• Tidak ada hasil yang ditemukan

APPLICATION OF PAILKEM MODEL IN ROMAN NUMBERS TO IMPROVE STUDENT LEARNING CLASS IV SDN BUAH BATU LEMBANG WEST BANDUNG DISTRICT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APPLICATION OF PAILKEM MODEL IN ROMAN NUMBERS TO IMPROVE STUDENT LEARNING CLASS IV SDN BUAH BATU LEMBANG WEST BANDUNG DISTRICT."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PAILKEM PADA MATERI BILANGAN

ROMAWI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS IV SDN BUAH BATU KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebaagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Ratna Dewi N.

0902896

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)
(3)

Penerapan Model PAILKEM pada

Materi Bilangan Romawi Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Kelas IV SDN Buah Batu Kabupaten

Bandung Barat

Oleh Ratna Dewi N.

(4)

© Ratna Dewi N. 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(5)

ABSTRAK

APPLICATION OF PAILKEM MODEL IN ROMAN NUMBERS TO IMPROVE STUDENT LEARNING CLASS IV SDN BUAH BATU

LEMBANG WEST BANDUNG DISTRICT By

Ratna Dewi Nurhajariah 0902896

This research is motivated by low student learning outcomes in the cognitive domain of mathematics. It is directed by the average test scores that did not meet the minimum score criteria (KKM). The low student learning outcomes can not be separated from the lack of students' learning experiences gained from the learning process. This study focused on improving student learning outcomes in the cognitive domain through the application of Active, Innovative, Environment, Creative, Effective, and Fun Learning Model (AIECEF Learning Model/ PAILKEM). The purpose of this study is to get an idea of improving student learning outcomes in the cognitive domain as a result of the application of PAILKEM. In addition, this study also aimed at getting an overview of students' attitudes toward PAILKEM. The research method used is Classroom Actions Research (CAR) which adapted from model Kemmis and Mc. Taggart. The subjects were students of class IV SDN Buah Batu West Bandung Lembang district, amounting to 32 people. Data collected through testing and observation sheets. Based on the research results that the students' cognitive learning in general has increased after applying PAILKEM model. In the first cycle, the average score of students reached 57.38. Then the second cycle students' average score was 71 with an average normalized gain in the first cycle to the second cycle of 0.05 belonged to the lower classification. The third cycle students achieve an average 92.29 with the average normalized gain on the second cycle to third cycle 0.63 that belonged to medium clasification. It proved that there is an increasing score in the cognitive aspect of students after applying the PAILKEM model.

(6)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PAILKEM PADA MATERI BILANGAN ROMAWI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS

IV SDN BUAH BATU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT Oleh

Ratna Dewi Nurhajariah 0902896

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar siswa dalam ranah kognitif pada mata pelajaran matematika. Hal ini ditujukan dengan skor rata-rata ujian yang tidak memenuhi Kriteria Ketentasan Minimal (KKM). Rendahnya hasil belajar siswa tidak terlepas dari kurangnya pengalaman belajar siswa yang didapat dari proses pembelajaan. Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif melalui penerapan Model Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAILKEM). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif sebagai penerapan hasil PAILKEM. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sikap siswa terhadap PAILKEM. Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah Penelitianu Tindakan Kelas (PTK) yang mengadaptasi model Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV SDN Buah Batu kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 32 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui tes dan lembar observasi. Berdasarkan hasil penelitian bahwa diperoleh hasil belajar siswa pada ranah kognitif secara umum mengalami peningkatan setelah diterapkan model PAILKEM. Pada siklus I skor rata-rata siswa mencapai 57,38. Selanjutnya pada siklus II skor rata-rata siswa mencapai 71 dengan rata-rata gain ternormalisasi pada siklus I ke siklus II sebesar 0,05 yang termasuk dalam klasifikasi rendah. Pada siklus III rata-rata siswa mencapai 92,29 dengan rata-rata gain ternormalisasi pada siklus II ke siklus III 0,63 dengan klasifikasi sedang. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada aspek kognitif siswa setelah diterapkan model PAILKEM.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Penelitian ... 9

F. Hipotesis Tindakan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Pembelajaran Matematika di SD ... 10

B. PAILKEM ... 14

C. Hasil Belajar ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...19

A. Metode Penelitian ... 19

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 21

C. Prosedur Penelitian ... 22

D. Instrumen Penelitian ... 24

E. Pengolahan dan Analisis Data ... 36

(8)

A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan ... 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tantangan dan perkembangan pendidikan pada masa yang akan

datang akan semakin besar dan kompleks. Hal ini disebabkan oleh berbagai

tuntutan terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan. Berbagai tuntutan yang

harus dicapai dunia pendidikan haruslah dapat terpenuhi. Salah satu cara

pemerintah dalam menangani berbagai tuntutan masyarakat adalah dengan

menyesuaikan kurikulum pendidikan sesuai dengan kemajuan zaman.

Dalam perjalanan sejarah sejak Indonesia merdeka tahun 1945

menurut Gledys (2011) mengemukakan bahwa :

Kurikulum pendidikan Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1994, 2004, KTSP 2006 yang sedang berlangsung, serta kurikulum 2013 yang dalam proses perancangan. Semua kurikulum nasional ini dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

Seperti yang telah dikemukakan Gledys, pergantian demi

perngantian kurikulum yang dilakukan pemerintah tidak lain yaitu

menyesuaikan pendidikan sesuai dengan perkembangan. KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan) kurikulum yang sedang berjalan merupakan

sebuah rancangan yang disesuaikan dengan tuntutan masyarakat. Kurikulum

ini dirancang oleh satuan pendidik agar memungkinkan penyesuaian program

pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Penggunaan

KTSP yang beragam di daerah tetap mengacu pada standar nasional

pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun

2006 tentang pelaksanaan SI dan SKL. SI mencakup kerangka dasar dan

struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

(10)

pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dalam Kepmendiknas No. 22

Tahun 2006 sedangkan SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan

yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang

ditetapkan dalam Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.

Salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam KTSP di SD adalah

matematika. Russeffendi ET (Prabawanto, 2006) menyatakan bahwa :

“matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran),

bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi, matematika

terbentuk karena pikiran-pikran manusia, yang berhubungan dengan ide,

proses dan penalaran”. Menurut Reys-dkk (Prabawanto, 2006)

mengemukakan bahwa “matematika merupakan telaahan tentang pola dan

hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu

akal. Adapun matematika menurut Johnson dan Rising (Prabawanto, 2006)

bahwa matematika: “...pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis. Wardhani, Sri (2006) mengemukakan “Tujuan pendidikan

matematika dalam KTSP 2006 agar peserta didik mempunyai kemampuan

memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan

masalah, mengomunikasikan gagasan, memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan”.

Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas IV SD

adalah mengenal bilangan romawi. Bilangan romawi merupakan sistem

numerasi yang sudah dikenal sejak ratusan tahun sebelum masehi. Sedangan

sistem numerasi yang biasa kita gunakan sehari-hari dinamakan sistem angka

Hindu-Arab dengan menggunakan basis bilangan 10. Selain bilangan asli,

bilangan cacah, bilangan bulat, maupun bilang pecahan kompetensi dasar

yang harus dimiliki siswa kelas IV SD adalah bilangan romawi. Bilangan

romawi dalam wikipedia (2012) adalah “sistem penomoran yang berasal dari Romawi kuno. Sistem penomoran ini memakai huruf Latin untuk

melambangkan angka numerik”.

Menurut Godam64 (2008) menyatakan bahwa ada beberapa

(11)

1. Tidak ada angka nol / 0

2. Terlalu panjang untuk menyebutkan bilangan tertentu 3. Terbatas untuk bilangan-bilangan kecil

Ada beberapa aturan dalam sistem penomoran angka romawi, yakni :

1. Simbol ditulis dari yang paling besar ke yang paling kecil

2. Jika lambanng yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kanan, maka angka romawi tersebut ditambahkan.

3. Lambang bilangan dasar yang berjajar ke kanan tidak lebih dari tiga

4. Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil teletak di kiri, maka angka romawi tersebut dikurangkan.

5. Pengurangan bilangan romawi paling banyak satu angka

Melalui hasil oservasi yang dilakukan pada saat kegiatan PLP

(Program Latihan Profesi) pembelajaran konvensional yang dialami siswa

kurang memberikan pengalaman kepada siswa sehingga informasi yang

didapatkan siswa dalam pembelajaran mudah dilupakan siswa. Dalam

pembelajaran konvensional ini siswa hanya duduk mendengarkan guru

menjelaskan materi yang disampaikan. Setelah mendengarkan penjelasan

guru siswa diminta mengerjakan soal yang ada dalam lembar kerja siswa.

Kegiatan pembelajaran ini membuat siswa bosan, tidak aktif, dan hanya

terpatok pada satu kegiatan saja. Dalam mengerjakan lembar kerja siswa,

siswa hanya mengerjakan tidak secara mandiri. Dengan adanya kegiatan yang

monoton siswa menjadi terbiasa dan kurang berkembang. Siswa yang aktif

menjadi tidak terarah dan mengganggu pembelajaran siswa lainnya.

Begitu pula pada pembelajaran bilangan romawi yang diterapkan,

siswa hanya mendapakan pembelajaran konvensional. Hasil observasi yang

peneliti lakukan ketika pembelajaran berlangsung membuat peneliti ingin

memperbaiki pembelajaran tersebut agar siswa dapat berkembang secara

aktif, kreatif, dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar,

mampu mengefektifkan waktu baik ketika belajar maupun dalam kehidupan

(12)

merupakan tabel hasil pembelajaran siswa pada materi bilangan romawi

dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Tabel 1.1 Hasil belajar siswa sebelum mendapatkan perlakuan

(13)

27 siswa 27 40 Belum Tuntas

Presentase Belum Tuntas 87,50%

Seperti terpapar pada tabel di atas perolehan hasil belajar siswa dalam

materi bilangan romawi ini hanya 12,50% saja siswa yang dapat menuntaskan

pembelajan, dan 87,50% siswa belum tuntas dalam pembelajaran. Nilai

minimum yang diperoleh siswa dalam test tersebut adalah 10 dan nilai

terbesar yang diperoleh siswa dalam test ini adalah 80. Penggunaan media

pembelajaran yang merupakan salah satu cara penyampaian informasi masih

sangat jarang digunakan. Oleh karena itu, penggunaan berbagai aktivitas

siswa dalam pembelajaran dirasa akan lebih memaknai pembelajaran tersebut

dan siswa dapat lebih memahami informasi yang didapat dari pembelajaran.

Penggunaan Model PAILKEM (Pembelajaran aktif Inovatif Lingkungan

sebagai sumber Kreatif Efektif dan Menyenangkan) diharapkan dapat

memberikan pengalaman belajar yang lebih dalam sehingga siswa lebih

memahami informasi yang disampaikan ketika pembelajaran.

PAILKEM ini merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

model pembelajaran yang telah ada yaitu PAKEM (Pembelajaran Aktif

Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Menurut tim pengembangan

nasional program manajemen berbasis sekolah PAKEM bertujuan

menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya serta mengembangkan

keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan

(14)

Pembelajaran PAILKEM ini sedikit berbeda karena mencantumkan

unsur lingkungan sebagai sumber pembelajaran. Model PAILKEM cocok

diterapkan dalam pembelajaran matematika yang sulit dipahami siswa,

dengan berbagai runtutan yang menyertakan keaktifan anak dalam

pembelajaran, pembelajaran yang inovatif yang dirancang guru memberikan

pengalaman baru bagi siswa, lingkungan sebagai sumber pembelajaran yang

memudahkan siswa memahami pembelajaran karena merupakan sesuatu yang

kontekstual bagi anak, kreatifitas guru yang memicu kekreatifitasan anak

dalam pembelajaran, menimbulkan suasana pembelajaran yang efektif dengan

berbagai runtutan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa.

Menurut Nasution (Hamalik, 2003) bahwa „memberi kesempatan

belajar saja belum memadai bila jumlah yang tinggal dikelas dan putus

sekolah masih tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran yang dapat

mengurangi jumlah anak yang tinggal kelas atau memilii hasil belajar yang di

bawah rata-rata‟. Salah satu metode pembelajaran yang diharapkan dapat

mengurangi jumlah anak tinggal kelas atau hasil belajar yang di bawah

rata-rata adalah PAILKEM. Dengan model pembelajaran PAILKEM diharapkan

program belajar mengajar dapat dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan

instruksional yang hendak dicapai dapat diperoleh secara optimal.

Menurut Piaget (Prabawanto, 2006) mengemukakan bahwa: „anak SD

berkisar pada usia 7 – 12 tahun. Pada tahap ini anak masih berpikir pada

tahap operasi konkrit ciri- ciri anak pada tahap ini adalah anak mampu

memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit‟. Namun

sebagaimana yang telah dikemukakan (Prabawanto,2006) bahwa “matematika

adalah ilmu deduktif, formal, hierarki dan menggunakan bahasa simbol yang

memiliki arti yang padat maka perbedaan karakteristik antara matematika dan

anak usia dini menyebabkan siswa sulit memahami matematika”. Oleh karena

itu pembelajaran matematika haruslah memperhatikan tahap berfikir anak SD.

Proses pembelajaran matematika harus dipastikan dapat menghubungkan

(15)

bersifat deduktif. Penggunaan pendekatan PAILKEM ini dirasa dapat

menghubungkan dunia anak dengan matematika yang bersifat deduktif.

Berdasarkan pemaparan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui

kontribusi model PAILKEM dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada

pembelajaran matematika, dan untuk mengatasi permasalahan tersebut maka

akan dilakukan penelitian dengan topik “Penerapan Model PAILKEM pada

Materi Pokok Bilangan Romawi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Kelas IV SDN Buahbatu Kabupaten Bandung Barat”. Dengan penelitian ini

diharapkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV pada

pembelajaran matematika materi pokok bilangan romawi di SDN Buahbatu

Kabupaen Bandung Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, secara

umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana penerapan Model

Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif dan Menyenangkan

pada Materi Pokok Bilangan Romawi untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas IV di SDN Buahbatu Kabupaten Bandung Barat?”

Masalah tersebut dijabarkan kedalam rumusan masalah yang lebih

khusus yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimanakah perencanaan Model Pembelajaran Aktif Inovatif

Lingkungan Kreatif Efektif dan Menyenangkan pada Materi Pokok

Bilangan Romawi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV di

SDN Buahbatu Kabupaten Bandung Barat?

b. Bagaimanakah pelaksanaan Model Pembelajaran Aktif Inovatif

Lingkungan Kreatif Efektif dan Menyenangkan pada Materi Pokok

Bilangan Romawi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV di

SDN Buahbatu Kabupaten Bandung Barat?

c. Seberapa besar peningkatan hasil belajar pada penerapan Model

Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif dan

(16)

Hasil Belajar Siswa Kelas IV di SDN Buahbatu Kabupaten Bandung

Barat?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan “penerapan Model Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif dan Menyenangkan pada Materi

Pokok Bilangan Romawi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV

di SDN Buahbatu Kecamatan Lembang. Tujuan khusus dari penelitian ini

adalah untuk mendapatkan deskripsi tentang:

a. Perencanaan Model Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif

Efektif dan Menyenangkan pada Materi Pokok Bilangan Romawi untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV di SDN Buahbatu Kabupaten

Bandung Barat.

b. Pelaksanaan Model Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif

Efektif dan Menyenangkan pada Materi Pokok Bilangan Romawi untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV di SDN Buahbatu Kabupaten

Bandung Barat.

c. Peningkatan hasil belajar pada penerapan Model Pembelajaran Aktif

Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif dan Menyenangkan pada Materi

Pokok Bilangan Romawi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas

IV di SDN Buahbatu Kabupaten Bandung Barat.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran dan

manfaat diantaranya sebagai berikut :

a. Bagi siswa :

1) Meningkatkan pemahaman siswa mengenai bilangan romawi

2) membiasakan siswa belajar aktif, kreatif, memanfaatkan lingkungan,

(17)

3) Memperkenalkan lingkungan sebagai sumber belajar siswa agar siswa

mampu memanfaatkan lingkungan dengan baik

b. Bagi guru :

1) Mendapatkan pengalaman tentang model PAILKEM

2) Merupakan upaya peningkatan kemampuan dalam profesi guru

c. Bagi sekolah :

1) Sebagai informasi untuk memberikan ketertarikan tenaga kependidikan

agar lebih banyak menerapkan metode pembelajaran yang aktif, efektif

dan inovatif serta berbasis lingkungan.

2) Memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas sekolah dalam

melakukan inovasi pembelajaran matematika di sekolah dasar.

E. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang

telah dicapai siswa setelah memperoleh pembelajaran. Dalam PTK ini

kemampuan yang akan diteliti hanya berupa aspek kognitif/pengetahuan

saja yang dibuktikan melalui skor tes.

2. Model PAILKEM

Model PAILKEM yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan

sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran yang memberikan berbagai

pengalaman belajar sehingga informasi lebih mudah diserap oleh siswa.

Dalam PAILKEM ini guru bertugas memotivasi dan memberikan stimulus

agar siswa aktif dalam mengembangkan kemampuan dirinya.

3. Bilangan Romawi

Bilangan romawi biasanya digunakan dalam penomoran-penomoran

tertentu, contohya dalam penomoran alamat atau nomor rumah. Bilangan

romawi dibelajarkan kepada siswa sekolah dasar agar siswa mampu

menerapkan dan menggunakan bilangan romawi tersebut dalam kehidupan

(18)

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan ini diambil untuk memberi jawaban sementara

pada rumusan masalah adalah sebagai berikut : “Melalui penerapan Model PAILKEM pada materi pokok bilangan romawi yang dilaksanakan di kelas

IV SDN Buahbatu Kabupaten Bandung Barat, nilai hasil belajar siswa dapat

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam

rangka pemecahan suatu permasalahan. Jadi, penelitian merupakan bagian

dari usaha pemecahan masalah. Dimana masalah itu dipecahkan dengan

menggunakan cara ilmiah sehingga menghasilkan serangkaian data yang

dapat membantu dalam proses pemecahan masalah itu sendiri.

Seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi (Arikunto, 2009 : 2)

mengenai pengertian penelitian itu sendiri adalah sebagai berikut.

Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data tau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

Pada dasarnya terdapat beragam jenis penelitian, diantaranya yaitu

penelitian deskriptif, studi kasus, penelitian eksperimen, penelitian survey,

penelitian korelasional serta penelitian tindakan. Beberapa penelitian tersebut

dapat dilakukan oleh pendidik sesuai dengan jenis kebutuhan dan masalah

yang ada.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan

kelas (PTK) yang dikenal dengan nama Classroom Action Reserch

merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan di kelas dan bertujuan

untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut.

Menurut Kasihani (Sukayati, 2008 : 8) menyatakan bahwa yang

dimaksud PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki

kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan

tindakan-tindakan. Sementara itu Suyanto (Sukayati, 2008 : 8) berpendapat

(20)

melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau

meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

Jadi, ketika pembelajaran berlangsung terdapat hal-hal yang terjadi

sehingga mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak sesuai dengan

harapan, untuk memperbaiki hal tersebut maka perlu dilakukan suatu

penelitian yakni berupa tindakan-tindakan perbaikan, penelitian tersebut yang

disebut PTK.

Menurut Arikunto (2006: 20), “ Penelitian Tindakan Kelas bukanlah

merupakan kegiatan tunggal, tetapi harus berupa rangkaian kegiatan yang

akan kembali keasal sehingga membentuk suatu siklus”. Oleh sebab itu

model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart yaitu model

penelitian yang menggunakan sistem spiral refleksi yang terdiri dari beberapa

siklus. Model ini mencakup empat komponen, yaitu: rencana (planning),

tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflection). Berikut ini

merupakan gambar dari siklus penelitian tindakan kelas :

(21)

Dalam penelitian tindakan kelas, siklus merupakan daur yang

dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di

kelas. Jumlah siklus tidak ditentukan secara pasti dalam setiap penelitian

tindakan kelas. Setiap siklusnya memiliki tujuan pembelajaran yang telah

disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran yang akan diteliti. Pada

penelitian ini rencana siklus yang akan dilakukan sebanyak tiga siklus,

apabila pada saat pelaksanaannya hasil belajar yang diharapkan belum

tercapai jika waktu dan tempat memungkinkan, peneliti akan melakukan

lebih dari tiga siklus yang seperti sebelumnya telah direncanakan.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2013 di

SDN Buahbatu Lembang Kabupaten Bandung Barat. Subyek dalam

penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Buahbatu Lembang Kabupaten

Bandung Barat.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini mengacu pada model

yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Adapun tahapan-tahapannya

adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini, peneliti melakukan persiapan awal untuk

observasi yang bertujuan untuk mendapatkan masalah yang terjadi di

lapangan, adapun rincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

 Pembuatan surat izin observasi untuk sekolah yang bersangkutan

 Pembuatan SK penelitian

 Observasi langsung ke tempat

 Pembuatan instrumen

 Pembuatan proposal 2. Kegiatan Inti

(22)

Tahap perencanaan ini berlangsung ketika peneliti sedang

melakukan PLP Program Latihan Profesi, peneliti mendapatkan

permasalahan yang akan diteliti dari sekolah tersebut. Setelah

mendapatkan permasalahan, peneliti menganalisis dan mendiskusikan

metode alternatif agar dapat memecahkan permasalahan tersebut.

Metode alternatif yang peneliti ambil yakni model PAILKEM. Peneliti

merencanakan pembelajaran Matematika materi pokok bilangan

romawi dengan model PAILKEM. Peneliti menyiapkan segala

keperluan dalam pembelajaran seperti media pembelajaran serta

menyiapkan instrumen pembelajaran seperti RPP, LKS, Skenario

pembelajaran, lembar observasi, soal-soal tes dalam setiap siklusnya.

(terlampir). Uji coba instrumen tes, kemudian menganalisis hasil uji

coba countuk diketahui tingkat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran,

dan daya pembeda soal yang akan digunakan dalam penelitian.

Tahap Pelaksanaan (Action)

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan langkah-langkah

pembelajaran sesuai perencanaan serta menerapkan pembelajaran

dengan model PAILKEM dengan memperhatikan alokasi waktu yang

ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan. Peniliti melakukan

tiga siklus untuk membahas materi bilangan romawi. Peneliti membagi

materi kedalam tiga bagian, oleh karena itu peneliti membandingkan

hasil pembelajaran pertama sampai ketiga dengan penyampaian materi

yang berbeda namun dalam satu standar kompetensi.

Pada pelaksanaannya kegiatan pembelajaran dominan bekerja

dalam kelompok. Ketika pembelajaran sedang berlangsung, observer

melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan

sesuai rencana dengan bantuan instrumen lembar observasi untuk

melihat sejauh mana aktivitas siswa dan guru di kelas serta bagaimana

penerapan model PAILKEM dalam pembelajaran tersebut. Observer

melihat pembelajaran dari siswa yang menunjukan keberhasilan guru.

(23)

Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap penerapan model

PAILKEM dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah

dibuat sebelumnya, dan yang terpenting ialah mencatat serta merekam

setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model

PAILKEM dalam pembelajaran matematika materi bilangan romawi.

Tahap Refleksi (Reflection)

Pada tahap refleksi, peneliti melakukan refleksi terhadap

pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan model PAILKEM serta

menganalisis kelemahan dan kekurangannya berdasarkan temuan saat

melakukan pembelajaran dari hasil observasi. Selain itu peneliti

melakukan evaluasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran sehingga

terlihat hasil pencapaiannya. Setelah dilakukan analisis tersebut,

peneliti mempertimbangkan rencana dengan segala perbaikannya

sebagai tindaklanjut untuk langkah selanjutnya pada siklus ke II.

Berdasarkan alur model siklus yang dikembangkan oleh

Kemmis dan Taggart, setelah pelaksanaan siklus I dengan keempat

tahapannya, dilakukan kembali siklus berikutnya dengan acuan refleksi

pada siklus I. Maka dari itu, pada siklus ke II, dilakukan kembali

tahapan-tahapan yang sama seperti pada siklus I, namun dengan

perbaikan-perbaikan hasil dari setiap refleksi pada siklus sebelumnya.

Sementara di siklus ke III refleksi tidak lagi dilakukan melainkan

menganalisis hasil belajar siswa secara keseluruhan dari mulai siklus I

sampai siklus III.

Untuk mendapatkan data tentang peningkatan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran materi bilangan romawi dalam setiap siklus

maka dilakukan tes siklus. Peneliti juga melakukan diskusi bersama

observer untuk mengetahui kegiatan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung, dan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan selama

proses pembelajaran berlangsung. Setelah mendapatkan hasil refleksi

(24)

analisis data berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan setelah siklus III

selesai dan membuat kesimpulan.

3. Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir penelitian adalah melaporkan hasil penelitian yang

akan dilaksanakan pada bulan juni. Laporan tersebut akan dilaporkan

dalam bentuk skripsi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Lebih jelasnya dikemukakan oleh Yopi (2012) bahwa instrumen

penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,

memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah,

menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif

dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis.

Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian kali

ini adalah :

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat persiklus yang

memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi

pokok, metode pembelajaran, skenario pembelajaran yang mengacu

pada model PAILKEM. Tujuannya adalah untuk menjadi pedoman

dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan model

PAILKEM.

b. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa memuat masalah-masalah yang harus

diselesaikan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Penyajian teori

dalam LKS ini diawali dengan petunjuk kegiatan yang harus

dilakukan siswa dan dilanjutkan dengan memberikan

(25)

Matematika sesuai dengan standar kompetensi yang ingin dicapai.

Lembar kerja siswa digunakan pedoman atau prosedur agar siswa

aktif dalam kelompok untuk melakukan eksplorasi terbimbing.

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Instrumen Tes

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes siklus ini

digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan sebagai bahan

refleksi pembelajaran untuk memperbaiki proses pembelajaran

selanjutnya. Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik dan

berkualitas tentunya dibutuhkan alat evaluasi yang berkualitas

disamping faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Maka alat

evaluasi tersebut harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu ditinjau

dari validitas item tes, reliabilitas, indeks kesukaran item teks, dan

daya pembeda. Adapun kriteria tersebut dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1) Validitas Item Tes

Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat

tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.

Analisis validitas ini akan menggunakan rumus korelasi

produk moment memakai angka kasar (raw-score). (Suherman,

2004:120) dengan rumus sebagai berikut :

= ∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

N = banyaknya testi

X = nilai hasil uji coba

(26)

Tabel 3.1 Kriteria Validitas Item Tes

Validitas Klasifikasi

0,00 < Sangat rendah

0,20 < 0,40 Rendah

0,40 < 0,70 Cukup

0,70 < 0,90 Tinggi

0,90 < 1,00 Sangat tinggi

2) Reliabilitas Item Tes

Reliabilitas dapat menguji keajegan suatu alat tes, uji

reliabilitas ini dimaksudkan agar suatu alat tes dapat

memberikan hasil tes yang tetap sama. Uji reliabilitas ini

menggunakan rumus alpha untuk soal uraian (Suherman,

2004:154).

∑ )

Keterangan :

= nilai reliabilitas

∑ = = variansi soal

Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai koefisien

reliabilitas soal, yaitu cukup (0,658) pada siklus I, tinggi

(0,793) pada siklus II, dan cukup (0,668) pada siklus III.

Sesuai klasifikasi yang tercantum dalam tabel di halaman

(27)

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Item tes

Reliabilitas Klasifikasi

0,00 < Sangat rendah

0,20 < 0,40 Rendah

0,40 < 0,70 Cukup

0,70 < 0,90 Tinggi

0,90 < 1,00 Sangat tinggi

3) Indeks Kesukaran Item Tes

Indeks kesukaran menunjukan suatu butir soal trgolong mudah,

sukar atau mudah. Butir soal yang baik adalah butir soal yang

tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Unutk menghitung

indeks kesukaran soal (Suherman, 2004:170) dapat digunakan

rumus sebagi berikut:

IK = ̅

Keterangan :

IK = Indeks Kesukaran

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran Item Tes

Indeks Kesukaran Klasifikasi

IK = 0,00 Terlalu sukar

0,00 < IK < 0,30 Sukar

0,30 < IK < 0,70 Cukup

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu mudah

4) Daya Pembeda Item Tes

Suatu alat tes yang baik harus dapat membedakan antara siswa

yang berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan

(28)

membedakan siswa yang dapat menjawab benar dengan siswa

yang tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Untuk

mengetahui suatu alat tes dapat membedakan kemampuan

tersebut digunakan uji daya pembeda dengan menggunakan

rumus :

DP = ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅

Keterangan :

DP = Daya Pembeda

̅̅̅ = Rata-rata skor kelas unggul

̅̅̅̅ = Rata-rata skor kelas asor

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Item Tes

Indeks Kesukaran Klasifikasi

DP = 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP < 0,30 Jelek

0,30 < DP < 0,70 Cukup

0,70 < DP < 1,00 Baik

DP = 1,00 Sangat baik

Berdasarkan hasil analisis uji validitas, reliabilitas, indeks

kessukaran dan daya pembeda pada sekolah yang berkarakter sama

seperti sekolah yang akan diteliti pada siklus I, siklus II, dan siklus

III diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3.5 Rekapitulasi hasil analisis uji instrumen siklus I

No

soal

Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran keterangan

Skor Keterangan Skor Keterangan Skor Keterangan

(29)

2 0,193 Sangat Rendah 0,17 Jelek 0,900 Mudah Dibuang

Tabel 3.6 Rekapitulasi hasil analisis uji instrumen siklus II

No

soal

Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran keterangan

Skor Keterangan Skor Keterangan Skor Keterangan

(30)

Tabel 3.7 Rekapitulasi hasil analisis uji instrumen siklus III

No

soal

Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran keterangan

Skor Keterangan Skor Keterangan Skor Keterangan

1 0,727 Tinggi 0 Jelek 0,475 Sedang Dipakai

2 0,857 Sangat Tinggi 0,17 Jelek 0,575 Mudah Dipakai

3 0,722 Tinggi 0,17 Jelek 0,475 Sedang Dipakai

4 0,700 Tinggi 0,50 Baik 0,750 Mudah Dipakai

5 0,384 Rendah 0 Jelek 0,650 Sedang Dipakai

6 0,54 Cukup Tinggi 1 Baik Sekali 0,450 Sedang Dipakai

7 0,686 Tinggi 0,83 Baik Sekali 0,775 Mudah Dipakai

8 0,693 Tinggi 0,83 Baik Sekali 0,575 Sedang Dipakai

9 0,440 Cukup Tinggi 0,83 Baik Sekali 0,400 Sedang Dipakai

10 0,405 Cukup tinggi 0 Jelek 0,5 Sedang Dipakai

11 0,737 Tinggi 0,33 Cukup 0,500 Sedang Dipakai

12 0,483 Cukup Tinggi 0 Jelek 0,300 Sedang Dipakai

13 0,58 Cukup Tinggi 0 jelek 0,200 Sukar Dipakai

14 0,423 Cukup 0,29 Cukup 0,17 Sukar Dipakai

15 0,761 Tinggi 0,65 Baik 0,06 Sukar Dipakai

Raliabilitas (r11) 0,668

b. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan lembar yang digunakan dalam

proses observasi ketika dalam pembelajaran yang mencakup

pengamatan aktivitas siswa dan guru dalam penerapan pendekatan

PAILKEM. Lembar observasi yang digunakan merujuk pada RPP

yang telah dirancang oleh guru untuk melakukan penelitian serta

(31)

E. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data ialah upaya yang dilakukan guru yang berperan sebagai

peneliti untuk mengolah serta merangkum data secara akurat. Data yang

dikumpulkan dari setiap pelaksanaan siklus dan kegiatan observasi dianalisis

secara deskriptif. Dan dijabarkan dalam hasil dan pembahasan sehingga lebih

mudah dipahami.

1. Analisis data kualitatif

Dalam pengolahan data kualitatif, digunakan analisis data

deskriptif berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil observasi

tentang aktivitas siswa oleh observer. Data kualitatif diperoleh melalui

lembar observasi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari

pembelajaran yang dilakukan.

2. Analisis data kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil test untuk melihat ketercapaian

hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika di setiap siklus

sehingga dapat disimpulkan apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran Matematika materi bilangan romawi . Analisis data

dilakukan dengan penskoran yang disesuaikan dengan masing-masing

bobot pada butir soal, Hasil belajar siswa dirata-ratakan agar terlihat hasil

rata-rata kelasnya. Perhitungan data kuantitatif dalam penelitian ini

meliputi:

a. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus:

X = ∑

Keterangan:

∑N = total nilai yang diperoleh siswa

n = jumlah siswa

X = nilai rata-rata kelas

(32)

daya serap =

c. Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal

dengan rumus:

TB = ketuntasan belajar

d. Persentase tingkat keberhasilan belajar siswa berdasarkna skor yang

diperoleh siswa dengan menggunakan rumus :

Persentase kemampuan siswa

=

x

100%

Data hasil tes siswa, selanjutnya dianalisis peningkatannya dari

siklus I ke siklus berikutnya. Dari hasil tes setiap siklus, ditentukan

besarnya gain dengan perhitungan sebagai berikut:

g = (skor tes siklus ke-i + 1 – skor tes siklus ke-i)

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklus

pembelajaran yang telah dilakukan dihitung gain rata-rata yang telah

dinormalisasi berdasarkan kriteria efektivitas pembelajaran menurut

Hake (Wulan, 2009:37). Rumus yang digunakan untuk perhitungan

gain yang dinormalisasi adalah:

<g> =

Pengolahan data baik data yang berbentuk kualitatif maupun

kuantitatif dilakukan pada setiap aktivitas, situasi atau kejadian yang

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini

(33)

 Pencarian permasalahan yang terjadi di lapangan yang dilakukan secara observasi langsung.

 Analisis permasalahan dan mencari alternatif pemecahan masalah yang dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan

 Persiapan pelaksanaan perilaku yang akan diberikan sebagai usaha dalam memecahkan permasalahan yang ada seperti membuat, RPP, media, LKS,

dll

 Pelaksanaan yang terdiri dari tiga buah siklus dimana di tiap siklusnya dilakukan suatu refleksi yang membuat siklus tersebut berbeda sesuai

dengan hasil observasi dan refleksi, kecuali siklus ketiga peneliti tidak

melakukan refleksi namun melakukan pengolahan data

 Pada pelaksanaan terdapat beberapa sumber data antara lain : a. Hasil tes siklus

b. Lembar observasi

 Proses menganalisis peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya, dimana siklus akan berhenti jika peserta didik telah mencapai nilai

(34)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Perencanaan pembelajaran pada penelitian ini mengacu pada

permendiknas No. 41 tahun 2007. Perencanaan pembelajaran dirancang

dengan ciri yaitu, pembelajaran yang aktif baik siswa maupun guru,

pembelajaran inovatif, pembelajaran yang bersumber dari lingkungan

yang diaplikasikan dalam kegiatan dan media pembelajaran, pembelajaran

yang kreatif, pembelajaran efektif, dan pembelajaran yang

menyenangkan. Perencanaan pembelajaran pada setiap siklusnya

mengalami perubahan karena menggunakan model PAILKEM yang

mengharuskan siswa maupun guru dapat aktif, inovatif, menggunakan

lingkungan, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Perencanaan ini dijadikan

rambu-rambu dan acuan selama penelitian berlangsung.

2. Proses pelaksanaan model PAILKEM pada materi bilangan romawi ini

dapat menstimulus siswa agar lebih aktif, inovatif, menggunakan

lingkungan, kreatif, efektif, dan menyenangkan serta mengasah

kemampuan mengingat siswa dengan berbagai pengalaman pembelajaran

yang dilaksanakan. Hal ini dapat terlihat dari hasil tes siswa dan kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan.

3. Berdasarkan pembelajaran yang telah berlangsung, diketahui bahwa

pembelajaran dengan model PAILKEM dapat meningkatkan hasil belajar

siswa meskipun sedikit demi sedikit. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes

pada setiap siklusnya mulai dari rata-rata kelas, gain ternormalisasi dan

ketuntasan belajar siswa. Meskipun pada siklus III masih ada 2 siswa

yang belum tuntas dalam pembelajaran atau dibawah KKM namun

rata-rata kelas meningkat menjadi 92. Peningkatan hasil belajar siswa juga

terlihat dari peningkatan indeks gain dari siklus I ke siklus II sebesar 0,05

dengan rata-rata 57,38 menjadi 65,29 dan dari siklus II ke siklus III

(35)

belajar ini tergolong kedalam klasifikasi sedang. Model PAILKEM ini

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan

kemampuan-kemampuan siswa melalui langkah-langkah pembelajaran yang dirancang

sesuai dengan prinsip PAILKEM.

B. Saran

Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model PAILKEM ini

terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh karena itu, peneliti

memberikan saran kepada pihak-pihak tertentu sebagai berikut:

1. Bagi sekolah, penelitian dengan menggunakan model PAILKEM ini

dapat memberikan manfaat, kontribusi, dan sumbangan bagi

pendidikan di sekolah dasar, oleh karena itu pihak sekolah khususnya

kepala sekolah diharapkan mampu memberikan bantuan, dorongan

dan memfasilitasi guru untuk mengembangkan model pembelajaran

tersebut maupun pendekatan dan metode pembelajaran yang lainnya

baik dalam pembelajaran matematika maupun mata pelajaran lainnya.

2. Bagi guru, model PAILKEM ini terbukti dapat meningkatkan

keaktifan siswa, membuat sesuatu yang baru, mengelola lingkungan

sebagai sumber pembelajaran bagi siswa maupun guru, menstimulus

kreatifitas siswa, mengefektifkan pembelajaran dan membuat

pembelajaran menyenangkan bagi siswa. Semoga kedepannya lebih

banyak lagi model, pendekatan atau metode yang digunakan guru agar

dapat memaksimalkan pembelajaran serta meningkatkan mutu belajar

siswa.

3. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini hanya terbatas pada hasil belajar

siswa. Peneliti menyarankan agar peneliti lainnya dapat lebih meneliti

dengan lebih dalam pada aspek-aspek lainnya seperti motivasi belajar.

Diharapkan peneliti lainnya juga dapat memperhatikan lebih jeli

langkah pembelajaran sehingga aspek-aspek PAILKEM dapat

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Ainul, Wicaksono. 2012. Konsep dasar bilangan. [online]. Tersedia: http://wicaksono17ainul.blogspot.com/2012/09/konsep-dasar-bilangan-dan-sistem.html [26 April 2013]

Anonim. 2011. Hubungan belajar dan pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/02/hubungan-belajar-dan-pembelajaran

Anonim. 2011. Definisi belajar. [Online]. Tersedia: http://carapedia.com/pengertian_definisi_belajar_menurut_para_ahli_info4 99.html. indah. 2011

Anonim. 2012. Efektifitas pembelajaran. [online]. Tersedia: http://www.proprofs.com/quiz-school/story.php?title=myob-accounting-komputer-akuntansi_1 [26 April 2013]

Anonim. 2012. Pengertian Matematiak. [Online]. Tersedia: http://lenterakecil.com/pengertian-matematika/)2012/ [14 November 2012]

Anonim. 2012. Pengertian matematika. [online]. Tersedia: http://pustakasekolah.com/pengertian-matematika/

Anonim. 2012. Bilangan Romawi. [online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Angka_Romawi [3 Maret 2013]

Aprcilia, G. 2012. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia. [Online]. Tersedia: http://gledysapricilia.wordpress.com/study/sejarah-perkembangan-kurikulum-di-indonesia/ [4 Maret 2013]

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara.

B Uno, Hamzah. 2012. Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif dan Menarik. Jakarta: Bumi Aksara

(37)

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi aksara.

Prabawanto, dkk. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Bandung : Upi Press

Junaidi, wawan. 2011. Belajar Matematika. [online]. Tersedia: http://wawan.junaidi.blogspot.com/belajar-matematika/)

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Maharbid. 2010. Penerapan PAIKEM Pada Pembelajaran Matematika di SD. Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mustaqim, dkk. 2008. Ayo Belajar Matematika. Jakarta : Depdiknas.

Prabawanto, Sufyani. 2013. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah, Kreatifitas Matematis dan Self Efficacy Mahasiswa menggunakan Metode Metacognitive Scaffolding. Disertasi Doktor pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Prihardina, Meidiana. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran IPA Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan

Priyanto. 2011. Hubungan Belajar dan Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/02/hubungan-belajar-dan-pembelajaran

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukayati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas di SD. Yogyakarta: Depdiknas.

Teguh Priyanto, Dwi. 2011. [online]. Tersedia :

(38)

Gambar

Tabel 1.1 Hasil belajar siswa sebelum mendapatkan perlakuan
Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Taggart (Prihardina, 2012)
Tabel 3.1 Kriteria Validitas Item Tes
Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran Item Tes
+3

Referensi

Dokumen terkait

Petugas medis maupun paramedis di Rumah Sakit Medika, baik para dokter maupun perawatnya, seluruhnya berlatar belakang pendidikan kesehatan yang belajar tentang dokumen rekam

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

Metode pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan

Pengeplotan ini adalah untuk memvisualisasikan hasil pengolahan data, yanag pertama yaitu nilai anomali TEC di setiap stasiun pengamatan, dan yang kedua adalah posisi

[r]

pendirian yang jelas terhadap amalan homoseksual dalam kalangan golongan LGBT sebagai. pengaruh liberalisme yang datangnya dari kerangka hak asasi

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,