• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG PEMBUATAN MODEL PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT ALAT ASESMEN PRA MEMBACA DI SLB NEGERI PURWAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI TENTANG PEMBUATAN MODEL PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT ALAT ASESMEN PRA MEMBACA DI SLB NEGERI PURWAKARTA."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Bab

LEMBAR PENGESAHA……….…… i

LEMBAR PERNYATAAN ………. ii

ABSTRAK ………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… v

KATA PENGANTAR ……….… viii

DAFTAR ISI ………..….. x

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi Masalah ……….……….….. 7

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ……….… 8

D. Tujuan Penelitian ………. 10

E. Manfaat Penelitian ..………. 10

F. Definisi Operasional ………. 11

G. Metode Penelitian ………... 16

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan Bagi Orang Dewasa 1. Pengertian Pelatihan (Training) ……... 23

2. Pengertian Pendidikan Orang dewasa ………. 26

3. Pengertian Pedagogik ………. 31

4. Perbedana antara Pendidikan dan Pelatihan ………... 36

B. Pendidikan dan Latihan Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Profesi Guru 1. Upaya Peningkatan Kualitas Profesi Guru …………. 37

2. Prinsip-Prinsip Pelatihan ………. 38

(2)

C. Pelatihan Untuk Mengembangkan Layanan Pendidikan

8. Menginterpretasi, Melaporkan, dan Menggunakan Data Asesmen ……… 56 9. Pelaporan Hasil Asesmen ……….. 57

10. Menyiapkan Program Pengajaran Individual (PPI) ... 61

11. Tim Diskusi ………... 61

2. Alasan Menggunakan Metode Penelitian ...……….. 71

B. Prosedur Penelitian ………... 72

1. Penelitian Tahap pertama ……….. 72

2. Penelitian Tahap ke Dua ………..……. 77

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara ……… 78

2. Angket (questioner) ……….. 79

D. Instrument Penelitian ……… 80

E. Subyek Penelitian ………. 80

F. Teknik Analisis Data ……….. 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 86

A. Hasil Penelitian

1. Data kondisi obyektif tentang dampak pelatihan yang diikuti guru SLB Negeri Purwakarta terhadap kemampuan membuat alat asesmen pra membaca dan pelatihan yang diharapkan

(3)

a. Dampak pelatihan yang diikuti guru SLB Negeri Purwakarta

88

b. Pelatihan yang diharapkan yang diharapkan oleh guru

89

c. Draf panduan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru membuat alat asesmen pra membaca

91

d. Model Validasi Panduan Pelatihan untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Membuat Alat Asesmen Pra Membaca

96

2. Kondisi obyektif tentang kemampuan guru SLB Negeri Purwakarta dalam membuat alat asesmen pra membaca dan cara melakukan asesmen pra membaca

110

a. Kemamapuan guru SLB Negeri Purwakarta dalam membuat alat asesmen pra membaca

110

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………. 139

C. Rekomendasi ……….. 141

(4)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan ……… 37

2. Subbyek Penelitian Tahap I ………... 87

3. Subyek Subyek Penelitian Tahap II ………... 87

4. Perubahan Model dan Isi Panduan Pelatihan ...……….. 100

5 Program pelatihan Asesmen Pra Membaca 102 5. Perubahan Modul Asesmen Pra Membaca .………... 125

6 Program Pelatihan ………. 132

(5)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Desain Penelitian ………. ……… 72

2. Teknik Analisis Data ……… 83

3. Draf Panduan pelatihan ….. ………... 93

4. Model Validasi Panduan Pelatihan ………... 99

5. Draf Awal Modul Asesmen Pra Membaca ..……….. 117

6. Modul Asesmen Pra Membaca Hasil Validasi ...…………... 123

7. Skenario Kegiatan Pelatihan ………. 132

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Kisi-Kisi Instrumen penelitian ……….. 148

2 Panduan Wawancara ………. 153

3 Hasil Wawancara ………... 156

4 Pengkodean Jawaban Responden Tentang Pelatihan ……… 204 5 Pengkodean Jawaban Responden Tentang Asesmen Pra

Membaca ……… 222

6 Angket Panduan Pelatihan ………. 242

7 Angket Modul Asesmen Pra Membaca .………. 245

8 Analisa Hasil Validasi Panduan Pelatihan ..………..

248

9 Analisa Hasil Validasi Modul Asesmen Pra Membaca ………….. 250

10 Surat Pernyaataan Validator ……….

11 Surat Permohonan Izin Melakukan Studi Lapangan/Observasi 13 Surat Keterangan Telah melakukan Penelitian dari SLB …………. 14 Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis

(7)

D

yang bernama Sri Suharni, kemudian Sriyanto adalah dua adikku.

Penulis mempunyai seorang istri bern meniti karir sebagai guru SLB Negeri Purwak an istri tercinta dikaruniai 4 putra, yang pertam a sekarang kuliah smt 6 Fak. Elektro di UNJAN ika Bathiarto Dim Zarita kelas 6 SDN IV bernama Kalam Suryatmojo Dim Zarita kel

dan yang ke empat bernama Rahadyan Bathia ina Purwakarta.

dari SDN Pasung di Kecamatan Wedi, Kabupa SMP Negeri I Wedi, Klaten lulus tahun 1 s tahun 1984/1985, SGPLB Negeri Surakart si tunadaksa lulus tahun 1987/1988. Mengajar d

pada tahun 1988 bulan Pebruari dan sore ha spesialisasi tunagrahita UNINUS Bandung lul sebagai guru SLB Negeri di Purwakarta, Di

t Jl. Vetran Gang Beringin No. 2 Purwakarta, s er 2000 hingga sekarang.

gal penulis saat ini di Perumahan Panorama 12 Munjuljaya, Kec. Purwakarta, Kabupaten Pu

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asesmen dalam pendidikan berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan dalam pembelajaran. Berdasarkan informasi hasil asesmen seorang guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan obyektif dari anak tersebut. Oleh sebab itu kedudukan asesmen sangat penting, karena suatu program pembelajaran disusun bermula dari potensi yang dimiliki peserta didik mengarah kepada kompetensi baru yang akan diajarkan.

Strategi pembelajaran yang aktif merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centred). Pembelajaran merupakan suatu proses yang bertujuan agar peserta didik dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan, oleh sebab itu tujuan pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan setiap individu. Karena kebutuhan setiap individu itu berbeda maka perbedaan ini harus menjadi perhatian guru dalam menyampaikan pembelajaran. Proses pembelajaran harus memperhatikan perbedaan masing-masing individu, baik perbedaan kecerdasan, emosi, sosial, bahasa, lingkungan dan sebagainya.

(9)

tidak mendapatkan layanan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan/potensinya. Untuk itu pendidikan harus berorientasi pada kompetensi yang dikuasai oleh peserta didik sebagai tujuan pendidikan agar lebih bermanfaat atau lebih fungsionalis. Seperti teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget dalam Santrock dalam Wibowo (2008:46) bahwa:

“Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi) . Sebuah skema (schema) adalah sebuah konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterprestasikan informasi”.

Pernyataan tersebut dapat disimpulan bahwa anak-anak dalam mempelajari sesuatu menggunakan potensi yang ada, potensi bisa merentang dari yang sifatnya sederhana sampai skema kompleks. skema difokuskan pada bagaimana anak mengorganisasikan dan memahami pengalaman mereka. Jadi apabila pengetahuan baru dimasukkan ke dalam pengetahuan yang sudah ada, maka disebut asimilasi, dan apabila pengetahuan yang sudah ada untuk menyesuaikan ke dalam informasi baru hal ini disebut dengan akomodasi.

(10)

menyusun instrumen assesmen untuk menemukan hal-hal yang sangat spesifik berkaitan dengan masalah dalam belajar matematika tersebut. Dengan demikian program pendidikan didasarkan kepada kebutuhan dan bukan berdasar program secara klasikal.

Asesmen adalah sebuah aktivitas pengumpulan informasi, tujuannya ialah untuk menyediakan berbagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan edukasional yang cukup penting, apakah yang berkaitan dengan identifikasi serta penempatan, perencanaan pembelajaran, atau pengawasan kemajuan siswa serta keefektivan suatu program. Proses asesmen diawali dengan perencanaan yang teliti dan langkah-langkah persiapan dan yang paling penting adalah pemilihan alat-alat yang tepat. Oleh sebab itu guru harus memiliki keterampilan dalam membuat alat dan melakukan asesmen.

Sejumlah alat dipilih untuk asesmen yang akan mempengaruhi keberhasilan proses pengumpulan data. Penilaian yang tidak akurat akan menghasilkan informasi yang kurang tepat dan informasi yang secara potensial cukup berbahaya; alat-alat yang tidak tepat bahkan jika hasilnya meskipun hasilnya cukup bagus, akan gagal menyediakan jenis informasi yang dibutuhkan untuk membantu pengambilan keputusan pendidikan.

(11)

sebuah asesmen atau strategi, para guru pertama harus menjamin kelayakan teknikalnya, baru kemudian menentukan nilainya bagi aktivitas asesmen tertentu.

Pembelajaran individual terhadap anak berkebutuhan khusus harus dimulai dari hasil asesmen, asesmen dilakukan bertujuan untuk melihat anak saat itu dalam rangka menyusun suatu program pembelajaran, sehingga dapat memberikan perlakuan secara tepat.

Pengertian asesmen diagnostik dan preskriptif, asesmen dilakukan untuk menegakan diagnostik dan berdasarkan diagnostik tersebut dibuat preskripsitif. Preskripstif dalam bentuk aktualnya adalah program pendidikan yang diindividualkan (Individualized Education Program). Asesmen dilakukan pertama kali sebelum kegiatan pembelajaran, tetapi sesungguhnya asesmen berlangsung sepanjang proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan upaya penanggulangan kesulitan belajar, asemen dilakukan untuk lima keperluan yaitu:

1. penyaringan (screening), 2. pengalihtanganan (referral), 3. klasifikasi (classification),

4. perencanaan pembelajaran (instrucsional planning), dan 5. pemantauan hasil belajar anak (monitoring pupil progress).

(12)

ini anak diklasifikasikan untuk menentukan apakah mereka benar-benar memerlukan pelayanan khusus. Tahap ini asesmen dilakukan untuk keperluan klasifikasi kesulitan dan pada tahap perencanaan pembelajaran, asesmen dilakukan untuk keperluan penyususnan program pembelajaran individual. Selanjutnya tahap pemantauan kemajuan belajar anak, asesmen dilakukan dengan menggunakan tes formal, tes informal, observasi dan prosedur asesmen yang didasarkan atas kurikulum.

Pada kenyatannya guru-guru di SLB belum semua memiliki keterampilan tentang asesmen informal, sehinga dalam pelaksanaan pembelajaran belum benar-benar memperhatikan perbedaan kemampuan setiap peserta didik. Hasil dokumentasi dan wawancara guru-guru mengatakan bahwa dirinya belum memahami konsep asesmen, belum tahu cara membuat alat asesmen dan melakukan asesmen dengan prosedur yang benar. Sehingga guru-guru dalam mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung belum dimulai dari hasil asesmen. Asesmen pra membaca dijadikan materi pelatihan ini oleh peneliti karena dalam kegiatan belajar banyak dilakukan melalui proses membaca, dan guru-guru lebih setuju dengan materi ini.

(13)

Pelatihan dapat dijadikan suatu wahana dalam peningkatan pengetahuan atau keterampilan bagi guru ataupun karyawan lainnya agar tugas yang menjadi tanggungjawabnya dapat dikerjakan secara efektif dan efisien. Pengertian ini sejalan dengan hasil penelitian Handikin (2009) yang berjudul “Efektifitas Model Pelatihan Dengan Konsep Mentoring Untuk Meningkatkan Kompetensi Kepala Sekolah dan Guru Tentang Pendidikan Inklusif,” dikatakan bahwa perilisan pengetahuan tentang pendidikan melalui pelatihan dengan bentuk in house training disertai dengan kegiatan pendampingan terbukti efektif dalam peningkatan kompetensi. Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa kegiatan pelatihan dengan teknik pendampingan dapat meningkatkan kompetensi melalui model pelatihan pendampingan.

Studi penelitian lain yang membuktikan efektifitas pelatihan (training) diterbitkan dalam jurnal di Korea oleh Jung dan Choi (1999). Jung dan Choi menegaskan dari kursus pelatihan online di sektor swasta, mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pendidikan kursus online. Secara khusus, strategi desain yang baik yang menggabungkan berbagai fitur internet dan mendorong interaksi aktif dengan instruktur dan peserta didik lain dalam cara yang terorganisir yang terkait erat dengan kualitas kursus online. Kesimpulan dan rekomendasi pelatihan Online guru dipandang memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah:

(14)

3. guru lebih mampu berinteraksi dengan pelatih mereka dan guru-guru lain dengan cara online, dan

4. guru dapat mengakses data base kursus online yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Kegiatan pelatihan adalah salah satu bentuk pendidikan, pelatihan pada pembahasan ini dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian yang berhubungan dengan pendidikan bagi orang dewasa. Serta proses belajar yang dilandasi kerangka pikir khusus tentang pendidikan orang dewasa.

Pelatihan (training) yang diberikan oleh Dinas Pendidikan selama ini belum menyentuh mengenai asesmen pembelajaran khususnya asesmen pra membaca sehingga peneliti merasa perlu untuk meneliti hal tersebut. Begitu juga sistem pelatihan selama ini perlu ditingkatkan strateginya, karena strategi selama ini proses pelatihannya dengan cara guru datang ke tempat pelatihan kemudian dilatih lalu pulang. Hal ini berlangsung dari tahun ke tahun, untuk itu perlu adanya variasi teknik pelatihannya. Karena teknik yang diterapkan dapat menggambarkan strategi pelatihannya/pembelajarannya.

B. Identifikasi Masalah

(15)

1. Masalah dampak pelatihan yang diikuti guru selama ini belum berpengaruh terhadap kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca.

2. Masalah pelatihan tentang asesmen pra membaca yang diharapkan oleh guru karena keterampilan tersebut belum dimiliki oleh guru.

3. Masalah yang berhubungan dengan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca serta kemampuan guru yang belum dapat melakukan asesmen pra membaca yang belum optimal.

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang diuraikan pada bagian di atas diperlukan adanya pelatihan (training) dengan sistem pelatihan dalam jabatan dengan materi pelatihan tentang asesmen pra membaca, melalui pelatihan ini diharapkan ada peningkatan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca. Sesuai dengani identifikasi masalah, maka penelitian ini selanjutnya dirumuskan sebagai berikut:

“Model Program Pelatihan yang Bagaimana, yang dapat

Meningkatkan Kemampun Guru dalam Membuat Alat Asesmen Pra

Membaca di SLB Negeri Purwakarta?”

Agar rumusan tersebut lebih jelas dan terarah, maka fokus sasarannya dirumuskan melalui pertanyaan penelitian berikut:

1. Pertanyaan penelitian yang sesuai dengan kondisi obyektif di

(16)

a. Apakah pelatihan yang selama ini diikuti guru memberi dampak terhadap kemampuan membuat alat asesmen pra membaca?

b. Model program pelatihan seperti apa yang diharapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat alat asesmen pra membaca?

c. Bagaimana kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca saat ini?

d. Bagaimna cara guru melakukan asesmen pra membaca terhadap peserta didiknya?

2. Pertanyaan penelitian yang berhubungan dengan penyusunan model, dan validasi model.

a. Bagaimana bentuk model awal program pelatihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca?

b. Bagaimana bentuk draf materi pelatihan tentang asesmen pra membaca yang sesuai sesuai bagi guru SLB Negeri Purwakarta?

c. Bagaimana model program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca yang telah divalidasi? d. Bagaimana model asesmen pra membaca sebagai materi pelatihan

(17)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

“Membuat model program pelatihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca di SLB Negeri purwakarta. Dan sebagai sub dari tujuan ini adalah membuat modul materi pelatihan tentang asesmen pra membaca”.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas maka diperlukan data-data melalui studi lapangan di SLB Negeri Purwakarta dan studi literatur untuk menentukan komponen-komponen yang seharusnya ada dalam program penyelenggaraan pelatihan dan komponen-komponen asesmen pra membaca. Kemudian hasil studi lapangan dan studi literatur dijadikan bahan untuk membuat draf panduan pelatihan dan draf modul asesmen pra membaca, langkah selanjutnya adalah memvalidasi ke dua draf tersebut kepada tim ahli.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat:

a. Menemukan konsep tehnik pelatihan yang lebih fungsional untuk peningkatan kemampuan guru SLB dalam melaksanakan tugas secara professional.

(18)

2. Manfaat praktis

a. Model program pelatihan ini dapat digunakan oleh kepala sekolah dan Dinas Pendidikan dalam mengadakan pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan khususnya pelatihan tentang asesmen pra membaca.

b. Model program pelatihan ini dapat digunakan sebagai pembanding oleh kepala sekolah dan Dinas Pendidikan dalam mengadakan pelatihan terhadap tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.

c. Modul asesmen pra membaca ini dapat digunakan oleh para pendidik yang berminat untuk mengembangkan alat asesmen pra membaca untuk mengasesmen peserta didiknya.

d. Modul asesmen pra membaca ini dapat digunakan sebagai pembanding oleh para pendidik untuk mengembangkan alat asesmen pra membaca.

e. Modul asesmen pra membaca ini dapat digunakan oleh kepala sekolah dan Dinas Pendidikan sebagai materi pelatihan.

F. Definisi Operasional

(19)

Definisi operasional ini diharapkan dapat memberikan kejelasan pada kata-kata yang mengandung sifat keberagaman.

1. Pengertian Pelatihan (Training)

Menurut Nitisemito dalam Gecko (1996:35) , mendefinisikan tentang pelatihan atau training sebagai berikut: “pelatihan atau training sebagai suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku ketrampilan, dan pengetahuan dari karyawannya sesuai dengan keinginan perusahaan”.

Maksud pengertian tersebut bahwa pelatihan yang dimaksudkan adalah pelatihan dalam pengertian yang luas, tidak terbatas hanya untuk mengembangkan ketrampilan semata-mata, Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan (training) adalah cara atau perbuatan melatih. Pelatihan tersebut dapat dilakukan pada waktu seseorang belum melakukan pekerjaan, kegiatan ini sebagai proses memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku ketrampilan, dan pengetahuan.

(20)

kehidupan situasi nyata bagi terlatih untuk mempraktekkan keterampilan yang mereka pelajari. Sebagai upaya mengatasi kelemahan tersebut harus diupayakan praktek lapangan sehingga teori yang diperoleh dapat diterapkan.

Pelatihan (training) perlu diciptakan situasi yang tepat, dalam pelaksanaan in service training diantaranya: 1) peserta yang dilatih perlu pengalaman praktis sebelum mereka bisa atau akan mendapatkan keuntungan dari pelatihan yang dimaksud, 2) jika tugas cukup kompleks, peserta mungkin perlu mengulang pelatihan sehingga mereka tahu bagaimana melakukan tugas dengan benar, 3) jika pengawasan sedikit atau kurang pengawasan, pelatihan in service dapat membantu mengisi kebutuhan ini.

2. Pendidikan Orang dewasa

Konsep pendidikan orang dewasa dirumuskan sebagai suatu proses yang membangun keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkesinambungan berlangsung sepanjang hidup. Menurut Pannen dalam Suprijanto (2009) bahwa pendidikan orang dewasa berhubungan dengan bagaimana untuk mengarahkan diri sendiri yang dimulai dari bertanya dan mencari jawabanya sendiri.

3. Pengertian Pedagogik

(21)

belum dewasa. Tugas guru bukan hanya mengajar untuk mennyampaikan atau mentrasformasikan ilmu pengetahuan kepada anak di sekolah, melainkan guru juga bertugas mengembangkan kepribadian anak secara terpadu. Sehingga anak memiliki pengetahuan, keterampilan, serta sikap pribadi yang baik, untuk menghadapi segala permasalahan hidupnya.

Pengertian pedagogik menurut Langeveld dalam Suprijanto (2009:2) bahwa yang dimaksud dengan pedagogik adalah: “ilmu mendidik, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak, mendidik anak.”

Pendapat tersebut mengandung arti bahwa pengertian pedagogik adalah ilmu mendidik tentang bagaimana cara membimbing anak atau mendidik anak.

4. Asesmen

Pengertian asesmen menurut Lerner dalam Mulyono, (2003:46):

“Asesmen adalah proses yang sistematis dalam mengumpulkan data seorang anak. Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak tersebut.”

Menurut herman at.all dalam Mulyono (1995:3) bahwa:

(22)

Dengan mengkaji kedua pendapat tersebut di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa yang disebut dengan asesmen adalah upaya formal yang sistematis dilakukan oleh guru untuk menghimpun informasi berkaitan dengan variabal-variabel dalam pembelajaran sebagai bahan pengambil keputusan untuk memperbaiki proses belajar. Dalam konteks pendidikan asesmen berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan.

Berdasarkan informasi hasil asesmen seorang guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan obyektif dari anak tersebut. Dengan demikian program pendidikan didasarkan kepada kebutuhan, dan bukan berdasar program secara klasikal.

5. Asesmen pra membaca

Keterampilan pra membaca ini diperoleh melalui pendengaran (auditori) dan penglihatan (visual). Seperti pendapat Rochyadi (2003) yang ditulis dam makalah online tentang keterampilan pra-membaca yang harus dikuasai anak sebelum terampil membaca:

(23)

Menurut pendapat tersebut di atas bahwa persoalan membaca sangat dipengaruhi oleh faktor kesadaran linguistik dan kesadaran persepsi visual. Dan pada kenyataannya proses membaca dipengaruhi akan pengamatan serta bunyi bahasa (sounds of language). Seperti dalam kutipan Damaianti Vismaia dalam Rochyadi (2011:1) mengungkapkan “apapun yang dapat kita katakan tentang membaca, tidak dapat dipisahkan dari kenyataan bahwa awalnya membaca merupakan proses sensoris, dimana isyarat dan rangsangan untuk kegiatan membaca itu masuk melalui pintu yang disebut sensor visual dan auditori.” Santrock dalam Wibowo (2008:68) juga menyatakan hal yang senada “Semua bahasa manusia juga mengikuti aturan fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dan gramatis”.

Menurut pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan anak untuk membaca sangat dipengaruhi oleh kematangan anak secara fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan gramatis, apabila kematangan itu belum dicapai oleh anak maka sangat sulit anak dapat membaca dan menulis.

G. Metode Penelitian

(24)

adanya, mengkonstruk dan menganalisa selanjutnya mendeskripsikan jawaban responden menjadi lebih bermakna.

Alasan pemilihan metode ini dikarenakan penelitian ini untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh dari lapangan, data tersebut meliputi dampak pelatihan yang diikuti guru selama ini terhadap kemampuan membuat alat asesmen pra membaca. Sehingga mendapatkan kondisi obyektif tentang dampak pelatihan dan teknik pelatihan yang diharapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan membuat alat asesmen pra membaca tersebut. Selanjutnya dari hasil studi lapangan tersebut dipadukan dengan kajian teoritis dijadikan bahan untuk membuat panduan pelatihan dengan teknik pelatihan on the job training dan membuat modul materi asesmen pra membaca sebagai bahan pelatihan.

Pembuatan panduan teknik pelatihan dan modul materi asesmen pra membaca sebagai bahan pelatihan dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya:

a. Tahap Pertama

(25)

membuat alat asesmen pra membaca serta cara guru melakukan asesmen.Teknik untuk memperoleh data tersebut dengan cara wawancara langsung ke sumber data.

Pada tahap pertama ini subyek penelitiannya adalah guru SLB Negeri Kabupaten Purwakarta, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sejumlah 10 responden, Masa kerja guru-guru berkisar antara 1 dengan 25 tahun.

b. Tahap ke Dua

Tahap ke dua dalam penelitian ini memvalidasi dari draf panduan pelatihan dan draf modul materi asesmen pra membaca. Subyek penelitian tahap ke dua ini berjumlah 3 responden sebagai tiem validasi yang terdiri dari tiga unsur (elemen) yaitu:

1) Unsur akademik yaitu dosen

2) Unsur widia iswara PLB (Pendidikan Luar Biasa) 3) Unsur sekolah yaitu guru SLB

Hasil penilaian/masukan dari tiem validasi selanjutnya dijadikan bahan untuk merevisi draf model pelatihan dan draf modul materi asesmen pra membaca. Sampai tahap revisi ini tersusunnya panduan pelatihan dan modul materi asesmen pra membaca disimpulkan siap dipakai sebagai acuan pelaksanaan pelatihan.

(26)

tertentu. Seperti pendapat Nasution dalam Sugiyono (2010:245) menyatakan ‘Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian’.

Teknik analisis ini menggunakan model Miles and Huberman yaitu teknik analisis data meliputi data reduction, data disply, dan conclusion drawing/verification. Apabila digambarkan model ini adalah

sebagai berikut:

Periode pengumpulan

Reduksi data

Antisipasi selama Setelah

Display data

Selama Setelah

Kesimpulan/verifikasi

Selama Setelah

Penjelasan:

1. Tahap pengumpulan data 2. Reduksi data

3. Display data

4. Kesimpulan/verifikasi

(27)

1. Periode Pengupulan

Data koleksi yang diperoleh selama pengumpulan data terhadap subyek penelitian yaitu guru dengan menggunakan metode pengumpul data wawancara. Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan tema yang tema dan sub tema kemudian disimpulkan dari masing-masing tafsiran maka data diperoleh kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.

Tema yang dimaksud adalah tentang teknik pelatihan, model pelatihan yang efektif menurut guru SLB Negeri Purwakarta. Sedangkan sub temanya adalah pembuatan modul materi asesmen pra membaca.

Data tentang pelatihan diperuntukkan untuk memperoleh profil pelatihan dilakuakan dengan cara mengidentifikasi permasalahan, identifikasi kebutuhan pelatihan (Identification need assessment), identifikasi jawaban, identifikasi panduan pelatihan,

identifikasi mekanisme pelatihan.

1. Data Reduksi (Data Reduction)

(28)

sehingga terfokus terhadap hal-hal yang penting. Dengan mereduksi data didapatkan gambaran yang lebih jelas sehingga mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.

Reduksi data pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu reduksi data tentang pelatihan dan reduksi data tentang modul materi pelatihan. Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap guru tentang pelatihan disimpulkan masing-masing kemudian digeneralisasikan. Begitu juga dilakukan terhadap data untuk pembuatan modul asesmen pra membaca.

2. Data Display

Display data atau memaparkan data tentang hasil validasi data oleh responden, dalam hal ini responden terdiri dari tiga unsur yang terdiri dari: 1. Unsur sekolah (guru), 2. Unsur Dinas Pendidikan ( Widia Iswara), 3. Unsur akademik (dosen).

Penyajian data dengan menggunakan tabel dan diskriptif, data yang disajikan tentang validitas produk model pelatihan dan validitas modul materi pelatihan.

3. Data Conclusion:Drawing/Verifying

(29)
(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya suatu pencarian, menghimpun data, mengadakanpengukuran, menganalisis, sintesis, membandingkan, mencari hubungan, atau menafsirkan yang masih menjadi teka-teki. Proses pencarian ini perlu dicarikan kiat/strategi atau metode agar mendapatkan data serta pengolahan secara efektif dan efisien.

Berikut ini beberapa pengertian metode penelitian menurut: Sukmadinata (2010:52) :

“Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”.

Berdasarkan kutipan tersebut bahwa yang di maksud dengan metode penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian secara ilmiah, untuk mencapai tujuan yang didasari oleh asumsi dasar, pandangan filosofis, ideologi, pernyataan dan isu-isu yang dihadapi. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Sugiyono (2010:2) bahwa: “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

(31)

dilakukan oleh peneliti meliputi wawancara atau memotret kondisi apa adanya, mengkonstruk dan menganalisa selanjutnya mendeskripsikan jawaban responden menjadi lebih bermakna.

Penelitian ini berawal dari kesenjangan yang terjadi di lapangan mengenai harapan dengan kenyataan. Masalahnya kemampuan guru dalam melakukan asesmen pra membaca terhadap peserta didik belum optimal, oleh sebab itu harus dicarikan solusi bagaimana cara meningkatkan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca.

Alternatif jawaban permasalahan dengan cara melakukan penelitian alamiah yaitu penelitian untuk mengambarkan kondisi obyektif lapangan. Dengan cara ini sehingga dapat ditemukan model panduan pelatihan dan modul materi asesmen pra membaca yang efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca. Tujuan dalam penelitian ini adalah pembuatan panduan program pelatihan dan modul materi asesmen pra membaca.

Pembuatan panduan program pelatihan dan modul materi asesmen pra membaca sebagai bahan pelatihan dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya:

a. Tahap Pertama

(32)

obyektif tentang materi pelatihan yang pernah diikuti oleh guru, skenario pelatihan dan teknik pelatihan yang diharapkan oleh guru, serta kemapuan guru membuat alat asesmen pra membaca, cara guru melakukan asesmen.

Teknik untuk memperoleh data tersebut dengan cara wawancara langsung ke sumber data. Selanjutnya dari data obyektif ini dibuatlah suatu draf panduan program pelatihan dan draf modul materi pelatihan (modul materi asesmen pra membaca). Pada tahap pertama ini subyek penelitiannya adalah guru SLB Negeri Kabupaten Purwakarta Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sejumlah 10 responden, Masa kerjan guru-guru berkisar antara 1 dengan 25 tahun.

b. Tahap ke Dua

Tahap ke dua dalam penelitian ini memvalidasi dari draf model program pelatihan dan draf modul materi asesmen pra membaca . Subyek penelitian tahap ke dua ini berjumlah 3 responden sebagai tiem validasi yang terdiri dari tiga unsur (elemen) yaitu:

1) Unsur sekolah yaitu guru SLB

2) Unsur widia iswara PLB (Pendidikan Luar Biasa) 3) Unsur akademik yaitu dosen

(33)

model pelatihan dan modul materi asesmen pra membaca yang siap digunakan untuk pelatihan.

2. Alasan Menggunakan Metode Penelitian

(34)

B. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah atau urutan-urutan yang peneliti lakukan dalam penelitian ini melalui dua tahap seperti digambarkan dalam desain penelitian berikut.

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Penjelasan:

1.

Penelitian Tahap pertama

a. Melakukan Studi Kepustakaan (Studi Pendahuluan) dengan cara mengkaji tentang teori pelatihan, teori asesmen pendidikan, membaca karangan ilmiah, serta mengkaji journal tentang pelatihan system online . dengan cara ini sehingga penulis dapat mengacu pada

(35)

teori-teori yang berlaku yang dapat ditemukan dalam buku atau penelitian orang lain.

b. Studi Lapangan

Yang mendahuli sebelum studi lapangan adalah refleksi diri peneliti yang belum memiliki keterampilan dalam bidang asesmen pembelajaran. Selanjutnya peneliti mencari penguatan dilapangan apakah hal semacam itu juga dialami oleh guru yang lainnya, ternyata seluruh guru yang peneliti temui menyatakan hal yang sama.

Berawal dari hal tersebut peneliti menemukan permasalahan, permasalahan tersebut adalah “apabila guru kurang pandai dalam membuat alat asesmen berakibat terhadap proses pelaksanaan asesmen dan apabila proses pelaksanaan asesmen tidak dapat dilakukan dengan sistematis maka program layan pembelajaran tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik”.

c. Merumuskan Masalah

Masalah yang penulis rumuskan tentang “Model Program Pelatihan Yang Bagaimana, Yang Dapat Meningkatkan

Kemampun Guru Dalam Membuat Alat Asesmen Pra Membaca

di SLB Purwakarta?” Selanjutnya dari rumusan masalah ini

(36)

d.

Merumuskan Hipotesis

Hipotesis yang penulis maksud adalah draf model program pelatihan dan modul asesmen sebagai materi pelatihan merupakan pernyataan atau anggapan yang sifatnya sementara tentang fenomena yang akan diselidiki. Berguna untuk membantu peneliti menuntun jalan pikirannya agar mencapai hasil penelitiannya.

e. Kisi-Kisi Pertanyan Penelitian

Kisi-kisi pertanyan penelitian dibuat tabel berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian pada bab I, yang terdiri dari:

1) Kolom pertama memuat tetang nomor urut,

2) Kolom ke dua memuat tentang pertanyaan peneltian mengenai kondisi obyektif subyek penelitian dan penyusunan draf produk beserta validasi produk.

Kemudian dari kedua kelompok rumusan pertanyaan penelitian dikembangkan menjadi pertanyaan penelitian.

Pertanyaan penelitian yang termasuk kondisi obyektif subyek penelitian antara lain:

a. dampak pelatihan yang pernah diikuti terhadap kemampuan guru dalam membuat asesmen pra membaca,

(37)

d. cara guru melakukan asesmen pra membaca terhadap peserta didik,

Kelompok pertanyaan penelitian yang berhubungan dengan draf produk dan validasi produk antara lain:

a. bentuk draf awal model pelatihan

b. bentuk draf awal modul materi pelatihan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca,

c. bentuk model pelatihan yang telah divalidasi,

d. bentuk modul asesmen materi pelatihann yang telah divalidasi. 3) Kolom ke tiga tentang teknik pengumpul data yaitu dengan

menggunakan panduan wawancara untuk penelitian tahap I dan angket untuk penelitian tahap II.

4) Kolom ke empat tentang indikator pertanyaan wawancara dan angket

5) Kolom ke lima tentang nomor item soal wawancara dan angket 6) Kolom ke enam keterangan

f. Instrumen Penelitian

(38)

g. Studi Lapangan

Dengan berbekal surat ijin penelitian dari akademik selanjutnya peneliti mengajukan permohonan penelitihan kepada pihak sekolah luar biasa yang berlokasi di SLB Negeri Jalan Veteran, gang Beringin No. 2 Kabupaten Purwakarta. Setelah mendapatkan injin untuk melakukan penelitian, kemudian peneliti melakukan wawancara satu per satu dengan menggunakan panduan wawancara yang telah dibuat kepada responden.

h. Analisis Kajian Konsep dan Studi Lapangan

Setelah peneliti memperoleh data dari lapangan beserta mengkaji teori yang mendukung tentang permasalahan penelitian maka tahap berikutnya adalah mereduksi data berdasarkan tema atau kelompok pertanyaan penelitian yaitu mengenai kondisi obyektif, sehingga data yang terkumpul dari 10 responden dapat disimpulkan sebagai bahan penyusunan draf model pelatihan dan modul materi asesmen pra membaca sebagai bahan pelatihan.

1) Menyusun Draf I (awal)

(39)

Langkah yang pertama merumuskan draf program panduan pelatihan dengan mengacu pada jawaban responden, antara lain:

a) Jenis/teknik pelatihan yang menjadi pilahan guru untuk meningkatkan kemampuan membuat alat asesmen pra membaca

b) Program pelatihan yang diharapkan guru c) Mekanisme peyelenggaraan pelatihan

Langkah yang ke dua merumuskan draf modul asesmen pra membaca sebagai bahan pelatihan dengan mengacu pada jawaban responden, antara lain:

a) Persiapan

b) Ruang lingkup materi asesmen pra membaca c) Langkah-langkah membuat asesmen pra membaca d) Instrument asesmen pra membaca

e) Langkah-langkah melakukan asesmen pra membaca f) Membuat skor penilaian

(40)

2. Penelitian Tahap ke Dua

Pada penelitian tahap ke dua ini adalah memvalidasi draf model program pelatihan dan modul materi pelatihan, sebagai subyek penelitiannya adalah tiem validator. Tiem validator terdiri dari tiga unsur yaitu: 1) unsur sekolah (guru SLB), 2) unsur dinas pendidikan provinsi (widia iswara PLB), 3). unsur akademisi (dosen)

Dari hasil penialian tiem validasi kemudian dijadikan bahan merevisi ke dua draf tersebut, sampai tersusunnya model program pelatihan modul materi asesmen pra membaca yang siap digunakan. C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan teknik angket. Teknik pengumpulan data ini dipergunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

1. Wawancara (interview)

(41)

Sebelum melakukan wawancara peneliti mempersiapkan instrument wawancara untuk memandu pelaksanaannya. Wawancara dilakukan kepada seluruh responden dengan dengan cara:

a. Guru diberikan penjelasan secara umum dalam satu ruangan.

b. Guru satu persatu diwawancarai untuk menggali ide atau pendapat berkenaan prosedur pembuatan pembuatan instrument asesmen pra membaca dan prosedur pelaksanaan asesmen pra membaca.

c. Peneliti mengarahkan apabila responden mengalami kesulitan dalam mengembangkan jawaban.

2. Angket (questioner)

Angket (questioner) dilakukan untuk memvalidasi draf model program pelatihan dan modul materi pelatihan diberikan kepada subyek penelitian. Hasil validasi digunakan untuk merevisi draf model pogram pelatihan dan modul asesmen. Dari hasil revisi maka tersusunnya model program pelatihan dan modul asesmen sebagai materi pelatihan.

Hal-hal yang divalidasi bentuk panduan pelatihan tentang: a. Sistematika penulisan,

b. Aspek yang terkandung dalam program pelatihan c. Prosedur pelatihan

d. Mekanisme pelatihan

Hal-hal yang divalidasi bentuk modul asesmen materi pelatihan tentang:

(42)

b. Langkah-langkah membuat alat asesmen pra membaca c. Unsur instrument asesmen pra membaca,

d. Aspek kesadaran linguistik e. Aspek kesadaran visual f. Format penilaian g. Analisis hasil penilaian h. Rekomendasi hasil penilaian D. Instrument Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data lapangan menggunkan dua instrument: 1. Pedoman wawancara, 2. Anket (questioner). Pedoman wawancara tersebut digunakan untuk memperoleh data tentang teknik pelatihan / prosedur pelatihan (training) dan modul materi pelatihan yang efektif terhadap guru SLB Negeri Kabupaten Purwakarta. Pedoman wawancara digunakan untuk penelitian tahap pertama.

Angket (questioner) yang telah dibuat digunakan untuk mendapatkan data validasi draf dari tim ahli. Selanjutnya dari hasil validasi dijadikan bahan untuk merevisi kedua draf tersebut yang akhirnya tersusun model program pelatihan dan modul materi asesmen pra membaca.

E. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian

(43)

Lokasi penelitian tentang pembuatan model program pelatihan dan pembuatan modul asesmen pra membaca ini adalah di SLB Negeri Kabupaten Purwakarta, Jalan Veteran, Gang beringin No. 2 Purwakarta. 2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini ada dua, pada penelitian tahap pertama subyek penelitiannya adalah guru SLB Negeri Kabupaten Purwakarta sejumlah 10 responden.

Table 3.1. Subyek Penelitian Tahap I

S u

subyek penelitian tahap ke dua ini berjumlah 3 responden sebagai tiem validasi yang terdiri dari tiga unsur yaitu:

1) Unsur sekolah yaitu guru

(44)

3) Unsur akademik yaitu dosen

Tabel 3.2. Subyek Subyek Penelitian Tahap ke Dua

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis yang bersifat naratif kulitatif, yang dialkukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Seperti pendapat Nasution dalam Sugiyono (2010:245) menyatakan ‘Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian’.

Teknik analisis ini menggunakan model Miles and Huberman yaitu teknik analisis data meliputi data reduction, data disply, dan conclusion drawing/vervication. Apabila digambarkan model ini adalah sebagai berikut:

Periode pengumpulan

Reduksi data

Antisipasi selama Setelah

Display data

Selama Setelah

Kesimpulan/verifikasi

Selama Setelah

Berdasarkan teori tersebut data yang diperoleh akan dianalisa, dengan tahap pengumpulan data, mereduksi data, menampilkan data (display data), dan menarik kesimpulan. Penjelasan:

NO NAMA UNSUR

(1) (2) (3)

1 Heni Handayani, S.Pd. Pendidik

2 Drs. Sri Widodo, M.M.Pd. Unsur widia iswara

3 Dr. Zaenal Aalimin, M.Ed. Akademik

(45)

1. Tahap pengumpulan data

Gambar 3.1 Teknik Analisis Data (Periode Pengumpulan Data)

DATA LAPANGAN Data pelatihan Data materi pelatihan

REDUKSI DATA

Memilih hal yang penting berdasarkan kategori tema dan membuang data yang tidak terpakai

• identifikasi permasalahan,

• identifikasi kebutuhan pelatihan (Identification need assessment),

• identifikasi jawaban,

• identifikasi panduan pelatihan,

• identifikasi mekanisme pelatihan.

• Identifikasi modul materi pelatihan

DATA

(46)

1. Periode Pengupulan

Data koleksi yang diperoleh selama pengumpulan data terhadap kedua sampel yaitu guru dan widia iswara dengan menggunakan metode pengumpul data. Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan tema yang tema dan sub tema kemudian disimpulkan dari masing-masing tafsiran maka data diperoleh kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.

Tema yang dimaksud adalah tentang teknik pelatihan, program pelatihan yang efektif menurut guru SLB Negeri Purwakarta. Sedangkan sub temanya adalah pembuatan modul materi asesmen pra membaca.

Data tentang pelatihan diperuntukkan untuk memperoleh profil pelatihan dilakuakan dengan cara mengidentifikasi permasalahan, identifikasi kebutuhan pelatihan (Identification need assessment), identifikasi jawaban, identifikasi panduan pelatihan,

identifikasi mekanisme pelatihan. 2. Data Reduksi (Data Reduction)

(47)

mereduksi data didapatkan gambaran yang lebih jelas sehingga mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.

Reduksi data pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu reduksi data tentang pelatihan dan reduksi data tentang modul materi pelatihan. Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap guru atau widia iswara tentang pelatihan disimpulkan masing-masing kemudian digeneralisasikan. Begitu juga dilakukan terhadap data yang lainnya.

3. Data Display

Display data atau memaparkan data tentang hasil validasi data oleh responden, dalam hal ini responden terdiri dari tiga unsur yang terdiri dari lima responden antara lain: 1. Unsur sekolah ( guru), 2. Unsur Dinas Pendidikan ( Widia Iswara PLB), 3. Unsur akademik (dosen)

Penyajian data dengan menggunakan tabel, dan diskriptif. Data yang disajikan tentang validitas produk model program pelatihan dan validitas modul materi pelatihan.

4. Data Conclusion:Drawing/Verifying

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan temuan penelitian di lapangan pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kondisi Obyektif Dampak Pelatihan yang Diikuti Guru SLB Negeri

Purwakarta Selama Ini Terhadap Kemampuan Membuat Alat Asesmen

Pra Membaca .

Pelatihan yang diikuti guru selama ini belum ada pengaruhnya terhadap kemampuan dalam membuat alat asesmen pra membaca. Semua guru di SLB Negeri Purwakarta belum memahami tentang asesmen baik secara teori maupun praktek, apa lagi keterampilan membuat dan melakukan asesmen pra membaca. Proses pelatihan yang diikuti guru selama ini antara lain: pembukaan, pre tes, proses kegiatan pelatihan secara teori dan praktek, diskusi, pos tes, kemudian penutupan.

2. Pelatihan yang Diharapkan Oleh Guru untuk Meningkatkan Kemampuan

Membuat Alat Asesmen Pra Membaca .

Jenis pembelajaran yang di harapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat alat asesmen pra membaca adalah dengan sitem pelatihan. Untuk mendukung proses pelaksanaan pelatihan yang diharapkan oleh guru tersebut diperlukan proses pelatihan yang meliputi: Teknik pelatihan dilakukan dilingkungan tempat kerja (on the job training), Program

pelatihan didasarkan pada keadaan dan kebutuhan lapangan, Mekanisme

(49)

setiap tahapan kegiatan pelatihan (seperti tercantum pada no 3 halaman 90), Jadual Pelatihan dilakukan setelah jam mengajar, pelaksanaan setiap harinya

+ 3 s/d 4 jam per hari, teknik pelaksanaan dengan jeda waktu atau setiap minggu bisa 3 kali pertemuan. Kesimpulan ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Bryson dalam Supriyadi (2009:13) nenyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan orang dewasa adalah: “semua aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan intelektual.”

3. Kondisi Obyektif Tentang Kemampuan Guru SLB Negeri Purwakarta

Dalam Membuat Alat Asesmen Pra Membaca.

Kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca masih sangat dasar sekali, konsep maupun teori belum dikuasai. Langkah-langkah dalam mebuat alat asesmen belum dikuasai secara teoritis maupun praktiknya seperti: mengidentifikasi gambar sebagai bahan pembuatan alat asesmen pra membaca terhadap peserta didik. Pembuatan kisi-kisi, pembuatan instrument tiap aspek, menyusun format penilaian. Perangkat alat asesmen yang harus dipersiapkan dalam melakukan asesmen sudah dipahami seperti mempersiapkan alat asesmen berupa kartu huruf dan kartu gambar, mengkondisikan peserta didik serta letak tempat duduk peserta didik.

4. Cara Guru SLB Negeri Purwakarta Melakukan Asesmen Pra Membaca

(50)

asesmen sudah baik seperti: mempersiapkan alat berupa kartu gambar dan kartu huruf, mengkondisikan peserta didik. Namun dalam pelaksanaannya guru–guru langsung melakukan dengan cara mengajarkan membaca langsung kepada peserta didik terhadap kartu kata yang telah dibuat.

Dalam hal menentukan skor penilaian yang belum dikuasai karena yang dilakukan responden dengan jalan membuat rentangan angka antara 1 sampai dengan 5 atau sampai dengan 10. Apabila ini dilakukan makan dalam pemberian nilai setiap aspeknya kurang akurat, tetapi responden atas nama HN dan SR dalam membuat skor penilaian sudah baik yaitu dengan memberikan patokan nilai 1 diberikan terhadap jawaban yang dijawab dengan benar dan nilai 0 untuk soal yang salah dijawabnya. Untuk kedua responden ini sangat mudah untuk pemberian skor tiap item soal. Perihal rekap nilai hasil asesmen, pengambilan rata-rata sudah dikuasai yaitu dengan membuat rumus, dan kesimpulan berdasarkan hasil rata-rata setiap aspek maupun secara keseluruhan, dan cara guru merekomendasikan peserta didik setelah diasesmen direkomendasikan kepada guru kelas dan orang tua peserta didik.

5. Model Program Pelatihan dan Model Asesmen Pra Membaca yang Dapat

Digunakan untuk Meningkatkan Kemampuan Guru

Model program pelatihan yang diawali dengan teknik on the job training dianggap lebih cocok oleh guru dalam pelatihan asesmen pra

(51)

menumbuhkan sikap dan nilai yang dilakukan oleh peserta pelatihan, keterampilan proses yang berkaitan dengan pelatihan membuat alat asesmen pra membaca yang meliputi proses penguasaan teori, identifikasi peserta serta penentuan alat asesmen berdasarkan kebutuhan (need assessment), proses pembuatan alat asesmen, diskusi kelompok, presentasi kelompok untuk mendapatkan masukan sebagai bahan revisi, merivisi draf asesmen pra membaca, presentasi hasil revisi. Uji coba alat asesmen kepada peserta didik, merekap hasil asesmen, presentasi hasil asesmen, revisi terhadap alat asesmen yang kurang fungsional terhadap peserta didik. Uji coba kedua. Merekap hasil asesmen. Alat asesmen final. Yang dimaksud dengan On the job training adalah pelatihan instruksi pekerjaan sebagai suatu metode pelatihan dengan cara pekerja ditempatkan dalam kondisi pekerjaan yang riil, di bawah bimbingan dan supervisor dari pegawai yang telah berpengalaman atau seorang supervisor.

B.Rekomendasi

Berdasarkan temuan yang berhubungan dengan pelatihan yang diikuti guru selama ini dan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca, maka peneliti memberikan rekomendasi kepada pihak terkait: 1. Kepada Lembaga Dinas Pendidikan

(52)

sebagai acuan dalam penyelenggaraan pembinaan atau pelatihan yang diselenggrakan di sekolah atau gugus sekolah,

b. Memberikan sosialisasi kepada sekolah-sekolah untuk mengembangkan asesmen sebagai dasar penyusunan program pembelajaran.

2. Kepada Guru.

a. Pada penelitian ini menghasilkan sebuah panduan yang berupa program pelatihan, panduan ini dapat digunakan oleh guru pada saat mendapat tugas sebagai asesor duplikasi pengetahuan dan keterampilan kepada guru yang lainnya..

b. Modul asesmen pra membaca yang tersusun secara terpisah tentang asesmen pra membaca ini dapat digunakan oleh guru yang telah memiliki pengetahuan mengenai asesmen pra membaca.

c. Guru dapat mengembangkan dan menyusun sendiri instrumen asesmen pra membaca melalui pelatihan dan workshop atau dengan bimbingan para ahli yang telah memahami asesmen.

3. Peneliti Beriukutnya

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., (2003), Ilmu Pendidikan Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Burn Paul, C. at.al, (1984), Teaching Reading in Today’s elementary schools, hougton Mifflin company, Boston, USA.

Cusimano, A. (2001), Visual Memori, Publications, (online), tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Visual_memory, (2 Mei 2010)

Cecilia Navarete at al.(1984), Informal Assessment In Educational Evaluation: Implications For Bilingual Education Programs, (online), tersedia: http://www.finchpark.com/courses/assess/informal.htm, (30 September 2010)

Chaer, A., (2007), Linguistik Umum, Rineka Cipta, Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, (2008), Strategi Pembelajaran dan

Pemilihannya, (online) tersedia: http://www.teknologipendidikan.net/wp-, (28 Maret 2011)

Dwiloka Bambang, Riana Rati, (2005), Teknik Menulis Karya Ilmiah, Rineka Cipta, Semarang.

Geneve. A, (2007), Fonem, Ensiklopedia Kamus eTexts, (online), tersedia: http://www.followsigns.com/Phoneme/encyclopedia.htm, (07 Agustus 2011)

Gillet J. Wallace, Temple Charles, (1990), Understanding Reading Problems, Harper Collins, United States of America.

Gecko dan Fly (2009), Jurnal Manajemen, Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Bahan Kuliah Manajemen, (online), tersedia: http://jurnal-

sdm.blogspot.com/2010/11/pelatihan-tenaga-kerja-definisi-tujuan_11.html, (20 Juli 2011)

Golo W., (2008), Strategi belajar Mengajar, Grasindo, Jakarta

Greenspan Stanly I., Wieder Serena, (2006), The Child With Special Needs,Yayasan Ayomain, Jakarta.

(54)

Hartono, (2008), Strategi Pembelajaran Active Learning, (online), Tersedia:

Hurlock Elizabeth B., (1980), Psikologi perkembangan, Erlangga, Jakarta.

Hornby, (2003), Assessment Survey Report No 1: Efficiency and Effectivitness in Assessment, (online) tersedia: http://www4.rgu.ac.uk/files, (28 Juni 2011) Jactquie. B dan Ann. C, (2007), Activities to develop visual discrimination skills,

(online) tersedia: http://www.teachingexpertise.com/articles/activities-to-develop-visual-discrimination-skills, (28 Juni 2011)

Jung, (1999), Isu dan Tantangan Memberikan Pelatihan Guru intern, (online) tersedia: http://www.irrodl.org/index.php/irrodl/article/view/30/374. (8 Juli 2010)

Jennings J.H., Caldwell J. A., Lerner J. W., (2006), Reading Problems, Modern Graphics, Inc., United states of America.

Kamil Mustofa, (2010), Model Pendidikan dan pelatihan, Alfabeta, Bandung. Kamil, (2010), Model-Model Pelatihan, (online) tersedia: http://file.upi.edu, (6

Mei 2010)

Kamus Bahasa Indonesia, (online): www.KamusBahasaIndonesia.org, tersedia http://kamusbahasaindonesia.org/sintaksis, (31 Januari 2011)

Lukes S. Watson, Jr., (1979), Child Behavior Modivication, Maxwell House, Fairview Park Elmosford.

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004.

Minester Educational Ontario, (2003), Early reading, (online): tersedia: http://www.edu.gov.on.ca, (07 Agustus 2011)

(55)

Rahmat, A. Z., (2008), Pelatihan Pemanfaatan TIK untuk Pembelajaran , (online), tersedia: http://www.scribd.com/doc/3590505/Strategi-Pembelajaran-Berbasis-TIK, (31 Januari 2011)

Rivai Veithzal, Sigala Jauvani E., (2010), Manajemen Sumberdaya Manusia untuk Perusahaan, Rajawali Pers, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Rochyadi, E dan Alimin, Z. (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individu bagi Anak Tunagrahita. Jakarta:Direktorar Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Rochyadi, E. (2011), Model Pembelajaran Berbasis Kesadaran Linguistik dan Kesadaran Persepsi Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak tunagrahita, SPS Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sadulloh. U, (2011), Pedagogik (Ilmu Mendidik), Penerbit Alfabeta, Bandung. Saudagar. F, Idrus. A, (2011), Pengembangan Profesionalitas Guru, Gaung

Persada (GP Press), Jakarta.

Saud. U.S, (2010), Pengembangan Profesi Guru, Afabeta, CV, Bandung.

Sudayat, (2009), Pendidikan dan Pelatihan, (online) tersedia:( http://ridwaniskandar.files.wordpress.com), (18 mei 2011)

Sugiarmin M. Baihaqi M.I.F., (2009), Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua, Nuansa, Bandung.

Suharto, Iryanto Tata, (2004), Kamus Bahasa Indonesia, Indah, Surabaya.

Sukmadinata, N.S. 2010). Metode Penelitian Pendidikan (Cet. Kesepuluh). Bandung : Rosdakarya.

Santrock Jhon W., (2008), Psikologi Pendidikan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Sudjana, N. (1997). Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah. Sinar Baru Algesindo, Bandung.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta. Sugiyono dan Eri Wibowo, (2001). Statistika Penelitian. Alfabeta, Bandung. Suprijanto, (2009), Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi, PT.

Bumi Aksara, Jakarta.

(56)

Tarigan Henry G., (2009), Pengajaran Pragmatik, Angkasa, Bndung.

Time for learning (2011), Phonemic Awareness, (online) tersedia: (http://www.time4learning.com/readingpyramid/awareness.htm), (30 Mei 2011)

Universitas Pendidikan Indonesia. (2005). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan, Buku, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi). Bandung:UPI.

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Table 3.1. Subyek Penelitian Tahap I
SPESIFIK DATA  ••   TABEL GRAFIK

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Hubungan Antara Umur Dan Riwayat Keluarga Menderita DM Dengan Kejadian Penyakit DM Tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Penyakit Dalam BLU Poliklinik RSUP PROF..

4< ◆ ◆ Kagcbkbtj ugtuh Kagcbkbtj ugtuh kagcjlagtjejhbsj lbg kagcjlagtjejhbsj lbg karukushbg kbsbibo karukushbg kbsbibo tagtbgc fdyah 0 ljkagsj tagtbgc fdyah 0 ljkagsj ◆

a szereplők reagálnak rájuk, vagy azzal, ahogy egy-egy szituációra ráerősítenek, vagy épp el- lenpontozzák azt. Persze ez írásban, tehát egy alapvetően lrarrgtalan

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

Suatu kegiatan yang dilakukan oleh para pimpinan untuk melatih para bawahannya guna meraih kinerja yang optimum dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta bagaimana

Penelitian bertujuan untuk menentukan takaran kebutuhan hara nitrogen (N) pada jagung hibrida berdasarkan nilai skala Bagan Warna Daun (BWD) pada pertumbuhan fase V9 atau

Bahwa penderita cacat kejiwaan yang melakukan tindak pidana sesuai dengan Pasal 44 ayat (1) KUHP, tidaklah dipidana karena penderita cacat kejiwaan tidak mampu

disampaikan guru, dan diskusi, siswa dapat mempraktikkan gerak spesifik menahan (menggunakan kaki bagian dalam, dan kaki bagian luar) pada permainan sepak bola