Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs)
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SMP
(Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Tresna Nur’aviandini 0802879
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN PENDEKATAN
MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs)
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA SMP
Oleh:
Tresna Nur’aviandini
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Tresna Nur’aviandini 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TRESNA NUR’AVIANDINI
PENERAPAN PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs)
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SMP
(Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Cimahi)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I,
Prof. H. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D.
NIP. 195909221983031003
Pembimbing II,
Dr. Bambang Avip P., M.Si
NIP. 196412051990031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D.
i
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Tresna Nur’aviandini. (2013). Penerapan Pendekatan Model-Eliciting
Activities (MEAs) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional; 2) untuk mengetahui bagaimana disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan
Model-Eliciting Activities (MEAs). Penelitian ini menggunakan metode
kuasi-eksperimen, dengan populasi seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cimahi, Tahun Ajaran 2012/2013. Instrumen penelitian yang digunakan berupa instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes berupa soal uraian berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis dan instrumen non-tes berupa angket, lembar observasi, dan jurnal harian siswa. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional; 2) Disposisi matematis siswa meningkat secara signifikan terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs).
Kata kunci: kemampuan berpikir kritis, pendekatan Model-Eliciting Activities
ii
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Tresna Nur’aviandini. (2013). Application of Model-Eliciting Activities (MEAs) Approach in Mathematics Learning for Improving Critical Thinking Skill of Junior High School Students.
This study is motivated by the problem of student’s critical thinking skill. The purpose of this study are: 1) to investigate whether students who undertake mathematics learning with Model-Eliciting Activities (MEAs) approach have higher improvement in critical thinking skill compared to those who undertake learning with conventional; 2) to investigate students’ mathematical disposition towards mathematics learning under Model-Eliciting Activities (MEAs) approach. This study used quasi-experimental methods, while the population were all students of 8th grade of SMP Negeri 2 Cimahi, Academic Year 2012/2013. The test and non-test instruments were deployed in this study. The kind of test instruments used in this research was essay based on indicator of critical thinking skill and non-test instruments were in the forms of questionnaire, observation sheet, and students’ daily jounal. The results of this study show that: 1) students who undertake mathematics learning with Model-Eliciting Activities (MEAs) approach have higher improvement in critical thinking skill compared to those who undertake mathematics learning with conventional approach; 2) students’ enhancement on mathematical disposition towards mathematics learning under Model-Eliciting Activities (MEAs) approach is relatively good.
v
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Definisi Operasional ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
2.1 Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) ... 11
2.2 Kemampuan Berpikir Kritis... 16
2.3 Disposisi Matematis ... 22
vi
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.5 Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN... 28
3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 28
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
3.3 Variabel Penelitian ... 30
3.4 Instrumen Penelitian... 30
3.4.1 Instrumen Data Kuantitatif ... 30
3.4.1.1 Validitas Instrumen ... 32
3.4.1.2 Reliabilitas Tes ... 33
3.4.1.3 Daya Pembeda (DP) ... 34
3.4.1.4 Indeks Kesukaran (IK) ... 36
3.4.2 Instrumen Data Kualitatif ... 38
3.4.2.1 Angket ... 38
3.4.2.2 Lembar Observasi ... 38
3.4.2.3 Jurnal Harian Siswa ... 39
3.5 Alat dan Bahan Ajar ... 39
3.6 Prosedur Penelitian... 40
3.7 Analisis Data ... 42
3.7.1 Analisis Data Kuantitatif ... 42
3.7.1.1 Analisis Data Pretest ... 43
3.7.1.2 Analisis Data Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis (Data Posttest) ... 44
3.7.1.3 Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis (Data Indeks Gain) ... 45
3.7.2 Analisis Data Kualitatif ... 47
3.7.2.1 Angket Disposisi Matematis ... 47
3.7.2.2 Lembar Observasi ... 49
3.7.2.3 Jurnal Harian Siswa ... 49
vii
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.1 Hasil Penelitian ... 50
4.1.1 Deskripsi Aktivitas Pembelajaran di Kelas ... 51
4.1.1.1 Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 51
4.1.1.2 Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 52
4.1.2 Analisis Data Kuantitatif ... 55
4.1.2.1 Analisis Data Pretest ... 55
4.1.2.2 Analisis Data Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis (Data Posttest) ... 58
4.1.2.3 Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis (Data Indeks Gain) ... 61
4.1.3 Analisis Data Kualitatif ... 65
4.1.3.1 Analisis Data Angket Disposisi Matematis ... 65
4.1.3.2 Analisis Lembar Observasi ... 68
4.1.3.3 Analisis Jurnal Harian Siswa ... 71
4.2 Pembahasan ... 72
4.2.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... 72
4.2.2 Disposisi Matematis Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan MEAs ... 74
BAB V PENUTUP ... 76
5.1 Kesimpulan ... 76
5.2 Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 81
viii
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penjelasan Indikator Berpikir Kritis ... 18
Tabel 3.1 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 31
Tabel 3.2 Kategori Validitas Butir Soal ... 33
Tabel 3.3 Hasil Validitas Butir Soal ... 33
Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas Tes ... 34
Tabel 3.5 Kategori Daya Pembeda ... 35
Tabel 3.6 Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 36
Tabel 3.7 Kategori Indeks Kesukaran ... 36
Tabel 3.8 Hasil Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal ... 37
Tabel 3.9 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 37
Tabel 3.10 Kategori Indeks Gain ... 45
Tabel 3.11 Pemberian Skor Skala Likert... 48
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Data Skor Pretest ... 55
ix
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.3 Hasil Uji Mann-Whitney Skor Pretest ... 57
Tabel 4.4 Deskriptif Statistik Data Skor Posttest ... 58
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Posttest ... 59
Tabel 4.6 Hasil Uji Mann-Whitney Skor Posttest ... 60
Tabel 4.7 Deskriptif Statistik Data Indeks Gain ... 61
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Indeks Gain ... 62
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Indeks Gain ... 63
Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Indeks Gain ... 64
Tabel 4.11 Komposisi Interpretasi Indeks Gain ... 64
Tabel 4.12 Interpretasi Disposisi Matematis Siswa Berdasarkan Angket ... 66
Tabel 4.13 Pencapaian Disposisi Matematis Siswa Berdasarkan Angket ... 67
Tabel 4.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 68
x
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Pengelompokan Siswa... 53
Gambar 4.2 Aktivitas Guru dalam Membimbing Diskusi Kelompok ... 53
Gambar 4.3 Aktivitas Siswa dalam kegiatan Presentasi ... 54
xi
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 83
A.2 Lembar Aktivitas Kelompok (LAK) ...107
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...121
LAMPIRAN B B.1 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...132
B.2 Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...141
B.3 Lembar Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...142
B.4 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...144
B.5 Kisi-kisi Angket Disposisi Matematis ...146
B.6 Angket Disposisi Matematis ...147
B.7 Lembar Observasi Aktivitas Guru ...148
B.8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ...149
B.9 Jurnal Harian Siswa ...150
xii
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C.1 Skor Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...152
C.2 Data Perhitungan Hasil Uji Coba Tes ...153
C.3 Kelompok Atas dan Kelompok Bawah ...155
C.4 Komponen Tes Hasil Uji Coba ...156
LAMPIRAN D D.1 Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ...158
D.2 Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ...159
D.3 Hasil Uji Statistik Data Pretest dengan SPSS versi 19.0 ...160
D.4 Hasil Uji Statistik Data Posttest dengan SPSS versi 19.0 ...161
D.5 Hasil Uji Statistik Data Indeks Gain dengan SPSS versi 19.0 ...162
D.6 Data Mentah Angket Disposisi Matematis ...164
D.7 Data Skor Angket dengan Skala Likert ...166
LAMPIRAN E E.1 Contoh Hasil Jawaban Pretest Siswa ...169
E.2 Contoh Hasil Jawaban Posttest Siswa ...180
E.3 Contoh Hasil Jawaban LAK ...193
E.4 Contoh Hasil Angket Disposisi Matematis Siswa ...206
E.5 Contoh Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru ...208
E.6 Contoh Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa ...211
E.7 Contoh Hasil Jurnal Harian Siswa ...214
LAMPIRAN F F.1 Surat Izin Uji Instrumen ...217
F.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Instrumen ...218
F.3 Surat Izin Penelitian ...219
1
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern sehingga mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerja sama (Permendiknas, 2006). Menyadari betapa
perlunya matematika, setidaknya dapat kita lihat dalam kurikulum matematika di
sekolah yang mendapat porsi jam lebih banyak dibandingkan dengan mata
pelajaran lainnya di semua jenjang pendidikan. Akan tetapi, dengan porsi jam
pelajaran yang lebih banyak itu ternyata masih banyak siswa yang mengganggap
matematika merupakan pelajaran yang sukar dipahami dan masih banyak siswa
yang bertanya mengenai manfaat mempelajari matematika. Hal itu menyebabkan
siswa mempertanyakan bagaimana mengaplikasikan konsep-konsep matematika
dalam kehidupan sehari-hari.
Uraian di atas sejalan dengan Asikin (2002) yang menyatakan bahwa dunia
pendidikan matematika masih memiliki berbagai masalah. Ada dua masalah yang
amat besar dan penting. Pertama, pelajaran matematika masih dianggap sebagai
2
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa matematika adalah pelajaran yang tidak menarik dan terasa sukar. Kedua,
meskipun dalam banyak kesempatan sering dikatakan bahwa matematika
merupakan ilmu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia (termasuk bagi
kehidupan sehari-hari), masih banyak orang yang belum bisa merasakan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Adanya dua masalah tersebut mengakibatkan pendidikan matematika di
sekolah kurang memberikan sumbangan bagi pengembangan kemampuan berpikir
siswa. Sebagaimana yang dinyatakan Asikin (2002), dua masalah tersebut juga
menyebabkan pendidikan matematika di sekolah kurang memberikan sumbangan
yang berarti bagi pendidikan anak secara keseluruhan, baik bagi pengembangan
kemampuan berpikir, bagi pembentukan sikap, maupun pengembangan
kepribadian secara keseluruhan.
Kemampuan berpikir merupakan kemampuan yang penting untuk dimiliki
oleh setiap siswa, agar siswa dapat memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapi dalam dunia yang senantiasa berubah dan semakin kompleks. Oleh
karena itu, pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan suatu hal yang
penting untuk dilakukan dan perlu dilatihkan kepada siswa, mulai dari jenjang
pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan menengah.
Berpikir kritis juga menjadi salah satu tujuan diberikannya pembelajaran
matematika di sekolah dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah
sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BNSP, 2006) adalah
3
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar siswa mampu mengolah, mengelola, dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetitif. Hal tersebut menjadikan matematika adalah bagian dari kurikulum
yang melakukan suatu alur strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan
kualitas SDM Indonesia dan menjadi pendukung perkembangan bidang ilmu yang
lain.
Menurut Ennis (2000), berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif
yang difokuskan pada apa yang diyakini dan dikerjakan. Spliter (Hanaswati, 2000:
11) mengungkapkan bahwa, siswa yang berpikir kritis akan menjadikan penalaran
sebagai landasan berpikir, berani mengambil keputusan dan konsisten dengan
keputusan tersebut. Kemampuan berpikir kritis tidak hanya bermanfaat pada saat
siswa belajar, tetapi dapat menjadi bekal bagi siswa di masa yang akan datang.
Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa kemampuan berpikir kritis
sangat penting. Namun, hasil studi Progamme for International Student
Assesment (PISA) tahun 2009 untuk siswa SLTP se-Indonesia menunjukkan
bahwa Indonesia menempati urutan ke-61 dari 65 negara pesertanya. Siswa hanya
mampu menguasai matematika sebatas memecahkan satu permasalahan sederhana,
siswa belum mampu menyelesaikan masalah yang kompleks dan masalah yang
rumit. Hal ini disebabkan upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis di
sekolah-sekolah jarang dilakukan. Wahyudin (Syukur, 2004: 4) menemukan
bahwa selama ini pembelajaran matematika didominasi oleh guru melalui metode
4
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mendengarkan, mencatat, bertanya, dan mengerjakan soal secara individu maupun
kelompok.
Di samping itu, ketika peneliti melakukan pengamatan selama melakukan
praktik mengajar, kebanyakan siswa menganggap bahwa matematika hanya mata
pelajaran menghitung dan menggunakan rumus sehingga sulit untuk dipelajari.
Kebanyakan siswa tidak tahu dan bingung manfaat dari mempelajari matematika.
Hal ini menyebabkan gairah belajar matematika siswa tergolong rendah. Salah
satu penyebab rendahnya gairah belajar matematika adalah pembelajaran
matematika yang tidak menarik dan membosankan. Hal ini tentu akan
menghambat proses dan hasil belajar siswa.
Selain kemampuan berpikir kritis, diperlukan juga sikap yang harus dimiliki
oleh siswa, antara lain menyenangi matematika, menghargai keindahan
matematika, memiliki keingintahuan yang tinggi dan senang belajar matematika.
Dengan sikap yang demikian, siswa diharapkan dapat terus mengembangkan
kemampuan matematika, menggunakan matematika untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya, dan dapat mengembangkan
disposisi matematis.
Menurut Sumarmo (2006: 4), disposisi matematis adalah keinginan,
kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan
melaksanakan berbagai kegiatan matematika. Disposisi siswa terhadap
matematika tampak ketika siswa menyelesaikan tugas matematika, apakah
dikerjakan dengan percaya diri, tanggung jawab, tekun, pantang menyerah,
5
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
refleksi terhadap cara yang telah dilakukan. Penilaian dari disposisi matematis
juga termuat dalam ranah afektif yang menjadi tujuan pendidikan matematika di
SMP berdasarkan KTSP 2006, yaitu “Peserta didik memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.” (Depdiknas, 2003). Disposisi siswa terhadap matematika
dapat diamati dalam diskusi kelas, misalnya seberapa besar keinginan siswa untuk
menjelaskan solusi yang diperolehnya dan mempertahankan penjelasannya.
Salah satu upaya memfasilitasi siswa agar kemampuan berpikir kritis dan
disposisi matematisnya berkembang, yaitu dengan suatu pembelajaran yang
membuat siswa aktif sehingga siswa leluasa untuk berpikir dan mempertanyakan
kembali apa yang diterima dari gurunya. Untuk mencari dan menerapkan suatu
hasil penelitian mengenai pendekatan pembelajaran matematika tentu saja bukan
pekerjaan yang mudah. Hal ini dikarenakan membutuhkan keinginan yang kuat
dari para akademisi maupun praktisi di dunia pendidikan matematika. Namun,
apabila hal itu dilakukan secara berkelanjutan, maka lambat laun
kekurangan-kekurangan dalam pendekatan pembelajaran matematika tersebut akan dapat
diperbaiki.
Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) merupakan sebuah alternatif
pendekatan yang berupaya membuat siswa dapat secara aktif ikut terlibat dalam
proses pembelajaran matematika di kelas. Keaktifan siswa itu terwujud dalam
salah satu karakteristik pendekatan MEAs, yaitu memberikan peluang kepada
6
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
proses (Chamberlin dan Moon, 2008). Dengan terlibatnya siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran, diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat
terlatih dengan baik. Chamberlin juga mengungkapkan karakteristik lainnya dari
MEAs, yaitu MEAs membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir
matematis yang lebih tinggi, di mana berpikir kritis termasuk ke dalam berpikir
tingkat tinggi.
Pendekatan MEAs merupakan pendekatan pembelajaran yang didasarkan
pada masalah realistis, bekerja dalam kelompok kecil, dan menyajikan sebuah
model untuk membantu siswa membangun pemecahan masalah dan membuat
siswa menerapkan pemahaman konsep matematika yang telah dipelajarinya
(Istianah, 2011: 27). Karakteristik MEAs ini sesuai dengan himbauan Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) yang mengemukakan bahwa dalam
setiap kesempatan, pembelajaran matematika diharapkan dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi. Penguasaan konsep akan
diperoleh melalui bimbingan secara bertahap yang memungkinkan siswa dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Melalui belajar dalam kelompok
kecil dapat mendorong siswa berpikir kritis, sebagaimana Sumarmo (Istianah,
2011: 6) menyarankan bahwa pembelajaran matematika untuk mendorong
berpikir kreatif dan berpikir tingkat tinggi dapat dilakukan melalui belajar dalam
kelompok kecil, menyajikan tugas non-rutin dan tugas yang menuntut strategi
kognitif dan metakognitif siswa serta menetapkan pendekatan scaffolding.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis terdorong untuk
7
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MEAs terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Dengan penerapan
pendekatan MEAs, diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematinya. Oleh karena itu, penulis melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities
(MEAs) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMP”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh
pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Model-Eliciting
Activities (MEAs) lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional?
2. Bagaimanakah disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran matematika
yang menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang
memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
8
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Mengetahui disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran matematika
yang menggunakan pendekatan MEAs.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia
pendidikan matematika, antara lain sebagai berikut.
1. Bagi guru, menjadi salah satu alternatif pendekatan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswanya.
2. Bagi siswa, agar mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam belajar
matematika sehingga dapat merangsang kemampuan berpikir kritisnya.
3. Bagi sekolah upaya ini dapat memberikan solusi alternatif dari masalah
pembelajaran yang ada, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
mengaplikasikan pembelajaran matematika dengan pendekatan MEAs.
1.5 Definisi Operasional
Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan untuk menghindari terjadinya
pemahaman yang berbeda tentang istilah-istilah yang digunakan dan juga
memudahkan peneliti dalam menjelaskan apa yang sedang dibicarakan, yaitu
sebagai berikut.
1. Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)
Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) adalah pendekatan
pembelajaran yang didasarkan pada masalah realistis (kontekstual), bekerja
9
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membangun pemecahan masalah dan membuat siswa menerapkan
pemahaman konsep matematika yang telah dipelajarinya.
2. Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir reflektif dalam
mengidentifikasi asumsi yang digunakan, merumuskan pokok-pokok
permasalahan, membuktikan sesuatu berdasarkan sifat suatu pernyataan yang
berkaitan dengan masalah. Adapun indikator yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1) Focus, memfokuskan pertanyaan, mengidentifikasi, merumuskan dan
mempertimbangkan jawaban yang mungkin,
2) Reason, mampu memberikan alasan pada jawaban yang diberikan,
3) Inference, membuat kesimpulan,
4) Situation, mampu menjawab soal sesuai konteks, menerjemahkan situasi
ke dalam bahasa matematika,
5) Clarify, mampu membuat klasifikasi atau membedakan konsep dengan
jelas tanpa menimbulkan ambiguitas, dan
6) Overview, melakukan tinjauan kembali atas jawaban, keputusan, atau
kesimpulan yang ditetapkan sebelumnya.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada
guru dengan metode ekspositori. Guru terlebih dulu memberikan keterangan,
definisi, prinsip, dan konsep materi pelajaran dilanjutkan dengan memberikan
10
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Disposisi Matematis
Disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat
dalam diri siswa untuk belajar dan melaksanakan berbagai kegiatan
matematika. Indikator untuk disposisi matematis dalam penelitian ini adalah:
1) Kepercayaan diri dengan indikator: percaya diri terhadap
kemampuan/keyakinan.
2) Keingintahuan dengan indikator: sering mengajukan pertanyaan,
melakukan penyelidikan, antusias/semangat dalam belajar, dan banyak
membaca/mencari sumber lain.
3) Ketekunan dengan indikator: gigih/tekun/perhatian/kesungguhan.
4) Fleksibilitas dengan indikator: kerjasama/berbagi pengetahuan,
menghargai pendapat yang berbeda, dan berusaha mencari solusi/strategi
lain.
5) Reflektif dan rasa senang dengan indikator: bertindak dan berhubungan
28
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dengan menerapkan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) dalam
pembelajaran matematika. Hal ini berarti perlakuan yang diberikan dalam
penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan pendekatan MEAs, sedangkan
aspek yang diukur adalah kemampuan berpikir kritis siswa.
Metode dalam penelitian ini adalah metode kuasi-eksperimen. Ruseffendi
(2005: 52) menyatakan bahwa pada kuasi eksperimen ini subjek tidak
dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya.
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa apabila dilakukan pembentukan
kelas yang baru hanya akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran yang telah
ditentukan oleh pihak sekolah.
Penelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen memperoleh perlakuan berupa
pembelajaran dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs), sedangkan
kelompok kontrol memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.
Kedua kelompok tersebut kemudian mendapatkan pretest dan posttest, kemudian
dibandingkan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswanya. Sehingga desain
29
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
design”. Adapun desain penelitian yang dilakukan digambarkan sebagai berikut
(Ruseffendi, 2005: 50).
Keterangan:
O : Pretest dan posttest
X : Perlakuan berupa penerapan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi menurut Arifin (2011:215) adalah keseluruhan objek yang yang
diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi.
Sedangkan menurut Sugiono (2011: 117), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi yang dipilih pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII
di SMP Negeri 2 Cimahi semester genap tahun ajaran 2012/2013. Kelas VIII di
SMP Negeri 2 Cimahi terdiri dari 14 kelas.
Menurut Sugiyono (2011: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang baik adalah sampel yang
dapat mewakili karakteristik dari populasi atau bersifat representatif. Teknik
pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan purposive sampling. Dari populasi yang dipilih tersebut terpilihlah
kelas VIII-11 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-10 sebagai kelas kontrol.
O X
30
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3 Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek atau titik perhatian dari suatu penelitian. Pada
penelitian ini terdapat dua buah variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan MEAs, sedangkan variabel terikatnya adalah
kemampuan berpikir kritis siswa.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen data
kuantitatif dan kualitatif. Instrumen data kuantatif berupa tes yang meliputi pretest
(tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan) dan posttest (tes yang dilakukan
setelah perlakuan diberikan). Sedangkan, instrumen data kualitatif berupa data
non-tes yang meliputi angket, lembar observasi, dan jurnal harian siswa. Berikut
ini penjelasan tentang instrumen penelitian secara rinci.
3.4.1 Instrumen Data Kuantitatif
Menurut Arifin (2011:226), tes adalah suatu teknik pengukuran yang di
dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan atau dijawab oleh responden. Instrumen tes yang digunakan
adalah pretest dan posttest. Tes ini diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa terhadap materi yang diajarkan.
31
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soal pretest dan posttest berbentuk tes subjektif (uraian/essay) yang terdiri
dari 5 butir. Penggunaan tipe tes uraian dikarenakan tes uraian lebih dapat
mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya (Suherman, 2003:78). Selain
itu, Ruseffendi (2005:118) menyatakan bahwa dalam tes uraian hanya siswa yang
telah menguasai materi dengan betul-betullah yang bisa memberikan jawaban
yang baik dan benar. Soal-soal yang terdapat pada pretest sama dengan soal-soal
yang terdapat pada posttest. Pretest diberikan dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan awal berpikir kritis siswa, sedangkan posttest diberikan untuk melihat
pencapaian kemampuan berpikir kritis siswa setelah perlakuan selesai.
Sebelum tes kemampuan berpikir kritis diberikan pada siswa, terlebih
dahulu dilakukan uji coba instrumen kepada siswa di luar sampel yang telah
mempelajari materi bangun ruang sisi datar (kubus dan balok), yakni kelas IX-2
SMP Negeri 2 Cimahi. Setelah data hasil uji coba diperoleh kemudian dianalisis
untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya
pembedanya.
Hasil tes kemampuan berpikir kritis diberi skor sesuai kriteria penskoran.
Penskoran memerlukan rubrik yang sesuai dengan kebutuhan evaluasi. Pedoman
pemberian skor kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini
disajikan pada Tabel 3.1 berikut ini (Hasratuddin, 2012: 64).
Tabel 3.1
Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Skor Keterangan
4
Jawaban lengkap dan benar
Ilustrasi dan indikator yang diukur sempurna
32
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skor Keterangan
Membuat sedikit kesalahan
3
Jawaban benar tapi belum sempurna
Ilustrasi dan indikator yang diukur baik (good) Pekerjaannya ditunjukkan dan/atau dijelaskan Membuat beberapa kesalahan
2
Jawaban belum lengkap
Ilustrasi dan indikator yang diukur cukup (fair) Penyimpulan belum akurat
Muncul beberapa keterbatasan dalam pemahaman konsep matematika Membuat agak banyak kesalahan
1
Memunculkan masalah dalam ide matematika, tetapi tidak dapat dikembangkan
Ilustrasi dan indikator yang diukur kurang (poor) Banyak kesalahan operasi yang muncul
Terdapat sedikit pemahaman matematika yang diilustrasikan Membuat banyak kesalahan
0
Keseluruhan jawaban tidak nampak Tidak muncul indikator yang diukur
Sama sekali tidak muncul arah penyelesaian Ada indikasi bluffing (mencoba-coba, guessing) Tidak menjawab sama sekali masalah yang diberikan
3.4.1.1 Validitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengevaluasi apa yang
seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003: 102). Dalam penelitian ini, untuk
mencari koefisien validitas instrumen adalah dengan menggunakan rumus korelasi
product moment memakai angka kasar (raw score) Pearson (Suherman, 2003:
119-120), yaitu:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
: koefisien korelasi antara variabel X dan Y
33
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu X : skor tiap butir soal masing-masing siswa
Y : skor total masing-masing siswa
Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam
klasifikasi koefisien validitas menurut Guilford (Suherman, 2003: 112) dengan
kategori yang disajikan dalam Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Kriteria Validitas Butir Soal Koefisien validitas Kategori
Tidak valid
Berdasarkan perhitungan dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007
dalam menentukan daya validitas untuk setiap butir soal, maka diperoleh hasil
sebagai berikut.
r Tabel Kriteria Kategori
1 0,63
diujicobakan memiliki validitas sedang dan tinggi.
34
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suherman (2003: 131) mengemukakan bahwa suatu alat evaluasi (tes dan
non-tes) disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap (konsisten, ajeg).
Relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan
tidak berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan. Bentuk soal tes yang digunakan
pada penelitian ini adalah soal tes tipe uraian. Oleh karena itu, untuk mencari
koefisien reliabilitas ( ) digunakan rumus Alpha (Suherman, 2003: 154).
∑
Keterangan:
: koefisien reliabilitas alat evaluasi
n : banyaknya butir soal
∑ : jumlah varians skor setiap soal
: varians skor total
Menurut Guilford (Suherman, 2003: 139), koefisien reliabilitas
diinterpretasikan dalam Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4
Kategori Reliabilitas Soal Koefisien reliabilitas Kategori
Reliabilitas sangat rendah Reliabilitas rendah Reliabilitas sedang Reliabilitas tinggi Reliabilitas sangat tinggi
Berdasarkan hasil pengolahan dari Microsoft Office Excel 2007, reliabilitas
data hasil tes siswa adalah 0,67, berarti termasuk derajat reliabilitas sedang
35
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daya pembeda sebuah soal menyatakan sejauh mana kemampuan butir soal
mampu membedakan siswa yang menjawab benar dan siswa yang menjawab
salah. Galton (Suherman, 2003: 159) mengemukakan bahwa suatu perangkat alat
tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan
yang bodoh karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari ketiga kelompok
tersebut. Dengan perkataan lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah
kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai
atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya
pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Suheman, 2003: 160).
̅ ̅
Keterangan:
DP : Daya Pembeda
̅ : Rata-rata skor siswa kelompok atas
̅ : Rata-rata skor siswa kelompok bawah
SMI : Skor Maksimum Ideal
Kategori untuk menginterpretasikan daya pembeda disajikan pada Tabel 3.5
berikut (Suherman, 2003: 161).
Tabel 3.5
Kategori Daya Pembeda Daya Pembeda Kategori
Sangat jelek
Jelek
Cukup
36
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sangat baik
Berdasarkan perhitungan dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007
dalam menentukan daya pembeda untuk setiap butir soal, maka diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 3.6
Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal Nomor Soal Daya Pembeda (DP) Interpretasi
1 0,53 Baik
2 0,33 Cukup
3 0,53 Baik
4 0,41 Baik
5 0,34 Cukup
Dari Tabel 3.6, terlihat bahwa instrumen tes yang diujicobakan terdiri dari 3
butir soal memiliki kriteria daya pembeda baik dan 2 butir soal cukup.
3.4.1.4 Indeks Kesukaran (IK)
Menurut Suherman (2003: 168), hasil evaluasi yang baik dari seperangkat
tes akan menghasilkan nilai yang berdistribusi normal.Untuk mencari indeks
kesukaran digunakan rumus:
̅
Keterangan:
IK : Indeks Kesukaran
̅ : Rata-rata skor jawaban soal ke-i
SMI : Skor Maksimum Ideal soal ke-i
Klasifikasi interpretasi indeks kesukaran menggunakan kategori seperti
37
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7
Berdasarkan perhitungan dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007
dalam menentukan indeks kesukaran untuk setiap butir soal, maka diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 3.8
Hasil Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal Nomor Soal Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi
1 0,73 Soal Mudah
mudah, soal nomor 2, 3, dan 5 mempunyai indeks kesukaran sedang. Soal nomor
4 yang memiliki kriteria indeks kesukaran mudah disebabkan redaksi atau
validitas mukanya yang terlalu mudah dipahami. Oleh karena itu, soal tersebut
diperbaiki dengan pertimbangan dari dosen pembimbing menjadi soal yang
memiliki indeks kesukaran yang sukar.
Tabel 3.9
38
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2 Validitas
Tinggi Cukup Soal Sedang Digunakan
3 Validitas
Tinggi Baik Soal Sedang Digunakan
4 Validitas
Sedang Baik Soal Mudah
Digunakan dengan syarat perbaikan
5 Validitas
Sedang Cukup Soal Sedang Digunakan
3.4.2 Instrumen Data Kualitatif
Data kualitatif diolah atau dianalisis dengan cara membandingkan antara
data yang diperoleh dengan teori yang ada. Instrumen non-tes yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari angket, lembar observasi, dan jurnal harian siswa.
3.4.2.1 Angket
Angket merupakan evaluasi non-tes yang mengukur aspek afektif. Menurut
Suherman (2003: 56), “Angket adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan
yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden)”. Pembuatan
angket disposisi matematis ini bertujuan untuk mengukur disposisi matematis
siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan MEAs.
Skala yang digunakan untuk angket ini adalah skala Likert. Angket ini
memuat pernyataan yang disajikan dalam dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan
positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Setiap pernyataan
diberikan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pengisian angket ini dilaksanakan
pada setiap akhir pertemuan.
39
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lembar observasi merupakan data pendukung yang dinilai pada saat
penelitian berlangsung. Lembar observasi harus diisi oleh observer (pengamat)
yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang sedang
berlangsung serta untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi selama
proses pembelajaran dengan pendekatan MEAs. Hal tersebut dibuat untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana dan tujuan penelitian.
Penilaian data hasil observasi dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil
pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung.
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua
bagian, yaitu lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola
pembelajaran dan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi aktivitas siswa berfungsi
untuk menilai partisipasi siswa dalam proses pembelajaran menggunakan
pendekatan MEAs.
3.4.2.3 Jurnal Harian Siswa
Jurnal harian siswa ini adalah karangan siswa yang dibuat setiap akhir
pembelajaran. Siswa bebas memberikan tanggapan, kritikan, atau komentar
tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan MEAs.
Jurnal harian siswa digunakan sebagai sumber informasi tentang pendapat, saran,
dan komentar siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan guna
memperbaiki pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
40
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bahan ajar yang disusun dalam penelitian ini, yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP disusun untuk mendukung terlaksananya pembelajaran di kelas. RPP
merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran yang digunakan dalam setiap
pertemuan di kelas. Dalam penelitian ini, penulis membuat tiga RPP untuk
masing-masing kelas, yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Langkah-langkah
pembelajaran dalam RPP untuk kelas kontrol dirancang dengan menggunakan
pembelajaran konvensional, sedangkan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP
kelas eksperimen dirancang dengan menggunakan pendekatan MEAs.
2) Lembar Kegiatan Kelompok (LKK)
Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) ini memuat petunjuk dan
permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa secara
berkelompok. LKK diberikan pada kelas eksperimen yang menggunakan
pendekatan MEAs, sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan buku sumber.
3.6 Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas empat tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan,
analisis, dan penyusunan laporan.
(1) Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut.
a) Mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti.
41
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Menyusun proposal penelitian.
d) Konsultasi dengan pembimbing mengenai proposal penelitian.
e) Seminar proposal.
f) Merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar.
g) Membuat instrumen penelitian.
h) Mengurus perizinan ke sekolah yang dijadikan tempat uji coba instrumen
dan tempat penelitian, yaitu SMP Negeri 2 Cimahi.
i) Melakukan uji coba instrumen penelitian.
j) Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian.
k) Menyusun RPP dan LKK (Lembar Kegiatan Kelompok).
l) Mengonsultasikan RPP, LKK, dan instrumen penelitian kepada dosen
pembimbing.
(2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut.
a) Menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel dalam penelitian, yaitu
kelas VIII-10 sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-11 sebagai kelas
eksperimen.
b) Melaksanakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis awal siswa sebelum mendapat
perlakuan pembelajaran.
c) Memberikan angket disposisi matematis kepada siswa kelas eksperimen
42
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d) Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan MEAs di kelas
eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan konvensional di kelas
kontrol.
e) Melaksanakan observasi pada kelas eksperimen.
f) Melaksanakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
(3) Tahap Analisis
Setelah penelitian selesai dilaksanakan, hasil data kuantitatif dan kualitatif
dikumpulkan untuk kemudian diolah dan dianalisis.
(4) Tahap Penyusunan Laporan
Setelah penelitian dan analisis data selesai, dilakukan penyusunan laporan.
Hasil data yang telah diolah dan dianalisis kemudian melakukan bimbingan
serta merevisi hasil laporan setelah melakukan bimbingan.
3.7 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data
kualitatif. Data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dan dianalisis sehingga
dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun
analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut.
3.7.1 Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil data pretest dan posttest atau index gain
43
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kuantitatif dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretest dan
posttest atau index gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji statistik ini
menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Package and Servive Solution)
versi 19.0 for Windows. Langkah-langkah untuk menganalisis data kuantitatif
sebagai berikut.
3.7.1.1 Analisis Data Pretest
Analisis data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal kedua kelas, apakah kedua kelas tersebut
mempunyai kemampuan yang sama atau tidak. Skor pretest kemampuan berpikir
kritis yang diperoleh, dilakukan pengujian sebagai berikut.
1) Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretest, dilakukan
terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi nilai maksimum,
nilai minimum, rata-rata, varians, deviasi standar, dan jumlah siswa. Hal ini
diperlukan sebagai langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis.
2) Uji Normalitas
Pengujian normalitas data menggunakan bantuan software SPSS versi 19.0,
yaitu uji statistika Saphiro-Wilk pada taraf signifikansi 5%. Apabila kedua
data berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians
44
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika salah satu atau kedua data yang dianalisis tidak berdistribusi normal, maka
dilakukan uji statistik non-parametrik Mann-Whitney.
Dalam penelitian ini ada salah satu data yang tidak berdistribusi normal,
yaitu data pretest dari kelas eksperimen. Oleh karena itu, langkah pengujiannya
tidak dilanjutkan pada uji homogenitas akan tetapi langsung dilakukan uji
perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney.
3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Pengujian beda dua rata-rata ini bertujuan untuk melihat apakah skor pretest
kedua kelas sama atau tidak. Pengujian ini adalah uji perbedaan dua rata-rata
dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney. Karena hasil pretest
kelas ekperimen dan kelas kontrol menunjukkan kemampuan yang tidak berbeda
(sama), maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa adalah data posttest.
3.7.1.2 Analisis Data Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis (Data
Posttest)
Data yang digunakan untuk mengetahui pencapaian kemampuan berpikir
kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah data postest. Skor posttest
kemampuan berpikir kritis yang diperoleh, dilakukan pengujian sebagai berikut.
1) Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil posttest, dilakukan
45
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
nilai minimum, rata-rata, varians, deviasi standar, dan jumlah siswa. Hal ini
diperlukan sebagai langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis.
2) Uji Normalitas
Pengujian normalitas data menggunakan bantuan software SPSS versi 19.0,
yaitu uji statistika Saphiro-Wilk pada taraf signifikansi 5%. Apabila kedua
data berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians
untuk mengetahui jenis statistika yang sesuai dengan uji perbedaan dua rata-rata.
Jika salah satu atau kedua data yang dianalisis tidak berdistribusi normal, maka
dilakukan uji statistik non-parametrik Mann-Whitney.
Dalam penelitian ini ada salah satu data yang tidak berdistribusi normal,
yaitu data posttest dari kelas eksperimen. Oleh karena itu, langkah pengujiannya
tidak dilanjutkan pada uji homogenitas akan tetapi langsung dilakukan uji
perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney.
3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Pengujian beda dua rata-rata ini dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan atau tidak dari kedua kelas. Karena
data posttest dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal, maka uji perbedaan
dua rata-rata yang dilakukan adalah uji non-parametrik Mann-Whitney.
3.7.1.3 Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
(Data Index Gain)
Data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir
kritis adalah data index gain. Index gain ini dihitung dengan menggunakan rumus
46
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun kriteria index gain menurut Hake (Kurniawan, 2011: 43) disajikan
dalam Tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10 Kategori Index Gain
g Kategori
g≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
Dalam penelitian ini, untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis
menggunakan bantuan software SPSS versi 19.0 dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
1) Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian terhadap data index gain, dilakukan terlebih
dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi nilai maksimum, nilai
minimum, rata-rata, varians, deviasi standar, dan jumlah siswa. Hal ini diperlukan
sebagai langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis.
2) Uji Normalitas
Pengujian normalitas data menggunakan bantuan software SPSS versi 19.0,
yaitu uji statistika Saphiro-Wilk pada taraf signifikansi 5%. Apabila kedua
data berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians
untuk mengetahui jenis statistika yang sesuai dengan uji perbedaan dua rata-rata.
Jika salah satu atau kedua data yang dianalisis tidak berdistribusi normal, maka
47
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, kedua data index gain berdistribusi normal. Oleh
karena itu, langkah pengujiannya dilanjutkan pada uji homogenitas varians
dengan menggunakan Levene’s test.
3) Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians data yang diuji
memiliki varians yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians
dilakukan menggunakan uji statistika Levene’s test pada taraf signifikansi 5%.
Dalam penelitian ini, data index gain dari kedua kelas mempunyai varians yang
homogen sehingga langkah pengujian selanjutnya adalah uji perbedaan dua
rata-rata dengan menggunakan uji t.
4) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Pengujian beda dua rata-rata ini dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan atau tidak dari kedua kelas. Jika
data memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka pengujian hipotesisnya
menggunakan uji t, yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua
varians homogen. Sedangkan, jika data memenuhi asumsi normalitas tetapi tidak
homogen, maka pengujian hipotesisnya menggunakan uji t’, yaitu Independent
Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen.
Data index gain dalam penelitian ini berdistribusi normal dan homogen.
Oleh karena itu, uji perbedaan dua rata-ratanya menggunakan uji t, yaitu
Independent Sample T-Test dengan asumsi varians homogen.
48
Tresna Nur’aviandini, 2013
Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data kualitatif diperoleh dari angket, lembar observasi, dan jurnal harian
siswa yang diberikan pada kelas eksperimen. Pengolahan untuk masing-masing
data kualitatif tersebut adalah sebagai berikut.
3.7.2.1 Angket Disposisi Matematis
Angket diberikan kepada siswa kelas eksperimen untuk mengetahui
disposisi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
MEAs. Dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif ditransfer ke dalam skala
kuantitatif. Angket pada penelitian ini terdiri dari dua buah kelompok pernyataan,
yaitu pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Jenis
angket yang diberikan berupa angket tertutup, maka untuk mengolah data yang
diperoleh dari angket menggunakan skala Likert.
Setiap pernyataan dalam angket skala Likert memiliki skor yang berbeda,
kategori angket skala Likert (Suherman, 2003: 191) disajikan dalam Tabel 3.11
berikut.
Tabel 3.11
Pemberian Skor Skala Likert
Jenis Pernyataan Skor SS S TS STS Positif 5 4 2 1
Negatif 1 2 4 5
Skor siswa dihitung dengan cara menjumlahkan bobot skor setiap
pernyataan dari alternatif jawaban yang dipilih. Pencapaian disposisi matematis
siswa dilihat dari persentase dengan menggunakan rumus perhitungan persentase
sebagai berikut.