung.

c. Untuk menghindari verbalisme dalam pengajaran. Jika materi berkaitan dengan tata cara, tetu menjelaskannya dengan lisan kurang efektif karena satu praktek yang dilakukan dengan

26

M Yopi, A Rahman Ritonga dan Deswalantri, Metode Pembelajaran Mata Pelajaran Alquran Hadis Pada MAN 2 Bukittingg, Vol.03, No.01, Januari-Juni 2019, hal 40

(31)

gerakan akan menimbulkan banyak makna. Dan hal itu jika dijelaskan akan membutuhkan beberapa kalimat dalam proses penerangannya.27

d. Untuk meningkatkan kepercayaan peserta didik, bahwa mereka dapat melakukan suatu prosedur.

e. Untuk meningkatkan perhatian peserta didik dalam belajar.28 Dari uraian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa seorang guru harus memperhatikan situasi terlebih dahulu sebelum menentukan metode untuk mengajar. Ia harus mengetahui terlebih dahulu apakah materi yang akan ia ajarkan bersifat keterampilan ataukah tidak. Seperti halnya materi tentang Sujud Tilawah, seorang guru Pai harus memperhatikan dahulu, apakah Sujud Tilawah ini termasuk materi yang bersifat keterampilan atau tidak. Jika materi Sujud Tilawah mengandung keteramplan, maka guru harus mampu untuk menunjukkan pada peserta didik, bagaimana sujud tilawah tu sebenarnya. Guru harus mempraktekkan secara langsung, agar peserta didik dapat memahmi jika ia telah melihat seara langsung bagaimana Sujud Tilawah tersebut.

3. Ciri-ciri Metode Demonstrasi a. Guru melakukan percobaan

27 Syahraini Tambak, 6 Metode Khusus dan Inovatif Dalam Pendidikan Agama Islam...,

hal 102-106

(32)

b. Bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa

c. Bila siswa melakukan sendiri demonstrasi, mereka akan lebih berhasil, lebih mengerti dengan suatu keterampilan yang diajarkan oleh guru

d. Siswa dapat memilih dan membandingkan cara terbaik.29 4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

a. Kelebihan Metode Demonstrasi

1) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran

2) Dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi yang telah disampaikan melalui metode demonstrasi. 3) Dapat memusatkan perhatian siswa

4) Dapat menambah pengalaman siswa30

5) Kemungkinan siswa mengalami kesalahan lebih kecil dibandingkan mereka hanya membaca dan mendengar penjelasan dari guru.31

6) Terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, karena siswa dapat melihat ataupun terlibat langsung dalam praktek.

7) Pembelajaran jadi menarik karena siswa tak hanya mendengar tetapi juga melihat langsung

29 Darmadi, Pengembangan Model Dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), hal 185-186

30 Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam..., hal 191 31 Alimizar, Teori Belajar & Pembelajaran..., hal 47

(33)

8) Siswa dapat membandingkan antara teori dan praktek.32 b. Kelemahan Metode Demontrasi

Disamping memiliki beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang matang, karena tanpa persiapan yang matang metode ini akan gagal dan tidak efektif lagi

2) Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik33

3) Metode demonstrasi menuntut guru memiliki keterampilan dan keahlian yang khusus34

4) Memerlukan waktu yang cukup banyak35 5. Langkah-langkah melaksanakan Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat penting untuk dikembangkan oleh guru pendidikan agama Islam dalam setiap pembelajaran pendidikan agama Islam. Penggunaan metode ini tidak terlepas dari kemampuan guru pendidikan agama Islam dalam mengimplementasikan langkah demi langkah pelaksanaan metode demonstrasi berikut ini:

a. Persiapan pemakaian metode demonstrasi,

32 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran

33 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2014),Cetakan Ke 5, hal 91

34Syahraini Tambak, 6 Metode Efektif Dan Inovatif Dalam Pendidikan Agama Islam...,

hal 110-111

35 Suyono dan Hariyanto, Implementasi Belajar Pembelajaran,( Bandung: Remaja

(34)

1) Mengkaji kesesuaian metode dengan kajian yang ingin dicapai

2) Analisis kebutuhan peralatan yang akan didemonstrasi 3) Mencoba peralatan dan analisis kebutuhan waktu 4) Merancang garis-garis besar demonstrasi

b. Pelaksanaan metode demonstrasi, meliputi:

1) Mempersiapan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan demonstrasi

2) Membuka kegiatan demonstrasi dengan cara memberi penjelasan tentang instruksi yang berkaitan dengan kegiatan demonstrasi yang akan dilaksanakan agar para siswa siap untuk mengikuti demonstrasi

3) Memperagakan tindakan, proses atau prosedur yang disertai penjelasan, ilustrasi dan pertanyaan.

c. Tindak lanjut

1) Diskusi tentang tindakan, proses atau prosedur yang baru saja didemonstrasikan

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala hal yang telah didemonstrasikan.

Menurut Syahraini Tambak. Tata cara pelaksanaan metode demonstrasi adalah sebagai brikut:

(35)

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah proses demonstrasi berakhir. Pada tahap ini, yang harus dipersiapkan oleh guru PAI dalam menjalankan metode demonstrasi adalah:

1) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan metode demonstrasi

2) Merumuskan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang akan dicapai melalui metode demonstrasi dalam pembelajaran

3) Merumuskan indikator pembelajaran melalui metode demonstrasi

b. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah

Kedua, persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Maka hal yang harus diperhatikan oleh guru PAI dalam tahap ini adalah:

1) Mempersiapkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan melalui metode demonstrasi tersebut

2) Mempersiapkan alat peraga yang mungkin digunakan untuk mencapai keberhasilan metode demonstrasi tersebut

3) Mempersiapkan waktu yang dibutuhkan dalam penggunaan metode demonstrasi

(36)

4) Menyiapkan tempat yang dibutuhkan dalam metode demonstrasi tersebut

c. Melakukan Uji Coba

Dengan melakukan uji coba akan dapat diketahui kekurangan dan kesalahan praktek secara lebih dini dan dapat peluang untuk memperbaikinya. Uji coba ini dilakukan oleh guru PAI dan diperhatikan secara seksama oleh seluruh peserta didik. Pada tahap ini, seorang guru PAI harus memperhatikan hal-hal penting untuk dijadikan rujukan, yaitu:

1) Mencobakan materi yang harus didemonstrasikan di hadapan peserta didik

2) Meminta satu atau dua orang peserta didik untuk melakukan uji coba tersebut

3) Guru PAI mengamati bagaimana proses percobaan itu dilakukan oleh peserta didik secara seksama

4) Guru PAI mencoba semua hal yang telah dipersiapkan hingga berjalan sesuai harapan saat pelaksanaan

d. Pembukaan

Keempat, pembukaan. Pembukaan ini adalah tahap memulai demonstrasi secara sesungguhnya. Pembukaan di sini tidak sama dengan pada saat membukan pembelajaran dengan membaca basmalah dan lainnya. Di sini seorang guru PAI memulai kegiatan inti dari metode demonstrasi dalam

(37)

pembelajaran dengan mengawali bagaimana proses demonstrasi dalam pembelajaran. Pada tahap pembukaan ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru PAI yaitu:

1) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik dapat melihat dengan jelas apa yang didemonstrasikan

2) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh peserta didik

3) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, misalnya peserta didik disuruh mencatat hal-hal yang diangggap penting

e. Pelaksanaan Demonstrasi

Langkah pelaksanaan demonstrasi terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan:

1) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan yang merangsang peserta didik untuk berpikir. Misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehinggan membuat perserta didik untuk tetarik memperhatikan demonstrasi 2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari

suasana yang menegangkan

3) Guru meyakinkan bahwa semua peserta didik mengikuti demonstrasi dengan memperhatikan reaksi dari peserta didik

(38)

4) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarkannya dalam bentuk mengajukan pertanyaan, membandingkan dengan yang lain dan sebagainya

5) Guru PAI melakukan demonstrasi gerakan fisik yang dituntut oleh pembelajaran dengan benar dan baik dan peserta didik memikirkan bagaimana hal tersebut berproses 6) Guru PAI meminta seluruh peserta didik untuk mengikuti

demonstrasi yang dilakukan oleh guru hingga mereka dapat melakukannya dengan baik dan benar. Maka dalam proses pelaksanaannya tidak hanya guru secara individu yang menjalankan pembelajaran akan tetapi dapat secara bersama-sama dengan peserta didik.

f. Mengakhiri

Keenam mengakhiri demonstrasi. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas yang ada kaitannya dengan pelaksaan demonstrasi. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah pesera didik memahami proses demonstrasi itu atau tidak.pada tahap ini, teknik yang perlu dilakukan oleh seorang guru PAI dalam melancarkan penggunaan proses demonstrasi adalah:

1) Memberikan tugas pada peserta didik terkait dengan pelaksanaan metode demonstrasi. Hal ini bisa berupa

(39)

mempertunjukkan kembali apa yang telah mereka lihat dan pahami

2) Guru PAI melakukan tanya jawab terkait kegiatan yang telah didemonstarsikan

3) Guru PAI bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan tentang materi yang diajarkan melalui metode demonstrasi

g. Mengadakan Evaluasi

Ketujuh, mengadakan evaluasi. Kegiatan ini dapat berupa pemberian tugas seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, atau lainnya. Cara guru PAI yang relevan dijalankan pada tahap ini adalah

1) Guru PAI mengadakan tes pada peserta didik baik lisan, tulisan maupun tindakan terkait dengan materi yang telah dipelajari

2) Guru bertanya kepada peserta didik terkaitan keberhasilan penggunaan metode demonstrasi yang dilaksanakan

3) Guru bertanya pada peserta didik kelemahan penggunaan metode demonstrasi yang ditemukan dalam proses pembelajaran, guna untuk perbaikan di masa

(40)

yang akan datang.36

Adapun menurut Wina Sanjaya, langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

1) Rumuskan Tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi

2) Persiapkan garis besar langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan

3) Lakukan uji coba demonstrasi b. Tahap Pelaksanaan

1) Langkah Pembukaan yaitu: atur tempat duduk yang semua siswa dapat melihat dengan jelas, kemukakan tujuan yang harus dicapai oleh siswa dan kemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa

2) Langkah pelaksanaan Demonstrasi yaitu: lakukan terlebih dahulu kegiatan yang membuat siswa berfikir, ciptakan suasana yang menyejukkan, yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dan berikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan lebih lanjut tentang pelaksanaan demonstrasi

3) Langkah mengakhir demonstrasi, apabila demonstrasi telah selesai dilaksanakan, proses pembelajaran perlu diakhiri

36

Syahraini Tambak, 6 Metode Ilmiah Dan Inovatif Pendidikan Agama Islam..., hal 112-118

(41)

dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.37

B. Pembelajaran Fikih 1. Pengertian

Fikih (Syariah) merupakan sistem atau seperangkat aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Fikih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai ketentuan hukum dalam Islam serta kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik untuk memahami pokok-pokok ajaran Islam dan cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan dan agar menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam. 2. Ruang Lingkup Pelajaran Fikih

Adapun ruang lingkup mata pelajaran fikih di madrasah Tsanawiyah meliputi:

a. Aspek fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara Thaharah, Shalat Fardu, shalat Sunnah, dan shalat dalam keadaan darurat, Sujud, adzan dan iqamah, berdzkir dan berdoa setelah shalat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan aqiqah, makanan, perawatan jenazah dan ziarah kubur

37

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: kencana, 2008), hal 153-154

(42)

b. Aspek fikih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam meminjam, hutang piutang, gadai dan upah. Adapun ruang lingkup mata pelajaran fikih yang akan penulis jabarkan disini adalah Aspek Fikih ibadah yaitu tentang Pelaksanaan Haji. Berikut penjelasan tentang Pelaksanaan Haji tersebut.

a. Pengertian Haji dan Umrah 1) Pengertian Haji

Haji secara Nahasa berarti Menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Haji berasal dari kata hajja berziarah ke, bermaksud, menyengaja, menuju ke tempat tertentu yang diagungkan. Menurut istilah Syara’, Haji ialah berkunjung ke Baitullah untuk melakukan beberapa amalan Tawaf, Sa’i dan Wukuf di Arafah serta amalah lainnya pada masa tertentu demi memenuhi panggilan Allah dan mengharap Ridha-Nya.38 Haji dapat pula diartikan yaitu, menyengaja mengunjungi Baitullah untuk beribadah kepada Allah dengan syarat dan rukun tertentu, serta pada waktu tertentu pula.

2) Pengertian Umrah

b. Hukum Melaksanakan Ibadah Haji

Mengerjakan ibadah haji hukumnya wajib ’ain, sekali seumur hidup bagi setiap muslim yang telah mukallaf dan mampu melaksanakannya. Namun demikian dalam keadaan tertentu

38

(43)

hukum melaksanakan ibadah haji bisa menjadi sunnah, makruh bahkan haram. Apabila sudah pernah pergi haji sementara masyarakat yang hidup di sekelilingnya serba kekurangan dan butuh-bantuan untuk kelangsungan hidupnya jika ia berangkat haji lagi maka hukumnya makruh. Sedang apabila dia pergi haji dengan maksud membuat kerusakan di negeri Makkah maka hukumnya haram.

Kewajiban Haji berlandaskan firman Allah Swt yaitu dalam QS Ali Imran; 97                             

Artinya: padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS Ali-Imran; 97)

(44)

1) Beragama Islam 2) Berakal Sehat 3) Baligh

4) Merdeka, Bukan Hamba Sahaya 5) Mampu

d. Rukun Haji

Rukun Haji adalah pekerjjaan yang tidak boleh ditinggalkan atau diganti dengan yang lain, jika ditinggalkan maka tidak sah ibadahnya. Adapun Rukun pelaksanaan Haji ada enam sebagai berikut.

1) Ihram

Yaitu berniat di dalam hati sambil memakai pakaian putih yang tidak dijahit untuk mengerjakan haji atau umrah.

2) Wukuf

Yaitu memulai berkumpulnya jamaah haji di Padang Arafah, pada tanggal 9 Dzulhijjah dari waktu Dzuhur sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah.

3) Tawaf

Mengelilingi ka’bah tujuh kali putaran dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad. Thawaf Rukun Haji dinamakan Tawaf Ifadah. 4) Sa’i

Yaitu berlari-lari kecil dari Safa ke Marwah. 5) Tahallul

(45)

Adalah menghalalkan kembali apa-apa yang tadinya dilarang ketika masih dalam keadaan ihram.

6) Tertib

Yaitu mengerjakan ibadah haji yang termasuk rukun di atas sesuai dengan urutannya.

e. Wajib Haji

Wajib haji adalah amalan-amalan dalam ibadah haji yang wajib dikerjakan, tetapi sahnya haji tidak tergantung kepadanya. Jika ia ditinggalkan, hajinya tetap sah dengan cara menggantinya dengan Dam (Bayar denda). Wajib Haji ada Tujuh yaitu,

1) Berihram sesuai miqatnya 2) Bermalam di Muzdalifah 3) Bermalam (Mabit) di Mina 4) Melontar Jumrah Aqabah

5) Melontar Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah

6) Menjaukan diri dari hal-hal yang dilarang dalam ihram

7) Tawaf Wada’

f. Miqat Haji

Miqat adalah waktu atau tempat yang sudah ditentukan untuk memulai ihram dalam melaksanakan ibadah Haji. Miqat ada dua macam yaitu miqat Zamani dan Miqat Makani. Miqat zamani adalah waktu sahnya diselenggarakan pekerjaan-pekerjaan haji. Sedangkan miqat Makani adalah tempat memulai ihram bagi

(46)

orang-orang yang hendak mengerjakan haji dan umrah. g. Sunnah Haji

1) Mendahulukan Haji daripada Umrah

2) Mandi ketika hendak ihram atau sebelum memakai baju ihram 3) Shalat Sunnah Ihram dua rakaat

4) Memperbanyak membaca Talbiyah, dzikir dan berdoa setelah ihram sampai tahallul

5) Mencium atau mengusap Hajar Aswad disetiap putaran dalam tawaf

6) Melakukan thawaf qudum ketika baru masuk ke Masjidil Haram

7) Shalat dua rakaat setelah tawaf qudum 8) Masuk ke dalam ka’bah

9) Minum air zam-zam ketika selesai tawaf. h. Larangan ibadah Haji

1) Larangan bagi jamaah pria

a) Memakai pakaian berjahit selama ihram b) Memakai tutup kepala sewaktu ihram

c) Memakai yang menutupi mata kaki sewaktu ihram 2) Larangan bagi jamaah wanita

a) Memakai tutup mata atau cadar b) Memakai sarung tangan

(47)

a) Memotong dan mrencabut kuku. b) Memotong atau mencabut bulu kepala. c) Mencabut bulu badan lainnya.

d) Menyisir rambut kepala dan lain-lain.

e) Memakai harum-haruman pada badan, pakaian maupun rambut, kecuali yang di pakai sebelum ihram.

f) Memburu atau membunuh binatang darat dengan cara apapun ketika dalam ihram.

g) Mengadakan perkawinan, mengawinkan orang lain atau menjadi wali dalam akad nikah atau melamar.

h) Bercumbu rayu sahwat atau bersenggama. i) Mencaci-maki, mengupat, bertengkar. j) Mengucapkan kata-kata kotor, dan lain-lain.

k) Memotong atau menebang pohon atau menabur segala macam yang tumbuh di tanah suci.

i. Dam atau denda

Dam dari segi bahasa berarti darah. Sedangkan menurut istilah adalah mengalirkan darah (menyembelih ternak: kambing, unta atau sapi) di tanah haram untuk memenuhi ketentuan manasik haji.

j. Tata cara pelaksanaan haji

1) Pelaksanaan ihram paling lambat tanggal 9 Dzulhijjah pada miqat yang telah di tentukan. Hal yang dianjurkan yang

(48)

termasuk sunnah haji sebelum berihram adalah mandi, berwudu, memakai pakaian ihram, dan memakai wangi-wangian terlebih dahulu. Membaca doa ihram.

َلاَعَ ت َِّللَّا ِهِب ُتْمَرْحَأَو َّجَْلْا ٌتْيَوَ ن

٫

َلا َكْيَّ بَل ,َكْيَّ بَل َّمُحَّللا َكْيَّ بَل

َكَل َكْيِرَش َلا َكْلُمْلاَو َكَل َةَمْعِّنلاَو َدْمَْلْا َّنِإ ,َكْيَّ بَل َكَل َكْيِرَش

Atau dengan mengucapkan:

اَّجَح َّمَُّلْا َكْيَّ بَل

2) Wukuf di Arafah

Berkumpul di Padang Arafah beberapa saat yang di nilai dari tergelincirnya matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah hingga menjelang fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Wukuf dapat di lakukan dimana saja asal masih di sekitar Arafah. Selama menunggu waktu masuk wukuf, jamaah haji hendaknya banyak zikir kepada Allah dengan membaca takbir, tahmid, istighfar dan bacaan-bacaan lain sampai masuk waktu wukuf. Saat-saat waktu wukuf inilah merupakan inti dan kunci ibadah haji 3) Mabit di Muzdalifah

Selesai melaksanakan wukuf, lalu berangkat menuju mudzalifah untuk mabit atau menginap di sana walaupun sebentar, waktunya di mulai dari tergelincirnya matahari pada 9

(49)

Dzulhijjah hingga terbitnya fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah. 4) Setibanya di Mina (waktu duha tanggal 10 Dzulhijjah) lalu

melontar jumrah aqabah (tempat untuk melontar batu yang terletak di Bukit Aqabah) dengan tujuh batu kerikil, dan setiap lemparan disertai dengan bacaan: . ْرَبْكَا ُ هاللَّ ِ هاللَّ ِمْسِب

5) Tahallul Awal

Setelah melontar jumrah aqabah, kemudian dilanjutkan dengan tahallul (bebas dari kewajiban ihram haji sesudah selesai mengerjakan amalan-amalan haji) awal dengan cara mencukur atau menggunting rambut sekurang-kurangnya tiga helai. Dengan dilakukannya tahallul awal ini berarti kita boleh memakai pakaian biasa dan melakukan semua perbuatan yang di larang selama ihram, kecuali bersetubuh atau jimak (melakukan hubungan suami istri).

6) Thawaf Ifadah

Bagi jama’ah haji yang akan melakukan thawaf ifadah pada hari itu juga (10 Dzulhijjah) dapat langsung pergi ke Makkah untuk melakukan thawaf, yaitu mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali di mulai dari arah yang sejajar dengan Hajar Aswad dan berakhir di sana pula

7) Sa’i

Setelah melakukan thawaf ifadah, dilanjutkan melakukan sa’i yaitu berjalan dari bukit safa ke bukit Marwa dan kembali

(50)

lagi kebukit Safa sebanyak tujuh kali, sebelum memulai sa’i kita dihadapkan badan ke arah Ka’bah

8) Tahallul kedua

Setelah melakukan sa’i, lalu dilanjutkan dengan tahallul kedua (akhir) dengan tahallul ini, berarti sesseorang telah melakukan tiga perbuatan yakni melontar jumrah aqabah, thawaf ifadah dan sa’i. Dan dengan demikian bagi suami istri terbebas dari larangan untuk bersetubuh.

9) Mabit di Mina

Setelah tiba di Mina, jama’ah haji bermalam di sana selama tiga malam. Yaitu malam 11, 12 dan 13 Dzulhijjah atau yang di sebut hari tasyrik. Pada siang harinya tanggal 11 Dzulhijjah setelah waktu zuhur barulah melontar tiga jumrah, yaitu ula, wustha dan aqabah masing-masing tujuh kali dengan menggunakan batu kerikil, hal yang sama dilakukan pada tanggal 12 dan 13 Dzulhijjah. Waktu dan sarana yang sama juga.

Dengan selesainya kegiatan pelontaran di atas, bagi mereka yang mengerjakan haji tamattu dan haji qiran selesailah seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji dan kembali ke Makkah. Akan tetapi, bagi mereka yang mengerjakan haji ifrad masih di haruskan mengerjakan umrah, yaitu dimulai dengan ihram untuk umrah lalu thawaf, sa’i dan di akhiri dengan tahallul,

(51)

setelah selesai umrah berarti selesailah seluruh rangkaian kegiatan ibadah hajinya (haji ifrad).

Bagi mereka yang ingin meninggalkan tanah suci mekah dan kembali ke tanah airnya harus melaksanakan thawaf wada atau thawaf perpisahan. Caranya sama saja dengan thawaf ifadah, tetapi pada thawaf wada tidak di sertai dengan sa’i dan dalam berpakaian biasa.39

3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Fikih

Karena disini penulis akan meneliti tentang pembelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah kelas VIII, maka penulis akan memaparkan KI dan KD yang dipelajari oleh siswa yang kelas VIII. Yaitu sebagai berikut:40

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menghargai perintah bersedekah, hibah dan memberikan hadiah.

1.2 Menghayati nilai-nilai ibadah

39

Buku Pegangan Siswa Mata Pelajaran Fikih Madrasah tsanawiyah, Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014

40

(52)

haji dan umrah

1.3 Mengamalkan ketentuan mengkonsumsi makanan yang halalan thoyiban

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

2.1 Menghargai nilai-nilai positif ibadah haji dan umrah

2.2 Membiasakan bersedekah, hibah dan memberi hadiah

2.3 Membiasakan diri mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

3.1 Memahami ketentuan sedekah, hibah dan hadiah

3.2 Mengidentifikasi tata cara melaksanakan haji

3.3 Mengidentifikasi tata cara melaksanakan umrah

3.4 Menganalisis ketentuan makanan halal-haram

(53)

3.5 Menganalisis ketentuan minuman halal-haram

3.6 Mengetahui tatacara mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik

4. Mengolah, menyaji dan menalar

dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

4.1 Mensimulasikan tata cara sedekah, hibah dan hadiah

4.2 Mesimulasikan tata cara haji dan umrah

4.3 Mempraktikkan tatacara mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik

C. Penelitian Relevan

Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan:

1. Afdhelis Sumida Amri yang judulnya pengaruh metode demonstrasi memakai media gambar terhadap kemampuan praktek whudu dan tayamum di SDN 01 2XII Enam Lingkung kab. Padang Pariaman.

(54)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode demonstrasi memakai media gambar terhadap kemampuan praktek wudhu dan tayamum di SDN 01 2XII Enam Lingkung kab Padang Pariaman.41

2. Indra Muhammad Yani yang judulnya Efektifitas metode demonstrasi dalam pembelajaran Fikih di MTsN Padang Tarok, kec Baso, Kab Agam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efektifitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran Fikih di MTsN Padang Tarok termasuk dalam kategori Efektif dan kendala yang dihadapi butuh akan pengembangan yang lebih sempurna. Selain itu sekolah juga mengembangkan peranannya sebagai lembaga pendidikan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai.42

3. Lailatul Saidah yang judul penelitiannya penerapan metode demonstrasi pada materi shalat di kelas II SDN 06 Pulai Anak Air Bukittinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penerapan metode demonstrasi yang digunakan guru dalam menyampaikan 43 4. Zoni Leo Nardo yang judulnya penerapan metode demonstrasi pada

materi shalat di kelas II SDN 06 Pulai Anak Air Bukittinggi. Hasil penelitiannya adalah bahwa dlaam penerapan metode demonstrasi guru

41

Afdhelis Sumida Amri, Pengaruh Metode Demonstrasi Memakai Media Gambar Terhadap Kemampuan Praktek Wudhu dan Tayamum Di Kelas VI SDN 01 2XII Enam Lingkun Kab. Padang Pariaman, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi, 2010

42

Indra Muhammad Yani, Efektifitas Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Fikih Di MTsN Padang Taro Kec.Baso, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi, 2013

43

Lailatul Saidah, Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Beljar Fikih Kelas VII di MTsN Padang Tarok, Jurnal Pendidikan agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi, 2014

(55)

terdapat beberapa langkah yang belum terealisasikan. Diantaranya dalam kegiatan inti dan dalam kegiatan akhir.44

5. Tri Wahyuni Daniel yang penelitiannya berjudul penerapan metode demonstrasi oleh guru PAI di SDN 09 Gumarang kab. Agam. Penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI telah dilaksanakan oleh guru, dan ada beberapa kendala yang dialami oleh guru tersebut.45

Dari beberapa penelitian di atas, beda penelitian penulis adalah penulis meneliti pada mata pelajaran fikih di pesantren dengan materi Pelaksanaan Haji di Kelas VIII. Penelitian yang penulis lakukan di pondok Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi. Dan penulis ingin mengetahui bagaimana cara guru menerapkan metode demonstrasi dlam pembelajaran Fikih Tersebut.

44

Zoni Leo Nardo, Penerapan Metode Demonstrasi Pada Materi Shalat Di Kelas II SDN 06 Pulai Anak Air Bukittinggi, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi, 2019

45 Tri Wahyuni Daniel, Penerapan Metode Demonstrasi Oleh Guru Dalam Pembelajaran PAI Di SDN 09 Gumarang Kab. Agam, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi, 2015

(56)

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field research) untuk mencari kebenaran dari suatu masalah yang ditemukan dengan langkah-langkah yang ilmiah dan sistematis, sehingga didapatkan suatu kesimpulan yang benar. Penelitian ini berjenis Deskriptif Kualitatif, sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif kualitatif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat dicermati.46 Dalam hal ini, penulis akan menggambarkan secara apa adanya tentang penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih di pondok pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini penulis lakukan di kelas VIIIC pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi. Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian ini karena penulis melihat bahwa guru telah melaksanakan metode demonstrasi tapi belum berjalan dengan efektif di kelas VIIIC tersebut, serta sebagian besar siswa nilainya di bawah KKM, sebagaian siswa belum mampu mempraktekkan Kegiatan Haji dan guru belum menggunakan media yang memadai. Maka masalah-masalah ini perlu dibahas dan perlu penyelesaian secara ilmiah.

46

Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Calpulis, 2015), hal 10

Referensi

Dokumen terkait

Judul : EFEKTIVITAS METODE CERAMAH DALAM KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN FIKIH (STUDI KASUS PADA SISWA KELAS XI IPS DI MAN PRAMBON TAHUN 2017).. Setelah diperbaiki materi

Tidak diragukan lagi bahwa, menyajikan dan menyuguhkan materi pelajaran melalui metode ceramah adalah media yang bagus di dalam memperoleh dan menuntut ilmu. Akan tetapi metode

mempersiapkan materi yang akan dipraktekkan nanti. Namun yang perlu menjadi catatan dalam penyampaian materi tidak seperti halnya pemberian materi seperti penggunaan

Pembelajaran pada mata pelajaran fikih materi ketentuan shalat fardlu mata pelajaran fikih kelas II dengan menggunakan metode problem solving di MI Islamiyah Somakaton tahun

Pembelajaran pada mapel fikih materi Ketentuan Jual beli MTs Jamiyatul Washliyah dengan menggunakan metode Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan rincian

Dalam proses penerapan metode simulasi dalam pembelajaran fikih ibadah bagi siswa di MTs YMPI Sei Tualang Raso Tanjungbalai keaktifan siswa juga menjadi pengaruh besar dalam

Dalam kegiatan inti, penyampaian materi dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dilakukan dengan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari keseriusan siswa

PENERAPAN MEDIA BERBASIS IT DALAM PEMBELAJARAN FIKIH MATERI NIKAH PADA SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NURUL IMAN PAGUTAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Oleh: Ahmad Zaenul Fikri 151