commit to user
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA ANAK TUNA GRAHITA
Relationship Between Parenting Parents with Personal Hygiene When Menstruation of Mentally Disabled Children
Widyawati,Endang Listyaningsih S, Agus Eka Nurma Y Prodi Kebidanan, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
ABSTRACT
Background: Selection of parenting parents the right be the deciding factor in personal
hygiene status of mentally disabled children. The role of parents for children with mentally disabled crucial among foster and assist personal hygiene activities to reduce the occurrence of urinary tract infection. The purpose of this study was to determine the relationship between parenting parents with personal hygiene when menstruation on mentally disabled children in special schools N Ungaran.
Methods: The study design correlation with cross sectional approach. Total sample of 32
respondents to the total sampling. Analysis of data using Lambda test at α 5 % .
Results: Most respondents apply permissive parenting that is a total of 12 ( 37.5 % ) . Most
respondents have less personal hygiene are a total of 12 ( 37.5 % ) .Results of statistical test
produces a value p = 0.007.
Conclusion: There is a relationship between parenting parents with personal hygiene during
menstruation mentally disabled children in special schools N Ungaran.
Keywords: parenting, personal hygiene, mentally disabled.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik orang tua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya atau teman sebayanya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang. Namun apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan orang tua yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan bimbingan, teladan, pengajaran atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan norma-norma, baik agama maupun tatakrama/budi pekerti, anak cenderung menampilkan perilaku maladjustment (Yusuf, 2011).
Perilaku maladjustment dapat diantisipasi dengan kehadiran orang tua dan keluarga merupakan lingkungan paling dekat dengan anak dan merupakan tempat interaksi pertama kali. Salah satu fungsi keluarga adalah pemenuhan terhadap kebutuhan dasar termasuk pemenuhan terhadap perawatan kesehatan dasar (Muttaqin, 2008). Pemilihan pola asuh orang tua yang tepat menjadi faktor penentu status personal hygiene pada anak tuna grahita termasuk tumbuh kembangnya. Peran orang tua bagi anak penyandang tuna grahita sangat penting diantara membina dan membantu aktifitas
personal hygiene untuk mengurangi
commit to user Studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti di Sekolah Luar Biasa (SLB) N Ungaran dengan jumlah 34 siswi tuna grahita yang sudah menstruasi dari 62 siswi tuna grahita. Hasil wawancara sebanyak 10 anak tuna grahita didapatkan 60% diantaranya menganti pembalut 2 kali/hari, 30% diantaranya mengganti pembalut 3 kali/hari dan 10% diantaranya mengganti pembalut 4 kali/hari. Untuk arah cebok didapatkan hasil 50% diantaranya dari arah belakang ke depan dan 50% diantaranya dari arah depan ke belakang. Sebelum mengganti pembalut 30% diantaranya tidak cuci tangan terlebih dahulu, 40% diantaranya cuci tangan terlebih dahulu, dan 30% diantaranya cuci tangan jika kotor. Hasil wawancara dengan 10 responden orang tua siswa tuna grahita didapatkan hasil bahwa 50% diantaranya menerapkan pola asuh demokratis dengan melibatkan anak dalam penentuan pilihan diberikan kebebasan yang bertanggung jawab serta 30% diantaranya menerapkan pola asuh permisif dengan memberikan kebebasan penuh terhadap anak dan 20% diantaranya menerapkan pola asuh yang otoriter dengan keputusan sepenuhnya ditangan orang tua.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua dengan personal hygiene saat menstruasi pada anak tuna grahita di SLB N Ungaran. Alasan pemilihan lokasi penelitian di SLB N Ungaran adalah karena masih kurangnya personal hygiene saat menstruasi dan masih adanya orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter yang mengakibatkan ketidakmandirian anak tuna grahita.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Elisabeth (2012) dengan judul “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Personal Hygiene Pada Anak Retardasi Mental Ringan Dan Sedang di SLB Negeri II Yogyakarta”. Adapun yang membedakan antara penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada variabel
yang diteliti, tempat, waktu, sampel penelitian serta hasil penelitian.
Tinjauan Pustaka
Anak Tuna grahita adalah anak yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan (Bakti Husada, 2010).
Berdasarkan klasifikasi AAMD kepanjangan dari American Association on Mental Deficiency, maka Tuna Grahita ini bisa di golongkan sebagai berikut :
a. Golongan Tuna Grahita yang ringan yaitu mereka yang masih bisa dididik pada masa dewasanya kelak, usia mental yang bisa mereka capai setara dengan anak usia 8 tahun hingga usia 10 tahun 9 bulan dengan rentang IQ antara 55 hingga 69.
b. Tuna Grahita golongan moderate, masih bisa dilatih (mampu latih). Kecerdasannya terletak sekitar 40 hingga 51, pada usia dewasa usia mentalnya setara anak usia 5 tahun 7 bulan hingga 8 tahun 2 bulan.
c. Tuna Grahita yang tergolong parah, atau yang sering disebut sebagai Tuna Grahita yang mampu latih tapi tergantung pada orang lain. Rentang IQnya terletak antara 25 hingga 39. (Sutji, 2009).
Pola asuh orang tua adalah bentuk-bentuk perlakuan yang diterapkan oleh orang tua dalam rangka merawat, memelihara,mengajar, membimbing dan melatih anak-anak mereka serta memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan (Shochib, 2010). Secara garis besar ada tiga pola asuh yang diterapkan kepada anak, yaitu: a. Authotarian (Otoriter)
aturan-commit to user aturan tanpa merasa perlu menjelaskan
kepada anak apa guna dan alasan di balik aturan tersebut.
b. Permisif
Sifat dari pola asuh ini,yakni segala ketetapan dan aturan keluarga ditangan anak. Pola asuh permisif atau serba membolehkan adalah salah satu pola asuh yang paling banyak diterapkan di tengah-tengah keluarga. Alasan yang paling sering dikemukakan oleh pengasuh yang menerapkan pola asuh permisif terhadap anak-anak remaja mereka adalah kurangnya waktu untuk mengawasi anak-anak mereka karena kesibukan sehari-hari dan berbagai alasan lainnya.
c. Demokratif
Pola asuh demokratis dipandang paling memadai untuk diterapkan pada anak dan anggota keluarga lainnya, kedudukan antara pengasuh dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral.
Kebersihan Alat Kelamin (vulva
hygiene) merupakan menjaga kebersihan
vagina dengan membilas bagian-bagian tersebut dengan air matang dan sabun setelah BAB atau BAK. Vulva hygiene
adalah memelihara kebersihan alat kelamin luar perempuan (Tarwoto dan Wartonah, 2006). Menurut Andira (2012) dan Citra (2009) cara menjaga kebersihan alat kelamin saat menstruasi yang benar, antara lain :
a. Jaga daerah kemaluan dan selangkangan agar tetep kering.
b. Pencucian vagina
c. Lakukan perawatan terhadap rambut yang tumbuh pada alat kelamin
d. Cara mengganti pembalut
e. Cara menggunakan pakaian dalam Hasil penelitian yang dilakukan Lintang (2014) menunjukkan ada
hubungan antara pola asuh orang tua pada anak tuna grahita di SLB Negeri Ungaran dengan personal hygiene. Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai ² hitung 6,111 dengan p-value 0,013. Oleh karena p-value = 0,013 < α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan personal hygiene pada anak tuna grahita di SLB N Ungaran. Hasil ini dapat diartikan bahwa pola asuh orang tua memberikan kontribusi yang signifikan dengan personal hygiene anak tuna grahita. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui gambaran pola asuh orang tua pada anak tuna grahita di SLB N Ungaran
b. Mengetahui gambaran status personal
hygiene saat mentruasi pada anak tuna
grahita di SLB N Ungaran
c. Menganalisis hubungan antara pola asuh orang tua dengan personal hygiene
saat menstruasi pada anak tuna grahita
METODE PENELITIAN
Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu pola asuh orang tua (variabel bebas) dan personal hygiene saat
menstruasi anak tuna grahita (variabel
terikat). Hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan personal hygiene saat menstruasi pada anak tuna grahita di SLB N Ungaran. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 - Juli 2015 dan dilakukan di SLB N Ungaran. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan pola asuh orang tua dengan personal hygiene saat menstruasi . Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah semua siswi dan orang tua anak tuna grahita di SLB N Ungaran. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode total sampling.
commit to user HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Umur
Responden
Frekuensi Persentase (%)
18-40 th 26 83,1
41-60 th 6 18,7
Jumlah 32 100,0
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 32 responden orang tua anak tuna grahita di SLB N Ungaran, sebagian besar berumur 18-40 tahun yaitu sejumlah 26 orang (81,3%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Umur Anak
Umur Responden
Frekuensi Presentase (%)
12-15 th 7 21,9
16-18 th 12 37,5
19-21 th 13 40,6
Jumlah 32 100,0
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 32 responden anak tuna grahita yang sudah menstruasi di SLB N Ungaran, sebagian besar berumur 19-21 tahun yaitu sejumlah 13 orang (40,6%) dan sebagian kecil berumur 12-15 tahun yaitu sejumlah 7 orang (21,9%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Orang Tua
Pendidikan Responden
Frekuensi Persentase (%)
SD 8 25,0
SMP 9 28,1
SMA 10 31,3
S1 5 15,6
Jumlah 32 100,0
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa pendidikan responden sebagian besar SMA yaitu sejumlah 10 orang (31,3%) dan sebagian kecil berpendidikan terakhir S1 yaitu sejumlah 5 orang (15,6%).
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan Responden
Frekuensi Persentase (%)
IRT 9 28,1
Buruh 6 18,8
Petani 5 15,6
Wiraswasta 4 12,5
Swasta 5 15,6
PNS 3 9,4
Jumlah 32 100,0
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah IRT yaitu sejumlah 9 orang (28,1%), dan sebagian kecil responden bekerja sebagai PNS yaitu sejumlah 3 orang (9,4%).
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua (ibu)
Pola Asuh Frekuensi Persentase (%)
Otoriter 11 34,4
Permisif 12 37,5
Demokratif 9 28,1
Jumlah 32 100,0
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menerapkan pola asuh permisif yaitu sejumlah 12 (37,5%) orang dan sebagian kecil menerapkan pola asuh demokratif 9 (28,1%) orang.
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Personal
Hygiene Anak Tuna Grahita
Personal Hygiene
Frekuensi Persentase (%)
Kurang 12 37,5
Sedang 9 28,1
Baik 11 34,4
Jumlah 32 100,0
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar personal hygiene
responden kurang yaitu sejumlah 12 (37,5%) orang, dan sebagian kecil
personal hygiene responden sedang yaitu
sejumlah 9 (28,1%) orang.
Tabel 7 Hubungan Pola Asuh dengan
Personal Hygiene
Pola Asuh Personal Hygiene P Value Nilai r Kurang Sedang Baik
frek % frek % frek %
Otoriter 7 21,9 3 9,4 1 3,1 0,007 0,300 Permisif 5 15,6 2 6,2 5 41,7
Demokratif 0 0,0 3 9,4 6 18,8 Jumlah 12 37,5 8 25,0 12 100,0
Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter sebagian besar memiliki status
personal hygiene kurang yaitu sebesar 7
commit to user PEMBAHASAN
Hasil penelitian pada tabel 1 mengenai umur responden (ibu) menunjukkan responden pada penelitian ini memiliki umur yang beragam. Umur responden (orang tua) yang paling banyak adalah responden yang berumur 18-40 tahun, yaitu 26 (81,3%) orang. Hal ini sesuai teori Hurlock (1998) dalam Desmita (2009) menyatakan bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Seseorang yang menjalani hidup secara normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama hidup maka pengalaman semakin banyak, pengetahuan luas, keahlian semakin mendalam dan kearifannya semakin baik dalam pengambilan keputusan tindakannya. Demikian juga ibu, semakin lama hidup (tua) maka akan semakin baik pula dalam melakukan bimbingan dan arahan kepada anaknya.
Hasil penelitian pada tabel 2 mengenai umur responden (anak) yang paling banyak yaitu berumur 19-21 tahun berjumlah 13 (40,6%) orang. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Hal ini sesuai teori Budiman (2013), mengungkapkan bahwa semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola fikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden (anak) tidak berpengaruh terhadap personal hygiene. Hal ini disebabkan anak tuna grahita mempunyai karateristik ingatan yang lemah karena IQ yang rendah sehingga pengalaman yang telah dialami tidak menjadikan proses pembelajran dalam peningkatan personal
hygienenya.
Hasil penelitian pada tabel 3 mengenai pendidikan menunjukkan sebagian besar pendidikan terakhir responden yaitu SMA sejumlah 10 (31,3%) orang. Hal ini sesuai dengan penelitian Nuraeni (2006), menunjukkan bahwa orang tua yang
memiliki pendidikan tinggi umumnya mengetahui bagaimana perkembangan anak dan pengasuhan yang baik dalam perkembangan. Sedangkan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan rendah, orang tua kurang memperhatikan perkembangan anak karena orang tua masih awam dan kurang mengetahui perkembangan anak.
Berdasarkan tabel 4 mengenai pekerjaan, sebagian besar responden sebagai ibu rumah tangga yaitu sejumlah 9 (28,1%) orang. Hal ini sesuai dengan teori Wawan (2011), yang menyatakan bahwa pekerjaan pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, sehingga akan berpengaruh dengan kehidupan keluarga. Menurut teori Soekanto (2007), yang dikutip dalam Akhiroh (2012) status pekerjaan ibu dapat berpengaruh terhadap kesempatan dan waktu yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan. Ibu rumah tangga lebih banyak waktu untuk mencari pengetahuan khususnya tentang menjaga kebersihan alat kelamin, misalkan informasi tentang sabun organ perempuan, pembalut herbal, dan lain sebagainya melalui alat elektronik maupun komunikasi dengan orang lain dalam kegiatan PKK, yasinan, dan arisan. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki waktu lebih di rumah (ibu rumah tangga) tidak mempengaruhi personal hygiene anak. Salah satu penyebabnya adalah penerapan pola asuh ibu rumah tangga yang kurang tepat.
commit to user mengandung unsur pemenuhan kebutuhan
fisik maupun psikis pada anak. Membiarkan anak dalam pola asuh permisif merupakan salah satu cara orang tua untuk membahagiakan sekaligus proses belajar anak untuk lebih mandiri melalui berbagai tindakan sehari-hari. Menurut Edward (2006) dalam Citra (2009), pola asuh demokratis dipandang paling memadai untuk diterapkan pada anak dan anggota keluarga lainnya, kedudukan antara pengasuh dan anak sejajar. Pola asuh ini memberikan anak kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan anak itu sendiri. Hal ini dikarenakan keluarga khususnya ibu merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak, tempat anak pertama kali berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.
Berdasarkan hasil tabel 6 mengenai
personal hygiene saat menstruasi pada
anak tuna grahita, sebagian besar personal
hygiene responden kurang yaitu sejumlah
12 (37,5%) orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muttaqin (2008), menyampaikan bahwa faktor yang menyebabkan anak tuna grahita ringan dan sedang memiliki personal hygiene kurang adalah kemampuan IQ-nya di bawah anak normal, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan dalam menjaga dan merawat kebersihan dirinya. Dari hasil penelitian status personal hygiene pada anak tuna grahita dalam kategori kurang menunjukkan bahwa kemampuan anak untuk melakukan personal hygiene masih perlu untuk ditingkatkan. Hal yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan mengajarkan dan membimbing anak dalam melakukan personal hygiene. Anak memerlukan stimulasi yang dilakukan secara terus-menerus agar dapat meningkatkan kemandirian anak dalam melakukan personal hygiene.
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan personal hygiene saat menstruasi
pada anak tuna grahita yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,007. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Potter, P & Perry, A.G (2005) dalam Lintang (2014) menyatakan kemampuan dan kesanggupan anak tuna grahita dalam menjaga kebersihan diri sangat dipengaruhi oleh dukungan orang tua, stimulasi yang diberikan serta pembiasaan dan bimbingan orang tua pada anak untuk melakukan personal hygiene
secara mandiri. Pemenuhan kebutuhan serta bimbingan yang diberikan orang tua untuk perawatan kesehatan dan kebersihan diri akan meningkatkan kemampuan
personal hygiene anak.
Berdasarkan tabel 7 terlihat suatu kecenderungan bahwa responden yang menerapkan pola asuh otoriter mengakibatkan personal hygiene anak kurang. Sedangkan responden yang menerapkan pola asuh demokratif mengakibatkan personal hygiene anak baik. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan antara pola asuh dengan personal hygiene anak tuna grahita.
Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan Marfuah (2010) dalam Lintang (2014), yang menyatakan bahwa pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, seperti ia merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, tidak mampu menyelesaikan masalah (kemampuan
problem solving-nya buruk), kemampuan
komunikasinya buruk, kurang berkembangnya rasa sosial, tidak timbul kreatif dan keberanianya untuk mengambil keputusan atau berinisiatif, gemar menetang, suka melanggar norma, kepribadian lemah dan menarik diri. Anak yang hidup dalam suasana keluarga yang otoriter akan menghambat kepribadian dan kedewasaannya.
batasan-commit to user batasan atau aturan serta mengontrol
perilaku anak. Ada negosiasi antara orang tua dan anak sehingga dicapai kesepakatan bersama. Orang tua juga memberikan aturan mengenai apa yang boleh, dan tidak boleh dilakukan anak dalam menjaga
personal hygiene. Selain itu, orang tua juga
mengontrol sejauh mana kemandirian anak dalam menjaga personal hygiene
khususnya saat menstruasi.
Hasil penelitian menunjukkan setiap responden (ibu) menerapkan pola asuh yang berbeda, ada yang otoriter, permisif, dan demokratif. Sebaiknya responden (ibu) dapat menerapkan ketiga pola asuh tersebut sesuai dengan kondisi dan situasi anak. Namun, responden (ibu) tidak menerapkan pola asuh tersebut secara bersamaan. Hal ini disebabkan pola asuh yang diterapkan sudah benar. Penerapan pola asuh yang tepat akan mempengaruhi tingkat personal hygiene anak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Eka (2004), menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental di SLB Negeri II Gondomanan Yogyakarta dengan p-value= 0,010. Kesamaan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan anak termasuk perkembangan berbahasa, bersosialisasi serta kemandirian dalam melakukan
personal hygiene.
Penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Elisabeth (2012), dari hasil uji Korelasi Chi-square diperoleh ρ-value adalah 0.004 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua pada anak retardasi mental di SLB Negeri II Yogyakarta dengan status personal
hygiene.
Hasil penelitian yang dilakukan Lintang (2014), menunjukkan ada hubungan antara pola asuh orang tua pada anak tuna grahita di SLB Negeri Ungaran dengan personal hygiene. Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai ² hitung 6,111
dengan p-value 0,013. Oleh karena p-value = 0,013 < α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan personal hygiene pada anak tuna grahita di SLB N Ungaran. Hasil ini dapat diartikan bahwa pola asuh orang tua memberikan kontribusi yang signifikan dengan personal hygiene anak tuna grahita. Pelaksanaan penelitian ini mengalami kendala berupa waktu pemantauan dan observasi yang kurang lama sehingga peneliti kurang mendalami masing-masing sifat dan kebiasaan responden (anak). Selain itu, komunikasi responden (anak) yang kebanyakan kurang lancar mengakibatkan wawancara terlalu lama dan mengakibatkan kebosanan pada responden (anak).
Responden (anak) memiliki personal
hygiene kurang dikarenakan tidak
mendapatkan informasi yang memadai. Salah satu penyebab adalah belum adanya koordinasi antara pihak institusi dengan pelayanan kesehatan setempat. Selain itu, di pelayanan kesehatan setempat belum ada program tentang penyuluhan kesehatan reproduksi pada anak berkebutuhan khusus.
PENUTUP
Simpulan
1. Pola asuh orang tua pada anak tuna grahita di SLB N Ungaran sebagian besar responden menerapkan pola asuh permisif yaitu sejumlah 12 (37,5%). 2. Status personal hygiene saat menstruasi
pada anak tuna grahita di SLB N Ungaran sebagian besar memiliki
personal hygiene kurang yaitu sejumlah
12 (37,5%).
3. Ada hubungan pola asuh orang tua dengan personal hygiene saat menstruasi pada anak tuna grahita di SLB N Ungaran dengan nilai p = 0,007 Saran
1. Bagi remaja putri
commit to user tua untuk memperoleh informasi
tentang kebersihan alat reproduksi. 2. Bagi Tenaga kesehatan
Dapat lebih aktif bergerak untuk melaksanakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya pada anak berkebutuhan khusus.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Menambah jumah sampel dan variabel faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pola asuh orang tua (ibu). Selain itu, diharapkan sering berkomunikasi dan meluangkan waktu yang lebih dalam melakukan pendekatan atau observasi kepada responden (anak).
DAFTAR PUSTAKA
Akhiroh, YQ. 2012. Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Motorik Halus pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Islam Bakti
XV Plesungan. Universitas Sebelas
Maret. KTI
Andira D., 2010. Seluk beluk Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jogjakarta: A
Plus Books.
Bakti Husada. 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar Biasa, pp. 2.
Budiman dan Agus Rianto. 2013. Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan
dan Sikap dalam Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Citra, 2012. Gambaran Kemampuan Personal Hygiene Pada Anak-Anak
Tuna Grahita Saat Menstruasi.
AKBID NWU KTI
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. pp. 233-42
Eka, 2004. Hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan
sosialisasi anak retardasi mentaldi
SLB Negeri II Gondomanan
Yogyakarta. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
Elisabeth, 2012.Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Status Personal Hygiene Pada Anak Retardasi Mental Ringan Dan Sedang Di Slb Negeri Ii
Yogyakarta. S1 Ilmu Keperawatan
UNRIYO Skripsi
Hidayat, A., 2008. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika, pp. 95.
Hurlock, 2004. P embagian dan Batasan
Usia Remaja.
http://googleweblight.com diakses Oktober 2014
Kusmiran E., 2011. Kesehatan Reproduksi
Remaja dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika, pp. 24.
Lintang, 2014. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Personal Hygiene Pada Anak Tuna Grahita
Di SLB N Ungaran. AKBID NWU
KTI
Potter, P & Perry, A.G. 2005. Buku Anjar Fundamental Keperawatan :
konsep, proses, dan praktek. Edisi
Empat. Jakarta : EGC, pp.12.
Proverawati A., 2009. Menarche
Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika, pp. 61.
Riwidikdo H., 2008. Statistik Kesehatan. Mita Cendikia Press.Yogyakarta, pp. 87.
commit to user Sugiyono, 2010. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta, pp.
352-73.
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep
Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Surjadi C., 2002. Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Jaringan Epidemiologi Nasional, pp. 53.
Sutji M., 2010. Penatalaksanaan
Anak-anak Tuna Grahita. Rumah Sakit
Santosa, Bandung: UNPAD, pp. 5.
Tarwoto, Wartonah. 2006. Kebutuhan
Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika, pp. 78-81.
Wawan dan Dewi, M. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap,
dan Perilaku Manusia.